Anda di halaman 1dari 21

Rein ini laporan pencelupan, yang aku kasih tanda tanya belum aku kerjain

jadi bagian reinhar yaa yg ngerjain , sama coba cek lgi bisi ada yang mau
ditambahin atau ada yang salah benerin. Smangaaaat reeeiinn!!!!!
I. Maksud dan Tujuan
1.1 Maksud
Agar praktikan dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara
melakukan proses pencelupan pada kain kapas dengan zat warna direk dengan
baik dan benar.

1. 2 Tujuan
1. Agar mampu mengetahui dan memahami tujuan dan mekanisme proses
pencelupan pada kain kapas dengan zat warna direk.
2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pencelupan
pada kain kapas dengan zat warna direk.
3. Mengetahui pengaruh variasi penggunaan konsentrasi NaCl
4. Menganalisa dan mengevaluasi hasil proses pencelupan pada kain kapas
dengan zat warna direk.
5. Untuk mengetahui kerataan warna dan ketahanan warna kain kapas yang
telah dilakukan proses pencelupan menggunakan zat warna direk.

II. Teori Dasar


2.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan jenis serat selulosa (berasal dari tumbuhan) yang
dikenal sejak 1500 tahun SM, India adalah Negara tertua yang menggunakan
serat kapas. Serat kapas dibawa ke Mesir oleh Alexander Agung. Serat kapas
dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk dalam jenis Gossypium,
antara lain :
a. Gossypium Arboreum ( berasal dari India )
b. Gossypium Herbaceum
c. Gossypium Barbadense (berasal dari Peru)
d. Gossypium Hirsutum (berasal dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah dan
Kepulauan Hindia Barat)
Sifat kimia serat kapas :
 Tahan terhadap penyimpanan,pengolahan dan pemakaian yang normal.

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 1
 Kekuatan menurun oleh zat pengoksidasi, karena terjadi oksi selulosa,
biasanya dalam pemutihan berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab
atau pemanasan yang lama pada suhu diatas 1400C.
 Kekuatan menurun oleh zat penghidrolisa, asam dapat menyebabkan
terjadinya hidro-selulosa.
 Alkali berpengaruh sedikit terhadap serat, kecuali alkali kuat dengan
konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan penggelembungan serat.
 Kapas mudah diserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan
pada suhu hangat.
Sifat fisika serat kapas :
 Warna tidak putih tetapi kecoklat-coklatan.
 Kekuatan serat kapas dipengaruhi oleh kadar selulosa dalam serat.
 Kekuatan dalam keadaan basah lebih kuat dari pada dalam keadaan
kering.
 Kekuatan mulur serat kapas 13-14% rata-rata 7%.
 Keliatan serat kapas relatif tinggi dibandingkan serat wol dan sutera.
 Mempunyai moisture regain 7-8%.
 Berat jenis 1.5-1.56.
 Indeks bias 1.58 dalam keadaan sejajar sumbu serat dan 1.53 melintang
pada sumbu.
Penampang serat kapas:
 Penampang melintang
Penampang melintang serat kapas berbentuk sangat bervariasi
hampir bulat tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal.
 Penampang membujur
Penampang membujur serat kapas berbentuk seperti pita terpuntir.
Kedewasaan serat kapas dapat dilihat dari tebal tipisnya dinding
serat,makin dewasa makin tebal dinding seratnya, dimana lebih besar
dari setengah lumennya. Serat-serat yang belum dewasa kekuatannya
rendah dan dalam pengolahan menimbulkan banyak limbah, misalnya
timbul nep yaitu sejumlah serat yang kusut membentuk bulatan-bulatan
kecil yang tidak dapat diuraikan kembali.

