Anda di halaman 1dari 17

12

FORUM MASYARAKAT PEDULI SUNGAI(FORMAPES)


WOLOWONA
KABUPATEN ENDE
HASIL SURVEY IDENTIFIKASI LOKASI PEKERJAAN

A.Latar Belakang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai bagian dari pembangunan


wilayah sampai saat ini masih menghadapi berbagai masalah yang kompleks dan
saling terkait, antara lain ditunjukkan dengan masih belum adanya keterpaduan
antar sektor, antar instansi dan antar daerah serta partisipasi masyarakat yang
belum optimal dalam pengelolaan DAS, yang berujung pada kerusakan DAS yang
semakin mengkhawatirkan.

Degradasi kondisi DAS yang ditandai dengan semakin seringnya terjadi peristiwa
banjir, tanah longsor dan kekeringan diakibatkan oleh pesatnya pemanfaatan
sumberdaya alam yang kurang terkoordinasi, telah menimbulkan keprihatinan
banyak pihak. Kecenderungan ter sebut semakin meningkat pada era otonomi
daerah, menimbulkan kerugian nasional yang sangat besar berupa kerusakan
infrastruktur sosial ekonomi, rusaknya berbagai asset pembangunan dan pada
gilirannya menyebabkan terganggunya tata kehidupan masyarakat, tak terkecuali di
Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Di sisi lain, tidak bisa dipungkiri, dalam konteks kebijakan makro, lebih-lebih
kecenderungan ini meningkat pada era otonomi daerah, pengelolaan sumberdaya
alam pada DAS lebih diorientasikan pada peran economic development dan
mengabaikan wawasan lingkugan.Akibatnya kerusakan lingkungan yang seharusnya
tidak terjadi, malah menimbulkan kerusakan hutan dan lahan yang cukup parah pada
daerah hulu dan semakin meluasnya lahan kritis.

13
Sementara itu, terjadinya pertambahan penduduk dan meningkatnya berbagai
aktivitas ekonomi dan sosial, telah menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan
terhadap kualitas lingkungan. Kebutuhan terhadap lahan untuk menampung segala
aktivitas semakin bertambah dan eksploitasi kekayaan alam semakin meningkat,
sehingga daya dukung lingkungan mengalami tekanan yang semakin berat.
Berkurangnya luas hutan dan kawasan resapan, menyebabkan telah terganggunya
kualitas, kuantitas dan kontinyuitas sumber daya air pada gilirannya telah
mengganggu kebutuhan air irigasi dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro (PLTMH) serta langkanya sumber air pada beberapa tempat dalam
kawasan DAS.

Masalah-masalah yang terjadi dalam ekosistem DAS tersebut telah menjadi perhatian
banyak pihak, namun demikian pemecahannya sering hanya dari sudut pandang satu
sektor saja, atau bersifat lokalitas tanpa memandang DAS sebagai satu kesatuan
ekosistem yang utuh dari hulu sampai dengan hilir. Padahal dengan era otonomi
daerah, permasalahan-permasalahan DAS telah berkembang menjadi lebih kompleks
dan rumit karena banyak DAS yang lintas Kabupaten/Kota bahkan lintas Propinsi.

Pengelolaan sumberdaya alam dalam suatu DAS harus dirumuskan secara holistik
yaitu memandang masalah secara utuh, terpadu dan memecahkannya secara
multidisiplin, lintas sektoral, lintas daerah sesuai dengan konsepsi DAS sebagai
kesatuan ekosistem. Pengelolaan DAS yang terpadu dan komprehensif perlu
mendapat perhatian serius dari Pemerintah Daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur
dan Kabupaten / Kota serta stakeholders lainnya. Apalagi Pemerintah Daerah Nusa
Tenggara Timur memiliki posisi yang sangat strategis yang berbatasan dengan
negara Timor leste. Ke depan kita perlu mengembangkan potensi tersebut menuju
masyarakat yang sejahtera dan hutan tetap lestari sehingga pembangunan DAS
dalam economic development, community development dan environmental services
bisa berimbang. Lahan-lahan kritis dan gundul kembali hijau, air sungai yang bersih
tersedia sepanjang tahun, musim hujan tidak lagi terjadi banjir dan longsor, musim
kemarau tidak lagi kekeringan

14
Sungai Wolowona terletak di sebagian wilayah Kecamatan Ende Timur dan Ndona
Kabupaten Ende, Flores, NTT. Posisi geografis pada 085001 LS 1214044 BT.
Topografi wilayahnya berupa dataran dan perbukitan. Luas DAS Wolowona 181,30
km, panjang Sungai Wolowona adalah 60 km, lebar rata-rata antara 15-30m,
dengan tingkat kemiringan 75%, debit air Rerata 7,37 liter/detik.
Sungai Wolowona di gunakan untuk kebutuhan Listrik (PLTA) Mikro Hidro, PDAM
untuk air baku Kota Ende. DAS Wolowona termasuk tipe DAS melebar dengan
kerapatan parit/saluran tinggi, sehingga cenderung menghasilkan aliran permukaan
yang lebih besar. Letaknya memanjang sejajar dengan jalan raya arah timur wilayah
kabupaten Ende (jalan sumbu Ende- Maumere). Hulu sungainya adalah kaki gunung
Lepembusu dan muaranya Nanganesa (kawasan timur Kota Ende).Pada beberapa
ruas sungai disebelah hulu muara terdapat badan jalan, jembatan, pemukiman
penduduk, persawahan, terminal dan lainnya sebagai salah satu pusat kegiatan
ekonomi masyarakat di Kabupaten Ende. Sungai Wolowona juga digunakan sebagai
tempat cuci, pemandian dan rekreasi.,
Wilayah Sungai Wolowona ditampilkan pada gambar berikut.

Gambar 1.1. DAS Wolowona.

15
Sungai Wolowona, merupakan sungai musiman yang pada musim penghujan sering
terjadi banjir. Hujan lebat/curah hujan ekstrim yang terjadi pada musim hujan di
wilayah Kabupaten Ende merupakan faktor dominan alamiah yang menyebabkan
banjir di sungai tersebut. Akibat hujan lebat dengan intensitas tinggi yang terjadi
secara lokal tersebut dapat menyebabkan debit sungai meningkat dan
memungkinkan untuk meluap keluar melewati tanggul sungai. Daerah yang terkena
banjir jenis ini adalah daerah sekitar (kanan/kiri) sungai yang letaknya cukup rendah
atau merupakan dataran banjir dan berpotensi terjadi banjir bandang. Terjadinya
hujan lebat tersebut hampir tidak ada kesempatan air hujan meresap ke dalam
tanah, sehingga menyebabkan meningkatnya aliran permukaan Pada Sungai
Wolowona, alur alirannya sangat lebar dan dangkal dengan dasar yang relatip
rata,terdapat gugus-gugus sedimen disana sini.Pada kondisinya yang ekstrim, sungai
ini hampir tidak mempunyai alur yang nyata sehingga apabila terjadi debit besar,
akan menjadi aliran berupa sheet flood yang bersifat banjir bandang pada
permukaan lembahnya. Bagian hilir sungai Wolowona, yang berhubungan dengan
laut terdapat muara sungai yang berfungsi sebagai pelepasan atau pembuangan
akhir debit sungai ke laut. Permasalahan sungai tersebut adalah terjadinya proses
pendangkalan akibat adanya endapan material (sedimentasi) yang berlangsung terus
menerus tiap tahun. Hal ini menyebabkan tampang aliran menjadi kritis dan pada
akhirnya akan mengganggu kelancaran proses pembuangan debit sungai ke laut
terutama pada saat banjir. Ketidak lancaran proses pembuangan tersebut, dapat
menyebabkan aliran balik (back water) karena proses pembendungan secara
alamiah. Arah aliran di sebelah hulu muara sungai tersebut menjadi berkelok-kelok,
mengakibatkan terjadinya pukulan dan gerusan air pada dinding-dinding tebing
palungan sungai ketika terjadi banjir. Kondisi ini menyebabkan ruas sungai pada
daerah-daerah tertentu selalu cenderung melebar, hingga akhirnya mengancam
kawasan pemukiman penduduk dan fasilitas umum lainnya.

16
Gambar 1.2 : Sekolah yang tertutup reruntuhan akibat banjir bandang di sungai
Ekorako Desa Roworeke 8 Km sebelah barat kota Ende. 1988

Gambar 1.3 : Banjir Bandang di Kampung Ndungga km. 10 Kab. Ende


(Sumber : Bappeda Kab. Ende, 2003)

Untuk itu dalam rangka menjamin pemanfaatan sumber daya alam yang lestari,
pemerataan pembangunan, pelayanan yang adil serta efisien maka setiap
stakeholders yang berada pada wilayah DAS seyogyanya duduk bersama untuk
mengelola DAS sebagai sumber daya alam yang lestari, sehingga tercapainya

17
keinginan Sungai Wolowona menjadi Sungai yang Bersih dan Sehat. Dalam hal ini
diperlukan adanya suatu wadah untuk berkoordinasi, berkomunikasi dan
berkonsultasi untuk memecahkan setiap permasalahan yang ada dan menghilangkan
setiap potensi konflik.

Bertitik tolak dari kondisi dan pemikiran diatas, untuk penguatan partisipasi semua
stakeholders sehingga dapat meningkatkan keberhasilan kegiatan-kegiatan
pengelolaan DAS, maka pada tahun 2017, setelah melalui serangkaian diskusi
bersama Universitas Flores, dengan Pemerintah Kabupaten Ende, wacana dan
keinginan untuk membentuk suatu wadah komunikasi, koordinasi dan konsultasi
dalam pengelolaan Sungai Wolowona semakin kuat. Menindaklanjuti hasil diskusi
dan diseminasi tersebut, maka Satker O&P Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II
melalui Kegiatan PPK OP-I melakukan kegiatan memfasilitasi pembentukan Forum
Peduli Sungai Wolowona di Kabupaten Ende

PERMASALAHAN PADA LOKASI KEGIATAN

Berdasarkan hasil survey loka di Sepanjang Sungai Wolowona, didapatkan gambaran


mengenai permasalahan yang ada di lokasi pekerjaan, antara lain sebagai berikut :

1. Pertumbuhan penduduk yang dari tahun ke tahun semakin tinggi sehingga


kebutuhan akan lahan tempat tinggal maupun usaha perdagangan/niaga
semakin bertambah. Sedangkan ketersediaan lahan ada tetap sehingga terjadi
alih fungsi penggunaan lahan bantaran sungai.

2. Digunakannya bantaran sungai menjadi permukiman yang tidak tertata sehingga


disamping terjadi kerusakan pada lahan bantaran, juga digunakannya sungai
sebagai tempat pembuangan limbah cair dan padat yang berpengaruh terhadap
sedimentasi sungai.

3. Penyempitan penampang melintang sungai akibat bangunan-bangunan lama


yang belum dibongkar (pilar jembatan lama) dan beberapa bangunan yang
menyalahi aturan seperti dibuat diatas sungai ataupun menjorok masuk ke
badan sungai.

18
4. Pada sepanjang sungai Wolowona terdapat PLTMH, IPA (instalansi Pengambilan
Air Minum) yang diperlukan warga untuk keperluan air bersih,dan untuk
kebutuhan air irigasi namun pada kondisi existing saat ini Sungai Wolowona
Sudah terkontaminasi oleh pembuangan limbah rumah tangga, sampah,
Pembungan hasil Galian pekerjaan Peningkatan Jalan sering terjadi longsor
yakni KM 10,13, 17 yang langsung ke sungai dapat menyebabkan tercemarnya
kualitas air pada sungai Wolowona.

5. Belum tersedianya jalur inspeksi sungai yang mana diperlukan untuk operasi dan
pemeliharaan sungai.

Untuk itu dalam rangka menjamin pemanfaatan sumber daya alam yang lestari,
pemerataan pembangunan, pelayanan yang adil serta efisien maka setiap
stakeholders yang berada pada wilayah DAS seyogyanya duduk bersama untuk
mengelola DAS sebagai sumber daya alam yang lestari, sehingga tercapainya
keinginan Sungai Wolowona menjadi Sungai yang Bersih dan Sehat. Dalam hal ini
diperlukan adanya suatu wadah untuk berkoordinasi, berkomunikasi dan

19
berkonsultasi untuk memecahkan setiap permasalahan yang ada dan menghilangkan
setiap potensi konflik.

B. LANDASAN HUKUM

Adapun beberapa dasar hukum penyusunan Detail Desain Revitalisasi Sungai


Wolowona Di Kabupaten Ende adalah sebagai berikut :

a. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan;


b.
c. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.
d. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan.
e. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
f. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil.
g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air.
i. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air Tanah.
j. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 Tentang Bendungan.
k. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai.
l. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2011 Tentang Kebijakan Nasional
Pengelolaan Sumber Daya Air.
m. Peraturan Presiden Republik Indonesia No.12 Tahun 2008 tentang Dewan
Sumber Daya Air.
n. Peraturan Presiden Republik Indonesia No.70 tahun 2012, tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 54 tahun 2010, tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah.
o. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 2/PRT/M/2010 Tentang Rencana
Strategis Nasional Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010 2014.
p. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 4/PRT/M/2009 tentang Sistem
Manajemen Mutu Departemen Pekerjaan Umum.

20
q. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990 Tentang Cara dan
Persayratan Izin Penggunaan Air dan Sumber Air.
r. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
04/KPTS/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai.
s.

C. Tujuan Forum :

Forum berfungsi sebagai wadah pengkajian, konsultasi, koordinasi dan komunikasi


para pihak yang berkepentingan dengan pengelolaan Sungai Wolowona, sebagai DAS
Prioritas yang berperan strategis dalam menjaga ketahanan air Kabupaten Ende
, Forum ini dibentuk dengan tujuan untuk : Menyelenggarakan Pemantauan,
identifikasi, konsultasi, koordinasi dan komunikasi dalam rangka terwujudnya
keterpaduan dan keserasian dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,
monitoring dan evaluasi Sungai Wolowona sebagai masukan kepada pengambil
keputusan baik kepada eksekutif maupun legislative di tingkat pusat dan daerah

D. Tugas Pokok dan Kewenangan

Tugas pokok Forum Peduli Sungai Wolowona adalah melakukan pengkajian tentang
kebijakan, rencana, pelaksanaan kegiatan dan dampak kegiatan pengelolaan DAS di
Nusa Tenggara Timur sebagai masukan kepada pengambil keputusan baik kepada
eksekutif maupun legislatif di tingkat Pusat dan daerah.

Forum Peduli Sungai Dendeng mempunyai fungsi :

1. Mengkaji kebijakan, rencana dan program yang sedang dan akan


dilaksanakan dalam pengelolaan DAS.
2. Mengkaji permasalahan-permasalahan yang timbul akibat kegiatan-kegiatan
pengelolaan DAS dan bencana alam.

21
3. Memberi pertimbangan dan saran pemecahan masalah kepada Menteri,
Gubernur, Bupati / Walikota, antara lain mengenai :

a. Penggunaan dan pemanfaatan wilayah DAS sesuai dengan kemampuannya


(daya dukungnya).
b. Pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya air.
c. Pelaksanaan penambangan bahan galian di dalam DAS.
d. Penentuan lokasi, cara, bentuk konservasi tanah dan air serta reklamasi
lahan bekas tambang.
e. Pengendalian bencana alam longsor dan daya rusak air seperti banjir dan
kekeringan.

f. Pelaksanaan Rehabilitasi dan konservasi DAS.

4. Memfasilitasi dan atau menyelenggarakan rapat-rapat Forum Peduli Sungai


Wolowona Kota Kupang antar wilayah administrasi dalam rangka komunikasi,
konsultasi, sosialisasi dan koordinasi pengelolaan DAS.

Agar dapat menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan baik, maka Forum Peduli
Sungai Wolowona Kabupaten ende diharapkan mempunyai wewenang berikut :

1.Mengundang dan menyelenggarakan rapat rutin dan insidentil dalam rangka


menyelesaikan konflik antar kepentingan instansional, golongan masyarakat
dan antar daerah.
2.Merekomendasikan prioritas penggunaan dan pemanfaatan wilayah DAS
untuk keamanan serta kesejahteraan masyarakat.
3.Merekomendasikan kegiatan Rehabilitasi hutan dan Lahan, pembangunan
bangunan konservasi tanah dan air di wilayah DAS dan pembangunan
bangunan pengamanan aliran air untuk perlindungan DAS dan investasi vital
yang ada dan upaya antisipasi bahaya banjir, erosi, sedimentasi dan
kekeringan.

22
4. Memberikan saran pertimbangan terhadap kegiatan pertambangan bahan
galian terutama yang merubah permukaan tanah wilayah DAS berikut
reklamasinya.
5. Memberi masukan kepada Menteri / Gubernur / Bupati / Walikota tentang
potensi masalah yang mungkin timbul akibat penggunaan dan pemanfaatan
wilayah DAS serta konflik yang terjadi antar instansi / Unit Pelaksana Teknis
/ Golongan / Daerah.
6. Memberikan rekomendasi atau saran pertimbangan kepada Menteri /
Gubernur / Bupati / Walikota dalam penenentuan kebijakan pengelolaan
DAS.
7.Menyampaikan laporan perkembangan penyelenggaraan kebijakan
pengelolaan DAS kepada Menteri/Gubernur/Bupati/walikota.

E. Tata Kerja Forum Peduli Sungai Wolowona.

Forum Peduli Sungai Wolowona dengan instansi atau lembaga lain pada dasarnya
adalah bersifat konsultatif dan koordinatif , karena Forum ini adalah lembaga non
strukrural dan independen. Untuk melaksanakan fungsi dan tugasnya, Forum ini
secara berkala maupun setiap saat diperlukan dapat mengadakan rapat / sidang /
musyawarah baik bersifat pleno, terbatas maupun gabungan, paling sedikit 2 (dua)
kali setiap tahun, yaitu menjelang musim kemarau dan menjelang musim penghujan.

Jajaran pengurus Forum saat Pengukuhan

Apabila terjadi masalah / konflik, maka pihak yang merasa dirugikan baik
instansi / UPT / swasta / kelompok masyarakat dapat mengajukan
masalahnya kepada Forum Masyarakat Peduli Sungai Wolowona dengan
alamat Sekretariat.
Selanjutnya Forum Masyarakat Peduli Sungai Wolowona mengadakan rapat
koordinasi untuk membicarakan masalah / konflik tersebut sehingga dapat
dirumuskan alternatif pemecahan yang dapat diterima pihak yang berkonflik.

23
Dalam rapat koordinasi tersebut Forum dapat mengundang organisasi /
personil lain di luar Forum untuk mendapatkan data dan keterangan yang
lebih lengkap dan akurat.Hasil atau kesepakatan dalam rapat koordinasi
disampaikan kepada Menteri / Gubernur / Bupati / walikota sebagai bahan
pertimbangan pengambilan keputusan lebih lanjut.

Forum Masyarakat Peduli Sungai Wolowona diharapkan dapat menjadi mitra pihak-
pihak pengelola sumber daya alam DAS dengan tetap mempertahankan
indepedensinya, terbuka, adil dan tidak memihak salah satu kepentingan. Karena itu
keterlibatan para pakar dari Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, Lembaga
masyarakat dengan latar belakang disiplin ilmu yang berbeda (multidisiplin) sangat
penting dalam melakukan pengkajian suatu masalah.

F. Pembiayaan

Biaya yang sangat dibutuhkan untuk menjalankan Forum Masyarakat Peduli Sungai
adalah biaya operasional kesekretariatan seperti peralatan komputer, alat
komunikasi,bahan dan alat tulis, upah / honor tenaga staf dan rapat rutin yang bisa
dijadwalkan. Sedangkan biaya operasional yang bersifat eksidental misalnya untuk
pengkajian suatu kasus baik pada tingkat kebiajakan, rencana atau dampak dari
kegiatan di lapangan.Pembiayaan diharapkan dapat dialokasikan kepada APBN atau
APBD,sertasumber-sumber lain yang tidak mengikat seperti para pemanfaat
sumberdaya air, hutan dan lahan, serta lembaga pemerhati lingkungan yang
memungkinkan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

24
Dewan Pengarah

Dewan Pakar

Ketua

Sekretaris

Bendahara

Komisi C Komisi D Komisi E Komisi F Komisi G


Ketua Ketua Ketua Ketua Ketua
Anggota Anggota Anggota Anngota Anggota

25
G. Uraian Fungsi dan Tugas Kegiatan

Komisi A

Bidang Kebijakan dan Perencanaan DAS

Tugas

Mengkaji kebijakan, rencana dan program yang sedang dan akan


dilaksanakan dalam pengelolaan DAS.
Mengkaji permasalahan-permasalahan yang timbul akibat kegiatan-kegiatan
pengelolaan DAS dan bencana alam.
Memberi pertimbangan dan saran pemecahan masalah kepada Menteri,
Gubernur, Bupati / Walikota, antara lain mengenai :
a. Penggunaan dan pemanfaatan wilayah DAS sesuai dengan kemampuannya
(daya dukungnya).
b. Pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya air.
c. Pelaksanaan penambangan bahan galian di dalam DAS.
d. Penentuan lokasi, cara, bentuk konservasi tanah dan air serta reklamasi
lahan bekas tambang.
e. Pengendalian bencana alam longsor dan daya rusak air seperti banjir dan
kekeringan.
f. Pelaksanaan Rehabilitasi dan konservasi DAS.

Komisi B.
Bidang Hukum dan Perundangan-Undangan
Apabila terjadi masalah / konflik, maka pihak yang merasa dirugikan baik
instansi / UPT / swasta / kelompok masyarakat dapat mengajukan
masalahnya kepada Forum Peduli kali Dendeng Kota Kupang Multi dengan
alamat Sekretariat.

26
Selanjutnya Forum Peduli Kali Dendeng Kota kupang mengadakan rapat
koordinasi untuk membicarakan masalah / konflik tersebut sehingga dapat
dirumuskan alternatif pemecahan yang dapat diterima pihak yang berkonflik.
Dalam rapat koordinasi tersebut Forum dapat mengundang organisasi /
personil lain di luar Forum untuk mendapatkan data dan keterangan yang
lebih lengkap dan akurat.Hasil atau kesepakatan dalam rapat koordinasi
disampaikan kepada Menteri / Gubernur / Bupati / walikota sebagai bahan
pertimbangan pengambilan keputusan lebih lanjut.

Komisi C.
Bidang Pemberdayaan dan kelembagaan Masyarakat.
Melakukan kegiatan pemberdayaan dan kelembagaan Masyarakat antara lain
Pelatihan- pelatihan (Training O& P Sungai)
Komisi D
Bidang LITBANG dan Pemantuan Masyrakat
Melakukan Monitoring dan Evaluasi Sungai Dendeng, antara lain
mengevaluasi Kualitas Air, Keruskan DAS dari Hulu sampai Hilir

Komisi E

Bidang Konservasi Dan Rehabilitasi DAS

Melakukan kegiatan Konservasi Dan Rehabilitasi DAS antara lain Reboisasi

Komisi F
Bidang Kerjasama Antar Lembaga
Melakukan Kerja sama dengan Lembaga antara lain, Para pakar dari
Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, Lembaga masyarakat dengan latar
belakang disiplin ilmu yang berbeda (multidisiplin) sangat penting dalam

27
melakukan pengkajian suatu masalah yang berhubungan dengan kerusan
Sungai Dendeng.
Komisi G
Bidang Humas dan Informasi
Mempublikasi dan mendokumentasikan semua kegiatan yang berhubungan
dengan pemanfaatan dan pengelolaan sungai Dendeng.

28

Anda mungkin juga menyukai