Anda di halaman 1dari 22

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

tentang persepsi pasien tentang perilaku caring dan faktor caratif perawat di

RSUD Kota Langsa.

3.2 Kerangka Penelitian

Faktor Caratif menurut Watson

1. Nilai humanistik-altruistik
2. Faith-hope
3. Sensitifitas
4. Helping-trust
5. Ekspresi perasaan positif dan
negative
Perilaku caring 6. Pemecahan masalah yang
perawat sistematis
7. Proses belajar mengajar
interpersonal
8. Lingkungan yang mendukung
9. Pemenuhan kebutuhan dasar
manusia
10. Eksistensi-fenomenologi

Universitas Sumatera Utara


3.3 Definisi operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil Skala

Perilaku Perilaku caring perawat Kuesioner 1.Tidak Ordinal


caring adalah perilaku yang dengan caring =
perawat ditunjukkan perawat dalam jumlah 40-100
memberikan asuhan pertanyaan 2.caring
keperawatan kepada klien 40 item, yang =101-
yang harus meliputi dalam dibagi dalam 160
sepuluh faktor caratif yaitu: pertanyaan
positif 28
membentuk nilai item dan
humanistik-altruistik, Faith- pertanyaan
hope, Sensitifitas, Helping-
negatif 12
trust, Ekspresi perasaan
item. Dengan
positif dan negative, alat ukur
Pemecahan masalah yang menggunaka
sistematis, Proses belajar n empat
mengajar interpersonal, alternative
Lingkungan yang jawaban,
mendukung, Membantu untuk
dalam pemenuhan pertanyaan
kebutuhan dasar manusia, positif
Eksistensi-fenomenologi. TP=1
KD=2
SR=3
SL=4
Untuk
pertanyaan
negative
TP=4
KD=3
SR=2
SL=1

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan

untuk mengidentifikasi persepsi klien tentang perilaku caring perawat di ruang

rawat inap RSUD Kota Langsa.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah seluruh kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang

dirancang dalam penelitian (Polit & Hungler 1999). Populasi dalam penelitian ini

adalah klien yang dirawat diruang rawat inap IA Seulanga, IB Jambe, IIB

Sikicek, RPBA, RPBB, III Pria dan III Wanita. jumlah populasi pasien yang

dirawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Langsa berjumlah 300 responden

selama 1 bulan.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah mengacu pada proses memilih sebagian dari populasi untuk

mewakili seluruh populasi (Polit & Hungler 1999). Rumus sampel untuk populasi

kecil atau kurang dari 10.000 (Setiadi, 2007).

Ket : n = Besar sampel yang dibutuhkan

N = Total populasi

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,05)

Universitas Sumatera Utara


n= N
1 + N (d2)
= 300 = 300 = 300 = 300 = 171
1 + 300 (0,052) 1 + 300 ( 0,0025) 1 + 0,75 1,75

Kemudian teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling dimana pengambilan sampel secara purposive

didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat sendiri oleh peneliti

berdasarkan ciri-ciri dan karakteristik tertentu dari populasi. (Polit & Hungler

1999). Adapun jumlah sampel yang didapatkan saat pengambilan data yaitu

berjumlah 55 responden karena keterbatasan waktu pada saat pengumpulan data.

Adapun kriteria yang telah ditetapkan yaitu:

1. Pasien yang dirawat diruang rawat inap IA, IB, IIB, RPBA, RPBB, III

Pria dan III Wanita RSUD Kota Langsa.

2. Pasien berumur 21-50 tahun.

3. Pasien dapat menjawab pertanyaan sendiri.

4. Pasien telah dirawat minimal 2 hari rawatan.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD Kota Langsa, dengan pertimbangan bahwa

RSUD Kota Langsa merupakan rumah sakit umum terbesar dan pendidikan di

kota Langsa serta menerima rujukan dari daerah kabupaten sekitarnya, yang

memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan untuk

penelitian ini. Penelitian ini dimulai sejak tanggal 1 November sampai tanggal 30

November 2012

Universitas Sumatera Utara


4.4 Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapat izin dan rekomendasi dari

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari RSUD Kota

Langsa. Sebelum melakukan pembagian kuesioner, peneliti terlebih dahulu

menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur kepada responden. Jika responden

bersedia, maka terlebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan

(informed consent) yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Responden berhak

menolak ataupun mengundurkan diri selama proses penelitian tanpa ada tekanan,

dan peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya sebagai

responden.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan

nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh

responden, tetapi dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar

tersebut. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden akan dijamin oleh

peneliti dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian (Nursalam, 2003).

