Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi dan
distorsi b r o n k u s u k u r a n s e d a n g ( d i a m e t e r j a l a n n a p a s l e b i h d a r i
2 mm) yang bersifat permanen dan ireversibel. Dilatasi
tersebut menyebabkan berkurangnya aliran udara dari dan ke
paru-paru. Bronkiektasis digolongkan dalam penyakit paru
obstruktif kronik yang bermanifestasi sebagai peradangan
saluran napas lalu menyebabkan obstruksi aliran udara dan
menimbulkan sesak, gangguan pembersihan mukus yang
biasanya disertai batuk dan kadang-kadang hemoptisis.
Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal, dapat
terjadi melalui berbagai cara dan merupakan akibat dari
beberapa keadaan yang mengenai dinding bronkial.
Bronkiektasis merupakan penyebab kematian yang amat
penting di negara-negara berkembang terutama negara dengan
sarana medis dan terapi antibiotika terbatas. Bronkiektasis
umumnya terjadi pada penderita dengan umur rata-rata 39 tahun, terbanyak pada
usia 60 80 tahun. Sebab kematian yang terbanyak pada bronkiektasis
adalah karena gagal napas. Lebih sering terjadi pada perempuan daripada
laki-laki, dan yang bukan perokok.

1
BAB II
T I N J A U A N P U S TA K A

I. DEFINISI
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai
adanya dilatasi (ektasi) dan distorsi bronkus lokal yang
bersifat patologik dan berjalan kronik, persisten atau
ireversibel. Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh
perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa
destruksi elemen elastis, otot polos bronkus, tulang
rawan dan pembuluh-pembuluh darah. Bronkus yang
terkena umumnya bronkus ukuran sedang, sedangkan
bronkus besar umumnya jarang.
Berdasarkan lokasinya, bronkiektasis dibagi menjadi:
Setempat (localized ) yaitu di lobus bawah, lobus tengah kanan
atau lingula, biasanya sebagai komplikasi dari
p n e u m o n i a b e r a t , d a p a t j u g a k a r e n a penyumbatan oleh
benda asing, tumor atau penekanan dari luar (kompresi oleh tuberkulosis
kelenjar limfa). Bronkiektasis di lobus atas biasanya
disebabkan oleh tuberkulosis atau aspergilosis bronkopulmonar.
Menyeluruh (generalized ) , b i a s a n y a k a r e n a i n f e k s i s i s t e m
p e r n a p a s a n y a n g berulang disertai kelainan imunitas ataupun
kelainan mucocilliary clearance. Penyebab lainnya adalah
vaskulitis, defisiensi -1-antitripsin, AIDS, sindrom merfan, SLE,
sindrom syorgen dan sarkoidosis.

II. ETIOLOGI
Penyebab bronkiektasis sampai saat ini belum
diketahui dengan jelas. Namun diduga bronkiektasis
dapat timbul secara kongenital maupun didapat.

2
Kelainan Kongenital
Faktor genetik atau pertumbuhan dan perkembangan
memegang peranan penting. Bronkiektasis karena
kongenital biasanya mengenai hampir seluruh cabang
bronkus pada satu atau kedua bronkus. Selain itu,
bronkiektasis kongenital biasanya menyertai penyakit-
penyakit kongenital seperti fibrosis kistik, Kertagener
S y n d ro m e , Wi l l i a m C a m p b e l l S y n d ro m e , M o u n i e r - K u h n
S yn d ro m e d an lain - lain .

Kelainan Didapat
o Infeksi
Bronkiektasis sering terjadi sesudah seorang anak menderita
pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama. Pneumonia
merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita
semasa anak, tuberkulosis paru, dan sebagainya.
A s p e rg i l l o s i s bronkopulmonalis alergi dapat
menyebabkan bronkiektasis karena invasi jamur pada
saluran napas yang kemudian merusak saluran napas.

o Obstruksi Bronkus
Obstruksi bronkus dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab seperti
korpus alienum, karsinoma bronkus atau tekanan dari
l u a r l a i n n y a t e r h a d a p bronkus. Menurut penelitian para ahli
diketahui bahwa infeksi ataupun obstruksi bronkus tidak selalu nyata
(automatis) menimbulkan bronkiektasis.

III. PAT O F I S I O L O G I
Belum diketahui secara sempurna, tetapi nampaknya
y a n g m e n j a d i p e n y e b a b utama adalah peradangan dengan destruksi otot,
jaringan elastik dan tulang rawan dinding bronkus, oleh mukus yang terinfeksi
yang kontak lama dan erat dengan d i n d i n g b r o n k u s . Mukus

3
mengandung produk-produk neutrofil yang bisa merusak
j a r i n g a n p a r u (protease serin, elastase, kolagenase), oksida nitrit, sitokin
inflamasi (IL8) dan substansi yang menghambat gerakan silia dan
mucociliary clearance. Terjadi mukokel yang terinfeksi setelah dilatasi mekanik
bronkus yang telah lunak oleh pengaruh proteolitik.
Inflammatory insult yang pertama akan diiku ti oleh
kolonisasi bakteri yang akan menyebabkan kerusakan bronkus
lebih lanjut dan predisposisi untuk kolonisasi lagi dan ini
merupakan lingkaran yang tidak terputus. Pada akhirnya terjadi
fibrosis dinding bronkus dan jaringan paru sekitarnya menyebabkan
penarikan dinding bronkus yang sudah lemah sehingga terjadi distorsi. Distensi
juga bisa diperberat oleh atelektasis paru sekitar bronkus yang menyebabkan
bronkus mendapatkan tekanan intratorakal yang lebih besar.

Gambar 1. Perbandingan bronkus normal dengan bronkus pada


bronkiektasis

I V. D I A G N O S I S
1. Manifestasi Klinis
Manifestasi klasik dari bronkiektasis adalah batuk dan
produksi sputum harian yang mukopurulen sering
b e r l a n g s u n g b u l a n a n s a m p a i t a h u n a n . Sputum yang bercampur
darah atau hemoptisis dapat menjadi akibat dari kerusakan jalan napas
dengan infeksi akut.
Dahulu, jumlah total sputum harian digunakan untuk membagi
karakteristik berat-ringannya bronkiektasis. Sputum yang kurang dari 10 ml

4
digolongkan sebagai bronkiektasis ringan, sputum dengan jumlah 10-150 ml
per hari digolongkan sebagai bronkiektasis moderat dan sputum lebih dari 150
ml per hari digolongkan sebagai bronkiektasis berat. Namun sekarang
diklasifikasikan berdasarkan temuan radiologis. Pada pasien fibrosis kistik,
volume sputum pada umumnya lebih banyak dibandingkan dengan penyebab
bronkiektasis lainnya.
Hemoptisis terjadi pada 56-92% pasien dengan bronkiektasis.
Homoptisis mungkin terjadi masif dan berbahaya bila terjadi perdarahan pada
arteri bronkial. hemoptisis biasanya terjadi pada bronkiektasis kering,
walaupun angka kejadian dari bronkiektasis tipe ini jarang ditemukan.
Dyspnea terjadi pada kurang lebih 72% pasien bronkiektasis tapi bukan
merupakan temuan yang universal. Biasanya terjadi pada pasien dengan
bronkiektasis luas yang terlihat pada gambaran radiologisnya.
Wheezing sering dilaporkan dan mungkin akibat obstruksi jalan napas
yang diikuti oleh destruksi dari cabang bronkus. Seperti dyspnea, ini juga
mungkin merupakan kondisi yang mengiringi, seperti asma.
Nyeri dada pleuritik kadang-kadang ditemukan, terjadi pada 46% pasien
pada sekali observasi. Paling sering merupakan akibat sekunder pada batuk
kronik, tetapi juga terjadi pada eksaserbasi akut.
Penurunan berat badan sering terjadi pada pasien dengan bronkiektasis
yang berat. Hal ini terjadi sekunder akibat peningkatankebutuhan kalori
berkaitan dengan peningkatan kerja pada batuk dan pembersihan sekret pada
jalan napas. Namun, pada umumnya semua penyakit kronik disertai dengan
penurunan berat badan. Demam biasanya terjadi akibat infeksi yang berulang.

2. Pemeriksaan Fisik
Ditemukannya suara napas tambahan pada pemeriksaan fisik dada
termasuk crackles (70%), wheezing (34%) dan ronki (44%) adalah petunjuk
untuk diagnosis. Dahulu, clubbing finger adalah gambaran yang sering
ditemukan tapi saat ini prevalensi gambaran tersebut hanya 3%. Penyakit
utama yang mengaburkan bronkiektasis adalah penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK).

5
3. Pemeriksaan Penunjang
Spirometri
Pada spirometri sering menunjukkan keterbatasan
aliran udara dengan rasio penurunan volume
ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1) untuk
memaksa volume kapasitas paksa (FVC). FVC normal
atau sedikit berkurang dan FEV1 menurun. Penurunan
FVC menunjukkan bahwa saluran udara tertutup oleh
l en di r, di m an a s a lu ra n n ap as ko la ps s a at e ks pi ra s i
paksa atau adanya pneumonitis pada paru.

Pemeriksaan Patologi Anatomi


Gambaran Makroskopis
Pada gambaran makroskopis paru bronkiektasis
tampak dilatasi permanen dari jalan napas
subsegmental yang mengalami inflamasi, berliku-liku
dan sebagian atau sepenuhnya dipenuhi mukus. Proses
ini meliputi bronkiolus dan bagian akhir jalan napas
yang ditandai dengan fibrosis jalan napas kecil. Pada
aspergilosis bronkopulmonaris alergi perubahan
umumnya terjadi pada jalan napas
yang proksimal. Bronkiektasis yang disebabkan oleh kistik
fibrosis umumnya lebih pada lobus superior.
Klasifikasi menurut Reid (atas dasar hubungan patologi dan
bronkografi) :

6
Bronkiektasis tabung
Variasi ini merupakan bronkiektasis yang paling ringan. Bentuk ini
sering ditemukan pada bronkiektasis yang menyertai bronkitis kronik

Bronkiektasis sakuler
Merupakan bentuk bronkiektasis yang klasik, ditandai
dengan adanya dilatasi dan penyempitan bronkus yang bersifat
ireguler. Bentuk ini kadang-kadang berbentuk kista.

Bronkiektasis varicose
Bentuknya merupakan bentuk antara diantara bentuk tabung dan
kantong. Istilah ini digunakan karena perubahan bentuk bronkus yang
menyerupai varises pembuluh vena

Gambaran Mikroskopis
Seluruh lapang pandang tampak inflamasi kronik pada
dinding bronkus dengan sel inflamasi dan mukus di
dalam lumen. Terdapat destruksipada lapisan elastin pada dinding
bronkus dengan fibrosis. Netrofil merupakan populasi sel terbanyak dalam
lumen bronkus, sedangkan sel yang terbanyak pada dinding bronkus adalah
mononuklear.

Pemeriksaan Radiologis
o Rontgen Thoraks
Ring Shadow
Te r d a p a t b a y a n g a n s e p e r t i c i n c i n d e n g a n b e r b a g a i
ukuran (dapat mencapai diameter 1 cm) dengan
jumlah satu atau lebih bayangan cincin sehingga
membentuk honeycomb appearance atau bounches of
grapes. Bayangan tersebut menunjukkan kelainan
yang terjadi pada bronkus.

7
Gambar 2. Gambaran Ring Shadow

Tr a m l i n e S h a d o w
Gambaran ini dapat terlihat pada bagian perifer paru.
Bayangan ini terlihat terdiri atas dua garis paralel yang putih dan tebal
yang dipisahkan oleh daerah berwarna hitam.
Gambaran seperti ini sebenarnya normal
ditemukan pada daerah parahilus.
Tramline shadow yang sebenarnya terlihat lebih tebal dan bukan
pada daerah parahilus

Tu b u l a r S h a d o w
Ini merupakan bayangan yang putih dan tebal. Lebarnya dapat mencapai
8 mm. Gambaran ini sebenarnya menunjukkan bronkus
yang penuh dengan sekret.
Gambaran ini jarang ditemukan, namun gambaran ini
khas untuk bronkiektasis.

8
G a m b a r 3 . G a m b a r a n Tu b u l a r S h a d o w

o Bronkografi
Bronkografi merupakan pemeriksaan foto dengan
pengisian media kontras ke dalam sistem saluran
b r o n k u s p a d a b e r b a g a i p o s i s i ( A P, l a t e r a l , o b l i k ) .
Pemeriksaan ini selain menentukan adanya
bronkiektasis juga menentukan bentuk-bentuk
bronkiektasis.
Pemeriksaan bronkografi juga dilakukan pada
penderita bronkiektasis yang akan dilakukan
pembedahan pengangkatan untuk menentukan luasnya
paru yang mengalami bronkiektasis yang akan
diangkat.

9
Gambar 4. Bronkografi yang menunjukkan bronkiektasis
silindris disertai dilatasi bronkus lobus bawah

o CT Scan Thoraks
CT Scan dengan resolusi tinggi menjadi pemeriksaan
penunjang terbaik untuk mendiagnosis bronkiektasis,
mengklarifikasi temuan dari foto thoraks dan melihat
kelainan jalan napas yang tidak terlihat pada foto
polos thoraks. CT Scan resolusi tinggi mempunyai
sensitivitas 97% dan spesifisitas 93%. CT Scan
resolusi tinggi akan memperlihatkan dilatasi bronkus
dan penebalan dinding bronkus. Modalitas ini juga
mampu mengetahui lobus mana yang terkena terutama
penting untuk menentukan apakah diperlukan
pembedahan.

Gambar 5. CT Scan thoraks menunjukkan adanya


dilatasi bronkus pada lobus inferior kiri

V. D I A G N O S I S B A N D I N G
Beberapa penyakit yang perlu dipertimbangkan jika
berhadapan dengan bronkiektasis :
Bronkitis kronik
Tu b e r k u l o s i s p a r u

10
Abses paru
Penyakit paru penyebab hemoptisis, misalnya
karsinoma paru, adenoma paru.

V I . P E N ATA L A K S A N A A N
Pengelolaan Konservatif
o Pengobatan Umum
Pengelolaan umum ini ditujukan terhadap semua
pasien bronkiektasis, meliputi :
a. Menciptakan lingkungan yang tepat bagi pasien
Contohnya dengan membuat ruangan menjadi
hangat, udara ruangan kering, mencegah atau
menghentikan merokok, mencegah atau
menghindari debu, asap dan sebagainya.

b. Memperbaiki drainase sekret bronkus


- Melakukan Drainase Postural
Melakukan drainase portural tindakan ini merupakan cara yang
paling efektif untuk mengurangi gejala, tetapi harus terjadi secara
terus-menerus. Pasien diletakkan dengan posisi tubuh sedemikaian
rupa sehingga dapat dicapai drainase sputum secara maksimal. Tiap
kali melakukan drainase postural dikerjakan selama 10-20 menit
samapi sputum tidak keluar lagi dan tiap hari dikerjakan 2 sampai 4
kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan sputum
dengan bantuan gravitasi. Untuk keperluan tersebut, posisi tubuh saat
dilakukan drainase postural harus disesuaikan dengan letak
bronkiektasisnya. Tujuannya adalah untuk menggerakkan sputum
dengan pertolongan gaya gravitasi agar menuju ke hilus paru bahkan
mengalir sampai tenggorokan sehingga mudah dibatukkan keluar.
Apabila dengan mengatur posisi tubuh pasien seperti tersebut diatas
belum diperoleh drainase sputum secara maksimal dapat dibantu

11
dengan tindakan memberikan ketukan dengan jari pada punggung
pasien (tabotage).

- Mencairkan Sputum yang Kental


Hal ini dapat dilakukan dengan jalan inhalasi uap
air panas atau dingin, menggunakan obat-obatan
mukolitik dan perbaikan hidrasi tubuh.

- M e n g a t u r P o s i s i Te m p a t T i d u r P a s i e n
Posisi tempat tidur pasien sebaiknya diatur
sedemikian rupa sehingga posisi tidur pasien
dapat memudahkan drainase sekret bronkus.

- Mengontrol Infeksi Saluran Napas


A d a n y a i n f e k s i s a l u r a n n a p a s a k u t ( I S PA ) h a r u s
diminimalisir dengan mencegah pajanan kuman
dan bila sudah terinfeksi harus segera diobati
agar tidak berkelanjutan.

o Pengobatan Khusus
- Kemoterapi
Kemoterapi pada bronkiektasis dapat digunakan: 1). Secara kontinyu
untuk mengontrol infeksi bronkus (ISPA), 2). Untuk pengobatan
eksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru, atau 3). Keduanya.
Kemoterapi disini mengunakan obat antibiotik tertentu. Pemilihan
antibiotik mana yang harus dipakai sebaiknya berdasarkan hasil uji
sensitivitas kuman terhadap antibiotik. Antibiotik hanya diberikan kalau
diperlukan saja, yaitu apabila terdapat eksaserbasi infeksi akut.
Antibiotik diberikan selama 7-10 hari, terapi tunggal atau kombinasi
beberapa antibiotik, sampai kuman penyebab infeksi terbasmi atau
sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna
kuning/hijau menjadi mukoid (putih jernih). Selanjutnya ada dosis
pemeliharaan. Ada yang berpendapat bahwa kemoterapi dengan

12
antibiotik ini apabila berhasil akan dapat mengurangi gejala batuk,
jumlah sputum dan gejala lainny a terutama pada saat ada
eksaserbasi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara.

- Drainase Sekret dengan Bronkoskop


Cara ini penting dikerjakan terutama pada permulaan perawatan pasien.
Keperluannya antara lain adalah untuk 1). Menentukan darimana asal
sekret, 2). Mengidentifikasi lokali stenosis atau obstruksi bronkus, dan
3). Menghilangkan obstruksi bronkus dengan sustion drainage daerah
obstruksi tadi (misalnya pada pengobatan atelektasis paru).

- Pengobatan Simtomatis
Pengobatan Obstruksi Bronkus
Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil
uji faal paru (% VEP 1 < 70%) dapat diberikan obat bronkodilator.
Sebaiknya sewaktu dilakukan uji faal paru dan diketahui adanya tanda
obstruksi saluran napas sekaligus dilakukan tes terhadap obat
bronkodilator. Apabila hasil tes bronkodilator positif, pasien perlu
diberikan obat bronkodilator tersebut.

Pengobatan Hipoksia
Pada pasien yang mengalami hipoksia (terutama
p a d a w a k t u terjadinya eksaserbasi akut) perlu diberikan
oksigen. Apabila pada pasien telah terdapat komplikasi
bronkitis kronik, pemberian oksigen harus hati- hati, harus
dengan aliran rendah (cukup 1 liter/menit).

Pengobatan Hemoptisis
Apabila perdarahan cukup banyak (masif),mungkin
merupakan perdarahan arterial yang
memerlukan tidakan operatif segera untuk
menghentikan perdarahannya, dan sementara harus diberikan transfusi
darah untuk menggantikan darah yang hilang.

13
Pengobatan Demam
Pada pasien dengan eksaserbasi akut sering terdapat
demam, terlebih jika terjadi septikemia. Pada keadaan ini
selain perlu diberikan antibiotik yang sesuai, dosis cukup, perlu
ditambahkan obat antipiretik lainnya.

Pengobatan Pembedahan
Tu j u a n pembedahan adalah untuk mengangkat
(reseksi) segmen/lobus paru yang terkena
bronkiektasis. Indikasi dilakukannya pembedahan
antara lain pada pasien bronkiektasis yang terbatas
dan resektabel yang tidak berespon terhadap tindakan-
tindakan konservatif yang adekuat, pasien yang sering
mengalami infeksi berulang dan pasien dengan
hemoptisis masif. Sedangkan pasien dengan
bronkiektasis disertai PPOK, pasien bronkiektasis
berat dan pasien dengan komplikasi korpulmonal
kronik dekompensata tidak boleh dilakukan pengobatan
pembedahan.
Syarat-syarat dilakukannya pengobatan
pembedahan adalah kelainan harus resektabel, daerah
paru yang terkena telah mengalami perubahan
ireversibel dan bagian paru yang lain harus masih
baik.

VII. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat ditemui pada
pasien bronkiektasis antara lain :
- Kegagalan pernapasan, merupakan komplikasi paling
akhir yang timbul pada bronkiektasis berat dan luas.

14
- Abses otak sebagai akibat dari penyebaran infeksi
secara hematogen.
- Amiloidosis dengan gagal ginjal pada pasien dengan
bronkiektasis berat dan berlangsung lama.
- Kor pulmonal kronik (KPK) sering terjadi pada
pasien dengan bronkiektasis yang berat dan lanjut
atau mengenai beberapa bagian paru. Bila terjadi
anastomosis cabang-cabang arteri dan vena
pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi
arterio-venous shunt sehingga dapat terjadi gangguan
oksigenasi darah, timbul sianosis sentral yang
selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan
selanjutnya akan terjadi hipertensi pumonal, kor
pulmonal kronik yang bila berlanjut akan
menyebabkan gagal jantung kanan.

VIII. PROGNOSIS
a. Kelangsungan Hidup
Prognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat-ringannya serta luasnya
penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan pengobatan secara
tepat (konservatif atau pembedahan) dapat memperbaiki prognosis penyakit.
Pada kasus-kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek, survivalnya
tidak akan lebih dari 5-15 tahun. Kematian pasien tersebut biasanya karena
pneumonia, empiema, payah jantung kanan, hemoptisis danlain-lain. Pada
kasus-kasus tanpa komplikasi bronkitis kronik berat dan difus biasanya
disabilitasnya ringan.

b. Kelangsungan Organ
Kelainan pada bronkiektasis biasanya mengenai bronkus dengan ukuran
sedang. Adanya peradangan dapat menyebabkan destruksi lapisan muskular
dan elastik dari bronkus serta dapat pula menyebabkan kerusakan daerah peri
bronchial. Kerusakan ini biasanya akan menyebabkan timbulnya daerah
fibrosis terutama pada daerah peribronkial.

15
IX. PENCEGAHAN
Ti m b u l n y a b r o n k i e k t a s i s s e b e n a r n y a d a p a t d i c e g a h
kecuali pada bentuk kongenital. Beberapa usaha untuk
mencegah bronkiektasis antara lain :
Pengobatan dengan antibiotika dan terapi suportif
lainnya secara tepat tehadap semua bentuk
pneumonia.
Ti n d a k a n vaksinasi pertusis, influenza dan
pneumonia pada anak.

16
D A F TA R P U S TA K A

1. R a h m a t u l l a h P. Bronkiektasis, Buku Ajar Ilmu Penyakit


D a l a m J i l i d I I E d i s i Ketiga. Editor Slamet Suyono. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 2001.
2. B e n d i t t , JO. Lung and Airway Disorder:
B r o n c h i e c t a s i s . www.merck.com
3. Alsagaff H, Mukty A. Bronkiektasis, Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga
University Press. Surabaya. 2006.
4. Emmons EE. Bronchiectasis. Available at : www.emedicine.com
5. Hassan I. Bronchiectasis. Available at : www.emedicine.com
6. JW. Trachea dan Bronchus. Diktat Anatomi Systema Respiratorius. Bagian
Anatomi FKUH. Makassar. 2004.
7. A Lan F. B Arker , M.D., BRONCHIECTASIS, N Engl J Med, Vol. 346, No. 18
May 2, 2002.
8. Wilson LM. Patofisiologi (Proses-Proses Penyakit) Edisi enam. Editor Hartanto
Huriawati, dkk. EGC. Jakarta 2006. hal 737-740

17

Anda mungkin juga menyukai