Gambaran Radiologi Otitis Media Supuratif Kronik
Gambaran Radiologi Otitis Media Supuratif Kronik
PENDAHULUAN
2. Klasifikasi
OMSK dibagi dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
a. Tipe tubotimpani (tipe benigna/ tipe aman/ tipe mukosa)
Tipe ini ditandai dengan adanya perforasi sentral atau pars tensa dan
gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Proses
peradangan pada OMSK posisi ini terbatas hanya pada mukosa saja,
biasanya tidak mengenai tulang, umumnya jarang menimbulkan komplikasi
yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. Beberapa faktor lain yang
mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran
nafas atas, kegagalan pertahanan mukosa terhadap infeksi pada penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah (immuno-compromised), campuran
bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa serta migrasi
sekunder dari epitel squamosa. Sekret mukoid berhubungan dengan
hiperplasi sel goblet, metaplasi dari mukosa telinga tengah.
OMSK tipe benigna berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal 2
jenis yaitu :
OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum
timpani secara aktif
OMSK tenang apabila keadaan kavum timpani terlihat basah atau
kering.
b. Tipe Atikoantral (tipe malignan/ tipe bahaya)
Tipe ini ditandai dengan perforasi tipe marginal atau tipe atik, disertai
dengan kolesteatom dan sebagian besar komplikasi yang berbahaya dan
fatal timbul pada OMSK tipe ini. Kolesteatom adalah suatu kista epitelial
yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu
menumpuk sehingga kolesteatom bertambah besar. Banyak teori mengenai
patogenesis terbentuknya kolesteatom diantaranya adalah teori invaginasi,
teori migrasi, teori metaplasi, dan teori implantasi. Kolesteatom merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan kuman (infeksi), terutama Proteus dan
Pseudomonas aeruginosa. Infeksi akan memicu proses peradangan lokal dan
pelepasan mediator inflamasi yang dapat menstimulasi sel-sel keratinosit
matriks kolesteatom bersifat hiperproliferatif, destruksi, dan mampu
berangiogenesis. Massa kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak
organ disekitarnya sehingga dapat terjadi destruksi tulang yang diperhebat
oleh pembentukan asam dari proses pembusukan bakteri. Proses nekrosis
tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis,
meningitis dan abses otak.
Kolesteatom dapat diklasifikasikan atas dua jenis:
a. Kolesteatom kongenital.
Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital menurut
Derlaki dan Clemis adalah :
1. Berkembang dibelakang membran timpani yang masih utuh.
2. Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya
3. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau
dari epitel undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous
selama perkembangan.
Kolesteatom kongenital lebih sering ditemukan pada telinga tengah
atau tulang temporal, umumnya pada apeks petrosa. Kolesteatom
ini dapat menyebabkan parese nervus fasialis, tuli saraf berat
unilateral, dan gangguan keseimbangan.
b. Kolesteatom akuisital atau didapat
Primary acquired cholesteatoma.
Kolesteatom yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi
membran timpani. Kolesteatom timbul akibat proses invaginasi
dari membran timpani pars flaksida akibat tekanan negatif pada
telinga tengah karena adanya gangguan tuba (teori invaginasi).
Kolesteatom yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida.
Secondary acquired cholesteatoma.
Terbentuk setelah perforasi membran timpani. Kolesteatom
terjadi akibat masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari
pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah (teori
migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani
karena iritasi infeksi yang berkangsung lama (teori metaplasi).
3. Perjalanan Penyakit
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media
supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi
kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut.
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan
tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk.
4. Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT
terutama pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan
sederhana untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis
dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada
murni, audiometri tutur (Speech audiometry) dan pemeriksaan BERA (Brainstem
Evoked Response Audiometry) bagi pasien/ anak yang tidak kooperatif dengan
pemeriksaan audiometri nada murni.
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan uji
resistensi kuman dari sekret telinga.
5. Terapi OMSK
Terapi OMSK memerlukan waktu lama dan harus berulang ulang. Secret yang
keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan
oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu :
1. Adanya perforasi membrane timpani yang permanen, sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal,
3. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid
4. Gizi dan hygiene yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe aman adalah konservatif atau dengan medikamentosa.
Bila secret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa
larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah secret berkurang, maka terapi dilanjutkan
dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan
kortikosteroid.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2
bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini
bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membrane
timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran
yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan secret tetap ada, atau
terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu,
mungkin juga perlu melakukan pembedahan misalnya adenoidektomi dan
tonsilektomi.
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan yaitu mastoidektomi.
Jadi, bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat adalah dengan
melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar, Z.A, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : FKUI
2. Ekayuda, I, dkk. 2005. Radiologi Diagnostik. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
3. Helmi. 2005. Otitis Media Supuratif Kronis Pengetahuan dasar, Terapi
Medik, Mastoidektomi, Timpanoplasti. Jakarta : FKUI
4. Nursiah, S. 2003. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan
terhadap Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU/RSUP. H. Adam
Malik Medan. Medan: FK USU
5. Soepardi, E.A, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta : FKUI
6. Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC