Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN
Kolesistitis adalah inflamasi akut dan kronis dari kandung empedu, biasanya
berhubungan dengan batu kandung empedu yang tersangkut pada duktus sistikus
dan menyebabkan distensi kandung empedu. Kasus kolesistitis ditemukan pada
sekitar 10% populasi, sekitar 90% kasus berkaitan dengan batu empedu,
sedangkan 10% sisnya tidak. Kasus minorotas yang disebut juga dengan istilah
acalculous cholecystitis ini, biasanya berkitan dengan pasca bedah umum, cedera
berat, sepsis (infeksi berat). Individu yang beresiko terkena kolesistitis adalah
jenis kelamin wanita, umur tua, obesitas, obat-obatan kehamilan, dan suku bangsa
tertentu.

B. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. D
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Jl. Bayam Dalam, Bumi Ayu
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
Tanggal MRS : 21 November 2012

C. ANAMNESA
1. Keluhan Utama : Nyeri perut sebelah kanan
2. Keluhan Tambahan : mual, nafsu makan menurun, demam.
2

3. Riwayat Penyakit Sekarang :

Nyeri didaerah perut kanan menjalar ke pinggang sejak tadi sore,


nyeri terus menerus seperti ditusuk-tusuk. Pasien juga mengeluh mual (+),
nafsu makan menurun, demam (+), muntah (-), buang air besar dan buang
air kecil tidak ada keluhan.
1 bulan yang lalu (16-10-2012) pasien datang ke rumah sakit
dengan keluhan badan meriang dan nyeri pinggang kanan. Oleh dokter
disarankan untuk melakukan USG. Dokter mendiagnosa cholelithiasis.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Penyakit Serupa : dibenarkan


Riwayat Mondok : disangkal
Riwayat Sakit Gula : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Sakit Kejang : disangkal
Riwayat Alergi Obat : disangkal
Riwayat Alergi Makanan : disangkal
Riwayat Keganasan : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat Keluarga dengan penyakit serupa : disangkal
Riwayat Hipertensi : ibu memiliki riwayat
hipertensi
Riwayat Sakit Gula : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat keganasan : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan :
Riwayat Merokok : dibenarkan, sejak SMA, baru
berhenti semenjak sakit
Riwayat Minum Alkohol : disangkal
Riwayat Olahraga : jarang
Riwayat Pengisian Waktu Luang : menata taman.

6. Riwayat Sosial-Ekonomi :

Penderita aktif dalam kegiatan di masyarakat. Penghasilan


perbulan tidak tetap, namun cukup untuk menghidupi keluarganya.
3

7. Riwayat Gizi :

Makan sehari-hari dengan nasi, lauk, sayur, buah jarang. Makan


tidak teratur.

A. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit : kulit gatal (-),
2. Kepala : pusing (-),
3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-/-), penglihatan
kabur (-/-), ketajaman penglihatan dalam batas normal
4. Hidung : tersumbat (-/-), mimisan (-/-)
5. Telinga : pendengaran berkurang (-/-), berdengung (-/-), keluar cairan
(-/-)
6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (+), lidah terasa pahit (+)
7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)
8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-)
9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
10. Gastrointestinal : nyeri perut (+), mual (+), muntah (-), diare (-),nafsu
makan menurun (+),
11. Genitourinaria : BAK lancar, warna dan jumlah dalam batas normal
12. Neurologik : kejang (-), lumpuh (-), kesemutan dan rasa tebal pada
kedua kaki (-)
13. Psikiatri : emosi stabil, mudah marah (-)
14. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri/linu-linu pada lutut kanan-kiri (-),
nyeri otot (-)
15. Ekstremitas :
o Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
o Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
o Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-),luka (-)
o Bawah kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

D. PEMERIKSAAN FISIK
4

1. Keadaan Umum :
kesadaran Compos Mentis, tampak lemah (GCS E4V5M6)

2. Tanda Vital
Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 38oC
TB : 165 cm
BB : 55 kg
BMI : 20,2

1. Kulit :
turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-), venektasi (-), petechie (-),
spider nevi (-).
2. Kepala :
Luka (-), rambut tidak mudah di cabut, keriput (-), makula (-), papula (-),
nodula (-), kelainan mimic wajah / bells palsy (-).
3. Mata :
Mata tidak cowong, konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), reflek kornea (+/+), radang (-/-), warna kelopak mata (coklat
kehitaman).
4. Hidung :
Nafas cuping hidung (-), secret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas hidung
(-), hiperpigmentasi (-).
5. Mulut :
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi
lidah hiperemi (-), gusi berdarah (-), sariawan (-).
6. Telinga :
Nyeri tekan mastoid (-/-), secret (-/-), pendengaran berkurang (-/-), cuping
telinga dalam batas normal.
5

