Anda di halaman 1dari 18

MODUL IV

PENENTUAN PERMEABILITAS ABSOLUT CORE


SAMPLE DENGAN GAS PERMEAMETER

LAPORAN PRAKTIKUM

Nama : Hizkia Seanjaya


NIM : 12214042
Kelompok : Selasa 1.1
Tanggal praktikum : 29 Maret 2016
Tanggal penyerahan : 5 April 16
Dosen : Prof. Dr. Ir. Pudji Permadi
Asisten Modul : M. Iffan Hannanu (12212046)
Oscar Dwi M. (12212064)

LABORATORIUM PETROFISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................. 2
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... 4
I. TUJUAN ......................................................................................................... 5
II. PRINSIP DASAR ........................................................................................... 5
III. ALAT DAN BAHAN ..................................................................................... 5
IV. DATA PERCOBAAN..................................................................................... 5
V. PENGOLAHAN DAT .................................................................................... 6
VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................................. 10
VII. KESIMPULAN ............................................................................................. 13
VIII. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13
IX. KESAN DAN PESAN ................................................................................. 13
X. JAWAB PERTANYAAN............................................................................. 14

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Grafik Kg vs 1/Pavg Core 1 ....................................................... 9


Gambar 4.1 Grafik Kg vs 1/Pavg Core 2 ....................................................... 9

3
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Dimensi Core ......................................................................... 5


Tabel 4.2 Data Tekanan dan Laju Alir Gas ..................................................... 6
Tabel 4.3 Data Konversi Tekanan ................................................................... 6
Tabel 4.4 Data Tekanan Rata - Rata ............................................................... 7
Tabel 4.5 Data Konversi Laju Alir ................................................................. 7
Tabel 4.6 Data Simpangan ............................................................................. 7
Tabel 4.7 Data Tekanan ................................................................................. 8
Tabel 6.1 Data Hasil Perhitungan .................................................................. 12

4
I. TUJUAN
1. Memahami prinsip dan cara kerja Gas Permeameter
2. Menentukan besarnya permeabilitas absolut suatu sampel core
dengan Gas Permeameter
3. Memahami pengetahuan tentang permeabilitas absolut

II. PRINSIP DASAR

Pada percobaan modul 4 ini akan dilakukan pengukuran permeabilitas


absolut sampel core dengan menggunakan gas permeameter. Pengukuran ini
dilakukan dengan cara mengalirkan gas N2 dengan tekanan tertentu ke dalam
core holder. Dimana di dalam core holder tersebut terdapat core yang telah
tersaturasi 100% oleh udara (core kering). Sehingga pada gas permeameter
terdapat pengukur laju volumetrik dari gas yang melalui core sampel.

III. ALAT DAN BAHAN


1.1. Alat
 PERG-200 Gas Permeameter
 Fancher core holder
 Jangka Sorong
 Tabung gas N2
1.2. Bahan
 Sampel core
 Gas N2

IV. DATA PERCOBAAN


 Dimensi Core
Core
1 2
Pengukuran D(cm) h(cm) D(cm) h(cm)
1 2.58 3.11 2.52 3.19
2 2.58 3.11 2.52 3.19
3 2.58 3.11 2.52 3.19
Rata-Rata 2.58 3.11 2.52 3.19

Tabel 4.1 Data Dimensi Core


 Tekanan dan Laju Alir Gas

5
Tekanan Laju alir gas
Tekanan Pdownstream Core 1 Core 2
Pupstream (psig) (atm)
Qgas (cc/menit) Qgas (cc/menit)
1 1 190 -
2 1 454 -
3 1 646 -
4 1 732 -
8 1 - 120
10 1 - 173
12 1 - 233
14 1 - 294

Tabel 4.2 Data Tekanan dan Laju Alir Gas

V. PENGOLAHAN DATA
 Luas Permukaan Core

 cm2

 cm2

 Konversi tekanan (Psig atm)

Percobaan
Pupstream (psig) Pupstream (atm)
Core 1
1 8 1,544218
2 10 1,680272
3 12 1,816327
4 14 1,952381
Percobaan Pupstream
Pupstream (atm)
Core 2 (psig)
1 1 1,068027
2 2 1,136054
3 3 1,204082
4 4 1,272109
Tabel 4.3 Data Konversi Tekanan

6
 Tekanan rata - rata

Percobaan Pupstream Pdownstream Prata-rata


Core 1 (atm) (atm) (atm)
1 1,544218 1 1,272109
2 1,680272 1 1,340136
3 1,816327 1 1,408164
4 1,952381 1 1,476191
Percobaan Pupstream Pdownstream Prata-rata
Core 2 (atm) (atm) (atm)
1 1,068027 1 1,034014
2 1,136054 1 1,068027
3 1,204082 1 1,102041
4 1,272109 1 1,136055
Tabel 4.4 Data Tekanan Rata - Rata

 Konversi debit gas (cc/menit  cc/s)

Laju alir gas


Core 1 Core 2
Qgas (cc/menit) Qgas (cc/s) Qgas (cc/menit) Qgas (cc/s)

190 3,166667 120 2


454 7,566667 173 2,883333
646 10,76667 233 3,883333
732 12,2 294 4,9
Tabel 4.5 Data Konversi Laju Alir

 Permeabilitas absolut
a. viskositas gas (µg) = 0.01349 cp

7
1. Core 1
 Saat Pupstream= 1.544218 atm

 Saat Pupstream = 1,680272 atm

 Saat Pupstream = 1.816327 atm

 Saat Pupstream =1.952381 atm

2. Core 2
 Saat Pupstream = 1,068027 atm

 Saat Pupstream = 1,136054 atm

 Saat Pupstream = 1,204082 atm

 Saat Pupstream = 1,272109 atm

b. Grafik Kg vs (1/P)

Prata-rata (atm) 1/P Kg (mD)


Core 1 Core 2
1,272109 0,786096 -
1,340136 0,746193 -
1,408164 0,710145 -
1,476191 0,677419 -
1,034014 0,967105 -
1,068027 0,936306 -

8
1,102041 0,907407 -
1,136055 0,880239 -

Dari data dalam table di atas, didapatkan grafik

CORE 1
120

100

80
kg (mD)

60 y = -522,38x + 467,49
R² = 0,8019
40

20

0
0,66 0,68 0,7 0,72 0,74 0,76 0,78 0,8
1/Pavg (atm)

Grafik 4.1 Grafik Kg vs 1/Pavg Core 1

CORE 2
300

250 y = 1095,7x - 822,07


R² = 0,8439
200
kg (mD)

150

100

50

0
0,86 0,88 0,9 0,92 0,94 0,96 0,98
1/Pavg (atm)

Grafik 4.1 Grafik Kg vs 1/Pavg Core 1

Kg merupakan permeabilitas terobservasi dan (1/P) merupakan reciprocal mean


pressure. Hubungan grafik antara Kg dan (1/P) dapat juga ditunjukkan dengan

9
Dimana KL merupakan permeabilitas absolut (mD) dan m adalah kemiringan
kurva
 Untuk core 1, didapatkan persamaan linier

Dengan nilai R2 = 0.8019


Dari persamaan tersebut, diperoleh nilai KL = 0.8949 mD
 Untuk core 2, didapatkan persamaan linier

Dengan nilai R2 = 0.8493


Dari persamaan tersebut, diperoleh nilai KL = 0.7503 mD

VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Permeabilitas merupakan suatu parameter yang digunakan untuk
mendiskripsikan kemampuan suatu batuan untuk melewatkan fluida. Semakin
mudah suatu batuan untuk melewatkan fluida maka akan semakintinggi nilai
permeabilitasnya. Pada percobaan kali ini, permeabilitas yang diukur adalah
permeabilitas absolut karena digunakan fluida satu fasa yaitu gas N2. Prinsip
percobaan ini adalah perbedaan tekanan. Karena adanya perbedaan tekanan
antara sumber gas dengan tekanan pada alat, maka gas akan mengalir menuju
core yang ada pada alat Gas Permeameter. Besarnya laju alir gas pada tekanan
tertentu akan terbaca pada flowmeter. Dengan data-data tersebut maka akan
diperoleh nilai permeabiltas batuan.
Salah satu asumsi yang digunakan pada hukum darcy yaitu fluida
imcompressible. Namun, karena gas bersifat compressible, maka rumus
hukum darcy harus dikoreksi dengan nilai tertentu. Rumus yang digunakan
untuk menentukan permeabilitas absolut pada praktikum ini yaitu

Dimana Ka = permeabilitas,
A = Luas penampang
Qg = debit udara

10
= tekanan rata-rata
= viskositas udara
= panjang core
Pengukuran permeabilitas batuan menggunakan liquid akan
menghasilkan nilai yang berbeda dengan pengukran menggunakan gas.
Permeabilitas dari sampel core yang diukur dengan mengalirkan udara selalu
lebih besar daripada permeabilitas diperoleh bila fluidanya berupa
cairan.Variasi yang terjadi pada pengukuran permeabilitas dengan gas dan
dengan fluida nonreaktif disebabkan oleh aliran gas pada capillary tube pada
batuan. Klinkenberg effect terjadi ketika diameter dari capillary opening
mencapai mean free path dari gas, di mana mean free path adalah fungsi dari
ukuran molekul dan energi kinetik dari gas. Klinkenberg effect akan menjadi
besar ketika berat molekular dari gas dan diameter capillary opening kecil.
Berdasarkan percobaan laboratorium, cairan memiliki kecepatan nol pada
permukaan butiran pasir, sedangkan gas menunjukkan beberapa kecepatan
terbatas pada permukaan butiran pasir.Dengan kata lain, gas menampakkan
slip (slippage gas) pada permukaan butiran pasir. Slip ini menghasilkan laju
aliran yang lebih tinggi untuk gas pada perbedaan tekanan yang diberikan.
Klinkenberg juga menemukan bahwa untuk media berpori, jika tekanan rata-
rata meningkatkan maka permeabilitas yang terhitung akan turun. Selain itu,
semakin berat molekul suatu fluida, maka friksi yang ditimbulkan oleh
gesekan molekul tersebut dengan permukaan batuan akan semakin besar.
Dengan demikian, kecepatannya akan lebih kecil sehingga permeabiltas yang
terukur akan lebih kecil pula.
Untuk mendapatkan permeabilitas absolut dari batuan, maka data-data
permeabilitas yang diperoleh melalui percobaan dengan menggunakan gas
diplot terhadap 1/P. Grafik tersebut nantinya akan diekstrapolasi untuk 1/P =
0. Penentuan nilai 1/P = 0 bertujuan untuk memperoleh nilai permeabilitas
pada tekanan yang sangat besar. Jika nilai tekanan sangat besar maka nilai 1/P
akan menuju nol. Pemberian tekanan yang sangat besar pada gas akan
menyebabkan gas medekati sifat cairan karena jarak antar molekulnya menjadi
berdekatan, sama seperti pada fluida. Dengan demikian, dapat diasumsikan

11
bahwa permeabilitas yang diperoleh pada 1/P = 0, merupakan permeabilitas
yang diperoleh dengan liquid sebagai fluidanya.
Pada praktikum ini nilai, nilai permeabilitas absolut yang diperoleh
untuk core 1 yaitu 0.8949 mD dan 0.7503 mD untuk core 2. Jika dilhat dari
pengelompokan permeabilitas berdasarkan kuantititas sebagai berikut:

1. Ketat (tight), kurang dari 5 md


2. Cukup (fair) antara 5 sampai 10 md
3. Baik (good) antara 10 sampai 100 md
4. Baik sekali (very good) antara 100 sampai 1000 md

maka, permeabilitas core 1 dan core 2 dapat dikatakan tight (ketat) . Baik core
1 maupun core 2 dengan permeabilitas yang kurang dari 5 mD, cukup tidak
produktif untuk diproduksikan karena batuannya cukup sulit mengalir pada
batuannya.Namun jika cadangannya cukup besar, peninjauan lebih lanjut
dapat memperhitungkan keekonomisan dari reservor tersebut.Mungkin
produksi migas dapat diusahan misalnya dengan pemberian surfaktan atau
metode lainnya.
Nilai permeabilitas yang diperoleh dari uji laoratorium sebenarnya
tidak dapat digunakan langsung pada kondisi lapangan. Ketika core diangkat
ke permukaan, maka core akan mengalami kehilangan pengaruh dari tekanan
overburden. Dengan hilangnya tekanan overburden yang dialami core, maka
pori-pori core akan lebih besar daripada yang sebelumnya pada kondisi
reservoir di bawah permukaan. Namun, terlepas dari hal itu, permeabilitas
yang diperoleh tersebut dapat menggambarkan kondisi reservoir tersebut,
apakah ekonomis atau tidak jika diproduksikan.
Asumsi-asumsi pada percobaan
a. Sampel core dalam keadaan kering sempurna, karena jika ada fluida di
dalam core, maka pembacaan permeabilitas tidak akan akurat karena
terdapat lebih dari satu fasa fluida di dalam core.
b. Alat dalam keadaan optimum yaitu tidak terjadi kebocoran, sehingga gas
hanya mengalir menuju core.
c. Core berbentuk silinder sepurna sehingga rumus volume silider dapat
berlaku pada sampel core tersebut.

12
d. Temperatur konstan selama percobaan sehingga viskositasnya konstan.
e. Tidak terjadi perubahan volume core selama proses pengukuran.
f. Tidak terjadi pressure loss sepanjang saluran gas.
g. Tekanan downstream diasumsikan 1 atm.

VII. KESIMPULAN
1. Gas Permeameter bekerja berdasarkan prinsip perbedaan tekanan yang
menyebabkan gas bisa mengalir. Gas tersebut akan mengalir pada core
sehingga didapatkan data laju alir yang digunakan untuk menghitung
permeabilitas absolutnya
2. Besarnya harga permeabilitas absolut batuan tidak bergantung pada fluida
yang melewatinya tetapi bergantung pada batuan itu sendiri sehingga jenis
fluida apapun yang digunakan untuk mengukur harga permeabilitas absolut
maka akan menghasilkan nilai yang sama.
3. Permeabilitas absolut core 1 sebesar 0.8949 mD dan 0.7503 mD untuk core
2
4. Permeabiltas core 1 dan core 2 tergolong permeabilitas ketat (tight) karena
kurang dari 5 mD.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Amyx, James W., Bass,Jr., Daniel M., dan Whiting, Robert L.. 1960.
Petroleum Reservoir Engineering : Phisical Properties. New York: McGraw-
Hill.
Craft, Hawkins. 1959. Applied Petroleum Reservoir Engineering. New York:
Prentice Hall Inc.
Monicard, R. P..1980. Properties of Reservoir Rock : Core Analysis.
GulfPublishing Co., Edition Technic.

IX. KESAN DAN PESAN

13
Kesan nya praktikum ini paling ga ribet sampai selama ini, paling asik karena
kelompok saya cenderung sangat siap dalam menghadapi praktikum sehingga
tidak banyak kendala yang terjadi saat praktikum.

Semoga kedepannya lengkap asistennya.

X. JAWAB PERTANYAAN
1. Buat flowchart perhitungan untuk korelasi Lee-Gonzales

14
2. Turunkan persamaan mencari nilai ka.

Kalikan dengan konjugatnya

Seperti yang kita ketahui

Satuan di atas adalah Darcy, untuk menjadi miliDarcy kita kalikan 1000

3. Buat resume paper tentang Klinkenberg Effect

Permeabilitas gas merupakan fungsi dari mean free pathof the gas molecules, dan
dipengaruhi oleh tekanan, suhu, dan sifat alami dari gas. Variasi yang disebut
slippage, adalah sebuah fenomena yang berkaitan dengan aliran gas dalam pipa
kapiler atau media berpori. Fenomena dari gas slippage terjadi ketika diameter dari
bukaan kapiler mendekati the mean free path of the gas molecules.
Seperti yang kita ketahui hubungan dari “true” permeability dari sebuah media
berpori ideal adalah :

Dimana :

Permeabilitas gas yang terukur adalah fungsi dari 1/ , dan tidak bergantung dengan
perbedaan tekanan. Diperlukan adanya faktor koreksi agar terjadi penyesuaian
terhadap hasil permeablitias yang diukur.

15
Pembelajaran mendalam tentang gas slip flow melalui channel mikro telah dilakukan.
Bentukan aliran gas dalam mikro channel maupun nano channel dapat diturunkan
dengan Knaudsen Number. Terdapat 4 jenis aliran :
 Continuum Flow Regime
 Slip Flow Regime
 Transition Flow Regime
 Free Molecular Flow Regime

Perhitungan permeabilitas gas dapat dilakukan dengan Hukum Darcy untuk aliran
fasa tunggal dalam core sample 1 dimensi, yang dapat dituliskan sebagai :

Dimana :
adalah permeabilitas gas
adalah debit aliran fluida (cc/detik)
adalah viskositas fluida
adalah panjang core sample
adalah luas area yang dilalui
adalah selisih tekanan
Dapat diperoleh dari persamaan diatas untuk menginvestigasi kelakukan aliran gas
pada sambungan, dan rata – rata tekanan.

Alat yang digunakan

16
Hasil dari pengukuran permeabilitas gas untuk conventional dan tight reservoir core
sample dapat dianalisis untuk mempelajari effect dari backpressure pada
permeabilitas gas.

17
Aplikasi dari pengukuran permeabilitas gas adalah untuk mensimulasikan proses
aliran gas yang sesungguhnya dalam reservoir, karena gas bergerak karena adanya
tenakan yang tinggi, yang berasal dari tekanan reservoir ke tekanan bottom hole

Kesimpulan :
1. The gas slip effect pada tight dan conventional core sample dapat dikurangi dengan
mengarahkan backpressure ke outlet dari core sample.
2. Ketika backpressure meningkat ke suatu level tertentu, didefinisikan sebgai
minimum backpressure, slip gas effect yang hilang dan menghasilkan permeabilitas
yang konstan, didefinisikan sebagai no-slip permeability
3. Minumum peningkatan backpressure dengan penurunan permeabilitas dari core
sample.
4. Teknik pengukuran permeabilitas gas dalam sample core reservoir tanpa
menggunakan Klinkenberg correlation disediakan

18

Anda mungkin juga menyukai