Laporan Kerja Praktek: Catalytic Condensation Unit
Laporan Kerja Praktek: Catalytic Condensation Unit
Disusun Oleh :
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 26
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... 28
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... 29
BAB I .............................................................................................................................. 30
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 30
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 30
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................ 31
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 32
1.4 Manfaat............................................................................................................ 32
BAB II............................................................................................................................. 33
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 33
2.1 Perpindahan Panas........................................................................................... 33
2.1.1 Konduksi (conduction) ............................................................................ 34
2.1.2 Konveksi (convection) ............................................................................. 34
2.1.3 Radiasi (radiation) .................................................................................. 34
2.2 Alat Penukar Panas .......................................................................................... 34
2.3 Kegunaan Alat Penukar Panas......................................................................... 35
2.4 Arah Aliran Fluida pada Alat Penukar Panas .................................................. 36
2.5 Tipe Heat Exchanger ....................................................................................... 38
2.5.1 Double Pipe Heat Exchanger .................................................................. 39
2.5.2 Shell and Tube Heat Exchanger .............................................................. 40
2.5.3 Plate and Frame Heat Exchanger ............................................................ 45
2.5.4 Air Cooled Heat Exchanger..................................................................... 46
2.5.5 Coil Heat Exchanger ............................................................................... 47
2.6 Combined Feed Exchanger 14-E-101 ................................................................... 48
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
26
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
27
Laporan Kerja Praktek
DAFTAR TABEL
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
28
Laporan Kerja Praktek
DAFTAR GAMBAR
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
29
Laporan Kerja Praktek
BAB I
PENDAHULUAN
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
30
Laporan Kerja Praktek
diperhatikan antaralain temperature dan tekanan proses. Namun alat ini memiliki
jangka waktu tertentu untuk berjalan dan berfungsi dengan baik sesuai dengan
desain awal. Waktu tersebut merupakan variabel, tergantung dari fluida yang
masuk ke Heat Exchanger dan komposisi fluida tersebut. Apabila fluida banyak
kotoran (partikel padat atau komponen pengotor), maka semakin cepat alat
tersebut kotor. Maka dari itu perlu dilakukan pembersihan agar alat dapat
berjalan dengan baik. Jika tidak dilakukan pembersihan pada alat, kotoran dari
fluida yang terbentuk akan menyebabkan terjadinya penuruan efisiensi dan
performa dari Heat Exchanger tersebut karena tidak meratanya transfer panas.
Jika Heat Exchanger memiliki efisiensi yang tinggi, maka kehilangan
panas dapat ditekan sekecil mungkin yang pada akhirnya akan mengurangi biaya
untuk penyediaan energi suatu pabrik. Oleh karena itu dilakukan evaluasi kinerja
Stabilizer Bottom Heat Exchanger (20-E-103) pada unit Condensation Catalytic
Unit / CCU (Unit 20) ini untuk mengetahui alat ini sudah bekerja dengan baik
atau belum, apabila belum maka harus dilakukan pembersihan. Apabila
pembersihan pada Heat Exchanger dilakukan secara berkala, kinerja, performa,
dan efisiensi dari Heat Exchanger akan terjaga sehingga menjadikan alat tersebut
beroperasi dengan baik.
Rumusan masalah dari tugas khusus kerja praktek ini antara lain :
1. Bagaimana kinerja dari Stabilizer Bottom Heat Exchanger (20-E-103)
pada unit Condensation Catalytic Unit / CCU (Unit 20) pada kondisi
aktual berdasarkan heat flow (Q), fouling factor (Rd), dan efisiensi
dari tanggal 10 Januari 2017 sampai 11 Januari 2017 ?
2. Bagaimana perbandingan Stabilizer Bottom Heat Exchanger (20-E-
103) pada unit Condensation Catalytic Unit / CCU (Unit 20) pada
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
31
Laporan Kerja Praktek
kondisi aktual dengan data desain berdasarkan heat flow (Q), fouling
factor (Rd), dan efisiensi dari tanggal 10 sampai 11 Januari 2017?
1.3 Tujuan
Tujuan dari dari Tugas Khusus Kerja Praktek ini antara lain :
1. Mengetahui evaluasi kinerja pada Stabilizer Bottom Heat Exchanger
(20-E-103) pada unit Condensation Catalytic Unit / CCU (Unit 20).
2. Mengetahui perbandingan hasil evaluasi performa Stabilizer Bottom
Heat Exchanger (20-E-103) pada unit Condensation Catalytic Unit /
CCU (Unit 20) antara kondisi aktual dengan kondisi desain.
1.4 Manfaat
Manfaat dari dari Tugas Khusus Kerja Praktek ini antara lain :
1. Mengetahui pengaruh fouling factor (Rd) terhadap kinerja Stabilizer
Bottom Heat Exchanger (20-E-103) pada unit Condensation Catalytic
Unit / CCU (Unit 20).
2. Mengevaluasi kinerja Stabilizer Bottom Heat Exchanger (20-E-103)
pada unit Condensation Catalytic Unit / CCU (Unit 20) agar dapat
segera dilakukan tindakan jika performanya sudah menurun.
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
32
Laporan Kerja Praktek
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perpindahan Panas
Perpindahan panas adalah suatu ilmu pengetahuan yang berurusan
dengan laju pertukaran panas antara badan panas dan badan dingin yang disebut
dengan source dan receiver. Pada umumnya perpindahan panas dapat
berlangsung melalui 3 cara yaitu secara konduksi, konveksi dan radiasi.
Hukum Pertama Termodinamika atau Hukum Kekelaan Energi
menyatakan bahwa : “Energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan,
melainkan hanya bisa diubah bentuknya saja.” Dalam suatu proses perpindahan
panas dapat mengakibatkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi seperti,
perubahan temperatur, tekanan, reaksi kimia, dan lain-lain.
Perpindahan panas adalah ilmu yang mempelajari secara rinci
mekanisme perpindahan energi terutama yang berupa panas karena perbedaan
suhu (driving force ΔT). Arah perpindahan panas adalah dari medium dengan
temperatur yang lebih tinggi menuju ke medium dengan temperatur yang lebih
rendah.
Proses terjadinya perpindahan panas dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung. Proses perpindahan panas secara langsung yaitu
perpindahan panas ketika fluida yang panas akan bercampur secara langsung
dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah. Sedangkan proses perpindahan
secara tidak langsung yaitu perpindahan panas ketika antara fluida panas dan
fluida dingin tidak berkontak secara langsung melainkan adanya pemisah berupa
sekat-sekat pemisah. Panas dapat berpindah melalui tiga mekanisme yang
berbeda diantaranya :
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
33
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
34
Laporan Kerja Praktek
pertukaran panas antara dua arus fluida yaitu : fluida panas (hot fluid) dan fluida
dingin (cold fluid) dengan adanya perbedaan temperatur tanpa disertai dengan
pencampuran (mixing) antar keduanya, karena panas yang ditukar terjadi dalam
suatu sistem maka kehilangan panas dari suatu benda akan sama dengan panas
yang diterima oleh benda lain.
Tujuan melakukan perpindahan panas pada industri antara lain:
a. Memanaskan atau mendinginkan suatu fluida hingga mencapai temperatur
yang diinginkan pada proses lain.
b. Mengubah keadaan atau fasa suatu fluida.
c. Menghemat energi pada proses selanjutnya.
Pada proses pengolahan minyak, alat penukar panas banyak digunakan
diantaranya sebagai alat pemanas atau pendingin fluida proses maupun produk
yang akan disimpan dalam tangki penyimpanan. Pada industri pengolahan
minyak, heat exchanger yang paling banyak digunakan adalah tipe shell and tube
heat exchanger. Hal ini disebabkan karena beberapa keuntungan diantaranya :
a. Memberikan luas permukaan perpindahan panas yang besar dengan
bentuk atau volume yang kecil.
b. Cukup baik untuk beroperasi bertekanan.
c. Dibuat dengan berbagai jenis material, sesuai dengan fluida yang
mengalir didalamnya, sesuai dengan suhu dan tekanan.
d. Mudah dibersihkan
e. Konstruksinya sederhana dan pemakaian ruangan yang relatif kecil.
f. Prosedur pengoperasiannya sangat mudah dimengerti oleh operator.
g. Konstruksinya tidak satu kesatuan yang utuh sehingga pengangkutannya
relatif mudah.
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
35
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
36
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
37
Laporan Kerja Praktek
Akibat terjadinya penukaran panas, maka akan terjadi perubahan suhu. Arah
aliran menyebabkan perbedaan profil suhu yang terjadi pada saat proses
penukaran panas. Berikut adalah profil suhu yang terjadi
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
38
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
39
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
40
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
41
Laporan Kerja Praktek
perunggu, aluminium, dan stainless steel, yang dapat diperoleh dari berbagai
ukuran yang didefinisikan sebagai birmingham wire gauge (BWG). Aliran fluida
dalam tube sering dibuat melintas lebih dari satu kali dengan tujuan untuk
memperbesar koefisien perpindahan panas lapisan film sisi fluida dalam tube.
Pengaturan ini terjadi dengan adanya pass devider dalam channel yang berfungsi
untuk membagi aliran fluida dalam tube.
a. Tube Sheet
Komponen ini adalah suatu flat lingkaran yang fungsinya memegang ujung-
ujung tube dan juga sebagai pembatas aliran fluida di sisi shell and tube.
b. Tube Dise Channels and Nozzle
Berfungsi untuk mengatur aliran fluida pada sisi tube.
c. Tube Pitch
Lubang yang tidak dapat dibor dengan jarak yang sangat dekat, karena jarak
tube yang terlalu dekat akan melemahkan struktur penyangga tube. jarak
terdekat antara dua tube yang berdekatan disebut Clearance. Tube diletakkan
dengan susunan bujur sangkar atau segitiga seperti terlihat pada gambar
berikut :
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
42
Laporan Kerja Praktek
d. Channel Cover
Merupakan bagian penutup pada konstruksi Heat Exchanger yang dapat
dibuka pada saat pemeriksaan dan pembersihan alat
e. Pass Devider
Komponen ini berupa plat yang dipasang didalam channels untuk membagi
aliran fluida tube bila diinginkan jumlah tube pass lebih dari satu.
f. Baffles
Pada umumnya tinggi segment potongan dari baffle adalah seperempat
diameter dalam shell yang disebut 25% cut segmental baffle. Baffle tersebut
berlubang-lubang agar bisa dilalui oleh tube yang diletakkan pada rod-baffle.
Baffle digunakan untuk mengatur aliran lewat shell sehingga turbulensi yang
lebih tinggi akan diperoleh. Adanya baffle dalam shell menyebabkan arah
aliran fluida dalam shell akan memotong kumpulan tube secara tegak lurus,
sehingga memungkinkan pengaturan arah aloran dalam shell maka dapat
meningkatkan kecepatan linearnya. Sehingga akan meningktakan harga
koefisien perpindahan panas lapisan fluida di sesi shell. Selain itu baffle juga
berfungsi untuk menahan tube bundle untuk menahan getaran pada tube
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
43
Laporan Kerja Praktek
untuk mengontrol serta mengarahkan aliran fluida yang mengalir diluar tube
sehingga turbulensi aliran meningkat maka koefisien perpindahan panas
akan meningkat dan laju perpindahan panas juga meningkat. Penempatan
baffle dan bentuknya dapat dilihat pada gambar berikut:
Dasar pertimbangan untuk fluida yang mengalir di bagian shell dan tube
pada shell and tube heat exchanger antara lain :
1. Fluida yang lebih kotor selalu melalui bagian yang mudah dibersihkan, yaitu
tube terutama bila tube bundle bisa diambil, tetapi dapat juga melalui bagian
shell bila kotorannya banyak mengandung coke karena lebih mudah
dibersihkan.
2. Fluida yang lebih cepat memberikan kotoran, tekanan tinggi, dan korosif
selalu ditempatkan di tube karena tube tahan terhadap high pressure dan
biaya pemeliharaanya lebih murah.
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
44
Laporan Kerja Praktek
3. Fluida yang berbentuk campuran non condensable gas melalui tube agar
tidak terjebak.
4. Fluida yang berpotensi menimbulkan korosi ditempatkan pada tube, dengan
tujuan dapat menekan biaya penggantian shell yang lebih mahal dari pada
tube jika terjadi kerusakan akibat korosif.
5. Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan melalui tube karena
adanya cukup ruangan dan fluida yang mempunyai volume kecil dilewatkan
melalui shell karena dapat dipasang baffle untuk menambah transfer-rate
tanpa menghasilkan kelebihan pressure drop.
6. Fluida ang lebih viskos atau yang mempunyai low transfer-rate dilewatkan
melalui shell karena dapat digunakan baffle.
7. Fluida dengan laju alir rendah dialirkan di dalam tube. Diameter tube yang
kecil menyebabkan kecepatan linear fluida (velocity) masih cukup tinggi,
sehingga menghambat fouling dan mempercepat perpindahan panas.
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
45
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
46
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
47
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
48
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
49
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
50
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
51
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
52
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
53
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
54
Laporan Kerja Praktek
BAB III
METODOLOGI
3.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data sangat dibutuhkan untuk mengavaluasi Stabilizer
Bottom Heat Exchanger (20-E-103) pada unit Condensation Catalytic Unit /
CCU (Unit 20). Data yang dipakai yaitu kerja heat exchanger pada tanggal 10
Januari 2017 sampai tanggal 11 Januari 2017 Adapun metode pengumpulan data
disini terbagi menjadi dua, yaitu metode pengumpulan data primer dan
pengumpulan data sekunder.
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
55
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
56
Laporan Kerja Praktek
Tube
Shell
Tanggal 20Fu029 20FU033 Ton/hr 20TI003 20TI073
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
27
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
28
Laporan Kerja Praktek
Keterangan :
= Flow area tube,
= Jumlah tube
= Flow area per tube,
N = Jumlah pass
Keterangan :
= Mass velocity tube, lb/hr.
Wt = Flow rate fluida di tube, lb/hr
= Flow area tube,
Keterangan :
= Reynold number di tube
D/ ID = Diameter ekivalen di tube, ft ( Table 10
= Mass velocity tube, lb/hr.
= Viskositas pada temperature caloric,
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
29
Laporan Kerja Praktek
( ) ( )
atau
Membaca pada fig.28, Kern
atau
memakai asumsi dan melakukan pembacaan pada fig.15.11, Kern
Dimana :
= Coeffision transfer di-shell, btu/hr.
k = Konduktivitas pada temperature kalorik, btu/hr.
c = Specific heat pada temperature kalorik, btu/lb.
= Viskositas pada temperature kalorik,
= Viscosity ratio
D = Diameter ekivalen tube
Jh = Faktor perpindahan panas
Pada Tube
⁄
( )
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
30
Laporan Kerja Praktek
Keterangan :
hi = Koefisien transfer di-tube, btu/hr.
Keterangan :
Uc = Clean overall Koefisient, btu/hr.
= koefisien transfer di shell, btu/hr.
= Koefisien tranfer di tube, btu/hr.
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
31
Laporan Kerja Praktek
Keterangan :
Ud = Overall Heat Transfer Koefisient, btu/hr.
A = Total surface
Keterangan :
Uc = Clean overall Koefisient, btu/hr.
Ud = Overall Heat Transfer Koefisient, btu/hr.
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
32
Laporan Kerja Praktek
BAB IV
PEMBAHASAN
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
33
Laporan Kerja Praktek
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
34
Laporan Kerja Praktek
Pada tabel diatas dapat dilihat tabel perbandingan antara nilai Q desain
dan Q aktual pada Combined heat exchanger 20-E-103 pada tanggal 10 Januari
2017 sampai dengan 10 Januari 2017, Q aktual shell lebih rendah apabila
dibandingkan dengan nilai Q desain. Perbedaan antara nilai Q aktual dengan nilai
Q desain ini disebabkan karena memang ada perbedaan jumlah feed yang masuk,
jumlah feed aktual yang masuk jauh lebih kecil dibanding feed desain.
Sedangkan jika dibandingkan antara Q shell dan Q tube pada aktual
maupun desain ada perbedaan antara nilai panas yang masuk dan nilai panas
yang keluar, hal tersebut dikarenakan beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor
pengotor, kebocoran pada alat, umur alat.
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
35
Laporan Kerja Praktek
GRAFIK RD
0.0100
2, 0.0092 0.0090
1, 0.0077
0.0080
0.0070
0.0060
0.0050 design
0.0040 aktual
0.0030
0.0020
1, 0.0008 0.0010
0.0000
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Pada grafik di atas dapat dilihat perbandingan antara nilai Rd desain dan
Rd aktual pada Feed Bottom Exchanger 20-E-103 pada tanggal 10 Januari 2017
sampai dengan 11 Januari 2017 semua nilai Rd aktual berada di atas Rd Desain,
berarti heat exchanger ini mempunyai faktor pengotor yang lebih tinggi dari
desainnya. Hasil ini menunjukan bahwa deposit kontaminan pada Feed Bottom
Exchanger 20-E-103 sudah banyak sehingga Heat Exchanger tersebut sudah
harus dilakukan cleaning.
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
36
Laporan Kerja Praktek
Flowrate vs Efisiensi
75.0000
70.0000
65.0000
60.0000
55.0000
Efisiensi
50.0000
45.0000 design
40.0000 aktual
35.0000
30.0000
25.0000
20.0000
0 20000 40000 60000 80000 100000
Flowrate
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
37
Laporan Kerja Praktek
dingin lebih besar dari fluida panas dan juga delta T fluida dingin lebih besar dari
fluida panas.
Efisiensi Vs Rd
80
70
60
50
efisiensi
40
30
20
10
0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01
Rd
Faktor Dirty merupakan besarnya nilai pengotor yang ada pada Heat
Exchanger tersebut. Nilai Rd tergantung pada nilai Koefisien Transfer Panas
kotor ( UD ) dan Nilai Koefisien Transfer Panas Clean ( UC ) . Nilai Ud sangat
berpengaruh pada pada besarnya flowrate masuk serta nilai perubahan suhu
(LMTD). Nilai Q berbanding terbalik dengan nilai LMTD sehingga semakin
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
38
Laporan Kerja Praktek
besar LMTD maka nilai Rd yang dihasilkan semakin kecil. Dimana nilai Rd ini
akan berpengaruh dengan efisiensi alat yang dihasilkan. Dari tabel diatas terlihat
bahwa fluida dengan faktor pengotor kecil transfer panas yang terjadi sangat
efektif sedangkan faktor pengotor yang besar menyebabkan transfer panas yang
terjadi sangat rendah sehingga nilai efisiensi rendah ( Kern, 1972 ).
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
39
Laporan Kerja Praktek
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan data desain dan data
aktual dari tanggal 10 Januari 2017 sampai dengan 11 Januari 2017 dapat
disimpulkan bahwa :
1. Laju alir massa umpan berupa feed Bottom yaitu berasal dari unit 19,
sehingga laju alir massa aktual memiliki jumlah yang lebih kecil, oleh
karena itu Q aktual jauh lebih kecil dari desain.
2. Kinerja pada Feed Bottom Exchanger jika ditinjau dari nilai rata-rata Rd
aktual yang rata-rata lebih besar dari Rd desain, dapat disimpulkan bahwa
performance Feed Bottom Exchanger 20-E-103 sudah tidak bekerja
secara optimum.
3. Efisiensi desain Feed Bottom Exchanger 20-E-103 yaitu sebesar 70,1992
%, dan efisiensi aktual berada sedikit dibawah efisiensi desain. Ini
menunjukkan jika kondisi Feed Bottom Exchanger 20-E-103 harus
ditingkatkan, dengan cara diberi Plug pada tube yang mengandung
pengotor lebih banyak sehingga panas yang akan ditransfer tidak hilang
padasystem.
Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
40
Laporan Kerja Praktek
5.2 Saran
Dari hasil evaluasi Feed Bottom Exchanger 20-E-103 pada unit Catalytic Condensation
Unit ( CCU ) pada periode 10 Januari 2017 sampai dengan 11 Januari 2017 maka menurut
kami perlu dilakukan beberapa hal, antara lain :
1. Perlu dilakukan monitoring kinerja dari Feed Bottom Exchanger 20-E-103 secara
berkala untuk menjaga kondisi alat tetap optimal, sehingga dapat diketahui kapan
perlu dilakukan proses cleaning tanpa menunggu performa alat turun secara
signifikan.
2. Semakin banyak panas yang terbuang maka efisiensi dari alat akan semakin
sedikit, kinerja dari Feed Bottom Exchanger 20-E-103 pada kenyataanya
memiliki efisiensi yang cukup kecil, perlu dilakukan kajian ulang agar
efisiensinya mendekati angka yang diinginkan dengan cara memperbaiki alat
tersebut.
Laporan Kerja Praktek
DAFTAR PUSTAKA
Humas PERTAMINA UP-VI Balongan. 2008. Company Profile PT. PERTAMINA Refinery
Unit VI Balongan.
Irma, Haice., dan Rohana, Siti., Laporan Kerja Praktek PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-VI
Balongan”, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam
Indonesia, 2014 : Yogyakarta
Kern, D., Q. 1965. Process Heat Transfer. International Student Edition. McGraw Hill Book
Co: Tokyo.
Latifah, Wihdhatul., dan Hidayat. Dadang., Laporan Kerja Praktek PT. PERTAMINA
(PERSERO) RU-VI Balongan”, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia, 2016 : Yogyakarta.
Materi Kuliah Perpindahan Panas Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta
PERTAMINA EXOR-1. 1992. Pedoman Operasi Kilang :Unit 14 Gas Oil Hydrotreating
Unit. JGC Corporation & Foster Wheeler (Indonesia) Limited..
PERTAMINA EXOR-1. 1992. Pedoman Operasi Kilang :Unit 22 Hydrogen Plant. JGC
Corporation & Foster Wheeler (Indonesia) Limited.
Wibowo, Muhamad Laksamana., dan Nuha, Ahmad Ulin., Laporan Kerja Praktek PT.
PERTAMINA (PERSERO) RU-VI Balongan”, Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri Universitas Islam Ind0nesia, 2016 : Yogyakarta.
Laporan Kerja Praktek
Konversi :
Perhitungan
1. Neraca Energi
Persamaan umum untuk neraca energi yaitu:
Shell
Q= W.c.∆T / Q=m.λ
Q = 51319 x 0,7610 x ( 123,8 – 118,4 )
Q = 748628,1741
Tube
Q= W.c.∆T / Q=m.λ
Q = 31314 x 0,613 x (116,600 – 91,400 )
Q = 1066433,535
Nilai Cp didapatkan dari Fig. 4 dengan menggunakan T Avg dan tavg
2. LMTD
( ) ( )
( )
= 397211,1498 lb/ft2.h
Tube = 69035,5482 /0,0385
= 1794857,7773 lb/ft2.h
4. Bilangan Reynold
Shell = (0,0792 x 397211,1498)/ 0,3943
= 79748,8562
Tube = (0,0487 x 1794857,7773)/ 1,2761
= 68452,2071
5. Faktor perpindahan panas pada shell dan tube
Shell
Berdasarkan nilai reynold didapatkan nilai jH = 160 ( fig.24 kern)
Tube
L/D = 411,2286
Berdasarkan nilai reynold tube dan nilai L/D maka didapatkan nilai jH = 140
⁄
shell ( )
= 405,2339 btu/h.ft2.F
7. clean overall heat transfer coefficient ( Uc )
= 0,0008
Laporan Kerja Praktek
Laporan Kerja Praktek
Laporan Kerja Praktek
Laporan Kerja Praktek
Laporan Kerja Praktek
Shell Tube
Viscosity Cp k Viscosity Cp k
centipois lb/hr.f kcal/k btu/l kcal/ h btu/h centipois lb/hr.f kcal/k btu/l btu/h
e t g oC b oF m oC ft oF e t g oC b oF ft oF
0,163 0,394 0,761 0,761 0,103 0,103 0,5275 1,276 0,613 0,613 0,087
3 0 0 1 0
0,2 0,483 0,780 0,0875 0,058 0,45 1,088 0,600 0,051
8 0 8 6 0 1
0,18 0,435 0,800 0,0875 0,058 0,43 1,040 0,580 0,051
4 0 8 2 0 1
o o o o
btu/hr btu/hr F F F FT F
748628,1741 1066433,535 14,9801 4,6667 0,1667 1 14,9801
422318,4973 1730458,425 78,2166 16,1946 0,0561 0,015 1,1732
360388,6140 1552983,84 72,0613 18,6064 0,0492 0,014 1,0089
Laporan Kerja Praktek
Flow Area Flow Area Tube Mass Velocity Bil. Reynold Shell
Shell
as a't (in2) at Shell (Gs) Tube (Gt) De (in) De (ft) Res
ft2 Tab. 10 ft 2
lb/h ft 2
lb/h ft 3
Fig. 28 Kern
Kern
0,4586 0,268 0,0385 397211,1498 1794857,7773 0,95 0,0792 79748,8562
0,4586 0,268 0,0385 98058,8170 384595,0387 0,95 0,0792 16045,2796
0,4586 0,268 0,0385 99000,6551 377100,6646 0,95 0,0792 17999,3242
Bil. Reynold Tube Koef. Heat Transfer Koef. Heat Transfer Tube
shell
D (In) D (ft) Ret jH ho/ɸs L/D jH hi/ɸt hio/ɸt
Tab. 10 Kern Fig. 28 btu/hr Fig. 24 btu/hr ft btu/hr ft2
2