Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENELITIAN

PEMBUATAN BIO-ETANOL DARI AMPAS TEBU DENGAN VARIASI


WAKTU HIDROLISA, BERAT RAGI, DAN JENIS RAGI

Oleh
Septu Novaldi Akasuma (03061003078)
Muhammad Raiza (03061003105)

Penelitian sebagai Syarat Akademik pada


Program Sarjana Teknik Kimia

Teknik Kimia
Universitas Sriwijaya
2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Laporan
penelitian ini berjudul “Pembuatan Bio-etanol dari Ampas Tebu Dengan Varaisi
Jenis Berat Ragi, Jenis Ragi Dan Lama Waktu Hidrolisa” . Laporan penelitian ini
disusun memenuhi persyaratan Jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya.
Selama penelitian ini penulis menerima bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :

1
1. Ir. H.A.R Fachry, M.Eng., Ketua Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya.
2. Tuti Indah Sari, ST. MT., Sekretaris Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya selaku Dosen Pembimbing Penelitian.
3. Ibu Ermawati N., Laboratorium Bioproses Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Sriwijaya.
4. Bapak Kirman., Laboratorium Operasi Teknik Kimia Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya.
5. Sahabat – sahabat terdekat kami yang telah membantu hingga tersusunnya
laporan penelitian ini.
Akhirnya penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
kemajuan dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknik Kimia.

Palembang, April 2010


Penulis

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan..........................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
Daftar Tabel......................................................................................................iv
Daftar gambar...................................................................................................v
Daftar lampiran.................................................................................................vi
ABSTRAK........................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar belakang...................................................................................1
1.2 Perumusan masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan penelitian...............................................................................2

2
1.4 Hipotesa.............................................................................................2
1.5 Ruang lingkup penelitian..................................................................2
1.6 Manfaat penelitian.............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................4
2.1 Jerami padi........................................................................................4
2.2 Polisakarida jerami padi....................................................................4
2.2.1 Selulosa...................................................................................5
2.2.2 Hemiselulosa...........................................................................5
2.2.3 Lignin......................................................................................6
2.3 Teknologi konversi biomassa lignosellulosic....................................7
2.3.1 Pretreatment............................................................................7
2.3.2 Hidrolisa selulosa....................................................................9
2.3.3 Pengaturan pH.........................................................................10
2.4 Etanol................................................................................................10
2.5 Fermentasi.........................................................................................11
2.5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi........................13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................15
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................15
3.2 Peralatan dan Bahan..........................................................................15
3.3 Prosedur Kerja...................................................................................16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................19
BAB V PENUTUP...........................................................................................23
5.1 Kesimpulan........................................................................................23
5.2 Saran..................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Komponen – komponen yang terkandung dalam ampas tebu............4
Tabel 2. Sifat fisika etanol................................................................................11

3
Tabel 4.1. kandungan glukosa untuk 2,5% asam sulfat....................................19
Tabel 4.2. kandungan glukosa untuk 5% asam sulfat.......................................20
Tabel 4.3. kadar etanol terhadap konsentrasi ragi.............................................21
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema rantai selulosa....................................................................5
Gambar 2.2 Beberapa gula penyusun dari hemiselulosa..................................6
Gambar 2.3 Struktur lignin...............................................................................7
Gambar 2.4 Skematis tujuan pretreament.........................................................8
Gambar 4.1 Grafik kadar glukosa dengan 2,5% asam sulfat............................20
Gambar 4.2 Grafik kadar glukosa dengan 5% asam sulfat...............................21
Gambar 4.3 Grafik persentase etanol yang dihasilkan.....................................22

INTISARI

Penggunaan residu biomassa lignoselulosa sebagai bahan baku


menawarkan perspektif baik untuk produksi skala besar bahan bakar etanol
dengan biaya kompetitif. Proses hidrolisa adalah proses dimana selulosa
dikonversi menjadi glukosa dengan bantuan asam kuat. Penelitian ini bertujuan
untuk mempelajari pengaruh konsentrasi asam sulfat (H 2SO4), temperatur, dan
waktu hidrolisis terhadap hasil glukosa yang diperoleh dan pengaruh konsentrasi
ragi terhadap kadar etanol yang dihasilkan dari proses hidrolisis. Dari sample
sebanyak 30 gram jerami padi diperoleh hasil glukosa tertinggi, yaitu 21,32%
dengan konsentrasi asam 5%, temperatur 200 C dan waktu 150 menit, serta
diperoleh bahwa konsentrasi ragi sebesar 15% merupakan konsentrasi optimum
yang menghasilkan etanol.

Kata kunci : Jerami Padi, Hidrolisis Asam, Etanol

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bio-etanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari
pengolahan tumbuhan) di samping Biodiesel. Bio-etanol adalah etanol yang
dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses
pemurnian. Proses pemurnian dapat melalui proses destilasi ataupun evaporasi.
Proses ini dapat menghasilkan etanol dengan kadar 95% volume, untuk digunakan
sebagai bahan bakar (biofuel) perlu lebih dimurnikan lagi hingga mencapai 99%
yang lazim disebut fuel grade ethanol (FGE). Proses pemurnian dengan prinsip
dehidrasi umumnya dilakukan dengan metode Molecular Sieve, untuk
memisahkan air dari senyawa etanol.
Etanol dari tebu bukan hanya bisa diperoleh dari tetes tetapi juga bisa
berasal dari ampas (bagasse) dan daun. Ini sekaligus untuk menepis kritik soal
etika berkaitan persaingan penggunaan sumber pangan dan energi. Pengunaan
bahan-bahan yang bisa langsung dikonversi menjadi etanol seperti tetes, jagung,
singkong, gandum, dan umbi-umbian sejauh ini menuai banyak kritik karena akan
menurunkan suplai bahan pangan.
Pada penetilian sebelumnya, digunakan fermentasi untuk etanol dari bahan
yang mengandung pati, karena diketahui bahwa pati dapat diambil dari bahan
yang berkarbohidrat. Sedangkan, pada penelitian ini kami menggunakan bahan
yang mengandung lignoselulosa, dimana lignoselulosa akan dipecah menjadi gula
sederhana untuk kemudian dilanjutkan ke tahap fermentasi. Ampas tebu banyak
mengandung senyawa lignoselulosa. Lignoselulosa dipecah menjadi selulosa,
lignin dan hemiselulosa. Selulosa diuraikan menjadi glukosa terus menjadi etanol.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan untuk meningkatkan nilai jual ampas tebu yang selama ini
banyak belum dimanfaatkan secara optimal. Serta untuk memaksimalkan

5
penggunaan limbah pabrik gula pada umumnya, yaitu untuk dijadikan menjadi
etanol dengan cara fermentasi dengan variabel – variabel proses dapat
menghasilkan etanol secara maksimal. Variabelnya adalah waktu hidrolisa, jenis
ragi dan berat ragi.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Memanfaatkan ampas tebu sebagai penghasil etanol dengan cara
fermentasi.
2. Mengetahui pengaruh lama waktu fermentasi, jenis ragi, dan berat
ragi dari kadar etanol yang dihasilkan.
3. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang industri.

