Oleh:
Elsa NIM. 21030115140133
Yuda Kurniawan A. NIM. 21030115120062
HALAMAN PENGESAHAN
Mengesahkan,
Asisten
NIM. 21030114120049
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, dan
karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Tugas Besar Mata Kuliah Model dan Komputasi
Proses dengan judul Simulasi Dan Perancangan Reaktor Batch Adiabatis Pada Proses
Dehidrasi Etanol Menjadi Dietil Eter Dengan Software Scilab 5.5.2 dapat terselesaikan dengan
baik dan lancar.
Penyusunan laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan, kerjasama dan dukungan
baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
penyusunan laporan ini ucapan terimakasih juga diberikan kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Setia Budi Sasongko, DEA selaku dosen pengampu mata kuliah
Model dan Komputasi Proses.
2. Bapak Luqman Buchori, ST., MT. selaku dosen pengampu mata kuliah Model dan
Komputasi Proses
3. Teguh Riyanto sebagai koordinator asisten Laboratorium Komputasi Proses
Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
4. Christine Indira Rinai Pangesti selaku asisten pengampu laporan tugas besar
mata kuliah model dan komputasi proses.
5. Teman-teman angkatan 2015 Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
Penyusunan laporan ini juga tidak lepas dari permohonan maaf apabila ada terdapat
kekurangan bahkan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak sangat diharapkan untuk menuju kesempurnaan penyusunan laporan ini.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat berguna
sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan.
Semarang, 24 November 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
INTISARI
Dalam industri kimia, reaktor merupakan unsur penting dalam unit proses kimia. Salah satu
jenis reaktor kimia berdasarkan prosesnya adalah reaktor batch, yaitu reaktor yang bekerja
dengan sistem batch dan mekanismenya sederhana. Dalam perancangan reaktor melibatkan
berbagai persamaan rumit seperti neraca massa, neraca panas, kinetika reaksi, termodinamika
reaksi kimia, laju reaksi dan perhitungan yang rumit lainnya. Untuk menyelesaikan persamaan-
persamaan tersebut diperlukan suatu aplikasi yang mampu mempermudah dalam penyelesaian
persamaan tersebut. Tujuan dari tugas besar ini adalah dapat membuat algoritma program
komputasi dan menyelesaikan perhitungan di dalam perancangan reaktor batch serta dapat
mensimulasikan reaktor berdasarkan program komputasi yang telah dibuat.
Reaktor batch adalah sebuah tempat terjadinya suatu reaksi yang berlangsung sementara.
Reaksi batch merupakan reaksi yang berubah tiap waktu dan diikuti dengan berdasar
konsentrasi komponen, perubahan sifat fisik dari fluida seperti konduktivitas elektrik atau indeks
bias, perubahan tekanan total pada sistem volume konstan, dan perubahan volume pada sistem
tekanan tetap.
Kondisi pembentukan diethyl ether dilakukan pada fase gas-cair dengan temperatur 127oC
dan tekanan 1 atm dengan katalis yang dipakai yaitu H2SO4 dan reaksi bersifat reversible
adiabatis.
Setelah dilakukan perancangan, dan dihitung menggunakan program Scilab 5.5.2 ternyata
didapatkan konsentrasi diethyl ether sebesar 65% basis ethano serta konversi ethanol menjadi
diethyl ether sebesar 0,67 dalam waktu 60 menit.
Saran dari kami dalam perancangan ini yaitu teliti dalam membuat algoritma dan harus
benar dalam memasukkan persamaan-persamaan di scipad, analisa kelayakan ekonomi pada
perancangan reaktor, pengambilan data-data penunjang perhitungan perancangan reaktor
melalui literatur yang jelas serta Perhitungan perancangan reaktor menyesuaikan spesifikasi
reaktor yang ada dipasaran.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri kimia merupakan sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Peran industri kimia secara dinamis memberi dampak positif dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat Indonesia mendorong sarjana teknik kimia untuk terus
berkembang dalam bidang pemrosesan bahan baku menjadi produk dengan nilai guna
yang lebih tinggi. Dalam industri kimia, reaktor merupakan unsur penting dalam unit
proses. Reaktor merupakan suatu bejana tempat terjadinya reaksi kimia sehingga terjadi
perubahan bahan baku menjadi produk. Berdasarkan jenis prosesnya reaktor ada 3 jenis
yaitu reaktor kontinyu, reaktor batch, dan reaktor semi-batch sedangkan berdasarkan
bentuknya ada reaktor alir pipa dan reaktor alir tangki berpengaduk (Levenspiel, 1999).
Produk yang dihasilkan dari reaktor biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Oleh karena itu, dalam perancangan reaktor perlu memperhatikan spesifikasi
produk yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen. Perancangan reaktor ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh-pengaruh setiap kondisi operasi terhadap kinetika
reaksi untuk mencapai kondisi operasi yang optimal dan konversi yang maksimal.
Reaktor adalah suatu alat proses tempat dimana terjadinya segala tempat
terjadinya suatu reaksi berlangsung, baik dalam ukuran kecil seperti tabung reaksi sampai
ukuran yang besar seperti reaktor skala industri (Odina, 2014). Reaktor batch adalah
reaktor yang berkerja dengan fungsi waktu, pada reaktor ini juga tidak ada input dan
output yang terjadi selama proses. Reaktor jenis ini memiliki pengaduk untuk mencampur
reaktan dan dalam prosesnya harus berurutan antara mengisi bahan baku, operasi,
pengeluaran produk, cleaning, dan conditioning untuk mengolah bahan baku berikutnya
(Budiman, 2017). Reaktor batch biasanya digunakan pada industri obat-obatan, industri
polimer dan industri produk yang memiliki banyak reaksi samping. Keuntungan dalam
menggunakan reaktor batch adalah pengoperasian dan pengontrolan yang lebih mudah
dengan harga yang relatif murah. Reaktor batch dapat diaplikasikan pada proses
pembuatan dietil eter dari etanol karena penggunaannya yang sederhana dan dapat
mencapai konversi yang tinggi. Reaksi ini juga disertai reaksi samping yaitu
pembentukan etilen dari bahan baku etanol yang sama. Dietil eter merupakan salah satu
dari eter komersial yang paling penting. Hal ini disebabkan dietil eter memiliki nilai
ekonomis yang sangat tinggi. Di bidang industri, dietil eter banyak digunakan sebagai
bahan pelarut untuk melakukan reaksi-reaksi organik dan memisahkan senyawa organik
dari sumber alamnya (Widayat, 2012).
Teknik kimia sangat berkaitan erat dengan reaktor terutama dalam perancangan
reaktor yang didalamnya terdapat pemilihan reaktor sesuai kondisi operasi, perhitungan
neraca massa, neraca energi, kinetika reaksi, dan sebagainya. Salah satu metode yang
digunakan dalam perancangan reaktor adalah metode numerik yang disertai penyelesaian
perhitungan matematika kompleks. Simulasi merupakan aktivitas untuk menirukan
kejadian atau keadaan yang sesungguhnya. Sehingga pengguna akan mendapatkan
gambaran, fenomena atau kinerja dari sistem atau proses yang dikaji dengan
menggunakan alat bantu simulator. Ada berbagai macam bentuk simulator, akan tetapi
dalam hal ini digunakan simulator dengan bantuan (berbasis) komputer (selanjutnya
disebut dengan simulasi komputer) sebagai alat bantu analisis objek kajian. Dalam
industri, simulasi komputer dapat juga digunakan sebagai training operator sehingga
dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengoperasikan sistem proses ataupun satuan
operasi (Sasongko, 2008). Salah satu program yang dapat digunakan untuk simulasi ini
adalah Scilab. Scilab telah berkembang menjadi berbagai versi, yaitu 5.1.1, 5.3.1, 5.5.1,
5.5.2, dan 6.0.0. Dalam laporan ini akan digunakan Scilab 5.5.2 untuk menyelesaikan
kasus dalam perancangan reaktor. Seorang engineer diharapkan dapat menyelesaikan
permasalahan dalam perancangan reaktor dalam bentuk algoritma sehingga dapat
diaplikasikan ke dalam program dan didapatkan penyelesaian dengan pemodelan
matematis dengan waktu efisien dengan kesalahan yang minimum.
1.3 Tujuan
1. Menyusun program komputasi dan proses untuk perancangan reaktor batch adiabatis
pada proses pembuatan dietil eter dari etanol berbasis Scilab 5.2.2.
2. Menyusun program komputasi dan proses untuk perancangan reaktor batch adiabatis
dengan Scilab 5.2.2 untuk mencari hubungan waktu dengan konversi yang
dihasilkan.
3. Menyusun program komputasi dan proses untuk perancangan reaktor batch pada
adiabatis dengan Scilab 5.2.2 untuk mencari hubungan suhu dengan waktu operasi.
4. Menyusun program komputasi dan proses untuk perancangan reaktor batch adiabatis
dengan Scilab 5.2.2 untuk mencari hubungan konsentrasi dan waktu operasi.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu menyusun program komputasi dan proses untuk perancangan
reaktor batch adiabatis pada proses pembuatan dietil eter dari etanol berbasis Scilab
5.2.2.
2. Mahasiswa mampu menyusun program komputasi dan proses untuk perancangan
reaktor batch adiabatis dengan Scilab 5.2.2 untuk mencari hubungan waktu dengan
konversi yang dihasilkan.
3. Mahasiswa mampu menyusun program komputasi dan proses untuk perancangan
reaktor batch adiabatis dengan Scilab 5.2.2 untuk mencari hubungan suhu dengan
waktu operasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Input Output
Reaktor
(Akumulasi)
komposisi berubah bergantung waktu, akan tetapi komposisi saat berada dalam
reaktor tetap konstan (Levenspiel, 1999).
Pada reaktor batch, tidak ada aliran A masuk maupun aliran A keluar sistem
sehingga nilai FA0 dan FA adalah 0
( ) = 0 0 + ( )
[0 (1 )]
= = 0 =
= 0 = 0
0 0 (1 + ) 0 0 (1 + )
Neraca energy reaktor batch:
= ( ) + ( )( )
(Levenspiel, 1999)
Reaktor jenis ini merupakan reaktor yang sering kali digunakan untuk
memperoleh data-data kinetika reaksi yang nantinya dapat di-scale up pada skala
industri. Reaktor batch sering digunakan pada industri obat-obatan karena dapat
dengan mudah dioperasikan untuk memproduksi obat yang berbeda-beda setiap
harinya. Produk kimia lain yang juga diproduksi menggunakan reaktor ini yaitu
polimer, dan produk yang memiliki banyak reaksi samping (Fogler, 2006).
Reaktor batch biasa digunakan pada kondisi operasi isothermal dan volume
konstan karena reaktor batch dapat mudah membantu menginterpretasikan hasil
reaksi. Reaktor ini relatif mudah dan adaptable pada ukuran atau skala kapasitas
laboratorium, serta hanya perlu sedikit membutuhkan penyesuaian peralatan-
peralatan tambahannya (Levenspiel, 1999). Namun reaktor batch memiliki
keuntungan maupun kerugian, yaitu sebagai berikut:
Keuntungan reaktor batch:
Lebih murah dibanding reaktor alir
Lebih mudah pengoperasiannya
Lebih mudah dikontrol
Kerugian reaktor batch
Tidak begitu baik untuk reaksi fase gas (mudah terjadi kebocoran pada
lubang pengaduk)
Waktu yang dibutuhkan lama, tidak produktif (untuk pengisian, pemanasan
zat pereaksi, pendinginan zat hasil, pembersihan reaktor, waktu reaksi)
Biaya penanganan dan tenaga kerja tinggi dan seringkali memerlukan waktu
yang panjang pada saat shut down
Kontrol kualitas dari produk rendah
(Fadhly, 2012)
Gambar 2.3 Reaktor Continuous Stirred Tank Reactor dengan jaket penukar panas
(Pugliesi, 2009)
Neraca massa CSTR:
[input] [output] + [pembentukan karena reaksi] = [akumulasi]
[akumulasi] = 0
0 + = ( ), dimana ( )=0
0 = 0 0 , maka volume reaktor sebagai fungsi space time untuk reaksi fasa
cair dan densitas konstran v = 0
0
= =
0
Neraca energi CSTR:
( ) + ( )( ) =
reaktor ini dipakai untuk mempelajari berbagai proses kimia yang penting seperti
perubahan senyawa kimia, reaksi termal dan lain-lain. dimana katalis diletakkan pada
suatu pipa lalu dari sela-sela katalis dilewatkan bahan baku seperti air melewati sela-
sela pasir pada saringan. Umumnya reaktor jenis ini terdiri dari pipa-pipa yang
disusun paralel, dapat digunakan untuk fase cair dan fase gas. Perbedaan jenis reaktor
ini dengan CSTR terletak pada karakteristik pengadukannya (Siagian, 2014).
Secara umum, karakteristik reaktor plug flow yaitu:
Aliran berada dalam pipa, arus input dan output belum tentu mempunyai laju
alir yang sama.
Reaktor berada dalam sistem tertutup
Massa dalam reaktor belum tentu tetap
Tidak ada pengadukan dalam arah axial (arah aliran), hanya ada dalam arah
radial, sehingga sifat dan komposisi seragam dalam arah ini
Densitas, sifat dan komposisi bervariasi dalam arah axial (arah aliran)
Reaktor dapat apat dioperasikan steady state maupun unsteady state
Reaktor dapat dilengkapi dengan alat penukar panas
(Levenspiel.O, 1999)
yaitu reaksi pembakaran, reaksi netralisasi asam basa, reaksi korosi seperti oksidasi
logam, reaksi polimerisasi, dan reaksi respirasi.
k1
A R k1 R
atau A
k k2
A S S
2
Contoh reaksi paralel pada skala industri adalah reaksi oksidasi terhadap etilen
yang akan menghasilkan produk etilen oksida. Selama reaksi oksidasi berlangsung,
sebagian etilen terbakar sempurna dan menghasilkan produk samping yang tidak
diinginkan, yaitu uap air dan karbon dioksida.
C2H4 + O2 C2H4O
C2H4 + 3 O2 2CO2 + 2 H2O
(Harsanti, 2012)
2. Reaksi Bimolekuler
Reaksi bimolekular adalah satu reaksi dimana dua molekul pereaksi yang sama
atau tidak bergabung menghasilkan satu atau sejumlah molekul produk. Contoh
reaksi bimolekuler adalah reaksi-reaksi asosiasi (kebalikan reaksi dekomposisi)
seperti berikut ini:
A + B AB
2A A2
maupun reaksi pertukaran
A + B C + D
2A C + D
(Levenspiel.O, 1999)
2. Reaksi Irreversible
Menurut Kristianingrum (2010), reaksi irreversible merupakan reaksi satu arah, yang
hanya terjadi pada pembentukan zat-zat hasil reaksi saja. Reaksi ini juga disebut
dengan reaksi berkesudahan, dimana hasil reaksi tidak dapat diubah lagi menjadi zat
pereaksi. Reaksi irreversible dapat digambarkan sebagai berikut:
aA + bB cC + dD
Reaksi Samping
C2 H5 OH(l) C2 H4(l) + H2 O(l)
Ethanol Etilen Air
Dapat ditentukan dari kedua reaksi diatas, bahwa reaksi pembentukan dietil eter
melalui proses dehidrasi etanol merupakan reaksi parallel. Reaksi paralel atau reaksi
samping (competitive reaction) yaitu dari reaktan yang sama dihasilkan produk yang
berbeda melalui jalur reaksi yang berbeda pula.
Kondisi pembentukan diethyl ether dilakukan pada fase cair denggan temperatur
240oC dan tekanan 1 atm dengan katalis yang dipakai H-Zeolite. Kondisi operasi ini
merupakan kondisi optimal karena berdasarkan hasil penelitian konversi etanol
meningkat dengan peningkatan temperature pada rentang 240oC (Widayat dkk., 2012)
Kondisi pembentukan diethyl ether dilakukan pada fase cair denggan temperatur
240oC dan tekanan 1 atm dengan katalis yang dipakai H-Zeolite dan reaksi bersifat
reversible. Konsentrasi umpan etanol yang digunakan sebesar 500 mol / liter. Sehingga
akan dilakukan perancanngan reaktor seesuai dengan kondisi operaassi agar reeaksi
pembentukan diethyl ether dapat terjadi denggan bantuan aplikasi Scilab 5.5.2 agar
memudahkan perhitungan kompleks yang ditemui dalam perancangan reaktor. Dengan
aplikasi Scilab 5.5.2 nantinya akan digunakan untuk mengetahui hubungan waktu dengan
konsentrasi reaktan, konsentrasi produk serta konversi yang didapatkan pada perancangan
reaktor batch adiabatis pembentukan diethyl ether tersebut.
Dari hasil perhitungan diatas diketahui bahwa reaksi utama berlangsung secara
eksotermis yang berarti reaksi tersebut mengeluarkan panas pada reaksinya. Pengaruh
temperatur terhadap konstanta kesetimbangan reaksi sesuai dengan rumus:
d ln K H0
=
dT RT2
Untuk reaksi eksotermis, maka kenaikan suhu (T) akan menyebabkan turunnya
harga K yang artinya akan membuat konversi menjadi turun dan hal ini berlaku untuk
yang sebaliknya. Reaksi dehidrasi merupakan reaksi kesetimbangan. Hal ini dapat dilihat
dari perhitungan konstanta kesetimbangan sebagai berikut:
0 0 0
=
= 1,003
K513 298 (T513 298 )
ln 298 = (T513 x 298 )
Dari penelitian Widayat (2012) diperoleh nilai konstanta kecepatan reaksi utama (k1)
dan reaksi samping (k3) sebagai berikut:
Untuk reaksi utama:
2C2 H5 OH(l) (C2 H5 )2 O(l) + H2 O(l)
30869,1
k1 = 4,266 exp ( )
30869,1
k1 = 4,266 exp (8,314 513)
k1 = 0,0030673
Dengan nilai K untuk reaksi utama sebesar 0,992 maka nilai k2,
1
=
2
0,0030673
0,992 =
2
2 = 3,092 103
Untuk reaksi samping:
C2 H5 OH(l) C2 H4(l) + H2 O(l)
31287,8
k3 = 205,3086 exp ( )
31287,8
k3= 205,3086 exp (8,314 513)
k3 = 0,1338
Dengan nilai K untuk reaksi utama sebesar 1,010 maka nilai k4,
3
=
4
0,1338
1,010 =
4
4 = 0,1324
Dari persamaan Arhenius, diketahui bahwa dengan bertambahnya suhu reaksi maka
akan memperbesar harga konstanta kecepata reaksi (k), yang berarti mempercepat
kecepatan reaksinya.
