LAMPUNG TENGAH
Riwayat Obstetri:
R/ kehamilan sebelumnya dengan ketuban pecah dini?
R/ HPHT
3. Pemeriksaan Fisik Status Obstetri
PL: Leopold I, II, III, IV, DJJ, TBJ
Inspeculo: portio livide, OUE terbuka/ tertutup, fluor +/-, fluxus +/-
(poolling cairan amnion), erosi/ laserasi/ polip +/-
VT: portio konsistensi, posisi, pendataran, pembukaan, ketuban +/-,
bagian terbawah janin, penurunan, penunjuk. (dilakukan apabila
ada tanda inpartu/ pembukaan portio pada pemeriksaan
inspekulo, kehamilan aterm)
4. Kriteria Diagnosis Sesuai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Ketuban Pecah Dini
6. Diagnosis Banding -
7. Pemeriksaan Penunjang - Tes nitrazin/ lakmus
- Ultrasonografi: jumlah cairan amnion, kesejahteraan janin (profil
biofisik, dan non stress test)
- Lab darah (leukosit, diff count), LEA (Leucocyte Estrase Activity)
tanda-tanda infeksi intrauterine
15. Kepustakaan 1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong CY. Williams obstetrics 23rd. New York: McGraw-Hill
Companies Inc. 2005: 193-4.
2. Kolegium Obstetri dan Ginekologi. Ketuban Pecah Dini. Dalam:
Modul pendidikan spesialis obstetri dan ginekologi. Jakarta. 2008:
12-3.
3. Mercer, BM. Premature rupture of the membrane. In: Creasy RK,
Resnik Robert, Iams J D, Lockwood C J, Moore T R, editors.
Creasy & Resnik’s maternal-fetal medicine. Principles and
practice. 6th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2005; 558-09.
4. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Panduan penatalaksanaan
kasus obstetri. Jakarta: Pelawa Sari; 2012.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
LAMPUNG TENGAH
Preeklampsia Berat
ICD 10 : O14.1
1. Pengertian (definisi) Desakan darah ≥ 140/ 90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu,
disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau dipstick ≥ 1+
2. Anamnesa KU : hamil dengan darah tinggi
RPP:
- Sejak kapan mulai menderita darah tinggi
R/ pusing, pandangan mata kabur, nyeri ulu hati, mual muntah,
penurunan kesadaran
- R/ timbul edema di kaki
- R/ perut mules menjalar ke pinggang makin lama makin sering dan
kuat, keluar air, keluar darah lendir
- Pengobatan apa yang sudah dijalani sebelum datang ke rumah sakit
- R/ darah tinggi dalam keluarga, R/ darah tinggi pada kehamilan
sebelumnya?
- Gerakan anak masih dirasakan atau tidak?
Riwayat Obstetri:
R/ darah tinggi sebelum hamil
R/ HPHT
3. Pemeriksaan Fisik Status present
KU:Sedang Sens:CM TD : >160/110 mmHg N:88x/m
RR: 20x/m
Status Obstetri
PL: Leopold I, II, III, IV, DJJ, TBJ
VT: portio konsistensi, posisi, pendataran, pembukaan, ketuban +/-,
bagian terbawah janin, penurunan, penunjuk.
4. Kriteria Diagnosis Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan salah satu atau lebih
gejala dan tanda dibawah ini :
a. Desakan darah : pasien dalam keadaan istirahat desakan sistolik
≥160 mmHg dan desakan diastolik ≥ 110 mmHg
b. Proteinutia : ≥ 5 g / jumlah urine selama 24 jam atau dipstick 4 ++
c. Oliguria : produksi urine < 400-500 ml/24 jam
d. Kenaikan kreatinin serum
e. Edema paru dan sianosis
f. Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran kanan atas abdomen :
disebabkan teregangnya kapsula glisone. Nyeri dapat sebagai gejala
awal ruptur hepar.
g. Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran, nyeri kepar,
skotomata dan pandangan kabur.
h. Gangguan fungsi hepar : peningkatan alanine atau aspartate amino
transferase.
i. Hemolisis mikroangiopatik
j. Trombositopenia : 100.000/ml
k. Sindroma HELLP
5. Diagnosis Preeklampsia Berat
6. Diagnosis Banding Hipertensi dalam kehamilan
16. Kepustakaan 1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong CY. Williams obstetrics 23rd. New York: McGraw-Hill
Companies Inc; 2005.
2. Kolegium Obstetri dan Ginekologi. Ketuban Pecah Dini. Dalam:
Modul pendidikan spesialis obstetri dan ginekologi. Jakarta. 2008:
12-3.
3. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Panduan penatalaksanaan
kasus obstetri. Jakarta: Pelawa Sari; 2012.
4. Creasy RK, Resnik R, Iam JD, Lockwood CJ, Moore TR.
Maternal-Fetal Medicine. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2009.
5. Satgas Gestosis
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
LAMPUNG TENGAH
16. Kepustakaan 1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong CY. Williams obstetrics 23rd. New York: McGraw-Hill
Companies Inc; 2005.
2. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Panduan penatalaksanaan
kasus obstetri. Jakarta: Pelawa Sari; 2012.
3. Vaginal Birth After Caesarean Section. ACOG Practice Bulletin;
2004.
4. Jastrow N, Chaillet N, Roberge S, Morency AM, Lacasse Y,
Bujold M. Sonographic lower uterine segment thickness and risk
of uterine scar defect a systematic review. J Obstet Gynaecol Can
2010;32(4):321–327.
5. Birth after previous caesarean birth. RCOG; 2007.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
LAMPUNG TENGAH
Riwayat Obstetri:
R/ kehamilan sebelumnya dengan presentasi bokong
R/ persalinan dengan presentasi bokong
R/ berat bayi lahir
R/ HPHT
3. Pemeriksaan Fisik Status Obstetri
PL: Leopold I, II, III, IV, DJJ, TBJ
VT : portio konsistensi, posisi, pendataran, pembukaan, ketuban +/-,
bagian terbawah janin, penurunan, penunjuk. (dilakukan apabila
ada tanda inpartu/ pembukaan portio, kehamilan aterm)
4. Kriteria Diagnosis Denominator sacrum
Periksa luar : kepala di fundus uteri, denyut jantung janin diatas
pusat kanan atau kiri.
Periksa dalam terutama kalau sudah ada pembukaan dan
ketuban pecah teraba 3 tonjolan ujung-ujung os koksigeus dan
tuber osis ischi kanan dan kiri. Jika ditelusuri ujung os
koksigeus maka kita akan sampai ke sakrum dan dapat teraba
krista.
Ketiga tonjolan ini dapat teraba anus, hati-hati memasukkan jari tangan
sampai robeknya m. spincter ani.
Jenis Presentasi Bokong
a. Presentasi bokong murni (Frank Breech Presentation)
Hanya bokong saja terbawah sedangkan kedua kaki lurus
keatas (berekstensi), sehingga kaki di depan muka janin.
b. Presentasi bokong kaki
Disamping bokong terdapat kaki presentasi bokong kaki
sempurna bila terdapat 2 kaki
c. Presentasi kaki
Presentasi kaki sempurna bila bagian terendah 2 kaki,
presentasi kaki tidak sempurna bila bagian terendah 1 kaki
d. Presentasi lutut
Presentasi lutut sempurna bila bagian terendah 2 lutut,
presentasi lutut tidak sempurna bila bagian terendah 1 lutut.
5. Diagnosis Letak sungsang / presentasi bokong
Syarat :
Umur kehamilan aterm mungkin nulipara kehamilan lebih
dari 36 minggu, multipara umur kehamilan lebih dari 38
minggu (pendapat lain dapat dimulai pada kehamilan
pada kehamilan lebih dari 28 minggu dan pendapat
lainnya dapat dilakukan kapan saja)
Ketuban utuh, tidak ada disproporsi kepala panggul,
Janin tunggal hidup
bagian bawah masih dapat didorong, dalam persalinan
fase laten (pembukaan kurang dari 3 cm, pembukaan
lengkap (versi luar dalam keadaan steril, oleh karena kalau
ketuban pecah lakukan tindakan)
Kontraindikasi :
Ketuban sudah pecah, hipertensi dalam kehamilan, pembukaan
sama atpu lebih dad 3 cm, ruptura uteri iminen, cacat rahim
(sikatriks uterus), disprqporsi keepala panggul tumor jalan lahir, perdarahan
antepartum, hamil ganda, gawat janin, hidramnion hidrosefalus/
anensefalus.
Penyulit :
Sulit, perasaan nyeri, kulit perut tebal (banyak lemak), dinding
perut tegang terutama nulipara, air ketuban sedikit, kaki janin
menjungkit ke atas, lilitan tali pusat/tali pusat pendek, his sering,
kelainan uterus (bentuk pendek/uterus septus/mioma uteri.
Persiapan :
Rektum/kandung kemih harus kosong tidur telentang/Trendelenburg,
perut tangan diberi talk, denyut jantung janin dikontrol dulu,
bantal/handuk dan gurita, tungkai fleksi di pangkal paha/lutut.
Teknik
Eksenterasi :
Bagian bawah yang sulah diangkat di dorong kefosa iliaka.
Sentralisasi :
Penolong menghadap ke muka ibu, satu tangan pada bokong
dan tangan yang lain pada kepala, janin akan tetap fleksi
maksimal, janin membulat,dan mudah diputar.
Versi (rotasi) :
Kepala janin didorong kearah perut/muka (diluar his dan lean) atau
diputar kearah yang tahanannya sedikit (pada presentasi bahu
didorong kearah yang terdekat)
Fiksasi :
Bagian terendah setelah diputar dimasukkan ke pintu atas
panggul.
Kontrol :
Periksa denyut jantung janin 3 kali, interval 5 menit, denyut
jantung janin jelek putar kembali ke tempat semula clan bila
denyut jantung janin denyut jantung janin baik fiksasi dengan 2
bantal/handuk kecil di samping perut kemudian diberi gurita.
Waktu persalinan
Waktu persalinan lakukan versi luar bila syarat dipenuhi dan tak
ada kontaindikasi.
Skor Zatuchi-Andros
Nilai
Keterangan
0 1 2
13. Penelaa Kritis Divisi kebidanan dan kandungan RSD Demang Sepulau Raya
15. Kepustakaan 1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong CY. Williams obstetrics 23rd. New York: McGraw-Hill
Companies Inc; 2005.
2. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Panduan penatalaksanaan
kasus obstetri. Jakarta: Pelawa Sari; 2012.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
LAMPUNG TENGAH
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan tanda vial nadi >100x/menit, tekanan darah menurun
(pada keadaan berat), subfebris, dan gangguan kesadaran (keadaan
berat).
Pemeriksaan tanda dehidrasi : mata cekung, bibir kering, turgor
berkurang.
Pemeriksaan generalis : kulit pucat, sianosis, berat badan turun
>5% dari berat badan sebelum hamil, uterus besar sesuai
kehamilan.
4. Kriteria Diagnosis Mual muntah berat
Berat badan turun >5% dari berat badan sebelum hamil
Ketonuria
Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit
5. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum
6. Diagnosis Banding 1. Mola hidatidosa
2. Hipertiroid
3. Defisiensi vitamin B kompleks
4. Stress berat
LAMPUNG TENGAH
KEHAMILAN POSTTERM
1. Pengertian (definisi) WHO mendefinisikan kehamilan lewat waktu sebagai kehamilan usia
≥42 minggu penuh ( 294 hari) terhitung sejak hari pertama haid
terakhir.
2. Anamnesa KU : Kehamilan lewat waktu
RPP:
- R/ HPHT
- R/ perut mules menjalar ke pinggang makin lama makin sering dan
kuat, keluar air, keluar darah lendir
- R/gerakan janin makin berkurang
Riwayat Obstetri:
R/ kehamilan sebelumnya dengan ketuban pecah dini?
3. Pemeriksaan Fisik Status Obstetri
PL: Leopold I, II, III, IV, DJJ, TBJ
VT: portio konsistensi, posisi, pendataran, pembukaan, ketuban ,
bagian terbawah janin, penurunan, penunjuk.
4. Kriteria Diagnosis Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm bila didapat
3 atau lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan sebagai berikut :
Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif.
Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan
doppler.
Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali.
Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali
dengan stetoskop leannec
5. Diagnosis Kehamilan Postterm
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah Lengkap
2. USG
8. Terapi 1. Observasi DJJ, TTV, HIS.
2.
3.
4.
5.
9. Edukasi
10. Lama Perawatan
11. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
12. Tingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaah Kritis Divisi kebidanan dan kandungan RSUD Demang Sepulau Raya
15. Indikator Medis
16. Kepustakaan 1. Kementrian Kesehatan RI Dan WHO. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan
RI. 2013 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013)
2. Prawirohardjo, S. Saifudin, A.B. Rachimhadhi, T. Wiknjosastro,
G.H, 2010. Ilmu Kebidanan. Ed 4. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010; Hal 814-818.
(Prawirohardjo, Et Al., 2010)
3. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Panduan penatalaksanaan
kasus obstetri. Jakarta: Pelawa Sari; 2012.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
LAMPUNG TENGAH
R/ Berhubungan seksual?
3. Pemeriksaan Fisik KU : kesadaran dan TTV
Status Obstetri
PL: Leopold I, II, III, IV, DJJ, TBJ, HIS
VT: portio konsistensi, posisi, pendataran, pembukaan, ketuban ,
bagian terbawah janin, penurunan, penunjuk.
4. Kriteria Diagnosis Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Partus Prematurus Imminens
6. Diagnosis Banding - Plasenta Previa
- Solutio Plasenta
7. Pemeriksaan Penunjang - Darah Lengkap
- USG
8. Terapi 1. Observasi DJJ, TTV dan HIS
2. Konservatif pertahankan kehamilan
3. Bedrest Total
4. Deteksi dan penanganan terhadap faktor resiko kehamilan
preterm
5. Pemberian obat tokolitik : Nifedipin 3x10mg
6. Neuroproteksi : MgSO4 20% 4gr selama 15 menit
7. Pematangan fungsi paru : dexamethasone 5-10mg /12jam selama
48jam.
9. Edukasi 1. Jangan melakukan aktifitas berlebihan atau hubungan seksual
2. Pantau kontraksi, perdarahan dan gerakan janin.
10. Lama Perawatan
11. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
12. Tingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaah Kritis Divisi kebidanan dan kandungan RSUD Demang Sepulau Raya
15. Indikator Medis
16. Kepustakaan 1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong CY. Williams obstetrics 23rd. New York: McGraw-Hill
Companies Inc; 2005.
2. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Panduan penatalaksanaan
kasus obstetri. Jakarta: Pelawa Sari; 2012.
3. Vaginal Birth After Caesarean Section. ACOG Practice Bulletin;
2004.
4. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Panduan penatalaksanaan
kasus obstetri. Jakarta: Pelawa Sari; 2012.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
LAMPUNG TENGAH
Mioma uteri
ICD 10
1. Pengertian (definisi) Tumor jinak otot polos uterus yang dilipat oleh psendo capsul, yang
berasal dari sel otot polos yang imatur
2. Anamnesa Gejala mioma uteri dapat berupa asimptomatik sampai gejala-gejala dibawah
ini:
- Pendarahan uterus abnormal, yang dapat berupa menorrhagia yang
mengakibatkan anemia
- Massa di daerah pelvis
- Gejala akibat penekanan oleh massa tumor, antara lain frekuensi
berkemih, inkontinensia urin, retensi urin, hidronefrosis,
konstipasi,dan tenesmus,
- Nyeri pelvik
- Infertilitas
- Pada kehamilan dapat menyebabkan abortus berulang, dan
pembesaran ukuran mioma
3. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan palpasi abdomen didapatkan pembesaran uterus dengan
permukaan ireguler. ukuran pembesaran uterus dideskripsikan dalam minggu
kehamilan.
4. Kriteria Diagnosis - Pembesaran uterus pada pemeriksaan bimanual
- Pembesaran uterus dibuktikan dengan ultrasonografi baik
transabdominal maupun transvaginal
- Seringkali disertai dengan pendarahan uterus abnormal, gejala
penekanan pelvis, dismenore, maupun gangguan reproduksi
(infertilitas)
5. Diagnosis Mioma uteri
6. Diagnosis Banding Kistoma ovarii
Polip endometrium
Leiomyosarcoma
7. Pemeriksaan Penunjang - Baku emas pemeriksaan mioma uteri adalah laparoskopi atau
laparotomi dengan pemeriksaan histopatologi.
- Pemeriksaan noninvasive paling baik yang direkomendasikan adalah
ultrasonografi transvaginal
- Saline infusion sonography (SIS) dapat meningkatkan akurasi
diagnosis
- MRI dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi dan potongan
spatial pada mioma uteri yang meragukan pada pemeriksaan US
transvaginal
- Untuk mioma uteri submukosum dapat dilakukan
histeroskopidiagnostik
8. Terapi Terapi medis
- Pil kontrasepsi kombinasi (estrogen –progesteron)
- GnRH agonis dan GnRH antagonis
- Aromatase inhibitor
- Selective estrogen receptor modulators (SERM)
- Progesterone receptor modulators
Konservatif
- Embolisasi arteri uterine
- Oklusi arteri uterine perlaparoskopi maupun transvaginal
- Miolisis
- Radio
- miomektomi
Histerektomi
Pengamatan saja
Pemilihan cara managenen tergantung pada keadaan :
Gejala yang timbul
Besar dan lokasi mioma Umur pasien
Fungsi reproduksi
9. Edukasi
LAMPUNG TENGAH
ABORTUS INKOMPLIT
ICD 10
1. Pengertian (definisi) Semua kehamilan yang berakhir sebelum periode viabilitas janin,
yaitu yang berakhir sebelum berat janin 500 gram. Bila berat
badan tidak diketahui, maka perkiraan lama kehamilan kurang
dari 20 minggu lengkap (139 hari), dihitung dari hari pertama haid
terakhir normal yang dapat dipakai. Abortus Inkomplit adalah sebagian
hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri masih ada yang tetinggal.
LAMPUNG TENGAH
KISTA OVARIUM
ICD 10 (Q50.1)
1. Pengertian (definisi) Pembesaran ovarium yang bersifat fungsional atau disfungsional, berupa kistik,
padat atau campuran kistik padat dan dapat bersifat neoplastik maupun non
neoplastik.
2. Anamnesa Perut terasa penuh, pembesaran perut, perdarahan, nyeri, sesaknapas (pada
kista dengan ukuran yang sangat besar)
3. Pemeriksaan Fisik Gejala yang timbul tergantung besar tumor, lokasi dan adanya komplikasi.
Umumnya tidak menimbulkan gejala.
Gejala yang timbul dan patognomonik adalah :
Penekanan terhadap vesika atau rektum
Perut terasa penuh
Pembesaran perut
Perdarahan (jarang)
Nyeri (pada putaran tangkai/kista pecah)
Sesak napas, oedema tungkai (pada tumor yang sangat besar)
9. Edukasi
10. Lama Perawatan
11. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
12. Tingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaah Kritis Divisi kebidanan dan kandungan RSUD Demang Sepulau Raya
15. Indikator Medis
16. Kepustakaan 1. Kementrian Kesehatan RI Dan WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Dasar Dan Rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. 2013
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013)
2. Prawirohardjo, S. Saifudin, A.B. Rachimhadhi, T. Wiknjosastro, G.H,
2010. Ilmu Kebidanan. Ed 4. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2010; Hal 814-818. (Prawirohardjo, Et Al.,
2010)