Oleh:
NPM : 00000008277
Oleh:
NAMA : ANTONY JAPUTRA
NPM : 00000008277
Menyetujui,
Dr. -Ing. Aziz Boing Sitanggang Titri Siratantri Mastuti, S.T., M.Si
Dosen Pembimbing Tugas Akhir Dosen Pembimbing Tugas Akhir
Mengetahui,
halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I PENDAHULUAN
iii
3.2.1 Penelitian Tahap I ............................. Error! Bookmark not defined.
defined.
defined.
3.3.2 Kadar Abu (AOAC, 2005) ................ Error! Bookmark not defined.
not defined.
defined.
3.3.5 Kadar Karbohidrat (AOAC, 2005) ... Error! Bookmark not defined.
defined.
3.3.8 Uji Kekerasan, Kerenyahan, dan Daya Patah (Tegar, 2010) .... Error!
iv
3.3.11 Uji Hedonik (Meilgaard et al., 2007)Error! Bookmark not
defined.
v
BAB I
PENDAHULUAN
dengan namanya, dayok (ayam) dan nabinatur (teratur) merupakan makanan olahan
yang terbuat dari daging ayam (kampung jantan) yang dilumuri oleh campuran
santan dengan perasan kulit kayu sikam yang kemudian disusun di atas hinasumba
(campuran daging ayam/babi dengan bumbu dan perasan kulit kayu sikam).
Keunikan dari hidangan khas Simalungun ini adalah ayam yang tidak perlu dimasak
daging mentah aman untuk dikonsumsi. Ekstrak kulit kayu sikam memiliki potensi
karena memiliki kadar air yang tinggi, pH netral dan protein yang tinggi (Mustafa, Commented [AJ2]: file:///E:/Document/Food%20Tech%2
0SMT%2011/Tugas%20Akhir/Proposal%20TA2/Sources/A
06rmm.pdf
2006). Pemanfaatan ekstrak kulit kayu sikam yang memiliki potensi antimikroba
1
dinilai dapat memperpanjang umur simpan pada tahu seperti halnya ia dapat
membunuh bakteri yang ada pada ayam di hidangan khas Simalugun yaitu dayok
nabinatur.
Tahu merupakan bahan pangan yang memiliki kadar air, protein yang tinggi
serta pH netral sehingga mudah rusak. Penambahan ekstrak kulit kayu sikam dinilai
sebagai antimikroba. Oleh sebab itu, ekstrak kulit kayu sikam dimanfaatkan sebagai
1.3 Tujuan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan ekstrak kulit
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mekanisme antimikroba
Tahu
di air yang biasanya dikenal karena keindahan, dan keunikannya yang biasanya
tumbuh di negara-negara Asia. Teratai sendiri memiliki kandungan gizi yang baik
untuk kesehatan baik dari biji, akar, hingga daunnya. Manfaat dari teratai sendiri
antioksidan. Akar dari tanaman teratai sendiri memiliki kandungan rendah akan
kalori, tinggi akan fiber, kalium, vitamin C, vitamin B6, fosfor, magnesium,
kalsium, dan zat besi. Akar teratai memiliki kandungan nutrisi dimana kadar abu
sebesar 26.67%, kadar air 9%, kadar lemak 2%, kadar protein 1.02%, kadar serat
24.33%, dan kadar karbohidrat 61,31%. Selain itu, akar teratai memiliki vitamin A
sebesar 143.25 mg/dl, vitamin C sebesar 3.83 mg/dl, vitamin E sebesar 103,84%,
fosfor 0,190 ppm, kalsium 31,127 ppm, magnesium 30,034 ppm, kadar kalium
8800 ppm, dan natrium 966,67 ppm (Wasagu et al., 2015). Akar teratai juga
al., 2006).
