Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

Infestasi jamur pada paru saat ini sering ditemui sebagai infeksi nasokomial.1
Perhatian terhadap penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur makin hari makin
meningkat. Hal ini disebabkan karena perhatian dan teknik pemeriksaan laboratorium
yang semakin maju.2 Makin banyak antibiotik yang ditemukan dan dipergunakan
dalam pengobatan, ternyata disamping bermanfaat untuk mengobati dan mencegah
penyakit infeksi, juga menimbulkan makin berkembangnya jamur saprofit dalam
tubuh manusia. Hal ini juga dapat menyebabkan gangguan dan penyakit.1

Penyakit paru karena jamur (mikosis paru) termasuk kedalam mikosis


sistemik. Kekekerapan dan masalah yang ditimbulkan mikosis paru ini juga
meningkat. Secara klinis gejala mikosis paru sangat bervariasi, mulai dari tanpa
gejala berarti sampai dengan gejala paling berat yang bisa menimbulkan kematian.
Gejala utama yang sering dijumpai adalah sama dengan gejala penyakit paru yang
lainnya.2

ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Paru
Paru merupakan salah satu organ vital yang memiliki fungsi utama
sebagai alat respirasi dalam tubuh manusia, paru secara spesifik memiliki
peran untuk terjadinya pertukaran oksigen (O2) dengan karbon dioksida
(CO2). Pertukaran ini terjadi pada alveolus alveolus di paru melalui sistem
kapiler.3
Paru terdiri atas 3 lobus pada paru sebelah kanan, dan 2 lobus pada
paru sebelah kiri. Pada paru kanan lobus lobusnya antara lain yakni lobus
superior, lobus medius dan lobus inferior. Sementara pada paru kiri hanya

1
terdapat lobus superior dan lobus inferior. Namun pada paru kiri terdapat satu
bagian di lobus superior paru kiri yang analog dengan lobus medius paru
kanan, yakni disebut sebagai lingula pulmonis. Di antara lobus lobus paru
kanan terdapat dua fissura, yakni fissura horizontalis dan fissura obliqua,
sementara di antara lobus superior dan lobus inferior paru kiri terdapat fissura
obliqua.3
Paru sendiri memiliki kemampuan recoil, yakni kemampuan untuk
mengembang dan mengempis dengan sendirinya. Elastisitas paru untuk
mengembang dan mengempis ini di sebabkan karena adanya surfactan yang
dihasilkan oleh sel alveolar tipe 2.16 Namun selain itu mengembang dan
mengempisnya paru juga sangat dibantu oleh otot otot dinding thoraks dan
otot pernafasan lainnya, serta tekanan negatif yang teradapat di dalam cavum
pleura.3

Gambar 1.

2
2. Cavum thoraks
Paru terletak pada sebuah ruangan di tubuh manusia yang di kenal
sebagai cavum thoraks. Karena paru memiliki fungsi yang sangat vital dan
penting, maka cavum thoraks ini memiliki dinding yang kuat untuk
melindungi paru, terutama dari trauma fisik. Cavum thoraks memiliki dinding
yang kuat yang tersusun atas 12 pasang costa beserta cartilago costalisnya, 12
tulang vertebra thoracalis, sternum, dan otot otot rongga dada. Otot otot
yang menempel di luar cavum thoraks berfungsi untuk membantu respirasi
dan alat gerak untuk extremitas superior.3

Gambar 2.
3. Pleura
Selain mendapatkan perlindungan dari dinding cavum thoraks, paru
juga dibungkus oleh sebuah jaringan yang merupakan sisa bangunan
embriologi dari coelom extra-embryonal yakni pleura. Pleura sendiri dibagi
menjadi 3 yakni pleura parietal, pleura visceral dan pleura bagian
penghubung. Pleura visceral adalah pleura yang menempel erat dengan
substansi paru itu sendiri. Sementara pleura parietal adalah lapisan pleura
yang paling luar dan tidak menempel langsung dengan paru. Pelura bagian

3
penghubung yakni pleura yang melapisi radiks pulmonis, pleura ini
merupakan pelura yang menghubungkan pleura parietal dan pleura visceral.3
Pleura parietal memiliki beberapa bagian antara lain yakni pleura
diafragmatika, pelura mediastinalis, pleura sternocostalis dan cupula pleura.
Pleura diafragmatika yakni pleura parietal yang menghadap ke diafragma.
Pleura mediastinalis merupakan pleura yang menghadap ke mediastinum
thoraks, pleura sternocostalis adalah pleura yang berhadapan dengan costa dan
sternum. Sementara cupula pleura adalah pleura yang melewati apertura
thoracis superior.Pada proses fisiologis aliran cairan pleura, pleura parietal
akan menyerap cairan pleura melalui stomata dan akan dialirkan ke dalam
aliran limfe pleura.3
Di antara pleura parietal dan pleura visceral, terdapat celah ruangan
yang disebut cavum pleura. Ruangan ini memiliki peran yang sangat penting
pada proses respirasi yakni mengembang dan mengempisnya paru,
dikarenakan pada cavum pleura memiliki tekanan negatif yang akan tarik
menarik, di mana ketika diafragma dan dinding dada mengembang maka paru
akan ikut tertarik mengembang begitu juga sebaliknya. Normalnya ruangan
ini hanya berisi sedikit cairan serous untuk melumasi dinding dalam pleura.3

Gambar 3.

4
BAB II

DEFINISI

Histoplasmosis atau yang sering dikenal dengan Darling's disease, adalah


infeksi yang disebabkan oleh Histoplasma capsulatum, suatu organisme difase -
sebuah tunas pada temperatur tubuh dan mold pada temperatur ruangan dan dalam
lingkungan.4

Cryptococcus neoformans adalah organisme yeastlike yang biasanya


menginfeksi paru dan sistem saraf pusat tapi dapat juga menyerang bagian lain dari
tubuh.4

Istilah Kandidiosis merujuk pada infeksi yang sebagian besar disebabkan oleh
patogen oportunistik klasik, Candida albicans, atau biasanya juga spesies kandida
lainnya.5

MORFOLOGI DAN IDENTIFIKASI

Isolat primer H. capsulatum pada penyakit histoplasmosis sering


memuunculkan koloni kapang berwarna cokelat pada suhu dibawah 37 derajat
selsius, tetapi tampilannya bervariasi. Kebanyakan isolat lamban bertumbuh, dan
spesimennya memerlukan waktu inkubasi 4-12 minggu untuk memunculkan koloni.
Hifa hialin bersepta menghasilkan mikrokonidia (2-5m) dan mikrokonidia
berdinding tebal, bulat dan besar disertai penonjolan materi dinding sel (8-16m) di
perifernya. Di dalam jaringan atau di invitro pada medium yang kaya pada suhu 37
derajat selsius, hifa dan konidianya berubah menjadi sel ragi kecil dan oval (2x4 m).
Di dalam jaringan, ragi secara khas terlihat berada didalam makrofag, karena H.
capsulatum merupakan parasit intrasel fakultatif. Didalam laboratorium, dengan galur
yang cocok untuk dikawinkan, siklus seksual dapat didemonstrasikan, menghasilkan
Ajellomyces capsulatus, suatu teleomorf yang membentuk askospora.6

5
Aspergillus sp. tumbuh cepat, menghasilkan hifa aerial yang memperlihatkan
ciri khas struktur konidia: konidiofora panjang dengan vesikel di terminal, tempat
fialid menghasilkan rantai-rantai bersepta konidia. Spesies ini diidentifikasi menurut
perbedaan morfologi dalam struktur-struktur tersebut, termasuk ukuran, bentuk,
tekstur dan warna konidia.6

Didalam kultur, Cryotococcus sp. menghasilkan koloni mukoid keputihan


dalam 2-3 hari. Secara mikroskopis, dalam bahan kultur atau klinis, sel ragi yang
bulat dan bertunas (diameter 5-10 m) dikelilingi oleh kapsul yang tidak terwarnai.
Semua spesies kriptokokus termasuk beberapa spesies nonpatogen, terbungkus dalam
kapsul dan mengandung urease. Akan tetapi, C. neoformans dan C. gattii berbeda
dengan spesies nonpatogen karena mampu tumbuh pada suhu 37 derajat selsius dan
menghasilkan lakase, suatu fenol oksidase yang mengkatalisasi pembentukan melanin
dari substrat fenol yang sesuai (contoh, katekolamin). Baik kapsul dan lakase
merupakan faktor virulensi yang sudah menjadi ciri yang jelas. Isolat klinis dikenali
dengan terdapatnya produksi lakase atau pola spesifik asimilasi karbohidrat.
Antiserum yang diabsorbsi memiliki lima serotipe yang berbeda (A-D dan AD),
galur-galur C. neoformans dapat memiliki serotipe A, D, atau AD, dan isolat C.
neoformans dapat mengandung serotipe B atau C. Selain serotipe kapsulnya, kedua
spesies tersebut berbeda dalam hal genotipe, ekologi, beberapa reaksi biokimiawi,
dan manifestasi klinis. Reproduksi seksual dapat terlihat di laboratorium, dan
perkawinan yang sukses akan menghasilkan miselium dan basidiospora, telomorf
kedua varietas yang berkaitan adalah Flubasidiella neoformans var neoformans
(serotipe A dan D) serta Filobasidella neoformans var bacillispora (serotipe B dan
C).6

6
EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan penelitian di Medan, ternyata dijumpai 3,35% mikosis paru pada


pasien dengan gejala batuk kronik dan berdahak. Penyebab terbanyak ialah Candida
albicans 36,67%, kemudian Aspergillus fumigatus 27,33%, Candida sp. dan A.
Flavus masing-masing 11,6% dan Nocardia sp. 1,85%.2

Di Amerika Serikat, H. capsulatum adalah penyebab paling sering pada


mikosis paru. Di beberapa negara bagian, penyakit endemik, ditunjukkan dengan tes
histoplasmin positif hingga mencapai 80-95%. Infeksi jamur ini telah dilaporkan dari
banyak negara. Di Indonesia Irma SM telah mencatat ada 17 pasien histoplasmosis
sejak tahun 1932 sampai dengan 1988.2

Pada tahun 1950 Emmons di Amerika Serikat telah berhasil mengisolasi


jamur kriptokokus dari tanah, terutama yang mengandung kotoran merpati. Di
Indonesia, Jan Susilo juga telah dapat mengisolasi jamur ini dari tanah yang
mengandung kotoran merpati di Jakarta. Sedangkan kasus Kriptokokus juga telah
dilaporkan di Indonesia pada tahun 1917, 1926, dan 1948.2

FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor predisposisi antara lain pemakaian obat-obatan kortikosteroid,


imunosupresif, dan sitostatistika. Dengan penggunaan obat-obatan tersebut bukan
hanya jamur patogen yang lebih mudah menginfeksi, tetapi juga jamur saprofit.
Belakangan dengan makin meningkatnya jumlah pasien AIDS, maka pasien AIDS
yang mendapatkan infeksi jamur juga meningkat. Tuberkulosis, penyakit paru
obstruksi kronik, Diabetes mellitus, keganasan,gagal ginjal kronik dan obat
abtibiotik, kortikosteroid dan sitostatistika merupakan faktor pencetus lainnya. 2

7
ETIOLOGI

Tidak mudah untuk menentukan etiologi penyakit paru yang disebabkan oleh
jamur, sebab jamur yang menyebabkan penyakit paru juga dapat berupa jamur
saprofit yang menjadi patogen pada penderita yang sangat lemah. Pengambilan
spesimen perlu dilakukan berkali-kali untuk dapat menemukan jamur setiap kali
inokulasi pada media pembiakan yang mengandung zat yang menghambat
pertumbuhan jamur saprofit agar tidak menutupi pertumbuhan jamur patogen yang
akan dideteksi.2

KLASIFIKASI
Berdasarkan jamur penyebab, Riddell membuat klasifikasi mikosis paru: 2
1) Aktinomisetes (aktinomikosis, nokardiosis)2
2) Ragi dan jamur menyerupai ragi (kriptokokosis, kandidiosis)2
3) Jamur berfilamen (Aspergillosis, mukormikosis)2
4) Jamur dimorfik (histoplasmosis, koksidiodomikosis, blastomikosis,
sporotrikosis)2
Berdasarkan apakah mikosis paru disebabkan jamur patogen atau oportunistis dibagi:
Mikosis paru yang disebabkan jamur patogen, bisa bersifat:2
o Endemik yaitu histoplasmosis, blastomikosis, koksidioi-mikosis dan
parakoksidiomikosis.2
o Nonedemik yaitu kriptokosis.2
Disebabkan jamur opurtunis yaitu aspergillosis, kandidiosis, nokardiosis,
mukomikosis.2
Infeksi jamur oportunis, yang umumnya didapati pada pasien dengan defisiensi
sistem pertahanan tubuh ternyata lebih sering terjadi dibandingkan infeksi jamur
patogen. Blastomikosis, parakoksidiomikosis, koksidiomikosis belum pernah
dilaporkan di Indonesia.2

8
GEJALA KLINIS
1. Histoplasmosis
Histoplasmosis disebabkan jamur Histoplasma kapsulatum, bersifat
dimorfik, hidup dalam tanah yang mengandung kotoran burung, ayam,
kelelawar. Manusia mendapat infeksi dengan cara terhirup spora
histoplasmosis.2
Manifestasi klinis dari penyakit histoplasmosis ini merupakan
penyakit endemik, dan kebanyakan tidak memberikan gejala. Masa inkubasi
sekitar 14 hari dengan gambaran klinis kadang-kadang menyerupai
tuberkulosis. Gambaran klinis histoplasmosis paru dibagi atas:2
1) Asimptomatik
Pada daerah endemik bisa dijumpai sekitar 90% penduduk
yang terinfeksi H. capsulatum, tidak menimbulkan gejala, walaupun
tes histoplasmin positif.2
2) Histoplasmosis Paru Akut
Infeksi primer bisa terjadi misalnya pada sekelompok orang
yang berkunjung ke daerah endemik. Setelah massa inkubasi bisa lebih
dari 90% dari mereka menunnjukan gejala klinis tidak khas, dan
dianggap sebagai flu biasa. Bila spora jamur yang terhirup cukup
banyak, akan menimbulkan seask napas, sianosis, sakit dada, rash,
eritema multiforme, dan sakit pleura. Stadium akut ini akan berakhir
dalam 3 minggu dengan terjadi penyembuhan sempurna.
Hipersensitivitas kulit timbul 4-8 minggu setelah gejala pertama.
Young telah menganalisis gejala 45 kasus histoplasmosis paru akut di
Panama yaitu berupa demam (93%), malaise umum (77%), sakit dada
(45%), batuk (35%), menggigil (22%), sakit kepala (20%), sakit otot
(17%).2

