Anda di halaman 1dari 14

Instrumen Spect CT

SPECT menggunakan prinsip yang hampir sama dengan kamera gamma. Kamera pada
SPECT dapat menangkap/ menampakkan multipel planar radioaktif dari dalam tubuh atau
organ. Kemudian data yang diterima diproses secara mateatis sehingga
menghasilkangambaran crosssectional dari organ tersebut. SPECT memanfaatkan single
photon emisi dari sinar gamma seperti Tc 99m, In 111 dan I 123. Ini adalah contras media
pada PET, yang memanfaatkan kemunculan 511 KeV Photon dari positron annihilasi yang
terpasang. SPECT-CT sendiri memiliki beberapa instrumen yang terdiri dari:

1. Gamma kamera
Tipe camera
Jenis kamera yang digunakan pada SPECT imaging mirip dengan kamera planar
namun dengan dua fitur tambahan. Pertama kamera pada SPECT dibuat sehingga kepala
kamera dapat memutari pasien untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sisi.( gambar
7.1). kedua ini terhubung dengan computer yang mengintegrasikan beberapa gambar
sehingga dapat membentuk tampilan crossectional dari organ tersebut

Untuk meningkatkan efisiensi, kebanyakan dari kamera SPECT menggunakan lebih dari

satu kepala kamera dengan dua sebagai jumlah yag paling umum digunakan. Kepala kamera
akan mengitari pasien secara mekanik sehingga dapat terlihat dari berbagai sudut(gambar 7.2)

Sudut rotasi kepala kamera

Kamera dengan singgle head harus memutar sebesar 360 derajat untuk

mendapatkan seluruh sisi yang diperlukan dari sebuah organ tubuh. Sebaliknya, kamera

dengan double head hanya membutuhkan putaran sebesar 180 derajat. Dan untuk kamera

dengan tiga kepala hanya melakukan rotasi sebesar 120 derajat untuk mendapatkan hasil

yang sama. Sehingga dapat di simpulkan bahwa penambahan jumlah kepala kamera

sebanding dengan peningkatan kecepatan akuisisi.

Kamera dengan double kepala

Kamera dengan double kepala memiliki berbagai posisi seperti konfigurasi

paralel, tegak lurus dan bisa juga disesuaikan sesuai kebutuhan (gambar 7.3). kepala

paralel tetap maksudnya ( kepala saling berlawanan) dapat mengambil citra dari inferior

dan posterior secara bersamaan atau bisa sebagai unis aquisisi pada SPECT. Kepala
tegak lurus dengan bentuk seperti huruf L biasa digunakan dalam encitraan SPECT

jantung dan otak.

Kepala kamera yang dapat disesuaikan artinya dapat dimungkinkan konfigurasi

sudut yang erbeda dari masing-masing kepala. Bagian tersebut dapat dipindahkan

menjadi lebih dekat atau lebih jauh dari organ. Maka dari itu SPECT dengan dua kamera

dapat digunakan dalam pencitraan planar maupun untuk tomography organ besar maupun

kecil.

Kelebihan dan Kekurangan

SPECT CT menggunakan jumlah konvigurasi yang berbeda, disamping

konvigurasi gantry yang sequensial, penggunaan kepala kamera SPECT pada gantry akan

embuatnya lebih dekat dengan pasien. Kedua sistem yaitu kepala kamera dan X-Ray

Tube dari CT cocok untuk gantry dengan single rotation. (gambar 10.3) namun

membutuhkan modifikasi ruangan dalam pemasangan nya tapi biasanya memiiki harga

lebih murah dibandingkan menggunakan konfigurasi dual-gantry. Selain itu karena

keluaran X-Ray yang lebih rendah sehingga membutuhkan lebih sedikit perisai pada

ruangan.

