Anda di halaman 1dari 15

PRESENTASI KASUS

LOW BACK PAIN

Disusun oleh:
Rachmawan Putra 0906552706
Artasya Karnasih 0906639682
Sari Mardiah 0906639921

Departemen Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
2013

BAB I
PENDAHULUAN

Low back Pain (LBP) merupakan masalah umum kesehatan di masyarakat. , terutama
dalam kehidupan sehari-hari. Prevalensi pertahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point
prevalence rata-rata 30%. Di Amerika Serikat nyeri ini merupakan penyebab yang urutan paling
sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia <45 tahun, urutan ke 2 untuk
alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke 5 alasan perawatan di rumah sakit, dan
alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi.

Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40%
penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang,
prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien
ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%.

Penyebab low back pain bisa bermacam-macam mulai dari mengangkat beban yang
terlalu berat atau overstreched, iritasi otot, saraf, atau lesi pada tulang, kondisi degeneratif
seperti penyakit diskus atau arthritis, osteoporosis, abnormalitas kongenital pada spine, dan
sebagainya.

Oleh karena seringnya seorang dokter dalam menghadapi kasus low back pain atau nyeri
pinggang bawah ini, maka akan dibahas sebuah kasus untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai low back pain dan cara penanganan serta pencegahannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Low Back Pain
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan
nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah
sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan
penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.1
2. Insiden
LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara industri.
Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya.
Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalence rata-rata 30%. 2
Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40%
penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang,
prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien
ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%.1
3. Penyebab Low Back Pain (LBP)3,4,5
A. Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir
Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Kelainan-kelainan kondisi
tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya setengah bagian karena tidak
lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya low back pain yang disertai
dengan skoliosis ringan. Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat
menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Beberapa jenis kelainan tulang
punggung(spine) sejak lahir adalah:
a. Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus vertebrae, dimana arkus
vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebrae. Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu
bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan
degeneratif. Nyeri pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidurdan
akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.
b. Penyakit Kissing Spine
Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus spinosus bersentuhan. Penyakit
ini hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral (Soeharso, 1978).

B. Low Back Pain karena Trauma


Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP. Pada orang-orang
yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat
dapat menderita nyeri pinggang yang akut. Gerakan bagian punggung belakang yang kurang
baik dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung,
mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot
cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Pada low back pain
yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:
a. Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada os sacrum
akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan saat posisi supine. Pada
pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint terbatas.
b. Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum, dan dapat
menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat
di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak.

C. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan


Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada tempat
yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada daerah punggung
bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain.
Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh perubahan jaringan
antara lain:
a. Osteoartritis (Spondylosis Deformans)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya juga menjadi
berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada otot atau sendi. Selain itu
juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang vetebra yang menyebabkan tulang belakang
menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang
belakang hingga ke pinggang.

D. Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat


Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian
tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan sebagainya. Beberapa
pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat
mengakibatkan terjadinya LBP. Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya
penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan
kelemahan otot.

Penyebab LBP Juga dapat dibagi menjadi:


Diskogenik (sindroma spinal radikuler).
Non-diskogenik

A. Diskogenik
Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus yang
merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk suatu protrusio atau
prolaps dari nukleus pulposus dan keduanya dapat menyebabkan kompresi pada radiks.
Lokalisasinya paling sering di daerah lumbal atau servikal dan jarang sekali pada daerah torakal.
Nukleus terdiri dari megamolekul proteoglikan yang dapat menyerap air sampai sekitar 250%
dari beratnya. Sampai dekade ke tiga, gel dari nukleus pulposus hanya mengandung 90% air,
dan akan menyusut terus sampai dekade ke empat menjadi kira-kira 65%. Nutrisi dari anulus
fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan molekul-molekul kecil yang melintasi tepian
vertebra. Hanya bagian luar dari anulus yang menerima suplai darah dari ruang epidural. Pada
trauma yang berulang menyebabkan robekan serat-serat anulus baik secara melingkar maupun
radial. Beberapa robekan anular dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yang menyebabkan
berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus. Perpaduan robekan secara melingkar dan radial
menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari anulus lingkaran ke ruang epidural dan
menyebabkan iritasi ataupun kompresi akar saraf.4
B. Non-diskogenik
Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada serabut sensorik saraf
perifer, yang membentuk n. iskiadikus dan bisa disebabkan oleh neoplasma, infeksi, proses
toksik atau imunologis, yang mengiritasi n.iskiadikus dalam perjalanannya dari pleksus
lumbosakralis, daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n.
Iskiadikus (neuritis n. iskiadikus).5
4. Patogenesis3
LBP dapat disebabkan oleh faktor non-neurogenik dan neurogenik. Nyeri neurogenik
adalah nyeri akibat iritasi langsung terhadap serabut saraf sensorik perifer. Nyeri neurogenik
memiliki dua ciri khas, yakni nyerinya menjalar sepanjang kawasan distal saraf yang
bersangkutan, dan penjalaran nyeri itu berpangkal pada bagian saraf yang mengalami iritasi.
Nyeri neurogenik dapat berupa nyeri radikular atau nyeri neuritik. Segala sesuatu yang
merangsang serabut sensorik di tingkat radiks (radiks posterior) dapat menimbulkan nyeri
radikular, yakni nyeri yang terasa berpangkal pada tingkat tulang belakang tertentu dan menjalar
sepanjang kawasan dermatomal radiks posterior yang bersangkutan. Pada lesi iritatif radiks
posterior tingkat servikal, nyeri radikular dapat dirasakan sepanjang lengan, sedangkan pada
tingkat lumbosakral, nyeri radikular dapat dirasakan sepanjang tungkai. Apabila nyeri radikular
tersebut disebakan oleh perubahan pada diskus dan sekitarnya, nyeri disebut sebagai nyeri
diskogenik. Salah satu penyebab nyeri dikogenik ini adalah Hernia Nukleus Pulposus. Jika
penekanan radiks posterior sudah menimbulkan pembengkakan atau kerusakan struktural yang
lebih berat, dapat terjadi anastesia radikular, dimana sensasi nyeri hilang walau pun kompresi
radiks masih ada.

Gejala Klinis (nyeri neurogenik)3


Nyeri di area punggung bawah, biasanya menjalar sesuai dermatom-nya ke tungkai
bawah
Meningkat pada berjalan, membungkuk, duduk terlalu lama (menyetir), serta aktivitas
mendadak dan berat
Kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan di dalam ruang intraspinal seperti
batuk, bersin, dan mengejan, memprovokasi terasanya nyeri

5. Faktor Resiko Low Back Pain6,7

A. Faktor Pekerjaan (Work factors)


Berikut ini faktor-faktor pekerjaan yang bisa menyebabkan terjadinya cedera pada otot
atau jaringan tubuh :
-. Postur tubuh
Postur tubuh pada saat melakukan pekerjaan yang menyimpang dari posisi normal
ditambah dengan gerakan berulang akan meningkatkan risiko terjadinya LBP.
-. Repetisi
Pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama, hal ini bisa terlihat pada dimana
frekuensi pekerjaan yang harus dikerjakan tinggi, sehingga pekerja harus terus menerus
bekerja agar dapat menyesuaikan diri dengan sistem. Kekuatan beban dapat
menyebabkan peregangan otot dan ligamen serta tekanan pada tulang dan sendi sendi
sehingga terjadi kerusakan mekanik badan vertebrata, diskus invertebrate, ligamen, dan
bagian belakang vertebrata. Kerusakan karena beban berat secara tiba tiba atau
kelelahan akibat mengangkat beban berat yang dilakukan secara berulang ulang.
Mikrotrauma yang berulang dapat menyebabkan degenerasi tulang punggung daerah
lumbal.
-. Pekerjaan statis (static exertions)
Pekerjaan yang menuntut seseorang tetap pada posisinya, perubahan posisi dalam bekerja
akan menyebabkan pekerjaan terhenti. Pekerjaan dengan postur yang dinamis, memiliki
risiko musculoskeletal disolder (MSDs) lebih rendah dibandingkan dengan pekerjaan
yang mengharuskan postur statis. Hal ini disebabkan karena postur tubuh yang statis
dapat meningkatkan risiko yang berhubungan dengan menurunnya sirkulasi darah dan
nutrisi pada jaringan otot. Begerak sangat diperlukan untuk pemberian nutrisi kepada
diskus, sehingga pekerjaan statis dapat mengurangi nutrisi tersebut. Selain itu pekerjaan
statis menyebabkan peregangan otot dan ligament daerah punggung, hal ini merupakan
faktor resiko timbulnya LBP.
-. Pekerjaan yang membutuhkan tenaga (forceful exertions) atau beban
Force atau tenaga merupakan jumlah usaha fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
tugas atau gerakan. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan
memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligament, dan sendi. Beban
yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon,
dan jaringan lainnya.
B. Faktor Individu (Personal factors)
-. Jenis Kelamin
Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka. Hal ini terjadi
karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria.
-. Kebiasaan Merokok
Boshuizen et al (1993) menemukan hubungan yang signifikan antar kebiasaan merokok
dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan
otot, karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
jaringan. Selain itu, merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan mineral
pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada
tulang.
Dalam sebuah penelitian Finlandia usia 30-64 tahun, nyeri leher ditemukan secara
signifikan berhubungan dengan merokok saat ini. Satu hipotesis adalah bahwa nyeri
punggung disebabkan oleh batuk dari merokok. Batuk meningkatkan tekanan perut dan
tekanan intradiscal dan meletakkan beban pada tulang belakang. Mekanisme lainnya
yang diusulkan meliputi nikotin yang masuk melalui aliran darah ke jaringan dan
merokok menyebabkan kandungan mineral tulang berkurang sehingga menyebabkan
microfracture
-. Kebiasaan Olahraga
Aerobic fitness meningkatkan kemampuan kontraksi otot. Delapan puluh persen (80 %)
kasus nyeri tulang punggung disebabkan karena buruknya tingkat kelenturan (tonus) otot
atau kurang berolah raga. Otot yang lemah terutama pada daerah perut tidak mampu
menyokong punggung secara maksimal. Tingkat keluhan otot juga dipengaruhi oleh
tingkat kesegaran jasmani.
-. Obesitas
Berat badan yang berlebihan (overweight / obesitas) menyebabkan tonus otot abdomen
lemah, sehingga pusat gravitasi seseorang akan terdorong ke depan dan menyebabkan
lordosis lumbalis, akan bertambah yang kemudian menimbulkan kelelahan pada otot
paravertebrata, hal ini merupakan resiko terjadinya LBP.

Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik: ekstensi ke belakang, fleksi ke depan, membungkuk ke setiap sisi
Motorik
Sensorik
Pemeriksaan sistem otonom
Penunjang:
o Radiologi foto polos: untuk mengesampingkan adanya kelainan tulang, tumor
o Mielografi, mielo-CT, CT-scan, MRI : untuk mencari penyebab nyeri
Terapi
Informasi dan edukasi tentang penyakit, gerakan yang bisa memperberat, tes-tes
diagnostik, dan cara-cara pencegahan
Farmakoterapi
o Analgesik (asetaminofen)
o NSAID (asam mefenamat)
o muscle relaxant (Chlorzoxazone)
o Opioid
Non farmakologi
o imobilisasi
o pengaturan berat badan, posisi tubuh dan aktivitas,
o modalitas termal
o masase
o traksi
o alat bantu (korset, tongkat)
o latihan : jalan, naik sepeda, berenang
o terapi psikologi (untuk nyeri psikogenik)
Bedah
Bab III
ILUSTRASI KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny.Y
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 42 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : 8 Juli 1971
Alamat : Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Agama : Islam
Status Pernikahan : Sudah menikah
Pendidikan Terakhir : SLTA
Tanggal Pemeriksaan : 16 April 2013

3.2 ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Nyeri pada punggung bawah kanan menjalar hingga ke mata kaki kanan yang memberat
sejak 2 minggu SMRS.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang dengan keluhan nyeri pada punggung bawah kanan menjalar hingga ke
mata kaki kanan yang memberat sejak 2 minggu SMRS. Sebelumnya, pasien merasakan nyeri
pada punggung bawah kanan sejak 6 bulan SMRS. Nyeri dirasakan seperti berdenyut. Rasa nyeri
yang dirasakan pasien hilang timbul dan memberat pada saat bangun pagi, berjalan jauh, dan saat
pasien berada dalam posisi rukuk atau sujud. Nyeri biasanya membaik dengan istirahat dan
minum obat Ponstan. Satu bulan SMRS, nyeri yang dirasakan pasien mulai menjalar ke kaki
hingga mata kaki kanan. Nyeri dirasakan terus menerus dan tidak bergantung pada waktu pagi
atau malam. Dua minggu SMRS, nyeri dirasakan memberat sampai pasien tidak kuat untuk
berjalan. Selain itu pasien juga mengeluhkan rasa kesemutan dan baal pada telapak kaki kanan.
Kelemahan satu sisi tubuh(-). BAB sulit (-) BAK sulit (-) Mengompol (-). Riwayat trauma (-).
Sebelumnya pasien sempat datang ke dokter umum untuk pemeriksaan kadar asam urat dan gula
darah. Kemudian hasilnya dikatakan normal. Setelah itu pasien juga sempat berobat ke RS Pasar
Rebo dan mendapatkan fisioterapi. Biaya fisioterapi yang cukup mahal di RS tersebut, membuat
pasien datang berobat ke RSCM.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


DM (-), HT (-), Penyakit jantung (-), Alergi obat (-).

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan sama

RIWAYAT SOSIAL
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak.
Aktivitas pasien sehari-hari adalah mengurus rumah dan berbelanja. Pasien sering mengangkat
barang-barang berat yaitu barang-barang belanjaan yang pasien beli di pasar.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80x / menit
Suhu : 36,5 oC
Pernafasan : 20x / menit
Kulit : tidak tampak kelainan
Kepala : tidak tampak deformitas
Rambut : dalam batas normal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak tampak jejas
THT : sekret - / -
Tenggorok : T1 T1, tenang
Gigi mulut : oral hygiene baik
Paru : vesikuler +/+, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : BJ I, II normal, murmur (-), gallop (-)
Punggung : deformitas (-), gibus (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok CVA
(-)
Perut : lemas, datar, bising usus (+) nyeri tekan (-)
Anggota gerak : edema (-/-)
Status generalis : Tampak sakit ringan
GCS : E4M6V5
Pupil : Bulat, Isokor, 3 mm
Refleks cahaya langsung :+/+
Refleks cahaya tak langsung :+/+
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk :-/-
Kernig : >135o / >135o
Lasegue : >70o / > 70o
Sensorik : hipestesia dermatom L5-S1 dekstra
Fungsi saraf otonom : inkontinensia urin et alvi (-)
Nervus Kranialis
N.I : Tidak diperiksa
N.II : Visus > 2/60
N.III, IV, IV : Kesan tidak ada paresis
N.V Motorik : Tidak diperiksa
N.V.1,2,3 Sensorik : Tidak diperiksa
N.VII : Kesan tidak ada paresis
N.VIII : Tidak diperiksa
N.IX, X : Tidak ada paresis
N. XI : Kesan tidak ada paresis
N. XII : Kesan tidak ada paresis
Motorik

5555 5555
5555 5555
Refleks Fisiologis

+2 +2
+2 +2
Refleks Patologis
Babinsky :-/-

Fungsi Luhur
Berbicara : Normal
Orientasi waktu : Normal
Orientasi orang : Normal
Orientasi tempat : Normal
Nilai MMSE : Tidak diperiksa

3.4 RESUME

Perempuan 42 tahun dengan keluhan nyeri pada punggung bawah kanan menjalar hingga
ke mata kaki kanan yang memberat sejak 2 minggu SMRS. Sebelumnya, pasien merasakan nyeri
pada punggung bawah kanan sejak 6 bulan SMRS. Nyeri dirasakan seperti berdenyut. Rasa nyeri
yang dirasakan pasien hilang timbul dan memberat pada saat bangun pagi, berjalan jauh, dan saat
pasien berada dalam posisi rukuk atau sujud. Nyeri biasanya membaik dengan istirahat dan
minum obat Ponstan. Satu bulan SMRS, nyeri yang dirasakan pasien mulai menjalar ke kaki
hingga mata kaki kanan. Nyeri dirasakan terus menerus. Dua minggu SMRS, nyeri dirasakan
memberat sampai pasien tidak kuat untuk berjalan. Selain itu pasien juga mengeluhkan rasa
kesemutan dan baal pada telapak kaki kanan. Riwayat keluhan sama sebelumnya dan riwayat
keluarga yang memiliki keluhan sama disangkal pasien.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan. Pada
pemeriksaan fisik umum, tanda rangsang meningeal, dan saraf kranialis dalam batas normal.
Terdapat hipestesia di tungkai kanan setinggi L5-S1.

3.5 DIAGNOSIS
s Diagnosis klinis : Nyeri punggung bawah kanan, Hipestesia L5-S1 kanan
Diagnosis topis : Radiks L5-S1 kanan
Diagnosis patologis : Iritasi radiks
Diagnosis etiologis : Lumbar strain

Diagnosis Banding : HNP

3.6 TATALAKSANA
Rencana Diagnosis : Foto Polos lumbosakral, MRI Lumbosakral, EMG

Rencana Terapi Medikamentosa : Eperisone 3x 50 mg, Ibuprofen 3x200 mg, Neurodex 2x1
tab, Mecobalamin tablet 3x500 mg.

Rencana Non-Medikamentosa : traksi lumbal, terapi termal, masase, TENS,


latihan(fisioterapi), dan penggunaan korset. Dianjurkan untuk tidak mengangkat barang-barang
berat untuk sementara waktu, tidak memakai sepatu hak tinggi, dan sering olahraga terutama
berenang.

3.7 PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Bab IV
PEMBAHASAN

Ny.Y, 42 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada punggung bawah kanan menjalar
hingga ke mata kaki kanan yang memberat sejak 2 minggu SMRS. Nyeri dirasakan seperti
berdenyut. Pasien juga sering merasa baal dan kesemutan pada tungkai kanan terutama pada
telapak kaki. Aktivitas pasien sehari-hari adalah sebagai ibu rumah tangga yang sering
mengangkat barang-barang belanjaan yang cukup berat.
Nyeri punggung bawah yang dialami pasien dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan
seperti oleh sistem saraf, sistem vaskuler, sistem muskuloskeletal, viseral, maupun psikogenik.
Nyeri akibat gangguan pada sistem vaskuler umumnya cenderung tidak dipengaruhi oleh
posisi. Nyeri viseral merupakan nyeri rujukan dari organ dalam seperti organ pada rongga
toraks, abdomen, dan pelvis. Pada pasien, tidak ditemukan nyeri tekan, dan tidak ditemukan
riwayat nyeri kolik, sesak, dan gangguan BAK maupun BAB yang dapat mendukung adanya
nyeri viseral. Nyeri psikogenik biasanya ditimbulkan oleh adanya beban psikis, pada pasien ini
beban psikis disangkal. Nyeri akibat sistem muskuloskeletal umumnya tidak disertai dengan
penjalaran dan memberat dengan perubahan posisi. Nyeri akibat sistem saraf cenderung terbatas
sesuai dengan dermatom persarafannya. Pada pasien ini kelainan disebabkan oleh gangguan
pada sistem saraf yang disertai dengan gangguan muskuloskeletal.
Nyeri punggung bawah pada pasien ini akibat gangguan sistem saraf karena nyeri yang
timbul berupa nyeri radikular. Hal ini karena nyeri dan keluhan lainnya menjalar dari punggung
bawah kanan, paha bagian lateral kanan, betis, sampai ke mata kaki dan telapak kaki kanan serta
secara tegas terbatas pada dermatom L5-S1 kanan. Pada pasien, nyeri pada punggung bawah
kanan yang semakin memberat dirasakan saat pasien membungkuk dan sujud dan berkurang
dengan berbaring. Keluhan tersebut menunjukkan bahwa gangguan saraf tersebut disertai
dengan gangguan pada muskuloskeletal.
Aktivitas fisik sehari-hari pasien yaitu sering mengangkat benda berat diduga menjadi
faktor risiko timbulnya stress sehingga menimbulkan iritasi pada radiks. Adanya iritasi radiks
yaitu pada radiks L5-S1 akan menimbulkan kompensasi spasme dari otot yang dipersarafi pada
dermatom tersebut. Sehingga gejala yang timbul pada pasien juga disertai dengan gangguan
spasme pada otot punggung bawah kanan.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan. Pada
pemeriksaan fisik umum, tanda rangsang meningeal, dan saraf kranialis dalam batas normal.
Terdapat hipestesia di tungkai kanan setinggi L5-S1.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dapat disusun diagnosis kerja:
Diagnosis klinis : Nyeri punggung bawah, hipestesia L5-S1 dekstra
Diagnosis topis : Radiks L5-S1 dekstra
Diagnosis patologis : Iritasi radiks
Diagnosis etiologis : Lumbar strain

Penatalaksanaan bagi pasien ini yaitu terapi non-medikamentosa dan medikamentosa.


Terapi non-medikamentosa yaitu pasien diberikan edukasi mengenai penyakit, perjalanan
penyakit, serta faktor risiko pada pasien yang dapat memperberat penyakitnya. Pasien dianjurkan
untuk tidak mengangkat barang-barang berat untuk sementara waktu, tidak memakai sepatu hak
tinggi, dan berolahraga terutama berenang. Pasien juga dianjurkan traksi lumbal, terapi termal,
masase, TENS, latihan(fisioterapi), dan penggunaan korset sebagai terapi penunjang.
Terapi medikamentosa yang diberikan untuk pasien ini yaitu analgesi berupa Ibuprofen
3x200 mg yang merupakan nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID). Diberikan pula
Eperisone 3x 50 mg sebagai antispasme. Selain itu, sebagai vitamin untuk saraf diberikan
Neurodex 2x1 tab dan Mecobalamin tablet 3x500 mg.
Daftar Pustaka :

1. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri Punggung Bawah. dalam: Nyeri Neuropatik, Patofisioloogi
dan Penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS, Sadeli HA. Perdossi,
2001:145-167.
2. Anderson GBJ. Epidemiological Features of Chronic Low Back Pain. Lancet 1999;
354:581-5.

3. Adam RD, Victor M, Ruppert AH. Principles of Neurology. 6th ed. New York: Mc-Graw
Hill, 1997.
4. Wheeler AH, Stubbart JR. Pathophysiology of Chronic Back Pain. (Cited Jan 2004)
Available from: URL http://www.emedicine.com/neuro/topic516.htm

5. Sidharta P. Anamnesa Kasus Nyeri di Ekstermitas dan Pinggang. Sakit pinggang. In: Tata
pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta : Pustaka universitas, 1980: 64-75.

6. Deyo, Richard and James, Weinstein. Low Back Pain. New England Journal Med. Vol
344 No. 5. 2001

7. Hiikka Riihiimaki and Eira Viikari Juntura. Musculoskeletal System in International


Labour Office. Encyclopedia of Occupational Health and Safety. Edited by Jeanne Mager
Stellman. Fourth edition, vol I, Geneva, 1998.

Anda mungkin juga menyukai