1.4 Hipotesa
Hipotesa yang dapat diambil sebelum penelitian ini dilakukan, yaitu kadar
etanol yang dihasilkan akan semakin tinggi sampai waktu fermentasi tertentu
(waktu maksimal) dan setelah waktu maksimal dilewati kadar etanol yang
dihasilkan akan menurun, serta diperkirakan ragi yang dapat memberikan hasil
paling optimal adalah ragi tape.
Semakin kecil ukuran ampas tebu yang digunakan akan mempermudah
terdegradasinya lignin sehingga sellulosa dan hemisellulosa akan terhidrolisa
secara optimal

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Fermentasi dibatasi oleh faktor – faktor :
1. Lama waktu hidrolisa yang dilaksanakan 30 - 180 menit
2. Berat ragi yang digunakan 10 – 25 % berat Feed
3. Jenis ragi yang digunakan adalah ragi roti (fermipan) dan ragi tape
4. Ampas tebu yang digunakan dibeli dari pasar Indralaya, pada bulan
Januari 2011
5. Tempat Penelitian dilakukan di laboratorium Operasi Teknik Kimia
Jurusan Teknik Kimia UNSRI dalam skala Laboratorium

1.6 Manfaat Penelitian


1. Sebagai informasi ilmiah bagi dunia ilmu pengetahuan khususnya
tentang produksi etanol dari ampas tebu(baggase).
2. Mengetahui parameter proses dalam pembuatan etanol.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tebu (Saccharum officinarium)
Tebu (Saccharum officinarium) tersebar hampir di seluruh kepulauan
Indonesia yang tumbuh sepanjang tahun. Walaupun tergolong tanaman tropis,
namun tebu juga dapat tumbuh dan hidup di daerah beriklim subtropis. Daerah
penyebaran tebu berada di antara 350 LS dan 390 LU. Tanaman ini dapat hidup
pada berbagai ketinggian mulai dari pantai sampai ketinggian 1400 m di atas
permukaan laut. Ampas tebu merupakan sisa pengambilan nira, umumnya
merupakan 31-34% bagian dari tebu. Komposisinya 50% yang terdiri dari 47%
bagian berserat dan 3% sisa-sisa gula dan padatan terlarut lainnya. Ampas tebu
yang dihasilkan umumnya dibakar di dalam ketel sebagai pembangkit tenaga uap
untuk menggerakkan mesin pabrik gula dan keperluan proses lainnya.

7
Gambar I. Ampas Tebu

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Ampas Tebu


Kandungan Kadar (%)
Abu 3,82
Lignin 22,09
Selulosa 37,65
Sari 1,81
Pentosa 27,97
SiO2 3,01
Sumber : Husin, 2008(www.plantsclassificationReport.com.2008)
Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan
baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman
ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa
dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan
di pulau Jawa dan Sumatra (Anonim, 2007e).

Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses
ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar
35 – 40% dari berat tebu yang digiling (Indriani dan Sumiarsih, 1992). Husin
(2007) menambahkan, berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu

8
giling. Pada musim giling 2006 lalu, data yang diperoleh dari Ikatan Ahli Gula
Indonesia (Ikagi) menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57 pabrik
gula di Indonesia mencapai sekitar 30 juta ton (Anonim, 2007b), sehingga ampas
tebu yang dihasilkan diperkirakan mencapai 9.640.000 ton. Namun, sebanyak
60% dari ampas tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar,
bahan baku untuk kertas, bahan baku industri kanvas rem, industri jamur dan lain-
lain. Oleh karena itu diperkirakan sebanyak 45 % dari ampas tebu tersebut belum
dimanfaatkan.
Ampas tebu sebagian besar mengandung ligno-cellulose. Panjang seratnya
antara 1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20 mikro, sehingga ampas tebu
ini dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi papan-papan buatan.
Bagase mengandung air 48 - 52%, gula rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47,7%.
Serat bagase tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa,
pentosan dan lignin (Husin, 2007).
Pada saat ini luas area tebu di seluruh Indonesia hampir 400 ribu ha,
dengan produksi 2,3 juta ton. Tambahan area 600 ribu ha seperti yang diajukan
SGC akan meningkatkan produksi gula menjadi 5,8 juta ton. Gula sebanyak itu
lebih dari cukup guna memenuhi kebutuhan domestik hingga 5 tahun ke depan.
Dari tambahan area seluas 600 ribu ha juga diperoleh tetes (molasse) sebagai hasil
samping tebu sedikitnya 1,7 juta ton, atau cukup untuk menghasilkan 500 juta liter
etanol per tahun. Bila etanol yang dihasilkan ini kemudian dicampur dengan
premium menghasilkan gasohol E-10 (etanol 10%), maka itu hanya cukup untuk 5
milyar liter saja. Sementara konsumsi premium saat ini sudah mencapai17,5
milyar liter. Ke depan konsumsi premium akan terus menggelembung. Pada 2011
diperkirakan kebutuhan premium akan lebih dari 38 milyar liter.
Fermentasi berasal dari bahasa latin “ferverve” yang artinya mendidih,
pengertian mendidih disini adalah terjadinya gelembung – gelembung gas pada
saat terjadinya reaksi. Perkataan fermentasi itu sendiri menerangkan terjadinya
penggelembungan atau pendidihan yang terlihat dalam pembuatan anggur ialah
pada waktu sebelum ditemukan khamir. Akan tetapi setelah penemuan pasteur,
perkataan tersebut biasa digunakan bagi aktifitas mikroba dan kemudian bagi
aktivitas enzim bahkan istilah berlaku sekarang untuk menjelaskan pengeluaran

9
gas maupun adanya sel – sel yang hidup merupakan hal yang penting bagi
kegiatan fermentasi. (Sumber : Mikrobiologi Industri)
Dalam beberapa industri fermentasi pelaksanaan prosesnya dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yang meliputi :
- Mikrobia
- Bahan Dasar
- Sifat – sifat Proses
- Pilot-Plant
- Faktor Sosial Ekonomi
Fermentasi merupakan ilmu yang dianggap sangat tua karena semenjak
zaman dahulu telah banyak dilakukan pembuatan makanan dan minuman yang
merupakan hasil fermentasi. Seperti di Yunani, bangsa ini telah lama mengenal
proses fermentasi untuk pembuatan minuman.

Di Mesopotamia, dari sekeping tanah liat yang ditulis dalam bahasa


sumeria sekitar 500 tahun sebelum masehi mengungkapkan bahwa pembuatan bir
merupakan profesi bangsa ini sejak beberapa ribu tahun. Di jepang dan cina,
kecap yang berasal dari kacang difermentasikan telah dibuat selama berabad-abad
tahun yang lalu. Pada masa dahulu, orang – orang memperbaiki mutu
produk fermentasi dengan cara coba – coba, tanpa menyadari mutu sesungguhnya
tergantung pada penyediaan atau perbaikan kondisi bagi pertumbuhan
mikroorganisme sebagai pelaku fermentasi. Barulah setelah Pasteur menelaah
peranan mikroorganisme dalam proses fermentasi pada anggur maka orang –
orang menjadi mengerti bahwa mikroorganisme itulah yang menyebabkan
terjadinya fermentasi.
Keahlian memisahkan alkohol dari bahan – bahan terfermentasi telah
dimiliki oleh orang mesir sejak zaman dahulu. Keahlian tersebut kemudian
diturunkan kepada bangsa arab yang dengan tekun mempelajari dan
menyempurnakan (abad 7 – 12 SM). Rhases (860 -940) berhasil menemukan
suatu cara untuk memekatkan spirit of wine melalui destilasi dengan
menggunakan kapur atau abu.
2.2 Pemanfaatan Ampas Tebu (baggase)
Tebu digiling kemudian diekstrak niranya, hasil samping dari proses giling
ini adalah ampas tebu. Rata – rata ampas tebu yang diperoleh adalah dari proses

10
penggilingan 32 % tebu. Dengan produksi tebu di Indonesia pada tahun 2007
sebesar 21 juta ton potensi ampas yang dihasilkan sekitar 6 juta ton ampas per
tahun. Selama ini ampas hanya digunakan sebagai bahan bakar boiler. Apabila
Pabrik gula dapat efisien dalam penggunaan bahan bakar maka ada potensi ampas
lebih. Potensi ampas yang berlebih dapat dimanfaatkan untuk diproses sebagai
produk turunan. Ampas dapat diproses menjadi produk antara lain :
 PartikelBoard
Ampas dapat digunakan sebagai papan, antara lain papan insulasi, papan
keras, partikel board dll. Sebelum diproses menjadi papan, ampas dari
gilingan disimpan di gudang besar. Partikel board dibuat dari bagian kecil
lignocellulostic dengan menambah adhesive organik dengan cara ditekan
dan dipanaskan. Ada tiga tahap proses yaitu multiplaten hot press process,
proses extrusi, dan continuous pressing. Untuk papan yang keras
ditambahkan dengan vinyl chloride – vinyl asetat, methyl methacrylate,
styrene atau methyl methacrylate polimer. Dengan komposisi polimer
sebesar 40 % akan lebih kuat, dan kemampuan menyerap air turun dari
180 % menjadi lebih rendah dari 20 %.
 Plastik
Ada beberapa proses yang menggunakan ampas sebagai bahan baku
plastik. Komposisi utama ampas yang berperan pada proses pembuatan
plastik adalah lignin, setelah serabut selulosa dihilangkan. Akan tetapi
kelemahan plastik dari ampas adalah warnanya gelap, sehinga kurang
kompetitif untuk bersaing dengan jenis plastik yang lain.
 Pith
Ampas mengandung 30 % pith, yang mempunyai densitas 120 – 200
kg/m3, kadar air 45 – 55 %, kadar sabut 46 – 56 % dan komponen lain 2 –
4 %. Dari hasil analisa kimia kandungannya adalah karbon 45 %, oxygen
38 %, hydrogen 6 %, abu 10 %, dan nitrogen, sulfur, chloride sebesar 1 %.
Nilai kalor dari pith sebesar 4600 Kcal/kg sampai 4250 kcal/kg. Pith yang
dipisahkan dari ampas untuk membuat pulp dapat digunakan sebagai
bahan bakar boiler.

11
 Xylitol
Ampas tebu mengandung 30 % pentosan. Dengan menggunakan asam,
sekitar 13 % zat kering dapat diekstrak menjadi xylose (C5H10O5).
Xylose adalah pentosa dan biasa disebut “gula kayu”. Xylitol (C5H12O5)
atau xylite adalah sebuah alcohol pentahidrat tuunan dari xylosa. Xylose
digunakan sebagai pemanis dan rasanya hampir menyamai sukrosa, dan
mempunyai efek dingin pada lidah. 1 gram xylitol mengandung 4.06 kcal,
hampir sama dengan karbohidrat. Xylitol tidak karsiogenik karena
diuraikan oleh bakteri (streptococci) yang terdapat dalam mulut. Reaksi
proses pembuatan xylitol dari ampas tebu sebagai berikut :

Furfural
Pembuatan furfural dari ampas merupakan salah satu obyek yang banyak
diteliti. Beberapa pabrik gula di China telah memproduksi furfural dari
ampas tebu. Furfural dapat diperolah dari tumbuh-tumbuhan yang
mengandung pentosan. Kandungan pentosan pada ampas tebu lebih tinggi
daripada kayu keras maupun lunak, lebih dari 90 % dalam bentuk xylan.
Dengan hidrolisis asam, xylan menghasilkan xylose, lalu diproses menjadi
furfural dengan menghilangan 3 molekul air. Reaksi pembuatan furfural
dari ampas tebu sebagai berikut:

12
Yield furfural dari ampas tebu sekitar 9 – 10 %. Dengan menggunakan asam sulfat
selain dapat diproduksi furfural juga dapat menghasilkan asam levulinic, gambar
1. Yield yang dapat dihasilkan sekitar 25 %, dimana efisiensi konversinya 56 %.
Dengan menggunakan uap dan mendistilasi uap air nya, dari 14 ton ampas kering
dapat dihasilkan : 1 ton furfural, 500 unit asam asetat, 20 unit alkohol dan 95 %
dari sabut diproses kembali sebagai bahan bakar boiler. Furfural juga dapat
diproduksi dari daun tebu.

Gambar 1. Produk turunan ampas tebu

13
Sifat – sifat proses harus disesuaikan dengan kondisi yang dibutuhkan mikrobia di
dalam melakukan metabolismenya. Kondisinya dapat aerob ataupun anaerob,
sedang bentuk mediumnya dapat cair ataupun padat. Untuk proses produksinya
dapat digunakan proses tertutup ataupun kontinu.
Perbedaan kondisi yang dibutuhkan oleh mikrobia dalam proses industri juga
akan memenuhi :
1. Tipe fermentor
2. Optimasi lingkungan ; pH, aerasi, suhu, kadar nutrien
3. Macam alat bantu : sumber air, listrik, kompresor, dan sebagainya
4. Cara pengambilan hasil, sterilisasi

2.3 Etanol (Etil Alkohol)


Etanol adalah alkohol biasa dan merupakan alkohol terpenting. Pada suhu
kamar etanol berupa zat cair bening, mudah menguap, dan berbau khas. Dalam
kehidupan sehari – hari, alkohol dapat kita temukan dalam spiritus, dalam alkohol
rumah tangga (alkohol 70% yang digunakan sebagai pembersih luka), dalam
minuman beralkohol atau dalam air tape, dan lain – lain (Fessenden dan
Fessenden, 1986). Etanol tidah beracun, tetapi bersifat memabukkan dan
menyebbabkan kantuk karena menekan aktivitas otak atas. Etanol juga bersifat
candu. Orang yang sering minum alkohol dapat menjadi ketagihan dan sukar
baginya meninggalkan alkohol itu. Walaupun tidak beracun, alkohol dapat
menimbulkan angka kematian yang tinggi, misalnya banyak pengemudi
kendaraan yang dalam keadaan mabuk menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Hal
yang lebih menyedihkan jika yang menjadi korban bukan saja si pemabuk, tapi
orang lain (Purba,2000). Etanol adalah alkohol
yang digunakan dalam minuman seperti bir, anggur, dan berbagai jenis minuman
keras lainnya. Etanol dihasilkan dari proses fermentasi (peragian) karbohidrat
(glukosa) dengan bantuan enzim zimase dari ragi (yeast). Proses peragian
berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama adalah perubahan polisakarida
(amilum) menjadi monosakarida (glukosa) yang dikatalisis oleh enzim amylase.
Tahap kedua adalah pengubahan glukosa menjadi alkohol yang dikatalisis oleh

14
enzim zimase. Glukosa yang digunakan untuk proses fermentasi ini dapat berasal
singkong, beras, ketan, anggur, pati gandum, dan beras (Fessenden dan Fessenden,
1986).
amilase
(C6H10O5)x + xH2O xC6H12O6
Pati glukosa
zimase
C6H12O6 (l) 2 C2H5OH(l) +
2CO2(g)
Kadar etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa ini hanya berkisar
12% -15% Karena pada kadar yang lebih tinggi sel ragi tidak dapat hidup. Kadar
etanol yang lebih tinggi dapat diperoleh melalui pemekatan dengan cara destilasi.
Melalui destilasi dapat diperoleh alkohol sampai 95,5%. Alkohol yang lebih pekat
dari itu tidak dapat diperoleh melalui destilasi karena campuran yang mengandung
95,5% alcohol dengan 4,5 air mempunyai titik didih yang tetap (campuran
azeotrop). Etanol merupakan produk fermentasi yang dapat dibuat dari substrat
yang mengandung karbohidrat. Etanol merupakan kependekan dari etil alkohol.
Bentuknya berupa cairan yang tidak berwarna dan memiliki bau yang khas.
Kegunaan etanol antara lain :
1. Sebagai bahan baku pembuatan senyawa lain seperti asam asetat
2. Perawatan kimia (kosmetik, farmasi, dan lain – lain )
3. Sebagai pelarut organic
4. Sebagai konsumsi minuman beralkohol
Dalam kehidupan sehari – hari etanol disebut juga alkohol. Etanol
berkadar 70% digunakan sebagai zat antiseptic (pembunuh kuman), untuk
membersihkan luka, membersihkan alat – alat kedokteran, dan membersihkan alat
– alat industri yang membutuhkan kondisi aseprtic (bebas kuman). Etanol
berkadar 70% juga dapat digunakan untuk menurunkan panas badan (demam)
dengan cara diusapkan. Etanol terdenaturasi adalah etanol yang telah diberi zat
beracun seperti, methanol, benzene, dan piridin. Contoh etanol terdenaturasi
adalah spiritus yang merupakan campuran etanol dengan sedikit zat pewarna
CuSO4 (Purba, 2000).
Etanol (alkohol) dalam minuman biasanya dihasilkan dari fermentasi.
Dalam jumlah sedikit dan kadar rendah, alkohol memberi efek “menyegarkan
badan” karena melancarkan peredaran darah (Purba,2000).

15
Alkohol memiliki beberapa efek merugikan, yaitu
1. Dapat menyebabkan ketergantungan
2. Dapat menyebabkan penghilangan kesadaran (karena menekan
aktivitas otak bagian belakang)
3. Dapat menimbulkan asidosis (pengasaman dan iritasi pada lambung)
4. Dapat merusak hati
5. Dapat menyebabkan impotensi pada kaum laki – laki
Etanol berkadar 95 – 96% digunakan sebagai pelarut dalam industri
parfum, obat – obatan, zat warna, kosmetik , dan lain – lain. Etanol berkadar 95 –
96 % ini dihasilkan dari proses destilasi sehingga masih mengandung 4 – 5 % air.
Hal ini terjadi karena campuran air dengan alkohol dapat menimbulkan campuran
azeotrop. Etanol berkadar 100% dapat diperoleh dengan cara memekatkan etanol
hasil destilasi dengan menggunakan zat pengikat air, misalnya CaO. Etanol
berkadar 100% disebut etanol absolute.
Alkohol teknik seperti spiritus, sebagian dibuat melalui
fermentasi tetes tebu, yaitu cairan sisa pengolahan gula tebu (tetes masih
mengandung gula dengan kadar yang cukup besar, tetapi tidak dapat dikristalkan
lagi untuk membuat gula yang baik). Dewasa ini, alkohol teknis terutama dari
hidrasi etena dengan katalisator asam sulfat pekat. Penggunaan alkohol teknis
adalah untuk membuat etanal (asetaldehida), sebagai pelarut, sebagai bahan bakar,
dan untuk membuat berbagai jenis senyawa organic lain (Fessenden dan
Fessenden, 1986).
CH2=CH2 + H-OH CH3-CH2OH
Etana air etanol

Campuran etanol dengan gasoline (bensin) menghasilkan bahan bakar


yang disebut gasohol. Pembakaran gasohol lebih sempurna daripada pembakaran
bensin sehingga efisiensi pembakaran menjadi lebih tinggi dan tingkat
pencemaran menjadi lebih rendah. Agar gasohol dapat digunakan sebagai bahan
bakar alternatif dalam skala besar maka harus diperoleh bahan baku yang cukup
ekonomis untuk pembuatan etanol.
Table 2.4 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Etanol
Properti Nilai
Berat molekul, gr/mol 46,1
Titik beku, oC -114,1

16
Titik didih normal, oC 78,32
Densitas, g/mol 0,7983
Viskositas pada 20oC, mPa.s (Cp) 1,17
Panas penguapan normal, J/gr 839,31
Panas pembakaran pada 25oC, J/gr 29676,6
Panas jenis pada 25oC, J (gr. oC) 2,42
Nilai oktan 106 – 111
Wujud pada suhu kamar Cair
Dicampur dengan Natrium Bereaksi
kelarutan dalam air Larut sempurna
Dapat terbakar Ya
Sumber : Kirk- Orthmer, Enncyclopedia of Chemical Technology, vol 9, 1967
2.4 Faktor Sosial Ekonomi
Faktor – faktor ekonomi yang diperhatikan seringkali disebut dengan 6 M
( Men, Money, Materials, Machines, Method, and Market).
1. Men, manusia disini diartikan sebagai tenaga kerja. Tenaga kerja manusia
tetap berperan penting dalam perusahaan karena tenaga kerja manusia
bekerja sebagai pengendali.
2. Money, uang atau modal usaha adalah sejumlah uang barang yang dibeli
dengan uang tersebut untuk membuat produk yang lain.
3. Maerials, material sangat berpengaruh bagi kelancaran proses produksi
karena merupakan faktor pendukung utama.
4. Method, metode adalah pelaksanaan manajemen dalam perusahaan atau
pengelolaan perusahaan. Disini diatur bagaimana agar sumber – sumber
ekonomi yang terbatas itu dapat diwujudkan menjadi barang/jasa yang
dapat memuaskan konsumen serta dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan.
5. Machines,hal ini bekaitan dengan teknologi yang diterapkan oleh
perusahaan dalam melakukan proses produksinya.
6. Market. Pasar berhubungan dengan konsumen yang tersedia dan dapat
diraih oleh perusahaan.
2.4 Evaporasi
Evaporasi merupakan perpindahan kalor ke zat cair mendidih yang sangat
sering ditemukan sehingga biasanya ditangani sebagai satu operasi tersendiri.
Tujuan evaporasi yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut

17
yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Evaporasi
dilaksanakan dengan menguapkan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan
larutan cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi.
Jenis – jenis utama evaporator tabung dengan pemasukan uap yang banyak
yaitu
1. Evaporasi – vertical tabung panjang
a. Aliran ke atas
b. Aliran ke bawah
c. Sirkulasi paksa
2. Evaporasi film-aduk

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Jurusan
Teknik Kimia, Universitas Sriwijaya. Pada bulan Desember 2010.
3.2 Pemilihan Parameter dalam Penelitian
Parameter yang dipilih pada penelitian ini antara lain :
1. Lama Hidrolisa
Faktor – faktor yang mempengaruhi fermentasi salah satunya adalah lama
waktu hidrolisa. Pemilihan lama hidrolisa sebagai parameter yang dicoba karena
lama waktu yang dibutuhkan dalam proses fermentasi ampas tebu untuk
menghasilkan etanol yang maksimal, maka dilakukan parameter lama waktu
hidrolisa. Pada literatur, lama waktu hidrolisa berlangsung selama 30 - 180 menit
untuk memperoleh hasil. Pada penelitian ini kami mengambil variable lama waktu
yaitu ; 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit.
2. Berat Ragi
Parameter lain yang juga dicoba adalah konsentrasi ragi. Saccharomyces
cereviceae yang terdapat pada ragi sebagai agen fermentasi, sangat berpengaruh
untuk memperoleh kadar etanol optimal. Berapa konsentrasi ragi yang
dibutuhkan untuk memberikan hasil optimal, maka dipakai parameter konsentrasi
ragi pada penelitian ini. Pada literature, konsentrasi ragi yang dibutuhkan adalah 1

18
– 2 % volume umpan karena itu konsentrasi ragi yang dicoba antara batas
tersebut, yaitu 3 gram, 4 gram, dan 6 gram.
3. Jenis Ragi
Pada proses fermentasi digunakan yeast (ragi), pada penelitian ini
digunakan dua jenis ragi yang berbeda. Dimana akan terlihat jenis ragi yang mana
yang dapat menghasilkan etanol secara maksimal. Oleh karena itu, dipilih
parameter jenis ragi dalam penelitian ini. Pada penelitian ini digunakan ragi tape
dan ragi roti (fermipan) sebagai parameter.

3.3 Bahan – bahan yang Digunakan


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Ampas Tebu
2. Ragi roti (Fermipan)
3. Ragi tape
4. Gula pasir
5. Aquadest
6. HCl
7. H2SO4
8. NaOH

3.4 Alat – alat yang Digunakan


Peralatan persiapan Ampas Tebu
1. Timbangan
2. Pisau Stainless
3. Mortal
4. Gelas Ukur
5. Erlenmeyer
6. Pengaduk
7. Labu ukur
8. Gunting
9. Oven
10. Penyaring

Peralatan Percobaan Fermentasi


1. Erlenmeyer
2. Selang
3. Gabus penutup
4. pH-meter
5. Autoklaf

19
Peralatan Analisa Kadar Etanol
1. Evaporator
2. Erlenmeyer
3. Alkoholmeter

3.5 Prosedur Penelitian


A. Pre-Treatment
1. Ampas tebu yang telah dikeringkan dipotong kurang lebih 1 mm.
2. 20 gram ampas tebu yang telah dipotong dimasukkan ke dalam reaktor
pre-treatment.
3. Sebanyak 400 ml aquadest dicampurkan dengan 6 ml NaOH 4M sehingga
didapat larutan NaOH 1,5% kemudian dicampurkan dengan ampas tebu
didalam reaktor.
4. Tutup reaktor, kemudian reaktor dipanaskan dengan temperatur 120 C
selama 15 menit. Pada proses ini, lignin akan terpisah dari ampas tebu
sehingga lapisan selulosa akan terbuka. Sehingga selulosa yang
terkonversi menjadi glukosa akan lebih besar.

B. Hidrolisa pati
1. Untuk membuat larutan 2,5% asam sulfat dengan volume 400 ml, sesuai
dengan persamaan :
V1.M1 = V2.M2 maka sebanyak 10,42 ml asam sulfat (96%) dicampurkan
dengan 389,58 ml aquadest.
2. Untuk membuat larutan 5% asam sulfat dengan volume 400 ml, sesuai
dengan persamaan :
V1.M1 = V2.M2 maka sebanyak 20,83 ml asam sulfat (96%) dicampurkan
dengan 379,17 ml aquadest.
3. Ampas tebu yang telah dimasak pada proses pretreatment kemudian
disaring dan dibilas dengan aquadest.
4. Ampas tebu dimasukkan dalam reaktor hidrolisis dengan variasi
temperatur (120, 140, 160, 180 & 200 °C) dengan waktu untuk tiap variasi
temperatur adalah 30, 60, 90, 120, dan 150 menit dan konsentrasi asam
sulfat 2,5% dan 5%. Pada proses ini, selulosa akan dirombak menjadi
glukosa, dimana asam sulfat digunakan sebagai katalis. sesuai dengan
reaksi :
C6H10O5 + H2O H2SO4 C6H12O6

20
5. Ampas tebu hasil rebusan lalu disaring dan didinginkan, dimana larutan
hasil hidrolisat sebagai produk utama.
6. Larutan hasil hidrolisat ampas tebu kemudian di analisa kadar kandungan
glukosa yang terkandung.

C. Fermentasi
1. Larutan hasil saringan hidrolisat ampas tebu yang bersifat asam diatur pH
menjadi 4,5 yang diukur dengan pH-meter. Penambahan pH dilakukan
dengan menambahkan NaOH 4M.
2. Hidrolisat ampas tebu yang telah diatur pH nya kemudian didinginkan
hingga mencapai suhu ruang.
3. Sterilisasi alat dengan autoclave pada suhu 120 °C selama 15 menit.
4. Hidrolisat ampas tebu yang telah disesuaikan pH nya kemudian
dimasukkan kedalam fermentor yang telah disterilisasi.
5. Ragi dimasukkan ke dalam fermentor dengan variasi bobot 5%, 10%,
15%, 20% dan 25% (dari berat feed), jadi massa ragi yang digunakan
adalah 1,5 gr ; 3 gr ; 4,5 gr ; 6 gr ; 7,5 gr.
6. Tutup rapat Erlenmeyer yang berisi media fermentasi dengan gabus yang
dihubungkan dengan selang dan ujung selang dimasukkan ke dalam air
agar tidak terjadi kontak langsung dengan udara luar.
7. Fermentasi dilakukan selama 4 hari.

D. Evaporasi
1. Siapkan 1 set peralatan evaporasi.
2. Masukkan campuran alkohol-air ke dalam labu, kemudian pasang labu
tersebut pada alat evaporasi yang telah disediakan.
3. Atur temperaturnya 78oC, dan waktu evaporasi yang dilakukan selama 5
menit sehingga alkohol yang didapat akan menghasilkan kadar alkohol
yang bervariasi.
4. Simpan hasil yang didapat dalam botol yang ditutup rapat.
5. Untuk mengetahui kadar alkohol, masukkan alkoholmeter ke dalam
larutan yang didapat. Kemudian amati berapa persen yang terbaca dalam
alkoholmeter.

21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan


Berdasarkan literature, koran yang memiliki kandungan lignin sebesar
21% dan selulosa sebanyak 61%, berpotensi untuk menghasilkan etanol. Dengan
proses hidrolisis, etanol bisa didapatkan dengan mengubah selullosa menjadi
suatu senyawa gula sederhana.
Setelah proses hidrolisis dilakukan, maka dilanjutkan ke tahap fermentasi.
Fermentasi yang dilakukan bertujuan untuk mengubah senyawa gula sederhana
yang didapat dari proses hidrolisis, menjadi suatu senyawa alkohol.
Sebelum melalui tahap proses fermentasi dilakukan pengujian kadar etanol
dengan variasi konsentrasi Asam Sulfat, waktu hidrolisa dan temperatur hidrolisa.
Maka didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1.1 Hasil Penelitaian Proses Hidrolisis
Proses hidrolisa bertujuan untuk memecah ikatan dan menghilangkan
kandungan lignin dan hemisellulosa serta merusak struktur kristal sellulosa
menjadi senyawa gula sederhana (Sun dan Cheng, 2002). Ukuran bahan baku
akan mempengaruhi porositas sehingga dapat memaksimalkan kontak antara
bahan dengan asam untuk meningkatkan hidrolisis hemisellulosa (Sun dan Cheng,
2002).. Dari literatur yang didapat, diketahui feed memiliki kandungan lignin
22,09%, selulosa 37,65%.

22
Tabel 4.1 Pengaruh variasi konsentrasi Asam Sulfat terhadap kadar Etanol yang
dihasilkan
Konsentrasi Temperatur Waktu Jenis Berat Ragi Kadar
Asam Sulfat Hidrolisis Hidrolisis Ragi (%bahan Etanol
(%) (oC) (menit) baku) (%)
0,5 1,90495
1,0 2,77202
1,5 180 60 Ragi Roti 10 2,99475
2,0 4,11116
2,5 4,26931

Dari data yang diperoleh dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa kadar
glukosa tertinggi didapat pada temperatur dan waktu hidrolisa 200 C dan 150
menit. Dari keseluruhan data yang diperoleh terdapat beberapa hasil penurunan
terhadap persentase glukosa (Grafik 4.1). Hal ini disebabkan karena tidak
homogennya ukuran ampas tebu sebagai feed, sehingga menyebabkan degradasi
luas permukan antara feed ampas tebu dengan larutan asam sulfat kurang optimal.

“Ini grafiknyo aku dak biso buat”


Grafik 4.1 Kadar Glukosa

Penelititan ini dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi Asam Sulfat


yang digunakan pada proses hidrolisis untuk mengetahui konsentrasi asam sulfat
terbaik dalam menghasilkan kadar etanol yang tinggi. Sehingga variabel-variabel
pada proses hidrolisis dan fermentasi diasumsikan sama terlebih dahulu untuk
masing-masing konsentrasi asam sulfat.
Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi
asam sulfat yang digunakan, maka semakin besar juga kadar etanol yang
dihasilkan. Pada grafik ini, terlihat bahwa titik optimum konsentrasi asam sulfat
yang menghasilkan kadar etanol yang paling besar terjadi pada konsentrasi asam
sulfat 2,5 %
Fermentasi dilakukan dengan berbagai variasi berat ragi dan jenis ragi.
Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa feed dengan konsentrasi ragi sebesar

23
25% -berat feed menunjukkan hasil perolehan yang optimum untuk kedua jenis
ragi, (Tabel 4.2 dan tabel 4.3)
Tabel 4.2 Kadar etanol terhadap massa ragi roti
% Ragi % Etanol
5 9,27
10 9,58
15 9,63
20 11,4
25 11,5

Tabel 4.3 Kadar etanol terhadap massa ragi Tape


% Ragi % Etanol
5 9,27
10 9,58
15 9,63
20 13,02
25 13,6

Kenaikan hasil didapat pada konsentrasi ragi dari 15% ke 20% hal ini berbanding
lurus dengan banyaknya ragi terhadap konsentrasi etanol.(Grafik 4.2).

24
Grafik 4.2 Persentase Etanol yang dihasilkan ragi Roti

Grafik 4.3 Persentase Etanol yang dihasilkan ragi Tape

25
Dari grafik 4.2 dapat dilihat bahwa perolehan etanol dengan konsentrasi
ragi lebih dari 15% menunjukkan hasil yang besar. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa konsentrasi ragi sebesar lebih dari 15%-berat feed merupakan konsentrasi
ragi yang optimum menghasilkan etanol. Karena konsentrasi ragi diatas 15%-
berat feed menunjukkan adanya kenaikan perolehan etanol hasil fermentasi.
Dilakukan juga pengujian kadar alkohol pada sampel dengan kondisi
waktu hidrolisa 90 menit, dengan variasi temperatur 120°C, 140°C, 160°C,
180°C, 200°C agar mendapatkan perbandingan kadar alcohol terhadap sampel
dengan waktu hidrolisa 150 menit. Kemudian difermentasikan dengan Ragi Roti
dan Tape sebesar 20 %-berat feed. Didapatlah hasil berdasarkan tabel dibawah ini.

Tabel 4.4 Kadar etanol dengan massa ragi roti 20%,waktu hidrolisa 90
menit
Temperatur % Etanol
120 5,6
140 5,9
160 7,21
180 8,11
200 8,5

26
Grafik 4.4 Kadar etanol dengan massa ragi roti 20%
Tabel 4.5 Kadar etanol dengan massa ragi Tape 20%,waktu hidrolisa 90 menit
Temperatur % Etanol
120 6,71
140 6,83
160 7,1
180 8,93
200 9,45

27
Grafik 4.5 Kadar etanol dengan massa ragi Tape 20%

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kadar glukosa maksimal yang dihasilkan pada lama waktu 150 menit
dengan temperatur 200°C, yaitu 15,78 %.
2. Kadar etanol yang terbentuk akan semakin tinggi sampai pada waktu
tertentu (waktu maksimal) dan setelah waktu maksimal dilewati kadar
etanol yang dihasilkan akan menurun. Kadar etanol yang tinggi setelah
melalui tahap fermentasi selama 4 hari dengan menggunakan ragi roti.
3. Semakin besar berat ragi yang digunakan maka akan semakin besar
pula kadar etanol yang dihasilkan. Kadar etanol maksimum yang
terbentuk pada saat penambahan ragi tape sebanyak 5 gr, yaitu 13,6
%.
4. Ampas tebu merupakan salah satu penghasil etanol yang memiliki
persentase kadar etanol tidak terlalu tinggi.

