Anda di halaman 1dari 21

48

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian true eksperimental

pasca tes dengan kelompok eksperimen dan kontrol. Pada rancangan ini baik

kelompok kontrol eksperimen maupun kelompok kontrol diberi perlakuan.

Pengukuran hanya dilakukan setelah pemberian perlakuan selesai (Nursalam,

2008). Pada rancangan ini terdapat 4 kelompok eksperimen dan 1 kelompok

kontrol. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan cairan betaine

polyhexanide dangan tingkat kelembaban dressing yang berbeda-beda yaitu

50%, 60%, 70% dan 80%. Kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan

menggunakan cairan normal salin 0,9%. Normal Salin digunakan sebagai

kontrol karena NS umum digunakan sebagai terapi perawatan luka dan bersifat

tidak melukai, melembabkan, sebagai desinfektan, serta tersedia banyak di

pasaran (Mohajeri et al, 2012).

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Sampel akan dibagi menjadi lima kelompok, yaitu empat kelompok

perlakuan dengan perawatan luka menggunakan dressing cairan Betaine

Polyhexanide dan satu kelompok kontrol dengan perawatan luka menggunakan

cairan Normal Salin 0.9%.


49

4.2.1 Kriteria Sampel

Sampel yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) yang

sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

Kriteria inklusi :

a. Galur Wistar

b. Jenis kelamin jantan

c. Umur 2,5-3 bulan (usia pertumbuhan) karena proliferasi sel pada usia

pertumbuhan ini cepat sehingga mendukung penyembuhan luka.

d. Berat badan 150-250 gram

e. Mendapatkan nutrisi yang sama

f. Kondisi sehat, yang ditandai dengan tidak ada kerontokan bulu, tidak ada

peradangan dan atau pus pada mata, telinga, badan, dan ekor.

g. Tikus aktif

h. Tikus tidak mendapat pengobatan/perlakuan sebelumnya

i. Penyebab luka bakar sama yaitu air mendidih 980C

j. Tikus diletakkan pada kandang yang sama yaitu dengan dilapisi sekam dan

diganti tiap 3 hari sekali agar tetap kering, tidak lembab, dan satu kandang

ditempati satu tikus.

k. Dilakukan adaptasi selama 7 hari di Laboratorium Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Kriteria eksklusi :

a. Tikus yang tidak mau makan selama penelitian

b. Tikus yang mengalami penurunan keadaan fisik atau mati


50

4.2.2 Teknik Sampling dan Penentuan Jumlah Sampel

Pembagian kelompok ini dilakukan dengan cara simple random sampling

dengan melakukan bilangan random yang selanjutnya dikelompokkan dalam

masing-masing kelompok kontrol atau kelompok perlakuan. Besar sampel

dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan prosedur baku dalam penetapan

jumlah sampel yang menggunakan hewan coba (tikus putih) sebagai sampel

percobaan. Perhitungan jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebagai berikut

(Hidayat, 2009) :

(t 1) (r-1) 15

t adalah jumlah kelompok yaitu 5 kelompok dan n adalah banyaknya sampel

tiap kelompok perlakuan.

(5-1) (r-1) 15

4 (r-1) 15

(r-1) 15/4

(r-1) 4

r 5

Jadi dalam penelitian ini didapatkan jumlah sampel pada tiap kelompok

sebanyak 5 ekor, sehingga jumlah sampel secara keseluruhan yang dibutuhkan

yaitu 25 ekor.

4.2.3 Perlakuan Pada Sampel

Adapun perlakuan yang diberikan pada sampel dalam penelitian ini

adalah:

a. Tikus pada penelitian ini tidak dilakukan pengekangan (restrain).


