Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

1. Reviuw Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi


1.1 Anatomi

1.1.1 Alat kelamin luar (genetalia eksterna)


a. Monsveneris
Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang terdiri
dari jaringan lemak, daerah ini ditutupi bulu pada masa
pubertas.
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar
vulva dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke
belakang, menjadi satu dan membentuk kommisura
posterior dan perineam. Di bawah kulitnya terdapat jaringan
lemak seperti yang ada di mons veneris.
c. Labio mayora
Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang
membatasi vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan
kelenjar sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di mons
veneris dan pada sisi lateral.
d. Labio minora
Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara
labio mayora, dengan banyak kelenjar sebasea. Celah
diantara labio minora adalah vestibulum.
e. Vestibulum

1
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir
kecil (labio minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris
dan perineum, dalam vestibulum terdapat muara-muara dari
liang senggama (introetus vagina uretra), kelenjar
bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan.
f. Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dan liang
senggama ditengahnya berlubang supaya kotoran
menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina
pada bagian ini, bentuknya berbeda-beda ada yang seperti
bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang lunak,
lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu
jari.
g. Perineum
Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar
panggul yang ditutupi oleh kulit perineum.
1.1.2 Alat kelamin dalam (genetalia interna)
a. Vagina
Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium
bergaris, khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut
saraf. Panjangnya dari vestibulum sampai uterus 7½ cm.
Merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus.
Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek
dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam
berlipat-lipat disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di
dalam pelvis antara rectum di belakang dan kandung kemih
di depan, ototnya disebut miometrium. Uterus terapung di
dalam pelvis dengan jaringan ikat dan ligament. Panjang
uterus 7½ cm, lebar  5 cm, tebal  2 cm. Berat 50 gr, dan
berat 30-60 gr. Uterus terdiri dari :
1. Fundus uteri (dasar rahim)

2
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur.
Pada pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri
dapat memperkirakan usia kehamilan.
2. Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini
berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga
yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau
rongga rahim.
3. Serviks uteri
Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut
porsio, hubungan antara kavum uteri dan kanalis
servikalis disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
a) Endometrium
b) Myometrium
c) Parametrium
c. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan
kanan uterus dibawah tuba uterine dan terikat di sebelah
belakang oleh ligamentum latum uterus.
d. Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun
dalam banyak lipatan sehingga memperlambat perjalanan
ovum ke dalam uterus. Sebagian sel tuba mensekresikan
cairan serosa yang memberikan nutrisi pada ovum. Tuba
fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri
dan kanan. Panjang kira-kira 12 cm tetapi tidak berjalan
lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk
memeluk ovum saat ovulasi agar masuk ke dalam tuba
(Tambayong, 2002).

2. Konsep Penyakit Hiperemesis Gravidarum


2.1 Definisi

3
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar,
1998). Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap
saat dan bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih
10 minggu.

Hiperemesis gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan)


adalah nausea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang
sedemikian luas sehingga terjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan
berat badan (Ben-zionMD, Hal : 232).

Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan


selama kehamilan. (Hellen Farrer, 1999, hal : 112)

2.2 Etiologi
Penyebab hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti,
frekuensi kejadian adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor
predisposisi yang yang dikemukakan:
a. Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khriales dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta resustensi
yang menurunkan dari pihak ibuterhadap perubahan-perubahan ini
serta adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan
ibu terhadap janin.
b. Faktor psikologik. Faktor ini memegang peranan penting pada
penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan
sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keenggangan manjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
c. Faktor endokrin yaitu hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG
dan lain-lain.

2.3 Tanda dan gejala

4
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis
gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bila lebih dari
10 kali muntah. Akan tetapi, apabila keadaan umum ibu terpengaruh
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.Hiperemesis gravidarum
menurut berat ringannya gejala dibagi menjaditiga tingkatan, yaitu :
a. Tingkat I ( Ringan )
1) Mualmuntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita.
2) Ibu merasa lemah.
3) Nafsu makan tidak ada.
4) Berat badan menurun.
5) Merasa nyeri pada epigastrium.
6) Nadi meningkat sekitar 100 per menit.
7) Tekanan darah menurun.
8) Turgor kulit berkurang.
9) Mata cekung.
b. Tingkat II ( Sedang )
1) Penderita tampak lemah dan apatis.
2) Turgor kulit mulai jelek.
3) Lidah mengering dan tampak kotor.
4) Nadi kecil dan cepat.
5) Suhu badan naik (dehidrasi).
6) Mata mulai ikteris
7) Berat badan turun dan mata cekung.
8) Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.
9) Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria.
c. Tingkat III ( Berat )
1) Keadaan umu lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma).
2) Dehidrasi berat.
3) Nadi kecil, cepat dan halus.
4) Suhu meningkat dan tensi turun.
5) Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal sebagai
ensepalopati wernicke, dengan gejala nigtasmus, diplopia, dan
penurunan mental.

5
6) Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati.

