Peneliti dalam penelitian kualitatif bertindak sebagai instrumen dimana fasilitas yang dimiliki
sebagai instrumen ialah indera yang dimiliki. Komunikasi dijadikan sebagai pedoman dalam
pengumpulan data secara kualitatif melalui sebuah interview atau wawancara. Komunikasi
yang baik dalam berwawancara adalah interaksi yang terencana, dan wawancara
harus ditujukan untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan untuk mecapai
tujuan (Alwasilah, 2003). Pewawancara hendaknya memahami makna dari wawancara agar
ketika proses wawancara berlangsung tidak menyebabkan responden berbicara secara acak.
Menurut Moleong (2009) wawancara ialah sebuah percakapan yang dilakuan oleh dua belah
pihak yaitu pewawancara dan responden yang memberikan jawaban atas pertanyaan dari
pewawancara. Menurut Benney & Hughes (dalam Denzin, 2009, halaman 501), wawancara
adalah seni bersosialisasi, pertemuan “dua manusia yang saling berinteraksi dalam jangka
waktu tertentu berdasarkan kesetaraan status, terlepas apakah hal tersebut benar-benar
kejadian nyata atau tidak”. Dengan demikian wawancara dapat menjadi alat/perangkat
dan juga dapat sekaligus menjadi objek. Menurut Sanapiah Faisal (1982) wawancara
merupakan angket lisan, maksudnya responden atau responden mengemukakan informasinya
secara lisan dalam hubungan tatap muka, jadi responden tidak perlu menuliskan jawabannya
secara tertulis. Singkatnya interview atau wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan proses tanya jawab secara lisan, baik langsung maupun tidak
langsung.
Jenis-jenis wawancara yang akan dibahas dalam bagian ini adalah tiga jenis wawancara yaitu
wawancara terstruktur, tak terstruktur dan wawancara kelompok. Hal tersebut didasarkan atas
beberapa tinjauan yaitu jumlah responden, fungsi, data dan informasi serta perencanaan
pertanyaan.
a. Wawancara terstruktur ialah wawancara yang sudah ditetapkan apa saja pertanyaannya.
Dimana seorang peneliti memberikan pertanyaan yang ditujukan pada responden
berdasarkan kategori-kategori jawaban tertentu. Peneliti bisa menerapkan metode
pertanyaan terbuka yang tidak menuntut keteraturan namun pertanyaan sebaiknya
disiapkan terlebih dahulu oleh peneliti. Tak hanya membuat soal, peneliti juga
sebaiknya telah menetapkan skema kode dalam mencatat jawaban-jawaban tersebur
(Moleong, 2009). Penggunaan tipe wawanara ini menharuskan peneliti dalam
mengurutkan kuisioner yang akan diajukan pada responden sehingga dapat
mengendalikan proses wawancara.
Penggunaan teknik wawancara terstruktur ini bertujuan dalam meminimalisir beberapa
kesalahan terjadi. Namun peneliti masih harus memahami bahwa wawancara akan
berkaitan dengan konteks interaksi sosial dan sangat dipengaruhi konteks tersebut.
Teknik wawancara terstruktur ini sebaiknya dilakukan oleh beberapa pewawancara
karena responden terhitung cukup banyak, dalam menyesuaikan keterampilan antar
pewawancara bisa dilakukan training. Beberapa pedoman instruksional yang penting
untuk diikuti sebagai acuan proses wawancara ialah sebagai berikut
Hindari dalam menggunakan pemaparan panjang mengenai penelitian yang
berlangsung
Menjelaskan tujuan dari penelitian dan bahasa pertanyaan yang digunakan serta
urutan pertanyaan
Hidari memberi orang lain kesempatan dalam mengiterupsi proses wawancara, dan
jangan biarkan orang lain mewakili jawaban responden, atau menawarkan opini
pengganti dari pertanyaan yang seharusnya dijawab responden
Hindari menawarkan bantuan jawaban pada responden
Hindari memberikan pandangan pribadi mengenai sebuah topik ataupun pertanyaan
Hindari penafsiran makna pertanyaan yang sebaiknya dilakukan adalah mengulangi
pertanyaan, dan menyampaikan semua instruksi serta memberi klarifikasi
Hindari melakukan improvisasi (Denzin, 2009)
Kecakapan yang harus dimiliki oleh seorang pewawancara kelompok adalah sebagai
berikut:
Mampu mengontrol masing-masing individu atau koalisi tertentu yang mengalah
pada dominasi kkelompok
Mampu mendorong responden yang tidak disiplin untuk berperan aktif
Memperoleh jawaban dari setiap individu untuk memastikan ketercakupan topik
wawancara secarala mennyeluruh
Mampu meyeimbangkan perannya sebagai fasilitator dan mediatir yang menyangkut
pengelolaan dinamika kelompok yang sedang diteliti
Hasil suatu wawancara sangat tergantung kepada cara pewawancara dalam mengajukan
pertanyaan kepada responden yang diwawancarai. Isi dan maksud dari sebuah pertanyaan
dapat menjadi beragam disebabkan adanya perbedaan dari tujuan dan permasalahan
penelitian, kerangka teoritis, dan juga pemilihan peserta pemilihan. Oleh karena itu perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Millan, 2001)
Menurut Patton(Millan, 2001; Alwasilah, 2003; Moleong, 2009, dan Sugiyono, 2009), ada
enam jenis pertanyaan dan setiap pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara akan terkait
dengan salah satu dari pertanyaan lainnya.
Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau perilaku
Pertanyaan ini berkaitan dengan apa yang dibuat dan telah diperbuat oleh seseorang
yang ditujukan untuk mendeskripsikan pengalaman, perilaku, tindakan, dan kegiatan
yang dapat diamati pada waktu kehadiran pewawancara
Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai
Pertanyaan jenis ini ditujukan untuk memahami proses kognitif dan interpretative dari
subjek yang menceritakan tujuan, keinginan, harapan, dan nilai, sedangkan
jawabannya memberikan gambaran tentang apa yang dipikirkan tentang dunia atau
tentang suatu program khusus
Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
Pertanyaan yang ditujukan untuk dapat memahami respons emosional seseorang
sehubungan dengan pengalaman dan pemikirannya
Pertanyaan tentang pengetahuan
Pertanyaan yang diajukan untuk memperoleh pengetahuan faktual yang dimiliki
responden dengan asumsi bahwa suatu hal dipandang dapat diketahui bukan pendapat
atau perasaan, atau merupakan hal-hal yang diketahui seseorang, melainkan fakta dari
kasus itu.
Pertanyaan yang berkaitan tentang indera
Pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang dilihat, didengar, diraba, dirasakan, dan
dicium yang memberikan kesempatan kepada pewawancara untuk memasuki
perangkat indera responden
Pertanyaan yang berkaitan tentang latar belakang atau demografi
Pertanyaan yang berusaha menemukan ciri-ciri pribadi orang yang diwawancarai
yang jawabannya dapat membantu pewawancara menemukan hubungan responden
dengan orang lain
2.5.1 Menata urutan pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara merupakan hasil evolusi dari pertanyaan penelitian
menjadi pertanyaan interviewe yang siap digunakan untuk wawancara. Evolusi tersebut dapat
digambarkan dengan diagram berikut (Alwasilah, 2003):
2.5.2 Perencanaan wawancara
Pertanyaan yang disusun harus tetap berpegang pada hal-hal berikut ini (Alwasilah, 2003):
Topik yang pasti
Pertanyaan sesuai topik
Pertanyaan yang tuntas
Responden yang tepat
Pengaturan waktu wawancara yang baik
Transaksi wawancara sesegera mungkin.
Agar wawancara dapat menghasilkan informasi atau data yang baik, perlu juga diperhatikan
langkah-langkah yang dapat mempertinggi hasil pengumpulan data yaitu:
Menetapkan sampel yang akan di wawancarai
Menyusun pedoman wawancara
Mencobakan wawancara (try out)
Berhubungan dengan terwawancara (orang yang diinterview)
Perencanaan yang diuraikan disini menitik beratkan wawancara tak terstruktur karena untuk
wawancara terstruktur sudah cukup dengan petunjuk yang tersedia. Menurut Moleong (2009),
persiapan wawancara tak terstruktur dapat diselenggarakan menurut tahap-tahap sebagai
berikut:
Menemui siapa yang akan diwawancarai
Mencari tahu bagaimana cara yang sebaiknya untuk mengadakan kontak dengan
responden
Mengadakan persiapan yang matang untuk pelaksanaan wawancara
Di samping hal-hal di atas, efektivitas dari sebuah wawancara sangatlah ditentukan oleh
penekanan yang efisien dari sebuah topik dan juga rangkaian pertanyaan-pertanyaan yang
dibuat. Petunjuk untuk membuat wawancara lebih efektif adalah (Millan, 2001)
Penekanan dalam wawancara.
Untuk pertanyaan yang begitu luas sebaiknya disusun lebih spesifik dan ini perlu
ditekankan. Peneliti atau pewawancara harus berbicara lebih sedikit daripada
responden
Penyampaian tujuan dan fokus dari peneliti
Penyampaian tujuan penelitian biasanya dibuat dan disampaikan pada permulaan
wawancara
Variasi urutan pertanyaan
Biasanya sebuah pertanyaan dikelompokkan berdasarkan topik, namun dalam
beberapa hal, susunan pertanyaan yang ada pada naskah wawancara dapat
dikesampingkan, karena responden (peserta wawancara) telah memaparkan
pengalamannya secara terperinci (dapat merupakan catatan lapangan)
Pertanyaan demografi
Pengumpulan data dalam pertanyaan demografi, biasanya dilakukan pada permulaan
wawancara untuk membentuk hubungan dan pehatian agar lebih terfokus
Pertanyaan kompleks, kontroversial, dan sulit
Wawancara hendaknya dimulai dari pertanyaan yang bersifat deskriptif, terbaru, dan
kemudian bergerak ke pertanyaan yang membutuhkan pemahaman dan penjelasan
yang lebih kompleks
Menurut Creswell (1998), bahwa wawancara merupakan proses yang mengikuti prosedur
dengan serangkaian langkah-langkah sebagai beikut:
Mengidentifikasi responden yang diwawancarai dengan sampel yang diambil secara
purposif sampling
Menentukan jenis wawancara yang dapat menghasilkan informasi yang sangat
bermanfaat dalam menjawab pertanyaan penelitian
Dalam melakukan wawancara satu-satu atau fokus pada kelompok, sebaiknya
menggunakan prosedur pencatatan yang memadai
Menggunakan bentuk desain protokol wawancara
Menentukan tempat untuk melaksanakan wawancara
Mendapat persetujuan dahulu dari orang yang akan diwawancarai untuk berpartisipasi
dalam penelitian
Selama wawancara, pertanyaan-pertanyaan harus dikuasai oleh pewawancara, bila
pertanyaan-pertanyaan telah selesai dijawab dalam waktu tertentu, dengan hormat dan
sopan, pewawancara menawarkan beberapa pertanyaan lanjutan atau memberikan
beberapa saran.
Pewawancara hendaknya mengikuti tata aturan dan kesopanan yang dianut oleh responden
yang diwawancarai sebagai berikut (Moleong, 2009):
Pewawancara berpakaian sepantasnya
Pewawancara senantiasa menepati janji, terutama janji waktu
Pewawancara memperkenalkan diri terlebih dahulu
Lingkungan tempat wawancara nyaman danmenyenangkan
Pewawancara bertindak sebagai seorang yang netral
Pewawancara mengembangkan kemampuan mendengan yang baik, akurat dan tepat
agar apa yang didengarnya secara tepat dapat dimanfaatkan sebagai informasi yang
menunjang pemecahan masalah penelitian
Menurut Dexter (Alwasilah, 2003), hubungan baik antara pewawancara dengan responden
ditentukan oleh 3 (tiga) hal, yaitu:
Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan responden untuk mendapatkan data yang
akurat dan data yang sebenarnya. Untuk itu pewawancara harus memiliki sekurang-
kurangnya 5 (lima) keahlian atau keterampilan dalam menjalin komunikasi dengan
responden, yaitu: akses lokasi dengan responden,memahami bahasa dan budaya responden,
bagaimana mencitrakan diri terhadap responden, bagaimana menemukan informan,
bagaimana meraih kepercayaan responden (Denzin, 2009). Dan hal yang paling rawan adalah
menanamkan kepercayaan dan menjalin kerjasama dengan responden (Moleong, 2009)
dimana hal tersebut bisa diatasi dengan gaya komunikasi yang lebih rama.
Kebaikan interview sebagai teknik pengumpulan data didalam penelitian, adalah antara lain
(Black, 1976):
Interview merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi
subyek wawancara
Dapat dilaksanakan terhadap setiap tingkatan umur
Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi
Memungkinkan peneliti, untuk memperoleh dan mengumpulkan data dalam jangka
waktu yang lebih cepat
Memberikan jaminan kepada peneliti, bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepada responden, mendapatkan jawaban yang dikehendaki oleh peneliti
Memungkinkan peneliti untuk bersikap tidak terlampau kaku atau ketat
Peneliti lebih banyak dapat menerapkan pengawasan dan pengendalian terhadap
situasi yang dihadapi, didalam penerapan wawancara
Data yang diberikan oleh responden, secara langsung dapat diperiksa kebenarannnya,
melalui tingkah laku non verbal dari responden
Selain itu wawancara memiliki kelemahan yaitu sebagai berikut (Black, 1976):
Tidak efisiennya waktu dan tenaga karena sulit diprediksi berapa lama dan berapa kali
wawancara akan dilakukan dengan responden
Sangat tergantung kepada kesediaan, kemampuan dan keadaan
Didalam wawancara adakalanya timbul masalah, apakah jawaban atau keterangan
yang diberikan oleh responden dapat dipercayai atau tidak
Tidak jarang bahwa pewawancara mengalami keadaan-keadaan yang kurang
menyenangkan, yang mengakibatkan terjadinya kekeliruan didalam pengumpulan
serta pencatatan data penelitian
Situasi wawancara kadang-kadang tidak dapat dipertahankan
Daftar Pustaka