Anda di halaman 1dari 12

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari Ginkgo biloba sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Ginkgoopsida
Ordo : Ginkgoales
Famili : Ginkgoaceae
Genus : Ginkgo L.
Nama binomial : Ginkgo biloba L. (ITIS,2010)

2.2. Morfologi
Tanaman Ginkgo biloba dapat dilihat pada gambar 2.1. Ginkgo biloba
merupakan family dari Ginkgoaceae yang banyak tumbuh di daerah Cina. Ginkgo
biloba banyak dibudidayakan di wilayah asia, eropa, amerika utara, selandia baru,
dan argentina. Tanaman Ginkgo biloba tumbuh di alam liar, didaerah hutan gugur
dan lembah dengan tanah yang memiliki pH 5,0-5,5 dengan drainase air yang baik
(P.-C. Chan et al., 2007)

Gambar 2.1. Tanaman Ginkgo Biloba (Orwa et al., 2009)


Tanaman Ginkgo biloba berupa pohon dengan ketinggian sekitar 4 meter
dan dapat hidup sampai 1.000 tahun lamanya, dengan kulit kayu berwarna
kemerahan. Ginkgo biloba memiliki jenis kelamin yang terpisah, pohon jantan
berbentuk tegak dan tidak beraturan sedangkan pohon betina lebih rendah dan
menyebar (Orwa et al., 2009). Beberapa gingko tua menghasilkan akar udara,
yang terbentuk pada undersides dari cabang besar dan tumbuh ke bawah.
Daun tanaman Ginkgo biloba berukuran 5-10 cm dan kadang-kadang
sampai 15 cm. Selama musim semi daun berwarna hijau, dan berubah menjadi
kuning emas saat gugur. Daun tanaman Ginkgo biloba berbentuk seperempat
lingkaran atau berbentuk kipas (menyerupai tanaman pakis atau Adiantum),
bagian ujungnya berliku-liku. Seperti halnya suflir, daun ginkgo biloba sulit basah
jika tertimpa air.Daun terbagi menjadi 2 lobus (Orwa et al., 2009).
Batang ginkgo biloba memiliki diameter 3 atau 4 meter. Batangnya lurus
seperti tiang dan bercabang yang termasuk jenis batang dikotom. Ginkgo biloba
berakar tunggang yang kuat. Bunga Ginkgo Biloba tidak mencolok dan tumbuh
pada taji pendek. Ginkgo Biloba memiliki bunga jantan dan betina pada pohon
yang berbeda. Bunga jantan memiliki daun yang tipis dan petala yang berwarna
kekuningan yang terdapat pada ujung cabang. Sedang bunga betina lebih
sederhana, berkelompok secara berpasangan, dan terdapat 2 ovulum yang bebas
pada tangkai yang panjang. Lapisan luar biji Ginkgo biloba keras sedangkan
lapisan dalam halus. Biji tanaman berbentuk bulat, berwarna kuning yang sering
ditetapkan sebagai buah atau kacang (Orwa et al., 2009).

2.3. Kandungan Tanaman


Tanaman Ginkgo biloba memiliki beberapa kandungan kimia. Kandungan
utama dari daun Ginkgo biloba terdapat dalam tabel 2.1 dan gambar 2.2.
Tabel 2.1. Kandungan Utama Ginkgo biloba (P.-C. Chan et al., 2007)

Kandungan Senyawa Kimia


Terpenoid Diterpen; ginkgolida A, B, C, J (M
ditemukan dalam akar); sesquiterpen;
bilobalida; triterpen; sterol
Flavonoid (Flavon, Glikosida flavonol, Kaemferol; kuersetin; isorhamnetin;
dan aglikon) rutin; luteolin; delphidenon; mirisetin
Biflavonoid Sciadopitisin; ginkgetin; isoginkgetin;
amentoflavon; bilobetin, 5-
metoksibilobetin
Asam organik Derivat asam benzoat (asam ginkgolik);
Kandungan N-asam
Polifenol di-trans-poly-cis-oktadekaprenol
Lain-lain Waxes; steroid; 2-heksenal; kardanol;
gula; katekin; proantosianidin; fenol;
asam alifatik; ramnosa

Kandungan utama senyawa kimia daun Ginkgo biloba yaitu fitokimia


termasuk alkana, lipid, sterol, benzenoid, karotenoid, fenilpropanoid, karbohidrat,
flavonoid, dan terpenoid. Kandungan senyawa flavonol yang tertinggi yaitu
kaempferol dan kuersetin. Kandungan terendah golongan glikosida yaitu
isorhamnetin, mirisetin, dan 3- metilmirisetin serta golongan nonglikosida yaitu
biflavonoid, katekin, dan proantosianidin (P.-C. Chan et al., 2007).