BAB III
METODE PENYELESAIAN
C (mol/L)
F (mol/L.min)
T
Pada perancangan ini akan dilakukan simulasi Proses Dehidrasi Etanol yang
merupakan reaksi paralel monomolekuler eksotermis mengginakan reaktor batch secara
adiabatis yang menghasilkan produk utama yaitu Dietil Eter dan produk samping Etilen.
Pembentukan dietil eter dengan metode dehidrasi etanol dilakukan pada suhu operasi
240C dan tekanan 1 atm.
Reaksi Utama
k1
2C2H5OH(l) C2H5OC2H5 (l) + H2O (l)
k2
Reaksi Samping
k3
C2H5OH(l) C2H4 (l) + H2O (l)
k4
dCA
-rA = -
dt
dNA
Untuk mengetahui konversi reaksi, persamaan rA V = dapat diturunkan
dt
sebagai berikut:
dNA
rA V =
dt
dXA
0 = rA V
= rA
0
Reaksi pembentukan dietil eter diatas merupakan reaksi order dua, maka
didapatkan persamaan reaksi sebagai berikut :
= -k1CA2 + k2CBCC - k3CA + k4CDCC
= -k2CCCD + 1/2k1CA2
=k3CA -k4CDCC
= 1/2k1CA2 - k2CDCC + k3CA - k4CDCC
3.1.3 Stokhiometri
Dengan mengasumsikan bahwa etanol (C2H5OH) merupakan reaksi
pembatas maka stokhiometri reaksi tersebut dapat disusun sebagai berikut:
Reaksi utama:
k1
2C2H5OH(l) C2H5OC2H5 (l) + H2O (l)
k2
Reaksi Samping:
k3
C2H5OH(l) C2H4 (l) + H2O (l)
k4
NA = {NA0(1-XA)} (1-XA)
NB = ()NA0XA
NC = NA0(1-XA) XA
ND = NA0XA {()+(1-XA)}
Untuk reaksi cair-cair maka volume dianggap konstan
0
Dengan = 0 =
0 0
3.1.4 Kombinasi
Untuk menyelesaikan persoalan yang ada maka persamaan neraca massa,
kecepatan reaksi, dan stokhiometri dikombinasikan menjadi persamaan tunggal
sebagai berikut:
dNa
-rA V = -
dt
= -rA 0
-k1CA2 + k2CBCC - k3CA + k4CDCC
=
0
dXA
= -k1(CA0(1-XA)) (1-XA))2 + k2 (()CA0XA ) CA0XA {()+(1-XA)} - k3(CA0(1-XA)) (1-XA))
dt
Pada reaktor batch tidak ada aliran yang masuk dan keluar reaktor selama
berlangsungnya proses. Energi yang masuk dalam reaktor merupakan panas dari
sekeliling yang masuk dalam sistem, sedangkan akumulasi energi dalam reaktor
berasal dari panas reaksi serta dari enthalpi produk hasil reaksi. Dalam reaktor
batch adiabatic nilai dari Q dan W = 0. Sehingga, secara umum persamaan neraca
panas untuk reaktor batch adiabatic adalah sebagai berikut :
Kecepatan energi yang
Kecepatan aliran panas Kecepatan energi yang
Kecepatan kerja ditambahkan ke Kecepatan Kecepatan akumulasi
ke sistem meninggalkan sistem
[ ] - [ sistem dalam ] + sistem dari kecepatan - [ ] + [ ] = [ energi pada ]
dari dari kecepatan alir massa
lingkungan alir massa yang sistem
lingkungan yang keluar
[ masuk ]
i i i n
Q W N AO H iO N A H (rAxVxH ) ni Cpi dT/dt
i 1 i 1
[(HRX)(-rA)V] = i ni Cpi
[(HRX)(rA)V]
=
i ni Cp
(Fogler, 2006)
Dengan,
ni = mol reaktan dan produk hasil reaksi
Cpi = kapasitas panas reaktan dan produk hasil reaksi
Tabel 3.3. Konstanta Kapasitas Panas Dari Senyawa-Senyawa Yang Terlibat
Komponen C1 C2 C3 C4 C5
Ethanol 59,342 0,3636 -1,21 x 1,803 x 10-6 0
10-3
Dietil Ether 72,639 0,7734 -2,79x10-3 4,438 x 10-6 0
(persamaan 2)
Kebutuhan perubahan konsentrasi reaktan dan produk dapat dirumuskan sebagai
berikut:
= -k1CA2 + k2CBCC - k3CA + k4CDCC (persamaan 3)
= -k2CCCD + 1/2k1CA2 (persamaan 4)
=k3CA -k4CDCC (persamaan 4)
= 1/2k1CA2 - k2CDCC + k3CA - k4CDCC (persamaan 5)
Dengan nilai:
k1 = 0,0030673
k2=3,092 x 10-3
k3 = 0,1338
k4=0,1324
Start
Input Value :
For Data = 1 : 4
H, G
H komponen, G komponen
End
function dy=konsentrasi(t, y)
CpET, CpDE, CpE, CpW
nET, nDE, nE, nW
dy(1) hingga dy(6)
endfunction
y0=[CET0;CDE0;CE0;CW0;Ti;0]
t0=0;
t=(t0:20:350) //detik
y=ode(y0,t0,t,konsentrasi)
t=t'
y=y'
Hubungan t vs Ca
Hubungan t vs Xa
Hubungan t vs T
End
Database= M(1);
ACp=Database(:,6);BCp=Database(:,7);CCp=Database(:,8);DCp=Database(:,9);ECp=Database(:
,10)
function dy=konsentrasi(t, y)
//Menghitung Nilai Cp
Ti=513 // suhu operasi reaktor (kelvin)
Tr=25+273.15 //suhu kondisi standar (kelvin)
MatrixT=[y(5)^0;y(5)^1;y(5)^2;y(5)^3;y(5)^4]
CpET=([ACp(5) BCp(5) CCp(5) DCp(5) ECp(5)])*MatrixT; //Cp Etanol
CpDE=([ACp(3) BCp(3) CCp(3) DCp(3) ECp(3)])*MatrixT; //Cp Dietil Eter
CpE=([ACp(4) BCp(4) CCp(4) DCp(4) ECp(4)])*MatrixT; // Cp Etilena
CpW=([ACp(2) BCp(2) CCp(2) DCp(2) ECp(2)])*MatrixT; // Cp Water
nET=(nET0*(1-y(6)))*(1-y(6)) // mol reaksi Etanol
nDE=(0.5*nET0*y(6)) // mol reaksi Dietil eter
nE=(nET0*(1-y(6)))*y(6) // mol reaksi Etilena
nW=(nET0*y(6))*(0.5+(1-y(6))) // mol reaksi Water
deltaCp1=(((2*ACp(5))-ACp(3)-ACp(2))*(Ti-Tr))+((((2*BCp(5))-BCp(3)-BCp(2))/2)*(Ti^2-
Tr^2))+((((2*CCp(5))-CCp(3)-CCp(2))/3)*(Ti^3-Tr^3))+((((2*DCp(5))-DCp(3)-
DCp(2))/4)*(Ti^4-Tr^4))+((((2*ECp(5))-ECp(3)-ECp(2))/5)*(Ti^5-Tr^5))
deltaCp2=((ACp(5)-ACp(4)-ACp(2))*(Ti-Tr))+(((BCp(5)-BCp(4)-BCp(2))/2)*(Ti^2-
Tr^2))+(((CCp(5)-CCp(4)-CCp(2))/3)*(Ti^3-Tr^3))+(((DCp(5)-DCp(4)-DCp(2))/4)*(Ti^4-
Tr^4))+(((ECp(5)-ECp(4)-ECp(2))/5)*(Ti^5-Tr^5))
dy(1)= -k1*((y(1))^2)+k2*y(2)*y(4)-k3*y(1)+k4*y(3)*y(4) //Etanol
dy(2)=0.5*k1*((y(1))^2)-k2*y(2)*y(4) // Dietil Eter
dy(3)=k3*y(1)-k4*y(3)*y(4) // Etilena
dy(4)=0.5*k1*((y(1))^2)-k2*y(2)*y(4)+k3*y(1)-k4*y(3)*y(4) // Water
dy(5)=(((-H3-deltaCp1)*((-k1*(y(1))^2)+(k2*y(2)*y(4))-k3*y(1)+k4*y(3)*y(4))*(V0))+((-
H3-deltaCp2)*(-
k3*y(1)+(k4*y(3)*y(4))*(V0))))/((CpET*nET)+(CpDE*nDE)+(CpE*nE)+(CpW*nW))//
Neraca Energi
dy(6)=(k1*((y(1))^2)-k2*y(2)*y(4)+k3*y(1)-k4*y(3)*y(4))/CET0 //Konversi Etanol
endfunction
y0=[CET0;CDE0;CE0;CW0;Ti;0]
t0=0;
t=(t0:20:340) //misalnya detik
y=ode(y0,t0,t,konsentrasi)
t=t'
y=y'
CET=y(:,1)
CDE=y(:,2)
CE=y(:,3)
CW=y(:,4)
disp(' SIMULASI DAN PERANCANGAN REAKTOR BATCH ADIABATIS')
disp(' Tabel Pengaruh Waktu Tinggal terhadap Konsentrasi, Konversi dan Suhu')
disp(' Konsentrasi (C) dalam Mol / Liter' )
disp('=================================================================
=============================')
disp('waktu(s) C Etanol C Dietil Eter C Etilena C Water Suhu(K) Konversi')
disp('=================================================================
=============================')
disp([t y])
disp('=================================================================
=============================')
clf
subplot(2,2,1)
plot2d(t,CET,2)
plot2d(t,CDE,3)
plot2d(t,CE,4)
plot2d(t,CW,5)
legend(['Etanol','Dietil Eter','Etilena','H2O'],1)
xtitle('Hubungan Waktu dengan Konsentrasi','Waktu (detik)','Konsentrasi')
subplot(2,2,2)
plot2d(t,y(:,6),[1])
xtitle('Hubungan Waktu dengan Konversi','Waktu (detik)','Konversi')
legend(['Etanol','Dietil Eter','Etilena','H2O'],1)
subplot(2,2,3)
plot2d(t,y(:,5),[1])
xtitle('Hubungan Waktu dengan Suhu Reaktor','Waktu (detik)','Reaktor')
//end
BAB IV
HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.1 Tabel Pengaruh Waktu Tinggal Terhadap Konsentrasi, Suhu, dan Konversi
dari detik ke-300 kenaikan konversi yang dialami tidak sesignifikan detik detik
sebelumnya, hal ini menunjukan bahwa mencapai konversi optimal, dan hanya sedikit
reaktan yang dapat bereaksi. Reaktor batch adiabatis untuk reaksi dehidrasi etanol ini
disimulasikan untuk beroperasi selama 340 detik, dengan konversi sebesar 79.33%.
reaktor sehingga suhu reaktor meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini dapat
dibuktikan melalui persamaan:
[(HRX)(rA)V]
=
i ni Cp
Untuk suhu keluaran reaktor dapat dilihat pada gambar 4.3 hubungan waktu
tinggal dengan suhu. Saat mencapai konversi 0.7933 dengan waktu tinggal selama 340
detik maka suhu keluaran reator yaitu 1141,2089 K. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
kenaikan suhu dari suhu operasi mula mula yaitu sebesar 513 K yang berarti reaksi
bersifat eksotermis (menghasilkan panas).
Gambar 4.4 Hubungan Konsentrasi Reaktan dan Produk terhadap Waktu Tinggal
Pada grafik hubungan konsentrasi terhadap waktu, menunujukkan bahwa
konsentrasi reaktan yaitu etanol mengalami penurunan seiring dengan lamanya waktu
tinggal. Hal ini dikarenakan semakin lama waktu tinggal, maka semakin banyak etanol
k1
C2H5OH(l) C2H5OC2H5 (l) + H2O (l)
k2
k3
C2H5OH(l) C2H4 (l) + H2O (l)
k4
Dari penelitian yang dilakukan oleh Widayat (2012), dapat ditentukan dari
persamaan reaksi di atas bahwa perbandingan antara produk dietil eter (C2H5OC2H5) dan
etilen (C2H4) dipengaruhi oleh harga konstanta laju reaksi dari masing masing
persamaan reaksi. Menurut perhitungan nilai k1 = 0,0030673 dan k3 = 0,1338. Pada suhu
yang sama, nilai laju reaksi yang mengarah pada pembentukan etilen dan air (k3) jauh
lebih besar daripada nilai laju reaksi yang mengarah pada pembentukan etanol dan air
(k1) dan seiring waktu etilena yang meurpakan produk samping ini mengalami penurunan
konsentrasi. Hal yang sama untuk H2O, konsentrasi meningkat dari detik ke-0 hingga ke-
60. Setelah detik ke-60, konsentrasi H2O mengalami penurunan secara perlahan. Reaksi
pembentukan etilen dari etanol juga merupakan suatu reaksi yang bersifat reversible
(reaksi dapat balik) dimana seiring berjalannya waktu operasi, etanol yang terkonversi
menjadi etilen akan kembali menjadi etanol untuk mencapai suatu kesetimbangan reaksi
kimia. Hal ini yang menyebabkan konsentrasi dietil eter menurun.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil Scilab menunjukkan bahwa prarancangan reaktor batch pada
proses pembuatan dietil eter dari etanol dapat dilakukan secara adiabatis pada
susunan reaksi seri dan monomolekular yang bersifat eksotermis.
2. Hubungan antara konversi terhadap waktu tinggal reaksi pembentukan dietil eter dari
etanol dalam fase cair-cair menunjukkan semakin lama waktu tinggal dalam reaktor
maka konversi yang dihasilkan semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin lama
waktu semakin banyak reaktan yang digunakan untuk membentuk produk.
3. Hubungan waktu dengan suhu reaksi pembentukan dietil eter dengan reaktor batch
adiabatis menunjukkan bahwa semakin lama waktu operasi suatu reaktor batch maka
suhu reaktor semakin meningkat. Hal ini dikarenakan oleh sifat reaksi yang terjadi
dalam reaktor yaitu reaksi pembentukan dietil eter melalui proses dehidrasi etanol
bersifat eksotermis.
4. Hubungan antara konsentrasi reaktan dan produk terhadap waktu tinggal dalam
perancangan reaktor batch pembuatan dietil eter dari etanol ini menunjukkan semakin
lama waktu tinggal maka konsentrasi reaktan semakin menurun sedangkan
konsentrasi produk semakin meningkat. Hal ini disebabkan semakin lama waktu,
maka semakin banyak reaktan yang bereaksi membentuk produk.
5.2. Saran
1. Pahamilah lebih dalam mengenai algoritma penyelesaian suatu permasalahan numerik
dengan menggunakan program Scilab
2. Teliti dalam menulis semua algoritma pada Scipad karena jika salah sedikit program
tidak akan jalan
3. Penulisan pada Scipad harus berurut karena jika ada notasi yang tidak teridentifikasi
program tidak akan jalan
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Arif. 2015. Makalah Alat Industri Kimia: Reaktor. Fakultas Teknik Universitas
Bandung Raya, Bandung.
Eunike,A & Lely Riawati. 2012. Peralatan Industri Kimia (Size Reduction, Storage, Reactor).
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara.
F. Caccavale et al. 2011. Control and Monitoring of Chemical Batch Reactors, Advances in
Industrial Control. Springer-Verlag London Limited.
Fadhly. 2012. Reaktor Kimia dan Jenisnya.
Fogler,H.S. 2006. Element of Chemical Reaction Engineering, 3rd ed., Prentice-Hall, Engle
Cliffs., New Jersey.
Hakim. 2014. Tugas Umum: Reaktor CSTR.
Harsanto, Mining. 2012. Teknik Reaksi Kimia: Waktu Satu Batch.
Kristianingrum, Susila. 2010. Pembinaan tentang Pembelajaran Kimia untuk Guru-guru Kimia.
Kab. Bantul dan Rintisan Kerjasama dengan MGMP dan Sekolah dalam Penyiapan
Program Profesi Guru. Universitas Negeri Yogyakarta.
Kumoro, Andri Cahyo. 2017. Chemical Engineering Mathematics: Chemical Engineering Tools.
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
Levenspiel, Octave. 1999. Chemical Reaction Engineering, 3rd ed., John Wiley and Sons, Inc.,
New York.
Nanda, Sanju and M.Pharm, Ph.D. 2008. Reactors and Fundamentals of Reactors Design for
Chemical Reaction. Dept. of Pharmaceutical Sciences, M.D. University.
Odina, Mia. 2014. Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR).
Pugliesi, Daniele. 2009. Schematics of A Jacketed Agitated Vessel.
Sasongko, Setia Budi. 2008. Metode Numerik dengan Scilab. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Yogyakarta.
Siagian, Elsagita. 2014. Plug Flow Reactor.
Smith, J.M, H.C. Van Ness, M.M. Abbott. 2001. Introduction to Chemical Engineering
Thermodynamics. 6th Edition. Mc Graw Hill.
Widayat. 2012. Kinetika Reaksi Pada Proses Produksi Dietil Eter Dari Etanol Dengan Katalis
Hzeolit. Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
Yaws, Carl. I. 2003. Yaws' Handbook of Thermodynamic and Physical Properties of Chemical
Compounds. Golf Publishing Company.
LAMPIRAN
LEMBAR ASISTENSI