Bab 3 Organik Lanjut
Bab 3 Organik Lanjut
1. Pengantar
Pada modul 2 Anda telah mempelajari materi khusus tentang stereokimia. Yang akan
dibahas dalam modul 3 ini adalah stereokimia pada senyawa siklis yaitu tentang konformasi
pada senyawa sikloalkana, analisis konformasi dan meramalkan konformasi yang paling
stabil, penamaannya baik monosubstitusi, maupun disubstitusi, dan bagaimana cara
memisahkan suatu enantiomer dari hasil reaksinya.
4. Kegiatan Belajar
1 45
4.1 Kegiatan Belajar 1
Tabel 3.1. Energi strain dari data kalor pembakaran (heat of combustion)
Nama senyawa -∆H (kkal/mol) -∆H per CH2 (kkal/mol) Energi Strain per CH2 (kkal/mol)
Siklopropana 499,8 166,6 10,5
Siklobutana 650,3 162,7 6,6
Siklopentana 786,3 157,3 1,2
Sikloheksana 936,8 156,1 0,0
Sikloheptana 1099,2 157,0 0,9
Siklooktana 1258,8 157,3 1,2
a. Konformasi Sikloheksana
Konformasi sikloheksana yang paling stabil adalah konformasi kursi (chair conformation)
karena sudutnya mendekati 1090 (sudut ikatan C-C-C adalah 1110). Konformasi selain kursi,
cenderung tidak stabil. Konformasi sikloheksana dan besar energi potensial relatifnya, dapat
anda simak pada gambar di bawah ini:
5,5 71
kkal/mol Kkal/mol
kursi kursi
2 46
b. Substituen Ekuatorial dan Aksial
Konformasi yang paling stabil dari atom-atom karbon sikloheksana adalah bentuk
kursi. Tiap karbon cincin dari sikloheksana mengikat dua atom hidrogen. Ikatan pada salah
satu hidrogen terletak dalam bidang cincin secara kasar. Hidrogen ini disebut hidrogen
ekuatorial, sedangkan hidrogen yang tegak lurus dengan bidang disebut hidrogen aksial. Tiap
atom karbon sikloheksana mempunyai satu atom hidrogen ekuatorial satu hidrogen aksial.
aksial
H H ekuatorial
Jika atom hidrogen pada suatu sikloheksana digantikan oleh suatu substituen maka
bentuk ekuatorial yang paling disukai, karena bentuk ini merupakan bentuk paling stabil.
Sebagai contoh gugus metil pada metilsikloheksana, konformasi metil pada posisi ekuatorial
memiliki kestabilan 1,8 kkal/mol dibnding konformasi metil pada aksial (suhu kamar; 95%
gugus metil pada posisi ekuatorial).
Bila gugus metil berada pada posisi aksial, maka konformasi cincin siklo akan serupa
dengan konformasi butana dengan gugus-gugus metil yang gauche. Sedangkan bila gugus
metil berada dalam posisi equatorial, konformasi cincin siklo serupa dengan konformasi
butana pada posisi anti.
gauche
H CH3 CH3
CH3
CH3 5
CH3 H C H 6
H
3 2
H H C H 4
H H H gauche
H
butana gauche
CH3 H
H H anti 5
H 6
H CH3
C H CH3
3 2
H H 4
CH3 H C CH3 anti
butana anti H H
3 47
a. Metil sikloheksana
H
tolakan 1,3-diaksial
H 6
H H C 4 5 H
5
2 H
H 1 H H C
1
6
3
3 H H
H
4 2
lebih sedikit tolakan
b. t – butilsikloheksana
aksial 6
H C (CH3)3 4 ekuatorial
5
5
2
H 1 H H C (CH3)3
1
6
3
3 H H
4 2 lebih disukai
H
H
H
CH3
H CH3 CH
CH3 3
aksial, ekuatorial (atau a,e) ekuatorial, aksial (atau e,a)
Gambar 3.5 Konformasi aksial-ekuatorial gugus metil dan t-butil pada molekul
metilsikloheksana dan molekul t-metilsikloheksana.
c. Sikloheksana Terdisubstitusi
Molekul sikloheksana dapat bersifat cis ataupun trans, bila terdisubstitusi oleh dua
gugus molekul atau atom. Bentuk cis dan trans pada sikloheksana adalah isomer geometris
dan pada suhu kamar tak dapat saling-diubah satu menjadi lainnya, dan masing-masing
isomer dapat memiliki aneka ragam konformasi. Sebagai contoh senyawa cis-1,2-
dimetilsikloheksana dan trans-1,2-dimetilsikloheksana, seperti yang terlihat pada gambar
berikut:
CH3 H
CH3
H CH3
H
H
CH3
aksial, aksial(atau a,a) ekuatorial, ekuatorial(atau e,e)
4 48
terdisubstitusi 1,2-sikloheksana, konformasi trans lebih stabil dari cis, karena pada trans kedua
substituen pada posisi ekuatorial.
Tetapi pada kasus tersubstitusi 1,3–dimetilsikloheksana, maka konformasi cis lebih
disukai (lebih stabil) daripada posisi trans, karena pada posisi cis adalah e,e, sedangkan trans
adalah a,e.
Cis-1,3-dimetilsikloheksana:
CH3 H
CH3
CH3
H
H H3 C H
H H
H H
aksial, aksial(atau a,a) ekuatorial, ekuatorial(atau e,e)
lebih stabil dan disukai
Trans-1,3-dimetilsikloheksana:
H CH3 H
CH3
H H
CH3 H H
H
H CH3
Latihan
Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar
kerjakanlah latihan berikut!
1. Konformasi kursi untuk sikloheksana lebih stabil daripada konformasi yang lain! Jelaskan
mengapa demikian?
2. Apakah yang menyebabkan senyawa 1,3-metilsikloheksana, posisi cis lebih stabil
daripada trans?
3. Gambarkan struktur konformasi yang paling stabil dari :
a. 1-metil-1-propilsikloheksana
b. 1-metil-2-propilsikloheksana
c. 1-metil-3-propilsikloheksana
4. Gambarkan konformasi siklobutana dan siklopentana yang paling stabil!
5 49
3. a) CH3
H CH2 - CH2 - CH3
H
H H
H
H H
H H
H
b) H
H H
H CH3
H CH2-CH2- CH3
H H
H H
H
c) H
H H
H
CH3 H
H H
H
H CH2- CH2- CH3
H
3. Karena kedudukan cis pada 1,3-dimetilsikloheksana kedua gugus metil terletak pada
posisi equatorial, sehingga dengan kedudukan ini cis-1,3-dimetilsiklo heksana lebih stabil
daripada posisi trans.
4. Konformasi siklobutana dan siklopentana yang lebih stabil ialah.
4.2.3 Rangkuman
Senyawa yang berbentuk siklis (sp3) mempunyai sudut cincin yang sangat kecil atau
sangat besar dari 109,50, misalnya siklopropana (C3H6 : 600), siklobutana (C4H8 : 900), dan
sikloheksana (C6H12 : 1200), maka secara teoritik senyawa tersebut sangat reaktif dibandingkan
dengan alkana rantai terbuka. Jadi senyawa siklis yang stabil adalah siklopentana (C 5H19 :
1800). Berdasarkan teori dari A.V. Baeyer (1885), secara ideal geometri sudut ikatan yang
terbentuk pada hibridisasi sp3 sebesar 109,50
Sikloheksana ternyata lebih stabil dibandingkan dengan siklopentana, sebab
Sikloheksana tidak mempunyai sudut ikatan 1200, tetapi mengalami pelipatan sudut (pukcered)
mendekati 1090 seperti sp3. Pelipatan sudut dari sikloheksana mendekati 109o menyebabkan
senyawa tersebut lebih stabil dibandingkan dengan senyawa siklo lainnya.
Konformasi sikloheksana bentuk kursi (hair conformation) yang merupakan bentuk
paling stabil karena sudutnya mendekati 1090. Atom-atom hidrogen yang terikat pada atom
karbon yang ada berada pada satu bidang dengan bentuk kursi disebut hidrogen ekuatorial,
6 50
sedangkan hidrogen yang tegak lurus dengan bidang disebut hidrogen aksial. Maka tiap
atom karbon sikoheksana mempunyai satu atom hidrogen ekuatorial dan satu hidrogen
aksial.
Sikloheksana yang terdisubstitusi oleh dua gugus molekul atau atom dapat bersifat
cis ataupun trans. Sikloheksana terdisubstitusi oleh gugus yang besar atau R akan
mempunyai kedudukan yang stabil bila gugus besar tersebut pada posisi ekuatorial. Contoh
konformasi dari 1,2–dimetilsikloheksana dan 1,3–dimetilsikloheksana. Cis-1,2–dimetilsiklo
heksana : a, e = e, a (besar energi sama) trans 1,2–dimetilsikloheksana : a, a < e, e (lebih stabil
1,87 kkal/mol). Jadi dalam kasus terdisubstitusi 1,2–sikloheksana, konformasi trans lebih
stabil dari cis, karena pada trans kedua substituen pada posisi ekuatorial.
Konformasi cis lebih disukai (lebih stabil) daripada posisi trans, dari senyawa yang
tersubstitusi 1,3 – dimetilsikloheksana karena pada posisi cis adalah e,e, sedangkan trans
a,e.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ----------------------------------------------- X 100%
10
4. 2 Kegiatan Belajar 2
7 51
Pemisahan Enantiomer (Resolusi)
CO2H CO2H
H2N C H H C H2N
CH3 CH3
(S)-alanina (R)-alanina
O
║ +
R-C-O-H + R’ – NH2 R – C – O : - R’ NH3
Asam karboksilat Amina Garam
Asam (R) (S) karboksilat bila direaksikan dengan suatu amina yang berupa
enantiomer murni, akan menghasilkan sepasang diastereomer yaitu garam asam (R) amina
dan garam asam amina (S).
Struktur dari kedua produk tersebut bukan merupakan enantiomer satu sama lainnya.
Untuk memperoleh kembali aminanya, diasteroisomer tersebut dipisahkan dengan
menambahkan basa kuat. Amina dan ion karboksilat dapat dipisahkan dengan cara ekstraksi
8 52
dan dietil eter sebagai pelarutnya (amina larut dari dietil eter, sedangkan karboksilat tidak
dapat larut). Kemudian diasamkan dan dapat dihasilkan asam karboksilat.
OH-
(R)-RCO2- (S)-RNH3+ (R)-RCO2- + (S) – RNH2
Amfetamina
4.2.2 Latihan
Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2,
kerjakanlah latihan berikut!
1. Enzim bersifat selektif dalam fungsinya sebagai katalis dalam memisahkan suatu
campuran rasemik. Jelaskan dan berikan contohnya!
4.2.4 Rangkuman
Pemisahan campuran rasemik enatiomer-enantiomer murni secara fisis di
laboratorium disebut resolusi campuran rasemik. Untuk memisahkan sepasang enantiomer
dalam laboratorium ialah mereaksikannya dengan suatu reagensia kiral sehingga diperoleh
sepasang produk diastereomer.
Senyawa kimia yang lazim digunakan secara komersial adalah senyawa amina yaitu
amfetamina dengan rumus :
CH3
9 53
|
C6H5 – CH2CHNH2
Amfetamina
OH-
(R)-RCO2- (S)-RNH3+
Tuliskan struktur produk reaksinya.
5. Apakah hasil reaksi produk dari soal no. 5 bila direaksikan dengan HCl ialah ....
6. Gambarlah stereoisomer–stereoisomer dari senyawa berikut. Ramalkan pasangan
enantiomer dan bentuk meso-nya, bila ada!
a. Br b. HN
OH HOOC
7. Gambarlah rumus untuk kesetimbangan kursi untuk kedua enantiomer dan buatlah
model bayangan cermin untuk tiap enantiomer trans–1,3-dimetilsiklo heksana!
3.
10 54
OH CH2C6H5
CH3CHCO2H + H2N C H
CH3
(R)(S) (S)
CH2C6H5 CH2C6H5
CO2- CO2-
+ +
H C OH H3N C H + H C OH H3N C H
(R,S) (S,S)
4.
CH3
CH3
H CH3
H3C
H
H H
a,a e,e
Tes Formatif 2
1. Kromatografi gas
2. Amfetamina, jawaban sudah cukup jelas
3. Resolusi jawaban sudah cukup jelas
4. Pemutaran bidang polarisasi
5. (R)-RCO2- + (S)-R-NH2
6. (R)-RCO2-
7. Tak ada struktur yang memiliki bentuk meso
(a) Br Br Br Br (b)
CO2H HO2C
OH HO H H
H H H
H N H H N
H H OH HO
H H
cis enantiomer trans enantiomer enantiomer
8.
11 55
enantiomer ( R, R) enantiomer (S,S)
cermin
H H3C H
CH3
CH3 H H CH3
cermin
H
H
H3C
H3C CH3
CH3
H
H
9.a.
H
5 1 6
6 4 5 H
CH3 H
2 H 2
3
4 3
CH3 1
CH3 CH3
H cermin H
5 1 2 4
6 3
CH3
3 2 H H 1 6
4 5
CH3 CH3
A
B
or H
CH H
H 3
CH3 CH3 CH3
12 56
Daftar Pustaka
1. Allinger, N. L. et. al, 1976., Organic Chemistry, 2nd edition, Worth Printing, Inc., New York
2. Eliel, E. I., 1981., Stereochemistry of Carbon Compounds, Tata Mc Graw-Hill Publishing
Company Ltd., New Delhi
3. H. Hart/Suminar Achmad; (1987), Kimia Organik, Suatu Kuliah Singkat. Jakatra: Penerbit
Erlangga.
4. Morrison & Boyd, 1970., Organic Chemistry, 2nd. Ed., Worth Publishers, Inc.
5. R.J.Fessenden, J. S. Fessenden/A. Hadyana Pudjaatmaka (1986). Kimia Organik, (terjemahan
dari Organic Chemistry, 3rd Edition), Erlangga, Jakarta
6. Solomons, T.W., 1982., Fundamentals of Organic Chemistry., John Willey & Sons. Inc.,
Canada.
7. Wahyudi/Ismono; (2000)., Kimia Organik 3, Depdikbud, Jakarta
13 57