Namun ada beberapa kekurangan pada sistem gantry single rotation ini, dengan

keduanya terpasang kecepatan single rotasi akan lebih terbatas dan akuisisi CT akan lebih
lambat dibandingkan dengan CT Scaner yang terpisah dari gantry. Setiap unit kamera

gamma memiliki komponen dasar yang terdiri dari :

1. Kolimator
Kolimator membatasi sinar dari sumber sehingga setiap titik pada gambar sesuai
dengan titik pada sumbernya. Kolimator terdiri dari ribuan lubang sejajar (saluran)
yang presisi, yang dibentuk oleh timah panas atau lempengan timbal. Biasanya
digambarkan dalam penampang melintang (Gambar 6.2). Nuklida memancarkan sinar
gamma ke segala arah. Kolimator hanya memungkinkan foton yang berjalan lurus
atau searah pada setiap lubang untuk mencapai kristal. Foton yang dipancarkan ke
arah lain diserap oleh septa di antara lubang (Gambar 6.3). Tanpa kolimator di depan
kristal, gambarnya akan tidak jelas (Gambar 6.4).
Ada beberapa jenis kolimator, yang dirancang untuk menyalurkan foton dengan
energi yang berbeda. Dengan pilihan kolimator yang tepat, memungkinkan untuk
memperbesar atau memperkecil gambar, dan untuk memilih antara kualitas pencitraan
dan kecepatan pencitraan. Kolimator Low Energy All Purpose (LEAP). Kolimator ini
memiliki lubang yang relatif besar, yang memungkinkan menerima banyak foton
yang berasal dari pasien. Dengan demikian, kolimator ini memiliki sensitivitas yang
relatif tinggi dengan mengesampingkan resolusi. Karena lubangnya lebih besar, foton
yang timbul dari sumber yang lebih luas dapat diterima. Akibatnya, resolusi gambar
menurun (Gambar 6.5 teratas). Sensitivitas satu kolimator tersebut kira-kira 500.000
cpm untuk sumber 1 μCi, dan resolusinya adalah 1,0 cm pada 10 cm dari permukaan
kolimator (Nuclear Fields Precision Microcast Collimators, Nuclear Fields B.V., The
Netherlands; 140 keV 99mTc source). Kolimator ini berguna untuk memotret foton
berenergi rendah seperti yang berasal dari 201 Tl, dengan septa tebal tidak diperlukan.
Selain itu, karena sensitivitasnya yang cukup tinggi (akibat peluruhan septa dan
lubang yang lebih tipis), keduanya menguntungkan dalam penggambaran singkat
seperti gambar sekuen satu per detik untuk studi aliran ginjal. Kolimator ini kadang-
kadang disebut "GAP," atau "general all-purpose," kolimator.
Kolimator High Resolusi: kolimator ini memberikan gambar beresolusi lebih
tinggi daripada kolimator LEAP. Memiliki lebih banyak lubang, yang lebih kecil
diameternya dan lebih panjang. Sensitivitas yang dihitung dari satu kolimator high
resolusi mewakili sekitar 185.000 cpm untuk sumber 0,037 MBq (1 μCi), dan resolusi
nominalnya adalah 0,65 cm pada 10 cm dari permukaan kolimator (Nuclear Fields
B.V.).
Gambar
6.1
Komponen Standar Sistem Imaging Kedokteran Nuklir

Gambar 6.2 Detail


Kolimator

Gambar 6.3
Kolimator dengan foton yang lurus atau sejajar

Gambar 6.4
Tanpa Kolimator, sinyal menyudut
Gambar 6.5 Panjang bore yang sama, semakin kecil diameternya, semakin tinggi
resolusinya.

2. Scintilator
Scintillation adalah istilah lain untuk luminescence, namun berlaku secara khusus
untuk emisi cahaya dari kristal yang terpapar partikel atau foton dari radiasi. Kristal
scintilator adalah lembaran transparan yang mengubah sinar gamma menjadi cahaya.
Kristal yang digunakan paling banyak terbuat dari Natrium Iodida (NaI); rapuh dan
mudah pecah. Karena kristal Natrium Iodida menyerap kelembaban dari atmosfir, jadi
harus disegel dalam tempat aluminium kedap udara.
Kecuali pada suhu yang sangat rendah, kristal Natrium Iodida murni tidak
berpendar kecuali jika diolah dengan sejumlah kecil (sepersekian persen) dari
Thallium stabil (Tl). Atom Thallium yang terdispersi dalam kristal mengubah
responsnya terhadap foton sinar gamma dan dikatakan "mengaktifkan" pendaran
tersebut (Gambar 5.1).
Gambar 5.1 Kristal Scitilator Kristal natrium iodida "didoping" dengan pengotor
thallium digunakan untuk mengubah foton gamma menjadi foton cahaya.

Proses konversi sinar gamma menjadi cahaya sangat kompleks, namun dapat
diringkas sebagai penyerapan energi sinar gamma oleh kristal, meninggalkan
elektronnya dalam keadaan tereksitasi. Foton gamma memindahkan energinya ke
dalam satu atau lebih interaksi Compton atau Fotoelektrik dalam kristal. Masing-
masing elektron bermuatan yang dihasilkan oleh interaksi sinar gamma ini
mendistribusikan energinya di antara elektron dalam kristal, membiarkannya dalam
keadaan tereksitasi. Karena ini kembali ke keadaan semula, sebagian energi mereka
dilepaskan sebagai foton cahaya (Gambar 5.2). Untuk setiap keV energi sinar gamma
yang diserap oleh kristal, sekitar 40 foton cahaya dipancarkan. Dalam pengaturan
detektor yang khas, tabung photomultiplier digabungkan secara optik dengan kristal
scintilator untuk mendeteksi foton cahaya ini. Desain kristal mempengaruhi
kinerjanya. Ketebalan kristal Natrium Iodida yang digunakan berkisar kurang dari 1
cm sampai beberapa sentimeter. Kristal tebal, menyerap lebih banyak sinar gamma
asli dan hamburan, memiliki sensitivitas yang relatif tinggi, karena hampir semua
energi sinar gamma mencapai kristal diserap (Gambar 5.3). Kristal tipis memiliki
sensitivitas yang lebih rendah karena lebih banyak foton yang lolos. Untuk foton di
kisaran 140 keV (99mTc), ketebalan standar berkisar antara 0,6 sampai 1,2 cm.
Gambar 5.2 Foton cahaya (a) Sinar gamma mengeluarkan elektron dari kristal
melalui hamburan Compton dan efek fotolistrik. (b, c) Elektron yang dikeluarkan,
pada gilirannya, menghasilkan sejumlah besar elektron sekunder. (d, e) Selama de-
eksitasi (disederhanakan dalam gambar ini), energi dilepaskan dalam bentuk cahaya
tampak.

Gambar 5.3 Kristal tebal


menghentikan sebagian besar fraksi foton.
Setelah kristal menyerap energi dari sinar gamma, elektron tereksitasi di kristal
tidak semua kembali ke keadaan semula pada waktu yang bersamaan, memerlukan
waktu selama beberapa nanodetik hingga milidetik, tergantung pada scintilator yang
digunakan. Akibatnya, foton cahaya juga dipancarkan oleh kristal dalam rentang
waktu yang sangat singkat, bukan sebagai ledakan simultan tunggal. Meskipun kita
tidak dapat melihatnya, jika seseorang merencanakan jumlah cahaya yang dilepaskan
satu sinar gamma, itu akan tampak sebagai kurva dan bukan lonjakan tajam.

3. PMT
Photomultiplier Tube (PMT) adalah tabung vakum dengan photocathode pada
ujung yang berdekatan dengan kristal. photocathode adalah material yang peka
cahaya, biasanya sejenis semikonduktor. PMT digabungkan dengan gel transparan
konduktif cahaya ke permukaan kristal (Gambar 5.4). Gel transparan memiliki indeks
bias yang sama seperti kristal dan jendela PMT. Cahaya yang menyinari photocathode
menyebabkannya memancarkan elektron, disebut fotoelektron. Rata-rata, empat
sampai enam foton cahaya memotret photocathode untuk setiap fotoelektron yang
dihasilkan.
Jumlah elektron yang dihasilkan pada photocathode meningkat dengan proses
pengalian dalam tabung (Gambar 5.5). Segera setelah diproduksi, elektron yang
mengalir di sepanjang bagian pengganda tabung, berturut-turut menumbuk masing-
masing dinoda tabung. Ini adalah elektroda logam, masing-masing bertegangan
semakin tinggi. Sebagai elektron berhenti di dinoda, mengeluarkan dua sampai empat
elektron baru, masing-masing bergabung dengan pulsa elektron semakin besar
mengalir ke arah anoda di ujung tabung. Dengan kata lain, untuk setiap elektron yang
masuk yang melewati tiga dinoda tersebut, akan ada antara 23 dan 43 elektron yang
tersisa; terhadap 10 dinoda akan menghasilkan antara 210 dan 410 elektron.
Gambar 5.4 Kristal Sodium Iodida pada detector Scintilasi

4. Cathode Ray Tube (CRT)


Signal-signal yang dapat dari PMT akan diproses menjadi tiga signal x,y,z. Spatial
coordinates x dan y sebagai sumbu, dan komponen z sebagai parameter besarnya energi yang
masuk dalam kristal detektor dan diproses oleh PHA. Koordinat x dan y dapat langsung
diamati pada layar display (CRT) atau di dalam komputer. Sedang signal z (intensitas) akan
diproses lebih lanjut oleh komponen berikutnya, yaitu (PHA).

5. Pulse Height Analyzer (PHA)


PHA pada prinsipnya memiliki fungsi membuang (todiscard) signal-signal radiasi
yang berasal dari cacah latar (background) dan sinar hamburan atau radiasi lain dari hasil
interferensi isotop, sehungga hanya foton yang berasal dari photopeak yang dikehendaki yang
dicatat. PHA akan melakukan pemilahan terhadap signal-signal tersebut, selanjutnya
meneruskan signal yang sesuai untuk diteruskan ke sistem komputer, sedang yang tidak
sesuai ditolak. Pha mampu melakukan fungsi tersebut karena energi yang diterima oleh
detektor akan diubah menjadi signal skintilasi yang memiliki korelasi linier dengan voltage
signal yang dikeluarkan oleh PMT.

6. Control Panel
Image exposure time ditentukan melalui panel kontrol, dengan pilihan :
1. Preset count
2. Preset time
3. Preset ID (information density) untuk citra kompresi

2. Ct Scan
Computer Tomography (CT) Scanner merupakan alat diagnostic dengan teknik
radiografi yang menghasilkan gambar potongan tubuh secara melintang berdasarkan
penyerapan sinar-x pada irisan tubuh yang ditampilkan pada layar monitor. Berikut
komponen-komponennya :
a. Meja pemeriksaan
Meja pemeriksaan merupakan tempat pasien diposisikan untuk dilakukannya
pemeriksaan CT-Scan, bentuknya kurva dan terbuat dari Carbon Graphite Fiber.
Setiap scanning satu slice selesai, maka meja akan bergeser sesuai ketebalan slice
(slice thickness).
b. Gantry
Gantry merupakan komponen pesawat CT-Scan yang didalamnya terdapat
tabung sinar-x, filter, detector, DAS (Data Acquisition System), dan lampu indikator
untuk sentrasi. Pada Gantry ini juga dilengkapi dengan indikator data digital yang
memberi informasi tentang ketinggian meja pemeriksaan, posisi objek dan
kemiringan Gantry. Pada pertengahan Gantry diletakkan pasien. Tabung sinar-x dan
detector letaknya selalu berhadapan di dalam Gantry yang kemudian akan berputar
mengelilingi objek yang akan dilakukan scanning. Di dalam gantry terdapat beberapa
komponen, meliputi :
1) Tabung sinar-x
Tabung sinar-x berfungsi sebagai pembangkit sinar-x.
2) Kolimator
Pada pesawat CT-Scan, umumnya terdapat dua buah kolimator, yaitu :
a) Kolimator pada tabung sinar-x, yang fungsinya adalah untuk mengurangi
dosis radiasi, sebagai pembatas luas lapangan penyinaran dan mengurangi
bayangan penumbra dengan adanya focal spot kecil.
b) Kolimator pada detector, yang fungsinya adalah untuk pangarah radiasi
menuju ke detector, pengontrol radiasi hamburan dan menentukan ketebalan
lapisan (slice thickness).
c) Detector dan DAS (Data Acquisition System)
Jumlah detector keseluruhan adalah 512 detector, yang menggunakan gas
Xenon bertekanan tinggi.
Setelah sinar-x menembus objek, maka akan diterima oleh detector yang
selajutnya dilakukan proses pengolahan data oleh DAS. Adapun fungsi
detector dan DAS secara garis besar adalah menangkap sinar-x yang telah
menembus objek, mengubah sinar-x dalam bentuk cahaya tampak, kemudian
mengubah cahaya tampak menjadi signal-signal elektron dan mengubah
signal tersebut ke dalam data digital.
3) Komputer
Komputer merupakan pengendali dari semua instrumen pada CT-Scan.
komputer berfungsi untuk melakukan proses scanning, rekonstruksi atau
pengolahan data, menampilkan (display) gambar serta menganalisa
gambar.Adapun elemen-elemen pada komputer adalah sebagai berikut :
a) Input device
Input device Adalah unit yang menterjemahkan data-data dari luar ke dalam
bahasa komputer sehingga dapat menjalankan program atau instruksi.
b) CPU (Central Processing Unit)
CPU (Central Processing Unit) Merupakan pusat pengolahan dan
pengontrolan dari keseluruhan system komputer yang sedang bekerja. CPU
terdiri atas : ALU (Arithmetric Logic Unit) yang melaksanakan proses berupa
arithmetric operation seperti penambahan, pengurangan, pembagian serta
perkalian, kemudian terdapat Control Unit yang berfungsi mengontrol
keseluruhan sistem komputer dalam melakukan pengolahan data, dan
Memory unit yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan data ataupun yang
sedang dikerjakan.
c) Output device
Output device digunakan untuk menampilkan hasil program atau instruksi
sehingga dapat dengan mudah dilihat oleh personil yang mengoperasikannya,
misalnya CRT (Cathoda Ray Tube).
d) Layar tv monitor
Layar tv monitor berfungsi sebagai alat untuk menampilkan gambar dari
objek yang diperiksa serta menampilkan instruksi-instruksi atau program yang
diberikan.
e) Image recording
Image recording berfungsi untuk menyimpan program hasil kerja dari
komputer ketika melakukan scanning, rekonstruksi dan display gambar,
diantaranya :
1. Magnetik Disk
Digunakan untuk penyimpanan sementara dari data atau gambaran,
apabila gambaran akan ditampilkan dan diproses. Magnetic disk dapat
menyimpan dan mengirim data dengan cepat, bentuknya berupa piringan
yang dilapisi bahan ferromagnetic. Kapasitasnya sangat besar.
2. Floppy Disk
Biasa disebut dengan disket, merupakan modifikasi dari magnetic disk,
bentuknya kecil dan fleksibel atau lentur. Floppy disk mudah dibawa dan
disimpan. Kapaasitasnya relative kecil (sekarang sudah tidak digunakan
lagi).
f) Operator terminal
Operator terminal merupakan pusat semua kegiatan scanning atau
pengoperasian sistem secara umum serta berfungsi merekonstruksi hasil
gambaran sesuai kebutuhan.
g) Multiformat camera
Multiformat camera digunakan untuk memperoleh gambaran permanen
pada film. Pada satu film dapat dihasilkan beberapa irisan gambar tergantung
jenis pesawat CT dan film yang digunakan.

Sumber :

http://blogbabeh.blogspot.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvmlo_2032.html
https://kumpulsore.blogspot.co.id/2013/12/komponen-komponen-ct-scan.html
https://abel-tasfir.blogspot.co.id/2012/05/ct-scan-computed-tomography-scanner.html

Anda mungkin juga menyukai