BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang komprehensif yaitu menjelaskan semua hal
atau aspek dalam segala kehidupan manusia, mulai dari hal yang berkaitan
dengan hubungan antara manusia dengan Allah (Hablum min Alloh) dan juga
yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan sesamanya (Hablum
min an Nas).
Allah telah menjelaskan syari’at Islam dengan sempurna. Tidaklah ada
sesuatupun dari perkara yang kecil maupun yang besar, dari perkara-perkara
yang bersentuhan dengan kehidupan dan kemaslahatan umat manusia. Salah
satu hal yang mendapat perhatian tinggi dari islam adalah masalah istinja’.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam telah mengabarkan dalam suatu
riwayat yang shahih, bahwa ada seorang yang di adzab dalam kuburnya dengan
sebab tidak membersihkan dirinya dari kencing yang menimpa dirinya, dan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam telah mengabarkan pula bahwa
kebanyakan siksa kubur adalah dari sebab kencing. Hal ini memberikan
gambaran kepada kita, bahwa perkara yang berkaitan dengan adab istinja’ dan
buang air, sangatlah penting untuk diketahui dan kemudian kita praktekkan
dalam kehidupan kita.
Dalam makalah singkat ini penulis akan memaparkan beberapa hal yang
harus dimengerti untuk melakukan istinja, mulai dari bagaimana cara beristinja
hingga doa dan hikmah beristinja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :
1. Apa pengertian dari istinja’?
2. Bagaimanakah cara beristinja’?
3. Dimanakah tempat-tempat yang dilarang untuk beristinja’?
1
2
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari istinja’
2. Untuk mengetahui bagaimana cara beristinja’
3. Untuk mengetahui tempat-tempat yang dilarang untuk beristinja’
4. Untuk mengetahui do’a istinja’ dan hikmahnya
5. Untuk mengetahui adab tata cara beristinja’
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Istinja menurut bahasa artinya terlepas atau selamat, dari bahasa
ِ اSedangkan istinja menurut istilah syariat Islam ialah bersuci
Arab اْل استِ ان َجاء.
sesudah buang air besar atau buang air kecil. Dalam kitab fiqih istinja’
berarti menghilangkan atau meringankan najis dari qubul dan dubur.
Mayoritas ulama sepakat bahwa istinja’ hukumnya wajib.
Beristinja ini hukumnya adalah wajib bagi orang yang baru saja buang air
besar maupun buang air kecil, baik dengan air ataupun dengan benda
selain air. Benda selain air yang dapat digunakan untuk beristinja ialah
benda yang keras dan kesat seperti batu, kertas atau daun-daun yang sudah
kering.
Akan tetapi yang paling utama dalam istinja’ adalah diawali
dengan batu kemudian diteruskan dan disempurnakan dengan memakai
air bersih, batu disini berfungsi sebagai pengangkat kotoran dan air
sebagai pembersih atau penghilang bekas kotoran tersebut, sehingga
bersihnya menjadi lebih maksimal.
Namun apabila menginginkan memilih salah satu maka air lebih
utama digunakan karena air bisa mengangkat najis dan bekasnya sekaligus
tidak seperti batu yang masih meniggalkan bekas, dengan catatan batu
tersebut kering dan digunakan sebelum najisnya kering. Hal ini hanya
berlaku untuk najis yang tidak sampai meluber dari tempat keluarnya.
B. Cara beristinja’
Cara beristinja dapat dilakukan dengan salah satu tiga cara sebagai
berikut:1
1
Supiana dan Karman, Materi PAI, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,2001
4
1) Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air
kecil dengan air sampai bersih. Ukuran bersih ini ditentukan oleh
keyakinan masing-masing.
2) Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air
kecil dengan batu, kemudian dibasuh dan dibersihkan dengan air.
3) Membasuh dan membersihkan
3 tempat keluar kotoran air besar atau air
kecil dengan batu atau benda-benda kesat lainnya sampai bersih.
Membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil ini
sekurang-kurangnya dengan tiga buah batu atau sebuah batu yang
memiliki tiga permukaan sampai bersih. Rasulullah saw. bersabda
sebagai berikut:
“Sesungguhnya Nabi saw. melalui dua buah kuburan, kemudian
beliau bersabda: Sesungguhnya kedua orang yang berada dalam
kubur itu sedang disiksa. Adapun salah seorang dari keduanya sedang
disiksa karena mengadu-ngadu orang, sedangkan yang satunya
sedang disiksa karena tidak menyucikan kencingnya.” (HR. al-Bukhari
dan Muslim).
3. Di sumber air
Hal ini karena akan mengotori sumber air tersebut dan bahkan bisa
jadi akan menajiskannya, hal tersebut memungkinkan apabila najis
yang keluar dari orang yang buang hajat tersebut sampai kepada
derajat mengubah rasa, warna, atau bau dari air yang ada di sumber air
tersebut.
Di samping itu, buang air di tempat ini juga akan mengganggu
orang yang akan memanfaatkan sumber air tersebut. Seorang muslim
6
4. Di lubang
D. Do’a istinja’
“Dengan menyebut nama Alloh, saya berlindung dari setan laki-laki dan
setan perempuan.”
Lafazh “bismillah” terambil dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Tirmidzi dalam Sunan-nya dengan derajat shohih. Adapun lafazh:
Ulama mengatakan: “Tempat buang air adalah tempat yang jelek dan
tempat yang jelek adalah tempat syaitan, karena itulah sangat tepat
bilamana masuk tempat tersebut disyari’atkan untuk meminta
perlindungan terhadap Alloh Ta’ala dari kejelekan syaitan laki-laki dan
perempuan, agar tidak terkena gangguan kejelekannya.”
Ada beberapa hal yang menjadi adab tata cara bagaimana beristinja’ yang
benar dan sesuai syariat, yatu sebagai berikut : 2
2
Mustaqim, Fauzul. 2015. Istinja, diakses dari
http://www.fauzulmustaqim.com/2015/11/pengertian-tata-cara-dan-tujuan-istinja.html
pada tanggal 19 Februari 2018 pukul 20.41
9
Hal ini dimaksudkan agar auratnya tidak dilihat oleh orang lain
(ketika buang hajat). Ini merupakan suatu adab dan sopan santun yang
mulia, di dalamnya terdapat penjagaan kehormatan seseorang,
sebagaimana telah dimaklumi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam
sebagai suri tauladan utama kita, telah mencontohkan hal ini,
sebagaimana yang telah dikabarkan oleh sahabat Jabir bin Abdullah
radhiallahu ‘anhuma:” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam pergi
sehingga tidak terlihat oleh kami, lalu menunaikan hajatnya.” (HR.
Bukhari, Muslim)
Namun apabila seseorang buang hajat di tempat tertutup, sehingga
tidak ada seorang pun yang bisa melihatnya, maka hal itu telah
mencukupinya, karena telah didapatkan maksud dari menjauhkan diri
dari manusia, yaitu agar auratnya tidak dilihat oleh orang lain (ketika
buang hajat).3
3
Abu Muawiyah. 2008. Adab-Adab Istinja (Buang Air) diakses dari
http://alatsariyyah.com/adab-adab-istinja-buang-air.html pada tanggal 20 Februari 2018
pukul 22.04
12
1. Istinja ialah bersuci sesudah buang air besar atau buang air kecil. Dalam
kitab fiqih istinja’ berarti menghilangkan atau meringankan najis dari
qubul dan dubur.
2. Beristinja ini hukumnya adalah wajib bagi orang yang baru saja buang air
besar maupun buang air kecil, baik dengan air ataupun dengan benda
selain air, seperti batu, kertas atau daun-daun yang sudah kering.
3. Cara beristinja dapat dilakukan dengan salah satu tiga cara sebagai berikut,
yaitu membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau
air kecil dengan air, batu atau benda-benda kesat lainnya sampai bersih,
4. Tempat-tempat yang dilarang untuk melakukan istinja’ yaitu, Di tempat
berteduh dan di jalan umum, Di bawah pohon yang dimanfaatkan manusia,
di lubang dan juga di sumber air.
13
DAFTAR PUSTAKA
12
Harun, Nasrun. 2000. Fiqh Muamalat. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Madarik Yahya. 2009. Tata Cara Bersuci (online)
http://madarikyahya.wordpress.com/2009/10/20/tata-cara-bersuci
Diakses Selasa, 20 Februari 2018
Muawiyah, Abu. 2008. Adab-Adab Istinja (Buang Air) (online)
http://alatsariyyah.com/adab-adab-istinja-buang-air.html
Diakses Selasa, 20 Februari 2018
Mustaqim, Fauzul. 2015. Istinja (online)
http://www.fauzulmustaqim.com/2015/11/pengertian-tata-cara-dan-tujuan-
istinja.html diakses Senin, 19 Februari 2018
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Jilid 1-2. Bandung: PT Al- Ma’arif
Supiana dan Karman. 2001. Materi PAI. Bandung, PT Remaja Rosdakarya