Anda di halaman 1dari 8

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas

Nama : Nn. S

Umur : 14 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Konawe utara

Pekerjaan : Pelajar

Agama : Islam

Suku : Bugis

Tgl. Berobat : 10 Oktober 2014

Dokter Muda Pemeriksa : Semuel Pala’langan

No. Register : 41 69 97

B. Anamnesa

Keluhan Utama : Benjolan pada kelopak atas mata kiri

Riwayat Penyakit :

Pasien datang ke poli mata Rumah Sakit Umum Baterahmas dengan

keluhan benjolan pada kelopak atas mata kiri sejak ± 2 minggu yang lalu,

benjolan awalnya muncul berupa titik kemudian membesar. Pasien mengaku

setelah ada benjolan sering mengeluarkan air mata namun tidak ada kotoran.

Pasien tidak merasa nyeri ataupun gangguan penglihatan. Pasien menyangkal

pernah menderita mata merah sebelumnya. Keluahan baru pertama kali dialami

dan tidak ada riwayat kontak dengan penderita dengan keluhan yang sama. Pasien

menyangkal ada riwayat alergi terhadap makanan tertentu.

1
C. Pemeriksaan Fisik

1. Status present

Kesadaran compos mentis, status gizi kesan cukup.

2. Status ophtalmologis

a. Inspeksi

Pemeriksaan OD OS

Palpebra Edema (-), massa (-) Edema (-), massa ± 3mm


Hiperemis (-)
App. Lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
Silia Normal Normal
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Bola mata Ke segala arah Ke segala arah
Mekanisme
muskular

Kornea Jernih Jernih


Bilik mata depan Normal Normal
Iris Hitam, kripte (+) Hitam, kripte (+)
Pupil Bulat, sentral,RC (+) Bulat, sentral, RC(+)
Lensa Kesan normal Kesan normal

b. Palpasi

Pemeriksaan OD OS

Tensi Okuler Tn Tn
Nyeri Tekan (-) (-)
Massa Tumor (-) Batas tegas, padat
Glandula periaurikuler Pembesaran (-) Pembesaran (-)

c. Visus : VOD = 6/6


VOS = 6/6
d. Laboratorium : Tidak dilakukan pemeriksaan

2
D. Resume
Seorang perempuan, 14 tahun datang dengan keluhan benjolan di kelopak
atas mata kiri sejak ± 2 minggu yang lalu, benjolan awalnya muncul berupa titik
kemudian membesar. Pasien mengaku setelah ada benjolan sering mengeluarkan
air mata tanpa cairan eksudat. Dari pemeriksaan fisik didapatkan benjolan sebesar
± 3 mm pada palpebra superior okuli sinistra dengan batas tegas, padat, tidak ada
nyeri tekan.
E. Diagnosis
OS Kalazion
F. Diagnosis Banding

Hordeolum

H. Penatalaksanaan

Insisi dan kuretase

J. Prognosis

Bonam

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi

Kelopak mata atau palpebra di bagian depan memiliki lapisan kulit yang

tipis, sedang di bagian belakang terdapat selaput lendir tarsus yang disebut

konjungtiva tarsal.1,2 Konjungtiva tarsal merupakan jaringan ikat yang

menyokong kelopak mata dengan kelenjar meibom (40 buah pada palpebra

superior dan 20 buah pada inferior). Konjungtiva tarsal hanya dapat dilihat dengan

eversi kelopak mata.1 Kelenjar meibom pada tarsal yang bermuara pada margo

palpebra.1,2,3

B. Definisi

Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang

tersumbat. Kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan riwayat infeksi

sebelumnya mengakibatkan peradangan kronis..1,2,4,5

C. Etiologi

Kalazion juga disebabkan sebagai lipogranulomatosa kelenjar Meibom.

Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran

kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion dihubungkan dengan

seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea. 1

D. Epidemiologi

Kalazion terjadi pada semua umur, sementara pada umur yang ekstrim

sangat jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh hormonal

terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan terjadinya

penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan.2

4
E. Patofisiologi

Kalazion diawali dengan infeksi pada kelenjar meibom oleh bakteri virulens

rendah menyebabkan proliferasi epitelium dan infiltrat sel radang pada ductus

sehingga terjadi penyumbatan kelenjar. Penyumbatan duktus menyebabkan

resistensi sekret (sebum) dalam kelenjar sehingga mengalami pembengkakan.3

Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,

kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan

mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan antara

kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang

menimbulkan pustul), walaupun hordeolum dapat menyebabkan kalazion. Secara

klinik, nodul tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam

palpebra atau pada tarsal. Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar

meibom yang berdilatasi.6

F. Manifestasi Klinik

Kalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak

hiperemik, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikuler

tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata

akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.4

G. Diagnosa

Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik

kelopak mata. Bila terjadi kalazion yang berulang beberapa kali sebaiknya

dilakukan pemeriksaan biopsi histopatologi untuk menghindari kesalahan

diagnosa terhadap suatu keganasan.1,7

5
H. Penatalaksanaan

Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat

diabsorbsi (diserap) setelah beberapa bulan atau beberapa tahun. Injeksi acetonide

triamcinolone transkonjungtiva dan chloramphenicol cream 3 kali sehari selama 5

hari dapat mempercepat penyembuhan.10 Bila pemberian injeksi steroid dan

antibiotika topikal tidak berhasil maka dilakukan pembedahan dengan insisi dan

kuretase kalazion.10

Anastesi kelopak mata dengan injeksi subkutan 1 ml lidocaine 2%

menggunakan jarum 25. Satu tetes proxymethocaine 0.5% untuk anastesi

konjungtiva. Kelopak mata difiksasi dengan klem kalazion. Lakukan insisi

vertikal melalui tarsal ke dalam kelenjar meibom dan kuret kalazion sampai

bersih. Beri salep chloramphenicol 3 kali sehari selama 5 hari. 10

I. Prognosis

Kalazion biasanya sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorpsi.

Pasien dengan terapi biasanya memperoleh hasil yang baik. Seringkali timbul lesi

baru dan rekuren pada lokasi yang sama akibat drainase yang kurang baik.

Kalazion jarang menyebabkan konjungtivitis ataupun selulitis.4,8,9

J. Komplikasi

Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis dan

kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu dibiopsi

untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa

pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya

sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas

konjungtiva atau kulit.2

6
BAB III
DISKUSI

Diagnosis pada pasien ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

oftalmologis. Dari anamnesis pada pasien didapatkan adanya benjolan pada

kelopak atas mata kiri bagian mediolateral, padat dan tidak hiperemis. Keadaan ini

sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa kalazion berupa benjolan

yang tanpa keluhan, padat, tidak hiperemis, tidak ada nyeri tekan, melekat pada

tarsus akan tetapi lepas dari kulit. Terjadinya perlahan-lahan sampai beberapa

minggu.

Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan benjolan yang tidak nyeri

pada palpebra superior okulus sinistra, tidak hiperemis, padat dan tidak ada nyeri

tekan. Kalazion merupakan paradangan granulomatosa kelenjar meibom yang

tersumbat. Proliferasi epitelium dan infiltrat sel radang pada ductus sehingga

terjadi penyumbatan kelenjar. Penyumbatan duktus menyebabkan resistensi sekret

(sebum) dalam kelenjar sehingga mengalami pembengkakan.

Penanganan dengan injeksi steroid dan antibiotik topikal bertujuan sebagai

anti inflamasi dan profilaksis terhadap infeksi sebagai penyebab dari kalazion.

Tindakan insisi dan kuretase merupakan pilihan utama penanganan kalazion.

Hasil terapi dapat dilihat dalam 5 hari dengan pemberian antibitik topikal.

7
DAFTAR PUSTAKA
1. Khurana AK. Disease of the Eyelids. Dalam : Khurana AK. Author.
Comprehensive Opthalmology. Ed. 4th. New Delhi : New Age International.
2007. hal.339-61

2. Wagner P, Lang GK. Chalazion. Dalam : Lang GK. Author. Ophthalmology :


A Short Textbook. Stuttgar-New York : Thieme. hal.339-40

3. Sullivan JH. Lids. Dalam Eva PR, Whitcher JP. Editors. General
Ophthalmology. New York : Mc Graw Hill. 2007

4. Ilyas S. Kelainan Kelopak dan Kelainan Jaringan Orbita. Dalam : Ilyas S.


Author. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3th. 2010

5. Kim SC, Lee K, Lee SU. Lacrimal Gland Duct Stones : Misdiagnosed as
Chalazion in 3 Cases. Can J Ophthalmol. 2014. vol. 49. no.1. hal.102-5

6. Skorin L. Hordeolum and Chalazion Treatment. Clinical and Experimental


Ophthalmology. 2002. hal.25-7

7. Gupta S, Silliman CG, Trump DL. Case Report : Docetaxel-Induced


Meibomian Duct Inflammation and Blockage Leading to Chalazion
Formation. Nature Publishing Group. 2007. vol.10. hal. 396–7

8. Akhtaruzzaman, Rahman A. Efficacy of Intralesional Triamcinolone


Acetonide Injection in the Management of Chalazion. Rangpur Community
Medical College Journal. 2011. vol.1. hal. 19-24

9. Rangu RV, Rangu VL. Intralesional Steroid in the Treatment of Chalazion.


MedPulse–International Medical Journal. 2014. vol.1. hal. 22-4

10. Goawalla A, Lee V. A Prospective Randomized Treatment Study Comparing


Three Treatment Options for Chalazia: Triamcinolone Acetonide Injections,
Incision and Curettage and Treatment with Hot Compresses. Clinical and
Experimental Ophthalmology. 2007. vol.35. hal.706-12

Anda mungkin juga menyukai