5.2 Saran

28
Dari hasil penelitian pembuatan etanol dari ampas tebu ini, penulis
berharap agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang
optimal pada penelitian berikutnya. Dan untuk memperoleh data yang lebih akurat
sebaiknya setiap variabel dilakukan lebih dari satu kali.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, H, Ir. 2006. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Industri. Inderalaya :


Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Poedjiadi, Anna. 1994 . Dasar – Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia.
Purba, Michael. 2000. Kimia 2000 Untuk SMU Kelas 2. Jilid 2B. Jakarta :
Erlangga.
Fessenden R dan Joan Fessenden, 1986. Kimia Organik Jilid 1. Edisi 2. Jakarta :
Erlangga.
Winarno & Diaz. 1992. Kadar glukosa dan Bioetanol pada Fermentasi Gaplek
Ketela Pohon dengan Penambahan Aspergillus niger. Surakarta : FKIP
Universitas Muhammadiyah.
Bahari. 2009. Aneka Tanaman Semusim. Lembang : BBPP.
Said, E.G . 1994. Bioindusti Teknologi Fermentasi. Jakarta : Mediyatama Sarana
Perkasa.
Toharisman, Aris. 2009. Sekali Lagi : Etanol Dari Tebu. Jakarta : Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia (P3GI).
Husin. 2007. Catatan Ringan Nur Hidayat. Diakses pada internet pada 7
Desember 2010 dari http://www.google.com
Hizbullah, Malik, 2008. Potensi Energi Ampas Tebu. Diakses pada internet pada 7
Desember 2010 dari http://www.google.com
Hidayat, Nur. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta : penerbit ANDI

29
Puspita Sari, Ratna P, 2009. Seminar Rugas Akhir S1Jurusan Teknik Kimia
UNDIP. Semarang : UNDIP

LAMPIRAN A
Perhitungan Persen Yield dan Konversi dari Glukosa yang Dihasilkan dari
Proses Hidrolisis.

Data :
 Massa feed = 20 gr
 Kadar selulosa = 37,65%-berat

 Massa sellulosa =
= 7,53 gr
 Mencari massa glukosa yang diperoleh :

30
 % Yield =

A. Untuk konsentrasi asam sulfat 2,5 %


a. T = 120 C
 t = 30 menit
kadar glukosa = 0,8208%
massa glukosa = 0,8208% x 20 gr
= 0,1642 gr
% Yield = 0,1642/7,53 x 100%
= 2,18 %
 t = 60 menit
kadar glukosa = 1,5732%
massa glukosa = 1,5732% x 20 gr
= 0,3146 gr
% Yield = 0,3146/7,53 x 100 %
= 4,1785 %
 t = 90 menit
kadar glukosa = 2,432%
massa glukosa = 2,432% x 20 gr
= 0,4864 gr
% Yield = 0,4864/7,53 x 100 %
= 6,4594 %
 t = 120 menit
kadar glukosa = 5,1984%
massa glukosa = 5,1984% x 20 gr
= 1,0397 gr
% Yield = 1,0397/7,53 x 100 %
= 13,8071%
 t = 150 menit
kadar glukosa = 3,4271%
massa glukosa = 3,4271% x 20 gr
= 0,6854 gr

31
% Yield = 0,6854/7,53 x 100 %
= 9,102523%
b. T = 140 C
 t = 30 menit
kadar glukosa = 1,7185%
massa glukosa = 1,7185% x 20 gr
= 0,3437 gr
% Yield = 0,3437/7,53 x 100 %
= 4,5644%

 t = 60 menit
kadar glukosa = 2,5345%
massa glukosa = 2,5345% x 20 gr
= 0,5069 gr
% Yield = 0,5069/7,53 x 100 %
= 6,7317%
 t = 90 menit
kadar glukosa = 2,79%
massa glukosa = 2,79% x 20 gr
= 0,558 gr
% Yield = 0,558/7,53 x 100 %
= 7,4104%
 t = 120 menit
kadar glukosa = 3,2245%
massa glukosa = 3,2245% x 20 gr
= 0,6449 gr
% Yield = 0,6449/7,53 x 100 %
= 8,5644 %
 t = 150 menit
kadar glukosa = 3,4232%

32
massa glukosa = 3,4232% x 20 gr
= 0,6846 gr
% Yield = 0,6846/7,53 x 100 %
= 9,0922%
c. T = 160 C
 t = 30 menit
kadar glukosa = 2,74%
massa glukosa = 2,74% x 20 gr
= 0,548 gr
% Yield = 0,548/7,53 x 100 %
= 7,2776%
 t = 60 menit
kadar glukosa = 3,62%
massa glukosa = 3,62% x 20 gr
= 0,724 gr
% Yield = 0,724/7,53 x 100 %
= 9,6149%
 t = 90 menit
kadar glukosa = 5,13%
massa glukosa = 5,13% x 20 gr
= 1,026 gr
% Yield = 1,026/7,53 x 100 %
= 13,6255%
 t = 120 menit
kadar glukosa = 7,96%
massa glukosa = 7,96% x 20 gr
= 1,592 gr
% Yield = 1,592/7,53 x 100 %
= 21,1421%
 t = 150 menit
kadar glukosa = 8,52%

33
massa glukosa = 8,52% x 20 gr
= 1,704 gr
% Yield = 1,704/7,53 x 100 %
= 22,6295%

d. T = 180 C
 t = 30 menit
kadar glukosa = 6,67%
massa glukosa = 6,67% x 20 gr
= 1,334 gr
% Yield = 1,334/7,53 x 100 %
= 17,7158%
 t = 60 menit
kadar glukosa = 6,83%
massa glukosa = 6,83% x 20 gr
= 1,366 gr
% Yield = 1,366/7,53 x 100 %
= 18,1408%
 t = 90 menit
kadar glukosa = 7,40%
massa glukosa = 7,40% x 20 gr
= 1,48 gr
% Yield = 1,48/7,53 x 100 %
= 19,6547%
 t = 120 menit
kadar glukosa = 7,13%
massa glukosa = 7,13% x 20 gr
= 1,426 gr
% Yield = 1,426/7,53 x 100%
= 18,9376%
 t = 150 menit
kadar glukosa = 10,68%
massa glukosa = 10,68% x 20 gr
= 2,136 gr

