Anda di halaman 1dari 3

Faktor Bahan Obat yang menentukan pemilihan bentuk sediaan obat

1. Sifat fisikokimia bahan obat

a. Bahan obat higroskopis : harus diberikan dalam bentuk solution/obat minum

b. Bahan obat tidak larut dalam air : diberikan dalam bentuk padat (tablet, kapsul, pulveres). Misal

asetosal, chloramphenikol, sulfadiazin

2. Sifat farmakokinetik bahan obat

Obat yang mengalami first pass effect pada hati kurang efektif bila diberikan dalam salah satu

bentuk sediaan oral karena akan mengurangi bioavailabilitas obat

3. Bentuk sediaan yang paling stabil

Misal vitamin C, mudah larut dalam air tetapi tidak diberikan dalam bentuk obat minum/larutan

karena tidak stabil, maka dipilih bentuk sediaan tablet yang lebih stabil

Faktor penderita yang menentukan pemilihan bentuk sediaan obat

1. Umur penderita

a. Anak balita : sebaiknya obat diberikan oral dalam bentuk sediaan cairan (sirup, suspensi,

emulsi) karena lebih gampang diminum daripada bentuk sediaan padat. Bentuk sediaan padat

yang masih dapat diberikan ialah bentuk pulveres (puyer)

b. Orang dewasa : obat yang diberikan per oral lebih sering dalam bentuk sediaan padat (tablet,

kapsul) karena lebih stabil dalam penyimpanan daripada bentuk sediaan cair
c. Lanjut usia (geriatrik) ; penderita lanjut usia yang kesulitan menelan pilih bentuk sediaan cair

seperti pada anak-anak (sirup, suspensi, emulsi)

2. Lokasi/bagian tubuh dimana obat harus bekerja

a. Efek lokal ; untuk mendapatkan efek local bisa dipilih bentuk sediaan salep/krim, pasta. Lotio,

liniment

b. Efek sistemik ; untuk mendapatkan efek sistemik bisa dipilih bentuk sediaan padat atau cair per

oral atau rectal

3. Kecepatan dan lama kerja obat yang dikehendaki

Obat bentuk injeksi lebih cepat diabsorpsi daripada bentuk sediaan yang diberikan secara per

oral atau rectal.. Contoh : kecepatan penyerapan aminophilin dari berbagai bentuk sediaan :

injeksi > solutio > pulveres > kapsul

4. Keadaan umum penderita

a. Pasien tidak sadar : dipilih bentuk injeksi atau rektal

b. Pasien hiper-emesis, post opersasi saluran makan

5. Efek terapeutik obat yang optimal dan efek samping minimal

Misal vitamin C dalam bentuk obat minum akan terurai, maka diberikan dalam bentuk tablet

6. Bentuk sediaan obat yang paling enak/cocok bagi penderita

Bahan obat yang sangat pahit walaupun mudah larut dalam air tidak diberikan dalam bentuk

obat minum karena akan terlalu terasa pahit, maka diberikan salam bentuk kapsul atau tablet.

Misalnya chloramfenikol, chinin sulfas

Pertimbangan dalam pemilihan bentuk sediaan

1. Untuk melindungi zat obat dari pengaruh oksigen, udara atau kelembaban
2. Untuk melindungi zat obat terhadap pengaruh yang merusak dari asam lambung setelah

pemberian oral

3. Menutupi rasa pahit, asin atau bau tidak enak dari bahan obat

4. Menyediakan sediaan cair dari zat yang tidak larut atau tidak stabil dalam pembawa

5. Menyediakan sediaan cair dari zat yang larut dalam pembawa yang diinginkan

6. Melengkapi kerja obat yang optimum dari tempat pemberian secara topikal

7. Memberikan penempatan obat ke dalam salah satu lubang dari badan

8. Memberikan penempatan obat secara langsung ke dalam aliran darah

9. Memberikan kerja obat yang optimum melalui inhalasi

10. Menyediakan obat dengan kerja yang luas dengan mengatur pelepasan obat

Anda mungkin juga menyukai