Fisioterapi
Fisioterapi
1.Menguasai konsep bina diri dan gerak sebagai sarana pemenuhan kebutuhan dasar anak yang
mengalami gangguan gerak-motorik
3.Menguasai materi bina diri dan gerak, untuk pengembangan aktifitas kehidupan sehari-hari
Pokok isi uraian materi yang disajikan pada bagian ini adalah ruang lingkup bina diri dan gerak. Unuk
memahami meteri tersebut perlu terlebih dahulu difahami apa yang dimaksud dengan bina diri dan
gerak tersebut
Bina diri merupakan serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru yang
profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang
membutuhkan layanan khusus, yaitu individu yang mengalami gangguan koordinasi gerak-motorik,
sehingga mereka dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan tujuan meminimalisasi dan
atau menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitasnya.
Aktivitas kehidupan sehari-hari yang dimaksud adalah; Kemampuan dan keterampilan sesorang dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari, mulai dari aktivitas bangun tidur sampai tidur kembali. Kegiatn ini
dikenal dengan istilah ADL ( Actifity of Daily Living ).
Bina diri bagi anak-anak yang mengalami gangguan motorik-gerak, meliputi individu yang mengalami
gangguan koordinasi akibat penyakit yang telah dialaminya antara lain akibat dari penyakit Folio
Myelities, Crebral Palsy, Muscules Dysthropi, Amyotonia, Amputasi, dan penyakit-penyakit lain yang
menyebabkan timbulnya gangguan gerak, baik yang disebabkan oleh gangguan fisik, neurologis,
congenital, atau gabungan dua atau lebih dari gangguan tersebut. Individu yang mengalami gaguan
tersebut pendidikannya di sekolah khusus (SLB).
Dengan adanya perubahan paradigma dalam pendidikan yaitu menuju pendidikan Inklusif, maka siswa
yang mengalami gagguan gerak-motorik akan kita jumpai juga di sekolah-sekolah reguler.
Pelaksanaan layanan bina diri yang diberikan kepada siswa di SLB bervariasi sesuai dengan hasil dari
identivikasi dan asesmen, sehingga program bina diri sifatnya individual. Bagi siswa yang mengikuti
pendidikan di sekolah reguler dapat bekerjasama dengan SLB terdekat untuk mendapatkan bantuan
tenaga dalam bidang bina-diri bagi anak-anak yang mengalami gangguan koordinasi-motorik. Apabila
ada tenaga Okupasional Terapist dapat bekerjasama sehingga hasilnya dapat lebih optimal. Kewenangan
dalam penanganan bidang terapi okupasional (OT) adalah profesi bidang para medis yaitu okupasional
terapis, namun guru pendidikan khusus dapat memderikan latihan atau pembinaan tersebut melalui
layanan bina diri.
Perkembangan motorik dimulai dari perkembangan motorik kasar, motorik halus, termasuk
keseimbangan. Individu yang mengalami gangguan dalam perkembangan motorik kasar, akan ditandai
dengan adanya keterlambatan perkembangan motorik. Misalnya terlambat dalam perkembangan:
tengkurap, merangkak, duduk, berdiri, merembet, berjalan, berlari, jongkok, melompat, meloncat.
Keterlambatan individu dalam perkembangan motorik tersebut, memerlukan latihan atau pembinaan.
Pembinaan dimaksud kita kenal dengan layanan Bina Gerak. Dalam bidang medis layanan tersebut
merupakan bagian dari rehabilitasi medis yaitu Fisioterapi. Materi, metoda dan model evaluasi mengacu
kepada bidang kajian fisioterapi.
Layanan bina gerak dilingkungan sekolah khusus atau SLB diberikan oleh guru-guru pendidikan
kebutuhan khusus yang memiliki profesi melayani bina gerak dengan alasan bahwa anak-anak yang
mengalami gangguan gerak berada di sekolah luar biasa. Guru-guru pendidikan kebutuhan khusus pada
dasarnya telah dibekali oleh pengetahuan dan keterampilan tentang tatalaksana bina gerak.
Bina Gerak adalah serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru yang
profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang
mengalami gangguan pada otot, sendi, dan atau tulang, sehingga individu tersebut mengalami gangguan
dalam melakukan aktivitas mobilisasi.
Yang menjadi subyek dalam pelaksanaan bina gerak adalah individu yang mengalami gangguan pada
otot, sendi, tulang, meliputi anak Folio Myelities, Crebral Palsy, Muscules Dysthropi, Amyotonia,
Amputasi, dan jenis-jenis gangguan gerak lain, baik yang disebabkan oleh gangguan fisik, neurologis,
congenital, atau gabungan dua atau lebih dari gangguan tersebut. Individu yang mengalami gaguan
tersebut pendidikannya di sekolah khusus (SLB).
Dengan adanya perubahan paradigma dalam pendidikan yaitu menuju pendidikan Inklusif, maka siswa
yang mengalami gagguan gerak-motorik akan kita jumpai juga di sekolah-sekolah reguler.
Pelaksanaan layanan bina gerak yang diberikan kepada siswa di SLB bervariasi sesuai dengan kesimpulan
hasil dari identivikasi dan asesmen, sehingga program bina gerak sifatnya individual. Bagi siswa yang
mengikuti pendidikan di sekolah regular, fihak sekolah dapat bekerjasama dengan SLB terdekat untuk
mendapatkan bantuan tenaga dalam bidang bina-gerak bagi anak-anak yang mengalami gangguan gerak-
motorik. Kerjasama kemitraan dapat dilakukan dengan tenaga fisioterapist di klinik fisioterapi, atau
Rumah Sakit di bag. Instalasi Rehabilitasi Medis.
Dalam layanan atau pembinaan kepada individu yang mengalami gangguan gerak-motorik, dapat
dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan antara bina gerak dan bina diri. Tujuan dari pembinaan
secara terpadu tersebut adalah, agar individu mempunyai keterampilan dan kemampuan dalam
melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Aktivitas dimaksud adalah kemampuan dan keterampilan
dalam mobilisasi (bergerak-berpindah tempat), dan kemampuan dan keterampilan dalam melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari, yaitu dapat menolong dirinya sendiri, meminimalisasi dan atau
menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan dari orang lain, sehingga individu tersebut menjadi
mandiri.
Perkembangan motorik pada dasarnya mengikuti tahapan-tahapan yang sama bagi semua anak normal.
Mulai dari perkembangan kemampuan motorik kasar, keseimbangan dan motorik halus serta koordinasi
mata-tangan. Kemampuan tersebut mempengaruhi individu dalam melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari.
Sebagai ilustrasi dapat dikemukkan seorang anak belum dapat “minum sendiri”: maka harus dianalisis
kemampuan jangkauan gerak lengan (ROM) atau Range Of Motion, apabila ROM nya belum baik, maka
diperlukan latihan gerak lengan melalui bina gerak. Untuk materi aktif movement digunakan alat yaitu
dengan “cangkir bertangkai” dengan beban tertentu, sehingga anak mampu menggerakan lengan untuk
posisi minum. Sehingga latihan gerak dimaksud dipadukan dengan latihan bina diri. Tujuannya adalah
agar anak bisa minum sendiri tanpa bantuan orang lain.
Apabila individu nilai ROM-nya masih 0, atau 1, maka kita tidak dapat memaksakan individu tersebut
latihan minum, namun terlebih dahulu harus diberikan layanan atau latihan peningkatan kemampuan
gerak yaitu meningkatkan kekuatan ROM dari 0 > 1 >2> 3 dst. Apabila nilai ROM-nya telah optimal yaitu
mencapai minimal nilai 3, maka sambil meningkatkan kemampuan gerak diarahkan pada bina diri.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu adanya pengetahuan dan keterampilan yang professional
dibidang bina diri dan bina gerak. Misalnya memahami dan terampil melakukan asesmen kemampuan
gerak otot.
Pengetahuan dan keterampilan lain yang perlu dimiliki adalah cara memberikan pembinaan. Bagaimana
memberikan pembinaan yang sifatnya supportif, dan pembinaan yang sifatnya fungsional. Pengatauan
lain yang sifatnya medis adalah mengidentifikasi jenis gangguan yang dialami oleh individu, apakah
termasuk cerebral palsy tipe spastic, atetosis, rigid atau tremor, atau gabungan. Musculus Dystrophy
(MD) adalah jenis gangguan individu yang sangat sensitive (progresif). Untuk gangguan ini, latihan yang
diberikan hanya passive movemen, kalau kita berikan latihan sama dengan pada klien cerebral palcy,
maka kondisi ototnya akan menjadi cepat menurun.
Adalah layanan yang diberikan dalam bentuk latihan-latihan fungsi otot dan sendi. Tujuannya adalah
meningkatkan fungsi gerak otot dan sendi agar mencapai kemampuan gerak yang optimal sesuai dengan
standar geral ROM.
Adalah latihan atau pembinaan untuk meningkatkan motivasi, dan percaya diri bahwa dirinya
mempunyai kemampuan yang dapat dikembangkan. Tujuannya adalah menanamkan rasa percaya diri,
dan motivasi, sehinggan mempunyai keyakinan bahwa gangguan/kecacatan yang dialaminya tidak
menjadi hambatan untuk berprestasi.
Adalah kegiatan layanan atau pembinaan secara terstruktur dan berkelanjutan diadakan evaluasi tentang
keberhasilan yang telah dicapai, dengan standar perkembangan atau kemampuan stanar normal.
Pembinaan atau latihan yang diberikan mengacu kepada segala aktifitas yang dapat dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari. Kegiatan mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali
Setelah kita memahami tentang pengertian bina gerak, maka selanjutnya akan kita bahas tentang prinsip
dasar bina gerak :
Adalah layanan yang diberikan dalam bentuk latihan-latihan pasif bagi klien yang belum memiliki
kemampuan atau kekuatan otot dan sendi. Tujuannya adalah meningkatkan fungsi saraf, sel-sel otot dan
melancarken peredaran pembuluh darah. Dalam pelaksanaannya pelatih lebih aktif dalam menstimulasi
otot dan sendi, sementara klien pasif karena kemampuannya masih minim. Secara bertahap kemampuan
geraknya akan bertambah.
Adalah latihan atau pembinaan untuk meningkatkan kemampuan gerak yang telah dimiliki oleh klien.
Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan gerak sendi sehingan mencapai ROM yang optimal. Dalam
latihan ini pelatih secara bertahap meningkatkan kemampuan otot-sendi klien dengan mengikut sertakan
klien secara aktif dibantu pelatih dalam mengoptimalkan gerakan-gerakan otot dan sendi.
c. Prinsip kekuatan :
Adalah kegiatan layanan atau pembinaan yang diberikan kepada klien dengan menambah beban atau
kekuatan secara terstruktur dan berkelanjutan. Tujuannya adalah meningkatkan kekuetan otot dan sendi,
sehingga mampu menambah beban atau kekuatan dalam melakkan mobilisasi. Misalnya pada awalnya
klien dapat melangkah dua langkah dengan bantuan trifoot, maka kita latih kekuatan melangkahnya
menjadi tiga langkah, dan akhirnya klien mampu berjalan tanpa alat.
d. Prinsip evaluasi :
Adalah kegiatan layanan atau pembinaan secara terstruktur dan berkelanjutan diadakan evaluasi tentang
keberhasilan yang telah dicapai, dengan standar perkembangan atau kemampuan stanar normal.
e. Prinsip lokomosi-mobilisasi :
Akhir dari bina gerak adalah kemampuan individu dalam mobilisasi atau bergerak. Dalam hal ini sasaran
bina gerak adalah sampai klien dapat berjalan sendiri, atau mampu mandiri dalam aktivitas berlokomosi.
Misalnya berjalan dengan menggunakan brace, kruch, trifoot, kursi roda tanpa bantuan orang lain.
a) genggaman,
b) cengkraman,
c) Jepitan,
b. Identifikasi :
1) kekuatan,
2) mobilitas,
3) ko-ordinasi mata-tangan,
4) pegangan,
1) Pergelangan kaki :
Berdiri pada ujung kaki (berjinjit). Membungkuk dengan posisi seperti mengmbil ancang-ancang untuk
lari. Berjalan pada permukaan yang kasar, menaiki tangga, naik turun tanggga yang dipasangi ladder
2) Sendi lulut :
Cara berjalan/membimbing ketika klien berjalan menuju ruangan latihan bina diri, naik tangga, naik bis,
tngga rumah. Membungkuk unruk memungut suatu obyek, mengenakan tali sepatu, naik tangga atau
ledder.
3) Sendi paha :
Duduk dan berdiri, naik tangga rumah, duduk dan mengikat tali sepatu, masuk kedalam kamar mandi
atau bak mandi, jongkok ke kamar kecil, berdiri dengan satu tungkai kaki.
4) Tangan :
Membuka tutup botol yang berulir, - memutar kran ledeng, - mengancingkan pakaian, - membuka peniti,
- menggoreskan korek api, - memutar kunci dalam gembok, - menghitung uang, -menuangkan air, -
membalik halaman buku, - menulis, -memutar nomor telpon, - menalikan sepatu, - memegang dan
menggunakan pisai, garpu dan sendok makan, sabit, - memasukkan benang kedalam lubang jarum jahit,
- menggulung adonen kue, - memungut benda-benda dengan berbagai ukuran.
5) Sendi Siku :
Ekstensi > memakai sepatu, - memungut benda sambil duduk, - menjngkau rak yang letaknya tinggi
Memutar pegangan pintu, - menggunakan obeng, - memutar kran untuk menghidupkan dan mematikan
aliran airnya, - memutar anak kunci
7) Sendi Bahu :
Rotasi Interna > - memasukkan baju kedalam celana, - menalikan celemek, - menalikan BH, -
mengancingkan risleting didepan baju.
Rotasi Eksterna > - menyisir rambut, - memasang kancing kait di bagian belakang baju, - membalikkan
krah baju, - memasang risleting di belakang baju.
keputusan Tuhan, - manusia perlu berusaha dan berdo’a, - Tuhan itu maha Kasih,
Ceritera tentang para pejuang, pahlawan, orang-rang yang sukses, bahwa yang benar
itu selalu dalam kebenaran, masalah itu harus dihadapi, bukan dihindari
Buat scenario ceritera dengan pemeran anggota kelas, semua harus berperan. Drama
Jenis gangguan :
1) Spastisitas/kekakuan,
2) Pleksi/kelayuhan,
3) Rigidity/pengerasan,
4) Tremor/getaran involuntary,
Lokasi gangguan
Penyebab gangguan :
1) neurologis,
2) fisiologis,
3) congenital,
4) metabolism,
2) nilai 1 = Nampak ada reaksi pada otot-otot walaupun belum mampu mengangkat,
5) nilai 5 = dapat mengangkat lebih dari 75 % dari ROM dengan tahanan minimal (termasuk batas-batas
normal).
1) Pasif movement:
Diberikan kepada klien yang kemampuan otot sendinya 0 s/d 2 ROM, yang aktif dalam hal ini adalah
pelatih atau guru, sementara klien lebih banyak pasif
2) Aktif movement :
Sebaliknya layanan secara aktif atau aktif movemen, klien dan pelatih bekerjasama melaksanakan
latihan. Memberikan tahanan, beban atau tugas-tugas yang diberikan kepada klien
Prinsip pelaksanaan layanan bina diri dan bina gerak mengacu kepada berbagai komponen sebagai
berikut :
1. Kasih sayang
2. Psikologis
3. Re-habilitatif
7. Suportif
8. Fungsional
D.Model evaluasi:
Pada dasarnya evaluasi baik layanan bina diri maupun bina gerak adalah sama, yaitu dengan
membandingkan antara hasil asesmen atau tes awal dengan hasil yang diperoleh setelah mendapatkan
latihan. Biasanya evaluasi dilakukan minimal satu bulan sekali, atau setiap minggu apabila diperlukan.
Keluhan dan kenyamanan klien juga menjadi pertimbangan dalam evaluasi. Disamping itu, kerjasama
dengan orang tua atau keluarga merupakan aspek penunjang keberhasilan layanan.
E. Rangkuman
Bina diri dan bina gerak adalah serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru
secara terprogram, bagi individu yang mengalami gangguan gerak-motorik.
Layanan bina diri difokuskan pada peningkatan kemampuan melakukan kegiatan dalam kehidupan
sehari-hari atau aktivitas kehidupan sehari hari (ADL). Sedangkan bina gerak focus layanannya adalah
meningkatkan kemampuan motorik kasar.
Program layanan bina diri dan bina gerak dilakukan berdasarkan hasil asesmen dan identifikasi.
Prinsip layanan bina diri mengacu kepada fungsional bina diri, dan suportif bina diri, evaluasi dan prinsip
aktifitas kehidupan sehari-hari. Prinsip layanan bina gerak adalah prinsip gerakan pasif, gerakan aktif,
kekuatan dan evaluasi serta lokomosi-mobilisasi.
Materi bina diri mulai dari asesmen sendi, identifikasi kemampuan ADL. Sedangkan materi bina gerak
adalah asesmen jenis gangguan, lokasi gangguan, den penyebab gangguan. Prinsip layanan baik bina diri
maupun bina gerak adalah : Kasih sayang, Psikologis, Re-habilitatif, Kuratif, Preventif, Berlatih sambil
bermain, Suportif, Fungsional
Evaluasi bina diri dan bina gerak : Pada dasarnya evaluasi baik layanan bina diri maupun bina gerak
adalah sama, yaitu dengan membandingkan antara hasil asesmen atau tes awal dengan hasil yang
diperoleh setelah mendapatkan latihan. Biasanya evaluasi dilakukan minimal satu bulan sekali, atau
setiap minggu apabila diperlukan. Keluhan dan kenyamanan klien juga menjadi pertimbangan dalam
evaluasi. Disamping itu, kerjasama dengan orang tua atau keluarga merupakan aspek penunjang
keberhasilan layanan.
F. Tugas
2. Jelaskan pengertian bina diri dan bina gerak, sehingga jelas persamaan dan perbedaannya ?
3. Sebutkan dan jelaskan prinsip dasar bina diri dan bina gerak ?
6. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip pelaksanaan bina diri dan bina gerak ?
Kunci Jawaban
Jawab (No1)
1.Menguasai konsep bina diri dan gerak sebagai sarana pemenuhan kebutuhan dasar anak yang
mengalami gangguan gerak-motorik
3.Menguasai materi bina diri dan gerak, untuk pengembangan aktifitas kehidupan sehari-hari
Jawaban (No 2)
Bina diri merupakan serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru yang
profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang
membutuhkan layanan khusus, yaitu individu yang mengalami gangguan koordinasi gerak-motorik,
sehingga mereka dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan tujuan meminimalisasi dan
atau menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitasnya.
Bina Gerak adalah serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru yang
profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang
mengalami gangguan pada otot, sendi, dan atau tulang, sehingga individu tersebut mengalami gangguan
dalam melakukan aktivitas mobilisasi.
Jawab (No 3) :
Sasaran Bina Diri adalah i anak-anak yang mengalami gangguan motorik-gerak, meliputi individu yang
mengalami gangguan koordinasi akibat penyakit yang telah dialaminya antara lain akibat dari penyakit
Folio Myelities, Crebral Palsy, Muscules Dysthropi, Amyotonia, Amputasi, dan penyakit-penyakit lain yang
menyebabkan timbulnya gangguan gerak, baik yang disebabkan oleh gangguan fisik, neurologis,
congenital, atau gabungan dua atau lebih dari gangguan tersebut
Sasaran Bina gerak : Yang menjadi subyek dalam pelaksanaan bina gerak adalah individu yang mengalami
gangguan pada otot, sendi, tulang, meliputi anak Folio Myelities, Crebral Palsy, Muscules Dysthropi,
Amyotonia.
Jawab (No 4)
Prinsip kekuatan
Prinsip evaluasi
Prinsip lokomosi-mobilisasi
Jawaban ( No 5) :
2. Identifikasi
1) Pergelangan kaki
2) Sendi lulut
3) Sendi paha
4) Tangan
5) Sendi Siku
7) Sendi Bahu
Jenis gangguan
Lokasi gangguan
Penyebab gangguan
a) Pasif movement
b) Aktif movement
Jawaban (No 6)
1. Kasih sayang
2. Psikologis
3. Re-habilitatif
4. Kuratif
5. Preventif
7. Suportif
8. Fungsional
Jawaban (No 7) :
Pada dasarnya evaluasi baik layanan bina diri maupun bina gerak adalah sama, yaitu dengan
membandingkan antara hasil asesmen atau tes awal dengan hasil yang diperoleh setelah mendapatkan
latihan. Biasanya evaluasi dilakukan minimal satu bulan sekali, atau setiap minggu apabila diperlukan.
Keluhan dan kenyamanan klien juga menjadi pertimbangan dalam evaluasi. Disamping itu, kerjasama
dengan orang tua atau keluarga merupakan aspek penunjang keberhasilan layanan.
BUKU RUJUKAN
Surya Widjaya, 1998. Terapi Okupasi, Bag. Neurologi UPF Rehabilitasi Medis, FK. UNDIP, Semarang
…………… 2007, Asesmen dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Jurusan PLB FIP UNP Padang
http://specialneededucation.blogspot.co.id/2008/12/bina-diri-dan-gerak-bagi-anak-yang.html?m=1