Oleh Kelompok 6 :
Diana Rahma Ayunita (150351600572)
Fatricia Parenden (150351606069)
Resti Endang Kusuma N (150351600572)
Risty Triskarevi R (150351605683)
Rosita Dwika M (150351600932)
NOVEMBER 2017
A. Tujuan
1. Dapat mengisolasi DNA dari bawang bombay
2. Dapat melakukan uji kualitatif DNA
B. Alat dan Bahan
Alat:
1. Mortar dan pistil
2. Corong kaca
3. Beaker glass
4. Batang pengaduk
5. Kertas saring
6. Tabung reaksi (150 x 18 mm)
Bahan:
1. Bawang Bombay
2. Pasir
3. Detergen
4. NaCl
5. Etanol Absolut
6. Buffer Sitrat (II)
7. Larutan Glukosa
8. Larutan Ribosa
9. Larutan Deoksiribosa
10. Reagen Diphenglumine
11. Etanol 95%
C. MSDS
1. NaCl
Kesehatan : Tidak Iritan
0
0
kemungkinan terbakar : Tidak mudah terbakar
0
reaktivitas : Reaktivitas rendah
2. Etanol Absolute
3
Kesehatan : Iritan
1 0
kemungkinan terbakar : Mudah terbakar
reaktivitas : Reaktivitas rendah
3. Etanol 95%
4. Larutan Glukosa
Kesehatan : Iritan
kemungkinan terbakar : Mudah terbakar
1
1 0 reaktivitas : Reaktivitas rendah
5. Reagen Diphenylamine
Kesehatan : Iritan
1
3 0 kemungkinan terbakar : Mudah terbakar
G. Analisis Data
3,0 𝑔𝑟𝑎𝑚
% 𝑐𝑎𝑠𝑒𝑖𝑛 = 𝑥 100
50,858 𝑔𝑟𝑎𝑚
% 𝑐𝑎𝑠𝑒𝑖𝑛 = 5,9 %
H. PEMBAHASAN
Pembuatan kasein yang dilakukan dalam percobaan ini dengan
menggunakan susu sapi murni. Perlakuan pertama pembuatan kasein dilakukan
dengan memanaskan susu sapi murni 50 ml dalam air panas sampai 40oC.
Pemanasan ini bertujuan untuk menurunkan kelarutan protein sehingga dapat
mengendapkan protein susu pada kondisi yang sesuai atau pemanasan ini dapat
menyebabkan denaturasi rusaknya struktur protein jika pada temperature yang
berlebih sehingga mempercepat pengendapan protein. Tapi pemanasan pada suhu
ini, kasein tidak mengalami pengendapan. Pada dasarnya kasein merupakan
protein yang stabil terhadap pemanasan dan tidak mengalami denaturasi apabila
air susu dipanaskan. Tapi pemanasan ini akan mengubah stabilitas kasein dan
menyebabkan kasein nantinya mudah dilakukan pengendapan.
Lalu menambahan asam asetat glasial 10 tetes pada susu setelah
pemanasan setetes demi setetes sampai kasein mengendap. Penambahan asam
mengakibatkan penambahan ion H+ sehingga akan menetralkan protein dan
menuju tercapainya pH isoelektrik. Pada titik isoelektris ini kasein bersifat
hidrofobik, kasein akan berikatan antar muatannya sendiri membentuk lipatan ke
dalam sehingga terjadi pengendapan yang relatif cepat.
Penambahan asam cuka (asam asetat glasial) pada susu yang telah
dipanaskan berarti menambahkan konsentrasi dari ion H+ yang kemudian akan
mengadakan reaksi dengan muatan negatif protein yang berasal dari gugus
hiroksil bebasnya. Semakin banyak konsentrasi H+ yang ditambahkan maka
semakin banyak pula penurunan pH dari susu sehingga titik isoelektriknya
semakin dekat. Apabila pH isoelektrik sudah tercapai maka muatan yang saling
berlawanan akan saling menetralkan sehingga akan terbentuk gumpalan. Titik
isoelektris kasein pH 4,6 – 5,0 dan pada titik ini kasein mudah sekali mengendap.
Dalam kondisi asam atau pH yang rendah, kasein akan mengendap karena
memiliki kelarutan yang rendah pada kondisi asam.
Penambahan asam dapat menghilangkan muatan listrik dari partikel kasein
karena asam akan mengikat kalsium dan kalsium kaseinat, sehingga kasein
menjadi terlepas dan terbentuk endapan.
Adapun reaksi pengendapan dengan cara pengasaman sebagai berikut :
H2NR-COO- + H+ → +
H3NR-COO (R, kasein protein)
Kasein misel Kasein asam
(pH = 6,6) (pH = 4,6)
Koloid dispersi Partikel tidak larut
Larutan dan endapan yang terbentuk ini disaring dengan menggunakan
kertas saring untuk memisahkan endapannya. Didapatkan endapan kasein yang
berwarna putih. Semua cairan juga perlu diperas agar diperoleh kasein yang
optimal, hal ini dimungkinkan masih terdapatnya kasein pada cairan tersebut
meskipun sangat sedikit.
Endapan yang terbentuk disuspensi dengan menggunakan etanol 95%. Hal
ini bertujuan karena kasein tidak larut dalam etanol, maka dapat untuk
memisahkan kasein dengan protein lain sehingga diperoleh hanya kasein saja.
Protein selain kasein akan melarut sedangkan kasein tetap berbentuk endapan
yang tidak dapat melarut. Seperti yang telah diketahui pada susu sapi mengandung
protein mencapai 3,25% di mana 82% protein susu adalah kasein dan 18% adalah
serum atau protein whey. Jadi sangat mungkin saat pengendapan dengan asam,
protein lain selain kasein ikut mengendap.
Selanjutnya mendekantasi larutan, hal ini bertujuan untuk memisahkan
endapan dengan larutannya.
Endapan yang diperoleh disuspensi kembali dengan campuran etanol dan
eter (larutan dietil eter-etanol ) dengan perbandingan 1:1. Hal ini bertujuan untuk
memisahkan lemak dari endapan kasein di mana lemak akan ikut melarutbersama
dengan eter, hal ini karena eter dan lemak memiliki sifat kepolaran yang tidak
berbeda jauh. Sedangkan etanol akan melarutkan protein atau senyawa lain selain
kasein sedangkan kasein masih berada dalam bentuk endapannya karena kasein
tidak larut dalam etanol sehingga akan diperoleh kasein yang lebih murni.
Kemudian memindahkannya ke dalam kertas saring untuk menghisap
cairan yang masih ada dalam endapan. Mencuci endapan dengan eter
dimaksudkan agar memurnikan endapan kasein yang diperoleh.
Berdasarkan hasil percobaan kasein yang diperoleh dari dalam susu sapi
berwarna putih. Hal ini hampir sesuai dengan literatur. Dan kadar kasein dalam
sampel susu sapi murni yang diperoleh sebesar 3 gram dalam 50,858 gram susu
sapi murni. Sehingga persen kasein sebesar 5,9 %. Berdasarkan literatur, protein
dalam susu mencapai 3,25% dan dalam susu sapi 82% protein susu adalah kasein
sehingga kadar kasein dalam susu sapi sebesar 2,665%.Kemungkinan hasil kurang
mendekati teori di karenakan ada zat lain yang tercampur atau mengendap
bersama kasein atau adanya protein lain yang terjebak (oklusi) dalam kasein.
I. Kesimpulan