3
2.2 Gula Kelapa
Gula kelapa merupakan satu dari berbagai jenis gula alami yang terbuat dari
nira kelapa. Gula kelapa memberikan manfaat yang beragam seperti memberikan
rasa manis yang khas dan warna coklat. Gula kelapa memiliki kelemahan yaitu
umur simpan yang pendek yaitu sekitar 2-4 minggu. Gula kelapa memiliki pH basa
yaitu 7.50 (Zuliana et al., 2016). Gula kelapa aman dikonsumsi oleh penderita
diabetes dikarenakan nilai indeks glikemiknya yang rendah yaitu sebesar 35. Selain
itu, gula kelapa juga mempunyai nilai gizi yang kaya akan kalium, magnesium, dan
zat besi. Gula kelapa juga merupakan sumber vitamin B dan vitamin C yang tinggi
(Roosevelt, 2014). Kandungan nilai makro nutrisi yang terdapat pada gula kelapa
2.3 Flakes
Flakes merupakan satu dari berbagai jenis produk sereal dalam bentuk
serpihan. Bahan baku utama dalam pembuatan flakes adalah beras, gandum, jagung,
umbi-umbian seperti kentang, ubi kayu, ubi jalar, dan lainnya. Flakes yang
dihasilkan biasanya memiliki tekstur yang renyah, berbentuk lembaran tipis, dan
4
dapat dikonsumsi dengan penambahan susu (Permana dan Putri, 2015). Menurut
Purnamasari dan Putri (2015) flakes merupakan salah satu jenis pangan yang
mempunyai nilai indeks glikemik yang tinggi yaitu sebesar 93. Dari nilai tersebut
dapat disimpulkan bahwa flakes sangat tidak cocok untuk dikonsumi penderita
Bahan yang digunakan dalam pembuatan flakes berupa tepung terigu, air,
garam, dan gula. Kandungan tepung terigu yang tinggi membuat flakes yang
dihasilkan memiliki kandungan karbohidrat yang sangat tinggi dan inilah alasan
utama kadar indeks glikemik dalam flakes sangat tinggi (Permana dan Putri, 2015).
mengandung karbohidrat, dan dari karbohidrat tersebut dapat menaikkan kadar gula
darah seseorang. Nilai indeks glikemik yang semakin tinggi maka dapat
disimpulkan bahwa dampak peningkatan kadar gula darah juga akan semakin
tinggi. Sebaliknya, jika nilai indeks glikemik semakin rendah, maka dampaknya
terhadap kenaikan gula darah juga akan semakin rendah. FAO (2011) menyatakan
bahwa indeks glikemik adalah luas wilayah di bawah kurva respon gula darah dari
makanan standar. Nilai dari indeks glikemik dinyatakan dalam bentuk persen dan
Indeks glikemik sendiri dibagi menjadi tiga kelas, yaitu indeks glikemik
rendah (<55), indeks glikemik sedang (55-70), dan indeks glikemik tinggi (>70)
(Murakami et al., 2006). Makanan yang tergolong dalam indeks glikemik tinggi
5
dapat berupa nasi, kentang, rice crackers sedangkan flakes sendiri tergolong
sebagai produk pangan yang tergolong dalam indeks glikemik sedang dengan nilai
sebesar 94. Sebaliknya, akar teratai termasuk ke dalam pangan dengan indeks
rasio kadar amilosa, dan amilopektin, kadar lemak, kadar protein, kadar
karbohidrat, anti-gizi pangan, dan juga serat pangan (Rimbawan, dan Nurbayanti,
2015).
6
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.1 Alat
magnetic stirrer, pipet volumetrik, pemanas, botol gelap, dan kulkas, tabung reaksi,
3.1.2 Bahan
Bahan utama yang digunakan pada penelitian kali ini adalah kulit kayu
sikam yang tumbuh di daerah sumatera utara, dan biji kacang kedelai yang
diperoleh dari pasar kelapa dua, tangerang. Adapun bahan pendukung yang
digunakan pada penelitian kali ini yaitu air destilasi, etil asetat, Nutrient broth,
cawan petri, CaSO4, Plate Count Agar (PCA), dan larutan 0,85% NaCl.
ekstrak kulit sikam serta tahu yang bebas dari bahan pengawet. Ekstrak kulit sikam
yang telah diperoleh akan direndam ke dalam tahu pada konsentrasi tertentu dan
7
3.2.1.1 Ekstraksi Kulit Kayu Sikam (Saragih, 2001)
menggunakan pelarut etil asetat. Pelarut dan metode yang digunakan adalah
pengepresan, distilasi, dan maserasi dengan pelarut heksana dan alkohol absolut
(Saragih, 2001). Ekstraksi kulit kayu sikam dilakukan dengan cara memarut kulit
kayu sikam yang telah bersih. Kulit kayu sikam yang telah diparut kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dicampur dengan pelarut etil asetat dengan
perbandingan (1 bagian kulit kayu sikam dan 3 bagian pelarut etil asetat) dan
pada fase log. Penyegaran dan persiapan kultur uji dilakukan sebelum pengujian
aktivitas ekstrak dan challenge test yaitu dengan cara satu ose bakteri (E.coli) dari
Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Kultur bakteri yang sudah
dan kemudian diinkubasi selama 8 jam pada suhu 37oC untuk memperoleh mikroba
8
3.2.1.3 Pembuatan Tahu
kedalai ke dalam air distilasi selama 12 jam pada suhu ruang. Kacang kedelai
dipisahkan dari kulit dan kotoran dengan air bersih. Setelah itu kacang kedalai
hingga mencapai suhu 85oC selama 45 menit. Kacang kedelai yang panas kemudian
disaring dengan menggunakan kain dan didinginkan hingga mencapai suhu 80oC.
Selama pendinginan, lapisan lemak yang terbentuk pada permukaan susu dibuang.
(Sanjay et al., 2008). Diagram alir proses pembuatan sari kacang kedelai dapat
9
3.2.1.3.2 Pembuatan Tahu dengan Koagulan CaSO4 (Sanjay et al., 2008)
Pada pembuatan tahu, sari kacang kedelai didinginkan dicampur dengan Commented [AJ3]: https://www.degruyter.com/download
pdf/j/ijfe.2008.4.1/ijfe.2008.4.1.1351/ijfe.2008.4.1.1351.pdf
koagulan (CaSO4 0,75 ml dilarutkan ke dalam 25 ml air distilasi). Kemudian
diaduk dan didiamkan selama 15 menit hingga terbentuk koagulan. Sari kacang
kedelai yang telah tekoagulasi kemudian dimasukkan ke dalam cetakan yang telah
dialasi kain saring. Kemudian diberi tekanan pada suhu kulkas 1 kg pada 20 menit
berikutnya.
10
3.2.2.1 Pengujian Aktivitas Ekstrak dan Challenge Test
kulit kayu sikam terhadap bakteri indikator E. coli. Media NA cair yang telah
sebanyak 0,2% kultur bakteri E.coli yang telah disiapkan sehingga mencapai fase
log. Media yang telah diinokulasikan dengan bakteri kemudian dituang ke dalam
cawan petri dan kemudian didinginkan hingga menjadi padat. Setelah media padat,
dibuat lubang dengan diameter 6 mm, kemudian lubang tersebut diisi dengan 60 l
ekstrak kulit kayu sikam (konsentrasi tertentu). Cawan petri tersebut kemudian
1993)
saat diaplikasikan sebagai perendam pada tahu. Tahu yang telah direndam dengan
220 ml ekstrak kulit sikam ditambahkan dengan 1 ml kultur e. coli yang telah
disiapkan agar mencapai fase log. Jumlah e. coli setelah 10 menit dihitung sebagai
jumlah bakteri awal, kemudian jumlah e. coli setelah 24 jam dihitung sebagai
11
tertentu dan kemudian disimpan selama 5 hari pada suhu ruang dan kulkas. Pada
percobaan ini tahu yang tidak direndam dengan ekstrak kulit sikam juga disimpan
sebagai kontrol. Pengujian tahu dengan atau tanpa perendaman dilakukan setiap
hari pada jam yang sama. Parameter yang diuji adalah jumlah total mikroba,
Pengujian total mikroba pada tahu dilakukan sesuai dengan SNI tahun 01- Commented [AJ4]: https://www.google.co.id/url?sa=t&rct
=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwj1qaqP
vNbWAhVFsI8KHRFBC28QFggnMAA&url=https%3A%2
3142-1998 Pengujian mikroba yang dilakukan adalah pengujian metode total plate F%2Fdokumen.tips%2Fdocuments%2Fsni-01-3142-1998-
tahu.html&usg=AOvVaw1MWXacrAOcrCmCzXQ2OALG
count (TPC) dengan media PCA. Penentuan TPC dilakukan dengan melarutkan 10
metode agar tuang. Sampel yang telah diencerkan kemudian diambil 1 ml dan
dimasukan ke dalam cawan petri kemudian ditambah dengan media PCA. Cawan
kemudian diaduk secara perlahan membentuk angka delapan agar bakteri menyebar
di dalam media. Cawan petri kemudian diinkubasi di dalam inkubator pada suhu
37oC selama 48 jam. Jumlah koloni yang tumbuh kemudian dihitung jumlahnya
dan dicatat.
tertentu dan perlakuan suhu ruang dan suhu kulkas dengan cara deskriptif dan
(tahu). Parameter yang digunakan adalah bau, rasa, dan warna. Pengujian hedonik
pemberian nilai 1 (tidak suka) hingga 7 (sangat suka) bau, rasa, warna, dan
12
3.2.2.3 Penentuan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan Minimum
Bactericidal Concentration (MBC) (Bloomfield 1991) Commented [AJ5]: dari skripsi kakak kelas (bonus)
MBC untuk mengetahi konsentrasi ekstrak kulit sikam yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Nilai MIC diperoleh dari kurva regresi linier antara sumbu X
(ln Mau = ln konsentrasi ekstrak) dan sumbu Y (Z2 = nilai kuadrat zona
regresi Y=a+bX dengan sumbu X adalah Mt. Nilai MIC adalah 0,25 x Mt
13
DAFTAR PUSTAKA
Almetsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Aprilina, Maya Sari, Dian Putri Nastiti, Anggy Dwi Putriandani, Retno
Hestiningsih. 2012. Metode Plester Herbal Berbahan Bunga Teratai
(Nelumbium Nelumbo Druce) Bagi Penderita Impetigo. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa 2(2): 106-110.
Arif, Abdullah Bin, Agus Budiyanto, dan Hoerudin. 2013. Nilai Indeks Glikemik
Produk Pangan dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya. J. Litbang Pert.
32(2): 91-99.
FAO. Carbohydrate in Human Nutrition: The Role of the glycemic index in food
choice. Homepage online. Available from
http://www.fao.org/docrep/w8079e/w8079e0a.htm#TopOfPage Internet;
accessed April 25, 2017.
Morgan, Diane. 2012. Roots: The Definitive Compendium with more than 225
Recipes. Chronicle Book, USA.
14
Muchtadi, T. R. Sugiyono. 1992. Petunjuk Laboratorium Ilmu Pengetahuan Bahan
Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktoran Jenderal
Pendidikan Pusaw Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian
Bogor.
Nisviaty, Annisya. 2006. Pemanfaatan Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Klon
BB00105.10 sebagai Bahan Dasar Produk Olahan Kukus Serta Evaluasi
Mutu Gizi dan Indeks Glikemiknya. Skripsi. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Permana, Rikhardo Atmaka, and Widya Dwi Rukmi Putri. 2015. Pengaruh Proporsi
Jagung dan Kacang Merah serta Substitusi Bekatul terhadap Karakteristik
Fisik Kimia Flakes. Jurnal Pangan Dan Agroindustri 3(2): 734-742.
Purnamasari, Ika Winda, and Widya Dwi Rukmi, Putri. 2015. Pengaruh
Penambahan Tepung Labu Kuning dan Natrium Bikarbonat terhadap
Karakteristik Flake Talas. Jurnal Pangan Dan Agroindustri 3(4): 1375-1385.
Rimbawan, and Resita Nurbayani. 2013. Nilai Indeks Glikemik Produk Olahan
Gembili (Dioscorea Esculenta). Jurnal Gizi dan Pangan 8(2): 145-150.
Roosevelt, Megan. 2014. Superfood for Life, Coconut. Fair Wind Publisher,
USA.
Zuliana, Crysse, Endrika Widyastuti, dan Wahono Hadi Susanto. 2016. Pembuatan
Gula Semut Kelapa (Kajian pH Gula Kelapa dan Konsentrasi Natrium
Bikarbonat). Jurnal Pangan dan Agroindustri 4(1): 109-119.
15