Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)

DEPARTEMEN/SMF KEBIDANAN & PENYAKIT KANDUNGAN

RSUD DEMANG SEPULAU RAYA

LAMPUNG TENGAH

KPD (Ketuban Pecah Dini)


ICD 10 : O42
1. Pengertian (definisi) Pecahnya selaput ketuban (amnion dan khorion) tanpa diikuti
persalinan pada kehamilan aterm atau pecahnya ketuban pada
kehamilan preterm.
2. Anamnesa KU : keluar air dari kemaluan
RPP:
- Sejak kapan keluar air
- Warna air yang keluar, bau, kejernihan
- R/ perut mules menjalar ke pinggang makin lama makin sering dan
kuat, keluar air, keluar darah lendir
- R/ demam, penyakit kulit, penyakit gigi, penyakit infeksi sistemik
lain, keputihan
- R/ perut diurut, riwayat trauma, post coital/ aktivitas seksual
- R/ merokok,
- Pengobatan apa yang sudah dijalani sebelum datang ke rumah
sakit

Riwayat Obstetri:
R/ kehamilan sebelumnya dengan ketuban pecah dini?
R/ HPHT
3. Pemeriksaan Fisik Status Obstetri
PL: Leopold I, II, III, IV, DJJ, TBJ
Inspeculo: portio livide, OUE terbuka/ tertutup, fluor +/-, fluxus +/-
(poolling cairan amnion), erosi/ laserasi/ polip +/-
VT: portio konsistensi, posisi, pendataran, pembukaan, ketuban +/-,
bagian terbawah janin, penurunan, penunjuk. (dilakukan apabila
ada tanda inpartu/ pembukaan portio pada pemeriksaan
inspekulo, kehamilan aterm)
4. Kriteria Diagnosis Sesuai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Ketuban Pecah Dini
6. Diagnosis Banding -
7. Pemeriksaan Penunjang - Tes nitrazin/ lakmus
- Ultrasonografi: jumlah cairan amnion, kesejahteraan janin (profil
biofisik, dan non stress test)
- Lab darah (leukosit, diff count), LEA (Leucocyte Estrase Activity)
 tanda-tanda infeksi intrauterine

8. Terapi  Prinsipnya lahirkan janin


 Observasi DJJ, kontraksi, dan kemajuan persalinan.
 Beri antibiotika profilaksis (ceftriaxone 1gr/12jm)
9. Edukasi 1. Higiene vulva vagina yang baik
2. Cara persalinan berdasarkan indikasi obstetri
10. Lama Perawatan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat Rekomendasi A/B/C
13. Penelaah Kritis Divisi kebidanan dan kandungan RSD Demang Sepulau Raya
14. Indikator Medis

15. Kepustakaan 1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong CY. Williams obstetrics 23rd. New York: McGraw-Hill
Companies Inc. 2005: 193-4.
2. Kolegium Obstetri dan Ginekologi. Ketuban Pecah Dini. Dalam:
Modul pendidikan spesialis obstetri dan ginekologi. Jakarta. 2008:
12-3.
3. Mercer, BM. Premature rupture of the membrane. In: Creasy RK,
Resnik Robert, Iams J D, Lockwood C J, Moore T R, editors.
Creasy & Resnik’s maternal-fetal medicine. Principles and
practice. 6th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2005; 558-09.
4. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Panduan penatalaksanaan
kasus obstetri. Jakarta: Pelawa Sari; 2012.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)

DEPARTEMEN/SMF KEBIDANAN & PENYAKIT KANDUNGAN

RSUD DEMANG SEPULAU RAYA

LAMPUNG TENGAH

Preeklampsia Berat
ICD 10 : O14.1
1. Pengertian (definisi) Desakan darah ≥ 140/ 90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu,
disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau dipstick ≥ 1+
2. Anamnesa KU : hamil dengan darah tinggi
RPP:
- Sejak kapan mulai menderita darah tinggi
R/ pusing, pandangan mata kabur, nyeri ulu hati, mual muntah,
penurunan kesadaran
- R/ timbul edema di kaki
- R/ perut mules menjalar ke pinggang makin lama makin sering dan
kuat, keluar air, keluar darah lendir
- Pengobatan apa yang sudah dijalani sebelum datang ke rumah sakit
- R/ darah tinggi dalam keluarga, R/ darah tinggi pada kehamilan
sebelumnya?
- Gerakan anak masih dirasakan atau tidak?
Riwayat Obstetri:
R/ darah tinggi sebelum hamil
R/ HPHT
3. Pemeriksaan Fisik Status present
KU:Sedang Sens:CM TD : >160/110 mmHg N:88x/m
RR: 20x/m
Status Obstetri
PL: Leopold I, II, III, IV, DJJ, TBJ
VT: portio konsistensi, posisi, pendataran, pembukaan, ketuban +/-,
bagian terbawah janin, penurunan, penunjuk.
4. Kriteria Diagnosis Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan salah satu atau lebih
gejala dan tanda dibawah ini :
a. Desakan darah : pasien dalam keadaan istirahat desakan sistolik
≥160 mmHg dan desakan diastolik ≥ 110 mmHg
b. Proteinutia : ≥ 5 g / jumlah urine selama 24 jam atau dipstick 4 ++
c. Oliguria : produksi urine < 400-500 ml/24 jam
d. Kenaikan kreatinin serum
e. Edema paru dan sianosis
f. Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran kanan atas abdomen :
disebabkan teregangnya kapsula glisone. Nyeri dapat sebagai gejala
awal ruptur hepar.
g. Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran, nyeri kepar,
skotomata dan pandangan kabur.
h. Gangguan fungsi hepar : peningkatan alanine atau aspartate amino
transferase.
i. Hemolisis mikroangiopatik
j. Trombositopenia : 100.000/ml
k. Sindroma HELLP
5. Diagnosis Preeklampsia Berat
6. Diagnosis Banding Hipertensi dalam kehamilan

7. Pemeriksaan Penunjang - Proteinuria


- Darah rutin (Hb, Leukosit, Hematokrit, Trombosit, LED, Diff
Count)
- Kimia klinik (Albumin/ Globulin, SGOT, SGPT, Ureum,
Kreatinin, LDH)
- Faal hemostasis bila ditemukan tanda-tanda DIC

8. Terapi - Stabilisasi 1 – 3 jam


- Injeksi MgSO4 sesuai protokol pemberian
- Pemberian oksigen 3L/menit
- Observasi TTV dan DJJ
- Pemasangan Infus
- Antihipertensi (Nifedipin 3x10mg bila TD >140/90mmhg)
- Pemasangan kateter urin
- Terminasi kehamilan tergantung usia gestasi dan komplikasi pada
ibu, janin atau keduanya

I. Ekspektatif (Pada Kehamilan < 34 minggu)


1. Kehamilan dipertahankan selama mungkin / aterm sambil
memberikan terapi medikamendosa
2. Pasien PEB  MRS:
a. Pemberian MgSO4 boleh i.v atau i.m
Sediaan MgSO4 40 %. Harus selalu siap antidotum  Kalsium
glukonas
b. Antihipertensi
3. PEB < 33 minggu
a. Satgas Gestosis : dapat SC primer
b. Pematangan serviks 24 jam sambil melakukan pematangan
paru 24 jam selama keadaan ibu dan bayi tidak memburuk
- Dexamethason 12 mg/hari (1 hari)  2 x 6 mg / 1x12mg
4. Anti hipertensi :
a. Nifedipin  peroral 10 mg. bila 30 menit TD belum turun dapat
diberikan lagi 10 mg  max 120 – 180 mg / hari
b. Adalat oros 30 mg  dosis 1x1 kalau tekanan darah sudah turun
5. Bila TD sudah mencapai PER  tidak perlu anti hipertensi
6. MgSO4 pada terapi konservatif PEB 24 jam  perburukan  gagal
konservatif  terminasi  MgSO4 ulangan  cara persalinan
kembali ke protap pematangan.
9. Edukasi 1. Restriksi garam : tidak terbukti dapat mencegah terjadinya
preeklampsia
2. Suplementasi diet yang mengandung :
a. Minyak ikan yang kaya dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya
omega-3 PŲFA
Antioksidan : vitamin C, vitamin E, ßeta-carotene, CoQ10, N-
Acetylcysteine, asam lipoik.
b. Elemen logam berat : zinc, magnesium, calcium.
3. Tirah baring
10. Lama Perawatan
11. Prognosis Advitam : dubia ad bonam
Adsanationam : dubia ad bonam
Adfumgsionam : dubia ad bonam
12. Tingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaa Kritis Divisi kebidanan dan kandungan RSD Demang Sepulau Raya
15. Indikator Medis

16. Kepustakaan 1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong CY. Williams obstetrics 23rd. New York: McGraw-Hill
Companies Inc; 2005.
2. Kolegium Obstetri dan Ginekologi. Ketuban Pecah Dini. Dalam:
Modul pendidikan spesialis obstetri dan ginekologi. Jakarta. 2008:
12-3.
3. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Panduan penatalaksanaan
kasus obstetri. Jakarta: Pelawa Sari; 2012.
4. Creasy RK, Resnik R, Iam JD, Lockwood CJ, Moore TR.
Maternal-Fetal Medicine. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2009.
5. Satgas Gestosis
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)

DEPARTEMEN/SMF KEBIDANAN & PENYAKIT KANDUNGAN

RSUD DEMANG SEPULAU RAYA

LAMPUNG TENGAH

Kehamilan dengan Bekas Seksio Sesaria


ICD 10 : 020.0
1. Pengertian (definisi)  Persalinan atau kelahiran pada pasien dengan riwayat
kelahiran bayi melalui insisi perut (laparotomi) dan insisi uterus
(histerotomi). Luka sayat di perut dapat transversal (Pfannenstiel)
maupun vertikal (mediana); sedangkan di uterus dapat
transversal (SC Transperitonealis Profunda) maupun insisi
vertikal (SCklasik/corporal).
2. Anamnesa KU : hamil dengan bekas seksio sesaria
RPP:
- R/ perut mules menjalar ke pinggang makin lama makin sering dan
kuat, keluar air, keluar darah lendir (tanda inpartu)
- R/ nyeri perut, warna urine
Gerakan anak masih dirasakan atau tidak?
R/ seksio sesaria sebelumnya (indikasi, insisi, lama penyembuhan luka
yang lalu)
R/ jarak antara kehamilan sekarang dengan SC sebelumnya
R/ HPHT
3. Pemeriksaan Fisik Status Obstetri
PL: Leopold I, II, III, IV, DJJ, TBJ
VT: portio konsistensi, posisi, pendataran, pembukaan, ketuban +/-,
bagian terbawah janin, penurunan, penunjuk.
4. Kriteria Diagnosis  Anamnesis
 Parut luka di perut
 Pengukuran tebal SBR (Segmen Bawah Rahim)
5. Diagnosis Bekas seksio sesaria
6. Diagnosis Banding - Kehamilan dengan bekas laparotomi

7. Pemeriksaan Penunjang - Ultrasonografi (biometri janin)


- Ultrasonografi transvaginal untuk pengukuran tebal SBR

8. Terapi  Partus pervaginam lika:


 Imbang feto pelvik baik
 Perjalanan persalinan normal
 Seksio primer jika:.
 Plasenta previa
 Vasa previa
 CPD
 Panggul patologik
 Presentasi abnormal
 Kelainan letak
 Posterm dengan skor pelvik rendah
 2 kali seksio
 Penyembuhan luka operasi yang lalu buruk
 Operasi yang lalu kolporal/klasik
 Tebal SBR < 2,5 cm
 Perawatan rumah sakit
 Hanya dilakukan apabila akan dilakukan seksio primer atau jika
tranportasi sulit, tingkat pendidikan pasien rendah
 Perawatan pasca seksio ± 3-5 hari
 Penyulit
 Ruptura uteri: histerorapi - histerektomi
 Kematian janin, kematian ibu
 Plasenta akreta, perkreta, inkreta: histerektomi
 Endometritis, infeksi subkutis
 Perdarahan

9. Edukasi  Konseling untuk mendapat informed consent mengenai


penjelasan untung rugi percobaan partus pervaginam
 Masa penyembuhan luka ± 100 hari
 Medika mentosa
 Antibiotik
 Analgetik
 Uterotonik
10. Lama Perawatan
11. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
12. Tingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaa hKritis Divisi kebidanan dan kandungan RSD Demang Sepulau Raya
15. Indikator Medis

16. Kepustakaan 1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong CY. Williams obstetrics 23rd. New York: McGraw-Hill
Companies Inc; 2005.
2. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Panduan penatalaksanaan
kasus obstetri. Jakarta: Pelawa Sari; 2012.
3. Vaginal Birth After Caesarean Section. ACOG Practice Bulletin;
2004.
4. Jastrow N, Chaillet N, Roberge S, Morency AM, Lacasse Y,
Bujold M. Sonographic lower uterine segment thickness and risk
of uterine scar defect a systematic review. J Obstet Gynaecol Can
2010;32(4):321–327.
5. Birth after previous caesarean birth. RCOG; 2007.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)

DEPARTEMEN/SMF KEBIDANAN & PENYAKIT KANDUNGAN

RSUD DEMANG SEPULAU RAYA

LAMPUNG TENGAH

Letak Sungsang/ Presentasi Bokong


ICD 10 : O32.1
1. Pengertian (definisi) Janin dengan presentasi bokong, bokong kaki atau kaki ; Letak
memanjang dengan bagian terbawah bokong dengan atau tanpa
kaki
2. Anamnesa KU : hamil dengan anak letak sungsang
RPP:
- R/ perut mules menjalar ke pinggang makin lama makin sering dan
kuat, keluar air, keluar darah lendir
- R/ keluar air – air
- R/ pemeriksaan kehamilan

Riwayat Obstetri:
R/ kehamilan sebelumnya dengan presentasi bokong
R/ persalinan dengan presentasi bokong
R/ berat bayi lahir
R/ HPHT
3. Pemeriksaan Fisik Status Obstetri
PL: Leopold I, II, III, IV, DJJ, TBJ
VT : portio konsistensi, posisi, pendataran, pembukaan, ketuban +/-,
bagian terbawah janin, penurunan, penunjuk. (dilakukan apabila
ada tanda inpartu/ pembukaan portio, kehamilan aterm)
4. Kriteria Diagnosis  Denominator sacrum
 Periksa luar : kepala di fundus uteri, denyut jantung janin diatas
pusat kanan atau kiri.
 Periksa dalam terutama kalau sudah ada pembukaan dan
ketuban pecah teraba 3 tonjolan ujung-ujung os koksigeus dan
tuber osis ischi kanan dan kiri. Jika ditelusuri ujung os
koksigeus maka kita akan sampai ke sakrum dan dapat teraba
krista.
 Ketiga tonjolan ini dapat teraba anus, hati-hati memasukkan jari tangan
sampai robeknya m. spincter ani.
 Jenis Presentasi Bokong
a. Presentasi bokong murni (Frank Breech Presentation)
Hanya bokong saja terbawah sedangkan kedua kaki lurus
keatas (berekstensi), sehingga kaki di depan muka janin.
b. Presentasi bokong kaki
Disamping bokong terdapat kaki presentasi bokong kaki
sempurna bila terdapat 2 kaki
c. Presentasi kaki
Presentasi kaki sempurna bila bagian terendah 2 kaki,
presentasi kaki tidak sempurna bila bagian terendah 1 kaki
d. Presentasi lutut
Presentasi lutut sempurna bila bagian terendah 2 lutut,
presentasi lutut tidak sempurna bila bagian terendah 1 lutut.
5. Diagnosis Letak sungsang / presentasi bokong

6. Diagnosis Banding Letak kepala

7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan ultrasonografi dapat menentukan keadaan kepala defleksi


atau ekstensi dan juga kelainan janin.
8. Terapi Waktu kehamilan
Jika tak ada kontra-indikasi maka lakukan versi luar.
Versi luar
merupakan tindakan dari luar yang dikerjakan dengan dua
tangan untuk merubah/ memperbaiki presentasi janin.

Syarat :
 Umur kehamilan aterm mungkin nulipara kehamilan lebih
dari 36 minggu, multipara umur kehamilan lebih dari 38
minggu (pendapat lain dapat dimulai pada kehamilan
pada kehamilan lebih dari 28 minggu dan pendapat
lainnya dapat dilakukan kapan saja)
 Ketuban utuh, tidak ada disproporsi kepala panggul,
 Janin tunggal hidup
 bagian bawah masih dapat didorong, dalam persalinan
fase laten (pembukaan kurang dari 3 cm, pembukaan
lengkap (versi luar dalam keadaan steril, oleh karena kalau
ketuban pecah lakukan tindakan)
Kontraindikasi :
Ketuban sudah pecah, hipertensi dalam kehamilan, pembukaan
sama atpu lebih dad 3 cm, ruptura uteri iminen, cacat rahim
(sikatriks uterus), disprqporsi keepala panggul tumor jalan lahir, perdarahan
antepartum, hamil ganda, gawat janin, hidramnion hidrosefalus/
anensefalus.

Penyulit :
Sulit, perasaan nyeri, kulit perut tebal (banyak lemak), dinding
perut tegang terutama nulipara, air ketuban sedikit, kaki janin
menjungkit ke atas, lilitan tali pusat/tali pusat pendek, his sering,
kelainan uterus (bentuk pendek/uterus septus/mioma uteri.

Bahaya untuk ibu :


Ketuban pecah dapat terjadi infeksi, tali pusat pendek (dapat mengakibatkan
solusio plasenta) ruputra uteri, perdarahan.
Bahaya untuk janin :
Ketuban pecah dapat terjadi penumbungan tali pusat/ ekstremitas,
partus prematurus, janin mati dalam rahim. Lilitan tali pusat,
plasenta (solusio plasenta) letak defleksi.

Persiapan :
Rektum/kandung kemih harus kosong tidur telentang/Trendelenburg,
perut tangan diberi talk, denyut jantung janin dikontrol dulu,
bantal/handuk dan gurita, tungkai fleksi di pangkal paha/lutut.

Teknik

Mobilitasi : Penolong menghadap ke kaki ibu berdiri di samping


kedua tangan memegang bagian terbawah (bokong), pegang
sempurna dan dikeluarkan dari pintu atas panggul.

Eksenterasi :
Bagian bawah yang sulah diangkat di dorong kefosa iliaka.

Sentralisasi :
Penolong menghadap ke muka ibu, satu tangan pada bokong
dan tangan yang lain pada kepala, janin akan tetap fleksi
maksimal, janin membulat,dan mudah diputar.

Versi (rotasi) :
Kepala janin didorong kearah perut/muka (diluar his dan lean) atau
diputar kearah yang tahanannya sedikit (pada presentasi bahu
didorong kearah yang terdekat)

Fiksasi :
Bagian terendah setelah diputar dimasukkan ke pintu atas
panggul.

Kontrol :
Periksa denyut jantung janin 3 kali, interval 5 menit, denyut
jantung janin jelek putar kembali ke tempat semula clan bila
denyut jantung janin denyut jantung janin baik fiksasi dengan 2
bantal/handuk kecil di samping perut kemudian diberi gurita.

Waktu persalinan
Waktu persalinan lakukan versi luar bila syarat dipenuhi dan tak
ada kontaindikasi.

Persalinan pervaginam (lihat bedah obstetri)


Pada garis besarnya melahirkan bokong, bahu clan kepala.

Partus spontan Bracht


Seluruh janin dilahirkan oleh tenaga ibu sendiri clan penolong
hanya menahan agar janin jangan jatuh.
Ekstraksi parsial (Manual aid)
Bokong dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri bahu, lengan dan
kepala oleh penolong.

Ekstraksi total (Ekstraksi bokong clan kstraksi kaki)


Bokong/bahu/lengan dan kepala dilahirkan oleh penolong.

Persalinan perabdominam (seksio sesar)


Seksio sesar dipertimbangkan pada presentasi bokong :
 kelainan panggul (panggul sempit/patologis),
 janin besar diproporsi kepala panggul (nulipara berat badan
janin lebih dari 3500g. multipara berat badan janin lebih
dari 4000 g),
 riwayat obstetri jelek,
 cacat rahim,
 hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia berat,
eklamsia),
 ketuban pecah sebelum waktunya,
 kepala hiperekstensi, gawat janin,
 pertumbuhan janin terlambat berat,
 prematuritas,
 nulipara (primitua/infertil/ presentasi kaki),
 kemajuan persalinan terganggu (lihat Partograf WHO
untuk presentasi bokong),
 kontraindikasi pervaginam (bekas operasi fistula,
Perineoplastik), nilai Zatuchi-Andros ≤ 3

Skor Zatuchi-Andros
Nilai
Keterangan
0 1 2

Paritas Nulipara Multipara

Umur kehamilan 0 39 minggu 38 minggu / 37 minggu


Taksiran berat 3630 g 3629 -3176 / 3175 g
janin g
Pernah presentasi Belum pernah Pernahg 1 kali Pernah 2
bokong Kali
Penurunan
Bokong /3 - 2 0-1
(station)
Pembukaan / 2 cm 3 cm 4 cm
Skor ≤ 3 :seksio sesar, - Skor = 4 : Reevaluasi, kalau tetap 4
Lakukan seksio sesar, - Skor 5 Pervaginam
9. Edukasi  Pertolongan persalinan oleh dokter di Rumah Sakit
 Menghindari perut diurut – urut
 Cara persalinan berdasarkan indikasi obstetri
10. Lama Perawatan

10. Prognosis Advitam : dubia ad bonam


Adsanationam : dubia ad bonam
Adfumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV

12. Tingkat Rekomendasi A/B/C

13. Penelaa Kritis Divisi kebidanan dan kandungan RSD Demang Sepulau Raya

14. Indikator Medis

15. Kepustakaan 1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong CY. Williams obstetrics 23rd. New York: McGraw-Hill
Companies Inc; 2005.
2. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Panduan penatalaksanaan
kasus obstetri. Jakarta: Pelawa Sari; 2012.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)

DEPARTEMEN/SMF KEBIDANAN & PENYAKIT KANDUNGAN

RSUD DEMANG SEPULAU RAYA

LAMPUNG TENGAH

HIPEREMESIS GRAVIDARUM / HIPEREMESIS DALAM KEHAMILAN


ICD 10 (O21.0)
1. Pengertian (definisi) Mual muntah yang terjadi pada kehamilan hingga usia 16 minggu.
Pada keadaan muntah – muntah yang berat dapat terjadi dehidrasi,
gangguan asam basa, elektrolit dan ketosis.
2. Anamnesa Mual dan muntah

3. Pemeriksaan Fisik  Pemeriksaan tanda vial nadi >100x/menit, tekanan darah menurun
(pada keadaan berat), subfebris, dan gangguan kesadaran (keadaan
berat).
 Pemeriksaan tanda dehidrasi : mata cekung, bibir kering, turgor
berkurang.
 Pemeriksaan generalis : kulit pucat, sianosis, berat badan turun
>5% dari berat badan sebelum hamil, uterus besar sesuai
kehamilan.
4. Kriteria Diagnosis  Mual muntah berat
 Berat badan turun >5% dari berat badan sebelum hamil
 Ketonuria
 Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit
5. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum
6. Diagnosis Banding 1. Mola hidatidosa
2. Hipertiroid
3. Defisiensi vitamin B kompleks
4. Stress berat

7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium


 Urinalisa lengkap
 Gula darah
 Elektrolit
 Fungsi hati
 Fungsi ginjal
2. USG : menilai dan memastikan kehamilan.

8. Terapi 1. Atasi dehidrasi dan ketosis


2. Berikan Infus Dx 10% + B kompleks IV
3. Lanjutkan dengan infus yang mempunyai komposisi kalori
dan elektrolit yang memadai seperti: KaEN Mg 3
4. Atasi defisit asam amino
5. Atasi defisit elektrolit
6. Balans cairan ketat hingga tidak dijumpai lagi ketosis dan defisit
elektrolit
7. Tatalaksana umum berikan dimenhidrinat50-100mg/oral/6jm dosis
maksimum 200mg/hari atau prometazin 5-10mg 3-4 kali/hari.
8. Berikan obat anti muntah: metchlorpropamid 5-10mg/8jam atau
ondansetron 8mg/12jm.
9. Berikan suport psikologis
10. Jika dijumpai keadaan patologis: atasi
11. Jika kehamilan patologis (misal: Mola Hidatidosa), lakukan evakuasi
12. Nutrisi per oral diberikan bertahap dan jenis yang diberikan
sesuai apa yang dikehendaki pasien (prinsip utama adalah
pasien masih dapat makan) dengan porsi seringan mungkin dan
baru ditingkatkan bila pasien lebih segar/enak.
13. Infus dilepas bila kondisi pasien benar-benar telah segar dan dapat
makan dengan porsi wajar (lebih baik lagi bila telah dibuktikan
hasil laboratorium telah normal) dan obat peroral telah
diberikan beberapa saat sebelum infus dilepas.

9. Edukasi 1. Mengusahakan kecukupan nutrisi ibu, termasuk suplementasi


vitamin dan asam folat di awal kehamilan
2. Makan porsi kecil tetapi lebih sering
3. Menghindari makanan yang berminyak dan berbau lemak
4. Istirahat cukup dan hindari kelelahan
10. Lama Perawatan
11. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
12. Tingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaah Kritis Divisi kebidanan dan kandungan RSUD Demang Sepulau Raya
15. Indikator Medis

15.Kepustakaan 1. Kementrian Kesehatan RI Dan WHO. Buku Saku Pelayanan


Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
2013 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013)
2. Prawirohardjo, S. Saifudin, A.B. Rachimhadhi, T. Wiknjosastro,
G.H, 2010. Ilmu Kebidanan. Ed 4. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010; Hal 814-818.
(Prawirohardjo, Et Al., 2010)
3. Wiknjosastro,H. Hiperemesis Gravidarum Dalam Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2005: Hal 75-280. (Prawirohardjo, et
al., 2010)
4. Ronardy, D.H. Ed. Obstetri Williams. Ed 18. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2006:9, 996. (Ronardy, 2006)
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)

DEPARTEMEN/SMF KEBIDANAN & PENYAKIT KANDUNGAN

RSUD DEMANG SEPULAU RAYA

LAMPUNG TENGAH

KEHAMILAN POSTTERM
1. Pengertian (definisi) WHO mendefinisikan kehamilan lewat waktu sebagai kehamilan usia
≥42 minggu penuh ( 294 hari) terhitung sejak hari pertama haid
terakhir.
2. Anamnesa KU : Kehamilan lewat waktu
RPP:
- R/ HPHT
- R/ perut mules menjalar ke pinggang makin lama makin sering dan
kuat, keluar air, keluar darah lendir
- R/gerakan janin makin berkurang
Riwayat Obstetri:
R/ kehamilan sebelumnya dengan ketuban pecah dini?
3. Pemeriksaan Fisik Status Obstetri
PL: Leopold I, II, III, IV, DJJ, TBJ
VT: portio konsistensi, posisi, pendataran, pembukaan, ketuban ,
bagian terbawah janin, penurunan, penunjuk.
4. Kriteria Diagnosis Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm bila didapat
3 atau lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan sebagai berikut :
 Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif.
 Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan
doppler.
 Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali.
 Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali
dengan stetoskop leannec
5. Diagnosis Kehamilan Postterm
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah Lengkap
2. USG
8. Terapi 1. Observasi DJJ, TTV, HIS.
2.
3.
4.
5.
9. Edukasi
10. Lama Perawatan
11. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
12. Tingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaah Kritis Divisi kebidanan dan kandungan RSUD Demang Sepulau Raya
15. Indikator Medis
16. Kepustakaan 1. Kementrian Kesehatan RI Dan WHO. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan
RI. 2013 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013)
2. Prawirohardjo, S. Saifudin, A.B. Rachimhadhi, T. Wiknjosastro,
G.H, 2010. Ilmu Kebidanan. Ed 4. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010; Hal 814-818.
(Prawirohardjo, Et Al., 2010)
3. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Panduan penatalaksanaan
kasus obstetri. Jakarta: Pelawa Sari; 2012.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)

DEPARTEMEN/SMF KEBIDANAN & PENYAKIT KANDUNGAN

RSUD DEMANG SEPULAU RAYA

LAMPUNG TENGAH

PARTUS PREMATURUS IMMINENS


1. Pengertian (definisi) Partus Prematurus Imminens adalah tanda awal persalinan pada umur
kehamilan 21-36 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhit
(HPHT)
2. Anamnesa a. Usia kehamilan antara 21 dan 36 minggu dari HPHT atau hasil
USG trimester pertama
b. Terdapat kontraksi uterus yang dapat disertai atau tidak lendir
dan darah
c. Apakah terdapat perdarahan dari pervaginam?
d. Apakah gerakan janin aktif?
e. Apakah keluar air-air dari kemaluan?

R/ Berhubungan seksual?
3. Pemeriksaan Fisik KU : kesadaran dan TTV
Status Obstetri
PL: Leopold I, II, III, IV, DJJ, TBJ, HIS
VT: portio konsistensi, posisi, pendataran, pembukaan, ketuban ,
bagian terbawah janin, penurunan, penunjuk.
4. Kriteria Diagnosis Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Partus Prematurus Imminens
6. Diagnosis Banding - Plasenta Previa
- Solutio Plasenta
7. Pemeriksaan Penunjang - Darah Lengkap
- USG
8. Terapi 1. Observasi DJJ, TTV dan HIS
2. Konservatif pertahankan kehamilan
3. Bedrest Total
4. Deteksi dan penanganan terhadap faktor resiko kehamilan
preterm
5. Pemberian obat tokolitik : Nifedipin 3x10mg
6. Neuroproteksi : MgSO4 20% 4gr selama 15 menit
7. Pematangan fungsi paru : dexamethasone 5-10mg /12jam selama
48jam.
9. Edukasi 1. Jangan melakukan aktifitas berlebihan atau hubungan seksual
2. Pantau kontraksi, perdarahan dan gerakan janin.
10. Lama Perawatan
11. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
12. Tingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaah Kritis Divisi kebidanan dan kandungan RSUD Demang Sepulau Raya
15. Indikator Medis

16. Kepustakaan 1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong CY. Williams obstetrics 23rd. New York: McGraw-Hill
Companies Inc; 2005.
2. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Panduan penatalaksanaan
kasus obstetri. Jakarta: Pelawa Sari; 2012.
3. Vaginal Birth After Caesarean Section. ACOG Practice Bulletin;
2004.
4. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Panduan penatalaksanaan
kasus obstetri. Jakarta: Pelawa Sari; 2012.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)

DEPARTEMEN/SMF KEBIDANAN & PENYAKIT KANDUNGAN

RSUD DEMANG SEPULAU RAYA

LAMPUNG TENGAH

Mioma uteri
ICD 10
1. Pengertian (definisi) Tumor jinak otot polos uterus yang dilipat oleh psendo capsul, yang
berasal dari sel otot polos yang imatur
2. Anamnesa Gejala mioma uteri dapat berupa asimptomatik sampai gejala-gejala dibawah
ini:
- Pendarahan uterus abnormal, yang dapat berupa menorrhagia yang
mengakibatkan anemia
- Massa di daerah pelvis
- Gejala akibat penekanan oleh massa tumor, antara lain frekuensi
berkemih, inkontinensia urin, retensi urin, hidronefrosis,
konstipasi,dan tenesmus,
- Nyeri pelvik
- Infertilitas
- Pada kehamilan dapat menyebabkan abortus berulang, dan
pembesaran ukuran mioma

3. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan palpasi abdomen didapatkan pembesaran uterus dengan
permukaan ireguler. ukuran pembesaran uterus dideskripsikan dalam minggu
kehamilan.
4. Kriteria Diagnosis - Pembesaran uterus pada pemeriksaan bimanual
- Pembesaran uterus dibuktikan dengan ultrasonografi baik
transabdominal maupun transvaginal
- Seringkali disertai dengan pendarahan uterus abnormal, gejala
penekanan pelvis, dismenore, maupun gangguan reproduksi
(infertilitas)
5. Diagnosis  Mioma uteri
6. Diagnosis Banding  Kistoma ovarii
 Polip endometrium
 Leiomyosarcoma
7. Pemeriksaan Penunjang - Baku emas pemeriksaan mioma uteri adalah laparoskopi atau
laparotomi dengan pemeriksaan histopatologi.
- Pemeriksaan noninvasive paling baik yang direkomendasikan adalah
ultrasonografi transvaginal
- Saline infusion sonography (SIS) dapat meningkatkan akurasi
diagnosis
- MRI dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi dan potongan
spatial pada mioma uteri yang meragukan pada pemeriksaan US
transvaginal
- Untuk mioma uteri submukosum dapat dilakukan
histeroskopidiagnostik
8. Terapi  Terapi medis
- Pil kontrasepsi kombinasi (estrogen –progesteron)
- GnRH agonis dan GnRH antagonis
- Aromatase inhibitor
- Selective estrogen receptor modulators (SERM)
- Progesterone receptor modulators
 Konservatif
- Embolisasi arteri uterine
- Oklusi arteri uterine perlaparoskopi maupun transvaginal
- Miolisis
- Radio
- miomektomi
 Histerektomi
 Pengamatan saja
 Pemilihan cara managenen tergantung pada keadaan :
 Gejala yang timbul
 Besar dan lokasi mioma Umur pasien
 Fungsi reproduksi
9. Edukasi

10. Lama Perawatan


11. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
12. Tingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaah Kritis Divisi kebidanan dan kandungan RSUD Demang Sepulau Raya
15. Indikator Medis

16. Kepustakaan 1. Kementrian Kesehatan RI Dan WHO. Buku Saku Pelayanan


Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan
RI. 2013 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013)
2. Prawirohardjo, S. Saifudin, A.B. Rachimhadhi, T. Wiknjosastro,
G.H, 2010. Ilmu Kebidanan. Ed 4. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010; Hal 814-818.
(Prawirohardjo, Et Al., 2010)
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)

DEPARTEMEN/SMF KEBIDANAN & PENYAKIT KANDUNGAN

RSUD DEMANG SEPULAU RAYA

LAMPUNG TENGAH

ABORTUS INKOMPLIT
ICD 10
1. Pengertian (definisi) Semua kehamilan yang berakhir sebelum periode viabilitas janin,
yaitu yang berakhir sebelum berat janin 500 gram. Bila berat
badan tidak diketahui, maka perkiraan lama kehamilan kurang
dari 20 minggu lengkap (139 hari), dihitung dari hari pertama haid
terakhir normal yang dapat dipakai. Abortus Inkomplit adalah sebagian
hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri masih ada yang tetinggal.

2. Anamnesa  Perdarahan aktif


 Nyeri perut hebat
 Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
 Terkadang pasien datang dalam keadaan syok akibat perdarahan
3. Pemeriksaan Fisik  Penilaian tanda vital
 Penilaian tanda-tanda syok
 Periksa konjungtiva unuk tanda anemia
 Mencari ada tidaknya massa abdomen
 Tanda – tanda akut abdomen atau defans muskular
 Pemeriksaan ginekologi :
- Osteum uteri terbuka, dengan terdapat sebagian sisa konsepsi
- Perdarahan aktif
- Ukuran terus sesuai usia kehamilan
4. Kriteria Diagnosis  Anamnesis - riwayat haid, gejala hamil, perdarahan
pervaginam, nyeri abdomen.
 Pemeriksaan fisik - umum, abdomen, pelvis.
 Tes tambahan - tes BHCG, USG, tes koagulasi.

5. Diagnosis Abortus Inkomplit


6. Diagnosis Banding 1. Abortus Komplit
2. Abortus Insipiens
3. Abortus Iminens
7. Pemeriksaan Penunjang 1. USG
2. Tes kehamilan BHCG
3. Pemeriksaan darah lengkap
8. Terapi  Lakukan inform consent
 Observasi tanda vital dan perdarahan
 Pemberian medikamentosa pre evakuasi : ceftriaxone vial 2gr.
Dilanjukan cefadroxil tab 2x500mg, SF tab 1x1, Na. Diklofenak
3x50mg.
 Evaluasi tanda – tanda syok, bila terjad syok karena perdarahan pasang
iv line (bila perlu 2 jalur)
 Rencana evakuasi isi uterus
9. Edukasi 1. Memberikan konseling untuk memberikan dukungan emosional
2. Makan makanan bergizi
3. Menjaga kebersihan diri untuk mencegah infeksi
10. Lama Perawatan
11. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
12. Tingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaah Kritis Divisi kebidanan dan kandungan RSUD Demang Sepulau Raya
15. Indikator Medis

16. Kepustakaan 1) Saifuddin, A.B. Ilmu Kebidanan. Perdarahan pada kehamilan


muda. Ed 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. 2009: Hal. 460-474. (Prawirohardjo, et al., 2010)
2) Kementerian Kesehatan RI dan WHO. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI. 2013 (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013)
3) Saifuddin, A.B. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2001 ; 146-147. (Saifuddin, 2011)
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)

DEPARTEMEN/SMF KEBIDANAN & PENYAKIT KANDUNGAN

RSUD DEMANG SEPULAU RAYA

LAMPUNG TENGAH

KISTA OVARIUM
ICD 10 (Q50.1)
1. Pengertian (definisi) Pembesaran ovarium yang bersifat fungsional atau disfungsional, berupa kistik,
padat atau campuran kistik padat dan dapat bersifat neoplastik maupun non
neoplastik.

2. Anamnesa Perut terasa penuh, pembesaran perut, perdarahan, nyeri, sesaknapas (pada
kista dengan ukuran yang sangat besar)
3. Pemeriksaan Fisik Gejala yang timbul tergantung besar tumor, lokasi dan adanya komplikasi.
Umumnya tidak menimbulkan gejala.
Gejala yang timbul dan patognomonik adalah :
 Penekanan terhadap vesika atau rektum
 Perut terasa penuh
 Pembesaran perut
 Perdarahan (jarang)
 Nyeri (pada putaran tangkai/kista pecah)
 Sesak napas, oedema tungkai (pada tumor yang sangat besar)

4. Kriteria Diagnosis Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang


5. Diagnosis Kista Ovarium
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan fisik/ recto vaginal toncher (RUT)
- USG
- Laparoskopi
8. Terapi 1. Perlu ditentukan apakah merupakan kista fungsional atau bukan
2. Perlu ditentukan apakah termasuk golongan neoplastik atau non
neoplastik
3. Pengangkatan kista/ovarium tergantung jenis kista dan besar kista
4. Pengangkatan kista dapat dilakukan dengan laparoskopi atau laparotomi

9. Edukasi
10. Lama Perawatan
11. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
12. Tingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaah Kritis Divisi kebidanan dan kandungan RSUD Demang Sepulau Raya
15. Indikator Medis
16. Kepustakaan 1. Kementrian Kesehatan RI Dan WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Dasar Dan Rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. 2013
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013)
2. Prawirohardjo, S. Saifudin, A.B. Rachimhadhi, T. Wiknjosastro, G.H,
2010. Ilmu Kebidanan. Ed 4. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2010; Hal 814-818. (Prawirohardjo, Et Al.,
2010)

Anda mungkin juga menyukai