Anda di halaman 1dari 18

Nama : Apriyani Supia Dewi

Kelas ` : XII IPA 1 / 04

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

1. Judul : Mengamati Reaksi Oksidasi Alkohol dan Reaksi Oksidasi Aldehid


2. Tujuan
2.1. Mengetahui reaksi oksidasi yang terjadi pada etanol
2.2. Mengetahui rekasi oksidasi yang terjadi pada metanol
2.3. Mengetahui reaksi aldehid (formaldehid) dengan pereaksi Fehling
2.4. Mengetahui reaksi aldehid (formaldehid) dengan pereaksi Tollens
3. Alat dan Bahan
3.1. Alat

Tabung reaksi Gelas Kimia Penjepit

Kasa Kawat Pembakar Spiritus Kaki 3

Korek Gelas Ukur Kawat Nikrom


Rak Tabung Reaksi Pipet Tetes

3.2. Bahan
3.2.1. Bahan Reaksi Oksidasi Alkohol

Etanol Metanol HCl


3.2.2. Bahan Reksi Oksidasi Aldehid

Formaldehid 5% Air Suling Fehling A dan Fehling B

NH3 1M AgNO3 0.1 M


4. Langkah Kerja
4.1. Pembuatan aldehid dengan oksidasi alkohol primer
4.1.1. Sebuah tabung reaksi diisi dengan 2 ml Etanol.

4.1.2. Kawat nikrom dicelupkan terlebih dahulu ke dalan larutan HCl.


Kemudian, kawat nikrom dibakar hingga kemerahan dan dicelupkan
ke dalam etanol. Perlakuan ini dilakukan 10 kali secara berulang.

Pengikatan O2
4.1.3. Prosedur 1 dan 2 diulangi dengan menggunakan larutan Metanol.
4.1.4. Agar dapat diketahui telah terjadi oksidasi, maka dilakukan uji
Fehling dan Tollens.
4.2. Pengujian aldehid dengan menggunakan pereaksi Fehling dan Tollens.
4.2.1. Uji Fehling
4.2.1.1. Air sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam gelas kimia
sebagai penangas air.
4.2.1.2. Tabung reaksi diisi dengan larutan formaldehid 5%
sebanyak 3 ml. Kemudian, larutan formaldehid ditambahkan
dengan larutan Fehling A dan Fehling B masing-masing
sebanyak 2 tetes.

Formaldehid + Fehling A dan B


4.2.1.3. Tabung reaksi yang berisi campuran dimasukkan ke dalam
penangas air dan di panaskan hingga terjadi perubahan.
4.2.2. Uji Tollens
4.2.2.1. Sebuah tabung rekasi diisi dengan larutan AgNO3 sebanyak
2 ml. kemudian, larutan itu ditetesi dengan NH3 1M tetes
demi tetes sampai endapan yang terbentuk di awal larut
kembali (sebagai perekasi Tollens).

AgNO3 + NH3 (pereaksi Tollens)


4.2.2.2. Lalu, tabung yang berisi perekasi Tollen ditambahkan
dengan larutan formaldehid 5% sebanyak 2 ml. Selanjutnya,
tabung reaksi dimasukkan ke dalam penangas air dan
dipanaskan hingga terjadi perubahan pada dinding tabung
reaksi.
AgNO3 + NH3 (pereaksi Tollens) + formaldehid

5. Hasil pengamatan
Tabel hasil pengamatan reaksi oksidasi alkohol
Larutan Sebelum oksidasi Sesudah Oksidasi Setelah dilakukan pengujian
Etanol 2 ml Berwarna bening Berwarna bening Uji Fehling : Uji Tollens :
dan berwujud cair. dan berwujud Setelah Setelah
cair. Namun, dilakukan uji dilakukan uji
telah tejadi Fehling ternyata Tollens ternyata
pengikatan O2 di dapat diamati dapat diamati
dalamnya. terbentuknya terjadi
Sehingga padatan pembentukan
terbentuk aldehid berwarna merah cermin perak
(asetaldehida). bata. disekitar dinding
tabung reaksi.
Metanol 2 Berwarna bening Berwarna bening Uji Fehling : Uji Tollens:
ml dan berwujud cair. dan berwujud Setelah Setelah
cair. Namun, dilakukan tidak dilakukan uji
telah tejadi terjadi Tollens ternyata
pengikatan O2 di perubahan dapat diamati
dalamnya. apapun, terjadi
Sehingga melainkan pembentukan
terbentuk aldehid warna larutan cermin perak
(formaldehid). tetap berwarna disekitar dinding
biru akibat tabung reaksi.
dicampur
dengan Fehling
A dan Fehling
B.

