Anda di halaman 1dari 49

BABI

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan meningkatnya persamgan diantara indutri manufaktur


dalam mencapai tujuan utama semua perusahaan yaitu memperoleh keuntungan
yang maksimal tetapi dengan faktor produksi yang paling minimum. Persaingan
ini menjadi sangat ketat disebabkan banyaknya industri yang sejenis atau
perusahaan yang bergerak dalam bidang industri yang sama sedangkan pangsa
pasar terbatas atau konsumen yang cenderung itu-itu saja.

Disamping ingin mencapai tujuan yang sama semua perusahaan berharap


akan dapat berumur panjang dan selalu berkembang mencapai kemajuan yang
paling maksimal. Oleh karena itu semua perusahaan manufaktur dituntut untuk
selalu dapat memenuhi semua kebutuhan konsumen sesuai dengan bidang
usahanya masing-masing terutama dalam hal kualitas barang yang baik serta
waktu penyelesaian yang produksi dan pengiriman yang cepat.

Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumennya tersebut,


perusahaan manufaktur akan dihadapkan pada berbagai masalah terutama
terbatasnya faktor-faktor produksi seperti bahan baku (material), mesin, metode
metode yang digunakan dalam proses produksi, modal dan sumberdaya manusia,
oleh sebab itu semua faktor-faktor produksi tersebut hams dikelola melalui
manajemen perusahaan yang baik yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling).

Tetapi meskipun kebutuhan konsumen hams terpenuhi, semua perusahaan


manufaktur juga hams memperhitungkan kapasitas produksi yang paling
minimum dan maksimum dengan segala keterbatasan faktor-faktor produksi
dalam setiap proses produksi.
Diantara faktor-faktor produksi tersebut di atas yang paling erat
hubunganya dengan kapasitas produksi adalah mesin-mesin, karena mesin
merupakan investasi perusahaan yang paling mahal. Oleh karena itu perhitungan
penambahan atau pengurangan mesin sangat diperlukan disamping karena
terbatasnya umur ekonomis suatu mesin dan efisiensi biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan untuk pengadaan, pemakaian dan pemeliharaan mesin
mesin tersebut.

Dari uraian di atas, semakin j elaslah bahwa perencanaan kapasitas untuk


menentukan penambahan mesin di perusahaan manufaktur memiliki peranan yang
sangat penting dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Masalah perencanaan kapasitas untuk menentukan penambahan mesm


akan dialami semua perusahaan termasuk Tjakra Tailor yang merupakan salah
satu perusahaan perorangan yang bergerak dibidang produksi pakaian jadi. Proses
produksi pada Tjakra Tailor berfokus pada proses (intermittent process). Hal ini
dapat terlihat dari banyaknya variasi produk, pekerjaan berdasarkan pesanan
(order), volume rendah, tenaga kerja memiliki keahlian khusus serta peralatan
yang sifatnya multifungsi.

Perusahaan yang berlokasi di jalan Saparako Tengah No 26. Majalaya ini


merupakan perusahaan perorangan yang sampai saat ini masih terns berkembang.
Tentu saja perusahaan ini juga berupaya meningkatkan kapasitas produksinya
dalam rangka meningkatkan keuntungan perusahaan.

Fenomena yang menjadi pusat perhatian pada perusahaan Tjakra Tailor


saat ini adalah adanya gej ala terbatasnya kapasitas alat produksi, dalam hal ini
mesin jahit, khususnya untuk memenuhi permintaan pada masa peak season serta
belum adanya pengukuran kapasitas pada saat peak season terlibat dari
mundumya waktu penyelesaian penjahitan menjadi kurang lebih empat kali lebih
lama dari waktu standamya. Tjakra Tailor tidak pemah secara langsung menolak
permintaan pelangganya namun menjelaskan kemungkinan lama waktu
penyelesaian setiap ordernya. Sehingga pelanggan diberi kebebasan untuk
memutuskan sendiri apakah akan tetap menjahit pada Tjakra Tailor atau tidak.
Apabila perusahaan tidak mampu menyesuaikan kapasitas produksinya
dengan tingkat permintaan maka perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan lebih. Oleh karena itu, perencanaan kapasitas yang
dilakukan secara sistematis merupakan hal penting bagi perusahaan.

Dengan latar belakang seperti diuraikan di atas, penulis tertarik untuk


mengadakan penelitian untuk mengetahui bagaimana keputusan kapasitas yang
terbaik bagi perusahaan tersebut dengan menggunakan pendekatan sistematis pada
perusahaan Tjakra Tailor. Oleh karena itu, penelitian ini diberi judul "Analisa
Perencanaan Kapasitas untuk Menentukan Penambahan Mesin di
Perusahaan Tjakra Tailor Majalaya".

1.2 lndentifikasi Masalah

Setiap perusahaan baik besar maupun kecil selalu berusaha menjalankan


operasi perusahaannya secara efektif dan efisien. Hal ini harus selalu dilakukan
perusahaan untuk tetap menjaga kelangsungan hidupnya. Perusahaan juga hams
memperhatikan kelancaran proses penyelesaian produk yang akan diberikan
kepada konsumen .

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan masalah


sebagai berikut:

1. Metode apa yang digunakan dalam merencanakan kapasitas untuk


menentukan penambahan mesin di perusahaan Tjakkra Tailor

2. Masalah apa yang muncul dari metode yang telah digunakan oleh
perusahaan Tjakra Tailor dalam merencanakan kapasitas untuk
menentukan penambahan mesin

3. Alternatif apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas


produksi
1.3 Mak.sudDan Tujuan Penelitian

Mak.sud dilakukanya penelitian ini adalah untuk memperoleh data-data


dan informasi yang akan digunakan untuk penyusunan skripsi sebagai salah satu
syarat untuk menempuh sidang sarjana Program Studi manajemen Fakultas Bisnis
dan Manajemen Universitas Widyatama.

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Metode apa yang digunakan dalam merencanakan kapasitas untuk


menentukan penambahan mesin di perusahaan Tjakra Tailor

2. Masalah apa yang muncul dari metode yang telah digunakan oleh
perusahaan Tjakra Tailor dalam merencanakan kapasitas untuk
menentukan penambahan mesin

3. Alternatif apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas


produksi

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi:

1. Penulis

Untuk menambah pengetahuan dalam bidang manajemen operasi,


membandingkan antara teori yang didapat dalam kuliah dengan
penerapanya di perusahaan.

2. Perusahaan

Diharapkan dapat memberi masukan bagi perusahaan sebagai bahan


pertimbangan untuk memperbaiki atau meningkatkan kapasitas produksi
dan keuntungan perusahaan.
3. Civitas akademika

Diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber masukan, sumbangan pikiran


dan informasi mengenai pentingnya perencanaan kapasitas dalam
melakukan suatu usaha.

1.5 Kerangka Penelitian

Perusahaan bertujuan untuk dapat memperoleh laba yang maksimal, salah


satu caranya ialah meningkatkan hasil produksi. Produksi yang maksimal dapat
diperoleh apabila semua faktor baik ekstemal maupun internal berjalan dengan
semestinya. Kendala yang biasa terjadi yang dapat menghambat proses produksi
salah satu diantaranya ialah kurang terencananya kapasitas yang tersedia. Hal ini
akan mengambat operasional dalam perusahaan.

Perencanaan kapasitas sebagai bagian dari perencanaan operasional secara


keseluruhan, memegang peranan yang sangat penting dalam rangka memenuhi
tujuan perusahaan. Oleh sebab itu paling tidak terdapat tiga fungsi perencanaan
kapasitas yaitu: (1) membangun sumber daya produksi secara keseluruhan, (2)
mempengaruhi biaya dan kompetisi, (3) menentukan kapan dan bagaimana
meningkatkan kapasitas. (M.S. ma'arif & H. Tandjung, 2003:238)

Kapasitas dalam kaitanya dengan manajemen operasi didefinikasikan


sebagai jumlah output (produk) maksimum yang dapat dihasilkan suatu fasilitas
produksi dalam suatu selang waktu tertentu.

Dalam kaitannya dengan definisi di atas maka perencanaan kapasitas


berusaha untuk mengintegrasikan faktor-faktor produksi untuk meminimalisasi
ongkos fasilitas produksi. Dengan kata lain, keputusan-keputusan yang
menyangkut kapasitas produksi hams mempertimbangkan faktor-faktor ekonomis
fasilitas produksi tersebut, termasuk didalamnya efisiensi dan utilitasnya. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kapasitas efektif ialah rancangan
produk, kualitas bahan yang digunakan, sikap, dan motivasi tenaga kerja,
perawatan mesin/fasilitas, serta rancangan pekerjaan.
Dalam jangka pendek, perencanaan kapasitas digunakan untuk pengendalian
produksi, yaitu untuk melihat apakah pelaksanaan produksi telah sesuai dengan
rencana yang telah diterapkan. Perencanaan kapasitas jangka pendek ini dilakukan
dalam jangka waktu harian sampai dengan satu bulan ke depan. (Hendra
Kusuma.2002.114)

Dalam jangka menengah, perencanaan kapasitas digunakan untuk melihat


apakah fasilitas produksi akan mampu merealisasikanjadwal induk produksi yang
telah ditetapkan. Proses disagregasi telah menghasilkan suatu jadwal induk
produksi yang "kasar". Dengan menggunakan teknik perhitungan kapasitas, maka
jadwal tersebut dievaluasi sehingga diperoleh jadwal induk produksi yang lebih
realistis. Hubungan secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 1.1. kurun
waktu perencanaan yang dicakup ialah satu bulan sampai satu tahun ke muka. Isu
isu dalam perencanaan tahap ini ialah perlunya tambahan tools, perlunya lembur,
perlunya shift kerja tambahan, perlunya dilakukan subkontrak, atau penjadwalan
pekerjaan yang lebih ketat.

Dalam jangka panjang (1-5 tahun ke depan) perencanaan kapasitas


digunakan untuk merencanakan ekonomi fasilitas produksi. Isu-isu penting dalam
perencanaan kapasitas jangka panjang ini ialah fasilitas yang akan dibangun, jenis
mesin yang akan dibeli, atau juga produk-produk baru yang akan dibuat.

Proses perencanaan kapasitas dimulai mencari tingkat kapasitas yang ada


saat ini. Setelah diketahui, maka langkah-langkah yang harus dilakukan
selanjutnya menurut Krajewski dan Rizman adalah (Krajewski dan Rizman
1999;311).

Seandainya kapasitas diasumsikan sebagai jumlah mesin yang ada dalam


suatu operasi, maka untuk menentukan kebutuhan kapasitas (jumlah mesin yang
dibutuhkan) Kedepannya dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
(Krajewski dan Rizman ,1999;311)
Bila Produk yang dihasilkan hanya satu jenis:

Dimana:

M = jumlah mesin yang dibutuhkan

D= jumlah permintaan yang diperkirakan pertahun

p= waktu proses perjam per unit

N= jumlah jam kerja mesin pertahun

C= capacity cushion yang diinginkan

Sedangkan bila produk yan dihasilkan lebih dari satu jenis maka rumus
yang digunakan adalah:

Dimana:

Q= jumlah unit tiap lot

S= waktu set up per jam per lot

Dalam mengevaluasi altematif, evaluasi secara kuantitatif terutama


memperhatikan masalah yang berkaitan dengan dampak perusahaan secara keseluruhan.
Sedangkan secara kuantitatif evaluasi lebih terf okus pada besar
keuntungan yang akan diperoleh bila suatu alternative diterapkan. Besarnya
keuntungan ini biasanya diperoleh dengan cara menghitung

Gambar 1.1

Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada bagan
berikut ini.

Perusahaan Kepuasan konsumen

I Terpenuhinya kebutuhan I

,,
~~--O_p_e_r_a_s1_o_n_a_
-1-_-~-~ Perencanaan produk I 4'- P_e_rm
n__
t_ia_an .

Faktor Produksi Pemenuhan Kebutuhan


~ Konsumen ~

i
KeterbatasanF aktor
Produksi
I Kapasitas Produksi
I
l
I Jumlah Mesin

MetodePerencanaan
Kapasitas

Alternative Metode
Perencanaan Kapasitas

+
Penetapan Alternative
Metode Terbaik

Sumber: Penulis

1.6 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis


menggunakan metode deskriptif. Menurut M. Nazir (2003;54), metode deskriptif
yaitu :

"Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu


objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemlkiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang."
Untuk memperoleh informasi dalam penyusunan skripsi mi, diperlukan
berbagai data, yaitu :

1. Data Primer, data yang diperoleh dari studi lapangan dan studi literature yang
berhubungan dengan sistem persediaan suatu perusahaan.

2. Data sekunder, data yang diperoleh dari studi literature dan dimaksudkan
untuk mendukung kebenaran data primer.

Adapun beberapa sumber untuk memperoleh data-data di atas, diantara


lain sebagai berikut :

1. Penelitian Kepustakaan (library research)

Yaitu dengan mencari, mengumpulkan, mempelajari buku-buku dan literature


lain yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, guna memperoleh data
sekunder yang akan dijadikan landasan teori dalam penulisan skripsi ini.

2. Penelian Lapangan (field research)

Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan langsung ke perusahaan


yang menjadi objek penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan dan
dapat mengamati secara jelas kondisi yang ada pada perusahaan tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan cara :

a. W awancara
Merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi dengan
tanya jawab secara langsung pada orang yang mengetahui tentang objek
penelitian.

b. Pengamatan (observasi)

Suatu cara untuk memperoleh data atau informasi dengan melakukan


penelitian secara langsung atas dokumen-dokumen serta sistem atau cara
kerja para pegawai yang ada.

1.7 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh ujian
Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen pada Fakultas Bisnis dan
Manajemen Universitas Widyatama, maka dilakukan suatu penelitian untuk
mengumpulkan data sebagai bahan masukan dalam rangka penyusunan karya
ilmiah ini.

Adapun penelitian ini dilakukan pada salah satu perusahaan perorangan


yaitu Tjakra Tailor yang terletak di Jl. Saparako Tengah No 26 Majalaya. Waktu
penelitian dilakukan mulai bulan Desember 2007 sampai dengan selesai.
BAB II TINJAUAN

PUSTAKA

2.1 Manajemen Operasi

2.1.1 Pengertian Manajemen

Ada beberapa pengertian manajemen yang dikemukakan oleh para ahli,


sebagai berikut:

Pengertian manajemen oleh Malayu S.P. Hasibuan (2003;2) yaitu:

"Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan


sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien
untuk mencapai suatu tujuan tertentu",
Pengertian manajemen menurut Andrew F. Sikula dalam buku
Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah oleh Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan
(2003;2) yaitu :

"Manajemen tn general refers to planning, organizing, controling,


staffing, motivating, communicating, and decision making activities performed
by any organization in order to coordinate the varied resources of the enterprise
so as to bring an efficient creation of some product or service. "

Artinya:

Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan,


pengorgarusasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi,
dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan
untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan
sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.
Pengertian manajemen menurut G.R.Terry dalam buku Manajemen
Dasar, Pengertian, dan Masalah oleh Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan (2003;2)
yaitu :

"Manajemen is a distinct process consisting of planning, organizing,


actuating, and controlling performed to determine and accomplish stated
objectives by the use of human being and other resources."
Artinya:

Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

2.1.2 Pengertian Operasi

Istilah operasi sering digunakan oleh suatu organisasi yang menghasilkan


keluaran atau output, baik yang berupa barang dan jasa. Pengertian operasi secara
tersendiri berdasarkan pendapat seorang ahli adalah sebagai berikut:

"Operasi atau operation ialah kegiatan untuk mengubah masukan


(yang berupa Faktor-faktor produksi atau operasi) menjadi keluaran
sehingga lebih bermanfaat dari pada bentuk aslinya."
Sedangkan menurut Roger G. Schroeder (2007 :3), mengatakan bahwa:

"Operation is responsible for supplying the product or service of the


organization "

Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan


bahwa pengertian operasi merupakan kegiatan yang mengubah bentuk dengan
menciptakan atau menambah manfaat suatu barang atau jasa yang akan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga nilai atau manfaatnya lebih tinggi
dari bentuk aslinya.

2.1.3 Pengertian Manajemen Operasi


Didalam melakukan proses produksi diperlukan sekali manajemen yang
baik, hal ini bertujuan untuk melakukan pengaturan ataupun pengawasan proses
produksi agar sesuai dengan standar yang telah dibuat, baik kesesuaian standar
proses produksi maupun kesesuain standar dari produk yang telah dihasilkan.

Sofjan Assauri (2004; 12) berpendapat bahwa :

"Manajemen produksi atau operasi adalah proses pencapaian dan


pengutilisasian sumber-sumber daya untuk memproduksi atau menghasilkan
barang atau jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan dan
sasaran organisasi".

Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001;14) mengeukakan tentang


manajemen operasional sebagai berikut:

"Operation management (OM) is the set of activities that cretes goods


and service by transforming input into outputs".
Artinya:

"Manajemen operasional merupakan satu set aktivitas yang menghasilkan barang


danjasa dengan mengubah masukan menjadi keluaran".

Dari beberapa pengertian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa


manajemen operasional adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang mengatur dan
mengkoordinasikan penggunaan sumber daya sehingga dapat menambah
kegunaan atau nilai suatu barang dan jasa melalui perubahan dari masukan
menjadi keluaran

2.1.4 Konsep Manajemen Operasi

Manajemen Operasi (MO) adalah bagian dari manajemen, dan merupakan


salah satu fungsi dari fungsi-fungsi utama manajemen. Oleh karena itu, teori-teori
manajemen umum seperti planning, organizing, staffing, leading dan controlling
menjadi dasar dalam pembahasanya. Definisi MO sendiri menurut beberapa ahli
antara lain:
"Operations management is the set of activities that creates gaads and
services by transforming inputs into outputs" (Heizer dan Render, 2001:4)
"... the term operations management refers to the direction and control
of the processes that transform input into finished goods and sevices"
(Krajewski dan Ritzman. 1999:3)
"Operations is responsiblefor supplying the product or service of the
organization. Operations managers make decisions regarding the operations
function and its connection with oderfunctions. The operations managers plan
and control the production system and its interfaces within the organization and
with the external environment. " (Roger G.Schroeder,2000:5)

Secara ringkas definisi manajemen operasi adalah manajemen yang


mengatur proses transformasi masukan agar menjadi keluaran baik yang berupa
barang dan atau jasa.

2.2 Pengertian Produksi

Sedangkan produksi merupakan faktor penting dalam suatu perusahaan


dan merupakan salah satu kegiatan pokok untuk mempertahankan kelangsungan
hidup perusahaan. Produksi itu sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan dalam
menciptakan atau menambahkan kegunaan pada suatu barang ataujasa

Menurut Heizer dan Render (2001;2), pengertian produksi yaitu;

"Penciptaan barang dan jasa"

Yang dimaksud dengan penciptaan barang dan jasa disini adalah membuat
suatu barang yang nyata wujudnya oleh perusahaan manufaktur dan penciptaan
produk jasa yaitu tidak memproduksi barang secara nyata dan fungsi produksinya
mungkin tidak terlalu terlihat.

Sedangkan menurut Sofjan Assauri (2004;2), pengertian produksi adalah:

"Produksl merupakan proses yang mengubah masukan-masukan


(inputs) dan menggunakan sumber-sumber daya untuk menghaslkan
keluaran-keluaran (outputs), yang herupa barang dan jasa."
Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa produksi adalah proses
menciptakan barang dan jasa atau proses mengubah input menjadi output dengan
penambahan kegunaan dan manfaat dari suatu barang dan jasa melalui suatu
proses perubahan bentuk. Untuk dapat melaksanakan proses produksi tersebut
secara efisiensi perlu adanya suatu manajemen yang biasa disebut manajemen
produksi.

2.2.1 Pengertian Manajemen Produksi

Untuk menjelaskan pengertian manajemen produksi, Penulis mengutip


beberapa pendapat dari para pakar sebagai berikut:

Menurut Hani Handoko (2000;3),bahwa:

"Manajemen produksi dan operasional adalah usaha-usaha


pengelolaan secara optimal penggunaan sumber-sumber daya (faktor-faktor
produksi) yaitu tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah dan
sebagainya dalam proses tranformasinya bahan mentah dan tenaga kerja
menjadi berbagai produk dan jasa."

Sedangkan menurut Sofjan Asauri (2004;12), berpendapat bahwa:

"Manajemen produksi dan operasi merupakan kegiatan untuk


mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya yang
berupa sumber daya manusia, sumber daya alat sumber daya dana serta
bahan, secara efektif dan efisien, untuk menciptakan dan menambahkan
kegunaan (utility) suatu barang atau jasa,"

Jadi manaj emen produksi dibutuhkan untuk mengatur dan


mengkoordinasikan faktor-faktor produksi, yaitu manusia, dana, mesin dan bahan,
yang semuanya itu bertujuan untuk menhasilkan barang dan jasa secara efesien
melalui keahlian (skill).

2.2.2 Peranan Manajemen Operasi Dalam Perusahaan


Dari konsep manajemen operasional yang telah di sebutkan sebelumnya
secara sederhana dapat di ketahui denganjelas bahwa peranan manajemen operasi
dalam suatu perusahaan atau organisasi terutama adalah untuk mengatur
bagaimana proses membuat produk atau jasa. Oleh karena itu dalam penerapannya
para manajer operasi di harapkan untuk dapat membuat keputusan-keputusan yang
tepat berkaitan dengan kegiatan tersebut agar proses produksi dapat berjalan
secara efektif dan efisien. Keputusan-keputusan itu meliputi: Desain produk dan
jasa; Manajemen kualitas; desain proses dan kapasitas; Strategi lokasi; Desain tata
letak; Job design; Manajemen rantai pasokan, Manajemen persediaan, dan
pemeliharaan (maintenance). (Heizer dan Render,2001,8).

Sementara secara terinci menurut Lee J. Krajewski dan Larry


P.Ritzman peranan manajemen operasional dalam organisasi adalah (Krajewaki
dan Ritzman 1999:16-17)

1. Manajemen operasional sebagai sesuatu yang sangat penting dalam


hubungan intrafungsional (Interfuctional Imperative).

Gambar 2.1. memperlihatkan adanya keadaan yang saling tumpang tindih


antara tiap area fungsional, keadaan yang tumpang tindih ini menunjukan
bahwa setiap keputusan yang diambil pada suatu area fungsional akan
mempengaruhi dan di pengaruhi oleh keputusan yang di ambil pada area
fungsional lainnya.

Marketing

F inance
Diagram : 2.1 : hubungan antar fungsi

Dari gambar di atas juga terlihat bahwa fungsi operasional adalah satu
satunya area fungsional yang berpotongan dengan semua area fungsional lainya.
Hal ini berarti fungsi operasional berperan sebagai penghubung diantara fungsi
fungsi yang ada, dan menjadi sangat penting karena keputusan-keputusan yang
dibuat fungsi operasional dipengaruhi dan akan mempengaruhi keputusan di
fungsi-fungsi lainya. Contohnya dalam mendesain suatu produk dan jasa, manajer
operasional harus mengetahui produk barang dan jasa apa saja yang dibutuhkan
konsumen, untuk itu butuh dilakukanya suatu penelitian pasar (market research)
yang dilakukan oleh fungsi marketing, penentuan desain pekerjaan dan kapasitas
produksi membutuhkan pengetahuan mengenai ketenagakerjaan dan kondisi
keuangan yang keduanya sangat melibatkan keputusan dari sumber daya manusia
dan fungsi keuangan. Begitu pula dengan feedback yang dilakukan oleh fungsi
accounting dapat memperlihatkan bagaimana kinerja terhadap keputuan
keputusan yang ditetapkan oleh manajer operasi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa agar perusahaan dapat mencapai


tujuanya, perlu dilakukan suatu koordinasi lintas fungsional (cross-functional
coordination) dimana setiap fungsi didalam organisasi saling memberikan
informasi dan berkoordinasi satu sama lain untuk dapat membuat keputusan yang
baik pada akhimya akan mewujudkan tujuan organisasi. Dan dari gambar di atas
terlihat bahwa fungsi operasi merupakan fungsi penghubung untuk terciptanya
koordinasi lalu lintas fungsional tersebut.

2. Manajemen operasional sebagai senjata dalam persamgan (competitive


weapon)

Definisi dari manajemen operasi sebagaimana yang telah disebutkkan


sebelumnya mengandung arti bahwa MO bertanggung jawab untuk membuat
produk dan jasa. Namun sekedar membuat produk dan jasa tidak cukup untuk
dapat mencapai tujuan perusahaan, manaj er operasi harus mengetahui bagaimana
membuat produk atau jasa yang memiliki kelebihan dan keunggulan dengan harga
yang lebih terjangkau oleh konsumen dibandingkan produk atau jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan lain.

Kemampuan MO untuk membuat barang atau jasa yang superior dengan


harga yang lebih rendah inilah yang kemudian menjadikan MO sebagai senjata
bagi perusahaan untuk menghadapi persaingan dengan perusahaan lainya.

Untuk mewujudkan barang dan jasa tersebut perusahaan menghadapi masalah


penyediaan faktor-faktor masukan, antara lain seperti peralatan dan mesin-mesin
yang dibutuhkan. Hal ini sangat besar kaitanya dengan masalah penentuan dan
perencanaan kapasitas.

2.3 Perancanaan Kapasitas

Perencanaan kapasitas memiliki peranan yang sangat sentral untuk


mewujudkan tujuan perusahaan dalam jangka panjang. Hal ini disebabkan karena
perencanaan kapasitas akan menentukan seberapa besar tingkat keluaran yang
mampu dihasilkan oleh perusahaan untuk memenuhi permintaan pasar. Bahkan
menurut M.S. Ma'arfi dan H. Tandjung paling tidak terdapat tiga fungsi

perencanaan kapasitas yaitu: (1) membangun sumber daya produksi secara


keseluruhan, (2) mempengaruhi biaya dan kompetisi, dan (3) menentukan kapan
dan bagaimana meningkatkan kapasitas (M.S. Ma'arif dan H. Tandjung,
2003:238)

Perencanaan kapasitas yang melibatkan investasi pada penambahan


peralatan barn, dikategorikan pada perencanaan kapasitas jangka panJang,
biasanya direncanakan untuk memenuhi kapasitas setidaknya untuk 3 tahun
kedepan. Sedangkan perencanaan kapasitas berupa panambahan tenaga kerj a,
upah lembur, maupun tingkat persediaan, dikategorikan pada perencanaan
kapasitas jangka pendek (Krajewski & Ritzman, 1999:301).

Menurut Krajewski dan Ritzman dalam membuat suatu perencanaan


kapasitas, manajer operasi hams memperhatikan tiga aspek strategi yang
berhubungan dengan perencanaan kapasitas, menentukan ukuran capacity
cushions, menentukan waktu dan ukuran ekspansi, serta menghubungkan
kapasitas dengan keputusan-keputusan operasional lainnya. (Krajewski &
Ritzman, 1999:307-310).

1. Menentukan Ukuran Capacity Cushions

Capacity cushions adalah tingkat kapasitas menganggur (cadangan) yang


diterapkan perusahaan untuk dipergunakan apabila sewaktu-waktu terjadi
peningkatan permintaan secara tiba- tiba.

Capacity cushions= 100% - Tingkat utilisasi(%)

Dalam suatu perusahaan sebaiknya rata-rata tingkat utilisasi tidak terlalu


mendekati 100%. Karena ketika hal terse but terjadi, biasanya itu merupakan tanda
untuk segera meningkatkan kapasitas atau mengurangi penerimaan order untuk
menghindari terjadinya penurunan produktifitas. Namun demikian tingkat cushion
antara satu perusahaan dengan lainnya tidaklah baku, dalam artian dalam
penetapan suatu capacity cushion akan sangat tergantung dari jenis usaha dan pola
kegiatan di masing-masing perusahaan. Untuk perusahaan yang bersifat padat
modal dengan peralatan yang harganya sangat mahal, biasanya capacity cushion
yang diterapkan kecil (dibawah 10% ), hal ini dimaksudkan agar pengembalian
modal dapat lebih cepat. Sebab kapasitas yang menganggur juga menyebabkan
biaya, dan pada perusahaan yang padat modal, meminimalkan biaya merupakan
hal sangat vital.

Sedangkan penerapan capacity cushion dalam jumlah besar biasanya


diterapkan pada usaha yang tingkat permintaannya bervariasi, seperti halnya
industry-industri jasa (co/ penjahitan, supermarket). Adanya ketidakpastian sup lay
dimasa yang akan datang dan tingginya persaingan juga merupakan pertimbangan
untuk menerapkan capacity cushion dalam jumlah yang besar.

2. Menentukan Waktu dan Ukuran Ekspansi.

Masalah lain yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan kapasitas


adalah kapan seberapa besar ekspansi harus dilakukan.

Ekspansi atau peningkatan kapasitas dilakukan sebagai upaya mengantisipasi


permintaan terhadap volume dan kapasitas produksi. Ekspansi
merupakan tujuan strategi perusahaan untuk berkembang pada masa yang akan
datang. Dalam melakukan ekspansi, perhitungan biaya eksansi yang ditempuh
merupakan strategi yang benar.

Menurut Krajewski dan Ritzman setidaknya terdapat dua jenis strategi


yang ekstrim, yaitu: Strategi ekspansionis dan strategi wait and see. Dalam
strategi ekspansionis maka perusahaan senantiasa menerapkan strategi dimana
kapasitas yang direncanakan naik secara bertahap, tidak sering dan selalu melebihi
nilai permintaan, sedangkan pada strategi wait and see penambahan kapasitas
dilakukan seiring dan sesuai dengan penambahan permintaan sehingga
penambahan kapasitas yang dilakukan sering dengan jumlah yang tidak besar.
(Krajewski & Ritzman, 1999:307-310).

Strategi ekspansionis merupakan suatu strategi yang agresif yang mana


kapasitasnya selalu di atas permintaan, memiliki keuntungan yang antara lain,
mampu mengurangi resiko hilangnya kesempatan penjualan (sales lost) yang
diakibatkan keterbatasan kapasitas, menciptakan skala ekonomis yang dapat
menurunkan biaya produksi dan lebih mampu melakukan persaingan harga.
Namun tanpa perhitungan yang cermat dan peramalan yang baik, strategi ini
beresiko menyebabkan membludaknya kapasitas menganggur (overcapacity) yang
justru akan menyebabkan kerugian pada perusahaan karena besamya biaya yang
ditimbulkan dari kelebihan kapasitas tersebut.

peramalan jumlah
kapasitas menganggur kapasitas yang
yang direncanakan dibutuhkan
peramalan
jumlah kapasitas

/0-- yamg dibutuhkan

I
- - - J
---~
I penggunaan
strategi j angka
pendek yang telah
direncanakan

waktu waktu
a. strategi b. strategi wait and
ekspansionist see
Sumber: Krajewski dan Ritzman, 1999:309
Diagram 2.2: AlternatifStrategiKapasitas

Strategi wait and see yang cenderung konservatif dan bersifat menunggu
cenderung lebih aman dan tidak mengalami resiko terjadinya kelebihan kapsitas
menganggur, karena penambahan kapasitasnya menunggu penambahan
permintaan. Namun strategi ini menyebabkan perusahaan menjadi tidak
responsive terhadap penambahan permintaan dalam jumlah yang sangat besar
sehingga resiko terjadinya kehilangan kesempatan penjualan (sales lost) sangat
besar, dan jika persaingan sangat ketat perusahaan pun kemungkinan kesulitan
untuk dapat merebut pasar.

Strategi lain yang dapat dipertimbangkan dalam melakukan perencanaan


kapasitas sebagaimana dikemukakan russel dan tylor antara lain (Russel & Tylor,
1998:502):

1). Average capacity strategy

2). Incremental versus one-step expansion.

one stop
capacity

.-.!.l .-.!.l
demand
demand

Time Time

Sumber: Roberta S. Russel dan Bernard M. TaylorIII, 1998:501

Diagram 2.3: AlternatifStrategiKapasitas

Average Capacity strategy merupakan strategi dimana kapasitas yang


direncanakan kadang melebihi dan kadang berkurang dari permintaan pasar. Penyesuaian
kapasitas diusahakan mendekati nilai rata-rata permintaan pasar. Incremental Vs One-
step Ekspansion merupakan strategi dimana peningkatan
kapasitas direncanakan bertahap dibandingkan dengan perencanaan kapasitas
yang cukup satu kali saja, tapi peningkatannya sangat besar.

3. Menghubungkan Kapasitas dengan Keputusan Lainnya.

Dalam melakukan suatu perencanaan kapasitas sudah sepatutnya masukan


dan keputusan-keputusan yang telah diambil oleh fungsi lain yang berada didalam
organisasi dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Hal ini erat kaitannya dengan
area fungsional Operasi yang mana keputusannya akan sangat mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh fungsi lainnya yang ada di dalam perusahaan. Beberapa contoh
keterkaitannya kapasitas dengan keputusan pada area fungsional lainnya yaitu:

Prioritas pada Persaingan. Perubahan keputusan yang memprioritaskan


persaingan untuk dapat mempercepat pelayanan, akan menyebabkan
dibutuhkannya tingkat capacity cushion yang lebih besar. Hal ini
dimaksudkan agar perusahaan dapat dengan cepat merespon perubahan
pasar dan mengatisipasi kenaikan permintaan yang tak terduga.

Manajemen Kualitas. Keputusan untuk menetapkan standar kualitas yang


tinggi akan menyebabkan diterapkannya tingkat capacity cushion yang
lebih kecil karena dengan demikian akan mampu mengurang1
ketidakpastian yang disebabkan oleh kelalaian produksi.

Padat Modal. Investasi untuk penerapan teknologi baru yang mahal akan
menyebabkan proses produksi lebih padat modal dan memaksa perusahaan
untuk memperkecil capacity cushion untuk mempercepat pengambilan
investasi.

Fleksibilitas Sumber Daya. Adanya penggunaan sumber daya-sumber daya


yang kurang fleksibel mengharuskan perusahaan untuk memperbesar
capacity cushion untuk mengkompensasi bila sewaktu-waktu dibutuhkan
peningkatan produksi.

Inventory. Bila perusahaan menerapkan kebijakan untuk memperkecil


tingkat persediaan, maka untuk menjaga kestabilan keluran perusahaan
hams mengkompensasinya dengan meningkatkan capacity cushion,
sehingga pada masa peak season permintaan dapat terpenuhi.

Karena keputusan mengenai kapasitas berhubungan erat dengan keputusan


pada area fungsional lainnya, maka perencanaan yang cermat sangat dibutuhkan
dan salah satu caranya adalah dengan menerapkan koordinasi lintas fungsional
(Cross-Functional Coordination) untuk menetapkan strategi kapasitas yang
bijaksana

2.3.1 Deflnisi Kapasitas

Kapasitas dalam kaitanya dengan manajemen operasi didefinikasikan


sebagai jumlah output (produk) maksimum yang dapat di hasilkan suatu fasilitas
produksi dalam suatu selang waktu tertentu. Pengertian ini hams di lihat dari tiga
perspektif agar lebihjelas yaitu:

a. Kapasitas Desain menunjukan output maksimum pada kondisi ideal di


mana tidak terdapat konflik penjadwalan, tidak ada produk yang rusak
atau cacat, perawatan hanya yang rutin, dsb

b. Kapasitas efektif. Menunjukan output maksimum pada tingkat operasi


tertentu. Pada umumnya kapasitas efektif lebih rendah dari pada
kapasitas disain.

c. Kapasitas Aktual. Menunjukan output nyata yang dapat di hasilkan


oleh fasilitas produksi. Kapasitas actual sedapat mungkin hams di
usahakan sama dengan kapasitas efektif.

Definisi kapasitas umum menurut beberapa ahli antara lain:

"Capacity is the maximum rate of output for afacility" (krajewski dan


ritzman, 1999:300)
"Kapasitas sendiri diartikan sebagai output maximum dari suatu
sistem dalam periode tertentu." (M.S. Ma'arif dan H. Tandjung, 2003:240)
N amun pada kenyataanya untuk mempermudah perhitungan perencanaan
kapasitas, maka definisi kapasitas dibedakan kedalam design/peak capacity dan
effective capacity dimana oleh beberapa ahli didefinisikan sebagai:

Design/peak capacity, menurut:

" The maximum output that process or facility can achieve under deal
condition is calledpeak capacity." (Lee J. Krajewski dan Larry P. Ritzman,
1999:302)
"the theoretical maximum output of a system in given period" ( heizer
dan Render, 2001 :252)
" Desain kapasitas diartikan sebagai output maximum yang dapat
dicapai dibawah kondisi ideal" (M.S. Ma'arif dan H. Tandjung, 2003:240)
Effective capacity, menurut:

"The maximum output that a process or firm can economically sustain


under normal conditions is effective capacity" (krajewski dan Ritzman,
1999:303)
"Capacity a firm can expect to achieve given itsproduk mix, methods of
scheduling, maintenance, and standards of quality" (Heizer dan Render,
2001:252)
"Kapasitas efektif diartikan sebagai presentase rancangan kapasitas
yang diharapkan" (M.S. Ma'arif dan H. Tandjung, 2003:240)
Dalam kaitannya dengan definisi di atas maka perencanaan kapasitas
berusaha untuk mengintegrasikan faktor-faktor produksi untuk meminimalisasi
ongkos fasilitas produksi. Dengan kata lain, keputusan-keputusan yang
menyangkut kapasitas produksi harus mempertimbangkan faktor-faktor ekonomis
fasilitas produksi tersebut, termasuk didalamnya efisiensi dan utilitasnya. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kapasitas efektif ialah rancangan
produk, kualitas bahan yang digunakan, sikap, dan motivasi tenaga kerja,
perawatan mesin/fasilitas, serta rancangan pekerjaan.

Dalam jangka pendek, perencanaan kapasitas digunakan untuk pengendalian


produksi, yaitu untuk melihat apakah pelaksanaan produksi telah sesuai dengan
rencana yang telah diterapkan. Perencanaan kapasitas jangka pendek ini dilakukan
dalam jangka waktu harian sampai dengan satu bulan ke muka. (Hendra Kusuma.
2002: 114)
Dalam jangka menengah, perencanaan kapasitas digunakan untuk melihat
apakah fasilitas produksi akan mampu merealisasikanjadwal induk produksi yang
telah ditetapkan. Proses disagregasi telah menghasilkan suatu jadwal induk
produksi yang "kasar". Dengan menggunakan teknik perhitungan kapasitas, maka
jadwal tersebut dievaluasi sehingga diperoleh jadwal induk produksi yang lebih
realistis. Hubungan secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 1.1. kurun
waktu perencanaan yang dicakup ialah satu bulan sampai satu tahun ke muka. Isu
isu dalam perencanaan tahap ini ialah perlunya tambahan tools, perlunya lembur,
perlunya shift kerja tambahan, perlunya dilakukan subkontrak, atau penjadwalan
pekerjaan yang lebih ketat.

Dalam jangka panjang (1-5 tahun ke muka ) perencanaan kapasitas


digunakan untuk merencanakan ekonomi fasilitas produksi. Isu-isu penting dalam
perencanaan kapasitas jangka panjang ini ialah fasilitas yang akan dibangun, jenis
mesin yang akan dibeli, atau juga produk-produk baru yang akan dibuat.

2.3.2 Proses Perencanaan Kapasitas

Proses perencanaan kapasitas dimulai mencari tingkat kapasitas yang ada


saat ini. Setelah diketahui. Setelah diketahui, maka langkah-langkah yang harus
dilakukan selanjutnya menurut Krajewski dan Rizman adalah (Krajewski dan
Rizman 1999;311).

a. Menentukan kebutuhan kapasitas kedepannya.

b. Mencari gap kapasitas dengan cara membandingkan antara kebutuhan


dengan ketersediaan kapasitas

c. Membuat altematif untuk mengisi gap yang ada

c. Evaluasi tiap altematif, baik secara kualitas maupun kuantitas, dan


tentukan keputusan akhimya.

Seandainya kapasitas diasumsikan sebagai jumlah mesin yang ada dalam


suatu operasi, maka untuk menentukan kebutuhan kapasitas (jumlah mesin yang
dibutuhkan) Kedepannya dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
(Krajewski dan Rizman ,1999;311)
Bila Produk yang dihasilkan hanya satu jenis:

DP
M= C
N (1 = (10a)]
Dimana:

M= jumlah mesin yang dibutuhkan

D= jumlah permintaan yang diperkirakan pertahun

p= waktu proses perjam per unit

N= jumlahjam kerja mesin pertahun

C= capacity cushion yang diinginkan

Sedangkan bila produk yan dihasilkan lebih dari satu jenis maka rumus yang
digunakan adalah:

Dimana:

Q= jumlah unit tiap lot

S= waktu set up per jam per lot


Dalam mengevaluasi altematif, evaluasi secara kuantitatif terutama
memperhatikan masalah yang berkaitan dengan dampak perusahaan secara
keseluruhan. Sedangkan secara kuantitatif evaluasi lebih terfokus pada besar
keuntungan yang akan diperoleh bila suatu altematif diterapkan. Besarnya
keuntungan ini biasanya diperoleh dengan cara menghitung

2.4 Perhitungan Kebutuhan Kapasitas

2.4.1 Alat-Alat Analisis Dalam Perencanaan Kapasitas

Besamya biaya yang harus dikeluarkan dalam melakukan penambahan


kapasitas, mengharuskan para manajer operasi membuat suatu perencanaan
kapasitas secara baik, benar dan akurat. Sayangnya tingkat akurasi peramalan
(forecasting) akan semakin berkurang seiring dengan semakin lamanya rentang
waktu yang diperkirakan. Ditambah lagi adaanya pergerakan dari pada pesaing
akan menambah ketidakpastiaan dalam peramalan permintaan. Oleh karena iyu
dalam melakukan perencanaan kapasitas selain menggunakan peramalan
(forecasting) para manajer operasi perlu menggunakan alat-alat analisis lainnya
seperti: Decision Trees dan Waiting line models. (krajewski & Ritzman,
1999:315)

1. Decision Trees (Pohon Keputusan)

Model pohon keputusan adalah suatu model skematik dari altemative


altematif yang dibuat oleh para pengambilan keputusan, disertai pula akibat
akibat yang mungkin ditimbulkannya.

Model pohon keputusan ini amat berguna dalam mengevaluasi berbagai


alternative akspansi ketika permintaan sedang tidak pasti dan keputusan dibuat
dalam suatu rangkaian. Contohnya, suatu perusahaan melakukan ekspansi pada
tahun 1996 dan menyadari bahwa pada tahun 1999 permintaan melebihi
peramalan sebelumnnya. Maka pada kasus, keputusan berikutnya atau bahkan
membuat pabrik barn. Model pohon keputusan juga memungkinkan para manajer
untuk dapat mengatisipasi langkah-langkah yang mungkin diambil oleh pesaing.

E1[P(E1)]
payoff 1
E2[P(E2)]
payoff2
E3[P(E3)]
payoff3
Alternative 1

Alternative 3
Payoff 4

Alternative 4 payoff 5
Alternative 5 payoff 6
Alternative 2 E1[P(E1)]

payoff7

payoff 8

Q = event node

D = decision node

E1 = Event 1

P(E1) = Probability of event i

Sumber: Krajewski Dan Ritzman, 1999: 77

Diagram 2.4 : Model Pohon Keputusan


Gambar kotak (decision node), pada model pohon keputusan
merepresentasikan keputusan yang akan diambil (decision points) dari beberapa
alternatif yang ada (dipersentasikan percabangan). Lingkaran (event node) yang
ada pada akhir suatu percabangan menunjukan kemungkinan kejadian yangakan
timbul dari suatu alternatif, dimana besarnya kemungkinan (probabilitas, P(E))
yang ada pada percabangan baru, harus sama dengan satu (1,0) bila setiap
cabangnya dijumlahkan, payoff merupakan hasil (keuntungan) yang akan
diperoleh dari setiap alternatif dan kejadian yang mungkin timbul.

Untuk menentukan alternatife mana yang terbaik maka kita harus mencari
hasil (payoff) yang terbesar. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan
perhitungan yang di mulai dari kanan ke kiri dengan cara:

Pada lingkaran (event node), payoff yang diharapkan dapat diketahui


dengan cara menjumlahkan nilai yang didapat dari masing-masing cabang
didapat dengan cara mengalihkan payoff dari masing-masing cabang
dengan probabilitasnya.

Pada kotak (decision node), pilihlah alternative yang memiliki payoff


terbesar. Bila suatu alternative mengarah pada suatu kemungkinan
kejadian (event node/lingkaran), maka nilai payoffnya sama dengan nilai
payoff pada lingkaran (dengan perhitungan seperti di atas ). Kemudian
hilangkan alternatife yang memiliki payoff lebih kecil dengan cara
menandainya dengan dua garis kecil.

Proses ini akan terns dilakukan sampai kotak (decision node) paling kiri
tercapai. Untuk lebih jelasnya dapat diketahui dari contoh berikut:

Suatu perusahaan yang akan melakukan ekspansi dengan hanya


menambah fasilitas yang ada atau membuat pabrik baru. Kemungkinan terj adinya
permintaan tinggi sebesar 0,6 dan permintaan rendah 0,4. Bila perusahaan hanya
melakukan penambahan fasilitas dan ternyata permintaan tinggi, manajemen
memiliki pilihan untuk melekukan ekspansi lagi (payoffeRp270juta) atau tidak
(payoff=Rp223juta). Bila melakukan penambahan fasilitas dan ternyata
permintaan rendah maka tidak perlu untuk melakukan ekspansi
(payoff=Rp200juta). Bila perusahaan membuat pabrik barn dan temyata
permintaan rendah, perusahaan dapat saja membiarkannya (Rp40juta) atau
menstimulasi pasar dengan membuat iklan. Tanggapan dari iklan tersebut
memiliki probabilitas 0, 7 tinggi (Rp220juta), dan 0,3 sedang (Rp20juta). Dan
temyata apabila permintaanya tinggi maka perusahaan akan mendapatkan
keuntunga (payojj) sebesar Rp800juta.

Diagram Pohon Keputusanya:

Pertintaan Rendah O 6 Rp.200jt

Tdk ekspansi
Rp.223jt

Ekspansi
Rp.270jt
(Rp .270jt)
Membiarkan Rp.40jt

Rendah (0,3)
(Rp.544jt) Pasang Iklan - Rp.20jt

Tinggi (0,7)
(Rpl60jt) Rp.220jt

Permintaan Tinggi (0,6)

(Rp544jt) Rp.800jt

Diagram 2.5: Pohon Keputusan

Alternatif terbaik dapat diketahui dengan perhitungan-perhitungan yang dimulai


dari paling kana ke kiri:

Untuk event node yang berhubungan dengan pemasangan iklan, didapat


payoff sebesar Rp l 60juta yang didapat dari: [0,3(20)+0, 7(220)]

Maka payoff yang diperkirakan pada decision node 3 adalah Rpl60jt,


karena memasang iklan (Rpl60jt) lebih baik dibandingkan membiarkannya
(Rp40jt)
Payoff untuk decision node 2 adalah Rp270jt karena ekspansi (Rp270jt)
lebih baik dari pada tidak ekspansi (Rp223jt). Hilangkan altematif tidak
ekspansi dengan ditandai.

Payoff yang diperkirakan untuk event node yang berhubungan dengan


tingkat permintaan bila hanya melakukan penambahan fasilitas adalah
Rp242jt [atau 0,4(200)+0,6(270)].

Payoff yang diperkirakan untuk event node yang berhubungan dengan


tingkat permintaan bila melakukan pembangunan pabrik baru adalah
Rp544jt [atau 0,4(160)+0,6(800)].

Payoff untuk decision node 1 adalah Rp544jt karena membangun pabrik


baru (Rp544jt) lebih baik dari pada hanya menambah fasilitas (Rp242jt).
Hilangkan altematif menambah fasilitas dengan ditandai.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa altematif terbaik untuk dilakukan


adalah melakukan pengembangan pabrik baru.

2. Waiting Line Models (Model Antrian)

Suatu antrian adalah satu atau lebih "konsumen" yang sedang menunggu
untuk dilayani. Konsumen tersebut bisa berupa orang maupun objek lainnya
seperti mesin yang membutuhkan pemeliharaan, sales order yang menunggu
untuk dikeluarkan maupun barang-barang dalam persediaan yang menunggu
untuk digunakan. Suatu antrian terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara
permintaan layanan dengan kapasitas sistem untuk menyediakan layanan. Antrian
cenderung terjadi di depan suatu kegiatan, seperti: konter tiket di airport, mesin
utama atau computer pusat, karena kedatangan antara pekerjaan atau konsumen
bervariasi dan waktu proses antar satu konsumen ke konsumen lainnya juga
berbeda juga. Model antrian menggunakan distribusi probabilitas untuk
menyediakan estimasi waktu delay rata-rata antar konsumen, rata-rata panjang
antrian, dan utilisasi dari pusat kegiatan. Para manajer dapat menggunakan
informasi ini untuk memilih kapasitas yang paling efektif dari segi biaya (cost-
effective), Menyeimbangkan antara layanan pada konsumen dengan biaya yang
dikeluarkan untuk menambah kapasitas.

2.4.2 Forecasting (Peramalan)

Forecasting (peramalan) adalah suatu teknik atau metode untuk


memprediksikan mengenai keadaan dimasa depan dan digunakan untuk tujuan
perencanaan. Forecasting terhadap permintaan yang dilakukan dalam suatu
perencanaan kapasitas memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu
para manajer membuat rencana yang tepat mengenai kapan, bagaimana, dan
seberapa besar kapasitas hams ditambah. Oleh karena itu peramalan yang
dilakukan hams baik dan akurat.

Dua jenis utama metode forecasting adalah (krajewski & Ritzman


1999:497) metode kualitatif berupa Judgment methods dan metode kuantitatif
berupa casual methods dan time serias analysis. Pada judgment methods,
peramalan lebih difokuskan pada pengalaman dan pendapat para manajer dan
eksekutif dalam organisasi yang dibantu dengan melakukan survey konsumen
(pasar) untuk mendapatkan peramalan secara kualitatif.

Sedangkan pada metode kuantitatif, peramalan dilakukan berdasarkan data


historis yang ada, dimana hasil yang diperoleh akan berupa peramalan kuantitatif
untuk masa yang akan datang. Untuk melakukan peramalan ini, metode yang
dapat digunakan antara lain adalah:

A. Metode Least Square, yaitu metode yang digunakan untuk mencocokan


fungsi sekumpulan data. Metode Least Square dapat diterapkan pada tiga
macam pola data, yaitu: Pola data konstan; Pola data linier; Pola data
siklis.(Kusuma,2002:22-28)

Fungsi umum persamaan Least Square:


Dimana v' adalah fungsi peramalan yang terbentuk dari variabel waktu t. fungsi v'
tersebut cocokjika standart error of estimate (SEE) fungsi tersebut terkecil.

SSE=

Dimana:

SSE = Standart Error Of Estimate

Yt = permintaan actual pada periode ke t

y 't = permintaan hasil peramalan pada period eke t

n = jumlah data yang digunakan

f = derajat kebebasan fungsi tersebut

Metode Time Series, yaitu metode analisis yang digunakan untuk


mengidentifikasikan komponen permintaan yang mempengaruhi pola historis dari
variabel terikat dan kemudian dibuat model untuk menggambarkannya. Metode
ini berasumsi pola yang terjadi akan selalu sama. Metode-metode yang tergolong
dalam metode time series yaitu:

a. Simple Moving Averages

Metode ini biasanya digunakan untuk mengetahui rata-rata permintaan


dalam suatu rangkaian waktu. Perhitungan dengan metode ini dilakukan
dengan cara mencari rata-rata permintaan n periode dan menjadikan
hasilnya sebagai peramalan permintaan untuk periode yang akan datang.
Rumus:

. sum of last and demands


A~~ =
n
Dimana: Dt = permintaan pada periode t

n = jumlah periode

At= rata-rata dicari untuk periode t

b. Weighted Moving Average

Pada metode ini data historis tiap periode akan diberikan pembobotan.
Dimana jumlah pembobotannya harus sama dengan 1,0 Contohnya dalam
model three-periode weighted moving average, data permintaan pada
periode palinh akhir diberi bobot 0,5, periode sebelumnya 0,3 dan periode
awal diberi bobot 0,2. Maka peramalan rata-rata untuk periode berikutnya
adalah dengan cara menjumlahkan hasil perkalian masing-masing bobot
dengan data permintaannya. Atau:

At= 0,5 D1 + 0,3 Dt-1 + 0,2 Dt-2

c. Exponential Smoothing:

Metode exponential smoothing ini adalah metode Weighted Average


Moving yang lebih disempumakan. Data paling baru sama-sama diberi
bobot lebih tinggi dibandingkan data sebelumnya. Namun berbeda dengan
Weighted Moving Average, yang memerlukan n periode data sebelumnya
dan n bobot, exponential smoothing hanya membutuhkan tiga jenis data:
peramalan rata-rata data periode sebelumnya; data actual periode
sekarang; dan parameter smoothing, alpha (a), yang memiliki nilai antara O
dan 1. Untuk mendapatkan peramalan dengan exponential smoothing,
yang harus dilakukan adalah menghitung rata-rata data terbaru yang telah
dibobot dan rata-rata periode sebelumnya dengan rumus:

At= a (Demand this periode) + (1- a)( avg calculated last periode)

= uD1 +(1- a) At-1

Atau :

At= At-1 + a (D, - At-1)


d. Exponential Smoothing With Trend: Holt Method

Trend dalam time series menunjukan suatu kenaikan maupun penurunan


yang sistematis seiring berjalannya waktu. Dengan adanya trend, maka
pendekataan exponential smoothing pun harus dimodifikasi; sebab jika
tidak melebihi maupun kurang dari data sesungguhnya.

Untuk memperbaiki peramalan maka hal yang harus dilakukan adalah


mengikuti sertakan peramalan tren dalam perhitungan. Metode Dua
Parameter Holt memuluskan tingkatan dan slope secara langsung dengan
menggunakan konstanta pemulusan yang masing-masing berbeda.
Konstanta pemulusan ini menyediakan estimasi dari tingkatan dan slope
yang disesuaikan sepanjang waktu begitu observasi yang baru tersedia.
(Hanke, Reitsch dan Wichren 2001: 107)

Tiga Persamaan Yang Digunakan Dalam Metode Holt Adalah:

1. Deretan Pemulusan Eksponensial Atau Estimasi Tingkatan Saat Ini:

At= a (Demand this periode) + (1- a)( avg +trend estm last period)

At= aD1 +(1- a) (At-1+Tt-1)

2. Estimasi Trend:

T1 = ~.(Avg this period-Avg last period)

+(1- ~)(trend estimate last period)

T1 = ~.(A1-At-1) + (1- ~)(Tt-1)

3. Ramalan periode p kedepan:

Ft+n = At+n + pTt+n

Dimana:

t = periode

Dt= permintaan

At= rata-rata data dicari dengan pemulusan


Tt= rata-rata trend pemulusan

Ft= Peramalan

a = Parameter pemulusan data antara O dan 1

B = Parameter pemulusan trend antara O dan 1

Untuk mengetahui metode mana yang menghasilkan nilai peramalan yang paling
akurat, perlu dilakukan uji ketelitian dengan cara menghitung forecast error dapat
diukur antara lain dengan cara menghitung nilai:

LEf
Mean squred error (MSE). Rumus: MSE = -
n

Mean absolute deviation (MAD). Rumus MAD=


l: IE 1 ~
. n

Mean Absolute Percent Error (MAPE). Rumus: MAPE

I:[IEI (100)]/Dt

Semakin rendah nilai yang dihasilkan, menandakan kesalahan peramalan semakin


kecil sehingga hasil peramalan pun lebih akurat. (Krajewski & Rizman, 1999).

2.4.3 Cash Flows (Arns Kas)

Konsep arus kas (-) merupakan konsep yang sangat penting dalam
menetukan tingkat keuntungan dari suatu investasi. Cash Flow adalah dana yang
akan mengalir kedalam maupun keluar dari suatu organisasi yang disebabkan
adanya suatu kegiatan (proyek), termasuk didalamnya pendapatan, biaya-biaya,
serta perubahan pada asset dan liabilitas.

Melakukan analisis terhadap rencana investasi yang dilakukan oleh


perusahaan berarti manganalisis arus kas dimana terdapat banyak variabel yang
terkait didalamnya seperti penjualan (sales), biaya tetap dan biaya variabel,
depresiasi, pajak (tax) dan bunga pinjaman (interest).

Data mengenai arus kas bersih dari suatu investasi diperlukan untuk menilai layak
atau tidaknya suatu investasi. Untuk keperluan penilaian suatu investasi yang
dibiayai modal sendiri, maka arus kas bersih (net cash flow) merupakan arus kas
sebelumnya pembebanan penyusutan dan diperhitungkan sesudah pajak. Namun
bila suatu investasi dibiayai dengan modal pinjaman, maka arus kas bersih
merupakan arus kas sebelum pembebanan penyusutan dan pembebanan bunga,
tetapi diperhitungkan sesudah pajak.

Untuk memberikan gambaran lebih jelas, dapatlah diberikan contoh perhitungan


cash flow sebagai berikut:

1. Cash flow tanpa bunga pinjaman:

Income statement suatu perusahaan adalah sebagai berikut:

Sales 1.000.000
Operation expenses 600.000(-)

Earning before depreciation, interest and tax 400.000

Depreciation 100.000(-)

Earning before tax 300.000

!come tax(40%) 120.000(-)

Earning after tax 180.000

Cash Flow = EAT+ Deprecation

= 280.000

2. Cash Flow dengan bunga pinjaman:

Income statemen suatu perusahaan adalah sebagai berikut:


Sales 1.000.000

Operation expenses 600.000(-)


Earning before depreciation, interest and tax 400.000

Depreciation 100.000(-)

Earning before interest and tax 300.000

Interest 25.000(-)

Earning before tax 275.000

Income tax (40%) 110.000(-)

Earning after tax 165.000

Cash Flow =EAT+ Interest( 1-T) + Depreciation

= 165.000+(25.00x0,6)+ 100.000

= 280.000
BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek Penelitian ini mengenai "Analisa Perencanaan Kapasitas Untuk


Menentukan Penambahan Mesin di Perusahaan Tjakra Tailor Majalaya". Dalam
hal ini adalah mesin jahit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keputusan
kapasitas penambahan mesin jahit yang dapat diterapkan pada Perusahaan Tjakra
Tailor.

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Perusahaan Tjakra Tailor merupakan suatu perusahaan perorangan.


Perusahaan perorangan merupakan salah satu bentuk yang banyak sekali di
Indonesia. Bentuk ini biasanya dipakai untuk kegiatan usaha yang kecil dan
menengah.

Perusahaan Tjakra Tailor yang beralamat di jalan Saparako Tengah No 26,


Majalaya dikelola olh ibu Hj Eni Mulyani, dan bergerak di bidang jasa penjahitan.
Perusahaan ini pertama kalinya berdiri pada tahun 1970 dan berlokasi di jalan
Saparako di atas tanah yang berukuran 50m2.

Pada saat itu Tjakra Tailor hanya memiliki dua mesin, semua pekerjaan
penjahitan hanya dikerjakan oleh dua orang saja yakni bagian pemotongan dan
bagian penjahitan. kedua bagian tersebut selalu diawasi oleh ibu Hj.Eni Mulyani
sendiri, bahkan beliau juga seringkali mengerjakan langsung pekerjaan tersebut.
berselang lima tahun kemudian tepatnya 1975, permintaan konsumen meningkat
dan tjakra tailor memutuskan untuk menambah unit produksi yaitu menambah
beberapa mesin hingga 10 unit mesin. karyawan pun ikut bertambah, hingga kini
jumlah karyawan tjakra tailor berjumlah 12 orang. dari awal pendirianya,
mayoritas konsumen adalah kalangan menegah keatas dengan bentuk pesanan
berupa jas dan kebaya. Pada tahun 1997 perekonomian Indonesia mengalami
krisis moneter dan hal itu berdampak pada merosotnya jumlah pesanan.

kejadian yang berlangsung kurang lebih setahun ini mulai membuat ibu
Eni mengalihkan fokus penjahitanya ke celana jeans, karena pada saat itu
permintaan terhadap celana jeans sedang tinggi, umumnya para mahasiswa lebih
cenderung menjahit celana jeans dibandingkan dengan membeli jadi, hal ini
disebabkan dengan menjahit mereka lebih leluasa untuk mendapatkan celana
sesuai dengan keinginan.

Saat ini perusahaan Tjakra Tailor juga tidak jarang menerima permintaan
penjahitan yang sifatnya borongan baik itu dari instansi maupun pesanan dari
butik-butik. walaupun demikian Tjakra Tailor hingga kini masih menerima
pesanan berupa kebaya dan jas.

3.1.2 Struktur Organisasi

Guna mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien diperlukan


suatu wadah yang terdiri dari orang-orang yang berusaha bersama-sama untuk
mencapai tujuan perusahaan tersebut. Berbagai macam kegiatan dipadukan,
diorganisir didalam wadah yang disebut organisasi.

Dari hal tersebut di atas dapat diketahui bahwa organisasi merupakan


hubungan struktural, di antara satu individu dengan individu lainnya didalam
suatu kelompok tertentu yang dipadukan bersama untuk mencapai tujuan melalui
suatu organisasi yang efektif, perlu dilaksanakan fungsi dari organisasi ini
digambarkan dalam suatu kerangka yang biasa disebut dengan struktur organisai.

Dengan pengorgamsas1an yang baik, semua pekerjaan akan


terkoordinasikan dengan baik dan teratur. Masing-masing unit akan mengembang
rasa tanggung jawab yang dilimpahkan kepada unit organisasi tersebut. Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa struktur organisasi itu cukup penting bagi
perusahaan. Pada struktur organisasi akan dapat dilihat suatu bentuk yang
menggambarkan hubungan-hubungan antar bagian dalam organisasi, dan
hubungan wewenang formal serta kepada siapa dipertanggung jawabkan
pelaksanaan wewenang tersebut. Ini berarti akan terlihatnya secara jelas fungsi
masing-masing arang yang ditempatkan dalam kotak-kotak dari bagan suatu
orgarusasr.

Begitu pula halnya dengan perusahaan Tjakra Tailor juga memiliki


struktur organisasi seperti terlihat di bawah ini

Diagram3.1

Struktur Organisasi

PEMILIK

I
I ,, I
/

Kepala Bagian Kepala Bagian '


Produksi Keuangan Dan
'- . Administrasi
\...
I
I , I
I'
Karyaw an ' Karyawan '
Bagian Bagian
Penjahitan Pengukuran &
Pengolahan
-; .A -, ..
Sumber: Tjakra Tailor

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan tugas dan tanggung jawab setiap
bagian pada Perusahaan Tjakra Tailor sebagai berikut:

1. Pemilik

Pemilik sesuai dengan kedudukannya dan fungsinya sebagai penumpm


perusahaan adalah pemegang kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab
perusahaan sebagai berikut:
a. Menetapkan arah, strategi dan kebijaksanaan pengembangan
perusahaan.

b. Memberikan pengarahan umum serta menetapkan tugas, tanggung


jawab dan wewenang bawahan.

c. Melakukan tindakan-tindakan keluar dan kedalam untuk dan atas nama


perusahaan, termasuk menyetujui permintaan akan suatu order.

d. Mengatur masalah pemasaran perusahaan.

2. Kepala Bagian Produksi

Kepala bagian produksi memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai


berikut:

a. Merencanakan dan menyelenggarakan serta memberikan arah


pelaksanaan bagi semua kegiatan produksi.

b. Mengawasi pelaksanaan dari seluruh kegiatan produksi.

c. Bertanggung jawab untuk melaksanakan rekrutmen dan menilai


kelayakan pelamar.

d. Bertanggungjawab kepada pemilik.

Sementara karyawan yang berada pada bagian produksi memiliki tugas


sebagai berikut

a. Karyawan bagian pengukuran dan pengolahan:

1. Bertugas untuk melakukan pengukuran tubuh pelanggan.

11. Menggambar jenis jahitan sesuai permintaan pelanggan.

111. Melakukan pemolaan pada kain.

iv, Menyerahkan kain yang sudah di pola pada penjahit.

b. Karyawan bagian penjahitan:

1. Menerima dan menjahit kain yang telah dipola dari karyawan


pemolaan.
11. Menyerahkan hasil jahitan ke tempat penyimpanan.

3. Kepala Bagian Keuangan dan Administrasi

Kepala bagian keuangan dan administrasi memiliki wewenang dan


tanggung jawab sebagai berikut:

a. Mengatur dan mengawasi seluruh administrasi keuangan untuk keperluan


perusahaan

b. Bertanggung jawab aras segala pembayaran gaji dan insentif lembur serta
semua biaya yang diperlukan para karyawan demi kelancaran tugas
tugasnya.

c. Bertanggung jawab atas kelancaran semua penagihan dan transaksi yang


dilakukan perusahaan

3.1.3 Proses Produksi

Walaupun pada dasarnya Tjakra Tailor menerima semua jahitan namun


pada prakteknya jenis jahitan yang paling banyak dilakukan pada Tjakra Tailor
terbagi dalam tiga kategori utama yang dibagi berdasarkan banyaknya permintaan
dan lamanya waktu pengerjaannya. Y akni celana panjang atau Jeans dengan
persentase permintaan sebanyak 75% dan lama penjahitan selama 2 jam per
celana, kemeja atau blouse dengan persentase permintaan sebanyak 20% dan
waktu penjahitan selama 5 jam serta jas ataupun blazer dengan persentase
permintaann sebanyak 5% dari total permintaan yang lamanya waktu penjahitan
sekitar 10 jam.

Pada dasamya usaha yang dilakukan oleh perusahaan Tjakra Tailor adalah
jasa penjahitan dengan proses produksi yang terfokus pada proses oleh karena itu
yang dihasilkan memiliki tingkat variasi produk yang tinggi. Dalam proses
produksinya perusahaan Tjakra Tailor menggunakan system first come first serve
(fefs) dimana pesanan akan diproses sesuai urutan penerimaan pesanan, kecuali
sebelumnya telah dilakukan perjanjian tertentu dan kondisi pesanan tidak terlalu
banyak.

Kebanyakan alat-alat yang digunakan pada Tjakra Tailor sifatnya general


purpose machice, oleh karena itu diperlukan keahlian khusus dalam
pengoperasikannya, dalam mengerjakan jahitan, kerapihan dan kecepatan
penyelesaian jahitan tersebut akan sangat tergantung dari keahlian dan
kemampuan para pekerjanya.

Proses produksi yang dilakukan pada perusahaan Tjakra Tailor adalah


seperti pada gambar arus produksi dibawah ini:

Kain

Diukur

Dipola Diperiksa

Digunting

Menunggu Jahitan

Dijahit
i-2 Diperiksa

Dirapikan

Diagram 3.2: Proses Produksi


Keterangan:

Operasi 1 : Kain yang hendak diproses pertama-tama diukur untuk


mengetahui cukup atau tidaknya bahan kain yang
dibutuhkan untuk membuat jeans.
Operasi 2 : Setelah diketahui bahwa ukuran kain cukup, maka kain
tersebut kemudian dipola sesuai model dan ukuran pesenan
pelanggan.

Pemeriksaan 1 : Kain yang telah selesai dipola diperiksa sekali lagi agar
baik ukuran maupun model benar-benar telah sesuai dengan
pesanan pelanggan.
Operasi 3 : Kain yang telah dipola kemudian digunting mengikuti
pola yang telah dibuat dengan menggunakan gunting kain.

Delay 1 : Setelah kain selesai dipotong, kain kemudian ditaruh


untuk kemudian diambil oleh penjahit.

Operasi 4 : Oleh penjahit kemudian kain dijahit dengan menggunakan


mes in j ahit, pemasangan retsleting ataupun atribut lainnya
dilakukan ketika penjahitan berlangsung.

Pemeriksaan2 : Hasil penjahitan diperiksa kembali hal ini dilakukan untuk


memastikan bahwa penjahitan telah dilakukan dengan
rapih, baik dan benar.
Operasi 5 : Pakaian yang sudah selesai di jahit, kemudian diberi
kancing dan dirapihkan dengan cara disetrika, dan tidak
lupa

Pemeriksaan 3: Dilakukan pemeriksaan untuk terakhir kalinya kemudian


disimpan ketempat penyimpanan.

Penyimpanan : Pakaian yang sudah selesai dan sesuai pesenan disimpan


di tempat penyimpanan untuk kemudian diserahkan kepada
pemesannya.
3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif


analisis, Menurut M. Nazir (2003;54), metode deskriptif yaitu:

"Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu


objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang."
Metode penelitian dirancang melalui langkah-langkah penelitian yang
dimulai dari metode penelitian yang digunakan, penetapan jenis dan sumber data,
teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data.

3.2.1 Jenis Dan Sumber Data

Untuk memperoleh informasi dalam penyusunan skripsi mi, diperlukan


berbagai data, yaitu :

1. Data Primer, data yang diperoleh dari studi lapangan dan studi kefustakaan
yang berhubungan dengan sistem persediaan suatu perusahaan.

2. Data sekunder, data yang diperoleh dari studi literature dan dimaksudkan
untuk mendukung kebenaran data primer.

Adapun beberapa sumber untuk memperoleh data-data di atas, diantara


lain sebagai berikut :

1. Penelitian Kepustakaan (library research)

Y aitu dengan mencari, mengumpulkan, mempelajari buku-buku dan


kefustakaan lain yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, guna
memperoleh data sekunder yang akan dijadikan landasan teori dalam
penulisan skripsi ini.

2. Penelian Lapangan (field research)

Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan langsung ke perusahaan


yang menjadi objek penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan dan
dapat mengamati secara jelas kondisi yang ada pada perusahaan tersebut.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dengan teknik pengumpulan melalui:

a. W awancara

Merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi dengan


tanya jawab secara langsung pada orang yang mengetahui tentang objek
penelitian.

b. Pengamatan (observasi)

Suatu cara untuk memperoleh data atau informasi dengan melakukan


penelitian secara langsung atas dokumen-dokumen serta sistem atau cara
kerja para pegawai yang ada.

3.2.3 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Hasil pengolahan data yang terkumpul dari wawancara, observasi dan


studi pustaka dianalisis untuk memperoleh kesimpulan. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan metode sebagai berikut di bawah ini:

1. Metode deskriptif adalah sautu metode yang menggambarkan apa yang


dilakukan berdasarkan faktor-faktor atau kejadian-kejadian pada objek yang
diteliti. Untuk kemudian diolah menjadi data dan selanjutnya dilakukan analisis
sehingga pada akhimya dihasilkan suatu kesimpulan

Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian uu


adalah sebagai berikut:

1) Meramalkan permintaan tahun berikutnya dengan menggunakan metode


dua parameter Holt dan metode Least Square.

2) Agar didapat peramalan yang memiliki tingkat keakuratan yang baik maka
perlu dilakukan uji ketelitian dengan mencari error terkecil dengan
menghitung nilai (Krajewski dan Ritzman. 1999:519-521):
Mean squred error (MSE). Rumus: MSE = -
I:Ei
n

Mean absolute deviation (MAD). Rumus-. MAD=
L IE1~
n

Mean Absolute Percent Error (MAPE). Rumus:

LUEI (100)]/Dt
MAPE=
n
Dimana:

Et= Forecast en-oruntuk periode t

Dt = Permintaan untuk periode t

n = Jumlah periode

2. Setelah didapat peramalan permintaan untu tahun berikutnya, langkah


selanjutnya adalah melakukan estimasi kebutuhan kapasiatas yang dapat diketahui
melalui rumus (Krajewski dan Ritzman, 1999:289):

Dimana:

D= jumlah peramalan permintaan per tahun

p= processing time (in hour per unit)

N= total jam kerj a per tahun

C= capacity cushion

Q= jumlah unit tiap lot

s = setup time per lor


3. Dari data yang ada, selanjutnya dicari perbedaan antara kapasitas tersedia
dengan kapasitas yang dibutuhkan, selanjutnya dicari alternative untuk menutupi
perbedaan tersebut antara lain melalui strategi:

a. base case yaitu tidak melakukan perubahan apapun pada kapasitas,


sehingga permintaan yang melebihi kapasitas tidak akan dapat
terpenuhi.

b. expansionis yaitu strategi dimana kapasitas yang direncanakan naik


secara bertahap, tidak sering dan selalu melebihi nilai permintaan
sehingga dapat meminimalkan resiko kehilangan keuntungan yang
disebabkan terbatasnya kapasitas.

c. wait and see yaitu strategi untuk meningkatkan kapsitas sesuai


dengan peningkatan permintaan sehingga apabila tiba-tiba terjadi
peningkatan permintaan maka untuk mengisi kekurangan kapasitas
sementara waktu perusahaan menerapkan strategi jangka pendek
seperti penggunaan waktu lembur, karyawan sementara, sub
kontrak, dan lain-lain sebelum benar-benar melakukan
penambahan kapasitas.

4. Kemudian dilakukan evaluasi kuantitatif untuk mencari altematif terbaik bagi


perkembangan perusahaan kedepanya yaitu evaluasi dengan menggunakan
decision tree untuk mengetahui tingkat perubahan aliran kas (cash flow)
sepanjang waktu peramalan dibandingkan bila tidak melakukan
apapun (base case)

5. Terakhir adalah menentukan altematif yang sesuai dan paling


menguntungkan bagi perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai