Anda di halaman 1dari 16

PERCOBAAN 3

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI CASEIN


LAPORAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Praktikum Biokimia
Yang dibina oleh Bapak Muntolib, S.Pd, M.Si

Oleh Kelompok 6 :
Diana Rahma Ayunita (150351600572)
Fatricia Parenden (150351606069)
Resti Endang Kusuma N (150351600572)
Risty Triskarevi R (150351605683)
Rosita Dwika M (150351600932)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PRODI PENDIDIKAN IPA

NOVEMBER 2017
A. Tujuan
1. Dapat mengisolasi DNA dari bawang bombay
2. Dapat melakukan uji kualitatif DNA
B. Alat dan Bahan
Alat:
1. Mortar dan pistil
2. Corong kaca
3. Beaker glass
4. Batang pengaduk
5. Kertas saring
6. Tabung reaksi (150 x 18 mm)
Bahan:
1. Bawang Bombay
2. Pasir
3. Detergen
4. NaCl
5. Etanol Absolut
6. Buffer Sitrat (II)
7. Larutan Glukosa
8. Larutan Ribosa
9. Larutan Deoksiribosa
10. Reagen Diphenglumine
11. Etanol 95%

C. MSDS

1. NaCl
Kesehatan : Tidak Iritan
0
0
kemungkinan terbakar : Tidak mudah terbakar
0
reaktivitas : Reaktivitas rendah
2. Etanol Absolute

3
Kesehatan : Iritan
1 0
kemungkinan terbakar : Mudah terbakar
reaktivitas : Reaktivitas rendah
3. Etanol 95%

Kesehatan : Iritan ,korosif


3
kemungkinan terbakar : Mudah terbakar
2 0
reaktivitas : Reaktivitas rendah

4. Larutan Glukosa
Kesehatan : Iritan
kemungkinan terbakar : Mudah terbakar
1
1 0 reaktivitas : Reaktivitas rendah

5. Reagen Diphenylamine

Kesehatan : Iritan
1
3 0 kemungkinan terbakar : Mudah terbakar

reaktivitas : Reaktivitas rendah


D. PROSEDUR DAN ANALISIS PROSEDUR

No. Prosedur Analisis Prosedur


1. Pengendapancasein
50 gram susu
- Dimasukkan 50 gram susu ke
dalam beaker glass
- Dipanaskan dalam water bath -agar terbentuk endapan pada susu
- Diaduk larutan secara konstan -agar panas susu ketika dipanaskan
dengan menggunakan batang merata
pengaduk.
- Dikeluarkan beaker glass dari -jika temperatur atau suhu melebihi 40°C
water bath, saat temperatur susu akan mengalami denaturasi.
water bath mencapai 40°C
- Ditambahkan dengan 10 tetes -penambahan asam asetat glasial berguna
asam asetat glasial sambil untuk mengasamkan pH dari susu, namun
diaduk jika pH susu 5 maka tidak usah
ditambahkan dengan asam asetat glasial.
- Diamati bentuk endapannya
Hasil
No. Prosedur Analisii Prosedur
2. Filtrasi casein
Campuran dari hasil pegendapan
casein
- Disaring campuran ke dalam -agar dapat dipisahkan endapannya
100 mL glass beaker dengan dengan air pada susu
jalan dialirkan melalui kertas
saring yang ada pada corong
kaca.
- Dihilangkan air dengan cara -diperas kertas saring dengan perlahan
perlahan. agar bisa dipisahkan airnya dan
kertas saring tidak rusak
- Dipindahkan filtrat ke dalam
beaker.
- Disisihkan endapan dari kertas
saring ke dalam botol kosong
dengan menggunakan spatula
atau pengaduk
- Ditambahkan 25 mL etanol -Dengan penambahan etanol 95%
95% ke dalam botol yang untuk mengikat lemak
berisi endapan.
- Diaduk selama 5 menit
sehingga terbentuk padatan.
-dituangkan cairan yang berisi
lemak ke dalam beaker glass
secara hati-hati kemudian
dibuang ke dalam kontainer
sampah.
- ditambahkan 25 mL larutan
dietil eter-etanil ke dalam residu
yang didapat
-diaduk selama 5 menit
-dikumpulkan padatan dengan
menggunakan penyaring.
-disebarkan casein pada kertas -dibiarkan kering agar kandungan air
saring dan dibiarkan kering hilang sehingga casein dapat
ditimbang beratnya
-Ditimbang berat casein
kemudian dihitung pesentase
casein susu dan dicatat hasilnya
Hasil
E. DASAR TEORI
Susu terdiri dari tiga komponen utama yaitu air, lemak dan protein.
Disamping itu susu adalah bahan makanan yang sempurna karena mengandung
protein, lemak, karbohidrat (laktosa), vitamin, dan garam anorganik. Dalam susu
terdapat fosfat baik sebagai protein maupun sebagai ion posfat anoorganik.
Kesegaran susu dapat ditandai dengan masih aktifnya enzim-enzim yang terdapat
didalamnya, diantaranya amylase, lipase, peroksidase, katalase, dan
sebagainya.(Martoharsono, 1975).
Protein menyediakan amino yang penting untuk tubuh dan digunakan
sebagai pondasi untuk pembentukan otot, tetapi tidak semua protein sama. Protein
yang terbesar dalam susu adalah kasein dan whey. Kedua protein susu ini sama-
sama sumber asam amino essensial yang sempurna, tetapi mereka berbeda dalam
satu aspek yang penting, whey adalah protein yang cepat dicerna dan kasein
adalah protein yang lambat dicerna.(Anna Pudjianti. 1999)
Protein susu terbagi menjadi dua, yaitu Casein yang dapat diendapkan oleh
asam dan Rennin, serta protein whey yang dapat mengalami denaturasi oleh panas
pada suhu 65°C. Casein dalam susu mencapai 80 % dari total protein.
Pengasaman susu oleh aktivitas bakteri menyebabkan mengendapnya casein.
Whey adalah cairan susu tanpa lemak dan casein. Pasteurisasi susu dilakukan
untuk mencegah kerusakan karena mikroorganisme dan enzim. Ada 2 macam
metode pasteurisasi susu yaitu Holding methode dan HTST (High Temperature
Short Time ) (Retno, et al., 2005).
Kasein merupakan sebuah fosfoprotein. Kasein tidak dapat larut
padatitikisoelektriknya, pH 4.6, namun karena pH susu mendekati 7.0, tidak
diragukankasein akan berada sebagai sebuahgaram, yakni kalsium kaseinat. Pada
bahwa asidifikasi (pengasaman),kasein akan mengendap:

Ca – kasein + 2HCl Kasein + CaCl2


Pada pengasaman susu, reaksi yang sama akan terjadi. Rennin juga akan
mengendapkan kasein. Bagaimanapun juga, hal ini tidak sepenuhnya benar,
karena pencernaan parsial juga ikut ambil bagian dalam reaksi tersebut, dimana
beberapa fragmen dan protein akan memisah. Hal ini berbeda dengan
pengendapan dengan menggunakan asam yang hasil endapannya mengandung
kalsium.Faktanya, pada ketiadaan kalsium, pengendapan tidak akan terjadi seperti
ini:
Ca – kaseinatCa – parakaseinat + Peptida
Namun,
KaseinParakasein + Peptida
Parakasein akan tetap berada dalam larutan hingga ion Ca2+ ditambahkan:
Parakasein + Ca+ Ca – parakaseinat
Hal ini dapat ditunjukan dengan menambahkan sejumlah asam oksalat
kedalam susu, dan akan melalui penyaringan, susu tanpa kalsium. Rennin, jika
dimasukkan kedalam susu tanpa kasium itu, tidak akan menggumpalkan kasein
dalam susu tersebut, dibandingkan dengan rennin yang akan menggumpalkan susu
biasa dalam beberapa menit. Penambahan berikutnya, garam kalsium yang dapat
larut, dalam jumlah berlebih, akan membawa gumpalan turun kedalam wadah.
Bila rennin ditambahkan kedalam susu yang dididihkan, tidak akan ada gumpalan,
sebab pemanasan telah menyebabkan kalsium menjadi terendapan sebagai
Ca3(PO4)2. Susu yang digumpalkan atau “junket” sering digunakan dalam
makanan Amerika. Pada kondisi yang sesuai, enzim proteolitik lain akan
menyebabkan susu menggumpal dengan cara ini, namun rennin, enzim yang
berada dalam perut keempat pada sapi muda, sangat efektif dan sangat efektif dan
sangat jelas efeknya terbatas pada pencernaan ini (Kleiner and Orten, 1966).
Susu merupakan bahan pangan yang memiliki komponen spesifik seperti
lemak susu, kasein (protein susu, dan laktosa (karbohidrat susu). Seperti halnya
asam amino, protein susu (kasein) juga bersifat amfoter. Protein dalam susu
mencapai 3,25%. Struktur primer terdiri dari rantai polipeptida dari asam-asam
amino yang disatukan ikatan-ikatan peptida (peptida linkages). Protein juga
memiliki pH isoelektrik tertentu. pH isoelektrik merupakan suati nilai pH dimana
jumlah muatan listrik positif sama dengan muatan negatifnya. Pada pH tersebut,
protein tidak bermuatan positif maupun negatif, sehingga dapat membentuk
agregat (gumpalan-gumpalan yang keruh) dan mengendap, karena sebagian
protein menunjukkan kelarutan yang minimal pada pH isolektriknya. Sifat inilah
yang akan digunakan untuk memisahkan atau mengisolasi kasein dari susu.
Protein susu memiliki protein-protein spesifik. Salah satunya adalah kasein.
Kasein merupakan komponen terbesar dalam susu dan sisanya berupa whey
protein. kadar kasein pada protein susu mencapai 80%. Kasein terdiri atas
beberapa fraksi seperti alpha-casein, beta casein, dan kappa-casein. Kasein
merupakan salah satu komponen organik yang melimpah dalam susu bersama
dengan lemak dan laktosa. (Shiddieqy, 2004).

Kasein merupakan protein konjugasi antara protein dengan fosfat


membentuk fosfoprotein. Kasein berupa serbuk amorf warna putih. Dalam
kaseintidak hanya terdiri dari zat-zat organik, melainkan mengandung juga zat
anorganil seperti kalsium, fosfor, dan magnesium. Dalam keadaan murni, kasein
berwarna putih seperti salju, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa yang khas.
Kasein murni tidak larut dalam air dingin dan garam netral. Kasein terdispersi
dalam air panas, basa, dan garam basa seperti natrium asetat, dan natrium oksalat
(Silalahi, 2006).

Kegunaan dari ammonium sulfat untuk perpisahan protein adalah untuk


mempercepat dalam menghubungkan klasifikasi dari albumin dan globulin.
Sodium sulfat lebih sesuai untuk memisahkan analitik dari plasma protein
(Cantarow and Schepartz, 1963).
F. Data

1. Massa susu 50 ml = 50,858 gram


2. pH susu (filtrat) =5
3. Bentuk endapan 1 gumpalan
4. Kertas Saring = 0,499 gram
5. Berat casein kering = 3,0 gram

G. Analisis Data

Setelah melakukan percobaan sehingga didapatkan data maka dapat


dilakukan analisis data sebagai berikut :

Pertama – tama kita mengambil 50 mL susu murni dengan berat sebesar


50,858 gram yang dimasukkan kedalam beaker glass kemudianmemanaskan susu
murni di dalam water bath sampai suhunya mencapai 40⁰ C. Setelah itu
ditambahkan 10 tetes asam asetat glasial sehingga membentuk gumpalan atau
endapan. Setelah itu larutan disaring untuk memisahkan endapannya dengan air.
Hasil dari endapan tersebut kemudian dimasukkan kedalam beaker glass dengan
menambahkan 25 mL etanol 95 % diaduk sehingga terbentuk padatan. Setelah itu
ditambahkan 25 mL larutan dietil eter-etanol kedalam residu yang telah didapat
dan diaduk sampai tercampur. Padatan tersebut adalah casein kemudian disaring
menggunakan kertas saring kemudian menyebarkannya di atas kertas saring lalu
dibiarkan kering baru dilakukan penimbangan terhadap casein kering tersebut.
Berat dari casein kering yang didapatkan sebesar 3,0 gram. Setelah mendapatkan
berat casein kering tersebut maka kita dapat menghitung persentase casein dalam
susu dengan rumus :

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑠𝑒𝑖𝑛


% 𝑐𝑎𝑠𝑒𝑖𝑛 = 𝑥 100
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑢𝑠𝑢

3,0 𝑔𝑟𝑎𝑚
% 𝑐𝑎𝑠𝑒𝑖𝑛 = 𝑥 100
50,858 𝑔𝑟𝑎𝑚

%𝑐𝑎𝑠𝑒𝑖𝑛 = 0,059 𝑥 100

% 𝑐𝑎𝑠𝑒𝑖𝑛 = 5,9 %
H. PEMBAHASAN
Pembuatan kasein yang dilakukan dalam percobaan ini dengan
menggunakan susu sapi murni. Perlakuan pertama pembuatan kasein dilakukan
dengan memanaskan susu sapi murni 50 ml dalam air panas sampai 40oC.
Pemanasan ini bertujuan untuk menurunkan kelarutan protein sehingga dapat
mengendapkan protein susu pada kondisi yang sesuai atau pemanasan ini dapat
menyebabkan denaturasi rusaknya struktur protein jika pada temperature yang
berlebih sehingga mempercepat pengendapan protein. Tapi pemanasan pada suhu
ini, kasein tidak mengalami pengendapan. Pada dasarnya kasein merupakan
protein yang stabil terhadap pemanasan dan tidak mengalami denaturasi apabila
air susu dipanaskan. Tapi pemanasan ini akan mengubah stabilitas kasein dan
menyebabkan kasein nantinya mudah dilakukan pengendapan.
Lalu menambahan asam asetat glasial 10 tetes pada susu setelah
pemanasan setetes demi setetes sampai kasein mengendap. Penambahan asam
mengakibatkan penambahan ion H+ sehingga akan menetralkan protein dan
menuju tercapainya pH isoelektrik. Pada titik isoelektris ini kasein bersifat
hidrofobik, kasein akan berikatan antar muatannya sendiri membentuk lipatan ke
dalam sehingga terjadi pengendapan yang relatif cepat.
Penambahan asam cuka (asam asetat glasial) pada susu yang telah
dipanaskan berarti menambahkan konsentrasi dari ion H+ yang kemudian akan
mengadakan reaksi dengan muatan negatif protein yang berasal dari gugus
hiroksil bebasnya. Semakin banyak konsentrasi H+ yang ditambahkan maka
semakin banyak pula penurunan pH dari susu sehingga titik isoelektriknya
semakin dekat. Apabila pH isoelektrik sudah tercapai maka muatan yang saling
berlawanan akan saling menetralkan sehingga akan terbentuk gumpalan. Titik
isoelektris kasein pH 4,6 – 5,0 dan pada titik ini kasein mudah sekali mengendap.
Dalam kondisi asam atau pH yang rendah, kasein akan mengendap karena
memiliki kelarutan yang rendah pada kondisi asam.
Penambahan asam dapat menghilangkan muatan listrik dari partikel kasein
karena asam akan mengikat kalsium dan kalsium kaseinat, sehingga kasein
menjadi terlepas dan terbentuk endapan.
Adapun reaksi pengendapan dengan cara pengasaman sebagai berikut :
H2NR-COO- + H+ → +
H3NR-COO (R, kasein protein)
Kasein misel Kasein asam
(pH = 6,6) (pH = 4,6)
Koloid dispersi Partikel tidak larut
Larutan dan endapan yang terbentuk ini disaring dengan menggunakan
kertas saring untuk memisahkan endapannya. Didapatkan endapan kasein yang
berwarna putih. Semua cairan juga perlu diperas agar diperoleh kasein yang
optimal, hal ini dimungkinkan masih terdapatnya kasein pada cairan tersebut
meskipun sangat sedikit.
Endapan yang terbentuk disuspensi dengan menggunakan etanol 95%. Hal
ini bertujuan karena kasein tidak larut dalam etanol, maka dapat untuk
memisahkan kasein dengan protein lain sehingga diperoleh hanya kasein saja.
Protein selain kasein akan melarut sedangkan kasein tetap berbentuk endapan
yang tidak dapat melarut. Seperti yang telah diketahui pada susu sapi mengandung
protein mencapai 3,25% di mana 82% protein susu adalah kasein dan 18% adalah
serum atau protein whey. Jadi sangat mungkin saat pengendapan dengan asam,
protein lain selain kasein ikut mengendap.
Selanjutnya mendekantasi larutan, hal ini bertujuan untuk memisahkan
endapan dengan larutannya.
Endapan yang diperoleh disuspensi kembali dengan campuran etanol dan
eter (larutan dietil eter-etanol ) dengan perbandingan 1:1. Hal ini bertujuan untuk
memisahkan lemak dari endapan kasein di mana lemak akan ikut melarutbersama
dengan eter, hal ini karena eter dan lemak memiliki sifat kepolaran yang tidak
berbeda jauh. Sedangkan etanol akan melarutkan protein atau senyawa lain selain
kasein sedangkan kasein masih berada dalam bentuk endapannya karena kasein
tidak larut dalam etanol sehingga akan diperoleh kasein yang lebih murni.
Kemudian memindahkannya ke dalam kertas saring untuk menghisap
cairan yang masih ada dalam endapan. Mencuci endapan dengan eter
dimaksudkan agar memurnikan endapan kasein yang diperoleh.
Berdasarkan hasil percobaan kasein yang diperoleh dari dalam susu sapi
berwarna putih. Hal ini hampir sesuai dengan literatur. Dan kadar kasein dalam
sampel susu sapi murni yang diperoleh sebesar 3 gram dalam 50,858 gram susu
sapi murni. Sehingga persen kasein sebesar 5,9 %. Berdasarkan literatur, protein
dalam susu mencapai 3,25% dan dalam susu sapi 82% protein susu adalah kasein
sehingga kadar kasein dalam susu sapi sebesar 2,665%.Kemungkinan hasil kurang
mendekati teori di karenakan ada zat lain yang tercampur atau mengendap
bersama kasein atau adanya protein lain yang terjebak (oklusi) dalam kasein.
I. Kesimpulan

Pada percobaan praktikum ini, kasein menunjukan kelarutan terkecilnya


pada pH 5 yang merupakan titik isoelektriknya. Titik isoelektrik yang dimiliki
kasein ini dapat dipergunakan sebagai prinsip untuk mengisolasi kasein, yakni
dengan menurunkan pH larutan,sehingga melalui penyaringan, endapan kasein
akan didapat. Kadar kasein dalam sampel susu sapi murni yang diperoleh sebesar
3 gram dalam 50,858 gram susu sapi murni. Sehingga persen kasein sebesar 5,9%.
DAFTAR PUSTAKA

Anna, Pudjianti. 1999. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press


Cantarow and Schepartz, 1963, Biochemistry, W.B Saunders Company,
Philadelphia.
Kleiner and Orten: Biochemistry 7th edition. Saint Louis. 1966. The C. V. Mosby
Company.
Martoharsono, Soeharsono. 1975. Biokimia. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Retno, et al., 2005. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Andrianto Petrus, penerjemah.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Rukmini H.S. dan Nur M.A., 2008. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah
Biokimia. Jakarta : Buku Kedoktern EGC.
Shiddieqy, 2004.Biokimia Untuk Universitas. Jakarta : UI Press
Silalahi, Jansen.2006.Makanan Fungsional. Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai