Anda di halaman 1dari 17

Nama : Norsyam Hamdani

NIM : 061530401033

I. Pengertian Larutan

Larutan merupakan suatu campuran yang terdiri dari dua atau lebih zat (dalam kimia).
Zat yang jumlahnya lebih sedikit yang ada didalam larutan itu (zat) solut atau terlarut,
sedangkan zat yang memiliki jmlah zat lebih banyak dibandingkan dengan zat-zat lain dalam
larutan juga disebut solven atau pelarut. Takaran atau komposisi zat terlarut serta pelarut
dalam sebuh larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, dan sedangkan proses campuran
zat terlarut dan pelarut disebut pelarutan (solvasi). Sebagai contoh larutan yang biasa
dijumpai ialah padatan yang dilarutkan didalam sebuah cairan, contohnya gula atau garam
yang dilarutkan kedalam air. Gas juga bisa dilarutkan dalam sebuah cairan, misalkan karbon
dioksida atau oksigen dalam air. selain itu juga, cairan juga dapat larut dalam cairan lain,
sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran
logam) serta mineral yang tertentu.

II. Sifat larutan

 tidak ada bidang batas antar komponen penyusunnya


 antara partikel solven dan solut tidak bisa dibedakan
 komponen yang paling banyak dianggap sebagai pelarut. Jika larutan berbentuk cair,
maka air yang dianggap sebagai pelarut
 komposisi di seluruh bagian adalah sama.

III. Larutan ideal

Jika interaksi antarmolekul komponen larutan sama besar terhadap interaksi


antarmolekul komponen tersebut pada keadaan murni, maka terbentuklah idealisasi yang
disebut larutan ideal. Larutan ideal mematuhi hukum Raoult, yaitu tekanan uap pelarut (cair)
berbanding tepat lurus terhadap fraksi mol pelarut dalam larutan. Larutan yang benar-benar
ideal tidak ada dialam, tetapi larutan memenuhi hukum Raoult sapai batas tertentu. Contoh
larutan yang pas dianggap ideal ialah campuran benzana serta toluena. Cairan lain larutan
ideal merupakan volumenya ialah jumlahan tepat volume komonen-komponen penyusunnya.
Pada larutan non-ideal, penjumlahan volue zar terlarut murni serta pelarut murni tidaklah
sama terhadap volume larutan.
Suatu larutan dikatakan sebagai larutan ideal bila :
1. Homogen pada seluruh system mulai dari mol fraksi 0-1
2. Tidak ada entalpi pencampuran pada waktu komponen-komponen di campur
membentuk larutan (H pencampuran= 0)
3. Tidak ada volume pencampuran artinya volume larutan= jumlah volume komponen
yang dicampurkan( V pencampuran)
4. Memenuhi hokum roult
P1= x1Po
P1= tekanan uap larutan
P2= tekanan uap pelarut murni
X1=mol fraksi larutan

IV. Larutan Non Ideal


Larutan non ideal adalah larutan yang tidak mematuhi Hukum Roult. Artinya pada
saat pencampuran terjadi efek kalor atau ∆H pencampuran ≠ 0. Pada larutan non ideal
penjumlahan volume zat terlarut murni dengan zat pelarut murni tidak sama dengan volume
larutannya. Pada larutan non ideal akan terjadi penyimpangan dari Hukum Roult yang disebut
deviasi positif dan deviasi negatif.

Gaya antar atom-atom, ion-ion, atau molekul-molekul harus dipertimbangkan dalam


perhitungan. Sebagai contoh tinjau daya hantar listrik larutan elektrolit kuat misalnya NaCl.
Jika larutan NaCl sangat encer kurang dari 0,01 M, daya hantarnya diharapkan sesuai dengan
disosiasi garam kedalam ion-ionnya, tetapi jika konsentrasi larutan besar perbedaan antara
harapan dan amatan menjadi lebih besar. Penyebabnya, ion-ion berlawanan muatan
mengadakan tarik menarik antara satu sama lain, tarik menarik ini menimbulkan ion-ion
saling berdekatan sehingga larutan menjadi lebih pekat.

