Anda di halaman 1dari 5

Tugas Landasan Ilmu Pendidikan

Siti Fajar Aldilha Yudha


16175052
Pendidikan Fisika Kelas A

Pendekatan Humanisme Dalam Pembelajaran Fisika

Konsep humanistik mengajarkan manusia memiliki rasa kemanusiaan yang mendalam;


Menghilangkan sifat-sifat egois, otoriter dan individualis; Tidak semena-mena memaksakan lawan
bicara, memahami atau masuk dalam pembicaraan kita. Pandangan prilaku yang muncul dari teori
humanistik berfokus pada bagaimana manusia dipengaruhi oleh arti pribadi dengan pengalaman
mereka dengan penekanan pada kualitas subjektif dari pengalaman manusia dan makna pribadi.
Menurut Arthur Combs, humanis menekankan pada konsep kebermaknaan dalam belajar dan
belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu (Fadhilah Suralaga dan Solicha, 2010: 84-86).
Menurut saya, berdasarkan penjabaran diatas, konsep humanis adalah suatu konsep
pembelajaran yang tujuannya adalah memanusiakan manusia, dimana kita diajarkan untuk saling
menghargai antar sesama manusia. Karena pada prinsipnya setiap individu memiliki kemauan dan
kemampuan yang berbeda-beda serta ia berhak memilih dan menentukan jalan hidupnya masing-
masing. Dalam konsep Humanis kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk memahami materi
yang tidak disukai mereka. Bukan karena mereka tidak bisa tapi mereka tidak mempunyai alasan
yang kuat kenapa mereka harus mempelajarinya dan apa untungnya bagi mereka. Contoh
pembelajaran humanis dalam fisika mengenai materi Optik: kebanyakan siswa pada kenyataannya
tidak menyukai pelajaran fisika salah satunya karena banyak sekali konsep dan rumus-rumus yang
harus dipelajari. Sebagai seorang guru kita harus bisa mengenal dan mencoba memahami prilaku
siswa dan berusah mengubah pandangan siswa terhadap fisika, sebagai contoh materi optik. Dalam
pembelajarannya, guru harus bisa menghubungkan atau mengaitkan materi optik dengan
kehidupan siswa agar siswa merasakan bahwa mempelajari optik begitu berarti. Salah satu alat
optik adalah kamera. Seiring perkembangan zaman semakin modern kamera. Sudah sangat banyak
di temukan di telephone genggam atau handphone bahkan terdapat dual camera (kamera depan
dan belakang) dengan resolusi yang cukup besar sehingga hasil foto yang dihasilkan masih cukup
baik ketika di zoom beberapa kali. Dengan teori humanistik kita bisa mengaitkan materi alat optik
dengan kehidupan siswa. Yang mana siswa(anak-anak) masa kini tidak terlepas dari kamera dan
kegiatan selfie, tanpa ada ilmu optik di dalamnya tidak akan ada kamera dengan resolusi yang
besar yang dapat menghasilkan foto yang baik dan para siswa sulit untuk melakukan selfie. Dengan
penjelasan yang kurang lebih seperti itu, kurang dan lebihnya siswa dapat mengubah persepsinya
terhadap fisika dalam materi optik, yang sebenarnya ilmu-ilmu fisika itu berada dekat dengan
kehidupan siswa dan mempunyai manfaat yang begitu besar dalam perkembangan teknologi.

Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Fisika


Menurut teori konstruktivisme Vygotsky proses belajar akan terjadi secara efektif dan
efisien apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana lingkungan
yang mendukung. Metode pembelajaran konstruktivisme yaitu berpusat pada siswa, dimana siswa
lah yang memahami dan mengartikan sendiri materi yang diajarkan. Kemudian lingkungan dapat
membawa siswa kedalam sebuah tantangan untuk memperdalam dan mengkonstruksi
pemahamannya.
Dalam pembelajaran fisika, metode konstruktivisme dapat diwujudkan melalui kegiatan
laboratorium dan investigasi pemahaman yang keliru dengan menggunakan pendekatan
eksperimen untuk memperbaiki kekeliruan tersebut. Contoh pada materi listrik, guru dapat
membuat beberapa kelompok dalam kelas. Kemudian masing-masing kelompok melakukan
eksperimen dengan menggunakan materi listrik yaitu Hukum Ohm. Dimana alat yang digunakan
ada lampu, baterai, saklar, kabel penghubung dan lain-lain. Guru dapat memerintahkan muridnya
untuk membuat rangkaian seri dan pararel kemudian meminta mengamati bagaimana dengan nyala
lampunya. Dari situ siswa dapat belajar dan memahami materi Hukum Ohm dari eksperimen yang
dilakukan. Dalam praktikum siswa dapat mengetahui bahwa lampu akan lebih terang jika
rangkaian disusun secara seri dibandingkan secara paralel, karena lampu lebih membutuhkan arus.
Keadaan tersebut sebenarnya telah ada pada teori hukum Ohm bahwa pada rangkaian seri arus
sama pada setiap resistornya dan pada rangkaian paralel yang sama adalah tegangannya. Hubungan
eksperimen tersebut dengan pendekatan konstruktivisme yaitu siswa dapat saling belajar dengan
teman sekelompoknya, saling membantu, dan saling mengungkapkan pendapat agar ada interaksi
dan saling belajar satu sama lain.
Aplikasi teori humanisme lebih menonjolkan kebebasan setiap individu siswa/i memahami
materi pembelajaran untuk memperoleh informasi/pengetahuan baru dengan caranya sendiri,
selama proses pembelajaran.dalam teori ini peserta didik berperan sebagai subjek didik, peran guru
dalam pembelajaran humanisme adalah fasilitator.
Peserta Didik Dalam pembelajaran yang humanis ditempatkan sebagai pusat (central)
dalam aktifitas belajar. Peserta didik menjadi pelaku dalam memaknai pengalaman belajarnya
sendiri. Dengan demikian , peserta didik diharapkan mampu menemukan potensinya dan
mengembangkan potensi tersebut secara memaksimal. Peserta didik bebas berekspresi cara-cara
belajarnya sendiri. Peserta didik menjadi aktif dan tidak sekedar menerima informasi yang
disampaikan oleh guru.
Peran guru dalam pembelajaran humanisme adalah menjadi fasilitator bagi para peserta
didiknya dengan cara memberikan motivasi dan memfasilitasi pengalaman belajar, dengan ,
menerapkan strategi pembelajaran yang membuat peserta didik aktif, serta menyampaikan
materinya pembelajaran yang sistematis (Sadulloh; 2008). Peran guru sebagai fasilitator adalah.
1) Memberi perhatian pada penciptaan suasana awal pembelajaran,
2) Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga meningkatkan peserta didik untuk
mengikuti pembelajaran dengan cara menerapakan metode pembalajaran yang bervariasi,
3) Mengatur peserta didik agar bisa berkomunikasi secara langsung secara aktif dengan antar
teman selama proses pembelajaran,
4) Mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang palin luas dan
mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu mencapai tujuan mereka,
5) Menempatkan diri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan peserta
didik baik secara individu maupun kelompok (guru dijadikan tempat untuk bertanya peserta
didik tanpa peserta didik merasa takut),
6) Menanggapi dengan baik ungkapan-ungkapan didalam kelompok kelas dan menerima baik isi
yang bersifat intelektual (tidak penuh dengan kritikan sehingga memotifasi peserta didik untuk
mengekspresikan diri),
7) Bersikap hangat dan berusaha memahami perasaan peserta didik ( berempati) dan meluruskan
dianggap kurang relevan dengan cara yang santun,
8) Dalam pembelajaran secara kelompok , dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam
kelompok dan mencoba mengungkapkan perasaan serta pikirannya dengan tidak menuntut
dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja
digunakan atau ditolak oleh peserta didik,
9) Sebagai seorang manusia yang tidak selalu sempurna , guru mau mengenali, mengakui dan
menerima keterbatasan-keterbatasan diri dengan cara mau dan senang hati menerima
pandangan yang lebih baik dari peserta didik.

Aktifitas Selama Proses Pembelajaran Siswa berperan sebagai pelaku utama (student
center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri (Salahudin; 2011). Diharapkan
siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada
hasil belajar. Menurut Sadulloh adapun proses yang umumnya dilalui dalam teori Humanisme
adalah:
a. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
b. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan
positif.
c. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri
d. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
e. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
f. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai
secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan
atau proses belajarnya.
g. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai
secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan
atau proses belajarnya.
h. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
i. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.

Bentuk aplikasi humanisme dalam pembelajaran berisi bagai mana cara berupaya
menggabungkan keterampilan dan informasi kognitif, dengan segi-segi efektif, nilai-nilai dan
prilaku antar pribadi. Sehubungan dengan itu dibawah ini akan diterangkan beberapa program
dalam aplikasi humanisme dalam pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai