Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Organisasi merupakan sekumpulan entitas sosial yang secara sadar terkoordinasi,


memiliki batas yang relatif dapat diidentifikasi, dan berfungsi secara relatif kontinyu
(berkesinambungan) untuk mencapai suatu tujuan bersama (Kusdi; 2009). Dari
pernyataan tersebut, sudah jelas bahwa sebuah organisasi tidak berdiri sendiri.
Melainkan terbentuk dari sekumpulan entitas sosial yang memiliki peran dan fungsi
masing-masing dalam organisasi.

Tidak terkecuali organisasi bisnis, yang bahkan memiliki unsur lebih banyak. Dalam
sebuah organisasi bisnis, tidak terlepas dari peran stakeholder yang ikut
mempengaruhi berlangsungnya organisasi tersebut. Antara keduanya tidak dapat
dipisahkan, karena antara organisasi bisnis dan stakeholder saling mempengaruhi
secara keseluruhan. Stakeholder terdiri dari dua yaitu stakeholder internal dan
stakeholder eksternal yang keduanya memiliki pola ketergantungan dengan organisasi
bisnis.

Makalah ini akan membahas mengenai pengertian ,peran atau fungsi stakeholder pada
organisasi bisnis serta pola saling ketergantungan diantara keduanya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan stakeholder pada organisasi bisnis ?
2. Apa perbedaan antara stakeholder internal dan eksternal ?
3. Bagaimanakah fungsi stakeholder pada organisasi bisnis ?
4. Bagaimana pola saling ketergantungan antar stakeholder dan organisasi ?
C. TUJUAN
1. Memahami definisi Stakeholder pada organisasi bisnis
2. Memahami perbedaan antara stakeholder internal dan eksternal
3. Mengetahui fungsi tiap stakeholder pada organisasi bisnis
4. Memahami pola ketergantungan antar stakeholder dan organisasi bisnis
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN STAKEHOLDER

Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat


baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta
kepentingan terhadap perusahaan. Individu, kelompok, maupun komunitas dan
masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki karakteristik seperti
yang diungkapkan olehBudimanta dkk, 2008 yaitu mempunyai:

Kekuasaan,

Legitimasi,

Kepentingan terhadap perusahaan.

Selama ini organisasi bisnis hanya memandang stakeholder sebatas investor dan
kreditur. Namun bila kita melihat definisi diatas, maka akan terjadi perubahan
pengertian mengenai siapa saja yang termasuk ke dalam stokeholder. Konsep yang
mendasari mengenai siapa yang termasuk dalam stakeholder perusahaan telah
mengalami perkembangan seiring perubahan lingkungan bisnis dan kompleksnya
aktivitas bisnis perusahaan tersebut.

R. Edward Freeman menjelaskan bahwa Stakeholdes sebagai individu-individu dan


kelompok-kelompok yang dipengaruhi oleh tercapainya tujuan-tujuan organisasi dan
pada gilirannya dapat mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan tersebut.
Stakeholders adalah orang atau instansi yang berkepentingan dengan suatu bisnis
atau perusahaan.

Dengan menggunakan definisi diatas, pemerintah bisa saja dikatakan sebagai


stakeholder bagi perusahaan karena pemerintah mempunyai kepentingan atas
aktivitas perusahaan dan keberadaan perusahaan sebagai salah satu elemen sistem
sosial dalam sebuah negara oleh karena itu, perusahaan tidak bisa mengabaikan
eksistensi pemerintah dalam melakukan operasinya. Terdapatnya birokrasi yang
mengatur jalannya perusahaan dalam sebuah negara yang harus ditaati oleh
perusahaan melaui kepatuhan terhadap peraturan pemerintah menjadikan terciptanya
sebuah hubungan antara perusahaan dengan pemerintah.

Hal tersebut berlaku sama bagi komunitas lokal, karyawan, pemasok, pelanggan,
investor dan kreditor yang masing-masing elemen stakeholder tersebut memiliki
kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan sehinga masing-masing elemen tersebut
membuat sebuah hubungan fungsional dengan perusahaan untuk bisa memenuhi
kebutuhannya masing-masing.
B. STAKEHOLDER INTERNAL DAN EKSTERNAL
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,bahwa Stakeholder atau para pemegang
kepentingan bukan hanya sebatas investor dan kreditur organisasi bisnis saja.
Namun telah mengalami perkembangan sejalan berjalannya perubahan lingkungan
dan aktivitas bisnis sekarang. Dari teori-teori tentang definisi stakeholder diatas,
dapat disimpulkan bahwa semua yang terlibat pada kegiatan perusahaan dan yang
dapat mempengaruhi jalannya perusahaan atau organisasi bisnis bisa disebut sebagai
stakeholder. Namun stakeholder pun telah dibedakan sesuai dengan letak posisinya,
dan pengaruhnya pada jalannya organisasi bisnis.

Ada dua macam stakeholder menurut the Clarkson Centre for Business Ethics
(1999) dalam Magness (2008). Yaitu Stakeholder primer dan stakeholder sekunder.
1. Stakeholder primer adalah pihak-pihak yang mempunyai kepentingan secara
ekonomi terhadap perusahaan dan menanggung risiko. Contoh :investor,
kreditor,karyawan, pemerintah, komunitas lokal
2. Stakeholder sekunder adalah pihak-pihak yang dimana sifat hubungannya
dengan perusahaan saling mempengaruhi namun kelangsungan hidup
perusahaan secara ekonomi tidak ditentukan oleh stakeholder jenis ini. Contoh
adalah media dan kelompok kepentingan seperti lembaga sosial masyarakat,
serikat buruh, dan sebagainya.

Namun menurut Rhenald Kasali dalam Manajemen Public Relations, menyebutkan


bahwa stakeholder dibagi menjadi dua, yaitu Stakeholder Internal dan stakeholder
eksternal.
1. Stakeholder internal adalah orang dalam dari suatu perusahaan, orang atau
instansi yang secara langsung terlibat dalam kegiatan perusahaan, seperti
pemegang saham, manajer, dan karyawan.
2. Stakeholder eksternal adalah orang luar dari suatu perusahaan, orang atau
instansi yang tidak secara langsung terlibat dalam kegiatan perusahaan,
seperti para konsumen, masyarakat, pemerintah, lingkungan hidup.
Semua tersebut dibedakan berdasarkan letak, pengaruh, serta keterlibatan pemegang
kepentingan pada perusahaan atau organisasi bisnis tersebut. Perusahaan merupakan
bagian dari sistem sosial yang ada dalam sebuah wilayah baik yang bersifat lokal,
nasional, maupun internasional berarti perusahaan merupakan bagian dari
masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat sendiri menurut definisinya bisa
dijelaskan sebagai kumpulan peran yang diwujudkan oleh elemen-elemen (individu
dan kelompok) pada suatu kedudukan tertentu yang peran-peran tersebut diatur
melalui pranata sosial yang bersumber dari kebudayaan yang telah ada dalam
masyarakat (Budimanta dkk, 2008). Perusahaan dalam hal ini merupakan bagian dari
beberapa elemen yang membentuk masyarakat dalam sistem sosial yang berlaku.

Keadaan tersebut kemudian menciptakan sebuah hubungan timbal balik antara


perusahaan dan para stakeholder yang berarti perusahaan harus melaksanakan
peranannya secara dua arah untuk memenuhi kebutuhan perushaan sendiri maupun
stakeholder lainya dalam sebuah sistem sosial. Oleh karena itu, segala sesuatu yang
dihasilkan dan dilakukan oleh masing-masing bagian dari stakeholder akan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainya sehingga tidaklah tepat jika perusahaan
menyempitkan pengertian mengenai stakeholder hanya dari sisi ekonominya saja.
C. FUNGSI STAKEHOLDER
Fungsi Stakeholder dibagi menjadi 2, yaitu internal dan eksternal. Yang dimaksudkan
dengan Fungsi adalah bagian-bagian dari stakeholder dapat berfungsi dengan baik
dan efisien dalam kegiatan perusahaan sehari-hari.

D. POLA KETERGANTUNGAN

Perkembangan teori stakeholder diawali dengan berubahnya bentuk pendekatan


perusahaan dalam melakukan aktifitas usaha. Ada dua bentuk dalam pendekatan
stakehoder menurut Budimanta dkk, 2008 yaitu old-corporate relation dan new-
corporate relation. Old corporate relation menekankan pada bentuk pelaksanaan
aktifitas perusahaan secara terpisah dimana setiap fungsi dalam sebuah perusahaan
melakukan pekerjaannya tanpa adanya kesatuan diantara fungsi-fungsi tersebut.
Bagian produksi hanya berkutat bagaimana memproduksi barang sesuai dengan
target yang dikehendaki oleh manajemen perusahaan, bagian pemasaran hanya
bekerja berkaitan dengan konsumenya tanpa mengadakan koordinasi satu dengan
yang lainya. Hubungan antara pemimpin dengan karyawan dan pemasok pun berjalan
satu arah, kaku dan berorientasi jangka pendek. Hal itu menyebabkan setiap bagian
perusahaan mempunyai kepentingan, nilai dan tujuan yang berbeda-beda bergantung
pada pimpinan masing-masing fungsi tersebut yang terkadang berbeda dengan visi,
misi, dan capaian yang ditargetkan oleh perusahaan.

Hubungan dengan pihak di luar perusahaan bersifat jangka pendek dan hanya sebatas
hubungan transaksional saja tanpa ada kerjasama untuk menciptakan kebermanfaatan
bersama. Pendekatan tipe ini akan banyak menimbulkan konflik karena perusahaan
memisahkan diri dengan para stakeholder baik yang berasal dari dalam perusahaan
dan dari luar perusahaan. Konflik yang mungkin terjadi di dalam perusahaan adalah
tekanan dari karyawan yang menuntut perbaikan kesejahteraan. Tekanan tersebut
bisa berupa upaya pemogokan menuntut perbaikan sistem pengupahan dan
sebagainya. Jika pemogokan tersebut terjadi dalam jangka waktu yang lama maka hal
itu bisa mengganggu aktifitas operasi perusahaan dan mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan. Sedangkan konflik yang mungkin terjadi dari luar perusahaan adalah
munculnya tuntutan dari masyarakat karena dampak pembuangan limbah perusahaan
yang berpotensi menimbulkan kerugian signifikan bagi perusahaan apabila
diperkarakan secara hukum.

New-corporate relation menekankan kolaborasi antara perusahaan dengan seluruh


stakeholder-nya sehingga perusahaan bukan hanya menempatkan dirinya sebagai
bagian yang bekerja secara sendiri dalam sistem sosial masyarakat karena
profesionalitas telah menjadi hal utama dalam pola hubungan ini. Hubungan
perusahaan dengan internal stakeholders dibangun berdasarkan konsep
kebermanfaatan yang membangun kerjasama untuk bisa menciptakan
kesinambungan usaha perusahaan sedangkan hubungan dengan stakeholder di luar
perusahaan bukan hanya bersifat transaksional dan jangka pendek namun lebih
kepada hubungan yang bersifat fungsional yang bertumpu pada kemitraan selain
usaha untuk menghimpun kekayaan yang dilakukan oleh perusahaan, perusahaan
juga berusaha untuk bersama-sama membangun kualitas kehidupan eksternal
stakholders.

Pendekatan new-corporate relation mengeliminasi penjenjangan status diantara para


stakeholder perusahaan seperti yang ada pada old-corporate relation. Perusahaan
tidak lagi menempatkan dirinya diposisis paling atas sehingga perusahaa
mengeksklusifkan dirinya dari para stakeholder sehingga dengan pola hubungan
semacam ini arah dan tujuan perusahaan bukan lagi pada bagaimana menghimpun
kekayaan sebesar-besarnya namun lebih kepada pencapaian pembangunan yang
berkelanjutan (sustainability development)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Teori mengenai stakeholder saat ini telah mengalami perkembangan seiring
berubahnya lingkungan dan kondisi aktivitas bisnis pada organisasi bisnis. Konsepsi
awal mengenai stakeholder hanya sebatas investor dan kreditur telah berubah.
Pemegang kepentingan atau Stakeholder tidak hanya sebatas itu, karena yang
memiliki kepentingan pada organisasi bisnis tidak hanya sebatas investor dan
kreditur saja. R. Edward Freeman menjelaskan bahwa Stakeholdes sebagai
individu-individu dan kelompok-kelompok yang dipengaruhi oleh tercapainya
tujuan-tujuan organisasi dan pada gilirannya dapat mempengaruhi tercapainya
tujuan-tujuan tersebut. Stakeholders adalah orang atau instansi yang berkepentingan
dengan suatu bisnis atau perusahaan.
Stakeholder terbagi menjadi 2,yaitu stakeholder internal dan eksternal. Stakeholder
internal adalah orang dalam dari suatu perusahaan, orang atau instansi yang secara
langsung terlibat dalam kegiatan perusahaan, seperti pemegang saham, manajer, dan
karyawan. Sedangkan Stakeholder eksternal adalah orang luar dari suatu perusahaan,
orang atau instansi yang tidak secara langsung terlibat dalam kegiatan perusahaan,
seperti para konsumen, masyarakat, pemerintah, lingkungan hidup. Stakeholder
internal, yaitu owners, manajer, employers. Stakeholder eksternal yaitu, suppliers,
goverment, society, creditors, shareholers, customers.

Anda mungkin juga menyukai