Anda di halaman 1dari 28

BAB III

DASAR TEORI

3.1 Pengertian Instalasi Listrik


Instalasi listrik adalah suatu bagian penting yang terdapat dalam sebuah bangunan gedung
yang berfungsi sebagai penunjang kenyamanan penghuninya. Dalam merancang suatu instalasi
lintrik ada acuan yang digunakan, antara lain PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik) dan
Installation Guide Schneider. Dalam suatu perancangan, produk yang dihasilkan adalah gambar
dan analisa.

3.1.1 Ketentuan Perancangan Instalasi Listrik

1. Rancangan instalasi listrik adalah berkas gambar rancangan dan uraian teknik yang
digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan pemasangan suatu instalasi listrik.
2. Rancangan instalasi listrik harus dibuat dengan jelas serta mudah dibaca dan dipahami.
Untuk itu harus diikuti ketentuan dan standar yang berlaku.
3. Rancangan instalasi listrik terdiri dari:
a. Gambar situasi yang menunjukkan dengan jelas letak gedung atau bangunan
tempat instalasi tersebutakan dipasang dan rancangan penyambungnya dengan
sumber tenaga listrik
b. Gambar instalasi listrik terdiri dari:
1) Rancangan tata letak yang menunjukkan dengan jelas perlengkapan
listrik beserta sarana kendalinya, seperti titik lampu, stop kontak,
sakelar, motor listrik, panel hubung bagi (PHB).
2) Rancangan hubungan perlengkapan listrik dengan gawai pengendali
seperti hubungan lampu dengan sakelarnya.
3) Tanda ataupun keterangan yang jelas mengenai setiap perlengkapan
listrik.

4) Diagram garis tunggal yang meliputi:


a. Diagram PHB lengkap dengan keterangan mengenai ukuran
dan besaran pengenal komponennya.
b. Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang dan
pembagiannya.
c. Ukuran dan jenis penghantar yang dipakai.
c. Gambar rinci yang meliputi:
1) Perkiraan ukuran fisik PHB
2) Cara pemasangan perlengkapan fisik
3) Cara pemasangan kabel
4) Cara kerja instalasi kendali
d. Perhitungan teknis bila dianggap perlu, yang meliputi:
1) Susut tegangan
2) Perbaikan factor daya
3) Beban terpasang dan kebutuhan maksimum
4) Arus hubung singkat
5) Tingkat penerangan

3.2 Prinsip Dasar Sistem Distribusi


Prinsip dasar dari distribusi dan instalasi listrik merupakan suatu aturan atau ketentuan
baku yang dijadikan bahan pertimbangan dalam hal perencanaan atau perancangan,
pemasangan maupun pengoperasian suatu instalasi listrik agar mendapatkan hasil yang
maksimum.
Dalam melakukan pemasangan instalasi listrik, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu diantaranya keamanan, ketercapaian, ketersediaan, keindahan dan
ekonomis.

1. Keamanan
Keamanan merupakan faktor yang paling utama dalam membuat perancangan
instalasi listrik, dimana keamanan yang dimaksud adalah keamanan bagi
pemakai/pengguna atau penghuni dan barang-barang lainnya ditinjau dari segi
elektriknya.
2. Keandalan
Keandalan dalam hal ini menyangkut pelayanan dalam pendistribusian daya listrik ke
konsumen harus terjamin dengan baik. Sehingga kemungkinan terputusnya pelayanan
pendistribusian ke listrik akibat gangguan dapat seminimal mungkin terjadi.
Keandalan juga menyangkut kecepatan pengamanan untuk menanggapi jika terjadi
gangguan pada rangkaian.
3. Ketercapaian
Pemasangan peralatan instalasi listrik harus diletakkan yang sesuai dengan
kemampuan jangkauan atau mudah dijangkau oleh pengguna instalasi tersebut,
sehingga diharapkan pengguna peralatan listrik tersebut tidak kesulitan dalam
pengoperasian listrik.
Ketercapaian juga ditunjang dengan kesederhanaan dari sistem kelistrikannya itu
sendiri. Sehingga diharapkan akan memberikan kemudahan dalam pemeriksaan,
perawatan dan perbaikan instalasi listrik itu sendiri.
4. Ketersediaan
Ketersediaan dalam pengertian ini adalah kesiapan instalasi dalam melayani
kebutuhan konsumen baik untuk kebutuhan daya, peralatan, maupun perluasan
instalasi listrik.
Penyediaan sumber energi listrik cadangan perlu dilakukan, hal ini didasarkan atas
apabila ada penambahan beban baru dapat dilakukan tanpa merubah instalasi yang
sudah ada.
5. Keindahan
Instalasi listrik yang dirancang harus mempertimbangkan faktor kerapihan
pemasangan peralatan, dengan tetap memperhatikan dari segi keamanan instalasi itu
sendiri sesuai peraturan yang berlaku.
6. Ekonomis
Instalasi listrik mulai dari perencanaan, perancangan dan pelaksanaan pemasangan
sampai dengan pengoperasian harus diperhitungkan biaya yang sesuai dengan
investasi.

3.3 Pembagian Beban Menurut karakteristiknya

3.3.1 Motor Listrik / Utilitas


Beban motor listrik adalah beban-beban besar yang sangat diperlukan dalam suatu
intsalasi listrik. Beban motor listrik biasanya digunakan pada gedung-gedung bertingkat
yang mempunyai kapasitas daya yang besar dimana daya beban-beban motor ini cukup
besar. Adapun klasifikasi beban motor pada sistem gedung antara lain:

1. Pompa Hidrant

Gambar 3.1 Pompa Hidrant


Pompa Hidrant adalah atau biasa dikenal dengan Fire Hydrant Pump, pompa ini
di instalasi untuk mengatasi kebakaran yang ada di gedung, menanggulangi
meluasnya kobaran api selama 45 menit sebelum dinas pemadam kebakaran
(plumbir) datang. pompa ini biasanya terdiri dari diesel hydrant, electric hydrant
dan jockey pump.

3.1 Name plat diesel hydrant pump

2 NAMA ALAT DIESEL HYDRANT PUMP


3 KAPASITAS 750 USGPM = 171 M3/H = 48 L/s
4 TEKANAN 98 Meter
5 PUTARAN 2900 Rpm
6 DAYA 119 KW
7 JUMLAH 1 Unit
8 TIPE ALAT Horizontal Centrifugal End Suction Pump
9 OPERASI Automatis Dengan Pressure Switch
10 LOKASI Ruang Pompa
11 CATATAN Standar NFPA 20
3.2 Name plat electric hydrant pump

2 NAMA ALAT ELECTRIC HYDRANT PUMP


3 KAPASITAS 750 USGPM = 171 M3/H = 48 L/s
4 TEKANAN 98 Meter
5 PUTARAN 2900 Rpm
6 DAYA 90 KW/380-660/50Hz/3Ph
7 JUMLAH 1 Unit
8 TIPE ALAT Horizontal Centrifugal End Suction Pump
9 OPERASI Automatis Dengan Pressure Switch
10 LOKASI Ruang Pompa
11 CATATAN Standar NFPA 20

3.3 Name plat jockey hydrant pump

2 NAMA ALAT JOCKEY HYDRANT PUMP


3 KAPASITAS 25 USGPM=5,7 M3/H=1,6 L/s
4 TEKANAN 108 Meter
5 PUTARAN 2900 Rpm
6 DAYA 3KW/4HP/380V/50Hz/3Ph
7 JUMLAH 1 Unit
8 TIPE ALAT Vertical Multistage Stailess Steel In Line Pump
9 OPERASI Automatis Dengan Pressure Switch
10 LOKASI Ruang Pompa
11 CATATAN Standar NFPA 20

2. Pompa Sumersible
Gambar 3.2 Pompa Summersible

Pompa Submersible (pompa benam) disebut juga dengan electric submersible


pump (ESP ) adalah pompa yang dioperasikan di dalam air dan akan mengalami
kerusakan jika dioperasikan dalam keadaan tidak terdapat air terus-menerus. Jenis
pompa ini mempunyai tinggi minimal air yang dapat dipompa dan harus dipenuhi
ketika bekerja agar life time pompa tersebut lama. Pompa jenis ini bertipe pompa
sentrifugal. Pompa sentrifugal sendiri prinsip kerjanya mengubah energi kinetis
(kecepatan) cairan menjadi energi potensial (dinamis) melalui suatu impeller yang
berputar dalam casing. Pada gedung bertingkat pompa ini digunakan untuk
menyalurkan air bekas, air kotor ataupun air hujan yang ada pada area basement.

3.4 Name plat pompa submersible

1 KODE ALAT SP-01


2 NAMA ALAT POMPA SUBMERSIBLE
3 KAPASITAS 100 ltr / mnt
4 TEKANAN 10 Meter
6 DAYA 1300 Watt
7 JUMLAH 1 set (2 unit)
10 LOKASI SEMI BASEMENT

3. Pompa Booster
Pompa booster adalah jenis pompa yang berfungsi hanya untuk menambah tekanan
air, dengan demikian pompa ini tidak dapat digunakan untuk menghisap air dengan
posisi sumber air di bawah pompa. Penggunaan pompa jenis ini lebih menghemat
listrik karena daya listrik yang dibutuhkan biasanya lebih kecil. Selain itu sistem
otomatis pompa ini tidak menggunakan pressure switch, tetapi menggunakan
sejenis bola magnet yang berfungsi ketika ada aliran air. Penggunaan otomatis jenis
ini juga memiliki keuntungan lain, karena bila tidak ada air, pompa tidak akan
bekerja. Sehingga kita terhindar dari resiko kerusakan atau terbakarnya pompa bila
kita sampai lupa mengisi penampungan air.