4.5 Instrumen Penelitian

Insrumen penelitian terdiri dari 2 bagian yaitu data demografi dan

kuisioner perilaku caring perawat.

a. Data Demografi

Data demografi digunakan untuk mengetahui karakteristik pasien yang

dirawat diruang rawat inap yang meliputi umur, jenis kelamin, Suku, Pendidikan

terakhir, Pekerjaan, Lama dirawat.

Universitas Sumatera Utara


b. Kuisioner Perilaku Caring Perawat

Instrumen perilaku caring bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku

caring perawat diruang rawat inap. Kuisiner ini dibuat sesuai dengan teori caring

dan dengan bimbingan saat konsul dengan penguji validitas yang ahli di

bidangnya. Kuesioner perilaku caring ini terdiri dari 40 pertanyaan yang terbagi

menjadi 2 pertanyaan positif sebanyak 28 item dan pertanyaan negatif sebanyak

12 item terdapat pada pertanyaan nomor 3,6,9,12,15,18,21,24,27,30,33,36.

Kuisiner Perilaku Caring Perawat yang meliputi sepuluh faktor caratif yaitu

membentuk nilai humanistik-altruistik terdapat pada pertanyaan no 1 sampai 4 ,

Faith-hope terdapat pada pertanyaan no 5 sampai 8, Sensitifitas terdapat pada

pertanyaan no 9 sampai 12, Helping-trust terdapat pada pertanyaan no 13 sampai

16, Ekspresi perasaan positif dan negative terdapat pada pertanyaan no 17

sampai 20, Pemecahan masalah yang sistematis terdapat pada pertanyaan no 21

sampai 24, Proses belajar mengajar interpersonal terdapat pada pertanyaan no 25

sampai 28, Lingkungan yang mendukung, melindungi, memperbaiki mental dan

sosiokultural terdapat pada pertanyaan no 29 sampai 32, Membantu dalam

pemenuhan kebutuhan dasar manusia terdapat pada pertanyaan no 33 sampai 36,

Eksistensi-fenomenologi terdapat pada pertanyaan no 37 sampai 40. Nilai

terendah yang dijawab 4 dan nilai tertingginya adalah 16. Berdasarkan rumus

statistik Sudjana (1992 dalam Simarmata, 2010), P= rentang atau banyak kelas

dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai

terendah) yaitu sebesar 12, dan banyak kelas dibagi atas dua kategori kelas untuk

sepuluh faktor caratif caring perawat maka akan diperoleh panjang kelas sebesar

Universitas Sumatera Utara


6. Dengan p=6 dan nilai terendah 4 sebagai batas bawah kelas pertama, maka

sepuluh faktor caratif caring perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Langsa

sebagai berikut:

4-10 = tidak baik

11-16 = baik

Alat ukur dalam penelitian ini dengan menggunakan model skala Likert,

pertanyaan positif menggunakan empat alternatif jawaban yaitu tidak pernah

(bernilai 1), kadang-kadang (bernilai 2), sering (bernilai 3), dan selalu (bernilai 4).

Pertanyaan negatif dengan empat pilihan jawaban tidak pernah (bernilai 4),

kadang-kadang (bernilai 3), sering (bernilai 2), dan selalu (bernilai 1). Nilai

terendah yang dicapai adalah 40 dan nilai tertingginya adalah 160. Berdasarkan

rumus statistik Sudjana (1992 dalam Simarmata, 2010), P= rentang atau banyak

kelas dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurang

nilai terendah) yaitu sebesar 120, dan banyak kelas dibagi atas dua kategori kelas

untuk perilaku caring maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 60. Dengan

p=60 dan nilai terendah 40 sebagai batas bawah kelas pertama, maka perilaku

caring perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Langsa sebagai berikut:

40-100 = tidak caring

101-160 = caring

Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan ini yaitu harus valid

dan reliabel.