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 2
Kain kapas yang digunakan dalam praktikum ini merupakan kain
tenun grey atau dengan kata lain kain ini mengalami proses pertenunan
sehingga disebut kain tenun. Kain grey adalah kain mentah yang masih
mengandung banyak kotoran-kotoran baik berupa kotoran alam maupun
kotoran yang berasal dari luar. Kotoran alam adalah kotoran yang
timbul bersama tumbuhnya serat seperti malam, lemak/lilin, pigmen
dan lainnya. Kotoran luar adalah kotoran yang timbu lkarena proses
pengerjaan dari pengolahan serat sampai menjadi kain seperti noda
minyak, potongan daun, ranting, debu, dan kanji yang sengaja
ditambahkan sebelum pertenunan. Lemak, malam/lilindan kanji bersifat
menghalangi penyerapan larutan (hidrofob).
Kain grey kapas mengandung kotoran – kotoran baik berupa
kotoran alam maupun kotoran luar. Selain itu, terdapat pula kotoran
berupa bulu–bulu serat pada permukaannya sebagai akibat dari gesekan-
gesekan mekanik dan peregangan-peregangan pada waktu proses
pertenunan, bulu-bulu pada permukaan kain menyebabkan hasil
pencelupan warnanya kurang cerah dan pada pencapan menyebabkan
warna blobor dan motif kurang tajam. Kotoran–kotoran berbentuk bulu
tersebut terdapat pula pada kain grey rayon, wol, dan kain grey
campuran. Serat sutera mengandung kotoran alam berupa serisin.

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 3
2.2 Pencelupan
Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan tekstil
secara merata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Sebelum
pencelupan dilakukan maka harus dipilih zat warna yang sesuai dengan
serat. Pencelupan dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik dengan
menggunakan alat – alat tertentu pula.
Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan
zat warna dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan tekstil
kedalam larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam
serat. Penyerapan zat warna kedalam serat merupakan suatu reaksi
eksotermik dan reaksi kesetimbangan. Beberapa zat pembantu misalnya
garam, asam, alkali atau lainnya ditambahkan kedalam larutan celup dan
kemudian pencelupan diteruskan hingga diperoleh warna yang dikehendaki.
Pencelupan terjadi tiga tahap, yaitu :
1. Tahap pertama merupakan molekul zat warna dalam larutan yang selalu
bergerak, pada suhu tinggi gerakan molekul cepat. Kemudian bahan tekstil
dimasukkan kedalam larutan celup. Serat tekstil dalam larutan bersifat
negatif pada permukaannya sehingga dalam tahap ini terdapat dua
kemungkinan yakni molekul zat warna akan tertarik oleh serat atau tertolak
menjauhi serat. Oleh karena itu perlu penambahan zat – zat pembantu untuk
mendorong zat warna lebih mudah mendekati permukaan serat. Peristiwa
tahap pertama tersebut sering disebut difusi zat warna dalam larutan.
2. Dalam tahap kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga cukup
besar dapat mengatasi gaya – gaya tolak dari permukaan serat, sehingga
molekul zat warna tersebut dapat terserap menempel pada permukaan
serat. Peristiwa ini disebut adsorpsi.
3. Tahap ketiga yang merupakan bagian yang terpenting dalam pencelupan
adalah penetrasi atau difusi zat warna dari permukaan serat kepusat. Tahap
ketiga merupakan proses yang paling lambat sehingga dipergunakan
sebagai ukuran menentukan kecepatan celup.

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 4
2.2.2 Tujuan Proses Pencelupan
Tujuan dari proses pencelupan dengan zat warna direk pada serat
kapas adalah untuk mendapatkan kerataan warna yang permanen pada
serat yang telah mengalami pencelupan
2.2.3 Jenis Ikatan pada Proses Pencelupan
Agar supaya pencelupan dan hasil celupan baik dan tahan cuci maka
gaya gaya ikat antara zat warna dan serat harus lebih besar dari pada
gaya-gaya yang bekerja antara zat warna dan air. Hal tersebut dapat
tercapai apabila molekul zat warna mempunyai susunan atom-atom yang
tertentu, sehingga akan memberikan daya tembus yang baik terhadap
serat dan pula memberi ikatan yang kuat.
Pada dasarnya dalam pencelupan terdapat empat jenis gaya ikat
yang menyebabkan adanya daya tembus atau tahan cuci suatu zat warna
pada serat, yaitu :
 Ikatan hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan ikatan sekunder yang terbentuk karena
atom hidrogen pada gugusan hidroksi atau amina mengadakan ikatan
yang lemah dengan atom lainnya, misalnya molekul-molekul air yang
mendidih pada suhu yang jauh lebih tinggi daripada molekul-molekul
senyawa alkana dengan berat yang sama.
H–O–H
H
H–O–H O
H
Pada umumnya molekul –molekul zat warna dan serat mengandung
gugusan gugusan yang memungkinkan terbentuknya ikatan hidrogen.
 Ikatan elektrovalen
Ikatan antara zat warna dan serat yang kedua merupakan ikatan yang
timbul karena gaya tarik-menarik antara muatan yang berlawanan.
Dalam air seratserat bermuatan negatif sedangkan pada umumnya zat
warna yang larut merupakan suatu anion sehingga penetrasi akan

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 5
terhalang. Oleh karena itu perlu penambahan zat-zat yang berfungsi
menghilangkan atau mengurangi sifat negatif dari serat atau zat warna,
sehingga zat warna dan serat dapat lebih saling mendekat dan gaya-
gaya non polar dapat bekerja lebih baik. Maka pada pencelupan serat-
serat selulosa perlu penambahan elektrolit, misalnya garam dapur atau
garam glauber dan pada pencelupan serat wol atau poliamida perlu
penambahan asam. Untuk pencelupan serat wol dapat digambarkan
sebagai berikut :
-
W NH3+ OOC W

HX
W NH3+ HOOC W
NaZw
W NH3+ HOOC W
-
Zw
Keterangan :
W = Serat wol
HX = Molekul asam
NaZw = Molekul zat warna
Gugusan amina dan karboksil pada serat wol di dalam larutan akan
terionisasi. Bila ke dalamnya ditambahkan suatu asam maka ion
hidrogen langsung diserap oleh wol dan menetralkan ion karboksilat
sehingga serat wol akan bermuatan positif yang kemudian langsung
menyerap anion asam. Pada tahap selanjutnya anion zat warna yang
berkerak lebih lambat karena molekul lebih besar akan masuk ke
dalam serat dan mengganti kedudukan anion asam. Hal tersebut
mungkin sekali terjadi karena selain penarikan oleh muatan yang
berlawanan juga terjadi gaya-gaya non-polar.
 Gaya-gaya non polar
Pada umumnya terdapat kecenderungan bahwa atom-atom atau
molekulmolekul satu dan lainnya saling tarik menarik. Pada proses
pencelupan daya tarik antara zat warna dan serat akan bekerja lebih
sempurna bila molekulmolekul zat warna tersebut berbentuk
memanjang dan datar, atau antara molekul zat warna dan serat

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 6
mempunyai gugusan hidrokarbon yang sesuai sehingga waktu
pencelupan zat warna ingin lepas dari air dan bergabung dengan
serat. Gaya-gaya tersebut sering disebut gaya-gaya Van der Waals
yang mungkin merupakan gaya-gaya dispersi, London ataupun ikatan
hidrofob.
 Ikatan kovalen
Zat warna reaktif terikat pada serat dengan ikatan kovalen yang
sifatnya lebih kuat dari pada ikatan-ikatan lainnya sehingga sukar
dilunturkan. Meskipun demikian dengan pengerjaan larutan asam atau
alkali yang kuat beberapa celupan zat warna reaktif akan meluntur.
2.2.4 Mekanisme Pencelupan
Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau
mendispersikan zat warna dalam air atau medium lain, kemudian
memasukkan bahan tekstil ke dalam larutan tersebut, sehingga terjadi
penyerapan zat warna ke dalam serat. Penyerapan ini terjadi karena
reaksi eksotermik (mengeluarkan panas) dan keseimbangan. Jadi pada
pencelupan terjadi tiga peristiwa penting, yaitu :
1. Melarutkan zat warna dan mengusahakan agar larutan zat warna
bergerak menempel pada bahan. Peristiwa ini disebut migrasi.
2. Mendorong larutan zat warna agar dapat terserap menempel pada
bahan. Peristiwa ini disebut adsorpsi.
3. Penyerapan zat warna dari permukaan bahan ke dalam bahan.
Peristiwa ini disebut difusi, kemudian terjadi fiksasi.
4. Pada tahap ini diperlukan bantuan luar, seperti : menaikkan suhu,
menambah zat pembantu lain seperti garam dapur, asam dan lain-lain.
Baik tidaknya hasil pencelupan sangat ditentukan oleh ketiga
tingkatan pencelupan tersebut. Apabila zat warna terlalu cepat terfiksasi
maka kemungkinan diperoleh celupan yang tidak rata. Sebaliknya,
apabila zat warna memerlukan waktu yang cukup lama untuk fiksasinya,
agar diperoleh waktu yang sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan
peningkatan suhu atau penambahan zat-zat pembantu lainnya.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dalam pencelupan faktor-
faktor pendorong seperti suhu, penambahan zat pembantu dan lamanya

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 7
pencelupan perlu mendapatkan perhatian yang sempurna. Zat warna
dapat terserap ke dalam bahan sehingga mempunyai sifat tahan cuci.

2.3 Pengerjaan Iring


Pengerjaan iring dengan zat pemiksasi kationik untuk zat warna
direk pada prinsipnya yaitu membentuk ikatan ion dengan gugus pelarut
dari zat warna, sehingga membentuk molekul yang lebih besar
(kompleks) dan diharapkan dapat meningkatkan ketahanan luntur warna
dalam keadaan basah.
Salah satu zat pemiksasi (fixing agent) yang banyak digunakan
adalah senyawa polikuartener yang bersifat kationik. Mekanisme proses
fixing-nya dapat dijelaskan sebagai berikut : gugus pelarut dari zat warna
direk yang ada pada serat umumnya bermuatan negatif, sedangkan
senyawa polikuartener bermuatan positif. Dengan adanya muatan yang
berlawanan memungkinkan adanya reaksi antara zat warna dengan zat
pemiksasi membentuk senyawa yang lebih komplek. Selain itu zat
pemiksasi tersebut akan bereaksi pula dengan selulosa sehingga akan
terikat lebih kuat.

2.4 Alkali
2.4.1 NaCl
NaCl yang ditambahkan pada larutan menyebabkan semakin besar
pula penyerapan serat terhadap zat warna A, tetapi sebaliknya apabila
konsentrasi NaCl terus ditingkatkan, daya serap serat terhadap zat warna
B akan semakin rendah hal inilah yang dimaksud dengan tingkat
kepekaan zat warna yang berbeda-beda terhadap NaCl, perbedaan ini
tergantung dari ukuran molekul dari zat warna tersebut, dari ukuran
molekul kecil ke besar kepekaan terhadap NaCl semakin meningkat,
misalnya zat warna direk type A yang memiliki ukuran molekul sangat
kecil tidak peka terhadap NaCl sehingga dalam proses pencelupan harus
diberi garam dengan konsentrasi yang sedikit lebih banyak daripada type
B dan C, bahkan untuk zat warna direk type D yang memiliki ukuran
molekul yang sangat besar tidak perlu ditambahkan garam selama proses

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 8
pencelupan, karena pada prinsipnya garam-garam yang ditambahkan
kedalam larutan mempunyai pengaruh merintangi atau memperlambat
penyerapan zat warna, karena tempat-tempat yang aktif dalam serat telah
ditempati lebih dahulu oleh anion garam yang molekulnya lebih
sederhana, tetapi dilain pihak NaCl juga sangat berpengaruh dalam
mengurangi muatan negatip serat, sehingga anion zat warna lebih mudah
terserap oleh serat, sehingga penambahan NaCl kedalam larutan celup
yang molekul-molekulnya berukuran kecil, sangat diperlukan.

2.5 Faktor yang berpengaruh


1. Ketepatan pemilihan zat warna pencelupan terutama mengenai jenis dan
sifatnya.
2. Konsentrasi zat pencelupan.
3. Kondisi proses seperti pH, suhu dan waktu
4. Metode yang digunakan

2.6 Metoda Proses Merserisasi


Metode pencelupan bermacam – macam tergantung efektifitas dan efisiensi
yang akan diharapkan. Metode pencelupan bahan tekstil diantaranya adalah:
a. Metode pencelupan, Mc Winch, Jet/ over flow, package, dan beam.
 Metode normal proses, penambahan garam secara bertahap.
 Metode all – in proses.
 Metode migrasi proses.
 Metode isotermal proses.
b.Metode pencelupan cara jigger
c.Metode pencelupan cara pad – batch.
d.Teknik pencelupan lainnya adalah sistem kontinyu atau semi kontinyu,
exhoution, teknik migrasi, cara carrier atau pengemban, cara HT/HP atau
tekanan dan suhu tinggi, cara thermosol, dengan pelarut organik, dengan
larutan celup tuggal/ ganda, cara satu bejana celup, dengan pemeraman,
dan sebagainya.
2.7 Zat Warna
2.7.1 Zat Warna Direk

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 9
Zat warna direk adalah zat warna yang dapat mencelup selulosa
secara langsung tanpa bantuan suatu mordan. disebut juga zat warna
substantif karena dapat terserap baik oleh selulosa atau zat warna garam
karena dalam pencelupannya selalu harus ditmbah garam untuk
memperbesar penyerapan. Beberapa zat warna direk dapat mencelup
serat protein. Zat warna direk yang pertama dikenal adalah congo red,
ditemukan oleh Bottiger tahun 1884.
2.7.2 Struktur Molekul Zat Warna Direk
Struktur molekul zat warna direk tersusun oleh tiga unsur pokok
yaitu :
a. Gugus pembawa warna.
Gugus pembawa warna mempunyai sistim ikatan rangkap dan tunggal
berselang seling secara bergantian. Kebanyakan dalam zat warna
direk berbentuk Azo seperti mono azo,diazo, triazo dan tetra azo.
b. Gugus yang mengadakan ikatan hidrogen dengan serat
Menurut F.L.Rose gugus ini terbagi dalam dua bagian yaitu:
1. Gugus yang mempunyai elektron “Lonepair” dan berbentuk pemberi
elektron.
contoh : -N=N- , H-O- , NH2 , NHR.
2. Gugus yang mengandung hidrogen dan dapat mengadakan ikatan
hidrogen dengan serat. Gugus ini bertindak sebagai pemberi
hidrogen.
c. Gugus Pelarut
Ialah yang menyebabkan zat warna larut dalam suatu zat pelarut
tertentu, misalnya dalam air, contoh : SO3, Na , COONa
Disamping memiliki gugus-gugus tersebut diatas, zat warna direk
harus mempunyai persyaratan-persyaratan lainnya agar substantif
terhadap serat.
Syarat-syarat yang dimaksudkan itu ialah :
1. Inti-inti aromatiknya harus terletak dalam satu bidang.
2. Molekul-molekul harus berbentuk linier.
3. Ada sistim konyugasi ganda yang dengan resonansi akan
mempermudah terbentuknya susunan “coplanar”, sehingga akibatnya
mempermudah terjadinya ikatan hidrogen pada ujung sistim konyugasi.

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 10
2.7.3 Penggolongan Zat warna Direk
Menurut Society of Dryer and Colourist zat warna direk dapat
digolongkan dalam tiga golongan yaitu :
a. Golongan A
Yakni zat warna yang tanpa penambahan garam mempunyai daya
serap yang baik dan daya perataan yang tinggi. Pada permulaan
pencelupan mungkin diperoleh hasil yang tidak rata, tetapi hal ini dpat
diperbaiki dengan pendidihan.
b. Golongan B
Yakni zat warna tanpa garam mempunyai daya serap dan daya perata
yang rendah. Penambahan garam dalam pencelupan dengan zat
warna ini harus dilakukan berhati-hati, sebab penambahan garam yang
terlalu cepat akan menghasilkan celupan yang tidak rata.
Bila pada permulan pencelupan diperoleh warna yang tidak rata,
akan sukar untuk diperbaiki.
c. Golongan C
Yakni zat warna yang tanpa garam mempunyai daya serap yang
baik tapi daya peratanya rendah. Pencelupan dengan zat warna
golongan ini harus dilakukan dengan pengontrolan temperatur.

2.7.4 Pengaruh NaCl terhadap Zat Warna Direk


Adanya NaCl dalam larutan celup akan memperbesar penyerapan
zat warna oleh selulosa. Selulosa didalam larutan mempunyai muatan
negatif dan akan menolak anion zat warna. Adanya elektrolit akan
mengurangi muatan negatif tersebut, sehingga butir zat warna akan
tertarik oleh serat karena gaya-gaya Van der Waal atau ikatan hidrogen
telah bekerja dengan baik. Disamping itu NaCl akan mengurangi ionisasi
butier zat warna, sehingga diharapkan larutan celup lebih banyak
mengandung butir zat warna yang membentuk molekul tunggal atau
agregat, karena yang terserap selulosa adalah butir zat warna yang
berbentuk seperti tersebut diatas. Dengan adanya NaCl tersebut maka
disamping mempercepat penyerapan juga akan memperbesar jumlah zat
warna yang terserap, sehingga diperoleh warna yang lebih tua.

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 11
Zat warna golongan A dan C tidak begitu peka terhadap garam.
Pencelupan dengan zat warna ini dapat mencelup tua tanpa adanya
garam. Zat warna B sangat peka terhadap garam. Pencelupan dengan
zat warna golongan ini akan memberikan warna yang sangat muda tanpa
adanya garam. Zat warna dengan gugus sulponat sedikit dapat mencelup
selulosa dengan warna tua tanpa garam. Zat warna dengan gugus
sulfonat banyak hanya memberikan noda tanpa adanya garam.

2.8 Proses Pengujian


2.8.1 Ketahanan Luntur Warna
Hasil pengujian tahan luntur warna biasanya dilaporkan secara
pengamatan visual. Pengukuran perubahan warna secara fisika yang
dilakukan dengan bantuan kolorimetri atau spektrofotometri hanya
dilakukan untuk penelitian yang membutuhkan hasil penelitian yang tepat.
Penilaina tahan luntur warna dilakukan dengan melihat adanya
perubahan warna asli sebagai tidak perubahan, ada sedikit perubahan,
cukup berubah dan berubah sama sekali. Penilaian secara visual
dilakukan dengan membandingkan perubahan warna yang terjadi dengan
suatu stndar perubahan warna. Standar yang dikenal adalah standard
yang dibuat oleh Society of Dyes and Colourist (SDC) di AMerika Serikat
yaitu berupa gyey scale untuk perubahan warna karena kelunturan warna
dan staining scale untuk perubahan warna karena penodaan warna
karena penodaan pada kain putih. Standard gray scale dan staining scale
digunakan untuk menilai perubahan warna yang terjadi pada pengujian
tahan luntur warna terhadap pencucian

2.8.2 Kerataan Warna


.?????????????????????? pang cariin penjelasannya yaa

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 12
III. Peralatan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Beaker Glass 500 ml
2. Kassa
3. Gelas Ukur 100 ml
4. Piala gelas
5. Bunsen
6. Kaki Tiga
7. Termometer
8. Pengaduk kaca
3.1.2 Bahan
1. Zat warna Direks
2. NaCl
3. Na2CO3
4. Teppol
5. Zat pemfiksasi kationik
6. CH3COOH
7. Kain kapas 100%

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 13
3.2 Diagram Alir

Mempersiapkan kain kapas yang akan dilakukan proes


pencelupan dengan zat warna direk

Mempersiapkan kebutuhan larutan celup sesuai dengan resep yang


digunakan

Melakukan pencelupan pada larutan


yang sudah disiapkan terlebih dahulu
Pengerjaan
Iring sesuai
Mencuci menggunakan larutan
dengan resep
sesuai dengan resep

Mencuci panas ( 3x 5’) dan mencuci dingin (3x5’)

Memeras menggunakan mesin padder dan


mengeringkan menggunakan mesin stanter

Mengevaluasi hasil pencelupan secara visual yaitu


ketahanan luntur warna dan kerataan warna

3.3 Resep dan Fungsi Zat


3.3.1 Resep Proses pencelupan Kain Kapas
1 2 3
Zat warna direk (%) x x x
Pembasah (ml/L) 1 1 1

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 14
Na2CO3 (g/L) 3 3 3
NaCl (g/L) 30 50 60
Vlot 1 : 20
Tanpa iring Iring

3.3.2 Resep Proses Iring Kain Kapas


− Fixing Agent : 2 cc/l
− Vlot : 1:20
− Suhu : 600C
− Waktu : 10 menit

3.3.3 Resep Proses Pencucian Kain Kapas


− Sabun : 1 g/L
− Na2CO3 : 1 g/L
− Suhu : 600C
− Vlot : 1:20
− Waktu : 10 menit

3.3.4 Fungsi Zat


Zat Warna Direk : Memberikan warna pada serat selulosa
secara merata dan permanen.
Pembasah : Meratakan dan mempercepat proses pembasahan
kain.
NaCl : Mendorong penyerapan zat warna.
Na2CO3 : Memperbaiki kelarutan zat warna,
sedangkan pada pencucian akan membantu
kelarutan sabun dan mengurangi tingkat
kesadah larutan.
Fixing Agent : Memperbaiki ketahanan luntur hasil celup zat
warna direk.
Sabun : Menghilangkan sisa-sisa zat warna yang
menempel dipermukaan dan tidak berfiksasi
dengan serat, agar tahan luntur zat warna

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 15
menjadi baik.
Air : Untuk melarutkan semua zat.

3.4 Skema Proses


3.4.1 Skema proses pencelupan

Z.W.Direk
W.A.
Na2CO3
Bahan

NaCl
90 oC
50 oC

30 oC

10’ 30’ 30’ 20’

3.4.2 Skema proses iring

Z.P.K
CH3COOH
Bahan

60 oC

30 o C

10’

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 16
3.4.3 Skema proses pencucian dengan sabun

Sabun
Na2CO3
Bahan

60 oC

30 oC

10’

3.5 Perhitungan Zat


3.5.1 Resep Zat Warna Induk
Zat warna dengan kepekatan sedang
1%  0,5 gram  50 ml air
3.5.2 Resep Pencelupan
1. Resep ke-1 (Reinhar Raja Bunjabi)
 Berat Bahan : 6,66 gram
0,5
 Zat warna : x 6,66 = 0,03 gram
100
0,03
= x 100 = 6 ml
0,5
 Kebutuhan Larutan : 20 x 6,66 = 133,2 ml
1
 Pembasah : x 133,2 = 0,1 ml
1000

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 17
3
 Na2CO3 : x 133,2 = 0,3 gram
1000
30
 NaCl : x 133,2 = 3 gram
1000
 Kebutuhan air : 133,2 – ( 6 + 0,1 ) = 127,2 ml

2. Resep ke-2 ( Dwi Puspa Melathi )


 Berat Bahan : 6,26 gram
0,5
 Zat warna : x 6,26 = 0,03 gram
100
0,03
= x 100 = 6 ml
0,5
 Kebutuhan Larutan : 20 x 6,26 = 125,2 ml
1
 Pembasah : x 125,2 = 0,125 ml
1000
3
 Na2CO3 : x 125,2 = 0,4 gram
1000
50
 NaCl : x 125,2 = 6,3 gram
1000
 Kebutuhan air : 152,2 – ( 6 + 0,1 ) = 119,2 ml

3. Resep ke-3 (Kanthi Inayah Rahmawati)


 Berat Bahan : 6,55 gram
0,5
 Zat warna : x 6,55 = 0,03 gram
100
0,03
= x 100 = 6 ml
0,5
 Kebutuhan Larutan : 20 x 6,55 = 131 ml
1
 Pembasah : x 131 = 0,131 ml
1000
3
 Na2CO3 : x 131 = 0,4 gram
1000
30
 NaCl : x 131 = 3,93 gram
1000

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 18
 Kebutuhan air : 152,2 – ( 6 + 0,1 ) = 119,2 ml

3.5.3 Resep Pengerjaan Iring


1. Resep ke-3 ( Kanthi Inayah Rahmawati )
 Berat bahan : 6,55 gram
 Kebutuhan Larutan : 20 x 6,55 = 131 ml
2
 Zat Pemfiksasi Kationik : x 131 = 0,26 ml
1000
 Kebutuhan air : 131 - 0,26 = 130,7 ml

3.5.4 Resep Pencucian


1. Resep ke-1 (Reinhar Raja Bunjabi)
 Berat Bahan : 6,66 gram
 Kebutuhan Larutan : 20 x 6,66 = 133,2 ml
1
 Sabun : x 133,2 = 0,13 ml
1000
1
 Na2CO3 : x 133,2 = 0,13 ml
1000
2. Resep ke-2 (Dwi Puspa Melathi)
 Berat Bahan : 6,26 gram
 Kebutuhan Larutan : 20 x 6,26 = 125,2 ml
1
 Sabun : x 125,2 = 0,13 ml
1000
1
 Na2CO3 : x 125,2 = 0,13 ml
1000
3. Resep ke-3 (Kanthi Inayah Rahmawati)
 Berat Bahan : 6,55 gram
 Kebutuhan Larutan : 20 x 6,55 = 131 ml
1
 Sabun : x 131 = 0,13 ml
1000
1
 Na2CO3 : x 133,2 = 0,13 ml
1000

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 19
IV. Diskusi
Berdasarkan hasil praktikum proses pencelupan menggunakan zat warna
direk pada kain kapas dengan variasi konsentrasi NaCl dan pengerjaan iring
dapat didiskusikan beberapa hal terkait hasil yang didapat, diantaranya:
4.1 Proses Pengujian
4.1.1 Ketahanan Luntur
Penilaian tahan luntur warna dilakukan dengan melihat adanya
perubahan warna asli sebagai tidak perubahan, ada sedikit perubahan, cukup
berubah dan berubah sama sekali. Penilaian secara visual dilakukan dengan
membandingkan perubahan warna yang terjadi dengan suatu stndar perubahan
warna
 Perbandingan Resep 1 dengan Resep 2
??????????????????
 Perbandingan Resep 2 dengan Resep 3
????????????????????
4.1.2 Kerataan warna
% Mengkeret lusi dan pakan menunjukan perubahan susunan benang
pada kain setelah dikerjakan pada larutan alkali. Hasilnya dibahas sebagai
berikut:
 Perbandingan Resep 1 dengan Resep 2
???????????????????????????????????
 Perbandingan Resep 2 dengan Resep 3
????????????????????????

V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum proses pencelupan menggunakan zat warna
direk pada kain kapas dapat disimpulkan bahwa perbedaan konsentrasi NaCl
dan perbedaan pengerjaan iring dapat mempengaruhi ketahanan luntur pada

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 20
serat dan kerataan warna dimana resep terbaik adalah resep ke ??????
dengan penggunaan konsentrasi NaCl ????????????.

VI.Daftar Pustaka
Dede Kariyana, Elly K. Pedoman Praktikum Pencelupan 1. Bandung.
Sekolah Tinggi Teksnologi Tekstil.2005
Mekanisme Pengerjaan Pemfiksasi Zat Warna Direk.
https://superakhwat08.wordpress.com/2014/11/16/ ( 21/03/2016 ; 21:47 )
Pewarnaan dan Pencelupan
http://h5hclimacus.blogspot.co.id/2011/04/ ( 21/03/2016 ; 21:22)

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk : Kelompok8 2K2 21

Anda mungkin juga menyukai