OLEH :
1. KAMIL SETIA BUDI
2. BETTI MAILIZAR
3. ELVINA FITRIYANI
4. FITRI RAHMADANI
5. LIDRA YANTI
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
kelompok Geografi Industri. Namun, penulis menyadari makalah ini tidak dapat tersusun dan
terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak dan dukungan dari teman-teman
yang berpartisipasi. Penulis juga sangat berterima kasih atas bimbingan dari Dosen Pembimbing
yang terhormat, karena atas itulah saya dengan semangat dapat menyelesaikan tugas ini.
Saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan penulis. Karena penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan kata. Semoga tugas ini memberi manfaat bagi pembacanya.
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan Kawasan Industri (Industrial Estate) adalah salah satu alat (tools) untuk
pengembangan kegiatan industri yang cukup diraskan efektif. Namun perlu digarisbawahi
mengingat penyediaan suatu kawasan industri merupakan suatu kegiatan business, maka dalam
pengembangannya tentunya harus memenuhi kaidah-kaidah kelayakan tekno ekonomis, yang
didalamnya juga tercakup aspek-aspek yang perlu diperhatikan agar Kawasan Industri yang
dikembangkan berwawasan lingungan.
Selain kawasan industri masih ada beberapa istilah lain yang perlu kita ketahui, seperti zona
industri, prinsip aglomerasi, kawasan berikat, oreintasi industri, kebijakan pengembangan
industri nasional dan syarat-syaratnya.
Berdasarkan hal diatas penulis tertarik untuk menyusun sebuah makalah mengenai hal
tersebut. Penyusunan makalah dengan judul Konsep Penting Industri, Prinsip Aglomerasi dan
Orientasi Industri ini pada dasarnya ingin memperkenalkan kepada pembaca mengenai hal-hal
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah:
1. Apa yang dimaksud kawasan industri?
2. Apa saja ciri-ciri kawasan industri?
3. Apa sajakah syarat-syarat kawasan industri?
4. Apa sajakah tujuan dari pengembangan kawasan industri?
5. Apa sajakah manfaat dari kawasan industri?
6. Apa sajakah bentuk fisik kawasan industri?
7. Dimana contoh kawasan industri?
8. Apa yang dimaksud dengan zona industri?
9. Apa yang dimaksud dengan prinsip aglomerasi?
10. Apa sajakah faktor penyebab gejala aglomerasi industri
11. Apa sajakah manfaat model aglomerasi industri?
12. Apa yang dimaksud dengan kawasan berikat?
13. Apa sajakah keterkaitan penyebab adanya kawasan berikat?
14. Apa sajakah fungsi Kawasan Berikat?
15. Apa sajakah manfaat Kawasan Berikat?
16. Apa sajakah contoh Kawasan berikat?
17. Apa sajakah tujuan pembentukan kawasan berikat?
18. Apa sajakah kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah ?
19. Apa sajakah ketentuan-ketentuan dalam kawasan berikat
20. Apa sajakah contoh orientasi industri?
21. Bagaimana strategi pengembangan industri nasional?
C. Metode Penulisan
Dalam menulis makalah ini penulis menggunakan metode studi kepustakaan, yaitu metode
yang digunakan dalam pencarian data dengan mencari referensi dari buku-buku maupun
referensi dari internet.
D. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Geografi Industri
2. Untuk mengetahui tentang kawasan industri?
3. Untuk mengetahui tentang ciri-ciri kawasan industri?
4. Untuk mengetahui tentang syarat-syarat kawasan industri?
5. Untuk mengetahui tentang tujuan dari pengembangan kawasan industri?
6. Untuk mengetahui tentang manfaat dari kawasan industri?
7. Untuk mengetahui tentang bentuk fisik kawasan industri?
8. Untuk mengetahui tentang contoh kawasan industri?
9. Untuk mengetahui tentang zona industri?
10. Untuk mengetahui tentang prinsip aglomerasi?
11. Untuk mengetahui tentang faktor penyebab gejala aglomerasi industri
12. Untuk mengetahui tentang manfaat model aglomerasi industri?
13. Untuk mengetahui tentang dengan kawasan berikat?
14. Untuk mengetahui tentang keterkaitan penyebab adanya kawasan berikat?
15. Untuk mengetahui tentang fungsi Kawasan Berikat?
16. Untuk mengetahui tentang manfaat Kawasan Berikat?
17. Untuk mengetahui tentang contoh Kawasan berikat?
18. Untuk mengetahui tentang tujuan pembentukan kawasan berikat?
19. Untuk mengetahui tentang kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah ?
20. Untuk mengetahui tentang ketentuan-ketentuan dalam kawasan berikat
21. Untuk mengetahui tentang contoh orientasi industri?
22. Untuk mengetahui tentang strategi pengembangan industri nasional?
E. Manfaat Penulisan
Makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumber referensi bagi mahasiswa maupun pembaca
lainnya mengenai kawasan industri, zona industri, prinsip aglomerasi, kawasan berikat dan
orientasi industri
BAB II
PEMBAHASAN
B. Prinsip Aglomerasi
1. Pengertian aglomerasi Industri
Aglomerasi Industri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan tertentu dengan tujuan agar
pengelolanya dapat optimal.
Proses aglomerasi (pemusatan) industri keberhasilannya banyak ditentukan oleh faktor
teknologi lingkungan, produktivitas, modal, SDM, manajemen dan lain-lain.
Pada Negara-negara yang sedang mengalami aglomerasi industri, terdapat dualisme bidang
teknologi. Dualisme teknologi adalah suatu keadaan dalam suatu bidan ekonomi tertentu yang
menggunakan tehnik dan organisasi produksi yang sangat berbeda karakteristiknya. Kondisi ini
mengakibatkan perbedaan besar pada tingkat produktivitas di sektor modern dan sektor
tradisional, seperti keadaan berikut ini :
a. Jumlah penggunaan modal dan peralatan yang digunakan.
b. Penggunaan pengetahuan teknik, organisasi, dan manajemen.
c. Tingkat pendidikan dan keterampilan para pekerja.
Faktor-faktor ini menyebabkan tingkat produktivitas berbagai kegiatan sektor modern
sering kali tidak banyak berbeda dengan kegiatan yang sama yang terdapat di Negara maju.
Sebaliknya sektor tradisional menunjukkan perbedaan banyak karena keadaan sebagai berikut :
Aglomerasi primer adalah perusahaan yang baru muncul tidak ada hubungannya dengan
perusahaan lama yang sudah terdapat di wilayah aglomerasi,
Aglomerasi sekunder jika perusahaan yang baru beroperasi adalah perusahaan yang memiliki
tujuan untuk memberi pelayanan pada perusahaan yang lama.
Internal return to scale, timbul karena perusahaan memiliki skala ekonomi yang besar,
Lokalisasi ekonomi, terjadi pada satu kelompok perusahaan dalam satu industri yang sejenis
yang terletak pada lokasi yang sama,
Urbanisasi Ekonomi, timbul pada perusahaan-perusahaan dari sektor industri yang berbeda-beda
yang mengelompok di lokasi yang sama.
Hubungan antar Industri secara Fungsional dapat ditunjukkan melalui 3 hubungan, berikut ini:
c. memudahkan pemantauan dan pengawasan, terutama industri yang tidak mengikuti ketentuan
yang telah disepakati;
e. produsen pengguna fasilitas ekspor dan dari daerah pabean Indonesia lainnya.
Dokumen pelindung perpindahan (overbrengen) barang dari satu tempat ke tempat lainnya
adalah :
a. BC 2.3,
b. Bill of Lading,
c. Commercial Invoice,
d. Packing List,
Untuk pengeluaran hasil olahan yang berasal dari Pengusaha Dalam Kawasan Berikat dapat
dilakukan untuk tujuan :
a. Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB), yaitu berbentuk perseroan terbatas, yang memiliki,
mengelola, dan menyediakan sarana atau prasarana guna keperluan pihak lain. Perizinan
Penyelenggara Kawasan Berikat harus diajukan permohonan kepada Menteri Keuangan, melalui
Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Surat-surat yang harus dilampirkan adalah : surat izin usaha,
amdal, persetujuan dari instansi teknis, akta pendirian badan hukum, bukti
kepemilikan/penguasaan lokasi, NPWP, PKP, SPT tahun terakhir, peta lokasi/tempat yang
mendapat persetujuan Pemerintah Daerah, Berita Acara Pemeriksaan oleh Kantor Pelayanan Bea
dan Cukai serta pendapat DJBC;
b. Pengusaha di Kawasan Berikat (PDKB), bentuk badan hukumnya adalah perseroan terbatas,
yang melakukan kegiatan usaha pengolahan di Kawasan Berikat sebelum memulai kegiatannya,
pengusaha memberitahukan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai dalam waktu 14 hari,
tentang jenis kegiatan dan pengurus yang bertanggung jawab. Pemberitahuan yang diperlukan
dan digunakan sebagai lampiran, adalah : bukti kepemilikan/penguasaan lokasi, surat izin usaha
industri, akta pendirian badan hukum, NPWP, PKP, SPT tahun terakhir, rekomendasi
Penyelenggara Kawasan Berikat, peta tempat/lokasi, saldo awal bahan baku, bahan dalam
proses, barang jadi, barang modal dan peralatan pabrik;
c. Persetujuan Pengusaha Dalam Kawasan Berikat dapat dicabut, jika dalam jangka waktu 12
bulan berturut-turut tidak beroperasi, atau Surat Izin Usaha tidak berlaku lagi, keadaan pailit,
bertindak tidak jujur dalam usahanya, persetujuan Penyelenggara Kawasan Berikat dicabut
sehingga keberadaan Pengusaha Dalam Kawasan Berikat sudah tidak relevan lagi atau atas
permohonan sendiri.
a. Membuat pembukuan sesuai standar akuntansi, menyimpan buku, catatan selama 10 tahun;
c. Menyediakan ruangan dan sarana kerja untuk pejabat bea dan cukai yang ditugaskan di kawasan
berikat;
d. Membuat laporan 3 bulan sekali kepada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai selambat-lambatnya
tanggal 10 bulan berikutnya tentang persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang
jadi;
e. Bertanggung jawab terhadap Bea Masuk, Cukai, dan Pungutan Dalam Rangka Impor yang
terutang atas barang yang dimasukkan atau dikeluarkan dari Kawasan Berikat.
Pengeluaran barang dari Tempat Penimbunan Sementara atau Kawasan Pabean dengan
tujuan untuk ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat, dilakukan dengan menggunakan
Pemberitahuan Pabean yang diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang
mengawasi Tempat Penimbunan Berikat.
Persetujuan pengeluaran barang diberikan oleh Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai di
pelabuhan/tempat pembongkaran/penimbunan barang. Petugas Bea dan Cukai setempat akan
memeriksa persyaratan sesuai dengan ketentuan pengeluaran untuk tujuan Tempat Penimbunan
Berikat.
Jika Pengusaha di Kawasan Berikat (PDKB) / Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB) yang
merangkap sebagai PDKB/Pengusaha Pada Gudang Berikat (PPGB)/Penyelenggara Gudang
Berikat (PGB) yang merangkap sebagai PPGB dan Penyelenggara Entreport untuk Tujuan
Pameran (PETP).
D. Orientasi Industri
1. Dalam menentukan lokasi industri ada beberapa orientasi industri diantaranya adalah:
a. Berorientasi pada bahan baku (mentah)
Bahan baku mudah rusak atau susut
Pengangkutan bahan baku lebih mahal daripada barang jadi
Volume bahan baku lebih berat daripada produk yang dihasilkan.
Contoh: industri semen, industri susu, minyak, air mineral, dan sebagainya.
b. Berorientasi pada tenaga kerja
Membutuhkan tenaga kerja yang banyak
Banyak memerlukan keterampilan atau skill.
Contoh: industri konveksi, tekstil, ukiran, anyaman, batik, dan sebagainya.
c. Berorientasi pada pemasaran (pasar)
Biaya angkut barang jadi lebih mahal daripada bahan mentah
Produk yang dihasilkan mudah rusak dan tidak tahan lama
Memerlukan pemasaran yang luas.
Contoh: industri kaca, industri makanan, industri minuman.
d. Beorientasi pada sumber energi
Memerlukan energi yang banyak dalam proses produksi.
Contoh: peleburan bijih timah, besi, tembaga, aluminium, dan sebagainya.
Alfred Weber mengemukakan teori yang disebut teori teori lokasi yang intinya bahwa
menentukan lokasi industry harus di tempat yang resiko biaya transportasi paling minimal.
Ongkos transportasi tergantung pada bobot barang dan jarak yang ditempuh.
Asumsinya:
Penentuan lokasi industri ditempatkan pada lokasi yang paling rendah biaya transportasinya
Bila bahan mentah mengalami susut (indeks material > 1) maka ditempatkan pada lokasi bahan
mentah
Bila bahan mentah tidak mengalami susut (indeks material < 1) maka ditempatkan pada lokasi
pemasaran
Bila indeks material = 1 maka ditempatkan dimana saja.
2. Kebijakan Orientasi Industri (pengembangan industri nasional dan saratnya)
Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi,
berdampak sangat ketatnya persaingan dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan usaha.
Produk-produk hasil manufaktur di dalam negeri saat ini begitu keluar dari pabrik langsung
berkompetisi dengan produk luar, dunia usaha pun harus menerima kenyataan bahwa pesatnya
perkembangan teknologi telah mengakibatkan cepat usangnya fasilitas produksi, semakin
singkatnya masa edar produk, serta semakin rendahnya margin keuntungan. Dalam
melaksanakan proses pembangunan industri, keadaan tersebut merupakan kenyataan yang harus
dihadapi serta harus menjadi pertimbangan yang menentukan dalam setiap kebijakan yang akan
dikeluarkan, sekaligus merupakan paradigma baru yang harus dihadapi oleh negara manapun
dalam melaksanakan proses industrialisasi negaranya.
Atas dasar pemikiran tersebut kebijakan dalam pembangunan industri Indonesia harus
dapat menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia dan mampu mengantisipasi perkembangan
perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru
bagi semua negara, sehingga fokus strategi pembangunan industri pada masa depan adalah
membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik.
Dalam situasi yang seperti itu, maka untuk mempercepat proses industrialisasi, menjawab
tantangan dari dampak negatif gerakan globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia, serta
mengantisipasi perkembangan di masa yang akan datang, pembangunan industri nasional
memerlukan arahan dan kebijakan yang jelas. Kebijakan yang mampu menjawab pertanyaan,
kemana dan seperti apa bangun industri Indonesia dalam jangka menengah, maupun jangka
panjang.
Untuk menjawab dan mengantisipasi berbagai masalah, issue, serta tantangan di atas,
Departemen Perindustrian telah menyusun Kebijakan Pembangunan Industri Nasional yang telah
disepakati oleh berbagai pihak terkait, dimana pendekatan pembangunan industri dilakukan
melalui Konsep Klaster dalam konteks membangun daya saing industri yang berkelanjutan.
Sesuai dengan kriteria daya saing yang ditetapkan untuk kurun waktu jangka menengah (2005-
2009) telah dipilih pengembangan klaster industri inti termasuk pengembangan industri terkait
dan industri penunjang.
a. Tantangan yang Dihadapi Sektor Industri
Tantangan utama yang dihadapi oleh industri nasional saat ini adalah kecenderungan
penurunan daya saing industri di pasar internasional. Penyebabnya antara lain adalah
meningkatnya biaya energi, ekonomi biaya tinggi, penyelundupan serta belum memadainya
layanan birokrasi. Tantangan berikutnya adalah kelemahan struktural sektor industri itu sendiri,
seperti masih lemahnya keterkaitan antar industri, baik antara industri hulu dan hilir maupun
antara industri besar dengan industri kecil menengah, belum terbangunnya struktur klaster
(industrial cluster) yang saling mendukung, adanya keterbatasan berproduksi barang setengah
jadi dan komponen di dalam negeri, keterbatasan industri berteknologi tinggi, kesenjangan
kemampuan ekonomi antar daerah, serta ketergantungan ekspor pada beberapa komoditi tertentu.
Sementara itu, tingkat utilisasi kapasitas produksi industri masih rata-rata di bawah 70
persen, dan ditambah dengan masih tingginya impor bahan baku, maka kemampuan sektor
industri dalam upaya penyerapan tenaga kerja masih terbatas.
Di sisi lain, industri kecil dan menengah (IKM) yang memiliki potensi tinggi dalam
penyerapan tenaga kerja ternyata masih memiliki berbagai keterbatasan yang masih belum dapat
diatasi dengan tuntas sampai saat ini. Permasalahan utama yang dihadapi oleh IKM adalah
sulitnya mendapatkan akses permodalan, keterbatasan sumber daya manusia yang siap, kurang
dalam kemampuan manajemen dan bisnis, serta terbatasnya kemampuan akses informasi untuk
membaca peluang pasar serta mensiasati perubahan pasar yang cepat.
Dalam rangka lebih menyebarkan industri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,
maka investasi di luar Pulau Jawa masih kurang menarik bagi investor karena terbatasnya
kapasitas infrastruktur ekonomi, terbatasnya sumber daya manusia, serta kecilnya jumlah
penduduk sebagai basis tenaga kerja dan sekaligus sebagai pasar produk.
A. Kesimpulan
Secara konseptual Kawasan Industri merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan
industri pengolahan (manufacture) yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta fasilitas
penunjang lainnya yang disediakan oleh badan pengelola (pemerintah/swasta), sehingga para
investor atau pengusaha akan memiliki semangat untuk memasukkan modalnya di sektor
industri.
Zona Industri adalah satuan geografis sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya kegiatan
industri, baik berupa industri dasar maupun industri hilir, berorientasi kepada konsumen akhir
dengan populasi tinggi sebagai pengerak utama yang secara keseluruhan membentuk berbagai
kawasan yang terpadu dan beraglomerasi dalam kegiatan ekonomi dan memiliki daya ikat
spasial.
Aglomerasi Industri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan tertentu dengan tujuan agar
pengelolanya dapat optimal. Proses aglomerasi (pemusatan) industri keberhasilannya banyak
ditentukan oleh faktor teknologi lingkungan, produktivitas, modal, SDM, manajemen dan lain-
lain.
Kawasan berikat (bonded zone) adalah suatu kawasan dengan batas-batas tertentu di dalam
wilayah pabean Indonesia yang di dalamnya diberlakukan ketentuan khusus di bidang pabean
yaitu terhadap barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean atau dari dalam daerah pabean
Indonesia lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan bea cukai atau pungutan negara lainnya
sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor, ekspor atau reekspor (diekspor kembali).
Dalam menentukan lokasi industri ada beberapa orientasi industri diantaranya adalah:
e. Berorientasi pada bahan baku (mentah)
f. Berorientasi pada tenaga kerja
g. Berorientasi pada pemasaran (pasar)
h. Beorientasi pada sumber energi
Kebijakan dalam pembangunan industri Indonesia harus dapat menjawab tantangan
globalisasi ekonomi dunia dan mampu mengantisipasi perkembangan perubahan lingkungan
yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara,
sehingga fokus strategi pembangunan industri pada masa depan adalah membangun daya saing
sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik.
Dalam situasi yang seperti itu, maka untuk mempercepat proses industrialisasi, menjawab
tantangan dari dampak negatif gerakan globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia, serta
mengantisipasi perkembangan di masa yang akan datang, pembangunan industri nasional
memerlukan arahan dan kebijakan yang jelas. Kebijakan yang mampu menjawab pertanyaan,
kemana dan seperti apa bangun industri Indonesia dalam jangka menengah, maupun jangka
panjang.
B. Saran
Berlandaskan pengalaman negara-negara maju dalam mengembangkan lokasi industri baik
ditinjau dari segi effisiensi penyediaan infrastruktur, kepastian hukum dan kemananan berusaha,
menangani aspek-aspek penataan ruang maupun penanganan kasus pencemaran, dapat
disimpulkan bahwa konsep Kawasan Industri (industrial estate/industrial park) sangatlah tepat.
Mengingat bidang usaha Kawasan Industri merupakan kegiatan bussiness yang menuntut
investasi cukup besar, maka dalam pengembangannya perlu memperhatikan aspek-aspek tekno
ekonomis dan lingkungan, yaitu dengan cara merujuk kepada Pedoman Teknis Kawasan
Industri yang telah disusun Deperindag, sehingga investasi yang ditanamkan tidak idle.
Dengan mengkombinasikan Pedoman Teknis Kawasan Industri dengan faktor-faktor lingkungan
yang perlu diperhatikan dalam pengembangan baik skala regional, tapak maupun pabrik,
diharapkan dapat dikembangkan Konsep Pengembangan Kawasan Industri yang Berwawasan
Lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
http://aristyakristina.wordpress.com/2012/09/16/aglomerasi-industri/ (diakses pada tanggal 22 oktober
2014)
http://eprints.undip.ac.id (diakses pada tanggal 22 oktober 2014)
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-
BAGJA_WALUYA/GEOGRAFI_EKONOMI/Kawasan_Berikat.pdf (diakses pada tanggal 22
oktober 2014)
http://geografi-geografi.blogspot.com/2010/11/aglomerasi-dan-relokasi-industri-faktor.html (diakses
pada tanggal 22 oktober 2014)
http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.com/2013/05/pengertian-aglomerasi-
industri.html (diakses pada tanggal 22 oktober 2014)
http://kawasanberikat.com/ (diakses pada tanggal 22 oktober 2014)
http://makmunr.blogspot.com/2012/07/urgensi-penyempurnaan-ketentuan-kawasan.html (diakses
pada tanggal 22 oktober 2014)
http://matakristal.com/pengertian-dan-fungsi-kawasan-berikat/ (diakses pada tanggal 22 oktober 2014)
http://matakristal.com/pengertian-industri-orientasi-industri-dan-faktor-lokasi-industri/ (diakses pada
tanggal 22 oktober 2014)
http://nandang3678.blogspot.com/2013/06/wilayah-industri-dan-konsep-kawasan.html (diakses
pada tanggal 22 oktober 2014)
http://pinterdw.blogspot.com/2014/01/orientasi-industri.html (diakses pada tanggal 22 oktober 2014)
http://riyantinazief.wordpress.com/ekonomi/ (diakses pada tanggal 22 oktober 2014)
http://ssbelajar.blogspot.com/2013/01/kawasan-industri-dan-kawasan-berikat.html (diakses pada
tanggal 22 oktober 2014)
http://www.beacukai.go.id/index.html?page=fasilitas/tempat-penimbunan-berikat/pedoman-izin-
penetapan-tempat-sebagai-kawasan-berikat-dan-pemberian-izin-penyelenggara-kawasan-berikat-
sekaligus-pengusaha-kawasan-berikat.html (diakses pada tanggal 22 oktober 2014)
http://www.bumn.go.id/kiw/berita/360/Pengertian.Kawasan.Industri.dan.Zona.Industri (diakses
pada tanggal 22 oktober 2014)
http://www.bushindotrainingcenter.co.id/kawasan-berikat.html (diakses pada tanggal 22 oktober
2014)
http://www.modern-cikande.co.id/lang_id/artikel/perbedaan-kawasan-industri-dan-kawasan-berikat/
(diakses pada tanggal 22 oktober 2014)
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4414/isi%20handap%202.html (diakses pada tanggal 22
oktober 2014)
Tesis Aris Martopo, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kawasan Industri Palur Dan
Gondangrejo Di Kabupaten Karanganyar (Magister Perencanaan Kota dan Daerah (MPKD-
UGM Tahun 2003)