Anda di halaman 1dari 30

Materi Kuliah Teknologi Bahan II

FT. Unwira – Jurusan Arsitektur


IDENTITAS MATA KULIAH

Mata Kuliah : Teknologi Bahan II


Bobot : 2 Sks
Dosen : Stephanus Ola Demon,ST.
Kristina Bhebe, ST.

MATERI KULIAH

BAB I. BAJA SEBAGAI BAHAN BANGUNAN


1.1. Defenisi
1.2. Perencanaan Struktur
1.3. Prinsip – Prinsip Perencanaan
1.4. Perilaku Material
1.5. Pembebanan
1.6. Jenis Batang Baja Struktural
1.7. Struktur Baja
1.8. Filosofi Perencanaan
1.9. Faktor Keamanan

BAB II. BATANG TARIK


2.1. Pendahuluan
2.2. Kekuatan Sebagai Kriteria Perencanaan
2.3. Luas Netto
2.4. Pengaruh Lubang Yang Berseling Pada Luas Netto
2.5. Luas Netto Efektif
2.6. Batang Tarik Bulat
2.7. Kekakuan Sebagai Kriteria Perencanaan
2.8. Pemindahan Beban di Sambungan

BAB III. ALAT SAMBUNG


3.1. Paku Keling ( Rivet )
3.2. Baut Sekrup
3.3. Menyambung 2 ( dua ) Batang yang tidak sama ukuran penampangnya
3.4. Sambungan yang memakai plat pengisi

BAB IV. BATANG TEKAN


4.1. Sifat dari Batang Tekan
4.2. Kelangsingan Batang Tekan
4.3. Stabilitas Batang Tekan
4.5. Mendimesi Batang Tekan
4.6. Panjang Tekuk
BAB V. SAMBUNGAN DENGAN LAS

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur

REFERENCE :
1. STRUKTUR BAJA – DESAIN DAN PERILAKU, Charles G. Salmon, John E.
Jhonson, Ir. Wira M.S.C.E.
2. KONSTRUKSI BAJA 1, Prof. Ir. Loa Wikarya Darmawan
3. KONSTRUKSI BAJA, Ir. Oentoeng

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur

BAB I
BAJA SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

1.1. DEFENISI
Baja adalah bahan yang keserbasamaannya ( homogenitasnya ) tinggi, terdiri
dari Fe dalam bentuk kristal dan C. Pembuatannya dilakukan sebagai pembersihan
dalam temperatur tinggi dari besi mentah yang didapat dari proses dapur – tinggi. Besi
mentah tidak dapat ditempa. Dengan demikian seluruh macam besi yang sudah dapat
ditempa disebut baja.
Yang dinamakan dapur tinggi adalah dapur corong yang tingginya 20 a’30 m
dan didalamnya diberi lapisan batu yang tahan api. Di dalam dapur ini besi itu
dipecahkan dari persenyawaannya dan sebanyak mungkin dipisahkan dari mineral –
mineral lain.

1.2. PERENCANAAN STRUKTUR


Perencanaan struktur bisa didefenisikan sebagai perpaduan dari seni dan ilmu,
yang mengabungkan intuitif seorang insinyur berpengalaman dalan kelakuan struktur
dengan pengetahuan mendalam tentang prinsip statika, dinamika, mekanika bahan
dan analisa struktur untuk mendapatkan struktur yang aman dan ekonomis serta sesuai
dengan tujuan pembuatannya.
Sebelum tahun 1850, perencanaan struktur umumnya merupakan seni yang
tergantung pada intuisi dalam menentukan ukuran dan tata letak elemen – elemen
struktur. Struktur yang dibuat zaman dulu hakekatnya selaras dengan yang dilihat dari
alam sekitarnya ; seperti balok dan pelengkung ( arch ). Setelah prinsip kelakuan dan
sifat bahan struktur – struktur lebih dipahami, prosedur perencanaan menjadi lebih
ilmiah.
Perhitungan yang menggunakan prinsip – prinsip ilmiah menjadi pegangan
dalam mengambil keputusan dan tidak diikuti begitu saja. Seni atau kemampuan
intuitif seorang insinyur berpengalaman dimanfaatkan untuk mengambil keputusan
berdasarkan hasil perhitungan.

1.3. PRINSIP – PRINSIP PERENCANAAN


Perencanaan adalah suatu proses untuk menghasilkan penyelesaian optimum.
Dalam suatu perencanaan khususnya struktur ( konstruksi ) baja, kita harus
menetapkan kriteria untuk menilai tercapai atau tidaknya penyelesaian optimum.
Kriteria yang umum struktur bisa berupa :
 Biaya minimum
 Berat minimum
 Waktu konstruksi yang minimum
 Tenaga kerja minimum
 Biaya produksi minimum bagi si pemilik gedung
 Efisiensi operasi maksimum bagi si pemilik
Dengan melihat kriteria diatas, jelaslah bawah penetapan kriteria yang bisa diukur
seperti berat dan biaya untuk mencapai perencanaan optimum seringkali sukar dan
kadang – kadang tidak mungkin.
Prosedur perencanaan biasanya diklasifikasikan atas dua bagian yaitu
perencanaan fungsional dan perencanaan kerangka struktural.

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur
Ad. 1 Perencanaan fungsional adalah perencanaan untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki seperti :
 Menyediakan ruang kerja dan jarak yang memadai
 Menyediakan ventelasi dan atau pendingin ruangan
 Fasilitas transportasi yang memadai seperti elevator, tangga dan keran atau
peralatan pengangkat bahan
 Penerangan yang cukup
 Menyajikan bentuk arsitektur yang menarik.

Ad. 2 Perencanaan kerangka struktural adalah pemilihan tata letak dan ukuran elemen
struktural sehingga beban kerja ( service load ) dapat dipikul dengan aman.

Garis besar prosedur perencanaan adalah sebagai berikut :


1. Perancangan. Penetapan fungsi yang harus dipenuhi oleh struktur. Tetapkan
kriteria yang dijadikan sasaran untuk menemukan optimum atau tidaknya
perencanaan yang dihasilkan.
2. Konfigurasi struktur prarencana. Penataan letak elemen agar sesuai dengan fungsi
dalam langkah 1.
3. Penentuan beban yang harus dipikul
4. Pemilihan batang prarencana.Berdasarkan keputusan dalam langkah 1,2 dan 3,
pemilihan ukuran batang dilakukan untuk memenuhi kriteria obyektif seperti berat
atau biaya terkecil.
5. Analisa. Analisa struktur untuk menentukan aman ( tetapi tidak berlebihan ) atau
tidaknya batang yang dipilih. Termasuk dalam hal ini iaiah pemeriksaan semua
faktor kekuatan dan stabilitas untuk batang serta sambungannya.
6. Penilaian / evaluasi. Apakah semua ketentuan dipenuhi dan hasilnya optimum ?.
Bandingkan hasilnya dengan kriteria yang ditentukan diatas
7. Perencanaan Ulang / Modifikasi. Pengulangan suatu bagian dari langkah 1 sampai
6 yang dipandang perlu atau dikehendaki berdasarkan penilaian / evaluasi diatas.
8. Keputusan akhir. Penentuan optimum atau tidaknya perencanaan yang telah
dilakukan.

1.4. PERILAKU MATERIAL


Sifat mekanik yang penting dari baja struktur akibat beban statik ditunjukkan
dalam diagram tegangan – regangan tarik yang sudah diidealisasikan sbb :

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur

 Pada awalnya baja memiliki kurva teg.- teg yang linier, yang kemiringannya
adalah modulus elastisitas ( E ). Harga E bervariasi dalam rentang 200.000 –
210.000 Mpa. PPBBI 83 menetapkan E sebesar 210.000 Mpa. Didaerah ini
struktur baja kembali ke bentuknya semula bila beban dihilangkan. Batas dari
daerah elastik ini adalah tegangan leleh Fy dan Reg.leleh εy , = Fy / E.
 Bila teg lebih besar dari Fy, baja bertambah panjang / berubah berubah bentuk
secara plastik tanpa adanya tambahan beban sampai tegangan strain hardening, εst
tercapai. Daerah plastik ini penting dan diperhitungkan untuk daktalitas baja.
 Tegangan Meningkat > Fy bila εst terlampaui. Hal ini menerus sampai dengan
teg. Batas Fu tercapai. Disini terjadi reduksi besar dalam ukuran penampang.
Kapasitas beban menurun sampai keruntuhan tarik tercapai / terjadi.

Karakteristik baja struktur yang sangat penting yaitu Fy, tegangan leleh.
Tegangan leleh tergantung dari komposisi kimia baja, khususnya keadaan karbon dan
mangan. Tegangan leleh juga tergantung dari temperatur selama pengecoran, laju
pemberian beban untuk keperluan desain. Mutu baja diklasifikasikan dalam beberapa
macam kelas, masing – masing dengan Fy yang berbeda.

1.5. PEMBEBANAN
Beban yang bekerja yang bekerja pada struktur baja dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
o Beban Mati
Yang dimaksud dengan beban mati adalah beban kerja akibat gravitasi yang tetap
posisinya ; disebut demikian karena bekerja terus menerus dengan arah ke bumi
tempat struktur didirikan. Berat struktur dipandang sebagai beban mati, demikian
juga perlengkapan yang digantungkan pada struktur seperti pipa air, pipa listrik,
saluran pendingin dan pemanas ruangan, lampu, penutup lantai, atap dan plafond.
Dengan kata lain semua benda yang tetap posisinya selama struktur berdiri
dipandang sebagai beban mati.
o Beban Hidup.
Beban gravitasi pada struktur, yang besar dan lokasinya bervariasi disebut beban
hidup. Contoh dari beban hidup iaiah manusia, mebel ( furniture ), peralatan yang

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur
dapat bergerak, kendaraan dan barang – barang dalam gudang. Beban hidup dapat
dibedakan menjadi statik apabila cara bekerjanya bertahap, maupun dinamik
apabila cara bekerjanya tiba – tiba, berulang – ulang misalnya beban kejut
( impact ).
o Gaya – Gaya Alamiah
Gaya – gaya alamiah yang dapat menimbulkan beban pada struktur yaitu akibat
angin dan gempa. Semua struktur memikul beban angin tetapi umumnya hanya
pada bangunan dengan tinggi lebih dari tiga atau empat tingkat dan jembatan yang
panjang, peninjauan angin harus secara khusus. Sedangkan beban gempa
bervariasi sesuai sesuai dengan resiko gempa disetiap daerah / lokasi. Di daerah
dengan resiko gempa tinggi , pengaruh gerakan tanah akibat gempa harus
diperhitungkan terhadap struktur.
Berbagai beban yang disebutkan diatas tidak bekerja sendiri – sendiri tetapi
dalam kombinasi. Perencanaan bangunan harus menentukan kombinasi yang paling
berbahaya untuk struktur. Kombinasi diselesaikan dengan tingkat probabilitas
kejadiannya serta tingkat variabilitasnya.
Pada masa lalu, perencanaan / desain bangunan menggunakan kombinasi yang
paling berbahaya yaitu beban mati dan beban hidup dan atau beban angin / gempa,
tetapi dengan mengijinkan peningkatan tegangan yang terjadi bilamana beban angin /
gempa diperhitungkan ( sama artinya dengan mereduksi besarnya beban yang
bekerja ). Peraturan – peraturan baru ( Australia, Inggris dan America ) menerapkan
kombinasi yang berbeda dan lebih logis berdasarkan analisa statistik.
Menurut peraturan Australia, kombinasi beban yang paling berbahaya adalah :
a. 1,25 Beban mati + 1,5 beban hidup
b. 1,25 Beban mati + 0,6 beban hidup + Beban Angin
Menurut AISC ( American Institute of Steel Construction ) adalah :
a. 1,4 x Beban mati
b. 1,2 Beban Mati + 1,6 Beban Hidup
c. 1,2 Beban Mati + 0,5 Beban Hidup + 1,3 Beban Angin
Dalam SKSNI Ti 5 – 1991-03, ditetapkan faktor beban sebagai berikut :
 Untuk Beban Mati = 1,2
 Untuk Beban Hidup = 1,6
Kombinasi Beban :
a. 1,2 D + 1,6 L
b. 0,75 ( 1,2 D + 1,6 L + 1,6 W )
c. 0,9 ( D + 1,3 W )
d. 1,05 ( D + LR ± E )
e. 0,9( D ± E )
Dimana :
D = Beban Mati W = Beban Angin
L = Beban Hidup E = Beban Gempa
LR = Beban hidup yang telah direduksi sesuai dengan ketentuan SKBI 1987

1.6. JENIS BATANG BAJA STRUKTURAL


Fungsi struktur merupakan faktor utama dalam penentuan konfigurasi struktur.
Berdasarkan konfigurasi struktur dan beban rencana, setiap elemen atau komponen
dipilih untuk menyanggah dan menyalurkan beban pada keseluruhan struktur dengan
baik. Batang baja dipilih dari profil giling ( rolled shapes ) standar yang ditentukan
oleh “American Institute of Steel Construction (AISC)” juga diberikan oleh American

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur
Society of Testing Materials ( ASTM ). Tentunya, pengelasan memungkinkan
penggabungan plat dan atau profil lain untuk mendapatkan suatu profil yang
dibutuhkan oleh perencana atau arsitek.
Penampang yang paling banyak dipakai adalah profil sayap lebar
( Wide – Flange, lihat gambar 1.2.a ) yang dibentuk dengan penggilingan panas ( hot
rolling ) dalam pabrik baja. Ukuran profil sayap lebar ditunjukkan oleh tinggi nominal
dan berat per kaki ( ft ), seperti W18 x 97 artinya mempunyai tinggi 18 in dan berat
97 pon per kaki. Atau dalam satuan SI, penampang W18 x 97 sama dengan W460 x
142 artinya mempunyai tinggi 460 mm dan massanya 142 kg/m.

Balok Standar Amerika ( Gambar 1.2.b ) yang biasa disebut Balok I memilikih
sayap ( flange ) yang pendek dan meruncing serta badan yang tebal dibanding dengan
profil sayap lebar. Balok I jarang dipakai dewasa ini karena bahan yang berlebihan
pada badannya dan kekuatan lateralnya relatif kecil ( akibat sayap yang pendek ).
Kanal ( Gambar 1.2.c ) dan siku ( Gambar 1.2.d ) sering dipakai baik secara
tersendiri atau digabungkan dengan penampang lain. Kanal misalnya ditunjukkan
dengan C12 x 20,7 yang berarti tingginya 12 in dan beratnya 20,7 pon per kaki. Siku
diidentifikasi oleh panjang kaki ( yang ditulis lebih dahulu ) dan tebalnya seperti
L6x4x3/8.
Profil T struktural ( Gambar 1.2.e ) dibuat dengan membelah dua profil sayap
lebar atau balok I dan biasanya digunakan sebagai batang pada rangka batang ( truss ).
Profil T misalnya diidentifikasi sebagai WT5 x 44, dengan 5 adalah tinggi nominal
dan 44 adalah berat per kaki ; profil T ini didapat dari W10 x 88.
Penampang pipa ( Gambar 1.2.f ) dibedakan atas “Standar”, “Sangat Kuat”,dan
“dua kali sangat kuat” sesuai dengan tebalnya dan juga dibedakan atas diameternya
misalnya diameter 10 in – dua kali sangat kuat menunjukkan ukuran pipa tertentu.
Boks struktural ( Gambar 1.2.g ) dipakai bila dibutuhkan penampilan arsitektur
yang menarik dengan baja ekspos. Boks ditunjukkan dengan dimensi luar dan
tebalnya seperti boks struktural 8 x 6 x ¼.
Penampang yang diperlihatkan pada gambar 1.2, semuanya dibuat dengan
penggilingan panas yaitu dibentuk dari blok ( billet ) baja panas yang digiling
berkali – kali dengan gulungan ( rol ) sehingga didapat bentuk akhir.
Banyak profil lainnya dibentuk dalam keadaan dingin ( cold – formed ) dari
bahan plat dengan tebal tidak lebih dari 1 in, seperti yang diperlihatkan pada gambar
berikut ini.

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur

Ukuran dan identifikasi batang baja bentukan dingin ( cold – formed ) belum
distandarisasi walaupun sifat – sifat profil yang umum diberikan dalam Cold –
Formed Steel Design Manual [ 12 ]. Pelbagai pabrik memproduksi jenis profil
tersendiri.
Elemen batang – batang baja dibedakan sebagai batang tekan, batang tarik,
balok, balok – kolom, batang torsi atau pelat, tergantung dari cara meneruskan beban
dalam struktur.

1.7. STRUKTUR BAJA


Struktur bisa dibagi atas tiga kategori umum yaitu :
a. Struktur rangka ( Framed Struktur ), yang elemennya bisa terdiri dari batang tarik,
kolom, balok dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan beban aksial
b. Struktur selaput ( Shell ), yang tegangan aksialnya dominan
c. Struktur gantung ( Suspension ), yang sistem pendukung utamanya mengalami
tarikan aksial yang dominan

Struktur Rangka
Kebanyakan konstruksi gedung yang umum berada dalam kategori ini. Gedung
bertingkat banyak biasanya terdiri dari balok dan kolom yang disambung secara kaku
atau dengan sambungan ujung sederhana bersama sokongan ( bracing ) diagonal
untuk stabilitas. Walaupun gedung bertingkat banyak berujud tiga dimensi, tetapi bila
direncanakan dengan sambungan kaku biasanya memilikih kekakuan yang jauh lebih

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur
besar dalam satu arah dibandingkan arah lainnya sehingga cukup beralasan untuk
diperlakukan sebagai himpunan portal bidang. Namun, jika kerangkanya sedemikian
rupa hingga kelakuan batang dalam satu bidang berpengaruh terhadap kelakuan dalam
bidang yang lain, maka gedung tersebut harus diperlakukan sebagai portal ruang.
Bangunan industri dan bangunan satu tingkat seperti gereja, sekolah dan arena
umumnya bisa berupa struktur rangka secara keseluruhan atau sebagian. Sistem atap
khususnya bisa berupa himpunan rangka batang bidang, rangka batang ruang, kubah
atau sebagian dari portal kaku datar atau miring. Jembatan umumnya merupakan
struktur rangka, seperti balok dan gelagar plat atau rangka batang yang biasanya
menerus.

Struktur Selaput
Pada jenis struktur ini, selaput memiliki fungsi pemakaian disamping ikut mendukung
beban. Salah satu jenis yang tegangan utamanya bersifat tarik adalah tempat
penyimpanan cairan ( baik yang bersuhu tinggi maupun rendah ), misalnya tangki air
diatas tanah, silo dan badan kapal.

Struktur Gantung
Pada struktur gantung, kabel tarik merupakan elemen pendukung paling utama. Atap
bisa bertumpu pada kabel. Struktur jenis ini yang paling umum adalah jembatan
gantung. Karena elemen tarik adalah elemen paling efisien untuk memikul beban
sehingga sekarang banyak yang menggunakan konsep ini.
Banyak struktur istimewa yang dibuat dari kombinasi struktur rangka, selaput dan
gantung. Namun, perencana umumnya harus memahami prinsip perencanaan dan
kelakuan prinsip perencanaan dan kelakuan struktur rangka.

1.8. FILOSOFI PERENCANAAN


Ada dua filosofi perencanaan yang dipakai dewasa ini, yaitu :
 Filisofi perencanaan tegangan kerja / elastis ( Working Stress Design )
Menurut filosofi ini, elemen struktur harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga tegangan yang dihitung akibat beban kerja tidak melampaui tegangan
ijin yang telah ditetapkan. Tegangan ijin ditetapkan oleh peraturan bangunan atau
spesifikasi untuk mendapatkan faktor keamanan terhadap tercapainya tegangan
leleh minimum atau tegangan tekuk ( buckling ). Tegangan yang dihitung harus
berada dalam batas elastis yaitu tegangan sebanding dengan regangan. Misalnya
pada balok, kriteria aman dalam perencanaan tegangan kerja bisa dinyatakan
sebagai :
 Mc   Fy   Fcr  .........................................................1.1
 fb  I    Fb  FS  atau  Fb  Fs 

Dimana :
fb : Tegangan diserat terluar pada penampang balok akibat momen beban
Kerja maksimum M yang dihitung dengan mengaggap balok bersifat
Elastis
M : Momen Maks.
c : Jarak dari garis netral ke serat terluar
I : Momen Inersia Penampang Balok
Fb : Tegangan Ijin diperoleh dengan membangi tegangan batas ( seperti
Teg. leleh Fy atau teg. tekuk Fcr ) dengan faktor Keamaan FS
Fy : Tegangan leleh

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur
Fcr : Tegangan Tekuk
FS : Faktor Keamanan

 Filosofi Perencanaan Keadaan Batas ( Limit State ) / Perencanaan Kekuatan batas.