34
% Yield = 2,136/7,53 x 100%
= 28,3665%

e. T = 200 C
 t = 30 menit
kadar glukosa = 7,18 %
massa glukosa = 7,18% x 20 gr
= 1,436 gr
% Yield = 1,436/7,53 x 100%
= 19,0704%
 t = 60 menit
kadar glukosa = 10,11%
massa glukosa = 10,11% x 20 gr
= 2,022 gr
% Yield = 2,022/7,53 x 100%
= 26,8526%

 t = 90 menit
kadar glukosa = 11,94%
massa glukosa = 11,94% x 20 gr
= 2,388 gr
% Yield = 2,388/7,53 x 100%
= 31,7134%
 t = 120 menit
kadar glukosa = 14,76%
massa glukosa = 14,76% x 20 gr
= 2,952 gr
% Yield = 2,952/7,53 x 100%
= 39,2032%
 t = 150 menit
kadar glukosa = 15,78%

35
massa glukosa = 15,78% x 20 gr
= 3,156 gr
% Yield = 3,156/7,53 x 100%
= 41,9124%

LAMPIRAN A

PERHITUNGAN ANALISA DENSITY (DENGAN MENGGUNAKAN


PIKNOMETER) DAN KADAR ETANOL
Diketahui :
Berat Piknometer kosong = 9,8251 gr
Berat piknometer isi air = 12,0115 gr
 Menghitung Volume Piknometer
Volume pikno = berat aquadest dlm piknometer - berat piknometer kosong
Density aquadest pada suhu 29o C
=
= 2,1956 ml

 Menghitung Densitas

Density =

 Menentukan Kadar Alkohol

36
Setelah didapat nilai density, dapat diketahui kadar alkoholnya yang
terkandung di dalam larutan hasil fermentasi dengan menginterpolasi density yang
didapat, dengan melihat data density alkohol (tabel 1.3). Rumus yang digunakan
untuk interpolasi ini yaitu :

Dimana :
Y = kadar alkohol
X = density

 Untuk Berat Ragi 6 gr fermentasi dengan Ragi Roti selama 5 hari

Density =
= 0,9751 g/ ml

Kadar alkohol =
= 21,63 + (- 5,12)
= 16,51 %

 Untuk Berat Ragi 4 gr fermentasi dengan Ragi Tape selama 5 hari

Density =
= 0,9689 g / ml

Kadar alkohol =
= 21,42 %
 Untuk Berat Ragi 6 gr fermentasi dengan Ragi Tape selama 5 hari

Density =
= 0,9667

Kadar alkohol =
= 19,57 + 4,032
= 23,60 %

37
DAFTAR BOBOT JENIS DAN KADAR ETANOL

Bobot Jenis Kadar Etanol Faktor Koreksi


0.9500 33.1 0.00066
0.9510 32.5 0.00067
0.9520 32.0 0.00066
0.9530 31.4 0.00065
0.9540 30.9 0.00064
0.9550 30.3 0.00064
0.9560 29.7 0.00063
0.9570 29.1 0.00062
0.9580 28.5 0.00061
0.9590 27.8 0.00059
0.9600 27.2 0.00058
0.9610 26.5 0.00056
0.9620 25.9 0.00055
0.9630 25.3 0.00056
0.9640 24.6 0.00054
0.9650 23.6 0.00053
0.9660 23.2 0.00052
0.9670 22.4 0.00052
0.9680 21.7 0.00052
0.9690 21.0 0.00050
0.9700 20.3 0.00050

38
0.9710 19.5 0.00048
0.9720 18.3 0.00046
0.9730 18.0 0.00044
0.9740 17.2 0.00044
0.9750 16.3 0.00042
0.9760 15.7 0.00040
0.9770 14.3 0.00038
0.9780 14.1 0.00038
0.9790 13.4 0.00037
1.0000 12.6 0.00035
Sumber : Departemen Kesehatan R.I Farmakope Indonesia, 1981

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN PERSEN YIELD DAN KONVERSI TERHADAP
ETANOL YANG DIHASILKAN
Untuk Berat Ragi 6 gr Fermentasi dengan Ragi Roti selama 5 hari
 Volume Bengkuang = 300 ml
 Massa Lar Bengkuang = 300 ml x 0,996 gr/ml
= 298,8 gr
 Volume Produk yang Dihasilkan = 100 ml
 Massa Produk yang Dihasilkan = 100 ml x 0,996 gr/ml
= 99,6 gr
 Kadar Etanol = 16,51 %
 Volume Etanol = 100 ml x 16,51 %
= 16,51 ml
 ρ Etanol = 0,9751 gr/ml
 Massa Etanol = Volume Etanol x ρ Etanol
= 16,51 ml x 0,9751 gr/ml
= 16,09 gr

% Yield =

=
= 33.33 %

% Konversi = x 100 %

= x 100 %
= 53.5 %

39
Untuk Berat Ragi 4 gr Fermentasi dengan Ragi Tape selama 5 hari
 Volume Bengkuang = 300 ml
 Massa Lar Bengkuang = 300 ml x 0,996 gr/ml
= 298,8 gr
 Volume Etanol yang Dihasilkan = 100 ml
 Kadar Etanol = 21,42 %
 Volume Etanol = 100 ml x 21,42 %
= 21,42 ml
 ρ Etanol = 0,9689 gr/ml
 Massa Etanol = Volume Etanol x ρ Etanol
= 21,42 ml x 0,9689 gr/ml
= 20,75 gr

% Yield =

=
= 33.33 %

% Konversi = x 100 %

= x 100 %
= 71,4 %

Untuk Berat Ragi 6 gr Fermentasi dengan Ragi Tape selama 5 hari


 Volume Bengkuang = 300 ml
 Massa Lar Bengkuang = 300 ml x 0,996 gr/ml
= 298,8 gr
 Volume Etanol yang Dihasilkan = 100 ml
 Kadar Etanol = 23,60 %
 Volume Etanol = 100 ml x 23,60 %
= 23,60 ml
 ρ Etanol = 0,9667 gr/ml
 Massa Etanol = Volume Etanol x ρ Etanol
= 23,60 ml x 0,9667 gr/ml
= 22,81412 gr

% Yield =

=
= 33.33 %

% Konversi = x 100 %

40
= x 100 %
= 78.66 %

PERBANDINGAN HASIL PENELITIAN DARI BENGKUANG DENGAN


NIRA SORGUM DENGAN PROSES FERMENTASI

Tabel Pembuatan Etanol dari Bengkuang


No La Ka
ma dar
Fer Eta
me nol
nta (%)
si
(ha
ri)

1 3 10

2 3 12

41
3 3 14

4 7 10

5 7 14

6 7 16

Tabel Pembuatan Etanol dari Nira Sorgum


No La % Ka
ma dar
Sta
Fer Eta
me rter nol
nta (%)
si
(ha
ri)

1 3 5 10.
81

2 3 10 10.
14

3 7 5 9.7
9

4 7 5 9.4
6

5 7 6 10.
13

6 7 7 10.
81

7 7 8 11.
49

8 7 9 11.
82

9 7 10 11.

42
14

Sumber : http://www.clicktoconvert.com Ratna Putri Puspita Sari (L2C


306 048)

LAMPIRAN C

GAMBAR ALAT PENELITIAN

43
Neraca analitis Evaporator

Autoklav Sampel Hasil Fermentasi

Sampel (fermentasi) Alkoholmeter

44

Anda mungkin juga menyukai