Universitas Sumatera Utara


4.6 Uji validitas dan reliabilitas

a. Uji validitas

Uji validitas insrumen perilaku caring di uji oleh yang ahli di bidangnya

dengan jumlah Content validity indeks 400.

b. Uji reliabilitas

Instrumen yang reliabel akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya atau

benar sesuai kenyataannya (Polit & Hungler 1999). Instrumen diujikan kepada 30

orang responden di tempat yang berbeda di RSUD Karang Baru dan dilakukan

hanya sekali pemberian instrumen. Penghitungan uji realibilitas dilakukan dengan

menggunakan analisa cronbach alfa yaitu menunjukkan hasil 0,773. Menurut

(Polit & Hungler 1999) suatu instrument dinyatakan reliabel jika memiliki nilai

reliabilitas lebih dari 0,70.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari direktur RSUD

Kota Langsa, kemudian peneliti ke ruangan rawat inap meminta izin kepada Karu

untuk melakukan penelitian dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian,

setelah di beri izin kemudian meminjam buku laporan pasien untuk melihat

jumlah pasien dan penyakit maupun kondisinya dan melakukan pencatatan,

setelah itu menuju ke setiap ruangan pasien dengan melihat secara langsung

apakah kondisi pasien memungkinkan untuk menjadi responden dan bisa

menjawab setiap pertanyaan yang ada pada kuisioner, apabila kondisi pasien

memungkinkan maksudnya pasien sadar, bukan pada kondisi yang tidak

Universitas Sumatera Utara


memungkinkan misal tidak sesak, nyeri dan batuk serta dapat berkomunikasi dan

bisa menjawab pertanyaan dan minimal telah di rawat selama 2 hari, kemudian

melakukan bina trust dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian setelah

pasien paham dan mau menjadi responden sebelumnya menandatangani

informconsent, setelah itu pengisian kuisioner dilakukan oleh peneliti karena

pasien ingin di tanya secara langsung dan tidak mau mengisi kuisioner sendiri dan

di karenakan juga keadaan pasien yang di infus dan kondisi pasien yang masih

sakit kemudian peneliti menanyakan langsung setiap pertanyaan yang ada pada

kuisioner sehingga jawaban yang diberikan oleh pasien dapat dimengerti dengan

setiap alasan yang dijelaskan oleh pasien.

4.8 Analisa Data

Setelah semua data dikumpulkan, maka dilakukan analisa data melalui

beberapa tahapan. Pertama memeriksa kelengkapan data dan memastikan bahwa

semua jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk. Kemudian peneliti membuat

nomor untuk menyusun dan mengelompokkan data, selanjutnya memasukkan

data dari kuisioner ke dalam program komputer untuk menganalisa dan

menginterpretasi data harus membuat 1 set nomor yang masuk diakal secara logis

sehingga mudah dipahami.

Data diolah secara statistik dengan menggunakan teknik komputerisasi

dan dianalisa secara statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi kemudian di narasikan.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan

mengenai gambaran persepsi pasien tentang perilaku caring perawat di RSUD

Kota Langsa.

5.1. Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data hasil penelitian ini akan menguraikan

gambaran persepsi pasien tentang perilaku caring dan faktor caratif perawat di

RSUD Kota Langsa. Pengumpulan data 1 bulan dimulai sejak tanggal 1

November sampai tanggal 30 November 2012 setelah pengumpulan data jumlah

sampel 55 responden.

5.1.1. Karakteristik Responden

Adapun karakteristik responden yang dipaparkan mencakup umur,, jenis

kelamin, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan lama klien di rawat di ruang

rawat inap.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden lebih banyak berjenis

kelamin laki-laki (56,4%), berada pada kelompok usia 31-40 dan 41-50 sama-

sama (34,5%). Responden lebih banyak bersuku jawa (34,5%) dan aceh (30,9%)

dengan mayoritas pendidikan terakhir SMP (45,5%). Mayoritas pekerjaan

responden lain-lain meliputi mahasiswa, petani, bakti, bangunan (40%) dengan

mayoritas lamanya klien dirawat 2-4 hari (78,2%) ringkasan karakteristik dapat di

lihat pada table 5.1.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden
di ruang rawat inap RSUD Kota Langsa (n = 55).