9
3) Histoplasmosis Paru Kronik
Biasanya dijumpai pada orang dewasa dengan umur paruh
baya riwayat penyakit paru kronik. Misalnya tuberkulosis paru. Juga
didapati pada pasien dengan Diabetes mellitus dan penyakit mikosis
paru lainnya.2
4) Histoplasmosis Diseminata
Secara klinis sering didapati seperti penyakit demam sistemik
dan tidak spesifik. Dijumpai demam tinggi, hepatosplenomegali,
limfadenopati, pansitopenia, dan lesi di mukosa dapat terjadi berupa
lesi ulseratif di mulut, lidah, orofaring. Organ lain yang bisa kena
adalah meningen dan endokardium.2
2. Aspergilosis
Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA) merupakan
penyakit yang sering muncul dan ternyata lebih banyak dari dugaan semula.
Manifestasi klinis ABPA sangat bervariasi berupa badan tidak enak, demam,
sesak, sakit dada, wheezing, dahak yang purulen, dan batuk darah.
Berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium dan serologis sudah dikenal 5
macam staging ABPA yaitu akut, remisi, eksaserbasi berulang, asma
dependen terhadap kortikosteroid dan fibrosis paru.2
Pada staging akut, pasien memberikan gejala demam, batuk, sesak,
dan sulit mengeluarkan dahak. Pada staging remisi, pasien tidak memberikan
gejala. Pada staging eksaserbasi berulang, pasien dapat memberikan
gejalaasma yang memerlukan kortikosteroid jangka panjang. Pada staging
fibrosis paru, pasien memberikan gejala seask nafas dan manifestasi fibrosis
paru.2
3. Kriptokokosis paru
Penyakit kriptokokosis paru kurang mendapat perhatian bila
dibandingkan dengan kriptokokokis yang melibatkan sistem saraf pusat. 1

10
Gejala kriptokokosis paru tidak spesifik, yaitu demam subfebris, batuk
nonproduktif, nyeri dada yang tidak jelas, dan dispneu ringan. Gejala lain
yang mungkin timbul ialah hemoptisis, berkeringat sewaktu malam, lelah dan
lesu, serta penurunan berat badan. 1
4. Kandidiosis
Manifestasi klinis kandidiosis bisa berupa:
(1) Kandidiosis primer, timbul karena aspirasi jamur dari rongga mulut.
manifestasi klinik dapat berupapneumonia atau dapat menyebar ke
berbagai organ.2
(2) Infeksi sistemik yang melibatkan berbagai organ. Primer umumnya
berasal dari ekstra paru misalnya dari saluran pencernaan yang
menyebar secara hematogen ke paru. Kelainan di paru berupa nodul
dengan diameter sangat kecil sampai 10 mm. Selain ke paru, jamur
dapat menyebar ke hati, jantung, limpa, dan ginjal.2
(3) Kadang-kadang dapat berupa misetoma.2
(4) Kandidiosis bronkopulmoner alergi. Penulis di medan baru
mendapatkan 1 kasus dengan manifestasi sebagai asma. 2
DIAGNOSIS
1. Histoplasmosis
Kasus histoplasmosis primer banyak yang belum terdiagnosis2
Pada histoplasmosis akut, pemeriksaan kultur jamur sangat sulit.
Spesimen dibiakkan dalam medium yang kaya, seperti agar darah
glukosasistein pada suhu 37 derajat selsius dan pada agar Saboraud atau
agar kapang inhibitorik pada suhu 25-30 derajat selsius. Kultur harus
diinkubasi minimal selama 4 minggu. Laboratorium harus diberitahu jika
ada kecurigaan histoplasmosis karena metode kultur darah khusus, seperti
sentrifugasi lisis atau medium kaldu jamur, dapat digunakan untuk
pemulihan H. capsulatum.6

11
Uji kulit histoplasmin menjadi positif segera setelah infeksi dan tetap
positif selama bertahun-tahun. Uji ini dapat menjadi negatif pada
histoplasmosis diseminata progresif. Uji kulit berulang akan merangsang
antibodi serum pada individu yang sensitif sehingga mengganggu
interpretasi terhadap uji serologis guna menegakkan diagnosis.6
Pemeriksaan langsung dari dahak tidak banyak membantu. Tes serologik
membantu diagnosis yang dilakukan secara fiksasi komplemen atau
imunodefusi untuk mengukurantibodi terhadap H. capsulatum sangat
berguna, tetapi negatif palsu terjadi pada pasien imunokompromise dan
positif palsu pada pasien dengan blastomikosis, koksidiomikosis dan
parakoksidioido-mikosis disamping antibody terbentuk lama (4-8 minggu)
setelah infeksi akut. Deteksi antigen dari dari polisakarida histoplasmosis,
merupakan pendekatan penting pada diagnosis kasus yang berat seperti
histoplasmosis diseminata dan histoplasmosis paru akut ekstensif, dimana
dijumpai urinnya 90% dan 75% berturut dari pasien tersebut. Tetapi
sensitivitas tes ini turun menjadi 10-25% pada kasus kronik dan subakut
yang terlokalisasi. Antigen ini juga bisa dijumpai di serum, cairan bilasan
bronkus, tetapi sensitivitas dan spesifitasnya lebih tinggi di urin daripada
serum. Negatif palsu dapat terjadi pada blastomikosis,
parakoksidiomikosis dan infeksi Penicillium marneffei. Antigen
histoplasma ini menurun bila ada perbaikan terhadap terapi suatu
peninggian menunjukkan penyakit yang kambuh kembali, sehingga bisa
digunakan sebagai monitor pengobatan. Diagnosis dengan pendeteksian
antigen tersebut perlu dipastikan dengan kultur atau histopatologi karena
adanya positif palsu tersebut.2
Pada histoplasmosis kronik dengan kaverne, kultur jamur dari dahak
biasanya positif. Tes serologik juga sering positif.2
Pada histoplasmosis diseminata, diagnosis sulit, karena gambaran
penyakit yang tidak spesifik. Yang membantu adalah gambaran antigen di

