PENDAHULUAN
negaranya adalah laut dan lautan dengan 13.667 buah pulau besar maupun
kecil, serta mempunyai garis pantai terpanjang di dunia, yaitu kurang lebih
80.791,42 km. Selain itu, kekayaan alam di dalamnya pun luar biasa banyaknya,
(flora), serta bahan tambang dan mineral. Apalagi tingkat pencemaran laut
indonesia relatif kecil, yaitu hanya sekitar 0,2% bila dibandingkan dengan
baiknya kurang dimanfaatkan secara optimal serta tidak diimbangi pula dengan
usaha pengembangan lebih lanjut. Sampai sejauh ini, sebagian besar petani ikan
(nelayan) hanya melakukan kegiatan pemungutan hasil laut saja tanpa adanya
dan rumput laut. Saat ini yang sedang banyak dikembangkan di Indonesia
areal budidaya rumput laut lebih kurang seluas 775 Ha dengan hasil sekali
Rumput laut (sea weed) merupakan hasil perikanan yang bukan berupa
ikan, tetapi berupa tanaman. Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan mentah,
seperti agar agar, karaginan dan algin. Rumput laut masih banyak diekspor
dalam bentuk bahan mentah yaitu berupa rumput laut kering, sedangkan hasil
2
olahan rumput laut seperti agar, karaginan dan alginat masih banyak diimpor
dengan nilai yang cukup besar. Sedangkan agar itu sendiri mempunyai fungsi
karakteristik yang sangat dibutuhkan baik dalam industri pangan, kosmetik dan
farmasi sebagai bahan pembuat gel, pengental atau penstabil. Salah satu produk
meningkat, maka hal ini dapat menjadi kesempatan besar bagi Indonesia untuk
Indonesia sehingga tidak perlu import tepung agar-agar dari negara lain.
Indonesia dapat membeli produk tepung agar-agar dengan harga lebih murah,
1.2.1 Maksud
agar.
3
1.2.2 Tujuan
agar.
4
Rumput laut Gracilaria sp termasuk ke dalam kelas rumput laut/ alga merah
indikasinya bahwa alga merah, adalah antara lain terjadinya perubahan warna
dari warna slinya menjadi ungu apabila alga tersebut terkena sinar matahari
secara langsung.
sifat morfologi dan anatomi yang berbeda serta dengan nama spesies yang
verucosa. Beberapa ahli menduga bahwa rumput laut marga Gracilaria memiliki
jenis yang paling banyak dibandingkan marga lainnya (Angkasa, et al., 2011)
Divisi : Rhodophyta
Klas : Rhodopyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Gracilariaceae
Marga : Gracilaria
Jenis : Gracilaria sp
jenis dan lokasi pertumbuhannya, serta tergantung pada umur, bibit, lingkungan,
tingkat mutu dan harga yang berbeda-beda pula. Umumnya kandungan agar-
utama yang terdapat dalam makroalga laut adalah karbohidrat (gula atau
vegetable gum), protein, lemak, dan abu yang sebagian besar merupakan
vitamin, seperti vitamin A (β-karoten), B1, B2, B6, B12, dan vitamin C serta
mengandung mineral seperti kalium, kalsium, fosfor, natrium, zat besi, dan
iodium (Anggadiredja et al. 2006). Komposisi kimia dari rumput laut kering dapat
Kandungan
No. Parameter
Gracilaria sp (%)
1. Kadar air 16-20
2. Kadar abu 3,4-3,6
3. Protein 2,3-5,9
4. Lemak 0,3-0,5
5. Karbohidrat 67,8-76,1
6. Serat kasar 0,9-2,1
Sumber : Astawan, 2007
Rumput laut yang sering digunakan sebagai bahan baku tepung agar
adalah rumput laut merah jenis Gracilaria sp. Mutu agar yang dihasilkan dari
ekstraksi rumput laut merah tergantung dari mutu bahan baku rumput laut. Dalam
perdagangan rumpiut laut di Indonesia, terdapat standart mutu rumput laut kering
yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional, yaitu SNI 2690:2009. Rumput
laut kering adalah rumput laut yang belum mengalami pengolahan dan berasal
dari perairan yang tidak tercemar dan telah dikeringkan. Rumput laut kering
harus bersih, bebas dari bau yang menandakan pembusukan, bebas dari tanda
dekomposisi dan pemalsuan, bebas dari sifat-sifat alamiah lain yang dapat
meliputi parameter sensori, kimia (kadar air dan Clean Anhydrous weed/CAW)
dan fisik (benda asing). Persyaratan mutu rumput laut tersebut tertera pada
Tabel 3
Penilaian sensori rumput laut kering pada Tabel 3 meliputi kenampakan, bau,
sebagai berikut:
spesifik jenis
yang umumnya mengandung agar atau disebut juga agra-agar sebagai hasil
pada suasana asam setelah diberi perlakuan basa. Agar diproduksi dan
dipasarkan dalam berbagai bentuk yaitu: tepung, kertas, dan batang. Agar dapat
diolah menjadi berbagai bentuk panganan (kue), seperti puding dan jely atau
pada agar relatif tinggi, karena itu agar dapat dikonsumsi sebagai makanan diet.
Karakteristik gel agar bersifat rigid, rapuh, mudah dibentuk, dan memiliki
titik leleh tertentu. Keasaman (pH) sangat mempengaruhi kekuatan gel agar.
Semakin menurun pH, semakin menurun kekuatan gel agar. Penambahan gula
menghasilkan gel yang lebih keras tetapi menghasilkan tekstur yang kurang
kohesif. Agar-agar merupakan senyawa ester asam sulfat dari senyawa galaktan,
tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas dengan membentuk gel.
agar adalah pada suhu 25°C dengan kemurnian tinggi tidak larut dalam air dingin
tetapi larut dalam air panas dan pada suhu 32–39°C berbentuk padat dan
mencair pada suhu 60–97°C pada konsetrasi 1,5%. Agar-agar akan sangat stabil
dalam keadaan kering, sedangkan pada suhu tinggi dan pH rendah agar-agar
dengan konsentrasi larutan 1% adalah sebesar 2–10 cp. Sifat yang paling
menonjol dari agar- agar adalah daya gelasi (kemampuan membentuk gel),
(Anisa, 2011)
Dalam industri pangan, produk makanan yang diproduksi dari bahan baku
agar antara lain pada pembuatan roti, jelly, permen, puding, cokelat, es krim, dan
lain-lain. Agar dapat dijadikan sebagai bahan pengental seperti pada industri
jelly, es krim, permen, dan pastry. Agar juga dapat menjadi pengemulsi/stabilizer
pada pembuatan sorbat, es krim, dan keju. Agar juga dapat menjadi penjernih
antara lain sebagai pencahar atau peluntur dan pembungkus kapsul. Dalam
industri kosmetik agar dimanfaatkan dalam industri krem, lotion, lipstik, dan
sabun. Pada industri tekstil, agar bermutu tinggi digunakan untuk melindungi
kemilau sutera.
Tepung sebagai salah satu produk industri pangan yang memiliki standar
mutu merupakan acuan bahwa suatu produk tersebut memiliki kualitas yang baik
(SII). Masalah yang sering timbul dalam memproduksi tepung agar-agar terutama
dari rumput laut jenis Gracilaria adalah kesukaran memperoleh agar-agar yang
gel, dan rendemen yang tinggi. Salah satu penyebabnya adalah ester sulfat yang
terdapat dalam agar-agar. Ester sulfat dalam agar-agar terikat pada atom karbon
keenam (C6) dari L-galaktosa. Adanya ester sulfat pada C6 dapat menyebabkan
dalam berbagai bentuk, seperti dalam bentuk granula, bubuk, batang kuning
pucat dan tidak berbau. Tepung agar yang dipasarakan harus memenuhi syarat
mutu teoung agar sesuai dengan Standart Nasional Indonesia. Pengujian mutu
tepung agar sesuai dengan SNI tersebut meliputi uji organoleptik, uji kimia, uji
cemaran mikroba, uji cemaran logam, dan fisik. Syarat bahwa Syarat mutu
dan tekstur. Secara organoleptik rumput laut kering yang memenuhi Standart
Menurut SNI 2802:2015 proses pembuatan tepung agar terdiri dari proses
lebih jelasnya alur proses pengolahan tepung agar disajikan pada Lampiran 1.
yang bersih, kering, dan tidak lembab, dan tidak bocor. Permukaan lantai dan
tidak terjadi kontak langsung antara kemasan rumput laut dengan lantai dan
dinding (Murdinah et al, 2011). Bahan baku yang diterima harus memenuhi
Standart Nasional Indonesia. Menurut SNI 2802:2015, bahan baku rumput laut
yang kering harus bersih, bebas dari bau yang menandakan pembusukan, bebas
dari tanda dekomposisi dan pemalsuan, bebas dari sifat-sifat alamiah lain yang
2.3.2 Pencucian
Sebelum rumput laut diekstraksi, rumput laut perlu dicuci terlebih dahulu.
ekstraksi menjadi lebih mudah. Rumput laut kering direndam air dalam bak
perendam selama semalam dengan volume air 7 kali berat rumput laut kering.
Pencucian disertai dengan pemisahan kotoran maupun rumput laut jenis lain
yang masih melekat sehingga diperoleh rumput laut yang benar-benar bersih dan
2.3.3 Pemucatan
dengan cara perendaman dalam larutan CaO 0,5% selama 5 menit (Indriany
2000). Pemucatan juga dapat dilakukan dengan kaporit (Ca(OCl)2 0,3% selama
90 menit (Murdinah et al, 2011). Setelah pemucatan, rumput laut kemudian dicuci
13
sambil diremas-remas, dibilas dengan air bersih sampai bau kapur/kaporit hilang.
tersebut terjadi proses pemucatan sehingga rumput laut menjadi lebih putih.
Pemucatan dengan larutan kapur juga dapat meningkatkan kekuatan gel agar
yang dihasilkan. Setelah itu, rumput laut direndam kembali dengan air bersih
selama semalam.
dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan gel agar yang lebih tinggi. Proses
pemucatan akan menyebabkan pigmen yang terkandung dalam rumput laut akan
rendemen semakin rendah pula. Pigmen rumput laut dapat teroksidasi dan
perlakuan asam dilakukan dengan cara perendaman dalam larutan asam asetat
selama 15 menit (Murdinah et al, 2011). Selanjutnya rumput laut dicuci kembali
hingga pH air cucian menjadi netral. Rumput laut yang telah dicuci lalu ditiriskan
2.3.4 Ekstraksi
steam. Tungku api disiapkan untuk memanaskan air di dalam tangki air. Uap
panas yang dihasilkan dari tangki air panas tersebut dialirkan melalui pipa-pipa
yang dihubungkan ke drum perebusan. Pada rumput laut yang diperoleh dari
alam, air yang diperlukan untuk merebus rumput laut yaitu sebesar 20 kali berat
rumput laut. Setelah air dalam drum perebusan mencapai suhu 90⁰ C, rumput
14
dilakukan dengan dua tahap dengan total air perebusan sebanyak 20 kali berat
rumput laut kering. Perebusan pertama dilakukan dengan air perebus sebanyak
14 kali berat kering selama 2 jam (suhu 85-95⁰C, pH 6-7) sambil diaduk.
Perebusan kedua dengan air perebus sebanyak 6 kali berat rumput laut kering
selama 1 jam.
Sedangkan untuk rumput laut budidaya, air yang diperlukan untuk merebus
rumput laut yaitu sebesar 10 kali berat rumput laut kering. Persebusan dilakukan
dalam dua tahap dengan total air perebusan sebanyak 10 kali berat rumput laut
kering. Perebusan pertama dilakukan dengan air perebus sebanyak 6 kali berat
kering selama 2 jam (suhu 85-95⁰C, pH 6-7) sambil diaduk. Perebusan kedua
dengan air perebus sebanyak 4 kali berat rumput laut kering selama 1 jam
2.3.5 Penyaringan
yang telah diberi ayakan bamboo yang dilengkapi dengan kain saring.
Penyaringan bertujuan untuk memisahkan filtrat agar dengan ampas rumput laut.
Biasanya ampas rumput laut ini dibuang, tetapi sebenarnya dapat digunakan
sebagai pupuk jika dibuang ke sawah. Filtrat hasil perebusan pertama dan
kedua dicampur, lalu diendapkan untuk memisahkan kotoran halus yang masih
ada.
2.3.6 Penjendalan
Filtrat agar yang telah diendapkan direbus pada suhu 60⁰C, ditambahkan
KCl 3% dari berat rumput laut kering. KCl dilarutkan dengan air (± 250ml).
Filtrat dibiarkan menjendal selama ±12 jam pada suhu ruang (proses
penjendalan).
2.3.7 Pengepresan
yaitu dilakukan dengan menyusun tiap lembar agar yang telah dibungkus dengan
kain blacu pada bak pengepres. Bak yang telah terisi tumpukan lembaran agar
atas kayu penutup tersebut diletakkan pemberat berupa beton maupun jeregen
mengeluarkan air dari agar dengan beban pengepres ditambah secara bertahap
hingga diperoleh lembaran agar yang cukup tipis. Jika agar belum cukup tipis,
2.3.8 Pengeringan
lembaran supaya tidak menumpuk. Lembaran agar yang telah terususun rapi
tersebut ditutup dengan jaring nilon untuk mencegah terbangnya lembaran agar
yang telah kering karena tiupan angin. Selama penjemuran agar dibalik-balik
tergantung kondisi cuaca. Lembaran agar yang sudah kering kemudian dilepas
dari kain pembungkus sehingga didapatkan lembaran agar kertas yang tipis.
2.3.9 Penepungan
serbuk tepung agar. Proses penepungan harus dilakukan dengan cermat dan
b. Melindungi dari kerusakan fisik, perubahan kadar air, oksigen dan sinar.
distribusi.
e. Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau
Bahan yang paling tepat digunakan untuk mengemas tepung agar adalah
plastik. Ada dua jenis plastik yang tepat digunakan untuk pengemasan tepung
agar, yaitu plastik polietilen (PE) dan plastik poliepropilene (PP). Alasan kenapa
kedua jenis kemasan plastik ini banyak digunakan karena sifat – sifat umum
polietilen adalah:
makanan beraroma
elektronik
17
mutu. Faktor – faktor utama yang mempengaruhi daya awet bahan pangan yang
digunakan.
lipatan.
mengenai produk tersebut. Informasi yang biasanya ada pada suatu label
adalah:
1. Nama produk.
2. Pembuatan produk.
penyablonan label pada bahan kemasan. Sedangkan label yang terpisah adalah
dengan cara membuat pada bahan lain, misalnya kertas lalu diletakkan pada
kemasan.
produk.
mendeteksi adanya cemaran logam pada tepung agar. Hal tersebut bisa terjadi
agar. Hal ini dilakukan untuk melindungi produk dari kontaminasi logam (SNI
2802:2015).
2.3.12 Penyimpanan
Sebelum dipasarkan, tepung agar yang telah dikemas dan melewati metal
dan saniter agar produk tidak terkontaminasi dan tidak lembab. Penyimpanan ini
bertujuan agar tepung agar tidak terkontaminasi oleh udara luar (SNI
2802:2015).
19
III. METODOLOGI
1. Gelas ukur : Untuk mengukur jumlah larutan yang akan digunakan pada
pembuatan khitin-khitosan.
4. Timbangan digital : Untuk menimbang kulit udang yang akan dibuat khitin. Dan
7. Kain :Untuk menyaring kulit udang pada saat akan dilakukan proses netralisasi
±80-90.
12. Pisau dan gunting : Alat yang digunakan untuk memotong kulit udang
menjadi bagian yang lebih kecil. Dan membuang bagian daging udang yang
13. Talenan : Alas yang digunakan untuk memotong kulit udang menjadi lebih
kecil ± 1 cm.
16. Corong kaca : Untuk memindahkan larutan HCL atau serbuk NaOH untuk
18. Long pang : Alas pada saat proses pengeringan khitin-khitosan pada oven
1. Larutan NaOH : untuk memotong ikatan sulfat pada rumput laut Gracilaria sp
2. H2SO4 : bertujuan untuk melunakkan struktur fisik rumput laut agar lebih
kualitas produk akhir yang baik karena kualitas produk akhir tergantung
pada kualitas bahan baku yang diterima. Kemudian bahan baku ditimbang
5.3.2 Pencucian I
kotoran-kotoran yang menempel pada rumput laut seperti kerikil, tali rafia,
lumut, pasir, dan garam. Pencucian dilakukan sampai rumput bening. Hal
pemisahan kotoran maupun rumput laut jenis lain yang masih melekat
gel agar yang lebih tinggi. Perendaman alkali menggunakan larutan NaOH
NaOH sebanyak 500 kemudian ditambahkan air sebanyak 9,5 liter, lalu
masukkan rumput laut yang tadi telah dicuci. Perendaman alkali dilakukan
selama 2 jam.
22
5.3.4 Pencucian II
laut yang telah melalui proses perendaman asam. Masukkan rumput laut
kedalam bak yang berisi air. Cuci rumput laut hingga rumput laut sudah
tidak licin.
5.3.7 Ekstraksi
yang dalam berbentuk cairan (bubur rumput laut) dari rumput laut. Proses
panci anamel. Isi panci anamel tersebut dengan air sebanyak 10 liter dan
5.3.8 Filtrasi I
5.3.9 Penjendalan
23
5.3.10 Filtrasi II
5.3.11 Pengeringan