51

b. Tikus diberikan makanan dan air minum yang sama di Laboratorium

Faal Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Makanan tikus

sebanyak 30 gram/hari terbuat dari makanan ayam buras (campuran

jagung, katul, pollard, rapessed, copra meal, biji batu, vitamin dan

mineral) dan tepung terigu dengan perbandingan 2 : 1. Minuman tikus

adalah air biasa (air kran) dalam botol sebanyak 20 45 ml/hari.

c. Tikus diberikan anastesi dengan lidokain non adrenalin 0,5 cc dalam 1

cc akuades sebelum dilakukan pembuatan luka bakar derajat II A untik

menghindari nyeri.

d. Tikus diberi perlakuan yang sama yaitu dilakukan pembuatan luka

bakar derajat II A menggunakan sterofoam yang dibungkus dan dilapisi

kassa steril berukuran 2 x 2 cm2 yang dicelupkan air mendidih suhu

980C selama 3 menit dan ditempelkan dengan pinset anatomis selama

30 detik pada area pembuatan luka bakar sampai terbentuk bula

kemudian diberi perawatan luka bakar derajat II A sesuai kelompok.

e. Ukuran kandang 900 cm2 dilapisi sekam yang diganti 3 hari sekali agar

tetap kering dan tidak lembab.

f. Masing-masing tikus menempati satu kandang untuk menghindari

perkelahian antar hewan coba dan memperburuk kondisi luka hewan

coba.
52

4.3 Variabel Penelitian


4.3.1. Variabel Bebas
Tingkat kelembaban pada dressing luka cairan betaine polyhexanide

yaitu 50%, 60%, 70%, dan 80%.


4.3.2. Variabel Tergantung
Kepadatan kolagen.

4.4 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Faal Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya Malang yang dilaksanakan selama 10 hari pada bulan

Oktober 2014.

4.5 Alat dan Bahan Penelitian


4.5.1. Eksplorasi Tingkat Kelembaban Dressing Luka Betaine

Polyhexanide
1. Alat dan Bahan
a. Sarung tangan steril
b. Spuit 5 cc
c. Cairan betaine polyhexanide
d. Kassa steril
e. Alat ukur kelembaban Moisture Meter MD010
f. Pinset anatomis

2. Prosedur
Adapun prosedur eksplorasi tingkat kelembaban balutan luka dengan

cairan betaine polyhexanide adalah sebagai berikut :


a. Penentuan kelembaban 50%, 60%, 70%, dan 80%.

Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan

yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau

berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah

mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen,

sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100

persen (Syarif dan Halid, 1993).


53

Kadar air suatu bahan biasanya dinyatakan dalam

persentase berat bahan basah, misalnya dalam gram air untuk

setiap 100 gr bahan disebut kadar air berat basah. Kadar air basis

basah dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

Wm
% kadar air basis basah (m) = x100%
Wm Wd
Keterangan:

m : Kadar air basis basah (%bb) (persen kelembaban)

Wm : Berat air dalam bahan (gr) (betaine polyhexanide)

Wd : Berat padatan (gr) = kassa (ukuran 3 cm x 3 cm

dengan ketebalan....memiliki berat.....gr

Wm
1) 50 % = x100%
Wm Wd

Wm
2) 60 % = x100%
Wm Wd

Wm
3) 70 % = x100%
Wm Wd

Wm
4) 80 % = x100%
Wm Wd

b. Cuci tangan
c. Gunakan sarung tangan steril
54

d. Eksplorasi dengan menggunakan spuit 5 cc yang berisi cairan

betaine polyhexanide dengan menggunakan volume tertentu yang

telah didapatkan dengan rumus pada kassa steril dan kemudian

validasi dengan menggunakan alat Moisture Meter MD010 pada

tingkat kelembaban yaitu 50%, 60%, 70%, dan 80%.


4.5.2. Teknik Sterilisasi
1. Alat dan Bahan
a. Autoclaf
b. Korentang

2. Prosedur
Metode sterilisasi alat rawat luka menggunakan autoclaf elektrik (UV)

dengan penyetelan timer otomatis. Berikut ini adalah prosedur

sterilisasi peralatan penelitian :


a. Siapkan alat-alat yang akan disterilkan yang sudah dicuci dan

direndam menggunakan cairan desinfektan selama 30 menit.


b. Siapkan sterilisator.
c. Masukkan alat-alat berbahan logam yang telah kering setelah

direndam desifektan dan alat-alat berbahan non logam sesuai

tempatnya dalam sterilisator.


d. Tekan tombol on pada sterilisator.
e. Tunggu hingga lampu penanda proses sterilisasi padam.
f. Keluarkan alat-alat dengan menggunakan korentang dengan

prinsip steril.
4.5.3. Teknik Pembuatan Luka Bakar Derajat II A
1. Alat dan Bahan
a. Sarung tangan steril
b. Sarung tangan disposable
c. Jas laboratorium
d. Kom steril
e. Korentang
f. Bengkok
g. Gunting kassa
h. Gunting plester
i. Normal salin 0,9%
j. Pinset anatomis
55

k. Heater
l. Air bersih
m. Spuit
n. Bahan anastesi
o. Kassa gulung yang sudah dipotong
p. Stereofom berukuran 2x2 cm2 (Patmawati, 2010).
2. Prosedur
Menurut Laksono (2009), tindakan yang harus dilakukan untuk

membuat luka bakar pada hewan coba adalah sebagai berikut:

a. Lokasi ditentukan, dalam percobaan ini adalah punggung kanan

atas.

b. Area dibersihkan sesuai luas luka, dalam penelitian ini luas luka

yang dibuat adalah berukuran 2x2 cm2.

c. Perlak dipasang di bawah tikus.

d. Bak steril dibuka, cuci tangan dan pakai sarung tangan steril.

e. Area yang akan dibuat luka didesinfeksi alkohol ditunggu sampai

kering.

f. Area yang akan dibuat luka dianestesi lokal dengan lidokain 0,2

cc dalam 2 cc aquades.

g. Sterofoam dibalut dengan kasa berukuran 2x2 cm.

h. Kassa dicelupkan ke dalam air panas (98C) selama 3 menit.

i. Kassa ditempelkan pada hewan coba selama 30 detik.

j. Kassa diangkat lalu dikompres dengan normal salin 0.9% selama

1 menit untuk mencegah pelebaran area kerusakan jaringan.

k. Luka dikeringkan dan luka ditutup.

l. Sarung tangan dilepas.

m. Alat dirapikan, cuci tangan.

4.5.4. Teknik Perawatan Luka Bakar Derajat II A


56

1. Alat dan Bahan


Menurut Gayline, Patricia, dan Valerie (2000), bahan dan alat

yang harus dipersiapkan untuk perawatan luka bakar derajat II pada

hewan coba adalah sebagai berikut:

a. Sarung tangan 2 pasang.

b. Bak instrumen kecil 1 buah.

c. Pinset anatomis 2 buah.

d. Kom steril 2 buah.

e. Kasa steril

f. Bengkok 1 buah.

g. Perlak dan alasnya.

h. Plester.

i. Gunting plester 1 buah.

j. Normal salin 0,9%.

k. Cairan betaine polyhexanide

l. Korentang dan tempatnya 1 buah.

m. Tas plastik pembuang sampah.

2. Prosedur
2.1 Prosedur Perawatan Luka Menggunakan Normal Salin 0,9%
Adapun prosedur perawatan luka bakar derajat II yang dilakukan

pada hewan coba dengan menggunakan normal salin 0,9%

adalah sebagai berikut:

a. Cuci tangan.

b. Perlak yang dilapisi kain ditempatkan dibawah luka yang akan

dirawat.
57

c. Posisi tikus diatur senyaman mungkin sehingga memudahkan

pelaksanaan tindakan.

d. Bengkok dan plastik terbuka ditempatkan dekat dengan luka

yang akan dirawat.

e. Buka balutan.

f. Sarung tangan steril dipakai.

g. Irigasi luka dengan NS yang dimasukkan ke dalam spuit 3 cc.

h. Basahi kassa dengan NS 0,9% dan peras kemudian bersihkan

luka dan keringkan.

i. Tutup semua area luka dengan kassa steril yang telah

dibasahi NS 0,9%.

j. Bereskan peralatan.

k. Sarung tangan dilepas dan dibuang di plastik.

l. Cuci tangan.

2.2 Prosedur Perawatan Luka Menggunakan Betaine

Polyhexanide
Adapun prosedur perawatan luka bakar derajat II yang dilakukan

pada hewan coba dengan menggunakan betaine polyhexanide

adalah sebagai berikut:

a. Cuci tangan.

b. Perlak yang dilapisi kain ditempatkan dibawah luka yang akan

dirawat.

c. Posisi tikus diatur senyaman mungkin sehingga memudahkan

pelaksanaan tindakan.
58

d. Bengkok dan plastik terbuka ditempatkan dekat dengan luka

yang akan dirawat.

e. Buka balutan.

f. Sarung tangan steril dipakai.

g. Irigasi luka dengan betaine polyhexanide yang dimasukkan ke

dalam spuit 3 cc.

h. Basahi kassa dengan betaine polyhexanide dan peras

kemudian bersihkan luka dan keringkan.

i. Tutup semua area luka dengan kassa steril :

1) Kelompok 1 : Kelompok perlakuan dengan menggunakan

dressing cairan betaine polyhexanide dengan kelembaban

50%.

2) Kelompok 2 : Kelompok perlakuan dengan menggunakan

dressing cairan betaine polyhexanide dengan kelembaban

60%.

3) Kelompok 3 : Kelompok perlakuan dengan menggunakan

dressing cairan betaine polyhexanide dengan kelembaban

70%.

4) Kelompok 4 : Kelompok perlakuan dengan menggunakan

dressing cairan betaine polyhexanide dengan kelembaban

80%.

j. Bereskan peralatan.

k. Sarung tangan dilepas dan dibuang di plastik.

l. Cuci tangan.
59

4.6 Definisi Operasional

Variabel
Definisi Operasional Hasil Ukur Skala Ukur
Penelitian
Lepuhan yang terjadi akibat termal yang cm2 Rasio

sebelumnya dianastesi menggunakan

lidokain non adrenalin dan dibuat pada

punggung kanan tikus dengan


Luka bakar
menempelkan sterofoam berbungkus
derajat II dangkal
kassa steril berukuran 2x2 cm2 yang
(II A)
dicelupkan air mendidih 980C selama 3

menit dan ditempelkan pada kulit hewan

selama 30 detik.

Kepadatan Merupakan jumlah serabut berwarna pink % Numerik


60

pastel muda dengan pengecatan

hematoxyclin eosin pada saat dilakukan

pengamatan menggunakan mikroskop

OLYMPUS seri XC10 dengan pembesara

800 kali pada 5 lapang pandang, lokasi

pengamatan kolagen adalah di daerah


Kolagen
bekas luka bakar yang telah dilakukan

perawatan sampai hari ke-10, selanjutnya

kepadatan kolagen diintrepretasikan

secara kuantitatif dengan menggunakan

grid of line (Novriansyah, 2008; Ashkani-

Esfahani et al., 2012).)


Perawatan luka satu kali sehari pada Rasio

kelompok kontrol dengan membersihkan


Perawatan Luka
area cedera karena termal dengan normal
Bakar derajat II A
salin lalu ditutup dengan kassa steril yang
dengan normal
direndam dalam normal salin kemudian
salin 0,9%
diperas dan ditempelkan pada area luka

lalu diplester.
Perawatan Luka Perawatan luka satu kali sehari pada % Rasio

Bakar derajat II A kelompok perlakuan dengan

dengan membersihkan area cedera karena termal

menggunakan dengan menggunakan cairan betaine

kompres betaine polyhexanide lalu ditutup dengan kassa

polyhexanide steril yang direndam dalam betaine


61

polyhexanide dengan kelembaban 50%

kemudian diberikan second dressing


dengan tingkat
dengan menggunakan kassa steril lalu
kelembaban 50%
diplester.

Perawatan luka satu kali sehari pada % Rasio

kelompok perlakuan dengan


Perawatan Luka
membersihkan area cedera karena termal
Bakar derajat II A
dengan menggunakan cairan betaine
dengan
polyhexanide lalu ditutup dengan kassa
menggunakan
steril yang direndam dalam betaine
kompres betaine
polyhexanide dengan kelembaban 60%
polyhexanide
kemudian diberikan second dressing
dengan tingkat
dengan menggunakan kassa steril lalu
kelembaban 60%
diplester.

Perawatan luka satu kali sehari pada % Rasio

kelompok perlakuan dengan


Perawatan Luka
membersihkan area cedera karena termal
Bakar derajat II A
dengan menggunakan cairan betaine
dengan
polyhexanide lalu ditutup dengan kassa
menggunakan
steril yang direndam dalam betaine
kompres betaine
polyhexanide dengan kelembaban 70%
polyhexanide
kemudian diberikan second dressing
dengan tingkat
dengan menggunakan kassa steril lalu
kelembaban 70%
diplester.
62

Perawatan luka satu kali sehari pada % Rasio

kelompok perlakuan dengan


Perawatan Luka
membersihkan area cedera karena termal
Bakar derajat II A
dengan menggunakan cairan betaine
dengan
polyhexanide lalu ditutup dengan kassa
menggunakan
steril yang direndam dalam betaine
kompres betaine
polyhexanide dengan kelembaban 60%
polyhexanide
kemudian diberikan second dressing
dengan tingkat
dengan menggunakan kassa steril lalu
kelembaban 60%
diplester.

4.7 Prosedur Penelitian


1. Alur Kerja Penelitian

Memilih sampel tikus secara Simple Random Sampling


sebanyak 30 ekor sesuai kriteria sampel
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
Kontrol I Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen
I II III IV
6 ekor 6 ekor 6 ekor 6 ekor
0 6 ekor
Induksi Luka Bakar derajat II A dengan air panas 98 C meggunakan balok sterofoam
2
berlapis kassa dengan luas 2 x 2 cm selama 30 detik pada punggung tikus
63

Perawatan luka Perawatan luka Perawatan luka Perawatan luka Perawatan luka
tertutup dengan tertutup dengan tertutup dengan tertutup dengan tertutup dengan
cairan normal cairan betaine cairan betaine cairan betaine cairan betaine
salin 0.9% dan polyhexanide dan polyhexanide polyhexanide dan polyhexanide
dressing luka dressing luka dan dressing luka dressing luka dan dressing luka
dengan cairan betaine cairan betaine cairan betaine cairan betaine
kompres normal polyhexanide polyhexanide polyhexanide polyhexanide
Penilaian kepadatan kolagen diukur pada hari ke-10 setelah perawatan luka
salin 0.9% dengan dengan dengan dengan
kelembaban 50% kelembaban 60% kelembaban 70% kelembaban 80%
Hasil Kepadatan Kolagen Analisa data dengan One Way Anova

Penyajian Data
Kesimpulan
Gambar 4.1 : Alur Penelitian
2. Pengumpulan Data
a. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik observasi eksperimen yang

mana sampel dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan dan 1 kelompok

kontrol. Kemudian dilakukan perawatan luka dengan batas waktu

penelitian selama 14 hari. Setelah itu pada hari ke 10 tikus dimatikan dan

diambil sampel untuk pemeriksaan preparat di laboratorium Patologi

Anatomi FKUB. Pemeriksaan dan penghitungan kepadatan kolagen

menggunakan scanning dot slide mikroskop OLYMPUS seri XC10 dan

dilakukan pengamatan memakai software OlyVIA (Viewer for Imaging

Applications) dengan pembesaran 800 kali tiap lapang pandang setiap

sediaan diperiksa pada luas pandang 5 area kemudian dirata-rata.

