Lapkas Kalazion
Lapkas Kalazion
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Nn. S
Umur : 14 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku : Bugis
No. Register : 41 69 97
B. Anamnesa
Riwayat Penyakit :
keluhan benjolan pada kelopak atas mata kiri sejak ± 2 minggu yang lalu,
setelah ada benjolan sering mengeluarkan air mata namun tidak ada kotoran.
pernah menderita mata merah sebelumnya. Keluahan baru pertama kali dialami
dan tidak ada riwayat kontak dengan penderita dengan keluhan yang sama. Pasien
1
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status present
2. Status ophtalmologis
a. Inspeksi
Pemeriksaan OD OS
b. Palpasi
Pemeriksaan OD OS
Tensi Okuler Tn Tn
Nyeri Tekan (-) (-)
Massa Tumor (-) Batas tegas, padat
Glandula periaurikuler Pembesaran (-) Pembesaran (-)
2
D. Resume
Seorang perempuan, 14 tahun datang dengan keluhan benjolan di kelopak
atas mata kiri sejak ± 2 minggu yang lalu, benjolan awalnya muncul berupa titik
kemudian membesar. Pasien mengaku setelah ada benjolan sering mengeluarkan
air mata tanpa cairan eksudat. Dari pemeriksaan fisik didapatkan benjolan sebesar
± 3 mm pada palpebra superior okuli sinistra dengan batas tegas, padat, tidak ada
nyeri tekan.
E. Diagnosis
OS Kalazion
F. Diagnosis Banding
Hordeolum
H. Penatalaksanaan
J. Prognosis
Bonam
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Kelopak mata atau palpebra di bagian depan memiliki lapisan kulit yang
tipis, sedang di bagian belakang terdapat selaput lendir tarsus yang disebut
menyokong kelopak mata dengan kelenjar meibom (40 buah pada palpebra
superior dan 20 buah pada inferior). Konjungtiva tarsal hanya dapat dilihat dengan
eversi kelopak mata.1 Kelenjar meibom pada tarsal yang bermuara pada margo
palpebra.1,2,3
B. Definisi
C. Etiologi
D. Epidemiologi
Kalazion terjadi pada semua umur, sementara pada umur yang ekstrim
4
E. Patofisiologi
Kalazion diawali dengan infeksi pada kelenjar meibom oleh bakteri virulens
rendah menyebabkan proliferasi epitelium dan infiltrat sel radang pada ductus
kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang
klinik, nodul tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam
F. Manifestasi Klinik
hiperemik, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikuler
G. Diagnosa
kelopak mata. Bila terjadi kalazion yang berulang beberapa kali sebaiknya
5
H. Penatalaksanaan
diabsorbsi (diserap) setelah beberapa bulan atau beberapa tahun. Injeksi acetonide
antibiotika topikal tidak berhasil maka dilakukan pembedahan dengan insisi dan
kuretase kalazion.10
vertikal melalui tarsal ke dalam kelenjar meibom dan kuret kalazion sampai
I. Prognosis
Pasien dengan terapi biasanya memperoleh hasil yang baik. Seringkali timbul lesi
baru dan rekuren pada lokasi yang sama akibat drainase yang kurang baik.
J. Komplikasi
kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu dibiopsi
pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya
6
BAB III
DISKUSI
kelopak atas mata kiri bagian mediolateral, padat dan tidak hiperemis. Keadaan ini
yang tanpa keluhan, padat, tidak hiperemis, tidak ada nyeri tekan, melekat pada
tarsus akan tetapi lepas dari kulit. Terjadinya perlahan-lahan sampai beberapa
minggu.
pada palpebra superior okulus sinistra, tidak hiperemis, padat dan tidak ada nyeri
tersumbat. Proliferasi epitelium dan infiltrat sel radang pada ductus sehingga
anti inflamasi dan profilaksis terhadap infeksi sebagai penyebab dari kalazion.
Hasil terapi dapat dilihat dalam 5 hari dengan pemberian antibitik topikal.
7
DAFTAR PUSTAKA
1. Khurana AK. Disease of the Eyelids. Dalam : Khurana AK. Author.
Comprehensive Opthalmology. Ed. 4th. New Delhi : New Age International.
2007. hal.339-61
3. Sullivan JH. Lids. Dalam Eva PR, Whitcher JP. Editors. General
Ophthalmology. New York : Mc Graw Hill. 2007
5. Kim SC, Lee K, Lee SU. Lacrimal Gland Duct Stones : Misdiagnosed as
Chalazion in 3 Cases. Can J Ophthalmol. 2014. vol. 49. no.1. hal.102-5