Keadaan Batas adalah suatu keadaan pada struktur bangunan dimana bangunan
tersebut tidak bisa memenuhi fungsi yang telah direncanakan. Keadaan batas
dapat dibagi atas kategori kekuatan ( Strength ) dan daya layan ( Serviceability ).
Keadaan Batas Kekuatan adalah kekuatan daktil ( ductile ) maksimum atau biasa
disebut kekuatan plastis. Sedangkan keadaan batas daya layan berhubungan
dengan penghunian bangunan seperti lendutan, getaran, deformasi permanen dan
retak. Dalam perencanaan keadaan batas, keadaan batas kekuatan atas batas yang
berhubungan dengan keamanan dicegah dengan mengalikan suatu faktor pada
pembebanan. Berbeda dengan perencanaan tegangan kerja yang meninjau keadaan
pada beban kerja, peninjauan pada perencanaan keadaan batas ditujukan pada
ragam keruntuhan ( failure mode ) / keadaan batas dengan membandingkan
keamanan pada kondisi keadaan batas. Pada balok misalnya, kriteria aman pada
perencanaan keadaan batas dinyatakan sebagai :

M ( FS )  Mu .....................................................................................................1.2
Dimana :
M : Momen beban kerja maksimum yang diperbesar dengan menggalikan
nya dengan faktor FS untuk keamanan.
FS : Faktor Keamanan
Mu : Kekuatan batas sebenarnya yang dapat dicapai.

Metoda Beban Kerja


Pada metoda ini, tegangan yang dihitung / diperoleh dari kombinasi beban yang
paling berbahaya tidak boleh melampaui tegangan ijin.

TeganganBa tas
Teg .Kerja  Teg .Ijin  ..................................................................1.
FaktorKeamanan
3

Biasanya digunakan angka keamanan 1/0,6. Metode beban kerja ini sudah
ditinggalkan dan diganti dengan menggunakan “Metoda Limit State ( Load and
Resistence Factor Design”

Desain Beban Batas ( Ultimate Load Design )


Desain kapasitas / kemampuan menahan beban batas, tak boleh dilampaui oleh beban
kombinasi yang paling berbahaya dikalikan dengan faktor keamanan.

∑ ( Beban Kerja x Factor Keamanan ) ≤ Beban Batas ..........................................1.4

Faktor keamanan seharusnya tergantung dari jenis beban dan kombinasinya dan juga
resiko keruntuhan. Penyederhanaan sering diterapkan dengan hanya menerapkan 1
jenis faktor keamanan saja. Faktor keamanan diambil 1/0,6. Metoda ini sudah
ditinggalkan.

Desain Kondisi Batas ( Limit State Design / LRFD )

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur
Pendekatan kondisi batas umumnya disebut Laod and Resistance Factor Design
( Perencanaan Faktor Daya Tahan dan Beban ) dengan konsep sbb :
Rn  oiQi i  ( DL), ( LL),W , S ,.....
................................1.5

Dimana :
Rn : Kekuatan Nominal
 : Faktor Pengurangan Kapasitas ( Undercapacity ) yaitu bilangan
yang lebih kecil dari 1,0 untuk memperhitungkan ketidak-pastian
dalam besarnya daya tahan ( Resistance uncertainties ).
Q : Beban
o : Faktor Analisa ( bilangan lebih besar dari 1,0 ) untuk memperhitung-
kan ketidak-pastian dalam analisa struktur.
i : Faktor Kelebihan Beban ( Overload )
Subkrip i : menunjukkan jenis beban misalnya : beban mati ( DL ), beban hidup
( LL ), angin ( W ) dan Salju ( S ).

Sebagai perbandingan dengan filosofi perencanaan konvensionil, faktor  bisa


dipindahkan ke ruas kanan menjadi penyebut sehingga didapatkan faktor keamanan.

1.9. FAKTOR KEAMANAN


Struktur dan batang struktural harus selalu direncanakan memikul beban yang
lebih besar daripada yang diperkirakan dalam pemakaian normal. Kapasitas cadangan
ini disediakan terutama untuk memperhitungkan kemungkinan beban yang berlebihan
yang juga memungkinkan pengurangan kekuatan. Kelebihan beban dapat diakibatkan
oleh perubahan pemakaian dari yang direncanakan untuk struktur, penafsiran
pengaruh beban yang terlalu rendah dengan penyederhanaan perhitungan yang
berlebihan dan variasi dalam prosedur pemasangan.
Keamanan yang diperlukan untuk perencanaan hakekatnya adalah gabungan
dari faktor ekonomi dan statistik. Jelas bahwa secara ekonomi tidak menguntungkan
untuk merencanakan struktur sedemikian rupa sehingga tidak mungkin runtuh atau
perencanaan yang memungkinkan runtuhnya sama dengan nol tidak menguntungkan.
Faktor beban atau faktor keamanan ditujukan untuk membatasi kemungkinan runtuh
dibawah tingkat yang cukup beralasan.
Kebanyakan peraturan bangunan tidak menunjukkan pelbagai faktor yang
terlibat dalam penentuan syarat keamanan. Kita bisa mengatakan bahwa daya tahan
minimum harus melebihi beban maksimum yang diberikan sebesar jumlah tertentu.
AISC 1978 memakai faktor keamanan ( FS ) = 1,67 sebagai harga dasar untuk metode
tegangan kerja dan FS = 1,7 untuk perencanaan plastis, yang sesungguhnya sangat
mendekati. Pembagian kapasitas dengan 1,67 setara dengan pengali 0,6 ( kelipan yang
sederhana ) pada metode elastis.

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur

BAB II
BATANG TARIK

PENDAHULUAN
Batang tarik adalah batang yang mendukung tegangan tarik aksial yang
diakibatkan oleh bekerjanya gaya tarik aksial pada ujung – ujung batang.
Kestabilan batang ini sangat baik sehingga tidak perlu ditinjau lagi dalam
perencanaan. Bahkan tegangan tarik batas dapat dicapai dengan mudah bila
sambungan ujung direncanakan lebih kuat daripada kekuatan batangnya.
Ditinjau dari segi besar dan distribusi tegangannya, batang tarik
merupakan batang yang paling efisien dalam hal penggunaan material baja
struktur. Sebagai perbandingan balok dan kolom tidak memanfaatkan material
secara efisien karena kegagalan logam dilokalisir ditempat – tempat yang
bertegangan tinggi dan tipe kegagalan tekuk selalu terjadi pada atau dibawah
tegangan leleh, sedangkan kuat tarik batas material tidak pernah tercapai.
Karena perencanaannya yang sederhana serta efisien dalam hala pemanfaatan
material maka perlu diupayakan penggunaannya dalam struktur seoptimal
mungkin.
Untuk batang tarik yang disambung dengan alat sambung baut dan
paku keling, profil baja perlu dilubangi. Lubang – lubang tersebut bagi profil
baja merupakan perlemahan dan harus diperhitungkan dalam perencanaan.
Kosentrasi tegangan pada batang tarik dapat disebabkan oleh
perubahan luas tampang batang misalnya dengan adanya lubang – lubang untuk
sambungan, bentuk tampang yang berubah atau karena bekerjanya beban
terpusat di suatu titik.
Karena tidak ada batang yang lurus secara sempurna batang tarik
dibebani secara tidak sentris. Bahkan pada keadaan tertentu menerima beban
transversal sehingga profil akan menderita kombinasi tegangan lentur dan tarik.
Akibat proses pendinginan yang tidak bersamaan, pada profil gilas
yang dihasilkan selalu didapati tegangan sisa. Untuk batang tarik yang
mempunyai daktalitas atau keliatan yang cukup, tegangan sisa tersebut dapat
diabaikan mengingat terjadinya redistribusi tegangan pada tampang batang.
Untuk mencegah terjadinya defleksi / lendutan yang terlalu besar serta
untuk mencegah bergetarnya batang oleh angin atau beban getar maka baik
untuk batang utama maupun batang sekunder kelangsingannya perlu dibatasi.

PENGGUNAAN BATANG TARIK


Batang tarik biasa digunakan pada struktur atap, struktur jembatan
rangka, struktur jembatan gantung, pengikat gording dan penggantung balkon.
Pemanfaatan batang tarik juga telah dikembangkan untuk sistem
dinding,struktur atap gantung dan batang prategangab struktur rangka batang
bentang panjang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1
Bagi ahli struktur pemanfaatan batang tarik secara optimal ini
sebenarnya masih merupakan tantangan untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.
Keberhasilan seorang ahli struktur dalam membuat perencanaan juga dinilai dari
bagaimana ia memilih konfigurasi batang rangka sedemikian rupa sehingga
dapat dihasilkan perencanaan yang bgenar – benar hemat bahan.

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur
Batang tarik dapat berbentuk profil tunggal atau dibuat dari sejumlah profil
struktural. Penampang lintang beberapa batang tarik yang umum diperlihatkan
pada gambar 2.2.

Secara umum, pemakaian profil ( struktural ) tunggal lebih ekonomis daripada


penampang tersusun ( built – up ). Namun, batang tersusun akan diperlukan
bila :
a. Kapasitas Tarik Profil giling ( rolled section ) tunggal tidak memadai
b. Kekakuan profil tunggal tidak memadai karena angka kelangsingannya
( perbandingan panjang tekuk L dan jari – jari inersia minimum r ) besar.
c. Pengaruh gabungan dari lenturan dan tarikan membutuhkan kekakuan lateral
yang lebih besar.
d. Detail sambungan memerlukan penampang lintang tertentu
e. Faktor estetika menentukan

KEKUATAN SEBAGAI KRITERIA PERENCANAAN


Perencanaan batang tarik merupakan salah satu masalah teknik struktur
yang paling sederhana dan bersifat langsung. Karena stabilitas bukan merupakan
hal utama, perencanaan batang tarik pada hakekatnya menentukan luas
penampang lintang batang yang cukup untuk menahan beban ( yang diberikan )
dengan faktor keamanan yang memadai terhadap keruntuhan.
Prosedur perencanaan yang umum ( walaupun metode tegangan kerja /
elastis menggunakan tegangan pada kondisi beban kerja ) sebenarnya
berdasarkan kekuatan batas ( ultimate ). Batang tarik tanpa lubang ( seperti yang
disambung dengan las ) akan mencapai kekuatan batas bila semua serat
penampang lintang batang meleleh ( lihat gambar 2.3) ; dengan kata lain
distribusi tegangan tarik bersifat merata pada kekuatan batas. Kekuatan bisa
dinyatakan sebagai :

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur
Tu  Fy Ag dengan Ag adalah luas penampang lintang bruto.

Untuk batang tarik yang berlubang seperti akibat lubang paku keling atau baut,
atau untuk batang berulir, luas penampang lintang yang diresedur ( yang disebut
luas netto ) digunakan dalam perhitungan. Lubang atau ulir pada batang
menimbulkan kosentrasi tegangan ( tegangan tidak merata ), misalnya, lubang
pada plat akan menaikkan distribusi tegangan pada beban kerja seperti yang
diperlihatkan dalam gambar 2.4a. Teori elastisitas menunjukkan bahwa tegangan
tarik didekat lubang akan tiga kali tegangan tarik pada luas netto. Namun, ketika
setiap serat mencapai regangan leleh, tegangan menjadi konstan Fy, tetapi
deformasi berlanjut terus bila beban meningkat hingga akhirnya semua serat
mancapai atau melampaui regangan leleh ( gambar 2.4 b ).

GAMBAR 2.4. DISTRIBUSI TEGANGAN PADA PLAT YANG BERLUBANG

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur
Kekuatan batang tarik yang berlubang atau berulir Tu  Fy An dengan An
adalah Luas netto penampang lintang. Beban kerja yang aman T bisa dihitung
dengan membagi kekuatan dengan faktor keamanan ( FS ). Jadi,
Fy An
T   Ft An , dengan Ft sebagai tegangan ijin untuk kondisi beban kerja
FS
( servis ).
Harga FS dalam perencanaan struktur baja biasanya diambil 1,67 ( spesifikasi
AISC ) sedangkan tegangan ijin Ft iaiah Fy / 1,67 atau 0,60 Fy.

Tabel 2.1. Tegangan Ijin pada Batang Tarik

AISC – 1.5.1.1 – 1978


Untuk batang yang tidak bersambungan sendi :
Ft = 0,60 Fy pada luas brutto
Ft = 0,50 Fu pada luas netto efektif

Untuk batang bersambungan sendi :


Ft = 0,45 Fy pada luas luas netto

Untuk batang baja bulat berulir yang memenuhi AISC – 1.4.1 :


Ft = 0,33 Fu pada diameter utama . Hanya untuk pembebanan statis
Diameter utama adalah diameter yang diukur dari proyeksi ulir terluar.

AASHTO – 1.7.1 – 1977


Ft = 0,55 Fy pada luas netto
Ft = 0,46 Fu pada luas netto

LUAS NETTO
Bila batang tarik disambung dengan baut atau paku keling ( rivet ),
lubang – lubang harus disediakan pada sambungan. Akibatnya luas penampang
lintang batang disambungan mengecil dan beban tarik yang diijinkan pada
batang juga bisa berkurang sesuai dengan ukuran dan letak lubang.
Pembuatan lubang dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu :
a. Metode pons lubang standar yaitu metode yang paling umum dan murah
dengan pons lubang standar 1/16 in ( 1,6 mm ) lebih besar dari diameter paku
keling atau baut.Untuk alat penyambung dalam lubang standar, deduksi ini
sama dengan diameter alat penyambung ditambah 1/8 in ( 3,2 mm ).
b. Metode operasi pons sebesar 3/16 in ( 4,8 mm ) lebih kecil dari diameter alat
penyambung dan pembesaran lubang hingga mencapai ukuran akhir setelah
potongan yang disambung / dirakit. Metode ini lebih mahal dari operasi pons
lubang stndar tetapi menghasilkan ketepatan yang lebih baik,
c. Metode mengebor lubang dengan diameter 1/32 in ( 0,8 mm ) lebih besar
dari diameter baut atau paku keling. Metode ini digunakan pada plat yang
tebal dan merupakan metode yang paling mahal.
Bila kelonggaran yang lebih besar diperlukan untuk memenuhi tolerasi dimensi
selama pemasangan, lubang yang lebih besar dari lubang standar dapat
digunakan dengan baut kekuatan tinggi ( high sterngth bolt ) yang berdiameter
lebih dari 5/8 in tanpa mempengaruhi penampilannya.
Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.
Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur
Contoh : Berapakah luas netto An untuk batang tarik pada gambar dibawah ini.

Plat – ¼ x 4
T T

LUBANG STANDAR UNTUK BAUT


BERDIAMETER ¾ IN

Gambar 2.5. Batang Tarik

Penyelesaian :
Ag = 4 * (0,25 ) = 1,0 in2.
Lebar yang harus dideduksi untuk lubang = ¾ + 1/8 = 7/8 in
An = Ag - (( lebar lubang) * ( tebal plat ))
= 1,0 - ((0,875)*(0,25))
= 0,78 in2.

2.5 PENGARUH LUBANG YANG BERSELANG SELING PADA LUAS


NETTO.

Bila pada suatu lubang terdapat lebih dari satu lubang dan lubang – lubang
tersebut tidak terletak pada satu garis yang tegak lurus arah pembebanan maka
banyaknya garis keruntuhan yang potensial akan lebih dari satu. Garis
keruntuhan yang menentukan adalah garis yang menghasilkan luas netto
terkecil.

Pada gambar 2.6 (a ) garis keruntuhan terjadi sepanjang irisan A- B. Pada


gambar 2.6 ( b ) yang memperlihatkan dua baris lubang yang berseling, garis
keruntuhan bisa melalui satu lubang ( Irisan A- B ) atau bisa mengikuti garis
diagonal A – C. Untuk memperhitungkan selisih antara jejak A – C dan jejak A
s2
– B digunakan rumus dibawah ini sebagai koreksi panjang : dengan
4g
s = Jarak seling sejajar ( yaitu jarak antara lubang bersebelahan yang
sejajar arah pembebanan )

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur
g = Jarak tegak ( yaitu jarak lubang yang tegak lurus arah pembebanan )

Pada gambar 2.6. panjang netto A – B dan A – C adalah :


 1 
PanjangNettoA  B  Panjang  A  B    LebarLubang  in 
 16 
 1  s2
PanjangNettoA  C  Panjang  A  C   2 LebarLubang  in  
 16  4 g

Luas netto minimum kemudian ditentukan dengan mengalikan panjang netto


minimum dan tebal plat.

Contoh Soal : Tentukan luas netto minimum untuk plat yang diperlihatkan
pada gambar 2.7 bila lubang yang berdiameter 15/16 in diletakkan seperti
yang ditunjukkan

Penyelesaian :
Menurut AISC-1.14.2 dan 1.14.4, lebar yang harus dideduksi akibat lubang
1
sama dengan diameter lubang ditambah in dan koreksi panjang pada
16
s2
lubang berseling adalah .
4g
Jejak AD :
  15 1 
12  2 16  16  x0,25  2,50in
2

   

Jejak ABD
  15 1  ( 2,125)
2
(2,125) 2 
12  3 16  16   
4( 4)   x0,25  2,43in 2
   4( 2,5)

Jejak ABC
  15 1  (2,125)
2
(1,875) 2 
12  3     x 0,25  2,42in
2

  16 16  4(2,5) 4( 4) 

( Menentukan )

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur

PROFIL SIKU
Bila lubang pada kedua kaki profil siku dibuat berseling, jarak tegak g dalam
s2
persamaan harus diambil sebagai panjang antara pusat – pusat lubang yang
4g
diukur sepanjang garis pusat tebal siku, yaitu jarak A-B pada gambar 2.8. Jadi
t t
jarak tegak g adalah g  ga   g b   ga  g b  t
2 2
C Setiap profil giling siku memilikih
L Siku
harga standar untuk letak lubang
( yaitu jarak tegak standar ga dan gb )
t A yang tergantung pada panjang kaki.
Tabel 2.2. memperlihatkan jarak tegak
B
( gage ) standar ( umum ) yang diambil
ga

C
L Siku dari AISC manual. Jika tidak
t/2 disyaratkan secara khusus, jarak tegak
t/2

yang lain dari jarak tegak standar


gb
sebaiknya tidak digunakan karena
Gbr. 2.8. JARAK TEGAK UNTUK SIKU biaya fabrikasinya lebih mahal.

Tabel 2.2. Jarak Tegak Standar ( Umum ) Untuk Siku, Inci ( dari AISC Manual )

8 7 6 5 4 1 3 1 2 3 1 3 1 1
Kaki 3 2 1 1 1 1
2 2 4 2 8 4
1 4 1 3 1 2 3 3 11 7/8 7/8 3/4 5/8
4 3 2 1 1
g 2 2 2 4 8 1
8

3 1 1 2
g1 2 2
2 4
3 3 1 3
g2 2 1
2 4

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur

Contoh Soal. Tentukanlah luas netto An untuk siku pada gambar 2.9 jika diameter
lubang 15/16 in.

PENYELESAIAN
Untuk perhitungan luas netto, siku bisa dipandang seolah – olah datar seperti plat
( lihat gambar 2.10 ).
S2
An  Ag  Dt  t
4g
Dari tabel baja untuk L152 x 102 x 12.7 diperoleh, Ag = 4,75 in2.( AISC )
Dengan D adalah lebar yang harus dideduksi akibat lubang.
Jejak AC :
 15 1 
An  4,75  2   * 0,5  3,75in 2
 16 16 

Jejak ABC :
 15 1   (3) 2 (3) 2 
An  4,75  3   * 0,5     * 0,5  3,96in 2
 16 16   4 ( 2,5) 4 ( 4, 25) 
Harga An yang menentukan adalah yang terkecil yaitu 3,75 in2.

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur
1 1 1 1
* g  ga  gb  t  2  2  4
4 2 2 4

2.6. LUAS NETTO EFEKTIF

Luas netto seperti yang diuraikan dan dihitung diatas menghasilkan


penampang yang diredusir untuk menahan tarikan tetapi tidak mencerminkan
kekuatan secara tepat. Hal ini terutama terjadi bila penampang batang tarik
terbentuk dari elemen – elemen yang tidak sebidang dan bila beban tarik di
ujung batang disalurkan oleh sambungan pada beberapa elemen. Penampang
siku yang hanya disambung pada salah satu kakinya adalah contoh dari
keadaan ini. Dalam kasus seperti ini, distribusi gaya tarik pada luas netto tidak
merata. Untuk memperhitungkan ketidak merataan, AISC-1.14.2 menetapkan
luas netto efektif Ae = CtAn, dengan Ct adalah koefisien reduksi. Dengan
menggunakan luas netto efektif, ketidak merataan tegangan diperhitungkan
secara sederhana.
Untuk batang tarik pendek berbentuk plat penyambung atau plat buhul
( simpul ) yang elemen penampang lintangnya terletak pada satu bidang, luas
netto efektif diambil = An ( AISC-1.14.2.3 ) tetapi tidak boleh lebih besar dari
85 % luas brutto Ag .

Tabel 2.3. Luas Netto Efektif Ae ( diambil dari AISC-1.14.2.2 dan 1.14.2.3
Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.
Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur
Jumlah alat
penyambun
g minumum
dalam satu Luas Netto
Jenis Batang baris Syarat khusus efektif Ae

a. Batang tarik dengan 1 Tidak Ada An*


panjang penuh yang
semua elemen
penampang lintangnya
disambung untuk
menyalurkan gaya tarik

b. Penyambung batang 1 Tidak Ada An


tarik yang Tetapi tidak
pendek,seperti plat melampaui
penyambung, plat buhul 0,85 Ag
atau penyambung balok
ke kolom

Lebar Sayap
c. Profil giling ≥W,M
2 atau S 3 0,90 An
Tinggi Profil 3

Sambungan ke sayap
atau sayap – sayap
0,90 An
d. Profil T struktural yang 3
dibuat dari penampang
yang memenuhi syarat
( c ) diatas. 0,85 An

e. Profil W,M atau S yang 3 Tidak ada


tidak memenuhi syarat
( c ) dan profil lain
( termasuk penampang
tersusun ) yang
memilikih segmen lepas
( yang tidak disambung )
yang tidak sebidang 0,75 An
dengan pembebanan

f. Semua profil pada ( c ), 2 Tidak ada


(d ) atau ( e )

* Luas netto sesungguhnya yang dihitung menurut AISC – 1.14.2.1 dan 1.14.4.

2.7. BATANG TARIK BULAT

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur
Batang tarik yang umum dan sederhana adalah batang bulat berulir. Batang ini
biasanya merupakan batang sekunder dengan tegangan rencana yang kecil
seperti pengikat gording untuk menyokong gording pada bangunan industri,
pengikat vertikal untuk menyokong rusuk pada dinding bangunan,
penggantung seperti batang tarik yang menahan balkon dan batang tarik untuk
menahan desakan pada pelengkung ( arch )

Batang tarik bulat sering digunakan dengan tarikan awal sebagai ikatan angin
diagonal pada dinding, atap dan menara. Tarikan awal bermanfaat untuk
memperkaku serta mengurangi lendutan dan getaran yang cenderung
menimbulkan kehancuran lelah pada sambungan.

2.8. KEKAKUAN SEBAGAI KRITERIA PERENCANAAN

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur
Walaupun stabilitas bukan merupakan kriteria dalam perencanaan batang tarik,
kita tetap perlu membatasi panjangnya untuk mencegah batang terlalu fleksibel
( mudah melentur ). Batang tarik yang terlalu panjang bisa melendut secara
berlebihan akibat berat sendiri. Sealain itu, batang ini juga bisa bergerak bila
dibebani gaya angin seperti pada rangka batang terbuka atau bila menumpu
peralatan yang bergetar seperti kipas atau kompresor.
Untuk mengurangi masalah yang berkaitan dengan lendutan yang berlebihan
dan getaran, kriteria kekakuan ditetapkan. Kriteria ini didasarkan pada angka
kelangsingan batang, L/r dengan L adalah panjang dan r adalah jari – jari
I
inersia terkecil ( r  ).
A
Angka kelangsingan maksimum yang dapat diterima untuk batang tarik ( lihat
AISC – 1.8.4 dan AASHTO – 1.17.11 ) iaiah :

Tabel 2.4. Angka Kelangsingan Maksimum Untuk Batang Tarik


AISC AASHTO

Untuk batang utama 240 200


Untuk pengaku lateral dan batang sekunder lainnya 300 240
Untuk batang yang mengalami pembalikan tegangan 140

Dalam menerapkan kriteria kekakuan pada batang tarik, angka kelangsingan


terbesar dari dua sumbu utama harus digunakan. Batang yang simetris bisa
mempunyai dua harga jari – jari inersia yang berlainan dan untuk batang yang
tak simetris kita harus meninjau sumbu utama yang paling lemah. Bila batang
tarik dibentuk dari sejumlah profil, jari – jari inersia harus dihitung dengan
menggunakan momen inersia I dan luas penampang lintang A. Harga untuk r
harus berdasarkan sumbu yang sama dengan yang digunakan untuk momen
inersia.
Contoh Soal :
Tentukan panjang maksimum yang diijinkan oleh spesifikasi AISC untuk batang
tarik berpenampang pipih dengan ukuran 1 x 6

PENYELESAIAN
Tentukan jari – jari inersia terkecil yang merupakan fungsi dari hanya dimensi
lateral batang.
1 3
I  bt ; A  bt
12
I bt 3 / 12 1
r = =t = 0,288 t
A bt 12
Jadi r terkecil tergantung pada dimensi lateral terkecil :
r min = 0,288 (1 ) = 0,288 in
L L
 240  ; sehingga L = 69 in.
r 0,288t

2.9. PEMINDAHAN BEBAN DI SAMBUNGAN

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur
Biasanya lubang – lubang harus diperhitungkan pada batang tarik adalah lubang
untuk paku keling atau baut yang memindahkan beban dari batang tarik tersebut
ke batang lainnya.
Seacara umum anggapan dasar yang digunakan adalah setiap alat penyambung
akan memindahkan beban yang sama besar bila ukurannya sama dan disusun
secara simetris terhadap garis berat batang tarik. Contoh berikut ini menjabarkan
gagasan tersebut dan kaitannya dengan perhitungan luas netto.
Contoh soal :
Hitunglah luas netto yang paling kritis untuk plat A pada sambungan lewatan ( lap
joint ) tunggal dalam gambar 2.12 dan tunjukkanlah diagram benda bebas ( free
body ) bagian plat A untuk penampang yang melalui setiap baris lubang.
Anggaplah plat B memiliki luas netto yang memadai dan tidak menentukan
kapasitas T.

PENYELESAIAN :
Gaya tarik penuh T pada plat A bekerja diirisan 1-1 dalam gambar 2.12.
Pemeriksaan penampang lain pada plat A dikiri irisan 1-1 akan menghasilkan
harga yang lebih kecil dari T yang bekerja 100 % karena sebagian dari gaya
tersebut telah dipindahkan dari palt A ke plat B. Pada irisan 4 – 4, plat B sekarang
akan memikul 100 % dari T, sedang pada plat A hanya bekerja 20 % dari T.

Karena gaya pada plat A yang bekerja di kiri irisan 4-4 harus sama dengan nol,
gaya T harus dipindahkan seluruhnya ke plat B sepanjang jarak dari irisan 1-1
sampai 4-4.
Diagram benda bebas untuk pelbagai segmen diperlihatkan pada gambar 2.13.

1
Deduksi untuk 1 lubang = Diameter lubang + in
16
1
= Diameter alat penyambung + in
8
Untuk lubang standar

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur
7 1
= + = 1 in
8 8

5
Luas netto ( irisan 1-1) = ( 15 – 3 ) = 7,50 in2 , memikul 100 % dari T
8
( Gambar 2.13.d )

Luas netto ( jejak berseling 1-2-3-2-1 ) :

5 ( 2) 2
= { 15 -5 ( 1 ) + 4 }= 7,08 in2
8 4(3)

Juga memikul 100 % dari T.


Luas netto ( jejak berseling 1-2-2-1 ) :
5 ( 2) 2
= { 15 -4 + 2 }= 7,29 in2
8 4(3)
Hanya memikul 0,9 T karena alat penyambung di depan irisan 1-2-2-1 telah
memindahkan bagian ( 0,10 ) beban yang ditahannya. Luas 7,29 in 2 dengan
0,9 T akan setara dengan luas 7,29 / 0,9 = 8,10 in 2 untuk T. Perbandingan
7,50 ; 7,08 dan 8,10 menunjukkan bahwa irisan 1-2-3-2-1 menentukan ; jadi An
= 7,08 in2 .

KUNCI JAWABAN MID TEST

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur
1. Apa yang dimaksud dengan :
a. Struktur rangka ( Framed Struktur ), yang elemennya bisa terdiri dari batang
tarik, kolom, balok dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan beban
aksial Atau dengan kata lain suatu struktur pada konstruksi baja yang dibentuk
oleh baja – baja profil menjadi suatu struktur yang berbentuk rangka. Elemen
– elemen pembentuknya bisa berupa batang tarik, batang tekan, kolom, balok
dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan beban aksial.
b. Struktur selaput ( Shell ), yang tegangan aksialnya dominan Atau dengan kata
lain struktur yang berbentuk cangkang, parabola dan sel serta elemen
pembentuknya dibuat untuk menahan beban akibat tegangan aksial yang
dominan.
c. Struktur gantung ( Suspension ), yang sistem pendukung utamanya mengalami
tarikan aksial yang dominan Atau dengan kata lain Struktur yang
menggunakan kabel tarik sebagai elemen utama karena pendukung utama dari
struktur ini mengalami tarikan aksial yang dominan.

2. Tentukan panjang maksimum yang diijinkan oleh spesifikasi AISC untuk batang
tarik pada pengaku lateral yang berpenampang pipih dengan ukuran 3 x 7

PENYELESAIAN
Tentukan jari – jari inersia terkecil yang merupakan fungsi dari hanya dimensi
lateral batang.
1 3
I  bt ; A  bt
12
I bt 3 / 12 1
r = =t = 0,288 t
A bt 12
Jadi r terkecil tergantung pada dimensi lateral terkecil :
r min = 0,288 (3 ) = 0,864 in
L L
 300  ; sehingga L = 259,2 in.
r 0,288t

3. Hitunglah luas netto yang paling kritis untuk plat A pada sambungan lewatan ( lap
joint ) tunggal dalam gambar 2.12 dan tunjukkanlah diagram benda bebas ( free
body ) bagian plat A untuk penampang yang melalui setiap baris lubang.
Anggaplah plat B memiliki luas netto yang memadai dan tidak menentukan
kapasitas T.

PENYELESAIAN :
Gaya tarik penuh T pada plat A bekerja diirisan 1-1 dalam gambar 2.12.
Pemeriksaan penampang lain pada plat A dikiri irisan 1-1 akan menghasilkan
harga yang lebih kecil dari T yang bekerja 100 % karena sebagian dari gaya
tersebut telah dipindahkan dari palt A ke plat B. Pada irisan 4 – 4, plat B sekarang
akan memikul 100 % dari T, sedang pada plat A hanya bekerja 20 % dari T.

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur

Karena gaya pada plat A yang bekerja di kiri irisan 4-4 harus sama dengan nol,
gaya T harus dipindahkan seluruhnya ke plat B sepanjang jarak dari irisan 1-1
sampai 4-4.
Diagram benda bebas untuk pelbagai segmen diperlihatkan pada gambar 2.13.

1
Deduksi untuk 1 lubang = Diameter lubang + in
16
1
= Diameter alat penyambung + in
8
Untuk lubang standar

7 1
= + = 1 in
8 8

5
Luas netto ( irisan 1-1) = ( 21 – 3 ) = 11,25 in 2 , memikul 100 % dari T
8
( Gambar 2.13.d )

Luas netto ( jejak berseling 1-2-3-2-1 ) :

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur

5 ( 2,5) 2
= { 21 -5 ( 1 ) + 4 }= 11,56 in2
8 4( 4)

Juga memikul 100 % dari T.


Luas netto ( jejak berseling 1-2-2-1 ) :
5 ( 2,5) 2
= { 21 -4 + 2 }= 10,16 in2
8 4(4)

Jadi An = 10,16 in2

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang
Materi Kuliah Teknologi Bahan II
FT. Unwira – Jurusan Arsitektur

Oleh : Stephanus Ola Demon,ST.


Staf Dosen Arsitektur Unwira Kupang

Anda mungkin juga menyukai