(namun Gagal)

(namun Gagal)
Tabel hasil pengamatan reaksi oksidasi aldehid (Perekasi Fehling dan Tollens)
Campuran Warna Wujud
Bahan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Dipanaskan Dipanaskan Dipanaskan Dipanaskan
Formaldehid Larutan Larutan Larutan Terbentuk
+ Fehling A + campuran berubah endapan tembaga
Fehling B berwarna biru menjadi yang berwujud
(pereaksi muda merah bata. padatan serta
Fehling). Hal ini tidak terjadi
karena penguapan.
endapaan
tembaga
yang
berwarna
merah bata.
Formaldehid Larutan Larutan Larutan Padatan cermin
+ AgNO3 + campuran berwarna perak disekitar
NH3 berwarna gelap bening. dinding tabung
(pereaksi (hitam). Terbentuk reaksi karena
Tollens). lapisan Ag terbentuk Ag(s).
(perak) di
dinding
tabung reaksi
6. Pembahasan
6.1. Persamaan umum reaksi yang terjadi pada oksidasi alkohol

Alkohol primer adalah alcohol yang gugus - OH nya terikat pada atom
C primer (atom C yang mengikat 1 atom C yang lain). Alkohol primer
apabila dioksidasi (dengan pengikatan oksigen) akan menghasilkan aldehid.
Jika dioksidasi lebih lanjut maka akan menhasilkan asam karboksilat.
Namun, pada percobaan yang penulis lakukan hanya sampai pada
pembentukan aldehid (formaldehid).
Mekanismenya :
Pada alkohol primer akan terjadi pelepasan gugus H+ . Selanjutnya,
terjado pengikatan Oksigen oleh gugus C alkohol (yang disebut rekasi
oksidasi). Sedangkan, gugus H+ yang terlepas akan bergabung dengan gugus
OH menjadi H2O (air). Sehingga terbentuklah struktur aldehid dari oksidasi
alkohol primer.
Pada percobaan kali ini digunakan etanol dan metanol sebagai alkohol.

Persamaan reaksi oksidasi etanol :

Reaksi oksidasi etanol dapat dianggap berlangsung sebagai berikut:


senyawa dengan 2 gugus OH terikat pada suatu atom karbon bersifat tidak
stabil, dan terurai dengan melepaskan1 molekul air. Jadi, senyawa yang
terbentuk pada reaksi diatas segera terurai sebagai berikut :

Etanal (asetal dehida) yang dihasilkan dapat teroksidasi lebih lanjut


membentuk asam asetat. Hal ini terjadi karena oksidasi aldehida lebih mudah
daripada oksidasi alkohol. Pengikatan oksigen (oksidasi) pada percobaan ini
dilakukan dengan pembakaran kawat nikrom yang terlebih dahulu
dicelupkan pada larutan HCl. Pembakaran ini dimaksudkan untuk mengikat
O2 diudara dan digunakaan untuk reaksi pembentukan aldehid. Namun,
setelah dilakukan pembakaran kawat nikrom sebanyak 10 kali belum terjadi
oksidasi pada alkohol. Oleh karena itu, pembakaran kawat nikrom dilakukan
sebanyak hampir 30 kali dan barulah terjadi oksidasi pada alkohol yang di
buktikan dengan peraksi Fehling dan Tollens.

Selanjutnya, aldehid yang terbentuk dapat diuji apakah telah terjadi


oksidasi dengan menggunkan Pereaksi Fehling dan Tollens pada
pembahasan berikutnya dengan reaksi oksidasi aldehid.

Persamaan reaksi oksidasi metanol :

[O] O

CH3 OH CH H + H2O

Metanol Metanal

Metanol juga merupakan salah satu jenis alkohol primer. Apabila


metanol dioksidasi, maka akan terbentuk gugus aldehid berupa metanal
(formaldehid). Dalam percobaan yang dilakukan pengikatan atom oksigen
juga dilakukan dengan pembakaran kawat nikrom. Pada langkah kerja
dilakukan pembakaran 10 kali. Namun, setelah dilakukan pembakaran kawat
nikrom sebanyak 10 kali belum terjadi oksidasi pada alkohol. Oleh karena
itu, pembakaran kawat nikrom dilakukan sebanyak hampir 30 kali dan
barulah terjadi oksidasi pada alkohol yang di buktikan dengan peraksi
Fehling dan Tollens. Namun, tidak terjadi perubahan warna sebelum ataupun
setelah dilakukan oksidasi pada metanol. Untuk mengetahui apakah sudah
terjadi pengikatan oksigen, hasil dari oksidasi metanol berupa formaldehid
dapat diuji dengan Pereaksi Fehling dan Tollens.

Note : * Larutan HCl yang digunakan sebelum dilakukannya pembakaran


kawat nikrom bertujuan agar kawat nikrom bersih dan dapat
mengikat O2 dengan sempurna.

6.2. Pengujian oksidasi alkohol menggunakan Pereaksi Fehling atau Tollens


Oksidasi aldehid (hasil dari oksidasi alkohol) yang dilakukan pada
percobaan ini merupakan lanjutan dari oksidasi alkohol diatas. Oksidasi
alkohol yang dilakukan akan menghasilkan aldehid. Maka, hasil aldehid
yang dibuat secara manual dengan oksidasi alkohol digunakan kembali
dalam percobaan pengamatan oksidasi aldehid. Oksidasi aldehid juga dapat
digunakan sebagai pembuktian apakah sudah tejadi pengikatan oksigen pada
alkohol primer (etanol dan metanol) diatas yang menghasilkan aldehid.

6.2.1. Pengujian Etanal (asetal dehida) dengan pereaksi Fehling


Persamaan reaksi :

Pada percobaan yang dilakukan, asetal dehid yang dihasilkan


dari oksidasi etanol ditambahkan dengan Fehling A dan Fehling B
dengan masing-masing 3 tetes. Warna campuran awal adalah biru
muda. Setelah itu, campuran di tabung reaksi dipanaskan. Perubahan
yang terjadi setelah dipanaskan adalah lama kelamaan warna larutan
menjadi merah bata yang diakibatkan oleh terbentuknya endapan Cu
atau tembaga berupa Cu2O dan air. Hal ini menandakan oksidasi
alkohol (pengikatan O2) pada etanol berhasil menjadi aldehid, yaitu
asetal dehida.
Pada saat selama pemanasan larutan, terjadi pengikatan ion O-
pada aldehid yang menyebabkan terjadi pembentukan asam
karboksilat juga endapan Cu (tembaga).
6.2.2. Pengujian Etanal (asetal dehida) dengan pereaksi Tollens
Persamaan reaksi :

CH3CHO + 2Ag(NH3)2OH CH3COONH4+ 2Ag + 3NH3+ H2O


Etanal Pereaksi Tollens Endapan Ag air

Pada percobaan yang dilakukan, asetaldehida yang dihasilkan


dari oksidasi etanol dapat diuji keberhasilannya dengan
menggunakan pereaksi Tollens. Pereaksi Tollens yang ada
dicampurkan dengan asetaldehida yang dihasilkan sebelumnya. Lalu,
tabung reaksi yang berisi campuran dipanaskan. Selanjutnya,
pengamatan yang dapat terlihat adalah terbentuknya endapan Ag
(perak) disekitar dinding tabung reaksi yang berasal dari pereaksi
Tollen yang berupa Ag(NH3)2OH dan juga dihasilkannya air. Hal ini
menandakan pengikatan oksigen pada Etanol berhasil menjadi
asetaldehida (aldehid) karena dapat bereaksi dengan perekasi Tollens.
Gambar :
6.2.3. Pengujian hasil oksidasi metanol dengan Pereaksi Fehling dan
Tollens
Hasil oksidasi metanol (pengikatan O2) menghasilkan aldehid berupa
metanal (formaldehida). Persamaan yang terjadi :

Dengan menggunakan pereaksi Fehling, metanal (formaldehid)


seharusnya dihasilkan endapan tembaga (Cu). Namun, pada
percobaan yang dilakukan tidak terjadi perubahan selama pemanasan
campuran menggunkaran pereaksi Fehling. Oleh karena itu, hal ini
menandakan belum terjadi oksidasi metanol menjadi metanal
(formaldehida) yang dibuktikan dengan tidak terbentuknya endapan
tembaga.