Karakteristik responden Frekuensi (f) Persentase (%)

Umur
21-30 tahun 17 30,9
31-40 tahun 19 34,5
41-50 tahun 19 34,5

Jenis Kelamin
Laki-laki 31 56,4
Perempuan 24 43,6

Suku Responden
Aceh 17 30,9
Batak 2 3,6
Jawa 19 34,5
Melayu 10 18,2
Lain-lain 7 12,7

Pendidikan Terakhir
SD 5 9,1
SMP 25 45,5
SMA 17 30,9
Akademi 5 9,1
S1 3 5,5

Pekerjaan
PNS 7 12,7
P.Swasta 4 7,3
Wiraswasta 8 14,5
IRT 14 25,5
Lain-lain 22 40

Lama dirawat
24 43 78,2
57 9 16,4
>7 3 5,5

Universitas Sumatera Utara


5.1.2 Persepsi pasien tentang sepuluh faktor caratif di Ruang Rawat Inap
RSUD Kota Langsa

Hasil penelitian perilaku caring perawat berdasarkan sepuluh faktor-faktor

caratif yang diungkapkan oleh Watson (1979) yaitu membentuk nilai humanistik-

altruistik mayoritas menjawab dengan nilai baik sebanyak (72,7%). Menanamkan

Keyakinan dan harapan mayoritas menjawab dengan nilai baik (54,5%).

Sensitifitas mayoritas menjawab dengan nilai baik (72,7%). Membina hubungan

saling percaya dan saling membantu mayoritas menjawab dengan nilai baik

(72,7%). Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negative

mayoritas menjawab dengan nilai baik (76,4%).

Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis mayoritas

menjawab dengan nilai baik (83,6%). Meningkatkan proses belajar mengajar

interpersonal mayoritas menjawab dengan nilai tidak baik (74,5%). Menyediakan

lingkungan yang mendukung, melindungi memperbaiki mental dan sosiokultural

mayoritas menjawab dengan nilai tidak baik (61,8%). Membantu dalam

pemenuhan kebutuhan dasar manusia mayoritas menjawab dengan nilai tidak baik

(52,7%). Dan Mengembangkan faktor kekuatan eksistensi-fenomenologi

mayoritas menjawab dengan nilai baik (67,3%). Ringkasan ini dapat dilihat pada

(Tabel 5.2).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien Tentang sepuluh faktor caratif caring
Perawat di RSUD Kota Langsa (n = 55).

faktor-faktor caratif caring Frekuensi (f) Persentase (%)

membentuk nilai humanistik-


altruistik

- Tidak baik 15 27,3


- Baik 40 72,7

Keyakinan dan harapan

- Tidak baik 25 45,5


- Baik 30 54,5

Sensitifitas
- Tidak baik 15 27,3
- Baik 40 72,7

Percaya dan saling membantu


- Tidak baik 15 27,3
- Baik 40 72,7

Ekspresi perasaan positif dan


negative
- Tidak baik 13 23,6
- Baik 42 76,4

Pemecahan masalah yang


sistematis
- Tidak baik 9 16,4
- Baik 46 83,6

Proses belajar mengajar


interpersonal
41 74,5
- Tidak baik 14 25,5
- Baik

Universitas Sumatera Utara


Lingkungan yang mendukung,
melindungi memperbaiki mental
dan sosiokultural
- Tidak baik 34 61,8
- Baik 21 38,2

Membantu dalam pemenuhan


kebutuhan dasar manusia
- Tidak baik 29 52,7
- Baik 26 47,3

Eksistensi-fenomenologi
- Tidak baik 18 32,7
- Baik 37 67,3

Hasil penelitian perilaku caring perawat berdasarkan sepuluh faktor-faktor

caratif yang diungkapkan oleh Watson (1979) mayoritas pelaksanaan caratif

caring yang telah dilakukan dengan baik oleh perawat menggunakan metode

pemecahan masalah yang sistematis mayoritas menjawab dengan nilai baik

(83,6%). Dan masih rendahnya pelaksanaan dalam Meningkatkan proses belajar

mengajar (edukasi) interpersonal mayoritas menjawab dengan nilai tidak baik

(74,5%) dengan rendahnya menjawab dengan nilai baik (16,4%). Aspek proses

belajar mengajar (edukasi) salah satunya adalah memberikan pendidikan

kesehatan kepada pasien. Pasien dijelaskan cara bagaimana perawatan yang

diberikan serta menjalani pengobatan yang diberikan di Rumah Sakit. Apabila

informasi jelas dan pasien memahami pengobatan terhadap dirinya hal ini tentu

saja memberikan aspek positif terhadap kesembuhan pasien.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas (80%) menyatakan bahwa

perawat di ruang rawat inap telah menunjukkan perilaku caring dalam melakukan

Universitas Sumatera Utara


asuhan keperawatan pada pasien dan (20%) menyatakan bahwa perawat tidak

menunjukkan perilaku caring ringkasan ini dapat dilihat pada (Tabel 5.3).

(Tabel 5.3.)
Distribusi Frekuensi dan Persentase Persepsi Pasien Tentang Perilaku Caring
Perawat di RSUD Kota Langsa (n = 55).

Perilaku caring perawat Frekuensi Persentase

1. Caring 44 80

2. Tidak Caring
1 20

Total 55 100

5.2 Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas perawat telah

menunjukkan perilaku caring dalam melakukan asuhan keperawatan. ini berarti

sesuai teori Watson (1985) yang meyakini praktek caring sebagai inti

keperawatan, yang menggambarkan dasar dalam kesatuan nilai-nilai kemanusiaan

yang universal ( kebaikan, kepedulian dan cinta terhadap diri sendiri dan orang

lain) caring digambarkan sebagai moral ideal keperawatan. Hal ini meliputi

keinginan untuk merawat, dengan tulus yang meliputi komunikasi, tanggapan

positif, dukungan atau intervensi fisik oleh perawat (Synder, 2011). Teori Watson

(1979, dalam Asmadi, 2008) telah dilakukan oleh sebagian besar perawat (80%)

telah melakukan asuhan keperawatan dengan baik dan peduli Sehingga dalam

penelitian ini persepsi pasien yang di rawat di ruang rawat inap tentang perawat

telah menunjukkan perilaku caring di RSUD Kota Langsa.

Universitas Sumatera Utara


Caring sebagai tindakan di sengaja membawa rasa aman baik fisik dan

emosi serta keterikatan yang tulus dengan orang lain atau sekelompok orang.

Caring memperjelas sisi kemanusiaan pemberi asuhan maupun penerima asuhan

Miller (1995, dalam Synder, 2011).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ariani (2006)

yang bertujuan mengidentifikasi perilaku caring perawat dalam melakukan askep

pada klien di ruang rawat inap Rindu B2 RSUP H. Adam Malik Medan

menunjukkan bahwa perawat sudah berperilaku caring (88,6%) dan (11,4%)

perawat tidak berperilaku caring dalam memberikan asuhan keperawatan pada

klien, jadi mayoritas perawat telah menunjukkan perilaku caring.

Valentine (1997) juga menyatakan bahwa perilaku caring perawat adalah

bagian dari praktik keperawatan professional yang holistik. Di dalam

penelitiannya ia mengemukakan bahwa pilihan klien dalam mencari pusat

pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh pengalaman positif terhadap perilaku

caring perawat (Valentine, 1997, dalam Wolf, Miller, & Devine, 2003). Felgen

(2003) juga menyatakan bahwa klien mengharapkan perawat memiliki perilaku

caring dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Sebaliknya hasil penelitian Malini (2009) yang bertujuan mengidentifikasi

perilaku caring perawat di RS Dr. Djamil didapati perawat masih kurang ramah

dalam melayani pertanyaan dari klien, berperilaku tidak bersahabat dan jarang

tersenyum ini berarti masih didapati perawat yang belum menunjukkan perilaku

caring dalam memberikan asuhan keperawatan. Begitu juga dengan hasil

pengamatan suwardi (2008) terhadap komunikasi terapeutik perawat di RSU

Universitas Sumatera Utara


Pandan Arang Boyolali yang dijumpai masih ada perawat yang cenderung emosi

saat menerima keluhan dari klien, perawat yang hanya duduk-duduk di ruang

perawat, perawat yang cenderung tidak tahu mengenai kondisi klien, dan perawat

kurang memahami keluhan yang dirasakan klien. Ini berarti perilaku caring masih

kurang ditunjukkan oleh perawat yang bekerja di rumah sakit.

Watson (1979) juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin

sepuluh faktor caratif yang berasal dari perpaduan nilai-nilai humanistik dengan

ilmu pengetahuan dasar dalam memberikan asuhan. Oleh karena itu, perawat

perlu mengembangkan filosofi humanistik dan nilai serta seni yang kuat, faktor

caratif membantu perawat untuk menghargai manusia dari dimensi pekerjaan

perawat, kehidupan, dan dari pengalaman nyata berinteraksi dengan orang lain

sehingga tercapai kepuasan dalam melayani dan membantu klien. Dasar dalam

praktek keperawatan menurut Watson (1979, dalam Asmadi, 2008).

Pengukuran perilaku caring dengan mengacu pada pengembangan dari

faktor caratif (Watson, 1979) yang mencakup pembentukan nilai humanistik dan

altruistik, menanamkan sikap penuh harapan, menanamkan sensitifitas terhadap

diri sendiri dan orang lain, hubungan saling percaya dan saling membantu,

meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan

metode pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan keputusan,

meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal, menyediakan lingkungan

yang mendukung, melindungi,memperbaiki mental, sosiokultural dan spiritual,

membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan mengembangkan

faktor kekuatan eksistensial-fenomologis. (Asmadi, 2008).

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil penelitian dari sepuluh faktor-faktor caratif yang

dinyatakan oleh Watson (1979, dalam Asmadi, 2008) mayoritas pelaksanaan

caratif caring yang telah dilakukan dengan baik menggunakan metode pemecahan

masalah yang sistematis mayoritas menjawab dengan nilai baik (83,6%)

menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis merupakan penerapan

proses keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat sehingga persepsi pasien

tentang perilaku caring perawat yang di rawat di ruang rawat inap RSUD Kota

Langsa sesuai jawaban pasien kadang-kadang (54,5%) menanyakan masalah

pribadi saya yang tidak berkaitan dengan keadaan penyakit saya, sering (72,7%)

pelayanan perawat membuat keluhan saya berkurang, sering (80%) perawat

memberikan bantuan kepada saya dalam mencari pertolongan kesehatan, dan

kadang-kadang (56,4%) perawat membiarkan saya dalam menyelesaikan masalah

kesehatan yang saya rasakan.

Dan didapatkan dari persepsi klien tentang perilaku caring perawat masih

rendahnya pelaksanaan dalam Meningkatkan proses belajar mengajar (edukasi)

interpersonal mayoritas menjawab dengan nilai tidak baik (74,5%) dengan masih

rendahnya menjawab dengan nilai baik (16,4%). Aspek proses belajar mengajar

(edukasi) salah satunya adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien.

Pasien dijelaskan cara bagaimana perawatan yang diberikan serta menjalani

pengobatan yang diberikan di Rumah Sakit. Apabila informasi jelas dan pasien

memahami pengobatan terhadap dirinya hal ini tentu saja memberikan aspek

positif terhadap kesembuhan pasien. Persepsi pasien tentang perilaku caring

perawat sesuai jawaban kuisioner perawat sering (41,8%) menjelaskan setiap

Universitas Sumatera Utara


keluhan saya secara jelas (rasional) sesuai dengan tingkat pemahaman saya dan

cara mengatasinya, perawat kadang-kadang (41,8%) membantu saya untuk

melakukan tindakan dengan mempratekkannya kembali (mendemonstrasikan

bersama perawat), perawat tidak pernah (60%) kurang terampil dalam melakukan

perawatan dan saya tidak merasa nyaman terhadap asuhan keperawatan yang telah

diberikan, perawat tidak pernah (80%) menyusun rencana kegiatan untuk saya

sesuai dengan kemampuan saya.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ariani (2006) yang

bertujuan mengidentifikasi perilaku caring perawat dalam melakukan askep pada

klien di ruang rawat inap Rindu B2 RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan

sepuluh faktor-faktor caratif yang diungkapkan oleh Watson faktor caratif yang

banyak dilakukan perawat adalah menggunakan problem solving dalam

pengambilan keputusan (80%) dan faktor yang paling sedikit dilakukan perawat

adalah peningkatan belajar mengajar interpersonal (69,52%), berarti perawat telah

menunjukkan perilaku caring dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien.

Karena apabila klien merasa puas mereka akan terus melakukan pemakaian

terhadap jasa pilihannya.Tetapi jika klien merasa tidak puas mereka akan

memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman

buruknya. Suatu rumah sakit harus menerapkan dan mengelola suatu tim yang

mempunyai kemampuan mempertahankan klien. Tim yang dikelola tersebut

merupakan perawat yang ahli baik secara ilmu maupun pengalaman klinis

dilapangan. Pengalaman klinik menunjukkan bahwa banyak perawat yang tidak

Universitas Sumatera Utara


mampu memperlihatkan perilaku merawat dengan konsep caring (Hamid,2001).

Kepuasan klien juga erat hubungannya dengan asuhan keperawatan yang

dilakukan oleh perawat dengan perilaku caring. Anjaswarni (2002) pada hasil

penelitiannya menegaskan bahwa didapatkan secara keseluruhan rata-rata tingkat

kepuasan klien tinggi terhadap perilaku caring oleh perawat di RSUD Dr.Saiful

Anwar Malang. Berdasarkan pencapaian rata-rata tingkat kepuasan ini dapat

diketahui bahwa pencapaian tingkat kepuasan klien terhadap perilaku caring

(82,25%) yang berarti klien cenderung merasa puas. Hasil penelitian Ismar,A

tahun 2002 di Rumah Sakit Muhammad Hoesin Palembang menunjukkan hampir

sebagian perawat yang diteliti dinilai tidak caring (48,3%) dan sebagian besar

klien tidak puas terhadap perilaku caring perawat (79,2%). Dari data tersebut ada

perawat yang yang sudah mempunyai perilaku caring dan masih ada perawat yang

belum berperilaku caring sehingga mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan

yang selanjutnya berdampak terhadap kepuasan klien akan pelayanan rumah sakit

secara keseluruhan.

Perilaku caring sangat penting dalam mempengaruhi kualitas pelayanan

dan kepuasan pasien terutama di rumah sakit, karena kualitas pelayanan menjadi

penentu citra institusi pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan

kepuasan pasien dan mutu pelayanan (Saputri, 2010).

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan

rekomendasi mengenai persepsi pasien tentang perilaku caring perawat di Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Langsa.

6.1. Kesimpulan

Hasil penelitian persepsi pasien tentang perilaku caring perawat di ruang

rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa diperoleh (80%) perawat

telah menunjukkan perilaku caring, dan (20%) belum menunjukkan perilaku

caring. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa perawat di ruang

rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa telah menunjukkan perilaku

caring dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien.

6.2. Rekomendasi

6.2.1. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Agar Rumah Sakit Langsa dapat menerapkan program model

pengembangan perilaku caring perawat sebagai kinerja perawat dapat meningkat

lebih jauh sehingga dapat meningkatkan citra Rumah Sakit Langsa secara

keseluruhan.

Universitas Sumatera Utara


6.2.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini akan memberikan potrait bagi mahasiswa mengenai

persepsi pasien tentang perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Langsa dalam memberikan asuhan pada pasien.

6.2.3 Bagi Praktek keperawatan

a. Hasil penelitian ini akan memberikan bukti empirik, yang dapat digunakan

manajemen Rumah Sakit Langsa untuk dapat menyusun strategi dalam

meningkatkan perilaku caring perawat.

b. Hasil penelitian ini juga dapat memperluas pandangan perawat manajer

maupun perawat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terkait asuhan

keperawatan khususnya caring sebagai inti dan fokus dalam praktik

keperawatan professional di Indonesia guna mengangkat citra profesi

keperawatan.

6.2.4. Untuk penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan, acuan dan

pertimbangan maupun perbandingan serta sebagai informasi tambahan bagi

penelitian keperawatan dan bagi pengembangan penelitian selanjutnya dengan

mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku caring

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai