Revisi Gic
Revisi Gic
Penyusun :
NO. NAMA NIM
1. NATASHA WINONA A. 021611133027
2. FIKA AISYAH YURIKE DALU 021611133028
3. AILANI SABRINA 021611133029
4. JESICA CEREN KRISTIANE P. 021611133030
5. AYULFA PUTRI ARDANTI 021611133031
1
1. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Glass Ionomer Cement adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa mampu memanipulasi GIC untuk material restorasi
menggunakan alat dengan benar.
b. Mahasiswa mampu membedakan setting time GIC berdasarkan variasi
rasio bubuk:cairan dengan benar.
2
a b c d e
3. CARA KERJA
a. Material dan alat yang akan digunakan untuk praktikum disiapkan.
b. Cetakan teflon diletakkan diatas glass slab.
c. Botol bubuk GIC dikocok, kemudian posisi botol bubuk GIC
dimiringkan dan diambil 1 sendok takar bubuk GIC, lalu diletakkan
diatas paper pad dan dibagi menjadi dua bagian.
d. Cairan GIC diteteskan sebanyak 1 tetes di atas paper pad dekat bubuk
dengan cara : botol dipegang secara vertikal 1 cm di atas paper pad dan
ditekan sedikit sampai cairan menetes.
e. Waktu awal pencampuran dicatat posisi stopwatch pada posisi 00:00.
Bubuk GIC yang telah dibagi dua, pada bagian pertama dicampur ke
cairan dan diaduk selama 10 detik, kemudian ditambahkan bubuk bagian
kedua, dan diaduk kurang lebih selama 25-30 detik (maks. 60 detik)
sampai homogen. Pengadukan dilakukan dengan cara memutar dan
sesekali dilakukan folding.
f. Hasil pengadukan GIC yang sudah homogen dikumpulkan dan
dimasukkan ke dalam cetakan teflon menggunakan plastis filling
instrument kemudia permukaan diratakan (stopwatch masih dalam
keadaan hidup).
g. Setelah adonan GIC pada permukaan teflon rata, mulai dilaukan
pengukuran setting time dengan cara : permukaan GIC pada cetakan
teflon ditusuk sonde dengan interval waktu 5 detik untuk setiap kali
tusukan. Setting time dinyatakan selesai apabila pada permukaan semen
tidak ada bekas tusukan sonde. Waktu pengerasan GIC dicatat.
3
h. Setting time dicatat dan dihitung sejak awal pencampuran hingga semen
mengeras.
i. Setelah GIC mengeras, dilepas dari cetakan.
4. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 4.1 Hasil percobaan manipulasi semen GIC dengan berbagai variasi
rasio.
Rasio
No Konsistensi Setting Time Rata-rata
bubuk : cairan
7 menit 33 detik
2. Encer :1 7 menit 13 detik
6 menit 53 detik
5 menit 6 detik
3. Kental 1 :1 4 menit 44 detik
4 menit 22 detik
5. PEMBAHASAN
a. Definisi glass ionomer cement
Bahan glass ionomer restoratif berasal dari semen silikat dan semen
polikarbokksilat yang telah tersedia sejak tahun 1970-an. Polikarboksilat merupakan
semen gigi pertama yang inheren adhesi untuk substansi gigi yag dapat dibuktikan
dan telah dikembangkan beberapa tahun sebelumnya. Glass ionomer cement (GIC)
merupakan bahan restorasi yang banyak digunakan oleh dokter gigi dan terus
4
dikembangkan. Glass ionomer cement terdiri dari bubuk dan cairan. Bubuk dari GIC
adalah calcium fluoroaluminosilicate glass dengan formula SiO2-Al2O2-CaF2-
Na3AlF6-AlPO4, sedangkan cairan GIC adalah larutan polyacrylic acid / itaconic
acid copolymer dalam air. Kandungan fluorida pada bahan ini sangat tinggi, fluorida
tersebut dapat memperendah suhu fusi kacca, meningkatkan kekuatan dan
translusensi semen (McCabe & Walls, 2008, p. 245)
b. Tipe glass ionomer cement
GIC telah digunakan untuk restorasi, semen luting, adhesif pada ortodontik
dan restorasi intermediate, pit fissure sealants, liners dan bases, dan sebagai material
core buildup. Menurut Anusavice (2013:320) GIC dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1) Tipe I : luting, crown, bridge, dan bracket ortho
2) Tipe II a : semen restorasi estetik
3) Tipe II b : semen untuk memperkuat restorasi
4) Tipe III : semen lining, base
c. Komposisi glass ionomer cement
Material ini disuplai dalam bentuk bubuk dan cairan atau bubuk yang
dicampur dengan air. Bubuk terdiri dari Sodium Alumino-silicate glass, dengan
komposisi yang sama seperti yang digunakan pada material silikat yaitu Silica
41,9%, Alumina 28,6%, Alumina fluoride 1,6%, Calcium fluoride 15,7%, Sodium
fluoride 9,3%, dan aluminium phosphate 3,8%. Cairan GIC terdiri dari 50% larutan
polyacrylic acid. Karena berbagai kekurangan, saat ini komponen cairan terdiri dari
larutan acrylic acid atau maleic acid / acrylic acid copolymer. Tartaric acid
digunakan untuk mengkontrol karakteristik setting, yang terkandung juga dalam
komponen cairan. Ada juga yang tersedia dengan bubuk dan air. Bubuk terdiri dari
vacuum dried polyacid, sebaggai tambahan untuk bubuk glass. Material ini
dicampur dengan air dan pabrik menyediakan botol tetes untuk membantu
mengukur airnya. Pabrik lain juga menyediakan larutan tartaric acid (McCabe &
Walls, 2008, p. 245).
5
Tabel 5.1 Komposisi GIC (McCabe and Walls, 2008, p. 246).
6
Gambar 5.1. Pembentukan ikatan silang garam
polialkanoat (McCabe and Walls, 2008, p. 247).
Selama tahap awal reaksi setting, ion kalsium dilepaskan lebih cepat dan
berperan dalam reaksi dengan polyacid membentuk produk reaksi berupa akin. Ion
aluminium dilepaskan lebih lambat dan terlibat dalam reaksi setting selanjutnya atau
lebih dikenal sebagai tahap reaksi sekunder. Material yang telah setting terdiri dari
inti-inti kaca yang tidak terlibat dalam reaksi dan menempel dalam matriks ikatan
silang asam poliakrilat. Tahap kedua dari reaksi setting melibatkan penggabungan
dari aluminium dalam struktur matriks dan menghasilkan material dengan sifat fisik
yang matang (McCabe and Walls, 2008, p. 247).
7
Asam tartarik berperan penting dalam mengatur karakteristik setting material
glass ionomer cement. Asam ini membantu memecah permukaan partikel kaca
sehingga secara cepat mampu melepaskan ion-ion aluminium yang nantinya terlibat
dalam pembentukan material kompleks. Ketika konsentrasi aluminium terlarut
mencapai tingkatan tertentu, tahap kedua dari reaksi setting akan berjalan cepat.
Asam tartarik ini juga membantu pembentukan asam poliakrilat dan trivalent ion
aluminium dengan mengatasi hambatan sterik yang mungkin terjadi ketika ion
aluminium berupaya untuk membentuk garam dengan tiga gugus asam karboksilat.
Oleh karena itu, kebanyakan ikatan garam aluminium terdiri dari ion aluminium
yang terikat pada dua gugus karboksilat dan satu gugus tartrat. Mekanisme ini
dibuktikan dengan adanya fakta bahhwa ada sedikit asam tartarik yang tersisa dalam
semen yang telah setting (McCabe and Wallas, 2008, p. 248).
8
5. Tanggal Kadaluarsa. Penggunaan GIC apabila melebihi dari expired date,
membuat cairan dalam semen berubah.
6. Kelembaban. Memanipulasi semen sebaiknya pada ruangan yang tidak
lembab.
6. KESIMPULAN
Semen glass ionomer yang dimanipulasi dengan rasio w:p yang semakin
besar (encer) memiliki setting time yang semakin lama.
10
DAFTAR PUSTAKA
McCabe JF, Walls AWG. 2008. Applied dental materials. 9th ed., London:
Blackwell. pp.245-230
Anusavice, K.J. 2013. Phillips' Science of Dental Materials, 12th ed, Elsevier.
Saunders, Missouri. pp.320-323
Manappallil, J.J. (ed.). 2003. Basic Dental Materials, 2nd ed., Jaypee Brothers,. New
Delhi, India. p.72