Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

ISOLASI KASEIN DARI SUSU SECARA KIMIA

Oleh:
Justina Andrea Renjaan (01091220002_BAB I DAN V)

Marulina Lumban Batu (01091220003_BAB II )

Naomi Damayanti Purba (01091220013_BAB III)

Icha Paulina Simbolon (01091220014_BAB IV)

Pengajar :

Pangeran Andareas, M.Si.

Maroloan Aruan, M.Si.

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

TANGERANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Protein adalah salah satu biomakromolekul yang penting bagi kehidupan. Protein
sering disebut juga Polipeptida, yang merupakan polimer asam-asam amino yang saling
berikatan oleh ikatan peptide. Bentuk sederhana protein adalah asam amino. Salah satu
jenis protein yang sering ditemukan, maupun yang sering dikonsumsi adalah Protein
Kasein. Protein Kasein merupakan protein yang ditemukan dalam susu. Kasein pada
susu terdapat partikel yang besar, bukan hanya zat-zat organik, tapi adapula anorganik
diantaranya magnesium, phosphor, dan kalsium (Adnan 1984). Kasein mudah
mengendap pada titik isoelektrik pH 4,6 – 5,0. Kasein termasuk jenis protein yang
stabil dalam proses pemanasan. Di dalam kasein terdapat asam amino, yang dibutuhkan
tubuh, sehingga kasein perlu dikonsumsi. Pada kondisi asam, kasein akan semakin
mudah untuk mengendap, karena pH nya rendah.

1.2 Tujuan
Tujuan dalam praktikum ini adalah:
 Dapat menguasai Teknik isolasi Kasein dan Susu secara kimia.
 Dapat mengamati struktur Kasein hasil isolasi secara Makroskopis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Secara kimiawi, susu biasa terdiri dari 87,20% air, 3,70% lemak, 3,50% protein,
4,90% laktosa, dan 0,07% mineral. Susu adalah emulsi lemak dalam larutan gula dan
garam mineral dalam air dengan protein dalam kondisi koloid, sesuai dengan komposisi
kimianya. Susu, salah satu makanan dengan nilai gizi tertinggi, menawarkan
karakteristik yang mempromosikan kesehatan yang bermanfaat (Sanam et al, 2014).

Jika dibandingkan dengan sumber protein hewani, kedelai merupakan salah satu
sumber protein yang relatif terjangkau. Kedelai utuh memiliki konsentrasi protein 35-
38%, sedangkan jenis hasil tinggi dapat memiliki kandungan protein setinggi 40-44%.
(Koswara, 1995).

Kedelai (Glysine max (L) Merrill) adalah ikan yang telah dikonsumsi di Indonesia
secara terus menerus sejak tahun 1970. Sebagai sumber makanan, produk susu
menyediakan banyak protein, lemak, dan vitamin, sehingga tidak masalah jika
mengandung hal-hal seperti "emas dari tanah" atau "sapi dari Cina" karena keduanya
dianggap sebagai produk dari Cina (Ditjen Pertanian Tanaman Pangan, 1991).

Protein, yang ditemukan dalam makanan dalam bentuk asam amino, berfungsi
terutama sebagai pembangun tubuh dan regulator. Protein ditubuh datang dalam bentuk
asam amino, adalah komponen makanan yang digunakan terutama oleh tubuh sebagai
pembangun dan pengatur (Irianto dan Waluyo 2004).

Mungkin tidak ada kehidupan tanpa protein karena protein merupakan makanan
yang mengandung nitrogen yang dianggap penting untuk proses tubuh (Muchtadi,
2010).
BAB III

METODE

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

 Beaker Glass
 Hot Plate
 Batang Pengaduk
 Termometer
 Gelas Ukur
 Corong Kaca
 Labu Erlenmeyer
 Spatula

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

 Susu nestle 100 mL


 Susu kedelai 50 mL
 Larutan Buffer Asetat 50 mL dan 100 mL
 Kertas saring
 Kertas pH
 Plastik Wrap
 Etanol

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Susu Nestle


 Susu nestle sebanyak 100 mL diukur menggunakan gelas ukur, setelah itu
dimasukkan ke dalam beaker glass.
 Kita panaskan pada hot plate pada suhu 40˚ C.
 Lalu tambahkan 100 mL buffer asetat yang telah dipanaskan, masukkan secara
perlahan-lahan sambil diaduk, setelah itu kita cek pH nya menggunakan kertas pH.
Pada kelompok kami, kami tidak memasukkan larutan H2SO4 karena pH kami
sudah memiliki pH yang sudah ditentukan. Aduk sampai susu mempunyai tekstur
endapan.
 Setelah itu saring menggunakan corong kaca yang sudah dilapisi oleh kertas saring
lalu saring diatas labu Erlenmeyer.
 Setelah endapan sudah tersaring masukkan ke dalam beaker glass lalu tambahkan
larutan etanol.
 Setelah itu saring menggunakan kertas saring. Lalu pindahkan ke beaker glass yang
baru dan timbang untuk mendapatkan hasil.
 Setelah hasil didapatkan lapisi dengan plastik wrap dan simpan didalam kulkas.

3.2.2 Susu Kedelai

 Susu kedelai sebanyak 50 mL diukur menggunakan gelas ukur, setelah itu


dimasukkan ke dalam beaker glass.
 Kita panaskan pada hot plate pada suhu 40˚ C.
 Lalu tambahkan 50 mL buffer asetat yang telah dipanaskan, masukkan secara
perlahan-lahan sambil diaduk, setelah itu kita cek pH nya menggunakan kertas pH.
Pada kelompok kami, kami tidak memasukkan larutan H2SO4 karena pH kami
sudah memiliki pH yang sudah ditentukan. Aduk sampai susu mempunyai tekstur
endapan.
 Setelah itu saring menggunakan corong kaca yang sudah dilapisi oleh kertas saring
lalu saring diatas labu Erlenmeyer.
 Setelah endapan sudah tersaring masukkan ke dalam beaker glass lalu tambahkan
larutan etanol.
 Setelah itu saring menggunakan kertas saring. Lalu pindahkan ke beaker glass yang
baru dan timbang untuk mendapatkan hasil.
 Setelah hasil didapatkan lapisi dengan plastik wrap dan simpan didalam kulkas.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan isolasi kasein dari susu secara kimia, hasil
pengamatan pada praktikum ini terdapat pada tabel berikut.

NO KEGIATAN HASIL SUSU NESTLE HASIL SUSU


GOODNES KEDELAI
1 Susu dipanaskan pada suhu
400C.

2 +50 ml buffer asetat untuk


susu kedelai dan +100 Ml
untuk susu sapi yang telah
dipanaskan.
3 Etanol 90% sesuai dengan Belum sampai tahap ini.
endapan, kemudian disaring.

4 Dicuci dengan etanol : eter Belum sampai tahap ini. Belum sampai tahap ini.
(1:1), larutan dibuang lalu
dicuci dengan eter.
5 Ditimbang untuk
mendapatkan berat kasein.

Berat : 8,39 g Berat :19,41 g

4.2 PEMBAHASAN

Kasein adalah koloid liofilik yang mirip dengan albumin dan gelatin merupakan
isoelektrik pada pH 4,6 dimana kelarutannya dalam air hanya 0,01%. Kasein bersifat
amfoter yang dimana dibawah pH 4,6 kasein membentuk garam yang cukup larut seperti
kasein klorida sedangkan diatas pH 4,6 kasein membentuk garam dengan basa. Pembuatan
kasein dalam praktikum ini dengan menggunakan susu nestle goodnes dan susu kedelai.
Pembuatan kasein pertama dilakukan dengan memanaskan susu nestle goodnes +100 mL
diatas hotplate pada suhu 40°C (termometer dimasukkan kedalam susu tersebut ketika
dipanaskan). Pemanasan tersebut bertujuan untuk menurunkan kelarutan protein sehingga
susu dapat mengendap pada kondisi yang sesuai dan dapat menyebabkan percepatan
pengendapan protein. Lalu menambahkan buffer asetat +100 mL yang sudah dipanaskan
dan ukur pH sampai sekitar 4,8. Di praktikum tersebut pH yang kita dapatkan adalah 5.
Penambahan buffer bersifat asam mengakibatkan penambahan ion H sehingga dapat
menetralkan protein, semakin banyak konsentrasi buffer asetat ditambahkan maka semakin
banyak penurunan pH dari susu. Larutan dari percobaan pertama kemudian disaring dengan
kertas saring didapatkan endapan kasein yang berwarna putih, endapan yang terbentuk
masih menggunakan etanol 90%.

Pembuatan kasein yang kedua dilakukan dengan memanaskan susu kedelai +50 mL
diatas hotplate dengan suhu 40°C (termometer dimasukkan kedalam susu kedelai tersebut
ketika dipanaskan). Setelah dipanaskan kemudian dicampurkan dengan buffer asetat +50
mL yang sudah dipanaskan dan ukur pH sampai sekitar 4,8. Di praktikum pH yang kita
dapatkan adalah 5. Setelah dipanaskan Kemudian disaring dengan kertas saring dan
didapatkan endapan berwarna putih kecoklatan, endapan yang terbentuk tersebut masih
menggunakan etanol 90%.

Pertanyaan untuk pembahasan: (di isi pada bagian pembahasan )

1. Apa yang terjadi dengan suhu, stelah ditambahkan buffer asetat? Mengapa demikian
?

Jawab : Keadaanya, apabila dibiarkan di atas hotplate, dengan waktu yang lama,maka suhu
kasein semakin tinggi. Namun satu keunggulan kasein yakni tahan terhadap suhu panas,
namun penambahan buffer asetat mengakibatkan penambahan konsentrasi ion H+ sehingga
pH susu menurun dan titik isoelektiknya semakin dekat untuk menghasilkan endapan.
2. Apa manfaat penggunaan larutan Etanol:Eter dalam metode di atas?

Jawab : Manfaatnya untuk melarutkan protein dan senyawa lain yang tidak dapat larut
dalam air, namun dapat larut dalam Etanol, dan Eter untuk memisahkan endapan kasein
dari lemak yang tercampur di dalamnya. Sehingga endapan yang tersisa hanya endapan
kasein.

3. Bagaiman karakteristik kasein yang didapatkan?

Jawab :

Karakteristik kasein diantaranya:

• Tidak dapat larut dalam Etanol

• Hanya dapat larut dalam air

• Mudah mengendap, karena mempunyai berat molekul yang besar.

• Konsentrasi larutan yang rendah dalam kondisi asam

GAMBAR PRAKTIKUM
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum di atas, walaupun belum selesai tahapnya belum sampai


tahap akhir, dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan endapan Kasein, pH Kasein
harus rendah dengan bantuan penambahan larutan Buffer Asetat, karena kasein memiliki
kelarutan yang rendah dalam kondisi asam. Sehingga semakin banyak buffer asetat yang
ditambhakan, maka semakin banyak pula penurunan pH Kasein atau titik isoelektriknya
yang semakin dekat untuk menghasilkan endapan. Sementara salah satu sifst kasein, yakni,
larut dalam air, tetapi tidak larut dalam etanol, mengakibatkan saat penambahan etanol,
endapan kasein tetap utuh, sementara protein lain yang akan larut dalam etanol, sehingga
pada proses penyaringan, yang tersisa hanyalah endapan Kasein.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/43140736/Laporan_Biokimia_Isolasi_Kasein

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3992/

https://www.kajianpustaka.com/2020/09/susu.html

https://www.academia.edu/43140736/Laporan_Biokimia_Isolasi_Kasein

Anda mungkin juga menyukai