Setiap ion dikelilingi oleh molekul pelarut yang berlawanan muatan, kecenderungan
ini dapat menghambat laju ion-ion menuju elektroda yang menyebabkan daya hantar
listriknya lebih rendah dari harapan. Pengaruh ini menjadi lebih besar jika larutan lebih pekat
atau jika ion-ion mempuyai muatan lebih besar dari satu seperti MgSO4.
Gambar 1. Diagram Larutan Ideal dan Non Ideal Deviasi Positif
Larutan ini dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :

a. Larutan non ideal deviasipositif yang mempunyai volume ekspansi. Dimana akan
menghasilkan titik didih maksimum pada system campuran itu.
Contoh: system aseton-karbondisulfide dan system HCl-air.

b. Larutan non ideal deviasi negative yang mempunyai volume kontruksi. Dimana akan
menghasilkan titik didih minimum pada system campuran.
Contoh : system benzene-etanol dan Aseton – chloroform

V. Destilasi
Distilasi adalah suatu metode pemisahanbahan kimia berdasarkan perbedaan
kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) suatu bahan. Dalam destilasi, campuran zat
dididihkan sehingga menguap dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.Metode ini
termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini
didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap
pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum
Dalton.Distilasi yang dilakukanpada praktikum kali ini adalah distilasi campuran biner,
dimana zat yang digunakan adalah campuran kloroform dan aseton dengan komposisi
yang variasi. Dalam larutan ideal sifat komponen yang satu akan mempengaruhi sifat
komponen yang lain. Sehingga sifat larutan yang dihasilkan terletak diantara kedua sifat
komponennya.
VI. Azeotrop

Azeotrop merupakan campuran dari dua atau lebih larutan (kimia) dengan
perbandingan tertentu , dimana komposisi ini tetap / tidak bisa diubah lagi dengan cara
destilasi sederhana. Kondisi ini terjadi karena ketika azeotrop di didihkan, uap yang
dihasilkan juga memiliki perbandingan konsentrasi yang sama dengan larutannya semula
akibat ikatan antar molekul pada kedua larutannya.

Campuran azeotrop pasang senyawa telah didokumentasikan. Banyak azeotropes dari


tiga atau lebih senyawa yang juga dikenal. mereka adalah campuran biner memiliki
komposisi yang sama dalam fase cair dan uap dan mendidih pada suhu konstan. Dalam kasus
seperti itu tidak mungkin untuk memisahkan komponen dengan distilasi fraksional. Ada dua
jenis azeotropes disebut azeotrop didih minimum dan azeotrop didih maksimum. Solusi yang
menunjukkan deviasi positif yang lebih besar dari Raoult bentuk hukum minimum azeotrop
didih pada komposisi tertentu. Misalnya campuran etanol - air (diperoleh dengan fermentasi
gula) pada distilasi fraksional memberikan larutan yang mengandung sekitar 95 % volume
etanol. Setelah komposisi ini telah dicapai, cairan dan uap memiliki komposisi yang sama
dan tidak ada pemisahan lebih lanjut terjadi . Solusi yang menunjukkan penyimpangan
negatif yang besar dari Raoult bentuk hukum maksimum azeotrop didih pada komposisi
tertentu . Asam nitrat dan air adalah contoh dari kelas ini azeotrop . Azeotrop ini memiliki
komposisi kira-kira , asam nitrat 68 % dan 32 % air dengan massa , dengan titik didih 393,5
K.

a. Azeotrop positif

Jika titik didih campuran azeotrop kurang dari titik didih salah satu larutan
konstituennya, contoh campuran 95,63 etanol dan 4,37 % air, etanol mendidih
pada suhu 78,4 OC sedangkan air mendidih pada suhu 100 OC, tetapi
campurannya/azeotropnya mendidih pada suhu 78,2 OC.
b. Azeotrop Negatif
Jika titik didih campuran azeotrop lebih dari titik didih konstituennya atau
salah satu konstituennya. Contoh campuran asam klorida pada konsentrasi 20,2 %
dan 79,8 % air. Asam klorida (murni) mendidih pada suhu -84OC, tetapi campuran
azeotropnya memiliki titik didih 110OC.
Sebuah contoh yang terkenal dari azeotrop positif adalah 95,63 % etanol dan 4,37 %
air (berat).[2] Etanol mendidih pada 78,4 °C , air mendidih pada 100 °C , tetapi azeotrop
mendidih pada 78,2 °C , yang merupakan lebih rendah daripada salah satu dari
konstituennya. Memang 78,2 °C adalah suhu minimum di mana setiap larutan etanol / air
dapat mendidih pada tekanan atmosfer. Secara umum, sebuah azeotrop positif mendidih pada
suhu yang lebih rendah daripada rasio lain dari konstituennya. Azeotrop positif juga disebut
campuran didih minimum atau azeotrop tekanan maksimum.

Contoh dari azeotrop negatif adalah asam klorida pada konsentrasi 20,2 % dan 79,8 %
air (berat). Hidrogen klorida mendidih pada -84 °C dan air pada 100 °C , tetapi azeotrop
mendidih pada suhu 110 °C , yang lebih tinggi daripada salah satu dari konstituennya . Suhu
maksimum di mana setiap larutan asam klorida dapat mendidih adalah 110 °C. Secara umum,
sebuah azeotrop negatif mendidih pada suhu yang lebih tinggi daripada rasio lain dari
konstituennya . Azeotrop negatif juga disebut campuran didih maksimum atau tekanan
azeotrop minimum.
 asam nitrat (68%) / air, mendidih pada 120,5 °C pada 1 atm (azeotrop negatif)
 asam perklorat (28,4%) / air, mendidih pada 203 °C (azeotrop negatif)
 asam fluorida (35,6%) / air, mendidih pada 111,35 °C (azeotrop negatif)
 etanol (96%) / air, mendidih pada 78,1 °C
 asam sulfat (98,3%) / air, mendidih pada 338 °C
 aseton / metanol / kloroform membentuk didih menengah (pelana) azeotrop
 dietil eter (33%) / halotan (66%) campuran pernah umum digunakan dalam anestesi.
 benzena / hexafluorobenzene membentuk azeotrop biner ganda.
DESTILASI FRAKSIONASI

Destilasi fraksionasi merupakan suatu teknik pemisahan untuk larutan yang


mempunyai perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 30oC atau lebih. Dalam
destilasi fraksional atau destilasi bertingkat proses pemisahan parsial diulang berkali-kali
dimana setiap kali terjadi pemisahan lebih lanjut. Hal ini berarti proses pengayaan dari uap
yang lebih volatil juga terjadi berkali-kali sepanjang proses destilasi fraksional itu
berlangsung. Destilasi terfraksi ini berbeda dengan destilasi biasa, karena terdapat suatu
kolom fraksionasi dimana terjadi suatu proses refluks. Proses refluks pada destilasi ini
dilakukan agar pemisahan campuran dapat terjadi dengan baik. Kolom fraksionasi berfungsi
agar kontak antara cairan dengan uap terjadi lebih lama. Sehingga komponen yang lebih
ringan dengan titik didih yang lebih rendah akan terus menguap dam masuk kondensor.
Sedangkan komponen yang lebih besar akan kembali kedalam labu destilasi.
Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom
fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhuyang berbeda-beda
pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk
pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin
tidak volatil cairannya.

Proses Destilasi Fraksionasi


Mula-mula minyak mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalamfurnace (tanur)
sampai dengan suhu ± 370°C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian
masuk kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada sepertiga
bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka
dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi).
Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas kolom dan
selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Komponen yang titik didihnya lebih
tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih
rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut
sungkup gelembung. Makin ke atas, suhu yang terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut
makin rendah, sehingga setiap kali komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah,
sedangkan komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi.
Demikian selanjutnya sehingga komponen yang mencapai puncak adalah komponen yang
pada suhu kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum,
kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas). Fraksi minyak mentah yang
tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-
residu ini memiliki rantai karbon sejumlah lebih dari 20.

Reflux ratio adalah perbandingan antara jumlah cairan yang kembali ke kolom dengan
jumlah cairan yang terkumpul pada penampung selama selang waktu yang sama.

REBOILER
Reboiler merupakan alat penukar panas yang bertujuan untuk mendidihkan kembali
serta menguapkan sebagian cairan yang diproses. Biasanya liquid yang diuapkan diletakan
dibagian sheel sedangkan pemanas diletakan dibagian pipa atau tube. Media pemanas yang
digunakan antara lain yaitu uap (steam) dan minyak (oil). Alat penukar panas ini digunakan
pada peralatan distilasi (sitompul,1993).

Sistem Kerja
Dua fluida mengalir dengan temperature awal yang berbeda mengalir sepanjang heat
exchangers. Satu aliran mengalir sepanjang tabung sedangkan arus lain pada bagian luar
tabung tetapi masih di dalam shell. Panas ditransfer dari satu fluida ke fluida lainnya melalui
dinding tabung, baik dari sisi tabung menuju shell atau sebaliknya. Fluida bisa merupakan
cairan atau gas pada sisi shell maupun pada sisi tabung. Dalam tujuan memindahkan panas
secara efisien, suatu area perpindahan kalor yang besar harus digunakan, oleh karena itu
terdapat banyak tabung. Dengan cara ini, panas yang dibuang dapat disimpan untuk
digunakan. Hal ini adalah suatu jalan yang baik untuk memelihara energi.
Heat exchanger yang berfasa tunggal (cairan atau gas) pada setiap sisi dapat disebut
heat exchanger berfasa satu atau berfasa tunggal. Heat exchanger berfasa dua dapat
digunakan untuk memanaskan cairan dan mendidihkannya sehingga menjadi gas (uap air),
terkadang disebut boiler, atau mendinginkan uap air untuk dikondensasikan menjadi bentuk
cairan (condenser), pada umumnya perubahan fase yang terjadi berada pada sisi shell. Boiler
didalam mesin uap lokomotif biasanya cukup besar, yang pada umumnya shell and tube heat
exchanger terbentuk silinder. Pada pembangkit tenaga listrik yang besar dengan steam-driven
turbin, shell and tube condenser digunakan untuk mengkondensasikan uap air yang keluar
turbin ke dalam bentuk air yang dapat didaur ulang kembali menjadi uap air, yang mungkin
pada shell and tube tipe boiler.

Tipe-tipe Reboiler:
Type reboiler dapat diklasifikasikan berdasarkan sirkulasi dan posisi reboiler. Aliran
reboiler dapat disirkulasikan secara alami dengan head yang cukup.Aliran “Forced
Circulation” dilakukan dengan memakai pompa sebagai alat pensirkulasi. Posisi reboilerpun
dapat diletakkan secara horizontal ataupun vertikal.

Prinsip instrumentasi dan pengendalian


 Untuk pengaturan suhu pada reboiler secara otomatis menggunakan alat termokopel dan juga
control valve sebagai pengatur laju alir steam
 Untuk mengetahui suhu pada reboiler secara manual maka bisa menggunakan temperatur
indikator.
 Untuk pengaturan tinggi cairan pada reboiler secara otomatis menggunakan alat level control
dan juga control valve sebagai pengatur laju alir cairan yang masuk reboiler
 Untuk mengetahui level cairan pada reboiler secara manual maka bisa menggunakan level
indikator.
 Untuk mengetahui tekanan didalam reboiler dapat menggunakan alat pressure indikator
Berikut ini kelebihan dan kekurangan dari masing-masing type reboiler :
Type Reboiler Kelebihan Kekurangan Keterangan
Kettle 1. Mempunyai 1. Biaya instalasi Perlu dirancang
prosen penguapan mahal blowdown untuk
yang tinggi 2. Waktu tinggalnya munguras secara
2. Dapat dianggap lama kontinu,sehingga dapat
sebagai satu 3. Tidak baik untuk mereduksi
teoritical plate operasional tekanan terjadinya fouling.
3. Mudah tinggi
perawatannya dan 4. Transfer panasnya
pembersihannya. rendah.
4. Dipakai untuk 5. Mudah terjadi
kecepatan sirkulasi polimerisasi zat yang
yang rendah. dapat
menyebabkanfouling
Internal 1. Biaya instalasi 1. Kecepatan Biasanya, tidak
reboilers rendah. perpindahan dianjurkan untuk
2. Tidak butuh panasnya rendah. dipakai.
ruangan luas 2. Sukarnya
disekitar menara. pemasangan isolasi
3. Baik,untuk disekitar reboiler.
reboiler dengan 3. Pembersihan dan
beban rendah. perawatannya sukar.
4. Panjang tube
reboiler akan sangat
tergantung dengan
diameter menara
destilasi
Vertical 1. Kecepatan 1. Umumnya prosen 1. Untuk destilasi
Thermosyphon perpindahan penguapannya tidak tertentu (Critical
panasnya tinggi. dapat lebih dari 30%. destillation), dibutuhkan
2. Tidak 2. Panjang tube, 2 reboiler, dengan 70%
membutuhkan tidak boleh lebih dari kapasitas.
ruang yang besar. 5 meter. 2. Overall koefisien
3. Waktu tinggalnya 3. Akses untuk perpindahan panas
kecil.(Cepat). perawatan berada dalam range 90-
4. Pengontrolannya 160 Btu/jam ft2 oF,
mudah untuk reboiler
hidrokarbon.
Horisontal 1. Mempunyai 1. Prosen 1. Overall perpindahan
thermosyphon besaran penguapannya panas Uo, pada range 70-
perpindahan panas sekitar 35%. 100
yang 2. Fase pemisahan untuk HeavyHidrokarbon
cukup. mungkin terjadi dan diatas 150
2. Dapat didesain jikakecepatan alir di untuklight hidrokarbon.
untuk beban panas shell rendah.
tinggi.
3. Waktu tinggal
rendah.
4. Sukar
terjadinyafouling.
5. Mudah dikontrol.
6. Biaya instalasi
murah.
Once-through 1. Dapat diposisikan 1. Kondisi sirkulasi 1. Penguapan dapat
natural secara horisontal sukar dikontrol. dinaikkan hingga
circulation atau vertikal,dilihat 2. Dapat terjadi mencapai 40% dari total
dari elevasi menara. kelebihan ratio inlet.
2. Mempunyai penguapan untuk
transfer panas yang pemasangan vertikal.
cukup.
3. Setara dengan
1stage teoritical
Plate
4. Waktu tinggalnya
cepat.
5. Sukar
terjadinyafouling.
Forced 1. Cocok untuk 1. Biaya tinggi untuk Tipe ini dianjurkan jika
circulation larutan pekat, high pomps,pemipaan dan reboiler tipe Kettle atau
fouling, dan cairan instrumen kontrol. tipe horisontal
berkandungan 2. Bisa terjadi thermosyphon tidak
padatan. kebocoran di bagian dapat
2. Pengontrolan seal pompa. bekerja pada suatu siste
sirkulasi sangat baik 3. Penambahan area
3. Untuk kecapatan untuk instalasi
sirkulasi pompa.
tinggi 4. Biaya operasinya
4. Untuk tinggi.
kebutuhansurface
area yang sangat
luas.
5. Fase pemisahan
dapat dihindari.
6. Pemanasan lanjut
kemungkinan
terjadi.
CONTOH SOAL DISTILASI

1. Suatu kolom distilasi memisahkan 10.000kg/jam campuran 50 % benzena dan 50 %


teulena . produk D yang diperoleh dari kodensor pada bagian atas kolom mengadung
95% benzena dan bagian bawah W dari kolom tersebut mengandung 96 % toulena .
aliran Uap V yang memasuki kondensor tersebut dari bagian atas kolom adalah 8000
kg/jam Sebagian produk dari kondensor dikembalikan ke kolom sebgai aliran balik (
refluk ) dan sisanya dikeluarkan untuk pengguna ditempat lain. Asumsikan bahwa
komposisi dari aliran bagian kolom (V ) produk yang keluar ( D ) dan aliran ( R )
𝑅
adalah identik karena aliran (V ) terkondensasi dengan sempurna . carilah rasio ( )
𝐷
dari jumlah produk yang dialirkan kembali (R ) terhadap produk ( D )

Jawab

Nerca bahan keseluruhan

F = D + W → 10.000 = D + W atau D = 1000 - W

Neraca bahan komponen benzena

F x 0,5 = D x 0,95 + W x 0,04

10000 x 0,5 = ( 10.000 – W ) x 0,95 + W x )0,04

5000 = 9500 - 0.95 W + 0.4 W


4500
0.91 W = 4500 maka W = 0.91
= 4945 kg/jam

D = 10.000 – 4945 = 5055 kg/jam


Perhatikan kesetimbangan di sekitar kondensor

V = D + R → 8000 = 5055 + R

Jadi R = 8000 – 5055 = 2945 kg/jam

Maka rasio R/D = 2945/ 5055 = 0.58 atau 58 %

2. Material Balance Dalam Operasi Distilasi


Pada industri minyak bumi dilakukan dengan kolum yang ditunjukan pada gambar 2.9
diagram alir distilasi

Gambar 2.9 diagram alir distilasi minyak bumi

Pertanyaan :

1) Pada diagram alir diatas akan dihasilkan hasil bawah ( W2 ) = …….. kg/jam
2) Pada diagram alir diatas akan dihasilkan hasil atas (D) = ……… ……kg/jam
3) Pada diagram alir diatas akan dihasilkan hasil (W1) = ……………….kg/jam
4) Pada diagram alir diatas akan dihasilkan hasil bawah ( W ) = ………. kg/jam
5) Pada diagram alir diatas akan dihasilkan Uapi produk (V ) = ……. ....kg/jam
6) Pada diagram alir diatas akan hasil atas yang di recykel ( R ) = .......... kg/jam
7) Pada diagram alir diatas komposisi hasil bawah ( W ) adalah :
C2= …..% , C3 = ….. % dan C4= ….. %

Penyelesaian

1 Neraca bahan kompnen C4 ( aliran bahan paling sedikit )


F1x C4di F1 + F2 x C4di F2 = W2 x C4di W2
1000 x 0,2+ 1000 x 0,5 = W2 x 0,7

200 + 500 = 0,7 W2

700
W2 = = 1000 kg/jam
0,7

2 Neraca bahab keselurah alat adalah F1 + F2 = D + W1+ W2


1000 + 1000 = D + W1 + 1000

W1 = (1000 – D ) atau D = ( 1000 – W1)

Neraca bahan komponen C2

F1 x C2 di F1 + F2 xC2 di F2 = C2 di D x D + C2 di W1 x W1+ C2 di W2 x W2

Harga W1 kita ganti ( 1000 – D )

F1 x C2 di F1 + F2 x C2 di F2 = C2 di D x D + C2 di W1 x ( 1000 – D ) + C2 di W2 x W2

1000 x 0,5 + 1000 x 0,3 = 0,9 D + 0,2 ( 1000 – D ) + ( 0 ) x 1000

5000 + 3000 = 0,9 D + 200 – 0,2 D

800 – 200 = 0,7 D

600
D= = 857 kg/jam
0,7

3 W1 = (1000 – D ) maka W1 = (1000 – 857 ) = 143 kg/jam

1. Pada diagram alir unutk nomer ( 2 ) neraca bahan totalnya adlah :


W = W1 + W2  W = 143 + 1000 = 1143 kg/jam

5 Perhatikan peralatan pada nomr ( 2 )

Neraca bahan total

V = D + R dimana harga D = 857 kg/jam

V = 857 + R atau R = ( V – 857 )

Neraca bahan komponen C2 adalah :

V x C2 di V = D x C2 di D + R x C2 di R

V x 0,8 = 857 x 0,9 + R x 0,6 harga R kita ganti ( V – 857 )

0,8 V = 771 + ( V – 857 ) 0,6

0,8 V = 771 + 0,6 V - 514


257
0,2 V = 257 maka V = = 1285 kg/jam
0 .2

6. R = ( V – 857 ) maka R = 1285 – 857 = 428 kg/jam

7. Perhalikan peralatan ( 3 )

Persamaan neraca komponen C4 adalah

W x C4 di W = W1 x C4 di W1 + W2 x C4 di W2

1143 x C4 di W = 143 x ( 0 ) + 1000 x 0,7

700
C4 di W = x 100 % = 60 %
1143

Persamaan neraca komponen C2 adalah

W x C2 di W = W1 x C2 di W1 + W2 x C3 di W2

1143 x C2 di W = 143 x 0,2 + 1000 ( 0 )

28,6
C2 di W = x 100 % = 2,5 %
1143

Maka komposisi C3 di W = ( 100 – 60 – 2,5 ) % = 37,5 %

Anda mungkin juga menyukai