A. LATAR BELAKANG
1. Karakteristik Keluarga
Berdasarkan Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 pengertian Keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami isteri, atau suami, isteri
dengan anaknya, atau ayah dengan anaknya (duda), atau ibu dengan anaknya (janda).
Menurut Sigmund freud, pada dasarnya keluarga itu terbentuk karena adanya
perkawinan pria dan wanita. Bahwa menurut beliau keluarga merupakan manifestasi
dari pada dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual
suami isteri. Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama , sehingga
mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan
tugas (Murwani, 2008).
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang komplek dengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga. Tahapan dari proses keperawatan keluarga
meliputi pengkajian keluarga dan individu, diagnose keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi dan evaluasi. Pengkajian merupakan tahap utama yang
kritikal dimana pada tahap ini seorang perawat mengambil informasi secara terus
menerus terhadap anggota keluarga yang dibina. Pengkajian keluarga melibatkan
upaya menetapkan kemampuan keluarga berfungsi secara efektif dalam memenuhi
kebutuhan anggota keluarganya. Pengkajian yang tajam merupakan tahap utama yang
harus dilakukan, dimana pada tahap ini mahasiswa menggali dan mengambil
informasi. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisa sehingga dapat dirumuskan
masalah kesehatan yang ada pada keluarga, lalu ditegakkan diagnosa, merancang
intervensi keperawatan, melakukan implementasi serta melakukan evaluasi
(Friedman, 2003).
Tujuan akhir dari keperawatan keluarga adalah memandirikan anggota keluarga untuk
mengidentifikasi, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan keluarga secara suka
rela atau tanpa paksaan.
Minggu pertama ini, keluarga yang akan dibina oleh mahasiswa yaitu keluarga
dengan anak usia sekolah. Tahap ini dimulai anak pertama telah berusia 6 tahun dan
mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.
Keluarga biasanya mencapai jumlah maksimum, dan hubungan keluarga di akhir
tahun ini (Duvall, 1977). Tahun-tahun pada masa ini merupakan tahun-tahun yang
sibuk. Kini anak-anak mempunyai keinginan dan kegiatan-kegiatan masing-masing,
disamping kegiatan-kegiatan wajib dari sekolah dan dalam hidup, serta kegiatan-
kegiatan orang sendiri. Setiap orang menjalani tugas-tugas perkembangannya sendiri-
sendiri.
Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah adalah:
1. Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
4. Sebagai keluarga muslim, hendaknya memahamkan pada anak sejak dini tentang
Islam.
Masalah yang biasa terjadi pada anak usia sekolah adalah gangguan kesehatan
umum, gangguan perilaku, gangguan perkembangan fisiologis hingga gangguan
dalam belajar. Untuk mencegah atau mengurangi potensi komplikasi dan
permasalahan kesehatan anak, perlu dilakukan deteksi dini gangguan kesehatan agar
tidak berkembang menjadi masalah berat. Deteksi dini bisa dilakukan dengan
meningkatkan perhatian yang lebih besar terhadap usia sekolah, sama halnya dengan
perhatian ketika anak masih balita. Hal ini dilakukan dengan harapan tercipta anak
usia sekolah yang sehat, cerdas dan berprestasi. Pertumbuhan pada masa usia sekolah
berkaitan dengan masalah perubahan dalam hal jumlah, ukuran, besaran, dan dimensi
sel dan organ tubuh anak yang tercermin dalam ukuran berat, ukuran panjang, umur
tulang dan keseimbangan metabolik. Sedang perkembangan anak usia sekolah
berhubungan dengan bertambahnya kemampuan dan ketrampilan dalam struktur
tubuh dan fungsi-fungsinya dalam pola yang teratur. Perkembangan juga terkait
dengan proses diferensiasi sel-sel dan organ tubuh, sistem organ dan jaringan tubuh
yang berkembang sedemikian rupa dalam memenuhi fungsi-fungsinya dan
menghasilkan perkembangan emosi, kemampuan intelektual dan perilaku hasil
interaksi dengan lingkungan. Singkatnya, pertumbuhan berdampak pada aspek fisik
anak, sedangkan perkembangan berdampak pada kematangan fungsi organ tubuh
anak. Keduanya harus tumbuh seimbang dan saling mempengaruhi setiap anak usia
sekolah.