7. Tenggorokan :
Tonsil membesar (-/-), faring hiperemis (-)
8. Leher :
Trakea di tengah, pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).
9. Toraks :
Normochest, simetris, pernafasan thoracoabdominal, retraksi (-),
spidernevi (-), pulsasi intrasternalis (-), sela iga melebar (-)

Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : Batas kiri atas : ICS II linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas : ICS II linea para sternalis dekstra
Batas kiri bawah : ICS V linea medio clavicularis
sinistra
Batas kanan bawah : ICS IV linea para sterna dekstra
Pinggang jantung : ICS II linea para sternalis sinistra
(kesan jantung tidak melebar)
Auskultasi : Bunyi jantug I-II intensitas normal, regular, bising (-)

Pulmo
Inspeksi : Pengembangan dada kanan sama dengan kiri, benjolan (-),
luka (-)
Palpasi : Fremitus taktil kanan sama dengan kiri, nyeri tekan (-),
krepitasi (-)
Perkusi :
Sonor Sonor
Sonor
Sonor Sonor

+ +
Auskultasi : suara dasar vesikuler +
+ +
6

Suara tambahan :
Ronkhi wheezing

- - - -
- -
- - - -

10. Sistem Collumna Vertebralis :


Inspeksi : Deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : NKCV (-)
11. Ektremitas : palmar eritema (-/-)
Akral dingin Odem
- - - -
- - - -
12. Pemeriksaan Neurologik :
Kesadaran : GCS E4V5M6
Fungsi luhur : dalam batas normal
Fungsi vegetative : dalam batas normal
Fungsi sensorik : N N
N N
Fungsi motorik : 5 5 N N 2 2 - -
5 5 N N 2 2 - -
Kekuatan Tonus RF RP

13. Pemeriksaan Psikiatrik :


Penampilan : Perawatan diri baik
Kesadaran : Kualitatif tidak berubah, kuantitatif compos mentis
Afek : Appropriate
Psikomotor : Normoaktif
Proses piker : Bentuk : realistik
Isi : waham (-), hausinasi (-), ilusi (-)
Arus : koheren
7

Insight : Baik
Status Lokalis :
Abdomen :
Inspeksi : datar
Auskultasi : Bising usus 6x/menit,
Palpasi :dinding abdomen supel, nyeri tekan pada kanan
bawah, hepar lien tidak teraba, rovsing sign (-), psoas sign
(-), obturator sign (-)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tgl 22-November-2012
Darah Lengkap
Item periksa Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Satuan
Hemoglobin 14,6 12 16 g/dl
Leukosit 11.500 4 10 Ribu/mm3
LED 7 2 20 mm/jam
Trombosit 315.000 150 400 Ribu/mm3
PCV/HCT 45,5 37 48 %
Eritrosit 4,89 45 Juta/mm3
Diff.count
Hitung jenis Eosinofil 1 13
Hitung jenis Basofil 1 01
Hitung jenis N.Stab. 0 26
Hitung jenis N.Segmen 85 50 70
Hitung jenis Lymphosit 6 20 40
Hitung jenis Monosit 7 28
Kimia Darah
Item periksa Hasil Nilai Normal Satuan
Pemeriksaan
Gula darah sesaat 85 <105 mg/dl
Cholesterol total 172 123 240 mg/dl
Trigliserida 136 30 150 mg/dl
Ureum/urea 15 15 39 mg/dl
Creatinin 0,7 <1,3 mg/dl
Uric acid/asam urat 2,3 2,6-7,2 mg/dl
Bilirubin total dewasa 0,76 <1,0 mg/dl
Bilirubin direct 0,33 <0,20 mg/dl
8

Bilirubin indirect 0,43 <0,80 mg/dl


SGOT 20 <40 u/L
SGPT 15 <41 u/L
Albumin 3,71 2,8-4,8 g/dl

Urinalisis
Item periksa Hasil Nilai Normal Satuan
Pemeriksaan
Warna Kuning jernih
Albumin negatif negatif
Reduksi negatif negatif
Bilirubin negatif negatif
Urobilin negatif negatif
Keton negatif negatif
Nitrit negatif negatif
Erytrosit 0-1 0-2 /LPB
Leukosit 0-1 0-4 /LPB
Epithel 0-1 0-1 /LPB
Kristal negatif
Bakteri negatif

Serologi
Thypi O NEGATIVE
Thypi H NEGATIVE
Parathypi OA NEGATIVE
Parathypi OB (+)1/80

F. RESUME

Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri didaerah perut


kanan sejak sore tadi, nyeri terus menerus seperti ditusuk-tusuk. Pasien juga
mengeluh mual (+), nafsu makan menurun, demam(+). Dari pemeriksaan
9

fisik pasien didapatkan keadaan umum tampak lemah, compos mentis, status
gizi kesan cukup. Tanda vital T:130/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 38oC, RR :
20x/menit. Status lokalis abdomen nyeri tekan bagian kanan. Dari
pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan leukosit, neutrofil segmen,
dan parathypi OB dan penurunan limfosit dan asam urat, serta didapatkan
gambaran batu ginjal pada pemeriksaan USG abdomen.

G. DIAGNOSA KERJA
Cholelhitiasis
Cholesistitis
H. DIAGNOSA BANDING
Apendisitis
Kolitis
I. PENATALAKSANAAN
Non medika mentosa
promotif yaitu edukasi pada pasien dan keluarga untuk kontrol rutin ke
dokter, preventif menjaga pola makan,
Medikamentosa
Tanggal 21-11-2012
Infus RA 20 tpm
Inj. Terfacet 2 x 1 g iv
Inj. Ladex 500 3 x 1
Inj. Norages 3 k/p
p.o urdahex 250 2 x 1
PLANNING DIAGNOSA

Cek DL, UL,


USG abdomen

B. FOLLOW UP
Tanggal 21 November 2012
S : pusing
O : KU cukup, kesadaran: CM, BP: 130/80mmHg, N: 80x/menit S:
38C.
Abdomen : nyeri tekan (+),
A : MTS
P : Infus RA 20 tpm
Inj. Terfacet 2 x 1 g iv
Inj. Ladex 500 3 x 1
10

Inj. Norages 3 k/p


p.o urdahex 250 2 x 1

Tanggal 22 November 2012

S : nyeri (+)
O : KU cukup, kesadaran: CM, GCS: 456 T: 110/80, N: 80, S: 38C.
Abdomen : nyeri tekan (+),
A : MTS
P : Infus RA 20 tpm
Inj. Terfacet 2 x 1 g iv
Inj. Ladex 500 3 x 1
Inj. Norages 3 k/p
p.o urdahex 250 2 x 1

C. FLOW SHEET
No. Tanggal Vital Sign Status Keluhan Rencana
Lokalis

1. 21-11- T : 130/80 Abd : nyeri panas (+), Terapi


20112 tekan (+), perut sakit medikamentosa
S : 38oC
(), mual dilanjutkan
(+),
N : 80x/m

2. 22-11- T : 110/80 Abd : panas (+), Terapi


2012 nyeri tekan perut sakit medikamentosa
o
S : 38 C
(+) (), mual dilanjutkan,
(-)
N : 80x/m

J. DIAGNOSTIK HOLISTIK

1. Diagnosis dari Segi Biologis

Cholelhitiasis
Cholesistitis
2. Diagnosis dari Segi Psikologis
11

Hubungan dengan keluarga baik, pasien memiliki 1 istri dengan 3 anak.

3. Diagnosis dari Segi Sosial

Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat,


hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Hubungan pasien dengan masyarakat
sekitar baik, pasien aktif dalam beberapa kegiatan.

1. Aspek Personal

Keluhan utama : nyeri perut.

Harapan : ingin cepat sembuh

Kekhawatiran : penyakitnya bertambah parah, dan tidak sembuh-


sembuh

2. Aspek Klinis

Cholelitiasis
3. Aspek Resiko Internal

Laki-laki, jarang olahraga, suka makan jeroan, pengetahuan pasien


tentang penyakitnya kurang.
4. Aspek Resiko Ekternal

Hubungan dengan masyarakat baik. Aktif dalam berbagai kegiatan.


Hubungan keluarga dalam satu rumah terjalin dengan baik.
5. Aspek Fungsional

Derajat fungsionalnya dengan score 1 karena pasien mampu melakukan


pekerjaan seperti sebelum sakit.
12

BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI DALAM KELUARGA

A. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga : Tn.D
Alamat Lengkap : Malang
Bentuk Keluarga : nuclear family
Daftar Anggota Keluarga
No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Ket.
Klinik
1. Tn. D Suami L 40 thn SMA Wiraswasta Ya Cholelithiasis
(kepala
keluarga)
2. Ny. S Istri P 39 thn SMA Wiraswasta Tidak sehat

3. An.A Anak P 18 thn SMA Pelajar Tidak sehat

5. An.N Anak L 11 thn SD Pelajar Tidak sehat

6. An.R Anak P 6 thn TK Pelajar Tidak sehat

B. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis : Keluarga terdiri dari pasien (Tn.D 40 tahun), 1 istri
dengan 3 anak. Diagnosis klinis Tn.D adalah
cholelithiasis.
2. Fungsi Psikologis :
Hubungan keluarga terjalin dengan baik, pasien mempunyai 1
istri dengan 3 anak. Interaksi dan komunikasi terjalin dengan
baik antara orang tua dan anak.
3. Fungsi Sosial :
Hubungan pasien dengan masyarakat sekitar baik, pasien aktif
dalam beberapa kegiatan.
Kesimpulan : Fungsi holistik keluarga Tn.D baik.
13

B. FUNGSI FISIOLOGIS
ADAPTATION
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota
keluarga yang lain.
PARTNERSHIP
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara
anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga
tersebut.
GROWTH
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
AFFECTION
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
keluarga.
RESOLVE
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu
yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
APGAR Terhadap Keluarga Tn.D
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga 2
saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan 2
membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan 2
mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya 2
mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian, dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya 2
membagi waktu bersama-sama
SKOR 10
APGAR skor = Fungsi fisiologis keluarga baik
Keterangan :
Skoring :
14

Hampir selalu : 2 poin


Kadang kadang : 1 poin
Hampir tak pernah : 0 poin
Total APGAR score keluarga Tn.D adalah = (10)
Kesimpulan: Fungsi fisiologis keluarga Tn.D baik.

C. FUNGSI PATOLOGIS DENGAN ALAT SCREEM


SCREEM
SUMBER PATHOLOGY KET
Social Tn.D berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya -
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, dapat dilihat -
dari sikap pasien dan keluarga yang menghargai adat istiadat.
Religius Pemahaman terhadap ajaran agama baik, demikian juga dalam -
ketaatannya dalam beribadah dan pasien sering mengikuti
kegiatan keagamaan.
Economy Menengah ke atas -
Educatio Tn.D lulusan SMA, namun tingkat pemahaman tentang +
n kesehatanya kurang.
Medical Jika sakit pergi ke pelayanan kesehatan terdekat -

Kesimpulan : fungsi patologis pada keluarga ini terletak pada fungsi


education.

D. GENOGRAM :
Bentuk Keluarga : nuclear Family
15

Keterangan :
: pasien
: perempuan
: laki-laki

E. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA


Pola interaksi keluarga Tn.M

Keterangan :
: Hubungan baik
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga ini baik
16

BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN

A. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU


KELUARGA
1. Faktor Perilaku Keluarga
a. Pengetahuan
Keluarga kurang memahami kesehatan penderita.
b. Sikap
Keluarga ini peduli terhadap kesehatan penderita
c. Tindakan
keluarga membawa Tn.D ke pelayanan kesehatan terdekat

2. Faktor Non Perilaku


a. Lingkungan
Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memenuhi standar
kesehatan. Kebersihan lingkungan terjaga dengan baik dengan
pencahayaan ruangan dan ventilasi rumah yang cukup memadai.
Untuk kebutuhan air sehari-hari diperoleh dari PDAM
b. Keturunan
tidak ada faktor keturunan.
c. Pelayanan Kesehatan
Keluarga Tn.D biasanya pergi kerumah sakit sebagai sarana untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
17

Pemahaman: Lingkungan : rumah


keluarga memahami cukup memenuhi syarat
penyakit penderita kesehatan

Sikap: keluarga sudah Keturunan : Tidak ada


peduli terhadap faktor keturunan
penyakit penderita Keluarga Tn.D
Keluarga Tn.D

Pelayanan Kesehatan :
Tindakan: keluarga Jika sakit ke dokter
ikut mengantarkan praktek
Tn.D untuk berobat

Faktor Perilaku

Faktor Non Perilaku

Kesimpulan :
Faktor perilaku keluarga berpengaruh positif terhadap kesehatan Tn.D karena
pengetahuan keluarga tentang kesehatan sudah baik terutama tentang
penyakit yang diderita.
Faktor non-perilaku keluarga berpengaruh positif terhadap kesehatan Tn.D.

B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH


Lingkungan Luar Rumah
Keluarga tinggal di rumah berukuran 56 m2 yang berdempetan
disebuah perampungan. Memiliki pekarangan rumah dan terdapat pagar
pembatas. Saluran pembuangan limbah sudah tersalur ke got. Pembuangan
sampah di rumah diangkut oleh petugas kebersihan.
Lingkungan Dalam Rumah
Dinding rumah terbuat dari batu bata yang di cat, sedangkan lantai
rumah sudah menggunakan keramik. Rumah ini terdiri dari Lima ruangan
yaitu ruang tamu, 4 kamar tidur, satu dapur dan satu kamar mandi. Rumah ini
hanya mempunyai satu pintu untuk keluar masuk (di bagian depan) serta dua
jendela kaca. Keluarga ini sudah mempunyai fasilitas MCK keluarga dan
fasilitas air dari PDAM. Ventilasi udara cukup baik karena terdapat jendela
pada tiap ruangan.
18

Denah Rumah Tn.D

7m U

Dapur
kamar
kamar Kamar
mandi

8m
Ruang Keluarga + Tamu

kamar

Kamar

Kamar mandi

Keterangan :

Indoor
- Luas rumah 56 m2.
- Lantai sudah menggunakan keramik.
- Pencahayaan dan ventilasi baik.

Outdoor
- Sumber air bersih dari PDAM.
- Saluran pembuangan air langsung menuju selokan.
- Saluran jamban menuju septic tank.
19

BAB IV
DAFTAR MASALAH

A. MASALAH MEDIS :
a. Cholesistitis

B. MASALAH NON MEDIS :


1. Rendahnya tingkat pengetahuan kesehatan
2. Kepedulian terhadap penyakit penderita kurang

C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

Rendahnya
1. 2. Kepedulian
pengetahuan tentang terhadap penyakit
kesehatan penderita kurang

Tn.D
Kolesistitis
20

BAB V
KOLESISTITIS

Definisi dan Epidemiologi


Kolesistitis adalah inflamasi akut dan kronis dari kandung empedu,
biasanya berhubungan dengan batu kandung empedu yang tersangkut pada duktus
sistikus dan menyebabkan distensi kandung empedu. Kasus kolesistitis ditemukan
pada sekitar 10% populasi, sekitar 90% kasus berkaitan dengan batu empedu,
sedangkan 10% sisnya tidak. Kasus minorotas yang disebut juga dengan istilah
acalculous cholecystitis ini, biasanya berkitan dengan pasca bedah umum, cedera
berat, sepsis (infeksi berat). Individu yang beresiko terkena kolesistitis adalah
jenis kelamin wanita, umur tua, obesitas, obat-obatan kehamilan, dan suku bangsa
tertentu.
Kolelitiasis adalah terdapatnya batu dalam kandung empedu. Kedua
penyakit diatas dapat terjadi sendiri saja, tapi sering kali dijumpai bersamaan
karena saling berkaitan. Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut
memiliki batu empedu.
Batu empedu yang menyumbat saluran empedu akan membuat kandung
empedu meregang, sehingga aliran darah dan getah bening akan berubah,
terjadilah kekurangan oksigen dan kematian jaringan empedu. Sedangkan kasus
tanpa batu empedu, kolesistitis lebih disebabkan oleh faktor keracunan empedu
(endotoksin) yang membuat garam empedu tidak dapat dikeluarkan dari kandung
empedu.
21

Anatomi dan Fisiologi

Anatomi

Kandung empedu (vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear yang
terletak pada permukaan visceral hepar. Vesica fellea dibagi menjadi fundus,
corpus, dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah
pinggir inferior hepar, dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior
abdomen setinggi ujung costa IX kanan. Corpus merupakan bagian terbesar dari
kandung empedu. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hepar dan
arahnya keatas, belakang, dan kiri. Collum adalah bagian yang sempit dari
kandung empedu. Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan
dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis
membentuk duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea
dengan sempurna menghubungkan corpus dan collum permukaan viscera hati.
Pembuluh arteri kandung empedu adalah A. cystica cabang A. hepatica
kanan. V. cystic mengalirkan darah langsung ke vena porta. Sejumlah arteri yang
sangat kecil dan vena-vena juga berjalan antara hati dan kandung empedu.
Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak
dekat collum vesic fellea. Disini pembuluh limfe berjalan melalui nodi lymphatici
hepaticum sepanjang perjalanan A. hepatica menuju ke nodi lymphatici coeliacus.
Saraf yang menuju ke kandung empedu berasal dari plexus coeliacus.
Variasi anatomi misalnya double folded atau double twisted sangat sering
ditemukan, juga kandung empedu yang besar, non obstruktif, sering dijumpai
pada penderita alkoholisme atau diabetes mellitus.
22

Fisiologi
Vesica fellea berperan sebagai reservoir empedu dengan kapasitas sekitar
50ml. vesica fellea memiliki kemampuan memekatkan empedu. Dan untuk
membantu proses ini, mukosanya memiliki lipatan-lipatan yang satu sama lain
saling berhubungan. Sehingga permukaannya tampak seperti sarang tawon. Sel-
sel thorak membatasinya juga mempunyai banyak mikrofili
Empedu dibentuk oleh sel-sl hati yang ditampung di dalam kanalikuli.
Kemudian disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum
interlobaris. Saluran ini kemudian keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan
dan kiri. Kemudian keduanya membentuk duktus biliaris komunis. Pada saluran
ini sebelum mencapai duodenum terdapat cabang ke kandung empedu yaitu
duktus sistikus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu sebelum
disalurkan ke duodenum.
Fungsi primer dari kandung empedu adalah memekatkan empedu dengan
absorbs air dan natrium. Kandung empedu mampu memekatkan zat terlarut yang
kedap, yang terkandung dalam empedu hepatik 5-10 kali dan mengurangi
volumenya 80-90%.

Menurut Guyton & Hall, 1997 empedu melakukan dua fungsi penting yaitu :
a. Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorbsi lemak,
karena asam empedu melakuakn dua hal antara lain: asam empedu membantu
mengemulsikan partikel-partikel lemak yang besar menjadi partikel yang
lebih kecil dengan bantuan enzim lipase yang disekresikan dalam getah
pankreas. Asam empedu membantu transport dan absorbsi produk akir lemak
yang dicerna menuju dan melalui membran mukosa intestinal.
b. Empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa produk
buangan yang penting dari darah, antara bilirubin, suatu produk akhir dari
penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol yang dibentuk oleh sel-
sel hati.
Pengosongan Kandung Empedu
Empedu dialirkan sebagai akibat kontraksi dan pengosongan parsial
kandung empedu. Mekanisme ini diawali dengan masuknya makanan berlemak ke
23

dalam duodenum. Lemak meyebabkan pengeluaran hormon kolesistokinin dari


mukosa duodenum, hormone kemudian masuk dalam darah, menyebabkan
kandung empedu berkontraksi. Pada saat yang sama, otot polos yang terletak pada
ujung distal duktus coledokus dan ampula relaksasi, sehingga memungkinkan
masuknya emepdu yang kental ke dalam duodenum. Garam-garam empedu dalam
cairan emepdu penting untuk emulsifikasi lemak dalam usus halus dan membantu
pencernaan dan absorbs lemak.
Proses koordinasi kedua aktifitas ini disebabkan oleh dua hal yaitu:
1. Hormonal
Zat lemak yang terdapat pada makanan setelah sampai duodenum akan
merangsang mukosa sehingga hormone cholecystokinin akan terlpas.
Hormon ini yang paling besar peranannya dalam kontraksi kandung
empedu.
2. Neurogen:
- Stimulasi vagal yang berhubungan dengan fase cephalik dari sekresi
cairan lambung atau dengan refleks intestino-intestinal akan
menyebabkan kontraksi dari kandung empedu
- Rangsangan langsung dari mkanan yang masuk sampai ke duodenum
dan mengenai Sphincter Oddi. Sehingga pada keadaan dimana
kandung empedu akan tetap keluar walaupun sedikit.
Pengosongan empedu yang lambat akibat gangguan hormonal mauapun
neurologis memegang peran penting dalam perkembangan inti batu.

Komposisi Cairan Empedu


Komponen Dari hati Dari kandung empedu
Air 97,5 gm% 95 mg%
Garam empedu 1,1 gm% 6 mg%
Bilirubin 0,04 gm% 0,3 mg%
Kolesterol 0,1 gm% 0,3-0,9 mg%
Asam lemak 0,12 mg% 0,3-1,2 mg%
Lecithin 0,04 mg% 0,3 mg%
Elektrolit - -
24

Garam empedu
Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada dua
macam yaitu: Asam Deoxcycholat dan Asam Cholat.
Fungsi garam empedu adalah :
- Menurunkan tegangan permukaan dari partikel lemak yang terdapat
dalam makanan, sehingga partikel lemak yang besar dapat dipecah
menjadi partikel-partikel kecil untuk dapat dicerna lebih lanjut.
- Membantu absorbsi lemak, monoglycerid, kolesterol, dan vitamin yang
larut dalam lemak.
Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja kuman-
kuman usus diubah menjadi deoxycholat dan lithocholat. Sebagian besar
(90%) garam empedu dalam lumen usus akan diabsorbsi kembali oleh
mukosa usus sedangkan sisanya akan dikeluarkan bersama feses dalam
bentuk lithocholat. Absorbsi garam empedu tersebut terjadi di segmen
distal dari ilium. Sehingga bila ada gangguan pada daerah tersebut
misalnya oleh karena radang atau reseksi maka absorbsi garam empedu
akan terganggu.

Kolesistitis
1. Kolesistitis akut
A. Pengertian
Radang kandung empedu (kolesistitis akut) adalah reaksi inflamasi akut
dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri
tekan, dan demam.
B. Etiologi dan Patogenesis
Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah
statis cairan empedu, infeksi kuman, dan iskemia dinding kandung empedu.
Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu kandung empedu (90%) yang
terletak di duktus sistikus yang menyebabkan statis cairan empedu, sedangkan
sebagian kecil kasus timbul tanpa adanya batu empedu (kolesistitis akut
alkalkulus). Bagaimana statis di duktus sistikus dapat menyebabkan
kolesistitis akut, masih belum jelas. Diperkirakan banyak faktor yang
25

berpengaruh, seperti kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin, dan


prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti
oleh reaksi inflamasi dan supurasi.
Kolesistitis akut akalkulus dapat timbul pada pasien yang dirawat cukup
lama dan mendapat nutrisi secara parenteral, pada sumbatan karena keganasan
kandung empedu, batu disaluran emepdu, atau merupakan salah satu
komplikasi penyakit lain seperti demam tifoid dan diabetes mellitus.
C. Gejala klinis
Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik
perut disebelah kanan atas epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu
tubuh. Kadang-kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan dan
dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda. Berat ringannya keluhan
sangat bervariasi tergantung dari adanya kelaianan inflamasi ringan sampai
dengan gangrene atau perforasi kandung empedu. Penderita kadang menderita
demam, mual, dan muntah. Pada orang lanjut usia, demam sering kali tidak
begitu nyata dan nyeri lebih terlokalisasi hanya pada perut kanan atas.
D. Pemeriksaan fisik
Teraba masa kandung empedu, nyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis
lokal (Murphy sign).
E. Laboratorium
Ikterus dijumpai pada 20% kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin
<4,0mg/dl). Apabila konsentrasi bilirubin tinggi, perludiperkirakan adanya
batu disaluran empedu ekstrahepatik.
Leukositosis .
Peningkatan enzim-enzim hati (SGOT,SGPT,alkali fosfatase,dan
bilirubin).
Peninggian transaminase dan fosfatase alkali.
F. Radiologi
Foto polos abdomen tidak dapat memperlihatkan gambaran kolesistitis
akut. Hanya pada 15% pasien kemungkinan dapat terlihat batu tidak
tembus pandang (radioopak) oleh karena mengandung kalsium cukup
banyak.
26

Kolesistografi oral tidak dapat memperlihatkan gambaran kandung


empedu bila ada obstruksi sehingga pemeriksaan ini tidak bermanfaat
untuk kolesistitis akut.
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sebaiknya dikerjakan secara rutin dan
sangat bermanfaat untuk memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding
kandung empedu, batu dan saluran empedu ekstrahepatik. Nilai kepekaan
dan ketepatan USG mencapai 90-95%.
Skintigrafi saluran empedu mempergunakan zat radioaktif HIDA atau
99nTc6 Iminodiacetic acid mempunyai nilai sedikit lebih rendah dari USG
tapi teknik ini tidak mudah. Terlihatnya gambaran duktus koledukus tanpa
adanya gambaran kandung empedu pada pemeriksaan kolesistografi oral
atau scintigrafi sangat menyokong kolesititis akut.
CT scan abdomen kurang sensitive dan mahal tapi mampu
memperlihatkan adanya abses perikolesistik yang masih kecil yang
mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan USG.
Kolangiografi transhepatik perkutaneos : pembedahan gambaran dengan
fluroskopi antara penyakit kandung empedu dan kanker pancreas (bila
ikterik ada).
MRI
G. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil dari pemeriksaan
tertentu. Pemeriksaan USG bisa membantu memperkuat adanya batu empedu
dalam kandung empedu, dan cairan peradangan disekitar empedu. ERCP
(endoscopic retrograde cholangiopancreatography) juga dapat dilakukan untuk
melihat anatomi saluran empedu, sekaligus untuk mengangkat batu apabila
memungkinkan.
Diagnosis yang paling akurat diperoleh dari pemeriksaan skintigrafi
hepatobilier, yang memberikan gambaran dari hati, saluran empedu, kandung
empedu dan bagian atas usus halus.

H. Penatalaksanaan
27

Penderita dengan kolesistitis akut pada umumnya dirawat dirumah sakit,


diberikan cairan dan elektrolit intravena dan tidak diperbolehkan makan
mupun minum. Mungkin akan dipasang pipa nasogastrik untuk menjaga agar
lambung tetap kosong sehingga mengurangi rangsangan terhadap kandung
empedu. Antibiotik diberikan sesegera mungkin dicurigai kolesistitis akut.
Jika diagnosis sudah pasti dan resikonya kecil, biasanya dilakukan
pembedahan untuk mengangkat kandung empedu pada hari pertama atau
kedua. Jika penderita memiliki penyakit lainnya yang meningkatkan resiko
pembedahan, operasi ditunda dan dilakkan pengobatan terhadap penyakitnya.
Jika serangan mereda, kandung empedu bisa diangkat 6 minggu kemudian
atau lebih. Jika terdapat komplikasi (misalnya abses, gangren, atau perforasi
kandung empedu), diperlukan pembedahan segera.
Sebgian kecil penderita akan merasakan episode nyeri yang baru atau
berulang, yang menyerupai serangan kandung empedu, meskipun sudah tidak
memiliki kandung empedu. Penyebab terjadinya episode ini tidak diketahui,
tetapi mungkin merupakan akibt dari fungsi sfingter oddi yang abrnormal.
Sfingter Oddi adalah lubang yang mengatur pengaliran empedu kedalam usus
halus. Rasa nyeri ini mungkin terjadi akibat peningkatan tekanan didalam
saluran yang disebabkan oleh penahanan aliran empedu atau sekresi pankreas.
Untuk melebarkan sfingter Oddi dapat menggunakan endoskopi. Hal ini
biasanya akan mengurangi gejala pada penderita yang memiliki kelainan
sfingter, tapi tidak akan membantu penderita yang memiliki nyeri tanpa
disertai kelaianan pada sfingter.
I. Prognosis
Penyembuhan spontan didapatkan 85% kasus, sekalipun kandung empedu
menjadi tebal, fibrotic, penuh dengan batu dan tidak berfungsi lagi. Tidak
jarang menjadi kolesititis rekuren. Kadang-kadang kolesistitis akut
berkembang secara cepat menjadi gangren, empiema, dan perforasi kandung
empedu, fistel, abses hati atau peritonitis umum. Hal ini dapat dicegah dengan
pemberian antibiotic yang adekuat pada awal serangan. Tindakan bedah akut
pada pasien tua (>75tahun) memiliki prognosis jelek disamping kemungkinan
timbul komplikasi pasca bedah.
28

2. Kolesistitis kronik
Kolesistits kronik lebih sering dijumpai di klinis, dan sangat erat
hubungannya dengan litiasis dan lebih sering timbulnya perlahan-lahan.
A. Pengertian
Kolesistitis kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung
empedu, yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam
dan hebat.
B. Etiologi
Kolesistitis kronis terjadi akibat serangan berulang dari kolesistitis akut,
yang menyebabkan terjadinya penebalan dinding kandung empedu dan
penciutan kandung empedu. Pada akhirnya kandung empedu tidak mampu
menampung empedu.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan angka kejadiannya
meningkat pada usia diatas 40 tahun. Faktor resiko terjadinya kolesistitis
kronis adalah adanya riwayat kolesistitis akut sebelumnya.
C. Gejala klinis
Timbulnya gejala bisa dipicu oleh makan makanan berlemak. Gejalanya
sangat minimal dan tidak menonjol, seperti dyspepsia, rasa penuh di
epigastrium, dan nausea khususnya setelah makan makanan berlemak tinggi,
yang kadang-kadang hilang setelah bersendawa.
D. Radiologi
Kolesistografi oral, ultrasonografi, dan kolangiografi dapat
memperlihatkan kolelitiasis dan afungsi kandung emepdu. Pada USG,
dinding menjadi sangat tebal dan eko cairan lebih terlihat hiperekoik.
Sering terdapat pada kolesistitis kronik lanjut dimana kandung empedu
susah mengisut. Kadang-kadang hanya eko batunya saja yang terlihat.
Endoskopi retrograde choledochopancreaticography (ERCP) sangat
bermanfaat untuk memperlihatkan adanya batu di kandung empedu dan
duktus koledokus.
Kolesistogram (untuk kolesistitis kronik): menyatakan batu pada sistem
empedu.
29

CT scan: dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatsi duktus empedu,


dan membedakan antara ikterik obstruksi / non obstruksi.
MRI

E. Diagnosis
Diagnosis kolesistits kronik sering sulit ditegakkan. Riwayat penyakit batu
kandung empedu di keluarga, ikterus dan kolik berulang, nyeri local di daerah
kandung empedu disertai tanda Murphy positif dapat menyokong
menegakkan diagnosis.
F. Penatalaksanaan
Pengobatan yang biasa dilakukan adalah pembedahan. Kolesistektomi bisa
dilakukan melalui pembedahan perut maupun laparoskopi. Penderita yang
memiliki resiko pembedahan tinggi karena keadaan medis lainnya, dianjurkan
untuk menjalani diet rendah lemak dan menurunkan berat badan. Bisa
diberikan antasid dan obat-obat antikolinergik.
G. Pencegahan
Seorang yang pernah mangalami serangan kolesistitis akut dan kandung
empedunya belum diangkat, sebaiknya mengurangi asupan lemak dan
menurunkan berat badannya.
30

BAB VI

I. KESIMPULAN HOLISTIK

Diagnosis Holistik:
Tn.D usia 40 tahun datang dengan mengeluh nyeri perut. Tn.D tinggal
dalam bentuk keluarga nuclear family. Hubungan Tn.D dengan
keluarganya harmonis. Tn.D adalah anggota masyarakat biasa dalam
kehidupan kemasyarakatan.
1.Diagnosis dari segi biologis:
Cholesistitis
2.Diagnosis dari segi psikologis:
Hubungan Tn.D dengan keluarganya harmonis.
3.Diagnosis dari segi sosial:
Hubungan mereka dengan anggota masyarakat yang lain (tetangga) baik.
Aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan di rumahnya.
31

DAFTAR PUSTAKA

Rasad, Sjahriar. 2010. Radilogi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta : Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia
Patel, Pradip R. 2007. Lecture Notes : Radiologi Edisi Kedua.
(diterjemahkan oleh penerbit Erlangga), Jakarta : Penerbit Erlangga
Richard S. Snell. 2002. Anatomi Klinik. Edisi Ketiga. Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru W dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi
Kelima. Jakarta ; Interna publishing
Sherlock S, Dooley J. 1993. Disease of the liver and biliary sistem 9 th.
London : Blackwell Scientific Publication
Sjamsuhidajat R, Wim de jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai