Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH GEOGRAFI INDUSTRI TENTANG KONSEP PENTING

INDUSTRI, PRINSIP AGLOMERASI DAN ORIENTASI INDUSTRI

KONSEP PENTING INDUSTRI, PRINSIP AGLOMERASI DAN ORIENTASI


INDUSTRI

Makalah Geografi Industri


(Dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Geografi Industri)
Dosen Pengampu Mata Kuliah: Fitriana Syahar S.Si

OLEH :
1. KAMIL SETIA BUDI
2. BETTI MAILIZAR
3. ELVINA FITRIYANI
4. FITRI RAHMADANI
5. LIDRA YANTI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
kelompok Geografi Industri. Namun, penulis menyadari makalah ini tidak dapat tersusun dan
terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak dan dukungan dari teman-teman
yang berpartisipasi. Penulis juga sangat berterima kasih atas bimbingan dari Dosen Pembimbing
yang terhormat, karena atas itulah saya dengan semangat dapat menyelesaikan tugas ini.
Saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan penulis. Karena penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan kata. Semoga tugas ini memberi manfaat bagi pembacanya.

Padang, 24 September 2014

Penulis,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
C. Metode Penulisan ............................................................................................ 2
D. Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2
E. Manfaat Penulisan ........................................................................................... 3
BAB II. PEMBAHASAN
A. Kawasan Industri ............................................................................................ 4
B. Prinsip Aglomerasi .......................................................................................... 11
C. Kawasan Berikat ............................................................................................. 16
D. Orientasi Industri ............................................................................................. 22
BAB III. Metode Penelitian
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 31
B. Saran ................................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan Kawasan Industri (Industrial Estate) adalah salah satu alat (tools) untuk
pengembangan kegiatan industri yang cukup diraskan efektif. Namun perlu digarisbawahi
mengingat penyediaan suatu kawasan industri merupakan suatu kegiatan business, maka dalam
pengembangannya tentunya harus memenuhi kaidah-kaidah kelayakan tekno ekonomis, yang
didalamnya juga tercakup aspek-aspek yang perlu diperhatikan agar Kawasan Industri yang
dikembangkan berwawasan lingungan.
Selain kawasan industri masih ada beberapa istilah lain yang perlu kita ketahui, seperti zona
industri, prinsip aglomerasi, kawasan berikat, oreintasi industri, kebijakan pengembangan
industri nasional dan syarat-syaratnya.
Berdasarkan hal diatas penulis tertarik untuk menyusun sebuah makalah mengenai hal
tersebut. Penyusunan makalah dengan judul Konsep Penting Industri, Prinsip Aglomerasi dan
Orientasi Industri ini pada dasarnya ingin memperkenalkan kepada pembaca mengenai hal-hal
tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah:
1. Apa yang dimaksud kawasan industri?
2. Apa saja ciri-ciri kawasan industri?
3. Apa sajakah syarat-syarat kawasan industri?
4. Apa sajakah tujuan dari pengembangan kawasan industri?
5. Apa sajakah manfaat dari kawasan industri?
6. Apa sajakah bentuk fisik kawasan industri?
7. Dimana contoh kawasan industri?
8. Apa yang dimaksud dengan zona industri?
9. Apa yang dimaksud dengan prinsip aglomerasi?
10. Apa sajakah faktor penyebab gejala aglomerasi industri
11. Apa sajakah manfaat model aglomerasi industri?
12. Apa yang dimaksud dengan kawasan berikat?
13. Apa sajakah keterkaitan penyebab adanya kawasan berikat?
14. Apa sajakah fungsi Kawasan Berikat?
15. Apa sajakah manfaat Kawasan Berikat?
16. Apa sajakah contoh Kawasan berikat?
17. Apa sajakah tujuan pembentukan kawasan berikat?
18. Apa sajakah kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah ?
19. Apa sajakah ketentuan-ketentuan dalam kawasan berikat
20. Apa sajakah contoh orientasi industri?
21. Bagaimana strategi pengembangan industri nasional?

C. Metode Penulisan
Dalam menulis makalah ini penulis menggunakan metode studi kepustakaan, yaitu metode
yang digunakan dalam pencarian data dengan mencari referensi dari buku-buku maupun
referensi dari internet.

D. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Geografi Industri
2. Untuk mengetahui tentang kawasan industri?
3. Untuk mengetahui tentang ciri-ciri kawasan industri?
4. Untuk mengetahui tentang syarat-syarat kawasan industri?
5. Untuk mengetahui tentang tujuan dari pengembangan kawasan industri?
6. Untuk mengetahui tentang manfaat dari kawasan industri?
7. Untuk mengetahui tentang bentuk fisik kawasan industri?
8. Untuk mengetahui tentang contoh kawasan industri?
9. Untuk mengetahui tentang zona industri?
10. Untuk mengetahui tentang prinsip aglomerasi?
11. Untuk mengetahui tentang faktor penyebab gejala aglomerasi industri
12. Untuk mengetahui tentang manfaat model aglomerasi industri?
13. Untuk mengetahui tentang dengan kawasan berikat?
14. Untuk mengetahui tentang keterkaitan penyebab adanya kawasan berikat?
15. Untuk mengetahui tentang fungsi Kawasan Berikat?
16. Untuk mengetahui tentang manfaat Kawasan Berikat?
17. Untuk mengetahui tentang contoh Kawasan berikat?
18. Untuk mengetahui tentang tujuan pembentukan kawasan berikat?
19. Untuk mengetahui tentang kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah ?
20. Untuk mengetahui tentang ketentuan-ketentuan dalam kawasan berikat
21. Untuk mengetahui tentang contoh orientasi industri?
22. Untuk mengetahui tentang strategi pengembangan industri nasional?

E. Manfaat Penulisan
Makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumber referensi bagi mahasiswa maupun pembaca
lainnya mengenai kawasan industri, zona industri, prinsip aglomerasi, kawasan berikat dan
orientasi industri

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Penting Industri


1. Kawasan Industri (Industrial Estate)
a. Pengertian Kawasan Industri
Menurut National Industrial Zoning Committees (USA) 1967 , yang dimaksud dengan
kawasan industri atau Industrial Estate atau sering disebut dengan Industrial Park adalah suatu
kawasan industri diatas tanah yang cukup luas, yang secara administratif dikontrol oleh
seseorang atau sebuah lembaga yang cocok untuk kegiatan industri, karena lokasinya,
topografinya, zoning yang tepat, kesediaan semua infrastrukturnya (utilitas), dan kemudahan
aksesibilitas transportasi.
Kawasan industri menurut Keputusan Presiden Nomor 53 tahun 1989 tentang Kawasan
industri, Pasal 1 menyebutkan bahwa kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan
kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan fasilitas penunjang
lainnya yang disediakan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri.
Secara konseptual Kawasan Industri merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan
industri pengolahan (manufacture) yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta fasilitas
penunjang lainnya yang disediakan oleh badan pengelola (pemerintah/swasta), sehingga para
investor atau pengusaha akan memiliki semangat untuk memasukkan modalnya di sektor
industri. Deengan ketersediaan lahan, sarana dan prasarana serta fasilitas lainnya yang memadai,
akan menghasilkan efisiensi ekonomi dalam berinvestasi (mendirikan pabrik dan industri)
dibandingkan setiap investor harus menyediakan sendiri fasilitas tersebut.
Selanjutnya Unido (1978 : 6) mendefinisikan Kawasan Industri (Industrial Estates) adalah
sebidang lahan yang dipetak-petak sedemikian rupa sesuai dengan rancangan menyeluruh,
dilengkapi dengan jalan, kemudahan-kemudahan umum (public utilities) dengan atau tanpa
bangunan pabrik, yang diperuntukkan bagi pengarahan industri dan dikelola secara khusus (full
timer). Dalam kawasan Industri akan dibagi menjadi zona industri dan area industri. Dalam
kawasan indsutri, zona industri dan area industri terbagi 3 (tiga) unsur utama kegiatan produksi
yaitu : (a) modal (investasi); (b) tenaga kerja (wiraswasta) ; (C) pengusaha (wiraswasta) di
bidang investasi; ketiganya dapat mengubah struktur ekonomi daerah menjadi lebih industrial
dan produktif.
Definisi lain, menurut Industrial Development Handbook dari ULI ( The Urban Land
Institute), Washington DC (1975), kawasan industri adalah suatu daerah atau kawasan yang
biasanya didominasi oleh aktifitas industri. Kawasan industri biasanya mempunyai fasilitas
kombinasi yang terdiri atas peralatan-peralatan pabrik (industrial plants), penelitian dan
laboratorium untuk pengembangan, bangunan perkantoran, bank, serta prasarana lainnya seperti
fasilitas sosial dan umum yang mencakup perkantoran, perumahan, sekolah, tempat ibadah,
ruang terbuka dan lainnya. Istilah kawasan industri di Indonesia masih relatifbaru. Istilah
tersebut digunakan untuk mengungkapkan suatu pengertian tempat pemusatan kelompok
perusahaan industri dalam suatu areal tersendiri. Kawasan industri dimaksudkan sebagai padanan
atas industrial estate. Sebelumnya, pengelompokan industri demikian disebut lingkungan
industri.

b. Ciri-ciri kawasan Industri


1. Adanya areal/bentangan lahan yang cukup luas dan telah dimatangkan,
2. Lahan yang disiapkan sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang
3. Ada suatu badan (manajemen) pengelola lahan tersebut
4. Terhadap lahan yang dipersiapkan tersebut terdapat suatu badan/manajemen pengelola yang
telah memiliki izin usaha sebagai Kawasan Industri
5. Biasanya diisi oleh industri manufaktur (pengolahan beragam jenis).

c. Syarat kawasan Industri


Menurut Keppres Nomor 33 Tahun 1990 pemberian izin pembebasan tanah bagi setiap
perusahaan kawasan industri dilakukan de ngan ketentuan sebagai berikut.
1) Tidak mengurangi areal lahan pertanian.
2) Tidak dilakukan di atas lahan yang mempunyai fungsi utama untuk melindungi sumber alam
dan warisan budaya.
3) Sesuai dengan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat.

d. Tujuan Pengembangan Kawasan Industri


1. mendorong dan mempercepat pertumbuhan sektor industri Indonesia lebih terarah terpadu dan
memberikan hasil guna yang lebih optimal bagi daerah dimana kawasan industri berlokasi.
2. mengundang para investor asing dan juga lokal untuk melakukan investasi di Indonesia.
3. bagi investor pengguna kapling industri (user) akan mendapatkan lokasi kegiatan industri yang
sudah baik dimana terdapat beberapa keuntungan seperti bantuan proses perijinan, ketersediaan
infrastruktur yang lengkap, keamanan dan kepastian tempat usaha yang sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Daerah.
4. dari sisi pemerintah daerah, dengan konsep pengembangan kawasan industri, berbagai jaringan
infrastruktur yang disediakan ke kawasan industri akan menjadi lebih efisien karena dalam
perencanaan infrastruktur kapasitasnya sudah disesuaikan dengan kegiatan industri yang berada
di kawasan industri.
5. Dari aspek tata ruang, dengan adanya kawasan industri maka masalah-masalah konflik
penggunaan lahan akan dapat dihindari. Demikian pula, bilamana kegiatan industri telah dapat
diarahkan pada lokasi peruntukannya, maka akan lebih mudah bagi penataan ruang daerah,
khususnya pada daerah sekitar lokasi kawasan industri.
6. Dari aspek lingkungan hidup, konsep pengembangan kawasan industri jelas mendukung
peningkatan kualitas lingkungan, daerah secara menyeluruh. Dengan dikelompokkan kegiatan
industri pada satu lokasi pengelolaan maka akan lebih mudah menyediakan fasilitas pengolahan
limbah dan juga pengendalian limbahnya.
7. Bagi daerah Kabupaten/Kota yang tingkat pertumbuhan industrinya besar, maka Kawasan
Industri sebagai alat pengaturan tata ruang dan pengendalian pencemaran.
8. Bagi daerah Kabupaten/Kota yang tingkat pertumbuhan industrinya rendah atau relatif belum
berkembang, maka Kawasan Industri berfungsi untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif
dalam arti membantu investor untuk memperoleh kapling siap bangun yang telah dilengkapi
berbagai prasarana dan sarana penunjang

e. Manfaat Kawasan Industri


1. berkaitan dengan besaran dan lokasi Kawasan Industri bisa menghasilkan dampak-dampak
tertentu bagi wilayah sekitarnya, yang bila diinginkan bisa diarahkan;
2. bisa menjadi bidang usaha pengadaan dan pemasaran lahan industri menurut kaidah-kaidah
ekonomi pertanahan kota;
3. bisa menjadi sarana kemudahan usaha yang secara nyata dapat diberikan berbagai bentuk
insentif atau subsidi.
4. membuka peluang terhadap pembukaan lapangan kerja baru dan tumbuhnya berbagai peluang
usaha baru
5. pembangunan kawasan industri juga dapat meningkatkan pendapatan daerah dan meningkatkan
hasil ekspor yang sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

f. Bentuk Fisik Kawasan Industri


Kawasan Industri sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun
1996, dalam pembangunannya mempunyai bentuk fisik yang mencakup unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Lahan, lahan kawasan industri merupakan areal atau bentangan tanah dengan keluasan minimal
20 hektar dengan statustanah sebagai hak guna bangunan induk (HBG Induk) atas nama
perusahaan kawasan industri dan di batasi dengan pagar keliling. Lahan di dalam kawasan
industri yang diperuntukkan bagi perusahaan industri tersebut telah dimatangkan dalam bentuk
kavling-kavling industri dan secara teknik telah memenuhi syarat untuk didirikan bangunan
(merupakan kavling siap bangun).
2. Prasarana, lahan yang diperuntukkan untuk industri di dalam kawasan industri tersebut, selain
sudah dimatangkan, jugaharus dibangun prasarana yang diperlukan oleh perusahaan industri
(investor). Prasarana tersebut meliputi jaringan jalan, salauran air hujan, instalasi penyediaan air
bersih, instalasi /jaringan distribusi dan pembangkit tenaga listrik, jaringan distribusi
telekomunikasi, salauran pengumpulan air limbah industri, instalasi pengolah limbah,
penampungan sementara limbah padat, penerangan jalan, unit pemadam kebakaran dan pagar
kawasan industri.
3. Sarana Penunjang, suatu kawasan industri diwajibkan membangun sarana penunjang di
dalamnya, yaitu meliputi kantor pengelola, kantor pos, kantor pelayanan telekomunikasi,
poliklinik, kantin, sarana ibadah, perumahan karyawan industri dan mess transito, pos keamanan,
sarana kesegaran jasmani, dan halte angkutan umum.
4. Pengelola Kawasan Industri, kawasan industri dalam operasionalnya dikelola oleh perusahaan
kawasan industri. Perusahaan pengelola tersebut merupakan badan hukum yang didirikan
menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia, yang ditunjuk oleh dan /atau
menerima hak dan kewajiban dari perusahaan kawasan industri khusus untuk melaksanakan
pengelolaan sebagian atau seluruh kawasan industri.
5. Tata Tertib Kawasan Industri, adalah peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan kawasan
indsutri, yang mengatur hak dan kewajiban perusahaan kawasan industri, perusahaan pengelola
kawasan industri dan perusahaan industri dalam pengeloaan dan pemanfaatan kawasan industri.
6. Izin AMDAL, kawasan industri diwajibkan memiliki izin analisa mengenai dampak lingkungan
(AMDAL). Izin ini mutlak diperlukan karena di dalam kawasan industri terdapat banyak pabrik
yang berdiri dan biasanya pabrik tersebut beroperasi dengan menghasilkan limbah. Untuk
meminimalisasi dampak lingkungan yang timbul dari dioperasionalkan kawasan industri maka
limbah yang ditimbulkan dari pabrik yang beroperasi harus dapat dikelola dengan sebaik-
baiknya.
7. Izin Usaha Kawasan Industri, suatu perusahaan yang akan mengoperasionalkan kawasan industri
diwajibkan memiliki izin usaha kawasan industri. Perusahaan industri yang beroperasi di dalam
kawasan industri, Selain memperoleh kemudahan dalam hal kebutuhan lahan untuk industri yang
telah dilengkapi dengan prasarana dan sarana tersebut, juga mendapatkan kemudahan dalam hal
perizinan, seperti : bebas dariizin AMDAL, bebas dari izin gangguan (HO), bebas dari kewajiban
memeroleh izin prinsip, serta kemudahan dalam pengurusan izin mendirikan bangunan (IMB).
Pendirian bangunan didalam kawasan industri sudah bisa dilaksanakan meskipun IMB belum
selesai dan masih dalam proses pengurusan. Kemudahan yang diberikan oleh kawasan industri
tersebut diatas, yang memberi keunggulan bagi kawasan industri dibanding dengan lokasi di luar
kawasan industri, sehingga kawasan industri dapat menjadi lokasi yang menarik untuk
melakukan investasi.
g. Contoh kawasan Industri
Beberapa kawasan industri di Indonesia, antara lain Medan, Cilegon (Banten), Pulogadung
(Jakarta), Cikarang (Bekasi), Cilacap (Jateng), Rungkut (Surabaya), dan Makassar.

2. Zona Industri (Industrial Zone)


Zona Industri adalah satuan geografis sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya kegiatan
industri, baik berupa industri dasar maupun industri hilir, berorientasi kepada konsumen akhir
dengan populasi tinggi sebagai pengerak utama yang secara keseluruhan membentuk berbagai
kawasan yang terpadu dan beraglomerasi dalam kegiatan ekonomi dan memiliki daya ikat
spasial.

3. Perbedaan Kawasan Industri dan Zona Industri


Yang Membedakan antara Kawasan Industri dan Zona Industri yaitu secara resmi yaitu
istilah Kawasan Industri diatur dalam Keputusan Presiden No. 53tahun 1989 tentang Kawasan
Industri definisi ini sampai sekarang tetap sama dan terakhir dimuat dalam Peraturan Pemerintah
No 24 tahun 2009 adalah sebagai berikut
Kawasan Industri adalah Kawasan tempat pemusatan kegiatan Industri kawasan tempat
pemusatan kegiatan Industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha
Kawasan Industri .
Sedangkan kawasan pemukiman Industri didefinisikan sebagai bentangan lahan yang
diperuntukan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Wilayah (RTRW) yang
ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.
Pemerintah telah menerbitkan PP No 24 tahun 2009 tentang kawasan industri dimana setiap
perusahaan industry baru wajib berlokasi di dalam Kawasan Industri.( Sumber Info HKI oleh
Htn)

B. Prinsip Aglomerasi
1. Pengertian aglomerasi Industri
Aglomerasi Industri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan tertentu dengan tujuan agar
pengelolanya dapat optimal.
Proses aglomerasi (pemusatan) industri keberhasilannya banyak ditentukan oleh faktor
teknologi lingkungan, produktivitas, modal, SDM, manajemen dan lain-lain.
Pada Negara-negara yang sedang mengalami aglomerasi industri, terdapat dualisme bidang
teknologi. Dualisme teknologi adalah suatu keadaan dalam suatu bidan ekonomi tertentu yang
menggunakan tehnik dan organisasi produksi yang sangat berbeda karakteristiknya. Kondisi ini
mengakibatkan perbedaan besar pada tingkat produktivitas di sektor modern dan sektor
tradisional, seperti keadaan berikut ini :
a. Jumlah penggunaan modal dan peralatan yang digunakan.
b. Penggunaan pengetahuan teknik, organisasi, dan manajemen.
c. Tingkat pendidikan dan keterampilan para pekerja.
Faktor-faktor ini menyebabkan tingkat produktivitas berbagai kegiatan sektor modern
sering kali tidak banyak berbeda dengan kegiatan yang sama yang terdapat di Negara maju.
Sebaliknya sektor tradisional menunjukkan perbedaan banyak karena keadaan sebagai berikut :

a. Terbatasnya pembentukan modal dan peralatan industri.


b. Kekurangan pendidikan dan pengetahuan.
c. Penggunaan teknik produksi yang sederhana.
d. Organisasi produksi yang masih tradisional.
Aglomerasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

Aglomerasi primer adalah perusahaan yang baru muncul tidak ada hubungannya dengan
perusahaan lama yang sudah terdapat di wilayah aglomerasi,

Aglomerasi sekunder jika perusahaan yang baru beroperasi adalah perusahaan yang memiliki
tujuan untuk memberi pelayanan pada perusahaan yang lama.

Terdapat 3 jenis aglomerasi, yaitu :

Internal return to scale, timbul karena perusahaan memiliki skala ekonomi yang besar,
Lokalisasi ekonomi, terjadi pada satu kelompok perusahaan dalam satu industri yang sejenis
yang terletak pada lokasi yang sama,
Urbanisasi Ekonomi, timbul pada perusahaan-perusahaan dari sektor industri yang berbeda-beda
yang mengelompok di lokasi yang sama.
Hubungan antar Industri secara Fungsional dapat ditunjukkan melalui 3 hubungan, berikut ini:

Hubungan produksi (Production Linkages)


Hubungan ini merupakan hubungan hasil porduksi dari satu perusahaan ke perusahaan lain.
Dengan kata lain, terdapat arus barang yang bergerak dari tempat produksi 1 ke tempat produksi
lain untuk diolah kembali atau dikemas dalam bentuk lain. Misalnya, pabrik benang
menggerakkan produksinya ke pabrik kain.
Hubungan pelayanan (Service Lingkage)
Perusahaan pasti membutuhkan layanan jasa yang berhubungan dengan perusahaan lain.
Sebagai contoh, perusahaan membutuhkan jasa akuntan publik dari perusahaan akuntan untuk
menghitung kekayaan perusahaan. Atau pelayanan sederhana seperti kerjasama dengan CV
pelayanan kebersihan.

Hubungan pemasaran (market Linkages)


Hubungan pemasaran akan melibatkan bagian yang terpisah, yaitu bagian yang bekerja
sebagai penjual atau distributor hasil produksi dari sebuah industri. Atau dapat dikatakan bahwa
terdapat hubungan antara perusahaan yang akan membuat kemasan, para tengkulak, dan agen-
agen penjualan. Hubungan ini sangat penting karena berkaitan dengan hilir dari suatu barang
produksi sebuah industri.
Penempatan aglomerasi industri harus memperhatikan banyak hal, diantaranya adalah
modal, teknologi, bahan baku, transportasi, tenaga kerja, manajemen, pasar dan infrastruktur.
Transportasi merupakan salah satu faktor penting dalam mendirikan industri maupun pemekaran
wilayah industri yang erat kaitannya dengan aglomerasi. Keadaan transportasi meliputi jaringan
jalan dan sarana transportasi yang memadai sehingga dapat mendukung kelancaran proses
produksi dan distribusi. Adanya sarana dan prasarana transportasi yang memadai tentunya akan
lebih mempermudah perusahaan untuk mengangkut bahan baku ke pabrik dan
mendistribusikannya ke pasar. Oleh karena itu transportasi merupakan alasan utama untuk
mendirikan industri di sepanjang jalan, pelabuhan, dan station kereta. Lokasi-lokasi pada daerah
ini dapat mengurangi biaya produksi dari segi transportasi.
Jika terdapat istilah aglomerasi, yaitu pengelompokan, ada pula istilah deglomerasi, yaitu
suatu kecenderungan perusahaan untuk memilih lokasi usaha yang terpisah dari kelompok lokasi
perusahaan lain.
Pemicu lahirnya perusahaan-perusahaan yang melakukan deglomerasi adalah:
1. Harga buruh yang semakin meningkat di daerah padat industri
2. Penyempitan luas tanah yang dapat digunakan karena sudah banyak dipakai untuk perumahan
dan kantor pemerintah.
3. Harga tanah yang semakin tinggi di daerah yang telah padat.
4. Sarana dan Prasarana di daerah lain semakin baik namun harga tanah dan upah buruh masih
rendah.

2. Faktor penyebab gejala aglomerasi industri


Akibat adanya keterbatasan dalam pemilihan lokasi yang ideal maka sangat dimungkinkan
akan munculnya pemusatan atau terkonsentrasinya industri pada suatu wilayah tertentu yang
dikenal dengan istilah aglomerasi industri.
Misalnya, industri garmen, industri konveksi, dan industri kerajinan dibangun di suatu
tempat yang berdekatan dengan pusat pemukiman penduduk; Industri berat yang memerlukan
bahan mentah, seperti batu bara dan besi baja, penentuan lokasi pabriknya cenderung mendekati
sumber bahan mentah.
Pemusatan industri dapat terjadi pada suatu tempat terkonsentrasinya beberapa faktor yang
dibutuhkan dalam kegiatan industri. Misalnya bahan mentah, energi, tenaga kerja, pasar,
kemudahan dalam perizinan, pajak yang relatif murah, dan penanggulangan limbah merupakan
pendukung aglomerasi industri.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, penyebab terjadinya aglomerasi industri antara lain:
1. terkonsentrasinya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan pada suatu lokasi;
2. kesamaan lokasi usaha yang didasarkan pada salah satu faktor produksi tertentu;
3. adanya wilayah pusat pertumbuhan industri yang disesuaikan dengan tata ruang dan fungsi
wilayah;
4. adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan bidang pelayanan industri lainnya yang
lengkap;
5. adanya kerja sama dan saling membutuhkan dalam menghasilkan suatu produk.
3. Manfaat Model Aglomerasi Industri
Model aglomerasi industri yang berkembang akhir-akhir ini, dapat dikategorikan
menguntungkan, di antaranya adalah:

a. mengurangi pencemaran atau kerusakan lingkungan, karena terjadi pemusatan kegiatan


sehingga memudahkan dalam penanganannya;
b. mengurangi kemacetan di perkotaan, karena lokasinya dapat disiapkan di sekitar pinggiran kota;

c. memudahkan pemantauan dan pengawasan, terutama industri yang tidak mengikuti ketentuan
yang telah disepakati;

d. tidak mengganggu rencana tata ruang;

e. dapat menekan biaya transportasi dan biaya produksi serendah mungkin.

C. Kawasan Berikat (Bonded Zone)


1. Pengertian Kawasan Berikat
Kawasan berikat (bonded zone) adalah suatu kawasan dengan batas-batas tertentu di dalam
wilayah pabean Indonesia yang di dalamnya diberlakukan ketentuan khusus di bidang pabean
yaitu terhadap barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean atau dari dalam daerah pabean
Indonesia lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan bea cukai atau pungutan negara lainnya
sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor, ekspor atau reekspor (diekspor kembali).
Ketentuan tersebut antara lain mengatur lalu lintas pabean dari luar daerah atau dari dalam
pabean Indonesia lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan bea cukai atau pungutan negara
lainnya, sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor atau ekspor. (PP No. 22 tahun
1986).

2. Keterkaitan penyebab adanya kawasan berikat


Sedikitnya ada empat jenis keterkaitan yang menyebabkan terjadinya industri berikat, yaitu:
a. keterkaitan produk;
b. keterkaitan jasa;
c. keterkaitan proses;
d. keterkaitan subkontrak.
Sebagai contoh industri berikat yaitu industri garmen. Dalam hal ini industri garmen sebagai
industri utamanya. Sedangkan di sekitar industri garmen tersebut akan dikelilingi oleh industri-
industri lain yang berfungsi sebagai penunjang, misalnya: industri tekstil, industri kancing,
reslasting, dan asesoris lainnya.

3. Fungsi Kawasan Berikat


Fungsi kawasan berikat adalah sebagai tempat penyimpanan, penimbunan, pengolahan
barang yang berasal dari dalam dan luar negeri. Kemudahan yang diberikan dalam kawasan
berikat adalah pelayanan dan pengurusan dokumen ekspor dan impor berada dalam satu atap
(satu kantor).
Seluruh industri dari kawasan berikat harus ditujukan untuk kegiatan ekspor, kecuali
industri tekstil dapat dipasarkan di dalam negeri hingga 15% dari seluruh hasil produksinya.

4. Manfaat Kawasan Berikat


Manfaat yang didapat melalui pembangunan kawasan berikat adalah efisiensi waktu
pengiriman barang, membantu usaha pemerintah dalam rangka mengembangkan program
keterkaitan antara perusahaan besar, menengah, dan kecil melalui pola kegiatan sub kontrak serta
dapat menciptakan harga yang kompetitif di pasar global.
Selain untuk meningkatkan investasi dan juga pertumbuhan ekspor, pemerintah juga
memberikan insentif fiskal di bidang kepabeanan dan perpajakan di tempat penimbunan berikat
kepada investor, salah satunya adalah kawasan berikat. Perusahaan penerima fasilitas kawasan
berikat akan mendapatkan fasilitas penangguhan bea masuk yaitu peniadaan untuk sementara
kewajiban pembayaran bea masuk sampai dengan timbulnya kewajiban untuk membayar
berdasarkan undang-undang.

5. Contoh Kawasan berikat


Contoh kawasan berikat yang dikelola oleh PT. Pengelola Kawasan Berikat di Indonesia (PT.
PKBI) ialah kawasan berikat Tanjung Priok, Cakung, Batam.

6. Tujuan Pembentukan kawasan Berikat


a. meningkatkan efisiensi dengan mendekatkan persediaan bahan baku bagi industri, karena dalam
kawasan tersebut terdapat suatu pusat distribusi, yang akan mensuplai segala kebutuhan industri
di dalamnya. Dengan cara ini, para produsen tidak perlu lagi mengimpor dan mengurus customs
clearance di pelabuhan bongkar atau menyewa tempat penimbunan lainnya.
b. Sarana pemberiaan fasilitas kepabeanan dan perpajakan, di dalam kawasan berikat atas barang-
barang yang diimpor diberikan kemudahan berupa penangguhan, penundaan, keringanan atau
pembebasan bea masuk dan pajak,
c. Meningkatkan daya saing produk ekspor di pasar global, karena biaya produksi menjadi jauh
lebih murah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar (actual price).

7. Kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah


a. Impor barang modal atau peralatan kontruksi/perluasan, peralatan kantor, diberikan fasilitas
penangguhan pembayaran Bea Masuk dan tidak dipungut PPN, PPn BM dan PPh Pasal 22.
b. Barang atau bahan asal impor yang dimasukkan ke Kawasan Berikat diberikan fasilitas
Penangguhan Bea Masuk, Pembebasan Bea Masuk, Cukai dan tidak dipungut PPN, PPn BM,
dan PPh Pasal 22.
c. Atas penyerahan Barang Kena Pajak dalam Negeri ke Kawasan Berikat diberikan fasilitas tidak
dipungut PPN dan PPn BM.
d. Atas pemasukan Barang Kena Cukai yang berasal dari Daerah Pabean Indonesia Lainnya
dibebaskan dari pengenaan cukai.

8. Ketentuan-ketentuan dalam kawasan berikat


Pemasukan barang modal/peralatan pabrik/barang/bahan baku ke dalam kawasan berikat dapat
dilakukan dari :
a. Tempat Penimbunan Sementara,
b. Gudang Berikat,

c. Kawasan Berikat Lainnya,

d. Pengusaha Dalam Kawasan Berikat dari satu kabupaten,

e. produsen pengguna fasilitas ekspor dan dari daerah pabean Indonesia lainnya.
Dokumen pelindung perpindahan (overbrengen) barang dari satu tempat ke tempat lainnya
adalah :

a. BC 2.3,

b. Bill of Lading,

c. Commercial Invoice,

d. Packing List,

e. dan dokumen pendukung lainnya.

Untuk pengeluaran hasil olahan yang berasal dari Pengusaha Dalam Kawasan Berikat dapat
dilakukan untuk tujuan :

a. Ekspor (menggunakan dokumen BC 2.3 dan Pemberitahuan Ekspor Barang),


b. Kawasan Berikat Lainnya (dokumen BC 2.3 dan kontrak),
c. Pengusaha Dalam Kawasan Berikat dalam satu Kawasan Berikat (dokumen BC 2.3 dan
kontrak),
d. Daerah Pabean Indonesia Lainnya (dokumen PIB, setelah terdapat realisasi ekspor).
Kawasan berikat memberikan kemudahan bagi badan hukum atau pengusaha-pengusaha yang
bergerak di bidang :

a. Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB), yaitu berbentuk perseroan terbatas, yang memiliki,
mengelola, dan menyediakan sarana atau prasarana guna keperluan pihak lain. Perizinan
Penyelenggara Kawasan Berikat harus diajukan permohonan kepada Menteri Keuangan, melalui
Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Surat-surat yang harus dilampirkan adalah : surat izin usaha,
amdal, persetujuan dari instansi teknis, akta pendirian badan hukum, bukti
kepemilikan/penguasaan lokasi, NPWP, PKP, SPT tahun terakhir, peta lokasi/tempat yang
mendapat persetujuan Pemerintah Daerah, Berita Acara Pemeriksaan oleh Kantor Pelayanan Bea
dan Cukai serta pendapat DJBC;

b. Pengusaha di Kawasan Berikat (PDKB), bentuk badan hukumnya adalah perseroan terbatas,
yang melakukan kegiatan usaha pengolahan di Kawasan Berikat sebelum memulai kegiatannya,
pengusaha memberitahukan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai dalam waktu 14 hari,
tentang jenis kegiatan dan pengurus yang bertanggung jawab. Pemberitahuan yang diperlukan
dan digunakan sebagai lampiran, adalah : bukti kepemilikan/penguasaan lokasi, surat izin usaha
industri, akta pendirian badan hukum, NPWP, PKP, SPT tahun terakhir, rekomendasi
Penyelenggara Kawasan Berikat, peta tempat/lokasi, saldo awal bahan baku, bahan dalam
proses, barang jadi, barang modal dan peralatan pabrik;

c. Persetujuan Pengusaha Dalam Kawasan Berikat dapat dicabut, jika dalam jangka waktu 12
bulan berturut-turut tidak beroperasi, atau Surat Izin Usaha tidak berlaku lagi, keadaan pailit,
bertindak tidak jujur dalam usahanya, persetujuan Penyelenggara Kawasan Berikat dicabut
sehingga keberadaan Pengusaha Dalam Kawasan Berikat sudah tidak relevan lagi atau atas
permohonan sendiri.

Dalam menjalankan kegiatannya, Pengusaha Dalam Kawasan Berikat berkewajiban untuk :

a. Membuat pembukuan sesuai standar akuntansi, menyimpan buku, catatan selama 10 tahun;

b. Memberi kode untuk setiap jenis barang;

c. Menyediakan ruangan dan sarana kerja untuk pejabat bea dan cukai yang ditugaskan di kawasan
berikat;

d. Membuat laporan 3 bulan sekali kepada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai selambat-lambatnya
tanggal 10 bulan berikutnya tentang persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang
jadi;

e. Bertanggung jawab terhadap Bea Masuk, Cukai, dan Pungutan Dalam Rangka Impor yang
terutang atas barang yang dimasukkan atau dikeluarkan dari Kawasan Berikat.

Pengeluaran barang dari Tempat Penimbunan Sementara atau Kawasan Pabean dengan
tujuan untuk ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat, dilakukan dengan menggunakan
Pemberitahuan Pabean yang diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang
mengawasi Tempat Penimbunan Berikat.

Persetujuan pengeluaran barang diberikan oleh Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai di
pelabuhan/tempat pembongkaran/penimbunan barang. Petugas Bea dan Cukai setempat akan
memeriksa persyaratan sesuai dengan ketentuan pengeluaran untuk tujuan Tempat Penimbunan
Berikat.

Jika Pengusaha di Kawasan Berikat (PDKB) / Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB) yang
merangkap sebagai PDKB/Pengusaha Pada Gudang Berikat (PPGB)/Penyelenggara Gudang
Berikat (PGB) yang merangkap sebagai PPGB dan Penyelenggara Entreport untuk Tujuan
Pameran (PETP).

D. Orientasi Industri
1. Dalam menentukan lokasi industri ada beberapa orientasi industri diantaranya adalah:
a. Berorientasi pada bahan baku (mentah)
Bahan baku mudah rusak atau susut
Pengangkutan bahan baku lebih mahal daripada barang jadi
Volume bahan baku lebih berat daripada produk yang dihasilkan.
Contoh: industri semen, industri susu, minyak, air mineral, dan sebagainya.
b. Berorientasi pada tenaga kerja
Membutuhkan tenaga kerja yang banyak
Banyak memerlukan keterampilan atau skill.
Contoh: industri konveksi, tekstil, ukiran, anyaman, batik, dan sebagainya.
c. Berorientasi pada pemasaran (pasar)
Biaya angkut barang jadi lebih mahal daripada bahan mentah
Produk yang dihasilkan mudah rusak dan tidak tahan lama
Memerlukan pemasaran yang luas.
Contoh: industri kaca, industri makanan, industri minuman.
d. Beorientasi pada sumber energi
Memerlukan energi yang banyak dalam proses produksi.
Contoh: peleburan bijih timah, besi, tembaga, aluminium, dan sebagainya.
Alfred Weber mengemukakan teori yang disebut teori teori lokasi yang intinya bahwa
menentukan lokasi industry harus di tempat yang resiko biaya transportasi paling minimal.
Ongkos transportasi tergantung pada bobot barang dan jarak yang ditempuh.
Asumsinya:
Penentuan lokasi industri ditempatkan pada lokasi yang paling rendah biaya transportasinya
Bila bahan mentah mengalami susut (indeks material > 1) maka ditempatkan pada lokasi bahan
mentah
Bila bahan mentah tidak mengalami susut (indeks material < 1) maka ditempatkan pada lokasi
pemasaran
Bila indeks material = 1 maka ditempatkan dimana saja.
2. Kebijakan Orientasi Industri (pengembangan industri nasional dan saratnya)
Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi,
berdampak sangat ketatnya persaingan dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan usaha.
Produk-produk hasil manufaktur di dalam negeri saat ini begitu keluar dari pabrik langsung
berkompetisi dengan produk luar, dunia usaha pun harus menerima kenyataan bahwa pesatnya
perkembangan teknologi telah mengakibatkan cepat usangnya fasilitas produksi, semakin
singkatnya masa edar produk, serta semakin rendahnya margin keuntungan. Dalam
melaksanakan proses pembangunan industri, keadaan tersebut merupakan kenyataan yang harus
dihadapi serta harus menjadi pertimbangan yang menentukan dalam setiap kebijakan yang akan
dikeluarkan, sekaligus merupakan paradigma baru yang harus dihadapi oleh negara manapun
dalam melaksanakan proses industrialisasi negaranya.
Atas dasar pemikiran tersebut kebijakan dalam pembangunan industri Indonesia harus
dapat menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia dan mampu mengantisipasi perkembangan
perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru
bagi semua negara, sehingga fokus strategi pembangunan industri pada masa depan adalah
membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik.
Dalam situasi yang seperti itu, maka untuk mempercepat proses industrialisasi, menjawab
tantangan dari dampak negatif gerakan globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia, serta
mengantisipasi perkembangan di masa yang akan datang, pembangunan industri nasional
memerlukan arahan dan kebijakan yang jelas. Kebijakan yang mampu menjawab pertanyaan,
kemana dan seperti apa bangun industri Indonesia dalam jangka menengah, maupun jangka
panjang.
Untuk menjawab dan mengantisipasi berbagai masalah, issue, serta tantangan di atas,
Departemen Perindustrian telah menyusun Kebijakan Pembangunan Industri Nasional yang telah
disepakati oleh berbagai pihak terkait, dimana pendekatan pembangunan industri dilakukan
melalui Konsep Klaster dalam konteks membangun daya saing industri yang berkelanjutan.
Sesuai dengan kriteria daya saing yang ditetapkan untuk kurun waktu jangka menengah (2005-
2009) telah dipilih pengembangan klaster industri inti termasuk pengembangan industri terkait
dan industri penunjang.
a. Tantangan yang Dihadapi Sektor Industri
Tantangan utama yang dihadapi oleh industri nasional saat ini adalah kecenderungan
penurunan daya saing industri di pasar internasional. Penyebabnya antara lain adalah
meningkatnya biaya energi, ekonomi biaya tinggi, penyelundupan serta belum memadainya
layanan birokrasi. Tantangan berikutnya adalah kelemahan struktural sektor industri itu sendiri,
seperti masih lemahnya keterkaitan antar industri, baik antara industri hulu dan hilir maupun
antara industri besar dengan industri kecil menengah, belum terbangunnya struktur klaster
(industrial cluster) yang saling mendukung, adanya keterbatasan berproduksi barang setengah
jadi dan komponen di dalam negeri, keterbatasan industri berteknologi tinggi, kesenjangan
kemampuan ekonomi antar daerah, serta ketergantungan ekspor pada beberapa komoditi tertentu.
Sementara itu, tingkat utilisasi kapasitas produksi industri masih rata-rata di bawah 70
persen, dan ditambah dengan masih tingginya impor bahan baku, maka kemampuan sektor
industri dalam upaya penyerapan tenaga kerja masih terbatas.
Di sisi lain, industri kecil dan menengah (IKM) yang memiliki potensi tinggi dalam
penyerapan tenaga kerja ternyata masih memiliki berbagai keterbatasan yang masih belum dapat
diatasi dengan tuntas sampai saat ini. Permasalahan utama yang dihadapi oleh IKM adalah
sulitnya mendapatkan akses permodalan, keterbatasan sumber daya manusia yang siap, kurang
dalam kemampuan manajemen dan bisnis, serta terbatasnya kemampuan akses informasi untuk
membaca peluang pasar serta mensiasati perubahan pasar yang cepat.
Dalam rangka lebih menyebarkan industri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,
maka investasi di luar Pulau Jawa masih kurang menarik bagi investor karena terbatasnya
kapasitas infrastruktur ekonomi, terbatasnya sumber daya manusia, serta kecilnya jumlah
penduduk sebagai basis tenaga kerja dan sekaligus sebagai pasar produk.

b. Permasalahan pembangunan industri


Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan nasional, sehingga derap
pembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap
pembangunan ekonomi, budaya maupun sosial politik. Oleh karenanya, dalam penentuan tujuan
pembangunan sektor industri jangka panjang, bukan hanya ditujukan untuk mengatasi
permasalahan dan kelemahan di sektor industri saja, tetapi sekaligus juga harus mampu turut
mengatasi permasalahan nasional. Masalah Nasional yang sedang mengemuka di antaranya:
tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, rendahnya pertumbuhan ekonomi, melambatnya
perkembangan ekspor Indonesia, lemahnya sektor infrastruktur, dan tertinggalnya kemampuan
nasional di bidang penguasaan teknologi.
Berbagai masalah pokok yang sedang dihadapi oleh sektor industri di Indonesia yaitu:
1. Ketergantungan yang tinggi terhadap impor baik berupa bahan baku, bahan penolong,
barang setengah jadi dan komponen.
2. Keterkaitan antara sektor industri dengan sektor ekonomi lainnya relatif masih lemah.
3. Struktur industri hanya didominasi oleh beberapa cabang industri yang tahapan proses
industrinya pendek.
4. Ekspor produk industri didominasi oleh hanya beberapa cabang industri, dan kegiatan sektor
industri lebih banyak terpusat di Pulau Jawa.
5. Masih lemahnya peranan kelompok industri kecil dan menengah (IKM) dalam sektor
perekonomian.

c. Arah Kebijakan Pembangunan Industri


Kebijakan dalam pembangunan industri manufaktur diarahkan untuk menjawab tantangan
globalisasi ekonomi dunia serta mampu mengantisipasi perubahan lingkungan yang cepat.
Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara, sehingga fokus
dari strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing industri
manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional. Untuk membangun daya saing yang
berkelanjutan tersebut dengan upaya pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki
bangsa serta kemampuan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada di luar maupun di
dalam negeri harus dilakukan secara optimal. Esensi daya saing yang berkelanjutan tersebut
terletak pada upaya menggerakkan dan mengorganisasikan seluruh potensi sumber daya
produktif untuk menghasilkan produk innovative yang lebih murah, lebih baik, lebih mudah di
dapat dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan permintaan pasar. Strategi pembangunan industri
manufaktur ke depan dengan mengadaptasi pemikiran-pemikiran terbaru yang berkembang saat
ini, yaitu pengembangan industri melalui pendekatan klaster dalam rangka membangun daya
saing industri yang berkelanjutan. Dalam jangka menengah, peningkatan daya saing industri
dilakukan dengan membangun dan mengembangkan klaster-klaster industri prioritas sedangkan
dalam jangka panjang lebih dititikberatkan pada pengintegrasian pendekatan klaster dengan
upaya untuk mengelola permintaan (management demand) dan membangun kompetensi inti pada
setiap klaster.
Strategi pengembangan industri di masa depan menggunakan strategi pokok dan strategi
operasional. Strategi pokok, meliputi :
a. Memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai pada klaster dari industri yang
bersangkutan,
b. Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai,
c. Meningkatkan sumber daya yang digunakan industri,
d. Menumbuh-kembangkan Industri Kecil dan Menengah.
Sedangkan untuk strategi operasional terdiri dari:

a. Menumbuh-kembangkan lingkungan bisnis yang nyaman dan kondusif,


b. Penetapan prioritas industri dan penyebarannya,
c. Pengembangan industri dilakukan dengan pendekatan klaster,
d. Pengembangan kemampuan inovasi teknologi.
Strategi pengembangan industri Indonesia ke depan, mengadaptasi pemikiran terbaru yang
berkembang saat ini, yang berhubungan dengan era globalisasi dan perkembangan teknologi
abad 21, yaitu pendekatan pengembangan industri melalui konsep klaster dalam konteks
membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Pada dasarnya klaster industri adalah upaya
pengelompokan industri inti yang saling berhubungan, baik dengan industri pendukung
(supporting industries), industri terkait (related industries), jasa penunjang, infrastruktur
ekonomi, dan lembaga terkait. Untuk menentukan industri yang prospektif, dilakukan
pengukuran daya saing, baik dari sisi penawaran maupun sisi permintaan, untuk melihat
kemampuannya bersaing di dalam negeri maupun di luar negeri. Konsep daya saing
internasional, merupakan kata kunci dalam pembangunan sektor industri, oleh karenanya selain
sinergi sektoral, sinergi dengan seluruh pelaku usaha, serta seluruh daerah yaitu kabupaten-
kabupaten/kota merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu dengan dukungan aspek
kelembagaan yang mengatur tugas dan fungsi pembangunan dan dukungan terhadap sektor
industri baik secara sektoral maupun antara pusat dan daerah secara nasional akan menentukan
sukses atau gagalnya pembangunan sektor industri yang di cita-citakan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara konseptual Kawasan Industri merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan
industri pengolahan (manufacture) yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta fasilitas
penunjang lainnya yang disediakan oleh badan pengelola (pemerintah/swasta), sehingga para
investor atau pengusaha akan memiliki semangat untuk memasukkan modalnya di sektor
industri.
Zona Industri adalah satuan geografis sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya kegiatan
industri, baik berupa industri dasar maupun industri hilir, berorientasi kepada konsumen akhir
dengan populasi tinggi sebagai pengerak utama yang secara keseluruhan membentuk berbagai
kawasan yang terpadu dan beraglomerasi dalam kegiatan ekonomi dan memiliki daya ikat
spasial.
Aglomerasi Industri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan tertentu dengan tujuan agar
pengelolanya dapat optimal. Proses aglomerasi (pemusatan) industri keberhasilannya banyak
ditentukan oleh faktor teknologi lingkungan, produktivitas, modal, SDM, manajemen dan lain-
lain.
Kawasan berikat (bonded zone) adalah suatu kawasan dengan batas-batas tertentu di dalam
wilayah pabean Indonesia yang di dalamnya diberlakukan ketentuan khusus di bidang pabean
yaitu terhadap barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean atau dari dalam daerah pabean
Indonesia lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan bea cukai atau pungutan negara lainnya
sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor, ekspor atau reekspor (diekspor kembali).
Dalam menentukan lokasi industri ada beberapa orientasi industri diantaranya adalah:
e. Berorientasi pada bahan baku (mentah)
f. Berorientasi pada tenaga kerja
g. Berorientasi pada pemasaran (pasar)
h. Beorientasi pada sumber energi
Kebijakan dalam pembangunan industri Indonesia harus dapat menjawab tantangan
globalisasi ekonomi dunia dan mampu mengantisipasi perkembangan perubahan lingkungan
yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara,
sehingga fokus strategi pembangunan industri pada masa depan adalah membangun daya saing
sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik.
Dalam situasi yang seperti itu, maka untuk mempercepat proses industrialisasi, menjawab
tantangan dari dampak negatif gerakan globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia, serta
mengantisipasi perkembangan di masa yang akan datang, pembangunan industri nasional
memerlukan arahan dan kebijakan yang jelas. Kebijakan yang mampu menjawab pertanyaan,
kemana dan seperti apa bangun industri Indonesia dalam jangka menengah, maupun jangka
panjang.
B. Saran
Berlandaskan pengalaman negara-negara maju dalam mengembangkan lokasi industri baik
ditinjau dari segi effisiensi penyediaan infrastruktur, kepastian hukum dan kemananan berusaha,
menangani aspek-aspek penataan ruang maupun penanganan kasus pencemaran, dapat
disimpulkan bahwa konsep Kawasan Industri (industrial estate/industrial park) sangatlah tepat.
Mengingat bidang usaha Kawasan Industri merupakan kegiatan bussiness yang menuntut
investasi cukup besar, maka dalam pengembangannya perlu memperhatikan aspek-aspek tekno
ekonomis dan lingkungan, yaitu dengan cara merujuk kepada Pedoman Teknis Kawasan
Industri yang telah disusun Deperindag, sehingga investasi yang ditanamkan tidak idle.
Dengan mengkombinasikan Pedoman Teknis Kawasan Industri dengan faktor-faktor lingkungan
yang perlu diperhatikan dalam pengembangan baik skala regional, tapak maupun pabrik,
diharapkan dapat dikembangkan Konsep Pengembangan Kawasan Industri yang Berwawasan
Lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
http://aristyakristina.wordpress.com/2012/09/16/aglomerasi-industri/ (diakses pada tanggal 22 oktober
2014)
http://eprints.undip.ac.id (diakses pada tanggal 22 oktober 2014)
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-
BAGJA_WALUYA/GEOGRAFI_EKONOMI/Kawasan_Berikat.pdf (diakses pada tanggal 22
oktober 2014)
http://geografi-geografi.blogspot.com/2010/11/aglomerasi-dan-relokasi-industri-faktor.html (diakses
pada tanggal 22 oktober 2014)
http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.com/2013/05/pengertian-aglomerasi-
industri.html (diakses pada tanggal 22 oktober 2014)
http://kawasanberikat.com/ (diakses pada tanggal 22 oktober 2014)
http://makmunr.blogspot.com/2012/07/urgensi-penyempurnaan-ketentuan-kawasan.html (diakses
pada tanggal 22 oktober 2014)
http://matakristal.com/pengertian-dan-fungsi-kawasan-berikat/ (diakses pada tanggal 22 oktober 2014)
http://matakristal.com/pengertian-industri-orientasi-industri-dan-faktor-lokasi-industri/ (diakses pada
tanggal 22 oktober 2014)
http://nandang3678.blogspot.com/2013/06/wilayah-industri-dan-konsep-kawasan.html (diakses
pada tanggal 22 oktober 2014)
http://pinterdw.blogspot.com/2014/01/orientasi-industri.html (diakses pada tanggal 22 oktober 2014)
http://riyantinazief.wordpress.com/ekonomi/ (diakses pada tanggal 22 oktober 2014)
http://ssbelajar.blogspot.com/2013/01/kawasan-industri-dan-kawasan-berikat.html (diakses pada
tanggal 22 oktober 2014)
http://www.beacukai.go.id/index.html?page=fasilitas/tempat-penimbunan-berikat/pedoman-izin-
penetapan-tempat-sebagai-kawasan-berikat-dan-pemberian-izin-penyelenggara-kawasan-berikat-
sekaligus-pengusaha-kawasan-berikat.html (diakses pada tanggal 22 oktober 2014)
http://www.bumn.go.id/kiw/berita/360/Pengertian.Kawasan.Industri.dan.Zona.Industri (diakses
pada tanggal 22 oktober 2014)
http://www.bushindotrainingcenter.co.id/kawasan-berikat.html (diakses pada tanggal 22 oktober
2014)
http://www.modern-cikande.co.id/lang_id/artikel/perbedaan-kawasan-industri-dan-kawasan-berikat/
(diakses pada tanggal 22 oktober 2014)
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4414/isi%20handap%202.html (diakses pada tanggal 22
oktober 2014)
Tesis Aris Martopo, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kawasan Industri Palur Dan
Gondangrejo Di Kabupaten Karanganyar (Magister Perencanaan Kota dan Daerah (MPKD-
UGM Tahun 2003)

Anda mungkin juga menyukai