Penghitungan data juga menggunakan metode double blind yaitu

penghitungan yang dilakukan oleh dua orang peneliti kemudian hasilnya

dirata-rata dimana peneliti lain tidak mengetahui perlakuan mana yang

diberikan pada suatu sampel data (tidak teridentifikasi). Metode ini

dilakukan untuk menghindari kebiasan data.


b. Identifikasi Kepadatan Kolagen
64

Proses identifikasi kepadatan kolagen luka diukur pada hari ke-10

setelah perawatan luka. Kolagen merupakan serabut bewarna pink pastel

muda dengan pengecatan hematoxcylin eosin pada saat dilakukan

pengamatan. Sebelum membuat preparat histologi jaringan kulit, hewan

coba dimatikan terlebih dahulu dengan cara memasukkan hewan coba

dalam toples berisi larutan Chlor selama 1 menit.

Setelah itu dilakukan pengambilan jaringan kulit dan diproses untuk

pembuatan preparat histologi jaringan kulit. Pembuatan preparat histologi

jaringan kulit melalui beberapa tahap yaitu fiksasi, embedding, slicing dan

stanning. Pada tahap fiksasi dilakukan perendaman jaringan kulit pada

larutan formalin10% selama 16-24 jam kemudian jaringan kulit dicuci

dengan air mengalir selama 15 menit. Pada tahap embedding, jaringan

kulit dimasukkan pada beberapa cairan yaitu aceton selama 1 jam x 4.

Xylol selama jam x 4, paraffin cair selama 1 jam x 3, dan penanaman

jaringan kulit pada paraffin blok. Selanjutnya pada tahap slicing, blok yang

sudah tertanam jaringan kulit diletakkan pada balok es 15 menit

kemudian blok ditempelkan pada cairan microtome rotary kemudian sayat

jaringan kulit secara vertikal dengan ukuran 4 mikron. Sayatan jaringan

kulit yang berbentuk pita diambil dengan menggunakan kuas kecil

kemudian letakkan pada water bath yang mengandung gelatin dengan

suhu 360C. Setekah sayatan jaringan kulit merentang, sayatan diambil

dengan menggunakan object glass dan didiamkan selama 24 jam. Pada

tahap staning, object glass dimasukkan pada Xylol selama 15 menit x 3,

alkohol 96% selama 15 menit x 3 kemudian dicuci dengan air mengalir


65

selama 15 menit, setelah itu object glass dimasukkan pada pewarna

Hematoxylin selama 15 menit dan dicuci dengan air megalir selama 15

menit. Object glass dimasukkan pada Lithium carbonat selama 20 detik

dan dicuci dengan air mengalir selama 15 menit. Selanutnya object glass

dimasukkan pada pewarna Eosin selama 15 menit, alkohol 96% selama

15 menit x 3 dan xylol sekama 15 menit x 3. Tahap terakhir adalah

preparat ditutup dengan menggunakan deck glass Entellan.

Preparat histloogi yang sudah jadi kemudian diserahkan ke

Laboratorium Patologi Anatomi untuk dibuatkan scan fotonya. Setelah

scan foto jadi, kepadatan kolagen diamati menggunakan software OlyVIA

(Viewer for Imaging Application). Kepadatan serabut kolagen dievaluasi

menggunakan grid of line menurut modfikasi metode grid of point Ashkani-

Esfahani et al. (2012) (dapat dilihat pada gambar 4.1).

Gambar 4.1 Evaluasi kepadatan serabut kolagen


(Ashkani-Esfahani et al., 2012)

Penghitungan dilakukan dengan membagi titik pertemuan berkas

kolagen dengan jumlah keseluruhan titik pada daerah (dermis) yang


66

diobservasi. Terdapat tanda + pada gambar di atas. Bagian kanan atas

tanda plus (+) dianggap sebagai titik tunjuk dan hanya dihitung apabila

bagian kanan atas ini mengenai serabut kolagen seperti dapat dilihat pada

gambar 4.2. Tanda plus dimodifikasi menjadi kotak kecil, namun prinsip

penghitungan kepadatan kolagen sama dengan metode Ashkani-Esfahani

et al., (2012).

(A) (B)

(C) (D)

Keterangan :

A : tanda panah menunjukkan titik yang dipakai untuk penghitungan kolagen.

B : pojok kiri pada kotak mengenai serabut kolagen sehingga dihitung 1.


67

C : pojok kiri pada kotak tidak mengenai serabut kolagen akan tetapi didapatkan

ruang kosong di pojokan tersebut sehingga tidak dihitung atau dihitung 0.

D : pojok kiri pada kotak yang mengenai fibroblast atau netrofil atau makrofag dan

tidak mengenai serabut kolagen sehingga tidak dihitung atau dihitung 0.

4.8 Analisa Data


Untuk menilai tingkat kemaknaan dan menguji hipotesa digunakan uji

One Way ANOVA (Sugiyono, 2011) sedangkan untuk mencari kelompok

penelitian yang paling berbeda signifikan maka dilakukan analisa Post Hoc

Tukey HSD. Semua perangkat analisis statistik menggunakan fasilitas SPSS

Ver17.
1. Uji Normalitas dan Homogenitas
Uji normalitas menggunakan statistik uji Kolmogrov-Smimov dengan

= 0,05. Jika data menunjukkan p value > 0,05, maka data terdistribusi

normal. Sehingga dapat dilakukan uji parametrik lebih lanjut menggunakan

One way ANOVA. Pada uji homogenitas/keragaman data menggunakan uji

Test of Homogenity of Variance. Uji ini digunakan untuk memperlihatkan

bahwa data kepadatan kolagen pada kelompok yang menggunakan dressing

cairan betaine polyhexanide dan kelompok kontrol normal salin 0,9% memiliki

variansi data yang sama atau homogen. Hipotesis ditegakkan dengan H0 dan

H1. H0 ditolak apabila signifikansi yang diperoleh < = 0,05 sedangkan H0

diterima apabila signifikansi yang diperoleh > = 0,05. H 0 diartikan bahwa

kepadatan kolagen pada semua kelompok perlakuan memiliki variansi yang

sama atau homogen., sedangkan H1 diartikan bahwa kepadatan kolagen

pada semua kelompok perlakuan memiliki variansi yang tidak sama atau

tidak homogen.
68

2. Uji One Way Anova


Uji One Way Anova digunakan untuk menguji perbedaan antar

kelompok perlakuan dengan menggunakan perbandingan rata-rata antar

kelompok yang menggunakan dressing betaine polyhexanide dan kelompok

kontrol normal salin 0,9%. Hipotesis ditegakkan dengan H 0 dan H1. H0 ditolak

apabila signifikansi yang diperoleh > = 0,05 sedangkan H0 diterima apabila

signifikansi yang diperoleh < = 0,05. H0 diartikan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan terhadap kepadatan kolagen pada semua

kelompok perlakuan, sedangkan H1 diartikan bahwa tidak terdapat

perbedaan kepadatan kolagen pada semua kelompok perlakuan.

3. Uji Perbandingan Berganda (Post Hoc Test)


Post Hoc Test digunakan sebagai uji perbandingan berganda (multiple

comparison) untuk data yang berskala rasio dalam penelitian ini yaitu data

kuantitatif kepadatan kolagen. Dengan metode ini dapat diketahui kelompok

perlakuan mana yang paling signifikan di antara kelompok-kelompok uji coba.

Nilai signifikansi antar kelompok dilihat dari tabel Multiple Comparison dan

nilai signifikansi < 0,05 adalah kelompok yang memiliki perbedaan paling

signifikan.

Anda mungkin juga menyukai