4. Pompa Transfer
Pompa transfer sering disebut juga dengan istilah pompa pengisi atau pompa
pemindah atau pompa angkat. Fungsi pompa ini memindahkan air dari satu tempat
ke tempat lain secara otomatis ataupun dengan cara manual (On/Off). Pompa
bekerja secara otomatis dengan bantuan sensor elektroda ataupun dengan
pelampung, sensor ini akan bekerja dengan mendeteksi level air. Jika level air turun
(tangki kosong) pada level tertentu maka akan dideteksi oleh elektroda/pelampung
kemudian memberi perintah supaya pompa hidup, dan apabila level air naik (tangki
penuh) pada level tertentu maka akan dideteksi oleh elektroda/pelampung
kemudian memberi perintah supaya pompa mati.

3.4 Pembagian Beban Berdasarkan Suplai Daya

3.4.1 Beban Peralatan Kantor


Beban-beban peralatan kantor adalah beban-beban tambahan atau beban penunjang
pada suatu gedung. Dimana beban-beban ini sangat membantu manusia dalam
menyelesaikan pekerjaan yang ada. Adapun beban-beban peralatan kantor yaitu:
1. Komputer
2. Printer
3. Mesin Fotocopy
4. Infokus (proyektor)

3.4.2 Beban Essensial / Penting


Beban penting merupakan beban listrik yang harus selalu terhubung dengan sumber
energi listrik tanpa putus atau kontinuitas pada saat terjadi kebakaran. Biasanya pengaruh
beban ini yaitu terhadap keselamatan jiwa seseorang. Beban penting dirancang untuk
dilayani dari sumber energi yang interlock pada sistem panel tegangan rendah yang disuplai
oleh Generator Setting. Beban ini juga akan di Backup oleh UPS. Kelompok beban penting
yang terdapat pada gedung TTC Telkomsel yaitu:

1. Lampu pada tangga darurat atau lampu emergency


2. Sistem komunikasi
3. Sistem kebakaran
4. Sistem sirkulasi keamanan
5. Sistem monitoring control
6. Farm Server, computer

3.4.3 Beban Emergency

Beban emergency merupakan beban-beban yang hanya menyala pada saat gedung
tidak dialiri listrik dari PLN. Adapun beban-beban emergency adalah:
1. Pompa Elektrik Hidrant
2. Lampu emergency

3.5 Perlatan Listrik

3.5.1 Trafo

Transformator/ Transformer / Trafo adalah suatu peralatan listrik yang termasuk dalam
klasifikasi mesin listrik statis dan berfungsi untuk menyalurkan tenaga / daya listrik dari
tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, dengan frekuensi sama. Dalam
pengoperasiannya, transformator - transformator tenaga pada umumnya ditanahkan pada
titik netral, sesuai dengan kebutuhan untuk sistem pengamanan atau proteksi. Sebagai contoh
transformator 20 kV/6 kV ditanahkan secara langsung di sisi netral 20 kV. Transformator
yang telah diproduksi terlebih dahulu melalui pengujian sesuai standar yang telah ditetapkan.
Gambar 3.3 Transformator

3.5.1.1 Prinsip Kerja Transformator

Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan bolak-balik (AC). Transformator terdiri dari 3 komponen pokok yaitu: kumparan
pertama (primer) yang bertindak sebagai input, kumparan kedua (skunder) yang bertindak
sebagai output, dan inti besi yang berfungsi untuk memperkuat medan magnet yang
dihasilkan.

Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut. Ketika Kumparan
primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik pada
kumparan primer menimbulkan medan magnet yang berubah. Medan magnet yang berubah
diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti besi ke kumparan sekunder, sehingga
pada ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul ggl induksi. Efek ini dinamakan
induktansi timbal-balik (mutual inductance).

3.5.2 Circuit Breaker

Circuit breaker adalah suatu alat yang memiliki fungsi yang penting yaitu sebagai alat
pemutus dan menyambungkan rangkaian, dan dapat menutup kembali baik secara manual
atau otomatis dengan menggunakan remote control, setelah gangguan diatasi. Tujuan
pemakaian circuit breaker adalah untuk memutuskan jaringan tegangan tinggi, apakah
jaringan tersebut dalam keadaan berbeban atau dalam keadaan hubung singkat. Dan untuk
memenuhi fungsinya tersebut, maka circuit breaker harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Memiliki daya yang cukup untuk memutuskan hubungan rangkaian


2. Dapat diandalkan
3. Dapat bekerja dalam waktu yang singkat
4. Tahan terhadap bunga api
5. Sederhana dalam bentuk dan murah harganya

Gambar 3.4 Circuit Breaker

Circuit breaker dibutuhkan sebagai peralatan proteksi di jaringan distribusi untuk


mengirim listrik dan memutuskan arus listrik. Adapun jaringan-jaringan distribusi yang
memakai CB (circuit breaker) diantaranya jaringan sistem distribusi radial, distribusi
spindle/terminal, distribusi network/grid. Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan circuit
breaker memiliki peranan penting sebagai pengaman disetiap jaringan listrik rumah-rumah.
Ketika pengkabelan elektrik pada suatu bangunan aliran arus bersifat langsung, circuit
breaker memutuskan daya. Tanpa circuit breaker peralatan elektrik rumah tangga tidak
dapat digunakan karena berpotensial terjadinya kebakaran dank kerusakan yang lain dari
masalah pengkabelan dan kerusakan peralatan.
3.5.2.1 Prinsip Kerja Circuit Breaker

Di dalam rangkaian circuit breaker terdiri dari fixed kontak dan moving kontak yang
disebut juga dengan elektroda. Kontak-kontak tersebut dalam keadaan normally closed dan
pada saat gangguan circuit breaker tersebut secara manual atau otomatis akan terbuka
sehingga tidak ada arus yang mengalir sebelum gangguan dapat diatasi.

Pada saat pengkabelan circuit breaker hot wire dan netral wire tidak pernah terkontak
secara langsung. Kemudian muatan bekerja dan selalu menembus rangkaian peralatan
seperti resistor. Dengan demikian batas peralatan listrik dapat menembus sebuah rangkaian
dengan kondisi arus, tegangan dan resistan konstan.

Peralatan didesain untuk menjaga arus dengan kerelatifan level yang rendah agar
tujuan pengamanan dapat tercapai. Akibat aliran muatan yang terlalu banyak menembus
sebuah rangkaian, maka akan timbul panas pada kabel-kabel dan menyebabkan kebakaran.
Pada kasus ini sangat penting dilakukan desain pada peralatan.

3.5.2.2 Karakteristik Circuit Breaker


Gambar 3.5 Kurva Karakteristik Perbandingan Arus Listrik dan Waktu Pada
Tripping Coil Circuit Breaker

3.5.3 Miniatur Circuit Breaker (MCB)

MCB adalah suatu pengaman rangkaian yang dilengkapi dengan pengaman termis
(bimetal) untuk pengaman beban lebih dan juga dilengkapi relai elektromagnetik untuk
pengaman hubung singkat. MCB banyak digunakan untuk pengaman sirkit satu fasa dan tiga
fasa.
Keuntungan menggunakan MCB, yaitu:

a. Dapat memutuskan rangkaian tiga fasa walaupun terjadi hubung singkat pada salah
satu fasanya.
b. Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki akibat hubung singkat atau
beban lebih.
c. Mempunyai tanggapan yang lebih baik apabila terjadi hubung singkat atau beban
lebih.
Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermis dan elektromagnetis,
pengaman thermis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman
elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi gangguan hubung singkat.
Pengaman thermis pada MCB memiliki prinsip yang sama dengan thermal overload yaitu
menggunakan dua buah logam yang digabungkan (bimetal), pengaman secara thermis
memiliki kelambatan, ini bergantung pada besarnya arus yang diamankan, sedangkan
pengaman elektromagnetik menggunakan sebuah kumparan yang dapat menarik sebuah
angker dari besi lunak. MCB dibuat hanya memiliki satu kutub untuk pengaman satu fasa,
sedangkan untuk pengaman tiga fasa biasanya memiliki tiga kutub dengan tuas yang
disatukan, sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub yang lainnya
juga akan ikut terputus.

Gambar 3.4 Miniatur Circuit Breaker

3.5.4 Molded Case Circuit Breaker (MCCB)


MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam proses operasinya
mempunyai dua fungsi sebagai pengaman dan sebagai alat untuk penghubung. Jika dilihat
dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi sebagai pengaman gangguan arus hubung
singkat dan arus beban lebih. Pada jenis tertentu pengaman ini mempunyai kemampuan
pemutusan yang dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.
Selain itu dalam menentukan besarnya pengaman, kita harus memperhatikan:
1. Keserempakan
2. Kemampuan pengaman
3. Sifat beban
4. Diskriminasi
Gambar 3.5 Molded Case Circuit Breaker

3.5.5 Pengaman Lebur (Fuse)

Fuse merupakan perlengkapan proteksi yang memiliki rangkaian sederhana. Bentuk


fuse terdiri dari sebuah kabel tipis yang dilindungi oleh casing. Pada saat rangkaian tertutup
semua aliran muatan melewati kabel fuse. Pada saat arus naik mencapai level tertentu yang
menunjukkan tidak aman, terjadi pemanasan pada kabel fuse, hal ini berakibat putusnya
kabel fuse tersebut dan fuse rusak. Hal ini memiliki kesamaan dengan prinsip kerja CB
tetapi yang membedakan pada CB tidak perlu diganti alatnya hal ini disebabkan CB dapat
menutup kembali secara otomatis maupun manual sedangkan fuse sendiri harus diganti
karena tidak dapat digunakan kembali.

Alat ini berfungsi untuk melindungi peralatan system listrik terhadap hubungan singkat
dan beban lebih. Biasanya fuse dipasang dengan switch lain seperti saklar pisau dipasang
seri dengan fuse tersebut. Bagian utama suatu fuse adalah
1. Elemen fuse, yaitu bahan yang dibuat dari metal.
2. Sepasang tempat penghubung elemen fuse dan sebuah body dipasangkan.

Jika panas yang dihasilkan melebihi harga batas fuse, maka fuse tersebut atau
konduktornya akan meleleh sehingga memutuskan rangkaian yang ada dibelakangnya,
sehingga rangkaian tersebut sekaligus terlinsung dari arus yang besar.
3.5.5.1 Karakteristik Circuit Breaker

Dapat dijelaskan karakteristik yang seharusnya dimiliki oleh fuse adalah sebagai
berikut:

1. Harga relative murah


2. Bentuk, konstruktif dan pemeliharaan sederhana
3. Kalau elemen fuse putus harus diganti dan kemampuan untuk memutuskan arus
lebih dari pada kemampuan circuit breaker.
4. Jika arus tera minimum yang sudah ditentukan besarnya selama satu jam, maka
elemen fuse tidak putus.
5. Karakteristik waktu arus adalah hubungan antar jumlah waktu pemutusan suatu
arus gangguan sebagai fungsi dari waktu.
6. Dapat dipakai untuk system yang telah direncanakan semula sesuai dengan
fungsi fuse tersebutdan batas kerjanya.

Gambar 3.5 Kurva Karakteristik Fuse


3.5.6 Kabel Power
Kabel atau penghantar berfungsi untuk menyalurkan energi atau arus listrik dari
sisi input atau sumber sampai pada sisi beban. Sebuah kabel listrik terdiri dari
insulator dan konduktor. Pada kabel, bahan insulator pembungkus kabel biasanya
terbuat dari karet atau plastik, sedangkan konduktornya terbuat dari tembaga ataupun
aluminium. Kemampuan hantar dari kabel listrik ditentukan oleh KHA (Kemampuan
Hantar Arus) dari kabel tersebut. Parameter hantaran listrik ditentukan dalam satuan
Ampere. Kemampuan hantar arus ditentukan oleh penampang konduktor yang berada
dalam kabel listrik. Ketentuan mengenai KHA kabel listrik diatur dalam spesifikasi
SPLN maupun standar yang lain.
Kabel dibuat dan dirancang sesuai dengan kondisi pemakaiannya. Tujuannya adalah
untuk memperkecil bahaya yang timbul dan kerusakan terhadap kawat atau kabel tersebut.
Dengan demikian ada tiga hal pokok dari kabel yaitu :

1. Konduktor atau penghantar merupakan media untuk menghantarkan listrik.


2. Isolasi merupakan bahan dielektrik untuk mengisolir dari yang satu terhadap yang lain dan
juga terhadap lingkungan lingkungannya.
3. Pelindung luar merupakan perlindungan terhadap kerusakan mekanis, pengaruh bahan
kimia, elektrolisis, api atau gangguan dari pengaruh pengaruh lainnya yang merugikan.

Pada gambar berikut akan diperlihatkan konfigurasi tipikal kabel yang umum digunakan:
1. konduktor
1
2. Shield / Screen Konduktor
2
3. Insulation 3
4
4. Insulation Screen (non metallic part) 5
5. Insulation Screen (metallic part) 6
7
6. Non-hygroscopic fillers dan separator tape 8
7. Bedding
8. Armour
9. Outer Sheath
9
Gambar 3.6 Konfigurasi Tipikal Kabel

Adapun beberapa faktor pertimbangan dalam memilih ukuran kabel atau kawat untuk transmisi
dan distribusi listrik :
1. Kehilangan atau kerugian tenaga (power loss) yang dirubah menjadi panas dalam kawat
karena adanya tahanan kawat itu sendiri. Besarnya power loss dapat dihitung dengan
rumusan berikut = I2R . Pemakaian kawat dengan ukuran besar maka harga tahanan akan
mengecil sehingga tenaga yang hilang dapat diperkecil.
2. Kerugian tegangan, tegangan listrik dari sumber akan turun disebabkan karena adanya
pemakaian arus beban. Pemakaian arus menyebabkan adanya kehilangan atau kerugian
tegangan (I.R drop).
3. Batasan kuat arus yang boleh dialirkan pada kawat agar tidak menimbulkan panas yang
berlebihan karena panas tersebut dapat merusak bahan isolasi.
Untuk penggunaan kabel dalam sistem kelistrikan industri maupun instalasi pada rumah, terdapat
beragam jenis kabel yang dapat digunakan sesuai kebutuhan. Karena banyaknya jenis yang ada,
maka jenis kabel tersebut dinyatakan dengan bantuan singkatan huruf atau juga dengan angka.
Kode-kode tipe desain kabel adalah sebagai berikut :
N : kabel dengan konduktor tembaga
NA : kabel dengan konduktor Aluminium
A : isolasi konduktor tunggal
2X : isolasi XLPE
Y : selubung PVC untuk kabel outdoor
C : konduktor tembaga konsentris
B : double steel tape berperisai
F : kawat flat steel galvanis
R : kawat round steel galvanis
Gb : steel tape helix (mengikuti F arau R)
re : konduktor circular solid
rm : konduktor circular stranded
sm : konduktor shaped stranded
cm : konduktor compacted circular stranded

Kabel yang biasa digunakan dalam instalasi listrik ada beberapa jenis seperti NYY,
NYFGbY, NYM, NYA, serta berikut penjelasan untuk beberapa tipe kabel :

Kabel NYA

Gambar 3.7 Kabel NYA


Pada umumnya digunakan untuk instalasi rumah dan sistem tenaga. Dalam instalasi rumah
digunakan ukuran 1,5 mm2 dan 2,5 mm2. Berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC, dan
seringnya untuk instalasi kabel udara. Kode warna isolasi ada warna merah, kuning, biru dan
hitam. Kabel tipe ini umum dipergunakan di perumahan karena harganya yang relatif murah.
Lapisan isolasinya hanya 1 lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air dan mudah digigit tikus.
Agar aman memakai kabel tipe ini, kabel harus dipasang dalam pipa/conduit jenis PVC atau
saluran tertutup. Sehingga tidak mudah menjadi sasaran gigitan tikus, dan apabila ada isolasi
yang terkelupas tidak tersentuh langsung oleh orang.

Kabel NYM

Gambar 3.7 Kabel NYM


Digunakan untuk kabel instalasi listrik rumah atau gedung dan sistem tenaga. Kabel NYM
berinti lebih dari 1, memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna putih atau abu-abu), ada
yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis, sehingga tingkat
keamanannya lebih baik dari kabel NYA (harganya lebih mahal dari NYA). Kabel ini dapat
dipergunakan dilingkungan yang kering dan basah, namun tidak boleh ditanam.

Kabel NYY

Gambar 3.8 Kabel NYY


Memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna hitam), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYY
dipergunakan untuk instalasi tertanam (kabel tanah), dan memiliki lapisan isolasi yang lebih
kuat dari kabel NYM (harganya lebih mahal dari NYM). Kabel NYY memiliki isolasi yang
terbuat dari bahan yang tidak disukai tikus.

3.5.6.1 Pemilihan Kabel


Pengukuran kabel harus dilakukan secara tepat. Karena penting untuk meyakinkan
bahwa kabel dapat beroperasi secara kontinyu pada keadaan beban penuh tanpa adanya
kerusakan, mampu bertahan pada saat terjadi gangguan arus hubung singkat, mampu
mencatu beban dengan tegangan sesuai batas drop voltage nya. Oleh karena itu penentuan
dan pemilihan jenis suatu penghantar dalam perancangan instalasi listrik merupakan hal
yang paling utama. Berikut beberapa tahapan penentuan dan pemilihan kabel :
1. Menghitung daya total yang akan di distribusikan.
2. Menghitung nominal arus yang dari daya total tersebut.
3. Memilih jenis kabel yang akan di gunakan dari katalog dengan melihat ampasitas kabel.
Nilai arus dari daya yang akan di distribusikan harus lebuh kecil dari nilai arus pada kabel
tersebut.
4. Menghitung drop voltage. Jika tegangan jatuhnya masih > 5%, maka, pemilihan kabel
dilakukan kembali dengan melihat diameter diatasnya.
5. Menghitung arus hubung singkat.

3.5.7 Drop Voltage Pada Kabel


Dalam penyediaan tenaga listrik disyaratkan suatu level standard tertentu untuk
menentukan kualitas tegangan pelayanan. Secara umum ada tiga hal yang perlu dijaga kualitasnya,
yaitu :
Frekwensi (50 Hz)
Tegangan SPLN.No.1; 1985 (220/380 Volt : 5%)
Keandalan
Drop voltage (Jatuh tegangan) merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu
penghantar. Jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik secara umum berbanding lurus dengan
panjang saluran dan beban serta berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar. Besarnya
jatuh tegangan dinyatakan baik dalam persen atau dalam besaran Volt. Besarnya batas atas dan
bawah ditentukan oleh kebijaksanaan perusahaan kelistrikan.
Tegangan jatuh secara umum adalah tegangan yang digunakan pada beban. Tegangan jatuh
ditimbulkan oleh arus yang mengalir melalui tahanan kawat. Tegangan jatuh V pada penghantar
semakin besar jika arus I di dalam penghantar semakin besar dan jika tahanan penghantar R
semakin besar pula. Tegangan jatuh merupakan penanggung jawab terjadinya kerugian pada
penghantar karena dapat menurunkan tegangan pada beban. Akibatnya hingga berada di bawah
tegangan nominal yang dibutuhkan. Atas dasar hal tersebut maka tegangan jatuh yang diijinkan
untuk instalasi arus kuat hingga 10% yang ditetapkan dalam persen dari tegangan kerjanya.
Tegangan jatuh pada jaringan disebabkan adanya rugi tegangan akibat hambatan listrik (R)
dan reaktansi (X). Jatuh tegangan phasor Vd pada suatu penghantar yang mempunyai impedansi
(Z) dan membawa arus (I) dapat dijabarkan dengan rumus :
= .
Dalam pembahasan ini yang dimaksudkan dengan jatuh tegangan (V) adalah selisih antara
tegangan kirim (VK) dengan tegangan terima (VT), maka jatuh tegangan dapat didefinisikan adalah
:
=
Karena adanya resistansi pada penghantar maka tegangan yang diterima konsumen (Vr) akan lebih
kecil dari tegangan kirim (Vs), sehingga tegangan jatuh (Vdrop) merupakan selisih antara tegangan
pada pangkal pengiriman (sending end) dan tegangan pada ujung penerimaan (receiving end)
tenaga listrik. Tegangan jatuh relatip dinamakan regulasi tegangan VR (voltage regulation) dan
dinyatakan oleh rumus :

= 100%

Dimana
Vs = tegangan pada pangkal pengiriman
Vr = tegangan pada ujung penerimaan
Untuk menghitung jatuh tegangan, diperhitungkan reaktansinya, maupun faktor dayanya yang
tidak sama dengan satu, maka berikut ini akan diuraikan cara perhitunganya. Dalam
penyederhanaan perhitungan, diasumsikan bebanbebannya merupakan beban fasa tiga yang
seimbang dan faktor dayanya (Cos ) antara 0,6 s/d 0,85. tegangan dapat dihitung berdasarkan
rumus pendekatan hubungan sebagai berikut :
V = I R cos L+ I j X sin L
V = I (R cos + j X sin )L
Dimana :
V : Tegangan Jatuh (Volt)
Vr : Tegangan reaktif (Volt)
I : arus penghantar phasa (Ampere)
R : resistansi/tahanan penghantar phasa (/km)
jX : reaktansi saluran (/km)
: sudut daya (beda sudut antara I dan E)
L : panjang saluran (m)
Maka :
Untuk saluran 1 phasa
2( cos + sin )
1 = 1000

Untuk saluran 3 phasa


3( cos + sin )
3 =
1000

Sedangkan untuk mengukur besar penampang kabel adalah sebagai berikut :


V 3 I R cos 3 I L sin jika induktasi diabaikan
maka
3 I l Cos 3 I l Cos
V A
A V

3.5.8 Kabel Tray


Kabel tray atau ladder adalah tempat dudukan kabel instalasi listrik yang dipasang pada
bangunan gedung sehingga tertata rapi dan mudah dalam pemeliharaan dan perbaikan, gambar
ladder ini dapat dilihat dibawah seperti sebuah rak rell dengan sekumpulan kabel tertata rapi. bahan
yang digunakan bisa terbuat dari alumunimum, besi , baja dan material lainya. cara pemasangan
kabel tray atau ladder adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan shop drawing penempatan jalur kabel dengan mempertimbangkan bagian
komponen bangunan lainya seperti titik lampu,instalasi pipa dll, agar tidak berbenturan
satu sama lain maka dapat dibuat gambar instalasi secara keseluruhan yang biasa disebut
juga dengan shop drawing komposit.
2. Marking jalur tray atau ladder sesuai shop drawing
3. Tandai lokasi pengeboran untuk gantungan
4. Bor lokasi gantungan atau support
5. Pasang gantungan atau support ladder
6. Pasang kabel ladder
7. Pada setiap sambungan pasang penghubung grounding
8. Agar dapat bertahan lama maka kabel tray dapat di zincromate atau finish cat untuk
mencegah karat.

Gambar 3.8 Kabel Tray Pada Plafond


Pemasangan pada plafond memerlukan perkuatan penggantung yang dipasang dengan baik
agar tidak mengalami keruntuhan, penggantung dipasang pada jarak yang cukup sehingga dapat
berfungsi baik namun tidak terlalu rapat karena dapat menyebabkan pemborosan material serta
meningkatkan beban bangunan yang harus ditanggung oleh struktur lantai dan balok gedung
sehingga menjadi penyebab keruntuhan.
Gambar 3.8 Kabel Tray Pada Dinding

Pemasangan pada dinding perlu dibuatkan ruangan khusus mekanikal elektrikal sehingga
tidak mengganggu keindahan arsitektur bangunan. jika terpaksa berada pada ruangan yang
membutuhkan kerapian maka bisa dibungkus dengan dinding gypsum atau batu bata sehingga
terlihat bersih dan rapi.

3.5.9 Conduit

Gambar 3.9 Conduit

Conduit adalah sistem perpipaan listrik yang digunakan untuk perlindungan dan routing
kabel listrik. Conduit dapat terbuat dari logam, plastik, serat, atau dipecat tanah liat. Conduit
Fleksibel tersedia untuk tujuan khusus. Conduit umumnya dipasang di lokasi pemasangan
peralatan listrik. Penggunaannya, bentuk, dan rincian instalasi sering ditentukan oleh peraturan
kelistrikan, seperti Amerika Serikat NEC atau kode nasional atau lokal lainnya. Conduit terbuat
dari material metal ataupun plastik. Conduit yang terbuat dari metal bersifat kaku, sedangkan yang
terbuat dari plastik bersifat fleksibel / lentur. Conduit terbentang antara area kerja menuju wiring
closet. Dalam pengisian kabel, harus disisakan ruang kosong dalam conduit sebesar 40% dari
kapastitas conduit. Conduit dapat dipakai di rute horizontal cable ataupun backbone cable.

3.6 Sistem Pentanahan

Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding system adalah sistem pengamanan
terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan
listrik utamanya petir. Sistem pentanahan digambarkan sebagai hubungan antara suatu peralatan
atau sirkit listrik dengan bumi. Sistem pentanahan yang digunakan baik untuk pentanahan netral
dari suatu sistem tenaga listrik, pentanahan sistem penangkal petir dan pentanahan untuk suatu
peralatan khususnya dibidang telekomunikasi dan elektronik perlu mendapatkan perhatian yang
serius, karena pada prinsipnya pentanahan tersebut merupakan dasar yang digunakan untuk
suatu system proteksi. Tidak jarang orang umum/ awam maupun seorang teknisi masih ada
kekurangan dalam mengprediksikan nilai dari suatu hambatan pentanahan. Besaran yang sangat
dominan untuk diperhatikan dari suatu sistem pentanahan adalah hambatan sistem suatu
sistem pentanahan tersebut.

Besar impedansi pentanahan tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor
internal atau eksternal. Yang dimaksud dengan fator internal meliputi :
a. Dimensi konduktor pentanahan (diameter atau panjangnya)
b. Resistivitas relative tanah
c. Konfigurasi system pentanahan.

Yang dimaksud dengan faktor eksternal meliputi :

a. Bentuk arusnya (pulsa, sinusoidal, searah).


b. Frekuensi yang mengalir ke dalam system pentanahan

Untuk mengetahui nilai-nilai hambatan jenis tanah yang akurat harus dilakukan pengukuran
secara langsung pada lokasi yang digunakan untuk system pentanahan karena struktur tanah
yang sesungguhnya tidak sesederhana yang diperkirakan, untuk setiap lokasi yang berbeda
mempunyai hambatan jenis tanah yang tidak sama.
Tujuan utama pentanahan adalah menciptakan jalur yang low- impedance (tahanan rendah)
terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transient voltage. Penerangan, arus listrik,
circuit switching dan electrostatic discharge adalah penyebab umum dari adanya sentakan listrik
atau transient voltage. Sistem pentanahan yang efektif akan meminimalkan efek tersebut.

3.6.1 Karakteristik Sistem Pentanahan yang Efektif


Karakteristik sistem pentanahan yang efektif antara lain adalah:
a. Terencana dengan baik, semua koneksi yang terdapat pada sistem harus merupakan
koneksi yang sudah direncanakan sebelumnya dengan kaidah- kaidah tertentu.
b. Verifikasi secara visual dapat dilakukan.
c. Menghindarkan gangguan yang terjadi pada arus listrik dari perangkat.
d. Semua komponen metal harus ditahan/diikat oleh sistem pentanahan, dengan
tujuan untuk meminimalkan arus listrik melalui material yang bersifat konduktif pada
potensial listrik yang sama.

3.6.1.1 Penggunaan Pentanahan dalam Aplikasi Proteksi


a. Karena gejala alami, seperti kilat, tanah digunakan untuk membebaskan
sistem dari arus sebelum personil atau pelanggan dapat terluka atau komponen
sistem yang peka dapat rusak karena adanya arus kejut yang ditimbulkan oleh petir.
b. Karena potensial dalam kaitan dengan kegagalan sistem tenaga listrik dengan
kembalian tanah, tanah membantu dalam memastikan operasi yang cepat
menyangkut relay proteksi sistem daya dengan menyediakan jalan arus gagal
tahanan rendah tambahan. Jalan tahanan rendah menyediakan tujuan untuk
mengeluarkan potensial secepat mungkin. Tanah harus mengalirkan potensial
sebelum personil terluka atau sistem telepon rusak.

3.6.1.2 Peralatan Pentanahan

Gambar 3.9 Macam-macam Alat Pentanahan

Dari gambar diatas tampak bahwa ada empat alat pentanahan, yaitu:
1. Batang pentanahan tunggal (single grounding rod).
2. Batang pentanahan ganda (multiple grounding rod). Terdiri dari
beberapa batang tunggal yang dihubungkan paralel.
3. Anyaman pentanahan (grounding mesh), merupakan anyaman kawat
tembaga.
4. Pelat pentanahan (groundingplate) ,yaitu pelat tembaga.

Anda mungkin juga menyukai