Dengan menggunakan pereaksi Tollens, seharusnya terjadi


pembentukan endapan Ag berupa cermin perak di sekityar dinding
tabung reaksi saat dipanaskan. Namun, pada percobaan ini tidak
tejadi pembentukan demikian. Hal ini menandakan tidak terjadinya
oksidasi alkohol pada metanol yang seharusnya juga menghasilkan
metanal (formaldehid). Kemungkinan oksidasi alkohol tidak terjadi
karena pengikatan O2 yang tidak sempurna. Oleh karena itu, tidak
terjadi pembentukan aldehid sebagaimana mestinya.
6.3. Persamaan reaksi yang tejadi pada oksidasi aldehid
Aldehida adalah reduktor kuat sehingga dapat mereduksi oksidator-
oksidator lemah. Perekasi Tollens dan pereaksi Fehling adalah dua contoh
oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk mengenali aldehida.
Oksidasi aldehida menghasilkan asam karboksilat.
6.3.1. Persamaan reaksi Formaldehid 5% diuji dengan pereaksi Fehling
Persamaan rekasi :

Pada percobaan oksidasi aldehid berikut menggunakan aldehid


berupa formaldehid 5% yang sudah disediakan di laboratorium
(bukan yang dibuat dari oksidasi alkohol). Pada percampuran
Formaldehid 5% dengan Fehling A dan Fehling B larutan menjadi
berwarna biru muda. Pada awalnya penambahan Fehling A dan B
hanya dilakukan sebanyak 3 tetes. Namun, setelah di panaskan tidak
terjadi reaksi dengan Formaldehid yang diharapkan. Akhirnya,
komposisi pereaksi Fehling A dan B ditambah hingga mencapai 23
tetes masing-masing Fehling.
Setelah dilakukan pemanasan kembali, akhirnya barulah terjadi
reaksi yang ditandai dengan perubahan warna larutan awal biru muda
menjadi keruh dan terdapat endapan Cu (tembaga). Hal ini
menandakan komposisi peraksi Fehling perlu diperhatikan.
Kemungkinan perekasi Fehling yang digunakan sudah mengalami
kontak dengan udara yang membuat keefektifannya untuk bereaksi
menjadi lemah. Oleh karena itu, perlu digunakan lebih banyak lagi
tetesan Fehling kedalamnya.

Hal ini dikarenakan reagen fehling mengandung ion Cu2+


yang bersifat oksidator lemah, ion tersebut dapat mengoksidasi gugus
aldehid. Hasil dari reaksi asetaldehida dengan pereaksi fehling adalah
endapan merah bata, endapan tersebut berasal dari Cu2O seperti
reaksi diatas. Hal ini menandakan oksidasi aldehid berhasil bereaksi
dengan perekasi Fehling.

6.3.2. Persamaan reaksi Formaldehid 5% diuji dengan pereaksi Tollens


Persamaan reaksi pembentukan perekasi Tollens :

Untuk membuat reagen tollens, larutan AgNO ditambah


dengan beberapa tetes NaOH, hasilnya larutan menjadi keruh dan ada
endapan cokelat. Reaksinya adalah:
AgNO3+ NaOH AgOH + NaNO3
Kemudian ditambahkan beberapa tetes NH4OH sampai sebagian
endapan larut. Setelah ditambah NH4OH, endapan AgOH sebagian
dibuat larut (tidak dilarutkan semua),menghasilkan larutan tak
berwarna dan sedikit ada endapan coklat. Reaksinya adalah:
AgOH + NH4OH Ag2O + NH3+ 2 H2O
Larutan yang dihasilkan tersebut adalah reagen tollens berupa
ion perak beramoniak Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil
bahwa asetaldehida jika dicampurkan dengan pereaksi tollens akan
terbentuk endapan cermin perak. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa
aldehid akan teroksidasi dengan penambahan reagensia tollens
menghasilkan endapan cermin perak dan membentuk asam
karboksilat.

Persamaan reaksi Formaldehid 5% dengan Pereaksi Tollens :

Formaldehid 5% sebanyak 3 ml yang awalnya tidak berwarna


(bening) setelah ditambahkan dengan perekasi Tollen berubah warna
menjadi kehitaman. Setelah dilakukan pemanasan, perubahan yang
dapat diamati adalah larutan berubah menjadi lebih bening, Namun,
terdapat endapan Ag (perak) berwarna silver mengkilap yang berasal
dari perekasi Tollens yang mengandung unsure Ag. Endapan perak
ini menempel pada dinding tabung reaksi sehingga terlihat sebagai
cermin perak. Hal ini menandakan oksidasi aldehid pada
Formaldehid 5% berhasil dilakukan.

Namun, jika lama kelamaan didiamkan maka akan terbentuk endapan


coklat yang menandakan reaksi masih terjadi dengan menghasilkan
NH3 kembali.
6.4. Perbandingan
Percobaan oksidasi aldehid, yaitu Formaldehid dilakukan dengan 2 jenis
perlakuan. Perlakuan pertama, Formaldehid yang digunakan adalah hasil
dari oksidasi metanol yang menghasilkan metanal (Formaldehid). Namun,
dengan menggunakan Formaldehid yang dibuat secara manual tidak
menghasilkan hasil akhir yang diharapkan dengan menggunakan Pereaksi
Fehling dan Tollens. Menggunakan pereaksi Fehling seharusnya dihasilkan
endapan tembaga (merah bata) dan dengan menggunakan pereaksi Tollen
seharusnya dihasilkan endapan Ag (perak) pada dinding tabung reaksi.
Sedangkan, jikalau menggunakan Formaldehid 5% yang berasal dari
laboratorium didapatkan hasil yang disebutkan sebelumnya. Hal ini
dikarenakan kemungkin Formaldehid yang berasal dari pembuatan
oksidasi metanol tidak memiliki konsentrasi yang pekat untuk bereaksi.
Selain itu juga, mungkin dikarenakan pengikatan O2 belum sempurna
terjadi dan belum menjadi Formaldehid. Namun, Formaldehid yang berasal
dari laboratorium sudah memiliki kepekatan 5%. Memang tidaklah pekat.
Namun, jika dibandingkan dengan formaldehid yang dibuat dari oksidasi
alkohol, formaldehid 5% lebih memiliki kepekatan yang cukup untuk
direaksikan.
Selain itu, faktor lain yang dapat menyebabkan tidak terjadinya
oksidasi pada metanol adalah faktor lingkungan. Dimana metanol
merupakan jenis alkohol yang mudah menguap, sehingga pada saat terjadi
pengikatan oksigen terjadi penguapan pada metanol yang menyebabkan
oksidasi tidak berjalan sempurna.
7. Kesimpulan
7.1. Reaksi oksidasi pada etanol menghasilkan aldehid berupa etanal
(asetaldehida).
7.2. Reaksi oksidasi pada metanol menghasilkan aldehid berupa metanal
(formaldehid).
7.3. Reaksi aldehid (formeldehid) dengan menggunakan pereaksi Fehling
membentuk endapan Cu (tembaga) berwarna merah bata.
7.4. Reaksi aldehid (formeldehid) dengan menggunakan pereaksi Tollens
membentuk endapan Ag (perak) yang berwarna silver mengkilap disekitar
dinding tabung pereaksi.

DAFTAR PUSTAKA

Utami, Budi, Agung Nugroho, Lina Mahardiani, Siti Yamtinah, Bakti Mulyani. 2009.
Kimia Untuk SMA/MA Kelas XII Program Ilmu Alam. Giyarti (Ed.). Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Purba, Michael, Sunardi. 2012. Kimia 3 untuk SMA/MA Kelas XII. Bima Prasetya dan
Supriyana (Ed.). Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai