IPD Kolesistitis
IPD Kolesistitis
BAB I
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Kolesistitis adalah inflamasi akut dan kronis dari kandung empedu, biasanya
berhubungan dengan batu kandung empedu yang tersangkut pada duktus sistikus
dan menyebabkan distensi kandung empedu. Kasus kolesistitis ditemukan pada
sekitar 10% populasi, sekitar 90% kasus berkaitan dengan batu empedu,
sedangkan 10% sisnya tidak. Kasus minorotas yang disebut juga dengan istilah
acalculous cholecystitis ini, biasanya berkitan dengan pasca bedah umum, cedera
berat, sepsis (infeksi berat). Individu yang beresiko terkena kolesistitis adalah
jenis kelamin wanita, umur tua, obesitas, obat-obatan kehamilan, dan suku bangsa
tertentu.
B. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. D
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Jl. Bayam Dalam, Bumi Ayu
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
Tanggal MRS : 21 November 2012
C. ANAMNESA
1. Keluhan Utama : Nyeri perut sebelah kanan
2. Keluhan Tambahan : mual, nafsu makan menurun, demam.
2
5. Riwayat Kebiasaan :
Riwayat Merokok : dibenarkan, sejak SMA, baru
berhenti semenjak sakit
Riwayat Minum Alkohol : disangkal
Riwayat Olahraga : jarang
Riwayat Pengisian Waktu Luang : menata taman.
6. Riwayat Sosial-Ekonomi :
7. Riwayat Gizi :
A. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit : kulit gatal (-),
2. Kepala : pusing (-),
3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-/-), penglihatan
kabur (-/-), ketajaman penglihatan dalam batas normal
4. Hidung : tersumbat (-/-), mimisan (-/-)
5. Telinga : pendengaran berkurang (-/-), berdengung (-/-), keluar cairan
(-/-)
6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (+), lidah terasa pahit (+)
7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)
8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-)
9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
10. Gastrointestinal : nyeri perut (+), mual (+), muntah (-), diare (-),nafsu
makan menurun (+),
11. Genitourinaria : BAK lancar, warna dan jumlah dalam batas normal
12. Neurologik : kejang (-), lumpuh (-), kesemutan dan rasa tebal pada
kedua kaki (-)
13. Psikiatri : emosi stabil, mudah marah (-)
14. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri/linu-linu pada lutut kanan-kiri (-),
nyeri otot (-)
15. Ekstremitas :
o Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
o Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
o Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-),luka (-)
o Bawah kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
D. PEMERIKSAAN FISIK
4
1. Keadaan Umum :
kesadaran Compos Mentis, tampak lemah (GCS E4V5M6)
2. Tanda Vital
Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 38oC
TB : 165 cm
BB : 55 kg
BMI : 20,2
1. Kulit :
turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-), venektasi (-), petechie (-),
spider nevi (-).
2. Kepala :
Luka (-), rambut tidak mudah di cabut, keriput (-), makula (-), papula (-),
nodula (-), kelainan mimic wajah / bells palsy (-).
3. Mata :
Mata tidak cowong, konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), reflek kornea (+/+), radang (-/-), warna kelopak mata (coklat
kehitaman).
4. Hidung :
Nafas cuping hidung (-), secret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas hidung
(-), hiperpigmentasi (-).
5. Mulut :
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi
lidah hiperemi (-), gusi berdarah (-), sariawan (-).
6. Telinga :
Nyeri tekan mastoid (-/-), secret (-/-), pendengaran berkurang (-/-), cuping
telinga dalam batas normal.
5
7. Tenggorokan :
Tonsil membesar (-/-), faring hiperemis (-)
8. Leher :
Trakea di tengah, pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).
9. Toraks :
Normochest, simetris, pernafasan thoracoabdominal, retraksi (-),
spidernevi (-), pulsasi intrasternalis (-), sela iga melebar (-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : Batas kiri atas : ICS II linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas : ICS II linea para sternalis dekstra
Batas kiri bawah : ICS V linea medio clavicularis
sinistra
Batas kanan bawah : ICS IV linea para sterna dekstra
Pinggang jantung : ICS II linea para sternalis sinistra
(kesan jantung tidak melebar)
Auskultasi : Bunyi jantug I-II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo
Inspeksi : Pengembangan dada kanan sama dengan kiri, benjolan (-),
luka (-)
Palpasi : Fremitus taktil kanan sama dengan kiri, nyeri tekan (-),
krepitasi (-)
Perkusi :
Sonor Sonor
Sonor
Sonor Sonor
+ +
Auskultasi : suara dasar vesikuler +
+ +
6
Suara tambahan :
Ronkhi wheezing
- - - -
- -
- - - -
Insight : Baik
Status Lokalis :
Abdomen :
Inspeksi : datar
Auskultasi : Bising usus 6x/menit,
Palpasi :dinding abdomen supel, nyeri tekan pada kanan
bawah, hepar lien tidak teraba, rovsing sign (-), psoas sign
(-), obturator sign (-)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tgl 22-November-2012
Darah Lengkap
Item periksa Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Satuan
Hemoglobin 14,6 12 16 g/dl
Leukosit 11.500 4 10 Ribu/mm3
LED 7 2 20 mm/jam
Trombosit 315.000 150 400 Ribu/mm3
PCV/HCT 45,5 37 48 %
Eritrosit 4,89 45 Juta/mm3
Diff.count
Hitung jenis Eosinofil 1 13
Hitung jenis Basofil 1 01
Hitung jenis N.Stab. 0 26
Hitung jenis N.Segmen 85 50 70
Hitung jenis Lymphosit 6 20 40
Hitung jenis Monosit 7 28
Kimia Darah
Item periksa Hasil Nilai Normal Satuan
Pemeriksaan
Gula darah sesaat 85 <105 mg/dl
Cholesterol total 172 123 240 mg/dl
Trigliserida 136 30 150 mg/dl
Ureum/urea 15 15 39 mg/dl
Creatinin 0,7 <1,3 mg/dl
Uric acid/asam urat 2,3 2,6-7,2 mg/dl
Bilirubin total dewasa 0,76 <1,0 mg/dl
Bilirubin direct 0,33 <0,20 mg/dl
8
Urinalisis
Item periksa Hasil Nilai Normal Satuan
Pemeriksaan
Warna Kuning jernih
Albumin negatif negatif
Reduksi negatif negatif
Bilirubin negatif negatif
Urobilin negatif negatif
Keton negatif negatif
Nitrit negatif negatif
Erytrosit 0-1 0-2 /LPB
Leukosit 0-1 0-4 /LPB
Epithel 0-1 0-1 /LPB
Kristal negatif
Bakteri negatif
Serologi
Thypi O NEGATIVE
Thypi H NEGATIVE
Parathypi OA NEGATIVE
Parathypi OB (+)1/80
F. RESUME
fisik pasien didapatkan keadaan umum tampak lemah, compos mentis, status
gizi kesan cukup. Tanda vital T:130/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 38oC, RR :
20x/menit. Status lokalis abdomen nyeri tekan bagian kanan. Dari
pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan leukosit, neutrofil segmen,
dan parathypi OB dan penurunan limfosit dan asam urat, serta didapatkan
gambaran batu ginjal pada pemeriksaan USG abdomen.
G. DIAGNOSA KERJA
Cholelhitiasis
Cholesistitis
H. DIAGNOSA BANDING
Apendisitis
Kolitis
I. PENATALAKSANAAN
Non medika mentosa
promotif yaitu edukasi pada pasien dan keluarga untuk kontrol rutin ke
dokter, preventif menjaga pola makan,
Medikamentosa
Tanggal 21-11-2012
Infus RA 20 tpm
Inj. Terfacet 2 x 1 g iv
Inj. Ladex 500 3 x 1
Inj. Norages 3 k/p
p.o urdahex 250 2 x 1
PLANNING DIAGNOSA
B. FOLLOW UP
Tanggal 21 November 2012
S : pusing
O : KU cukup, kesadaran: CM, BP: 130/80mmHg, N: 80x/menit S:
38C.
Abdomen : nyeri tekan (+),
A : MTS
P : Infus RA 20 tpm
Inj. Terfacet 2 x 1 g iv
Inj. Ladex 500 3 x 1
10
S : nyeri (+)
O : KU cukup, kesadaran: CM, GCS: 456 T: 110/80, N: 80, S: 38C.
Abdomen : nyeri tekan (+),
A : MTS
P : Infus RA 20 tpm
Inj. Terfacet 2 x 1 g iv
Inj. Ladex 500 3 x 1
Inj. Norages 3 k/p
p.o urdahex 250 2 x 1
C. FLOW SHEET
No. Tanggal Vital Sign Status Keluhan Rencana
Lokalis
J. DIAGNOSTIK HOLISTIK
Cholelhitiasis
Cholesistitis
2. Diagnosis dari Segi Psikologis
11
1. Aspek Personal
2. Aspek Klinis
Cholelitiasis
3. Aspek Resiko Internal
BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI DALAM KELUARGA
B. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis : Keluarga terdiri dari pasien (Tn.D 40 tahun), 1 istri
dengan 3 anak. Diagnosis klinis Tn.D adalah
cholelithiasis.
2. Fungsi Psikologis :
Hubungan keluarga terjalin dengan baik, pasien mempunyai 1
istri dengan 3 anak. Interaksi dan komunikasi terjalin dengan
baik antara orang tua dan anak.
3. Fungsi Sosial :
Hubungan pasien dengan masyarakat sekitar baik, pasien aktif
dalam beberapa kegiatan.
Kesimpulan : Fungsi holistik keluarga Tn.D baik.
13
B. FUNGSI FISIOLOGIS
ADAPTATION
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota
keluarga yang lain.
PARTNERSHIP
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara
anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga
tersebut.
GROWTH
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
AFFECTION
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
keluarga.
RESOLVE
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu
yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
APGAR Terhadap Keluarga Tn.D
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga 2
saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan 2
membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan 2
mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya 2
mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian, dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya 2
membagi waktu bersama-sama
SKOR 10
APGAR skor = Fungsi fisiologis keluarga baik
Keterangan :
Skoring :
14
D. GENOGRAM :
Bentuk Keluarga : nuclear Family
15
Keterangan :
: pasien
: perempuan
: laki-laki
Keterangan :
: Hubungan baik
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga ini baik
16
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
Pelayanan Kesehatan :
Tindakan: keluarga Jika sakit ke dokter
ikut mengantarkan praktek
Tn.D untuk berobat
Faktor Perilaku
Kesimpulan :
Faktor perilaku keluarga berpengaruh positif terhadap kesehatan Tn.D karena
pengetahuan keluarga tentang kesehatan sudah baik terutama tentang
penyakit yang diderita.
Faktor non-perilaku keluarga berpengaruh positif terhadap kesehatan Tn.D.
7m U
Dapur
kamar
kamar Kamar
mandi
8m
Ruang Keluarga + Tamu
kamar
Kamar
Kamar mandi
Keterangan :
Indoor
- Luas rumah 56 m2.
- Lantai sudah menggunakan keramik.
- Pencahayaan dan ventilasi baik.
Outdoor
- Sumber air bersih dari PDAM.
- Saluran pembuangan air langsung menuju selokan.
- Saluran jamban menuju septic tank.
19
BAB IV
DAFTAR MASALAH
A. MASALAH MEDIS :
a. Cholesistitis
Rendahnya
1. 2. Kepedulian
pengetahuan tentang terhadap penyakit
kesehatan penderita kurang
Tn.D
Kolesistitis
20
BAB V
KOLESISTITIS
Anatomi
Kandung empedu (vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear yang
terletak pada permukaan visceral hepar. Vesica fellea dibagi menjadi fundus,
corpus, dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah
pinggir inferior hepar, dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior
abdomen setinggi ujung costa IX kanan. Corpus merupakan bagian terbesar dari
kandung empedu. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hepar dan
arahnya keatas, belakang, dan kiri. Collum adalah bagian yang sempit dari
kandung empedu. Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan
dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis
membentuk duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea
dengan sempurna menghubungkan corpus dan collum permukaan viscera hati.
Pembuluh arteri kandung empedu adalah A. cystica cabang A. hepatica
kanan. V. cystic mengalirkan darah langsung ke vena porta. Sejumlah arteri yang
sangat kecil dan vena-vena juga berjalan antara hati dan kandung empedu.
Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak
dekat collum vesic fellea. Disini pembuluh limfe berjalan melalui nodi lymphatici
hepaticum sepanjang perjalanan A. hepatica menuju ke nodi lymphatici coeliacus.
Saraf yang menuju ke kandung empedu berasal dari plexus coeliacus.
Variasi anatomi misalnya double folded atau double twisted sangat sering
ditemukan, juga kandung empedu yang besar, non obstruktif, sering dijumpai
pada penderita alkoholisme atau diabetes mellitus.
22
Fisiologi
Vesica fellea berperan sebagai reservoir empedu dengan kapasitas sekitar
50ml. vesica fellea memiliki kemampuan memekatkan empedu. Dan untuk
membantu proses ini, mukosanya memiliki lipatan-lipatan yang satu sama lain
saling berhubungan. Sehingga permukaannya tampak seperti sarang tawon. Sel-
sel thorak membatasinya juga mempunyai banyak mikrofili
Empedu dibentuk oleh sel-sl hati yang ditampung di dalam kanalikuli.
Kemudian disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum
interlobaris. Saluran ini kemudian keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan
dan kiri. Kemudian keduanya membentuk duktus biliaris komunis. Pada saluran
ini sebelum mencapai duodenum terdapat cabang ke kandung empedu yaitu
duktus sistikus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu sebelum
disalurkan ke duodenum.
Fungsi primer dari kandung empedu adalah memekatkan empedu dengan
absorbs air dan natrium. Kandung empedu mampu memekatkan zat terlarut yang
kedap, yang terkandung dalam empedu hepatik 5-10 kali dan mengurangi
volumenya 80-90%.
Menurut Guyton & Hall, 1997 empedu melakukan dua fungsi penting yaitu :
a. Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorbsi lemak,
karena asam empedu melakuakn dua hal antara lain: asam empedu membantu
mengemulsikan partikel-partikel lemak yang besar menjadi partikel yang
lebih kecil dengan bantuan enzim lipase yang disekresikan dalam getah
pankreas. Asam empedu membantu transport dan absorbsi produk akir lemak
yang dicerna menuju dan melalui membran mukosa intestinal.
b. Empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa produk
buangan yang penting dari darah, antara bilirubin, suatu produk akhir dari
penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol yang dibentuk oleh sel-
sel hati.
Pengosongan Kandung Empedu
Empedu dialirkan sebagai akibat kontraksi dan pengosongan parsial
kandung empedu. Mekanisme ini diawali dengan masuknya makanan berlemak ke
23
Garam empedu
Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada dua
macam yaitu: Asam Deoxcycholat dan Asam Cholat.
Fungsi garam empedu adalah :
- Menurunkan tegangan permukaan dari partikel lemak yang terdapat
dalam makanan, sehingga partikel lemak yang besar dapat dipecah
menjadi partikel-partikel kecil untuk dapat dicerna lebih lanjut.
- Membantu absorbsi lemak, monoglycerid, kolesterol, dan vitamin yang
larut dalam lemak.
Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja kuman-
kuman usus diubah menjadi deoxycholat dan lithocholat. Sebagian besar
(90%) garam empedu dalam lumen usus akan diabsorbsi kembali oleh
mukosa usus sedangkan sisanya akan dikeluarkan bersama feses dalam
bentuk lithocholat. Absorbsi garam empedu tersebut terjadi di segmen
distal dari ilium. Sehingga bila ada gangguan pada daerah tersebut
misalnya oleh karena radang atau reseksi maka absorbsi garam empedu
akan terganggu.
Kolesistitis
1. Kolesistitis akut
A. Pengertian
Radang kandung empedu (kolesistitis akut) adalah reaksi inflamasi akut
dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri
tekan, dan demam.
B. Etiologi dan Patogenesis
Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah
statis cairan empedu, infeksi kuman, dan iskemia dinding kandung empedu.
Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu kandung empedu (90%) yang
terletak di duktus sistikus yang menyebabkan statis cairan empedu, sedangkan
sebagian kecil kasus timbul tanpa adanya batu empedu (kolesistitis akut
alkalkulus). Bagaimana statis di duktus sistikus dapat menyebabkan
kolesistitis akut, masih belum jelas. Diperkirakan banyak faktor yang
25
H. Penatalaksanaan
27
2. Kolesistitis kronik
Kolesistits kronik lebih sering dijumpai di klinis, dan sangat erat
hubungannya dengan litiasis dan lebih sering timbulnya perlahan-lahan.
A. Pengertian
Kolesistitis kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung
empedu, yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam
dan hebat.
B. Etiologi
Kolesistitis kronis terjadi akibat serangan berulang dari kolesistitis akut,
yang menyebabkan terjadinya penebalan dinding kandung empedu dan
penciutan kandung empedu. Pada akhirnya kandung empedu tidak mampu
menampung empedu.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan angka kejadiannya
meningkat pada usia diatas 40 tahun. Faktor resiko terjadinya kolesistitis
kronis adalah adanya riwayat kolesistitis akut sebelumnya.
C. Gejala klinis
Timbulnya gejala bisa dipicu oleh makan makanan berlemak. Gejalanya
sangat minimal dan tidak menonjol, seperti dyspepsia, rasa penuh di
epigastrium, dan nausea khususnya setelah makan makanan berlemak tinggi,
yang kadang-kadang hilang setelah bersendawa.
D. Radiologi
Kolesistografi oral, ultrasonografi, dan kolangiografi dapat
memperlihatkan kolelitiasis dan afungsi kandung emepdu. Pada USG,
dinding menjadi sangat tebal dan eko cairan lebih terlihat hiperekoik.
Sering terdapat pada kolesistitis kronik lanjut dimana kandung empedu
susah mengisut. Kadang-kadang hanya eko batunya saja yang terlihat.
Endoskopi retrograde choledochopancreaticography (ERCP) sangat
bermanfaat untuk memperlihatkan adanya batu di kandung empedu dan
duktus koledokus.
Kolesistogram (untuk kolesistitis kronik): menyatakan batu pada sistem
empedu.
29
E. Diagnosis
Diagnosis kolesistits kronik sering sulit ditegakkan. Riwayat penyakit batu
kandung empedu di keluarga, ikterus dan kolik berulang, nyeri local di daerah
kandung empedu disertai tanda Murphy positif dapat menyokong
menegakkan diagnosis.
F. Penatalaksanaan
Pengobatan yang biasa dilakukan adalah pembedahan. Kolesistektomi bisa
dilakukan melalui pembedahan perut maupun laparoskopi. Penderita yang
memiliki resiko pembedahan tinggi karena keadaan medis lainnya, dianjurkan
untuk menjalani diet rendah lemak dan menurunkan berat badan. Bisa
diberikan antasid dan obat-obat antikolinergik.
G. Pencegahan
Seorang yang pernah mangalami serangan kolesistitis akut dan kandung
empedunya belum diangkat, sebaiknya mengurangi asupan lemak dan
menurunkan berat badannya.
30
BAB VI
I. KESIMPULAN HOLISTIK
Diagnosis Holistik:
Tn.D usia 40 tahun datang dengan mengeluh nyeri perut. Tn.D tinggal
dalam bentuk keluarga nuclear family. Hubungan Tn.D dengan
keluarganya harmonis. Tn.D adalah anggota masyarakat biasa dalam
kehidupan kemasyarakatan.
1.Diagnosis dari segi biologis:
Cholesistitis
2.Diagnosis dari segi psikologis:
Hubungan Tn.D dengan keluarganya harmonis.
3.Diagnosis dari segi sosial:
Hubungan mereka dengan anggota masyarakat yang lain (tetangga) baik.
Aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan di rumahnya.
31
DAFTAR PUSTAKA