Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian ibadah
Perkataan ibadah dan ibadat banyak definisinya, berdasarkan kepada perbedaan nazhar
(pandangan) para ahli dan maksud yang dikehendaki oleh masing-masing ahli ilmu.
1. Definisi ahli bahasa
Ahli lughat atau bahasa mengartikannya taat, menurut, mengikut, tunduk dan mereka juga
mengartikan juga tunduk yang setinggi-tingginya, dan doa.
2. Definisi ulama tauhid, tafsir dan hadist
Mengesakan Allah, mentazhimkan-nya dengan sepenuhnya serta menghinakan diri dan
menundukkan jiwa kepadanya.
3. Definisi ulama akhlaq
Mengerjakan segala taat badaniyah dan menyelenggarakan segala syariat (hukum).
4. Definisi ulama tasawuf
Seseorang mukallaf mengerjakan sesuatu yang berlawanan dengan keinginan nafsunya, untuk
membesarkan tuhannya.
5. Definisi menurut fuqaha
Segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahalanya di
akhirat.
6. Definisi menurut ahli ushul fiqih
Ahli-ahli ushul fiqih membagi hukum atas dua bagian :
a) Hukum-hukum yang tidak terang illatnya (sebab adanya hukum) dan tidak terang
kemuslihatannya (hikmatnya). Bagian ini mereka namai ghairu maqulatilmana= yang
tidak dipahamkan artinya (tidak terang kemuslihatannya atau hikmatnya). Mereka namakan
juga dengan umur taabbudiyyah (urusan-urusan yang semata-mata dikerjakan berdasar
kepada memperhambakan diri kepada Allah swt.)
b) Yang terang illatnya dan yang terang kemuslihatannya. Bagian ini mereka namai
maqulatul mana= yang dipahamkan artinya, atau umur adiyah (urusan-urusan
adat/keduniaan). Maka menurut istilah ini ibadah melengkapi segala yang tidak terang
diketahui hikmatnya, sedangkan maqulatul mana (muamalah meliputi segala hukum yang
terang diketahui kemuslihatannya).
7. Makna yang umum
Ibadah meliputi segala yang disukai Allah dan yang diridhai-nya, baik berupa perkataan,
maupun berupa perbuatan, baik terang, maupun tersembunyi.

Terdapat tiga jenis ibadah jika dilihat dari pelaksanaannya yaitu sebagai berikut:

Ibadah jasmaniah dan ruhiyah


Yaitu ibadah yang merupakan perpaduan jasmani dan rohani. Contohnya: salat dan
puasa.
Ibadah ruhiyah dan maliyah
Yaitu ibadah perpaduan rohani dan harta. Contohnya: zakat.
Ibadah jasmaniah, ruhiyah, dan maliyah sekaligus
Yaitu ibadah yang mengandung unsur jasmaniah, ruhiyah, dan maliyah. Contohnya:
ibadah haji.
A. Definisi Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan
menurut syara (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan
maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan
para Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling
tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.
Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.

B.dasar-dasar ibadah
Ibadah harus dibangun atas tiga dasar. Pertama, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya
dengan mendahulukan kehendak, perintah, dan menjauhi larangan-Nya. Rasulullah
saw. Bersabda,

Ada tiga hal yang apabila terdapat dalam seseorang niscaya ia akan mendapatkan
manisnya iman, yaitu bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lain; bahwa
ia tidak mencintai seseorang melainkan semata karena Allah; dan bahwa ia membenci
kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, sebagaimana ia membenci
untuk dilemparkan ke dalam neraka. (HR Bukhari dan Muslim, dari Anas bin Malik)

B. Hakikat ibadah
Hakikat ibadah ialah :
Ketundukkan jiwa yang timbul karena perasaan cinta akan tuhan yang mabud dan
merasakan kebesaran-Nya, lantaran beritikad bahwa alam ini ada kekuasaan, yang akal tak
dapat mengetahui hakikatnya.
Kata sebagian orang arif :
Pokok ibadah itu, ialah engkau meridhai Allah selaku pengendali urusan, selaku orang
yang memilih, engkau meridhai Allah selaku pembagi, pemberi penghalang (penahan), dan
engkau meridhai Allah menjadi sembahan dan pujaan.
Apabila makna-makna ibadah yang diberikan oleh masing-masing ahli ilmu diperlihatkan
baik-baik, nyatalah bahwa definis yang diberikan oleh suatu golongan berpaut untuk
menyempurnakannya dengan definisi yang telah diberikan oleh golongan lain. Jelasnya,
tidaklah dipandang seseorang mukalaf telah beribadah (sempurna ibadahnya) kalau ia hanya
mengerjakan ibadah-ibadah dalam pengertian fuqaha, atau ahli ushul saja. Di samping ia
beribadah dengan ibadah-ibadah yang dibentangkan oleh para fuqaha, ia perlu pula beribadah
dengan ibadah yng dimaksudkan oleh ahli tauhid, ahli hadist dan ahli tafsir. Dan perlu pula ia
beribadah dengan yang dimaksudkan oleh ahli akhlaq, yaitu memperbaiki budi pekerti. Maka
apabila pengertian-pengertian tersebut telah menyatu, barulah terdapat hakikat ibadah dan
ruhnya; barulah rangka ibadah nya mempunyai motor yang menggerakkan.
Ibadah itu, mensyukuri nikmat Allah atas dasar inilah tidak diharuskan kita, baik oleh
syara, maupun oleh akal, beribadat kepada selain Allah, karena Allah sendiri yang berhak
menerimanya, lantaran Allah sendiri yang memberikan nikmat yang paling besar kepada kita,
yaitu hidup, wujud dan segala yang berhubugan dengannya.
Kita meyakini benar, bahwa Allah lah yang memberikan nikmaat kepada kita. Maka
mensyukuri orang yang memberikan nikmat itu wajib.
Dan kita yakin pula bahwa Alla h menimbulkan bencana atas hamba-Nya dalam dunia ini
dan akan memberi balasan yang setimpal di akhirat kelak kepada segala mereka yang taat dan
yang maksiat masing-masing menurut yang layak mereka peroleh.
C. Ruang lingkup ibadah
1. Thaharah
a) Pengertian Thaharah
Thaharah menurut lughah, ialah bersih.
Menurut syara, ialah suci dari hadats atau najis, dengan cara yang ditentukan oleh syara
atau menghilangkan najasah, mandi dan tayamum. Hakikat thaharah ialah memakai air atau
tanah atau salah satunya menurut sifat yang disyariatkan, untuk menghilangkan najasah dan
hadats.
b) Jenis thaharah
Thaharah ada tiga macam :
(a) Thaharah dari hadats.
(b) Thaharah dari najis yang mengenai badan, kain dan tempat dan,
(c) Thaharah dari daki daki dan kotoan yang bersifat fitrah, seperti bulu ketak, bulu
hidung dan bulu kemaluan.
Suci dari hadats, digerakkan oleh dasar dasar kebajikan. Pokok pegangannya, perasaan
halus dan jiwa yang mendapat cahaya kemalaikatan, serta peasaan yang meminta kita
menjauhkan diri dari keadaan yang tidak menynangkan perasaan (hadats). Memang jiwa
merasa tentram dan senang dengan keadaan.

Ayat QS. Ali Imran (Ali Imran) [3] : ayat 42


Artinya : Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: Hai Maryam, sesungguhnya Allah
telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia
(yang semasa dengan kamu).
2. Shalat.
a) Pengertian Shalat
Shalat secara etimologi berarti doa. Menurut syara artinya bentuk ibadah yang terdiri atas
perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat
adalah tiang agama dan merupakan ibadah yang pertama tama diwajibkan kepada umat
Islam, yang diterima langsung oleh nabi Muhammad SAW pada waktu Nabi melakukan Isra
Miraj.
Shalat juga merupakan kewajiban manusia yang pertama-tama diminta pertanggung
jawabannya oleh Allah pada hari kiamat nanti. Bila solat seseorang baik, baiklah seluruh
amalnya. Bila rusak salatnya, rusak pula seluruh amalnya.
Solat juga merupakan pesan nabi terakhir yang diampaikan kepada umatnya pada saat
nabi menjelang akhir hayatnya, yakni hendak umat islam selalu menjaga solat dengan sebaik-
baiknya.
Macam - macam shalat :
Shalat terdiri dari 3 macam shalat yaitu:
(a) Shalat Fardhu ain;
(b) Shalat Fardhu kifayah; dan
(c) Shalat sunnah/Nafl/Tathawwu

Dasarnya adalah : (QS: Al-Bayyinah Ayat: 5)

Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus.
(QS: Al-Bayyinah Ayat: 5)
Dan di QS. Al - Baqarah : 43 :
Artinya : Dan dirikanlah sholat, tunaikan zakat dan rukulah bersama orang-orang yang
ruku (Qs Al Baqarah : 43)
Hadits Nabi SAW, : Salat itu tiang agama, maka barang siapa yang mendirikan shalat berarti
ia menegakkan agama. Dan barang siapa yang meninggalkannya, sungguh ia telah
merobohkan agama. (HR.Albaihaqqi)
3. Puasa.
a) Pengertian Puasa
Puasa menurut bahasa berarti menahan atau mencegah. Menurut istilah adalah menahan
diri dari makan,minum, hubungan suami istri dan hal-hal yang membatalkan puasa sejak
terbit matahari sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari. Karna mengharap pahala dari
Allah.
b) Macam dan hukum puasa
Puasa ada dua macam yakni
(1) Puasa wajib
(2) Puasa sunat,
Puasa wajib ada tiga macam yakni:
(1) Puasa Ramadhan
(2) Puasa kafarat
(3) Puasa Nazar
Dasar hukumnya (QS.Al - baqarah:183) :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa (QS. Al
Baqarah: 183)

4. Zakat
a) Pengertian Zakat
Zakat menurut lughah ialah subur, bertambah. Menurut syara ialah, jumlah harta yang
dikeluarkan untuk diberikan kepada golongan golongan yang telah ditetapkan syara.
Zakat suatu ibadah yang penting pula. Kerap kali dalam Al Quran tuhan menerangkan
zakat beriringan dengan menerangkan sembahyang. Pada delapan puluh dua (tempat) tuhan
menyebut zakat beriringan dengan urusan shalat. Ini menunjukan bahwa antara zakat dengan
shalat mempunyai hubungan yang rapat sekali dalam hal keutamaannya. Sembahyang
dipandang seutama utama ibadah badaniyah dan zakat dipandang seutama utama ibadah
Maliyah. Ibadah badaniyah adalah ibadah yang dilakukan secara fisik, seperti salat, puasa,
haji. Ibadah maliyah adalah ibadah yang dilakukan dalam bentuk menyerahkan sebagian
kekayaan pada kepentingan keagamaan dan kemasyarakatan, seperti zakat, infak dan wakaf.
Q.S Al Ala/87 : 14-15 :
Artinya : Sungguh mendapat kemenangan orang orang yang mengeluarkan zakat
dan menyebut nama Tuhannya lalu bersembahyang. (QS Al Ala/87 : 14-15)
Artinya :
v Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
v (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya,
v dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
v dan orang-orang yang menunaikan zakat
5. Haji
a) Pengertian Haji
Haji menurut lughat ialah, menuju suatu tempat secara berulang ulang. Menurut syara:
Menuju ke Baitullah menurut syariat yang disertai oleh beberapa pekerjaan yang tertentu.
(1) Rukun haji
Rukun haji, ada empat :
(a) Niat (ihram)
(b) Thawaf
(c) Wuquf
(d) Sayu antara Shafa dan Marwah
Niat ihram dilakukan dalam bulan haji, tidak boleh di luar bulan-bulan itu. Sedangkan
bulan-bulan haji, ialah Syawal, Dzulqodah dan 10 Dzulhijjah. Abu Hanifah sendiri hanya
menetapkan dua rukun saja, yaitu Wuquf di Arafah dan empat kali thawaf, dari ziyarah. Tiga
thawaf lagi untuk mencukupkan tujuh kali thawaf, wajib hukumnya. Ihram masuk ke dalam
syarat sah. Sayu, wajib, bukan rukun.
Hadits Dari Ibnu abbas, telah bersabda Nabi SAW, : Hendaklahh kamu bersegera
mengerjakan haji, maka sesungguhnya seseorang tidak akan menyadari sesuatu halangan
yang akan merintangi. (HR.Ahmad
Allah SWT berfirman :
Artinya : Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barang
siapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap
Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu
mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam . (QS. Al
Imran/3:97)
D. Bentuk dan Macam-macam Ibadah

1. Ibadah-ibadah yang kita laksanakan berdasarkan bentuknya :


Pertama, ibadah-ibadah yang berupa perkataan dan ucapan. Ibadah ini semisal
membaca Al-Qurn, tasbih, tahmid, tahlil, takbir, taslim, doa, membaca hamdalah oleh orang
yang bersin.
Kedua, ibadah-ibadah yang berupa perbuatan yang tidak disifatkan dengan sesuatu
sifat. Ibadah ini contoh nya menolong orang, berjihad di jalan Allah, membela diri dari
gangguan, menyelenggarakan urusan jenazah.
Ketiga, ibadah-ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan suatu pekerjaan.
Ibadah semacam ini ialah puasa, yakni menahan diri dari makan, minum, dan dari segala
yang merusakkan puasa.
Keempat, ibadah-ibadah yang melengkapi perbuatan dan menahan diri dari sesuatu
pekerjaan. Ibadah ini contoh nya ialah Itikaf (duduk di dalam masjid), menahan diri dari
jima dan mubasyarah, bernikah dan menikahkan, haji.
Kelima, ibadah-ibadah yang bersifat menggugurkan hak. Umpamanya, membebaskan
orang-orang yang berhutang, memaafkan kesalahan orang lain, memerdekakan budak untuk
kaffarat.
Keenam, ibadah-ibadah yang melengkapi perkataan, pekerjaan, khudhuk, khusyuk
menahan diri dari berbicara dan dari berpaling lahir dan batin dari yang diperintahkan kita
menghadapinya.

2. Macam-macam ibadah :
Ibadah-ibadah itu, terbagi beberapa macam.
a) Bersifat makrifat yang tertentu dengan soal ketuhanan.
b) Ucapan-ucapan yang tertentu untuk Allah, seperti : takbir, tahmid, tahlil dan puji-
pujian.
c) Perbuatan-perbuatan yang tertentu untuk Allah, seperti : haji, umrah, rukuk, sujud,
puasa, thawaf dan Itikaf.
d) Ibadah-ibadah yang lebih mengutamakan hak Allah walaupun terdapat pula padanya
hak hamba, seperti : Sholat fardhu dan Sholat Sunnah.
e) Yang mencakup kedua-dua hak, tetapi hak hamba lebih berat, seperti : zakat, kaffarat
dan menutup aurat.
Dalam soal harta, hak Allah mengikuti hak hamba dengan dalil bahwa harta itu
menjadi mubah bila dibolehkan oleh mereka yang mempunyai harta dan dapat dimanfaatkan
dengan seizin mereka.
E. Syarat diterimanya ibadah
Diterima tidaknya ibadah ibadah itu terkait kepada dua faktor yang penting.
1. Ibadah dilaksanakan atas dasar ikhlas
Sebagaimana firman ALLAH SWT
Artinya : Katakanlah: Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan
supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri. (QS. Az Zumar/39:11-12)
Islam amat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai ibadah
apabila diniatkan dengan penuh ikhlas karena Allah demi mencapai keridhaan-Nya serta
dikerjakan menurut cara-cara yang di syariatkan oleh-Nya. Islam tidak membataskan ruang
lingkup ibadah kepada sudut-sudut tertentu saja. Seluruh kehidupan manusia adalah medan
amal dan persediaan bekalan bagi para mukmin sebelum mereka kembali bertemu Allah di
hari pembalasan nanti
2. Ibadah dilakukan secara sah ( sesuai petunjuk syara )
Firman Allah:
Artinya : Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti
kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan
Yang Maha Esa. Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka
hendaklah dia mengerjakan amal yang saleh, dan janganlah dia mempersekutukan dengan
sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya. (QS. Al Kahfi/ 18:110)

Anda mungkin juga menyukai