Gambar 2.2. Kandungan Senyawa Kimia Ginkgo biloba


(P.-C. Chan et al., 2007)
Kandungan senyawa kimia tertinggi yaitu golongan biflavonoid dan
flavonoid seperti ginkgetin, isoginkgetin, bilobetin, sciadopitysin, kuersetin
kampferol. Golongan terpenoid diantaranya ginkgolides A, B, C, dan bilobalida.
Ekstrak ginkgo dapat distandarisasi mengandung 22-27 % flavonoid dan 5-12%
terpenoid. Daunnya mengandung sedikit asam ginkgolik. Bijinya mengandung
ginkgotoksin (4-O-metilpiridoksin) dan asam ginkgolik (Williamson et al., 2009).
Ekstrak daun Ginkgo biloba mengandung glikosida flavonoid (terutama quercetin,
kaempferol, isorhamnetin) dan terpenoid (ginkgolida A, B, C, J, dan bilobalide)
(Herman dan Richter,2012).

2.4. Kegunaan dan Efek Farmakologi


Ekstrak Ginkgo biloba bersifat sebagai antioksidan. Senyawa dalam ginkgo
bertindak dalam berbagai derajat radikal bebas sebagai mediator peroksidasi lipid
yang berlebihan, penurunan fluiditas membran, dan kerusakan sel pada penyakit
Alzheimer yang biasa terjadi pada geriatri. Efek farmakologis dari ekstrak
meliputi penghambatan peroksidasi lipid, membantu mempertahankan integritas
dan permeabilitas dinding sel; perlindungan neuron otak terhadap stres oksidatif
dan cedera pasca-iskemik disebabkan oleh produksi radikal bebas (Rouse, 1998).
Aktivitas ekstrak ginkgo dalam mempromosikan aliran darah otak telah
dibuktikan dalam beberapa studi farmakologis pada hewan dan manusia. Studi ini
telah menunjukkan bahwa ekstrak ginkgo meningkatkan aktivitas vasoregulasi,
menurunkan kekentalan darah, dan mengantagonis Platelet Activating
Factor (PAF), sehingga meningkatkan aliran darah. Studi klinis menunjukkan
penggunaan standar ekstrak ginkgo dalam pengobatan sirkulasi darah yang buruk,
impotensi, penyakit jantung, penyakit mata, tinnitus, insufisiensi serebral kronis,
kehilangan memori jangka pendek, trauma otak, depresi, demensia, dan kondisi
yang berhubungan dengan senility (Rouse, 1998).
Selain memiliki efek farmakologis, Ginkgo biloba juga memiliki efek
samping umumnya berhubungan dengan komplikasi hemoragi/perdarahan yang
merupakan penyebab subdural hematoma. Efek ini diduga disebabkan oleh
ginkgosida dan ginkgolida B. gejala lain yang dilaporkan sebagai efek samping
adalah exanthematous pustulosis akut, nokrolisis epidermal toksik, aritmia
ventrikel, dan konvulsi (Lorenzo et al., 2015).

2.5. Interaksi Obat


Jamu atau tumbuhan obat adalah obat-obatan yang digunakan berasal dari
tumbuhan dan belum mengalami proses kimia dilaboratorium. Banyak orang
mengira bahwa Jamu sangat aman karena semua bahannya yang berasal dari alam.
Beberapa tumbuhan obat atau jamu dapat mengakibatkan efek samping yang tidak
diinginkan dari interaksi kimiawi yang terjadi, baik interaksi dengan obat ataupun
makanan.
Interaksi obat adalah modifikasi efek suatu obat akibat obat lain yang
diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan atau bila dua atau lebih obat
berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan atau toksisitas obat berubah.
Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat berubah karena kehadiran obat lain,
makanan, minuman, atau zat kimia lainnya (Williamson, 2009).
Interaksi tumbuhan herbal dengan obat atau makanan sendiri dapat
menyebabkan perubahan ketersediaan hayati dan efikasi obat (Tuso, 2002).
Contoh interaksi antara tumbuhan herbal dengan obat yaitu antara ginkgo biloba
dengan warfarin yang dapat menyebabkan pendarahan (Lorenzo et al., 2015).
BAB 3. PEMBAHASAN

Interaksi obat merupakan salah satu masalah terkait obat yang diidentifikasi
sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang dapat mempengaruhi outcome
klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika farmakokinetika atau
farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh adanya satu atau lebih zat yang
berinteraksi. Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama dapat
berubah efeknya secara tidak langsung atau dapat berinteraksi. Interaksi bisa
bersifat potensiasi atau efek antagonis satu obat oleh obat lainnya, atau beberapa
efek lainnya. Dibawah ini merupakan interaksi tumbuhan obat yaitu Ginkgo
biloba dengan obat dan makanan.

3.1. Interaksi Ginkgo biloba dengan Obat


3.1.1. Interaksi Ginkgo biloba dengan Propanolol
Penelitian yang dilakukan Zhao et al. (2006) pada tikus dan manusia
menunjukkan bahwa ginkgo biloba dengan dosis tinggi dapat menurunkan kadar
propranolol dengan menginduksi CYP1A2 yang dilakukan pada tikus. Studi pada
manusia dengan menggunakan kafein sebagai substrat CYP1A2 dihasilkan ginkgo
biloba tidak mempengaruhi CYP1A2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ginkgo
biloba akan menginduksi aktivitas sitokrom P450 isoenzyme CYP1A2, yang
merupakan salah satu enzim utama yang terlibat dalam metabolisme propranolol
dengan cara mengurangi kadar propranolol.
3.1.2. Interaksi Ginkgo biloba dengan Phenobarbital
Interaksi Ginkgo biloba dengan Phenobarbital menyebabkan kejang dan
dapat mengganggu efek antikonvulsan fenobarbital. Mekanisme yang terjadi
seperti pada interaksi ginkgo dengan teofilin.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kubota et al., 2004 yang bertujuan
untuk mengklarifikasi apakah asupan GBE mempengaruhi tindakan hipnosis dan
konsentrasi plasma fenobarbital sehingga dapat memberikan informasi bagi pasien
yang mengkonsumsi GBE. Efek ginkgo yang diberikan selama 2 minggu dengan
pemberian fenobarbital oral (90mg/kg) akan menginduksi waktu mulai tidur dan
waktu tidur total. GBE cenderung menunda waktu mulai tidur dan fenobarbital
menyebabkan pemendekan total waktu tidur. Pemberian GBE selama 2 minggu
menghambat aktivitas hipnosis fenobarbital dan menurunkan konsentrasi plasma
fenobarbital pada tikus. GBE menginduksi sitokrom P450 di hati, terutama
CYP2B1/2 yang merupakan enzim yang memetabolisme fenobarbital pada tikus.
Sehingga beberapa suplemen makanan seperti Ginkgo berpotensi mempengaruhi
keefektifan obat.
3.1.3. Interaksi Ginkgo biloba dengan Omeprazol
Omeprazole merupakan golongan obat Proton Pump Inhibitor (PPI). Ginkgo
biloba akan meningkatkan metabolisme omeprazole dengan menginduksi
sitokrom P450 isoenzim CYP2C19. Studi ini sesuai dengan penelitian efek
Ginkgo biloba pada omeprazole. Sebanyak 18 subjek Cina diberi omeprazol 40
mg pada awal dan setelah pengobatan ginkgo biloba (280 mg/hari) selama 12 hari.
Rasio AUC omeprazol terhadap 5-hydroxyomeprazole menurun 67,5% setelah
pemberian ginkgo biloba dan tidak ada perubahan signifikan dalam rasio AUC
omeprazol terhadap omeprazol sulfon. Penurunan 12,8% pada 5-
hydroxyomprazole di saluran urin (Yin et al., 2008). Ginkgo biloba dapat
meningkatkan kecepatan liver dalam mengurai omeprazole akibatnya kinerja
omeprazole dalam tubuh kurang efektif.
3.1.4. Interaksi Ginkgo biloba dengan Teofilin
Ginkgo biloba bertindak sebagai inducer poten enzim CYP1A2 yang
bertanggung jawab untuk biotransformasi agen seperti teofilin, dan terjadi
interaksi farmakokinetik saat proses metabolisme antara ginkgo biloba dan
teofilin. Dalam penelitian yang dilakukan Tang et al., 2007 pada tikus yang diberi
ekstrak ginkgo biloba secara oral sebanyak 100 mg/kg perhari selama 5 hari dan
diberi teofilin 10 mg/kg pada hari ke-6, menunjukkan kadar serum dan AUC
sebesar 20% dan 40% sehingga total klirens meningkat sebesar 70%. Hasil ini
menunjukkan bahwa pretreatment GBE meningkatkan aktivitas metabolik
CYP1A2 dan total klirens teofilin pada tikus. Selain itu, ginkgo biloba dapat
menyebabkan peningkatan kejang jika digunakan bersama obat anti kejang salah
satunya yaitu teofilin. Kandungan ginkgotoksin dengan kadar rendah akan
menghambat dekarboksilase glutamatndan pembentukan GABA di otak menurun.
3.1.5. Interaksi Ginkgo biloba dengan Tolbutamid
Ekstrak Ginkgo biloba dapat meningkatkan aktivitas beberapa enzim.
Ekstrak Ginkgo biloba ekstrak secara signifikan menurunkan AUC dengan waktu
(AUC0-) pada kurva tolbutamid dan mengurangi efek hipoglikemik. Pretreatment
dengan ekstrak Ginkgo biloba menurunkan efikasi tolbutamida secara signifikan
melalui ekspresi hepatika dari enzim sitokrom P450 (CYP) (Taki et al., 2011).
3.1.6. Interaksi Ginkgo biloba dengan Warfarin
Penelitian eksperimental menunjukkan bahwa ginkgo dapat mengurangi
efek warfarin. Ekstrak Ginkgo mempengaruhi metabolisme sejumlah substrat
sitokrom P450 isoenzim CYP2C9, menunjukkan bahwa interaksi farmakokinetik
dengan warfarin. Interaksi warfarin dengan ginseng menyebabkan manifestasi
perdarahan. Interaksi ginkgo dan warfarin menghasilkan perdarahan intraserebral
setelah dua bulan penggunaan bersamaan. Kasus pendarahan subarachnoid,
hematoma subdural, dan perdarahan pada iris pada penggunaan ginkgo.
Penggunaan ginkgo jangka pendek menimbulkan beberapa risiko jika digunakan
bersama antikoagulan atau antiplatelet (Vaes and Chyka, 2000).
3.1.7. Interaksi Ginkgo biloba dengan Trazodon
Pasien Alzheimer mengalami koma beberapa hari dan diberikan terapi awal
trazodon dosis rendah dan ginkgo biloba. Pasien mengalami koma setelah
pemberian 100 mg trazodone dan 320 mg ginkgo biloba selama 50 jam,
kemudian pasien diberikan flumazenil1 mg secara i.v dan pasien terbangun.
Antioksidan Ginkgo biloba memperbaiki penyakit Alzheimer. Kandungan
Flavonoid meningkatkan aktivitas GABA di tempat pengikatan BDZ sebagai
agonis parsial. Secara klinis ginkgo tidak memiliki efek sedatif. Trazodone adalah
antidepresan yang memiliki efek hipnosis dan sedatif untuk mengobati gangguan
perilaku pada orang gila. Mengantuk adalah efek ketergantungan karena adanya
antagonisme langsung pada reseptor adrenergik. Trazodone dimetabolisme oleh
isoform sitokrom P-450 (CYP3A4) menjadi senyawa aktif 1-(m-chlorophenyl)
piperazine. Aksi agonis pada reseptor presinaptik 5-HT2 dan 2 yang terletak di
pangkal saraf GABA, 1-(m-chlorophenyl) piperazine meningkatkan pelepasan
GABA. Sehingga flavonoid dapat meningkatkan aktivitas CYP3A4.
Dapat disimpulkan bahwa flavonoid memberikan peningkatan subklinis
aktivitas GABA pada reseptor BDZ, sedangkan peningkatan fungsi CYP3A4 dan
produksi mCPP mendorong peningkatan aktivitas GABA. Flumazenil memblokir
efek flavonoid secara langsung, sehingga menyebabkan aktivitas GABA turun di
bawah ambang manifestasi klinis (Gambar 3.1). Pemberian trazodone dan ginkgo
secara bersamaan memiliki efek samping yang tidak diinginkan (Galluzzi, 2000).

Gambar 3.1. Alur Trazodon dan Ginkgo biloba pada koma (Galluzzi, 2000)
3.2. Interaksi Ginkgo biloba dengan Makanan
Interaksi antara Ginkgo biloba dengan makanan belum diteliti secara pasti.
Namun perlu untuk mengurangi konsumsi makanan yang memiliki efek serupa
dengan Ginkgo biloba, misalnya bawang putih dan kunyit (Sukandar et al., 2008)
yang memiliki efek anti agregasi platelet sehingga dimungkinkan meningkatkan
risiko perdarahan jika dikonsumsi bersamaan dengan Ginkgo biloba. Kandungan
kamferol pada ginkgo memberikan efek MAO inhibitor sehingga perlu dihindari
mengkonsumsi makanan yang mengandung tyramin antara lain keju, anggur, bir,
ragi, hati ayam, dan alvokat. (Tjay dan Rahardja, 2007).
DAFTAR PUSTAKA

Galluzzi, S. 2000. Coma in a Patient with Alzheimers Disease Taking Low Dose
Trazodone and Ginkgo biloba. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 68:679683.
Hermann, R., Richter, O. 2012. Clinical Evidence of Herbal Drugs As
Perpetrators of Pharmacokinetic Drug Interactions. Planta Med.
78(13):1458-1477.
ITIS (Integrated Taxonomic Information System). 2010. Ginkgo biloba L.
www.itis.gov [serial online].
https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&searc
h_value=183269#null. [9 November 2017]
Kubota, Y., Kobayashi, K., Tanaka, N., Nakamura, K., Kunitomo, M., Umegaki,
K., and Shinozuka, K. 2004. Pretreatment with Ginkgo biloba Extract
Weakens the Hypnosis Action of Phenobarbital and its Plasma
Concentration in Rats. Journal of Pharmacy and Pharmacology. 56: 401-
405.
Lorenzo, C.D. et al. 2015. Adverse Effects of Plant Food Supplements and
Botanical Preparations: A Systematic Review with Critical Evaluation of
Causality. Br J Clin Pharmacol. 79(4): 578592.
Orwa.,et al., 2009. Ginkgo Biloba L. Agroforestry Database 4.0.
http://www.worldagroforestry.org/treedb2/AFTPDFS/Caesalpinia_sappan
pdf [9 November 2017]
P.-C. Chan, Xia, Qingsu, and Fu, P. P. 2007. Ginkgo Biloba Leave Extract:
Biological, Medicinal, and Toxicological Effects. Journal of Environmental
Science and Health Part C. 25: 211244.
Rouse, J. 1998. Ginkgo biloba: Mind, Mood, and Memory. Journal of Applied
Nutritional Science, 6(7).
Sukandar, E. Y., Sigit, J.I., Fitriyani, N. 2008b. Efek Antiagregasi Platelet Ekstrak
Air Bulbus Bawang Putih (Allium sativum L.), Ekstrak Etanol Rimpang
Kunyit (Curcuma domestica Val.) dan Kombinasinya pada Mencit Jantan
Galur Swiss Webster. Majalah Farmasi Indonesia. 19(1):1 11.
Taki, Y., Hagirawa, E., Hirose, C., Shinozuka, K., Umegaki, K., and Yamada, S.
2011. Effects of Ginkgo Biloba Extract on the Pharmacokinetics and
Pharmacodynamics of Tolbutamide in Protein-Restricted Rats. Journal of
Pharmacy and Pharmacology. 63: 1238-1243.
Tang, J., Sun, J., Zhang, Y., Li, L., Cui, F., and He, Z. 2007. Herbdrug
Interactions: Effect of Ginkgo biloba Extract on the Pharmacokinetics of
Theophylline in Rats. Food and Chemical Toxicology. 45: 24412445
Tjay dan Rahardja, K. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta:PT. Elex Media
Komputindo.
Tuso, P.J., 2002. The Herbal Medicine Pharmacy Update. The Permanente
Journal. 6(4).
Vaes, L. P.J. and Chyka, P. A. 2000. Interactions of Warfarin with Garlic, Ginger,
Ginkgo, or Ginseng: Nature of the Evidence. The Annals of
Pharmacotherapy. 34: 1478-1482.
Williamson, E., Driver, S., Baxter, K. 2009. Stockleys Herbal Medicines
Interactions. London: Pharmaceutical Press.

Yin O. Q, Tomlinson B, and Chow M. S. 2008.Prediction and mechanism of herb-


drug interaction: Effect of ginkgo biloba on omeprazole in chinese subjects.
Clinical Pharmacology & Therapeutics. 73(2): 94.

Zhao, L-Z., Huang, M., Chem, J., Ee, P.L.R., Chan, E., Duan, W., Guan, Y-Y.,
Hong, Y-H., Chen, X., and Zhou, S. 2006. Induction of Propranolol
Metabolism by Ginkgo biloba Extract EGb761 in Rats. Current Drug
Metabolism.7: 577-587.

Anda mungkin juga menyukai