12
urin dijumpai 90% dari pasiennya. Kultur darah atau sumsum tulang psitif
lebih dari 75% kasus dan tes serologi disini kurang berguna dengan
adanya imunosupresi yang mendasarinya. Pada pasien AIDS yang disertai
dengan histoplasmosis diseminata, bronchoaveolar lavage (BAL).
Diagnosis pasti histoplasmosis dibuat dengan pemeriksaan langsung
dengan pengecatan dan kultur yang positif dari spesimen jaringan.2
Pada pemriksaan radiologis, foto dada kemungkinan dapat normal,
walaupun kadang-kadang didapati gambaran infiltrat difus.2 Hal ini
menyebabkan histoplasmosis merupakan differential diagnosis dari
Tuberculosis paru.7
2. Aspergilosis
Sputum, spesimen saluran napas yang lain, dan jaringan biopsi paru
merupakan spesimen yang baik. Sampel darah jarang menunjukkan hasil
positif. Pada pemeriksaan langsu g sputum dengan KOH atau putih
calcoflour atau dalam potongan histologis, hifa aspergillus sp. berhialin,
berseptum, dan lebarnya seragam. dan bercabang secara kotomi.
Aspergillus sp, tumbuh dalam beberapa hari di kebanyakan medium pada
suhu ruang. Spesies dikenali menurut morfologi struktur konidianya.6
Uji ID untuk meemeriksa presipitin terhadap A. fumigatus menunjukkan
hasil positif pada lebih dari 80% penderita aspergiloma atau bentuk
alergik aspergillosis, tetapi uji antibodi tidak berguna dalam menegakkan
diagnosis aspergillosis invasif. Akan tetapi, uji serologis terhadap
galaktomanan dinding sel dalam sirkulasi bersifat diagnosis.6
Pada staging akut, gambaran radiologi dapat dijumpai infiltrat paru. Pada
staging remisi, pemeriksaan radiologis menunjukkan resolusi infiltrat di
paru. Pada staging eksaserbasi berulang, gambaran radiologis dapat
berubah-ubah. Sedangkan pada staging fibrosis paru, gambaran radiologis
menunjukkan adanya fibrosis paru.2 Dalam diagnostik diferensial
tuberkulosis paru dapat disebut sebagai aspergillosis dan nonkardiasis dan

13
tidak jarang ditemukan pada para petani yang tidak banyak bekerja di
ladang. Kelainan radiologik yang ditemukan pada ketiga penyakit jamur
ini mirip sekali dengan yang disebabkan oleh tuberkulosis, yaitu hampir
semua berkedudukan di lapangan atas dan disertai oleh pembentukan
lubang (kavitas). Perbedaannya ialah, bahwa pada penyakit-penyakit ini
pada pemeriksaan sepintas lalu terlihat bayangan bulat agak besar yang
dinamakan aspergilloma, yang pda pemeriksan lebih teliti, biasanya
dengan tomogram, ternyata ada suatu lubangbesar berisi bayangan bulat,
yang sering dapat bergerak bebas dalam lubang tersebut. Bayangan yang
bulat ini yang dinamakan bola jamur (fungus ball) adalah tidak lain
daripada massa mycelia yang mengisi suatu bronkus yang melebar.7
3. Kriptokokus paru
Spesimen, meliputi cairan serebrospinal, jaringan, eksudat, sputum, darah,
kerokan kulit, dan urine. Cairan spinal disentrifugasi sebelum pemeriksaan
mikroskopik dan pembiakan. Pada pemeriksaan mikroskop langsung,
spesimennya sering diperiksa setelah disiapkan dengan basah, baik secara
langsung maupun setelah dicampur dengan tinta India untuk memperjelas
batas kapsul. Koloni terbentuk dalm beberapa hari di kebanyakan medium
pada suhu ruang atau suhu 37 derajat. Medium yang mengandung
sikloheksimid menghambat kriptokokkus sehingga tidak boleh digunakan.
Kultur dapat diidentifikasi dengan adanya pertumbuhan di suhu 37 derajat
dan terdetiksinya urease. Selain itu, diatas substrat diphenolic yang tepat,
fenol oksidase (atau lakase) milik C. neformans dan C. gattii
menghasilkan melanin dalam dinding sel dan koloninya membentuk
pigmen cokelat.6
Pemeriksaan untuk mengetahui antigen kapsular dapat dikerjakan pada
cairan serebrospinal dan serum. Uji aglutinasi lateks pada kaca objek
untuk mencari 6

14
4. Kandidosis
Secara radiologis bisa dijumpai bercak-bercak segmental atau ada juga
berupa gambaran abses. Diagnosis dapat dipastikan dengan biopsi paru.
Namun, oleh karena biopsi paru berupa tindakan invasif, yang berbahaya,
maka dengan dijumpainya kandida dalam jumlah banyak dan berulang
dalam dahak dan sekret bronkus sudah memberi dugaan kuat bahwa jamur
ini merupakan penyebab.6

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Pneumonia
Tuberkulosis paru
Abses Paru
Tumor paru

PENATALAKSANAAN
Pada saat ini anti jamur yang digunakan pada pengobatan mikosis sistemik
adalah amfoterisin B, flusitosin, ketokonasol, intrakonasol, dan flukonasol.2
Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang tedapat pada membran sel
jamur. Ikatan ini menyebabkan membran sel bocor, sehingga terjadi
kehilangan beberapa bahan intrasel dan mengakibatkan kerusakan yang tetap
pada sel. Amfoterisin B injeksi tersedia dalam vial yang mengandung 50 mg
bubuk liofilik. Sediaan ini dapat dilarutkan dalam 10 ml aquades steril untuk
kemudian diencerkan dengan larutan dekstrosa 5% dalam air, sehingga
mendapatkan kadar 0.1 mg/ml larutan. Banyak pendapat tentang cara
pemberian obat ini. Umumnya dimulai dengan dosis kecil (kurang dari 0,25
mg/kgBB) yang dilarutkan dalam dekstrosa 5% dan ditingkatkan bertahap
sampai 0,4-0,6 mg/kgBB sebagai dosis pemeliharaan.9

15
Untuk infeksi jamur sistemik yang tidak mengancam jiwa, pilihan jatuh pada
flukonasol. Bila flukonasol tidak aktif terhadap jamur penyebab, dipilih
itrakonasol.2
Untuk infeksi jamur sistemik berat, mula-mula diberikan amfoterisin B
sebagai terapi awal, kemudian baru diteruskan dengan flukonsol atau
itrakonasol.2
Khusus terhadap aspergillosis bronkopulmoner alergik dan kandidosis
bronkopulmoner alergik diberikan kortikosteroid oral. Pengobatan hendaknya
dilanjutkan untuk beberapa bulan.2
Aspergiloma tidak memerlukan pengobatan, tetapi bila terjadi batuk darah
yang hebat dengan cadangan fungsi paru cukup memadai dilakukan operasi
berupa reseksi paru.2
Terapi histoplasmosis paru akut pada pasien imunokompeten umumnya tidak
diperlukan karena sembuh sendiri.2
Indikasi untuk pemberian antifungal adalah: simptom yang persisten
(biasanya sampai >1 bulan), penyakit diseminata yang progresif, eksposur
yang berat mengarah pada ARDS, infeksi karena imunokompromise.8 Dalam
hal ini bisa diberikan itrakonasol oral (200-400 mg/hari) selama 6-12 minggu.
Untuk histoplasmosis paru kronik atau diseminata lebih cocok dengan
amfoterisin B deoksikolat (0,7-1 mg/kg/hari). Setelah terjadi perbaikan klinis
ganti dengan itrakonasol oral 12-18 bulan. Pasien HIV atau imunosupresi
perlu terapi pemeliharaan itrakonasol oral (200 mg/hari). Formula lipid dari
amfoterisin B (3 mg/kg/hari) bisa dipakai pada pasien tidak toleran terhadap
amfoterisin B konvensional.2
Lama pengobatan yang optimal untuk aspergillosis invasif tidak diketahui,
tetapi direkomendasikan sampai penyakitnya secara klinis sembuh. Dengan
profilaksis itrakonasol oral 2 kali 200 mg sehari pada aspergillosis
bronkopulmoner alergik mengurangi pemakaian glukokortikoid dan

16
eksaserbasi berkurang. Khusus terhadap aspergillosis bronkopulmoner alergik
dan kandidosis bronkopulmoner alergik, diberikan kortikosteroid oral,
pengobatan hendaknya diberikan beberapa bulan.2
Untuk penyakit paru karena kriptokokkus pada pasien dengan imunosupresi
beri amfoterisin B (0,7-1,0 mg/kg sehari) atau liposomal amfoterisin B (4-5
mg/kg sehari) secara iv selama 2 minggu dan sampai gejala membaik,
dilanjutkan flukonasol (400mg/hari) selama 8 minggu kemudian flukonasol
(200 mg/hari) seumur hidup, atau sebagai alternatif beri itrakonasol 400
mg/hari selama 8 minggu setelah pemberian amfoterisin B, kemudian 200
mg/hari itrakonasol sebagai pemeliharaan, sedangkan pada pasien yang
normal sebelumnya bisa respon dengan flukonasol (400 mg/hari) selama 6-12
bulan, sebagai alternatif bisa dengan itrakonasol (400 mg/hari)2
Untuk kandidiosis paru diberikan amfoterisin B i.v : 0,5-0,7 mg/kg sehari
selama 2-4 minggu, atau flukonasol.2

17
BAB III
GAMBARAN RADIOLOGI

Pemeriksaan radiologik toraks merupakan pemeriksaan yang sangat penting.


Kemajuan yang pesat selama dasawarsa terakhir dalam tekhnik pemeriksaan
radiologik toraks dan pengetahuan untuk menilai suatu roentgenogram toraks
menyebabkan pemeriksaan toraks dengan sinar roentgent ini suatu keharusan rutin.
Pemeriksaan paru tanpa pemeriksaan Roentgen saat ini dapat dianggap tidak lengkap.
Suatu penyakit paru belum dapat disingkirkan dengan pasti sebelum dilakukan
pemeriksaan radiologik. Selain itu, berbagai kelain dini dalam paru juga sudah dapat
dinilai dengan jelas pada foto Roentgen sebelum timbul gejala klinis, sehinggap
pemeriksaan rutin pada orang-orang yang tidak mempunyai keluhan apa-apa (mass-
chest-survey) sudah menjadi prosedur yang lazim dalam pemeriksaan kesehatan
masyarakat secara massal, seperti yang dilakukan pada par mahasiswa, murid
sekolah, anggota alat negara, pegawai perusahaan serta para karyawan lainnya.7

1. Cara-cara pemeriksaan
Flouroskopi adalah cara pemeriksaan yang mempergunakan sifat tembus
sinar Roentgen dan suatu tabir yang bersifat flouresensi bila terkena sinar
tersebut. Flouroskopi terutama diperlukan untuk menyelidiki pergerakan
suatu organ/sistem tubuh seperti dinamika alat-alat peredaran darah,
misalnya jantung, dan pembuluh darah besar serta pernapasan berupa
pergerakan diafrafma dan aerasi paru-paru. Karena pada flouroskopi, baik

18
penderita maupun pemeriksa mungkin terpapar sinar roentgen sehingga
dapat menyebabkan bahaya radiasi, maka perlu diperhatikan beberapa
petunjuk agar bahaya sinar dibatasi pada tingkat minimum yang masih
praktis. Output alat roentgen harus diukur secara berkala dan tidak boleh
melebihi 10 rad per menit disebelah atas maja pemeriksaan.7
Kondisi-kondisi tekhnis alat roentgen adalah antara 80-90 KV dan 3
mA. Saringan aluminium setebal 2 mm harus digunakan untuk membatasi
jumlah sinar yang diarahkan ke penderita. Hal lain yang harus
diperhatikan juga dalam membatasi jumlah sinar ini adalah pemeriksa
harus bekerja cepat, menggunakan diafragma sekecil-kecilnya sambil
menjaga agar bagian tabir yang berflouresensi tidak sampai ke pinggir
bibir.7
Untuk dapat melihat dan memeriksa bagian-bagian thoraks dengan
teliti, mata pemeriksa terlebih dahulu harus dibiasakan pada keadaan gelap
(adaptasi mata). Hal ini berhubungan dengan susunan kerucut (cones) dan
batang (rods) dalam retina mata si pemeriksa. Setelah mata beradaptasi
pada keadaan gelap, maka pengelihatan (visus) pemeriksa terutama
dilakukan oleh susunan batang. Adaptasi yang cukup dapat dilakukan
dengan berada dalam kamar gelap selama kira-kira 15 menit atau
menggunakan kacamata merah selama kira-kira 10 menit bila berada
dalam ruangan terang dan disusul 5 menit di dalam kamar gelap.7
Prosedur yang dilakukan pada flouroskopi berlainan untuk setiap
indikasi dan setiap pemeriksa mempunyai caranya sendiri, namun
bagaimanapun perbedaannya, pemeriksaan harus dilakukan secara
sistematis. Mula-mula sebelah paru diteliti secara sebidang demi sebidang
baik pada kedudukan postero-anterior (PA) maupun pada posisi oblique
kiri dan kanan, sambil memutar-mutar si penderita secara perlahan-lahan.
Cara ini dilakukan pula pada paru sebelah lainnya. Pergerakan diafragma
diteliti pada waktu bernapas.7

19
Percobaan valsava (Ekspirasi yang dipaksakan dengan glottis tertutup)
dilakukan untuk memperkecil tekanan intratorakal dan memperlebar alat-
alat vaskular tersebut diatas. Bila ada sangkaan pneumotoraks, maka
pemeriksaan pada ekspirasi akan sangat memperjelas kelainan ini, karena
terlihat kontras antara paru yang relatif mengandung sedikit hawa dengan
udara dalam ruang pleura.3
Kadang-kadang penderita perlu diperiksa dalam posisi terbaring, baik
terlentang ataupun tengkurap, terutama bila cairan pleura menyelubungi
batas-batas diafragma.7
Saat ini mulai banyak digunakan alat bernama image amplifier, yaitu
alat yang memungkinkan untuk melakukan flouroskopi dalam kamar
sedikit terang dan tanpa diperlukan adaptasi gelap. Alat ini juga
menyebabkan jumlah sinar yang mengenai penderita dan pemeriksa sangat
rendah. Sayangnya alait ini selain agak berat dan sukar dipakai, juga
mahal.7
Karena banyaknya radiasi yang diperoleh penderita dan pemeriksa
pada pemeriksaan fluroskopi, maka sejak kurang lebih 10 tahun terakhir
ini WHO menganjurkan agar kebiasaan memeriksa toraks dengan
flouroskopi ditiadakan dan dibatasi hanya dengan pemeriksaan untuk
menilai pergerakan-pergerakan seperti denyut jantung, gerakan diafragma,
dan sebagainya.7

20
Gambar 4.
Roentgenografi adalah pembuatan foto roentgen toraks, yang biasanya
dibuat dengan arah postero-anterior (PA) dan lateral bila perlu. Agar
distorsi dan magnifikasi yang diperoleh menjadi sekecil mungkin, maka
jarak antara tabung dan film harus 1.80 meter dan foto dibuat sewaktu
penderita sedang bernapas dalam (inspirasi).7
Tekanan listrik yang dipergunakan biasanya antara 60-90 KV,
semakin tinggi semakin baik, karena ini mengurangi kontras antara hitam
dan putih. Pemakaian tekanan tinggi akan menambah daya tembus sinar,
sehingga bagian-bagian mediastinal dan rektokardial dapat pula terlihat.
Bagian ini tidak mungkin terlihat bila tekanan listrik terlalu rendah.7
Bila faktor-faktor teknis suatu foto roentgen cukup baik, maka
biasanya dapat terlihat dengan jelas sela-sela intervertebrae torakal bagian
atas, misalnya dari ThI-Thv dan juga pembuluh darah di belakang jantung.7
Beberapa proyeksi istimewa diperlukan untuk melihat lebih jelas
sarang-sarang yang letaknya agak tersuruk atau untuk menyelidiki daerah-
daerah yang tersembunyi pada proyeksi-proyeksi biasa. Proyeksi miring
(oblique) dibuat dengan sudut kira-kira 45 derajat dan diberi nama
menurut bagian dada yang letaknya terdekat pada film dan terjauh dari
tabung roentgen, misalnya istilah miring anterior kanan (MAK) atau right
anterior oblique (RAO) berarti penderita berdiri dengan bagian kanan dada
depan bersentuhan dengan kaset film pada sudut 45 derajat dan bagian kiri
dada belakang (punggung kiri) terletak dekat pada tabung. Proyeksi
istimewa lain yang juga sering dibuat ialah proyeksi Iordotik puncak paru
dengan arahan sinar antero-posterior (AP). Projeksi ini dikerjakan untuk
menyelidiki sarang-sarang yang terletak di puncak paru (Apeks), yang
pada proyeksi postero-anterior (PA) biasa umumnya tersembunyi di
belakang klavikula dan kosta I.7

21
Kadang-kadang perlu dibuat foto-foto dalam posisi berbaring untuk
meneliti lebih lanjut letak dan sifat pleura yang berkumpul dalam kavitas,
rongga pleura, atau sela pleura interlobaris.7
Bila ada persangkaan terhadap emfisema obstruktif yang mengenai
seluruh paru, lobus atau segmen, maka sebaiknya dibuat foto pada
ekspirasi maksimal disamping foto biasa pada inspirasi. Kedua cara
pemotretan/opname ini juga dapat dipergunakan untuk melihat pergerakan
diafragma pada kelainan diafragma.7
Pembuatan foto juga penting untuk dokumentasi dan pemeriksaan
berkala untuk meneliti perkembangan (follow up) penyakit apakah
mengalami perbaikan atau perburukan.7

Gambar 5.
Bronkografi ialah pemeriksaan percabangan bronkus, biasanya dilakukan
baik dengan flouroskopi maupun roentgenografi, dengan cara mengisi
saluran bronkial dengan suatu bahan kontras yang bersifat opaque
(menghasilkan bayangan putih pada foto). Bahan kontras tersebut
biasanya mengandung iodium (lipiodol, dionosil, dan sebagainya).
Indikasi pemeriksaan ini misalnya pada bronkiektasis untuk meneliti letak,
luas, dan sifat bagian-bagian bronkus yang melebar, dan pada tumor-
tumor yang terletak dalam lumen bronkus (space occupying lesions) yang

22
mungkin mempersempit bahkan menyumbat sama sekali bronkus yang
bersangkutan. Tetapi dengan adanya computed tomography (CT-Scan),
yang dapat memperlihatkan baik bronkiektasis maupun tumor dengan
lebih jelas, maka bronkografi yang memerlukan persiapan-persiapan
tertentu dengan teknik pemeriksaan yang serba sulit, mulai dianggap
usang dan ditinggalkan.7

Gambar 7.
Tomografi memiliki istilah lain: planigrafi, laminagrafi, atau stratigrafi.
Dengan istilah ini dimaksudkan pemeriksaan terhadap 1 lapisan jaringan
dengan mengaburkan lapisan-lapisan lain diatas dan dibawahnya. Hal ini
dapat dilakukan dengan menghubungkan tabung roentgen dan kaset yang
berisi film pada saat foto dibuat, kedua bagian ini digerakkan dalam
jurusan yang saling bertentangan. Dengan cara ini, maka semua bangunan
pada hasil foto menjadi kabur, kecuali lapisan yang tepat berada di
persimpangan arus sinar lapisan yang hendak diselidiki. Cara pemeriksaan
ini berguna sekali untuk lebih mempertegas prasangkaan akan adanya
suatu kavitas pada foto biasa, misalnya pada tuberkulosis.7

23
Pada penyelidikan karsinoma bronkogen, cara pemeriksaan ini dapat
dipergunakan untuk melihat adanya penyumbatan pada bronkus terutama
bronkus yang besar seperti pada daerah hilus. Tomografi juga berguna
sekali untuk mengetahui apakah ada sarang perkapuran pada tumor-tumor
kecil di parenkima paru-paru dan dalam penyelidikan lebih lanjut terdapat
abses paru.7
Angiokardiografi adalah pemeriksaan untuk melihat ruang-ruang jantung
dan pembuluh-pembuluh darah besar dengan sinar roentgen (flouroskopi
atau roentgenografi) dengan menggunakan suatu bahan kontras radiopak,
misalnya Hypaque 50% dimasukkan kedalam salah satu ruang jantung
melalui kateter secara intravena.7
Berkat perkembangan pesat dibidang teknik peralatan Roentgen dalam
beberapa puluh tahun belakangan ini, berbagai jenis alat sudah dapat
dipergunakan sekarang untuk menyempurnakan cara pemeriksaan ini.
Pada umumnya jenis alat ini lazim dipergunakan. Yang pertama adalah
alat penukar kaset dengan kecepatan tinggi (highspeed casette changer).
Alat ini memungkinkan pembuatan sejumlah foto secara berturut-turut
menurut antara waktu tertentu. Jumlah foto yang dapat dibuat dengan alat
ini adalah 2 sampai 12 per detik bergantung pada keperluan. Cara yang
kedua adalah dengan menggunakan kamera gambar kamera gambar hidup
bersamaan dengan tabir fluoroskopik. Cara pemeriksaan ini sebaiknya
dilengkapi pula dengan suatu alat penguat bayangan (image amplifier).
Film yang dihasilkan dapat diputar kembali, bila perlu dengan kecepatan
yang diperlambat, dan dipertontonkan kepada para dokter dan mahasiswa
(cineradiography). 7
Angiokardiografi ternyata sangat berguna dalam pemeriksaan
penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah besar, baik bawaan
maupun yang diperoleh, serta dalam pemeriksaan penyakit paru menahun.
Cara pemeriksaan ini misalnya sangat diperlukan pada pemeriksaan ini

24
misalnya sangat diperlukan pada penyakit tetralogi fallot, koarktasi aorta
dan pada diagnostik diferensial aneurisme aortae.7

Gambar 8.
Pneumografi retroperitoneal dipergunakan untuk memeriksa mediastinum,
setelah diisi dengan udara yang dimasukkan secara retroperitonial melalui
suntikan kedalam spatium presacrale, kira-kira 1/2 jam sebelum foto
Roentgen dibuat.7
Cara pemeriksaan ini dianggap usang setelah adanya CT-scan yang
dapat memperlihatkan rongga intra dan retroperitoneal dengan sempurna
tanpa mempergunakan persiapan-persiapan dan alat-alat pemeriksaan
khusus.7

2. Gambaran Radiologi Toraks Normal


i. Toraks orang dewasa
Foto toraks pada orang dewasa memperlihatkan tulang-tulang toraks
termasuk tulang-tulang rusuk, diafragma, jantung, paru-paru, klavikula,
skapula dan jaringan lunak dinding toraks.7
Toraks terbagi dua oleh mediastinum ditengah-tengah. Di sebelah kiri
dan kanan mediastinum terdapat paru-paru yang berisi udara yang oleh
karenanya relatif radiolusen bila dibandingkan dengan mediastinum,

25
dinding toraks dan bagian atas abdomen (putih). Bagian-bagian tersebut
belakangan ini dikatakan mempunyai densitas otot.7
ii. Tulang-tulang toraks
Walaupun pemeriksaan roentgenologik dada terutama dimaksudkan
untuk menyelidiki alat-alat intratorakal seperti jantung, dan paru-paru,
namun semua tulang-tulang kerangka toraks juga dapat dilihat dengan
jelas sehingga dapat pula diketahui bila ada kelainan pada tulang-tulang
tersebut. Tulang-tulang ini ialah: kedua belah skapula dan klavikula serta
sternum, vertebra servikal dan thorakal, dan iga-iga.7
Bentuk toraks mempunyai variasi yang sangat luas pada keadaan
normal dan bergantung pada umur dan habitus seseorang. Sternum
biasanya tidak dapat dilihat jelaspada foto PA, karena adanya superposisi
dengan vertebra torakal, tetapi bagian-bagian pinggir manubrium sering
dapat dilihat dengan baik. Untuk menyelidiki sternum, lebih baik dibuat
foto lateral dan foto dengan teknik khusus dari belakang agak miring ke
depan tengah.7
Semua tulang iga hampir serupa bentuk-bentuknya. Iga-iga yang
terletak disebelah anterior adalah lebih tinggi disebelah lateral daripada
sebelah medial, sehingga iga-iga kiri kanan yang sama nomornya kira-kira
merupakan huruf V, sedangkan iga yang terletak disebelah posterior lebih
tinggi disebelah medial daripada di sebelah lateral dan iga-iga kiri-kanan
yang sama nomornyakira-kira merupakan huruf A. Bagian-bagian iga
yang terletak paling anterior dan berhubungan dengan sternum pada orang
muda masih merupakan tulang rawan (kartilago) sehingga tidak terlihat
pada foto roentgen. tetapi dengan meningkatnya umur dan juga pada
beberapa keadaan lain, sebagian kartilago ini mengapur dan
mengakibatkan bayangan-bayangan dengan densitas tinggi, berbintik-
bintik secara tidak teratur. Dalam keadaan normalpun iga-iga mungkin
menunjukkan anomali bentuk, seperti ujung-ujung yang bifida (bentuk

26
garpu), penyatuan (fusi) antara 2 iga yang berdekatan, atau kadang-kadang
salah satu iga atau lebih tidak ada sama sekali.7
Sela-sela interkostal diberi angka menurut iga di sebelah atasnya. Iga-
iga yang terletak dibawah diafragma tidak terlihat sejelas iga-iga yang
diatas diafragma karena lebih tingginya densitas alat-alat abdomen.7
Kedua skapula sering menyebaban superposisi atas dinding toraks
sehingga margo vertebralis dan margo inferiornya menutup bagian lateral
paru-paru bagian atas. Superposisi ini dapat dihindarkan dengan
mengadakan endorotasi maksimal di persendian bahu waktu foto dibuat.7
Pada foto yang dibuat untuk menyelidiki paru, sebagian besar vertebra
torakal tidak dapat dilihat satu persatu karena tertutup oleh bayangan
mediastinum yang sangat dens. Untuk dapat melihat semua vertebra
torakal dengan jelas perlu dibuat foto yang keras dengan daya tembus
yang lebih tinggi. Hanya bila ada skoliosis, vertebra keluar dari bayangan
mediastinum dan dapat dilihat.7
iii. Jaringan-jaringan lunak
Jaringan lunak dinding toraks, baik yang terletak disebelah depan
maupun dibelakang, mungkin merupakan bayangan luas yang
menyelubungi isi toraks, dan yang terpenting diantaranya adalah payudara
wanita. Bagian-bagian tubuh ini menyebabkan bayangan-bayangan suram,
yang luas dan letaknya bergantung pada besarnya. Kadang-kadang
bayangan payudara ini terletak rendah sampai dibawah diafragma pada
wanita-wanita yang telah lanjut usianya, sedangkan pada anak gadis
letaknya lebih tinggi juga papilla mammae mengakibatkan bayangan yang
lebih tinggi lagi densitasnya, bergantung pada tebalnya.7
Pada laki-laki, teristimewa pada mereka yang berbadan tegap,
muskulus pektoralis mayor mengakibatkan bayangan suram kira-kira
dibagian tengah toraks. Sering yang sebelah kiri dan kanan tidak sama

27
beasr, dan oleh karena itu bayangan yang disebabkannya berlainan pula
suramnya.7
Bayangan muskulus sternokleidomastoideus mungkin jelas sekali
kelihatan membujur dari leher luar toraks sampai ke manubrium sterni,
bagian paru-paru yang tidak tertutup oleh bayangan ini kelihatan amat
jelas, radiolusen. Kalau batas bayangan muskulus sternokleidomastoideus
ini konkaf, maka bersama dengan batas medial iga 1 dan apeks yang juga
konkaf, mungkin terlihat bayangan menyerupai suatu kavitas.7
Bayangan lunak yang tipis selebar 2mm-1cm mungkin terlihat sejajar
dengan apeks, yang biasanya dibentuk oleh iga-iga I dan II belakang,
disebabkan lapisan pleura, yaitu tempat yang dilalui sinar dalam jarak
yang agak panjang, begitu pula bayangan jaringan lunak ikutan
(accompanying shadows) ini dapat dilihat sejajar dengan klavikula.7
Pada orang tua yang kurus, bayangan jaringan lunak ini mungkin
disebabkan oleh lipatan-lipatan kulit, terutama dipunggung.7
Akhirnya bayangan-bayangan dengan densitas jaringan lunak mungkin
pula disebabkan oleh papilla mammae, tumor dinding toraks, benjolan-
benjolan dalam kulit seperti pada neurofibromatosis, kutil yang agak
besar, dan corpora aliena, rambut wanita yang menyebabkan superposisi
atau paru-paru mungkin pula disalah tafsirkan sebagai sarang
tuberkulosis.7
Untuk menghindari diagnosis yang salah ini serta mengetahui dengan
tepat apa yang menyebabkan terjadinya bayangan-bayangan tersebut,
maka sering diperlukan pemeriksaan yang teliti pada tubuh penderita,
flouroskopi, foto-foto dalam beberapa jurusan, bahkan kadang-kadang
diperlukan foto stereoskopik.7
iv. Bangunan intratorakal
Rongga toraks diisi oleh bangunan-bangunan yang densitasnya satu
sama lain sangat berbeda, yaitu densitas yang tinggi dari jaringan lunak

28
terhadap densitas rendah dari udara, hal ini tentu sangat menguntungkan,
sehingga bangunan-bangunan tersebut menjadi mudah dilihat.3
Disebelah bawah rongga toraks dibatasi oleh kedua diafragma,
ditengah-tengahnya tampak bayangan padat yang disebabkan oleh
mediastinum, jantung, pembuluh-pembuluh darah beasar, akar paru,
trakhea, dan bronki yang besar. Sebelah kiri dan kanan bayangan padat
tersebut berada paru-paru yang berisi udara, bayangan-bayangannya
disebabkan oleh bangunan-bangunan vaskular, limfatik, bronkial dan
endotelial, dikelilingi oleh udara.7
Penelitian yang sama terhadap suatu foto roentgen toraks memerlukan
pengetahuan yang mendalam tentang anatomi dan histologi paru.
Dibagian tengah terlihat bayangan hilus paru, yang kiri terletak lebih
tinggi sedikit dari yang kanan. Bayangan hilus ini terutama dibentuk oleh
arteri pulmonalis, tetapi secara anatomis ia juga terdiri atas venae
pulmonalis, bronki besar dan kelenjar-kelenjar limfe hilus atau
peribronkial. Dari akar ini tampak memancar ke segala jurusan di perifer
bayangan-bayangan yang liniar, yang lumennya semakin sempit bila jauh
dari hilus serta semakin dekat ke perifer. Bayangan-bayangan seperti
garis-garis ini terutama dibentuk oleh arteriae pulmonalis, jaringan
dinding-dinding bronki dan saluran-saluran limfe. Bayangan tersebut
sangat jelas dan menonjol di daerah parakardial kanan dan disebabkan
oleh beberapa vena pulmonalis yang besar. Bayangan suram, yang luas
dan letaknya bergantung pada besarnya. Bayangan juga kelihatan di kedua
belah mediastinum, daerah suprahiler, membujur sampai ke puncak paru-
paru. Kadang-kadang pembuluh darah ini kelihatan sebagai bayangan
bundar, homogen, agak dens, yaitu bila pembuluh darah tersebut kelihatan
ortograd, karena panjangnya kolom darah yang dilalui oleh sinar.
Sebaliknya, bila bronkus yang terletak orptograd, maka akan kelihatan

29
juga bayangan bundar, tetapi tidak homogen, dengan pusatnya berwarna
hitam terang yang disebabkan oleh udara yang terkandung didalamnya.7
Di lapangan perifer bayangan-bayangan bronkovaskular ini menjadi
sangat tipis, penaksiran tebalnya pembuluh-pembuluh darah ini adalah
sangat penting untuk mendiagnosis suatu kelainan toraks.7
3. Gambaran Radiologi Mikosis paru.

Histoplasmosis
Pada pemriksaan radiologis, foto dada kemungkinan dapat normal,
walaupun kadang-kadang didapati gambaran infiltrat difus.2 Hal ini
menyebabkan histoplasmosis merupakan differential diagnosis dari
Tuberculosis paru.7
Infeksi biasanya subklinikal dan sembuh secara spontan, akan
tetapiterkadang tertinggal nodul kalsifikasi kecil pada paru atau kalsifikasi
hilus ataupun nodul pada mediastinum. Ketika nodul tersebar disekitar
paru, hal ini terlihat sangat mendekati gambaran TB miliar atau
Pneumonia varicella, kecuali mereka memiliki nodul yang lebih bervariasi
dalam hal ukuran.10

30
31
Aspergillosis

Pada staging akut, gambaran radiologi dapat dijumpai infiltrat paru.


Pada staging remisi, pemeriksaan radiologis menunjukkan resolusi infiltrat
di paru. Pada staging eksaserbasi berulang, gambaran radiologis dapat
berubah-ubah. Sedangkan pada staging fibrosis paru, gambaran radiologis
menunjukkan adanya fibrosis paru.2 Dalam diagnostik diferensial
tuberkulosis paru dapat disebut sebagai aspergillosis dan nonkardiasis dan
tidak jarang ditemukan pada para petani yang tidak banyak bekerja di
ladang. Kelainan radiologik yang ditemukan pada ketiga penyakit jamur
ini mirip sekali dengan yang disebabkan oleh tuberkulosis, yaitu hampir
semua berkedudukan di lapangan atas dan disertai oleh pembentukan
lubang (kavitas). Perbedaannya ialah, bahwa pada penyakit-penyakit ini
pada pemeriksaan sepintas lalu terlihat bayangan bulat agak bear yang
dinamakan aspergilloma, yang pda pemeriksan lebih teliti, biasanya
dengan tomogram, ternyata ada suatu lubangbesar berisi bayangan bulat,
yang sering dapat bergerak bebas dalam lubang tersebut. Bayangan yang
bulat ini yang dinamakan bola jamur (fungus ball) adalah tidak lain
daripada massa mycelia yang mengisi suatu bronkus yang melebar.7

32
Kandidiosis

Secara radiologis bisa dijumpai bercak-bercak segmental atau ada


juga berupa gambaran abses. Diagnosis dapat dipastikan dengan biopsi
paru. Namun, oleh karena biopsi paru berupa tindakan invasif, yang
berbahaya, maka dengan dijumpainya kandida dalam jumlah banyak dan
berulang dalam dahak dan sekret bronkus sudah memberi dugaan kuat
bahwa jamur ini merupakan penyebab.6

33
34
Daftar Pustaka

1. Djojodibroto, R. Darmanto. 2009. Respirologi Respiratory Medicine.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Sudoyo, Aru W., Setiyohadi, Bambang et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
3. Rogers, A. W et al. 1992. Textbook of Anatomy. Edinburgh: Churchill
Livingstone.
4. Smith, A. Lorraine. 1973. Principles of Microbiology Seventh Edition.
Texas: The C.V Mosby Company.
5. Katsambas, Andreas D. et al. European Handbook of Dermatological
Treatments Third edition. Ney York: Springer.
6. Brooks, Geo F. et al. 2010 Jawetz, Melnick, & Aldenberg Mikrobiologi
Kedokteran Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7. Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi kedua. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
8. Chapman, Stephen et al. 2009. Oxford Handbook of Respiratory Medicine
Second Edition. New York: Oxford University Press.
9. Bahry, Bahroelim et al. 2006. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
10. Sutton, David. 2002. A Textbook of Radiology and Imaging Seventh
Edition. Amsterdam: Elsevier.

35

Anda mungkin juga menyukai