2.4 Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang
biasa terjadi pada trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat
mengakibatkan dehidrasi dan imbangnya elektrolit dengan alkalosis
hipokloremik.

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan korbohidrat


dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak
yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-
asetik, asam hidroksida bitirik, dan aseton dalam darah. Muntah
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi
menyebabkan homokonsentrasi, sehingga aliran darah kejaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen
kejaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksit.
Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat
terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma
mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.

6
2.5 Pathway

Faktor alergi Faktor predisposisi Peningkatan estrogen

Emesis gravidarum Penurunan pengosongan lambung

Penyesuaian Komplikasi Peningkatan dalam tekanan gaster

Hiperemesis gravidarum

Intake nutrisi Mual


menurun
Kehilangan cairan berlebih
Muntah

Ketidakseimbangan Cairan ekstra-selular dan


nutrisi: kurang dari Ansietas plasma berkurang
kebutuhan tubuh

Kekurangan volume cairan


Cepat lelah Intoleransi
aktivitas

7
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat hiperemesis gravidarum alntara lain:
a. Komplikasi ringan:
Kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis dari kekurangan gizi,
alkalosis, hipokalemia, kelemahan otot, kelainan elektrokardiografik,
tetani, dan gangguan psikologis.
b. Komplikasi yang mengancam kehidupan:
Rupture oesophageal berkaitan dengan muntah yang berat,
encephalophaty wernicke’s, mielinolisis pusat pontine, retinal
haemorage, kerusakan ginjal, pneumomediastinum secara spontan,
keterlambatan pertumbuhan didalam kandungan, dan kematian janin.

2.7 Prognosis
Kriteria keberhasilan pengobatan dapat di tentukan sebagai berikut:
a. Rehidrasi berhasil dan turgor kulit pulih kembali
b. Dieresis bertambah banyaknyansehingga benda keton semakin
berkurang
c. Kesadaran penderita seamkin baik yang ditandai dengan kontak
bertambah meyakinkan
d. Keadaan ikterus semakin berkurang

Dengan penanganan yang baik, prognosis sangat memuaskan. Namun,


pada tingkat yang berat dapat menyebabkan kematian ibu dan janin.

Pemeriksaan Diagnostik
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia
gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas
janin, melokalisasi plasenta.
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
c. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.

8
2.8 Penanganan
a. Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan
jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan
sebagai suatu proses yang fisiologi. Hal itu dapat dilakukan dengan
cara :
1) Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan berumur 4 bulan.
2) Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan
makana dalam jumlah kecil tapi sering.
3) Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh
hangat. Hindari makanan berminyak dan berbau lemak.
4) Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu
panas ataupun terlalu dingin.
5) Usahakan defekasi teratur.
b. Terapi obat-batan
Apabila dengan cara diatas keluhan dengan cara diatas keluhan dan
gejala tidak berkurang diperlukan pengaobatan :
1) Tidak memberikan obat yang teratogen.
2) Sedetiva yang sering diberikan adalah Phenobarbital.
3) Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
4) Anthistaminika seperti dramamin, avomin.
5) Pada keadaan berat, antiemetik seperti disiklomin hidrokloride
atau khlorpromasin.
6) Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap
dirumah sakit.

Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :


1) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah,
dan peredaran darah baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu
hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Kadang-kadang
isolasi dapat mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa
pengobatan.
2) Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang
wajar, normal, dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan
khawatir.yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan
dan dihilangkan masalah atau konflik yang kiranya dapat menjadi
latar belakang penyakit ini.
3) Terapi paretal
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan
protein dengan glukaosa 5% dalam cairan garam fisiologik
sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambahkan kalium
dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan
bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang masuk
dan dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan seperti yang
disebutkan diatas.
4) Terminasi kehamilan.
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan
mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan
psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan,
takhikardi, ikterus, anuria, dan perdarahan merupakan
manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk
melakukan abotus terapiutik sering sulit diambil, oleh karena di
satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak
tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada
organ vital.
3. Rencana Asuhan Klien dengan PenyakitHiperemesis Gravidarum
3.1 Pengkajian
a. Istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat
(>100 kali per menit)
b. Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi,
perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
c. Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan
frekuensi berkemih. Urinalis;peningkatan konsistensi urine.
d. Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu),
nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5-10 kg), membrane
mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau
aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
e. Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat.
f. Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh
dalam koma
g. Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu
membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
h. Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor kehamilan,
perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi
terhadap hospotalisasi dan sakit, system pendukung yang kurang.
i. Pembelajaran dan penyuluhan; segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, apalagi kalau berlangsung lama, berat badan turun
lebih dari 1/10 dari berat badab normal, turgor kulit, lidah kering,
adanya aseton dalam urine.

A. Identitas klien
Nama :
Umur :
Suku/bangsa :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
B. Keluhan utama
Pasien mengatakan mual dan selalu muntah pada pagi hari. Mual
dan muntahsemakin berat bila membau makanan yang
merangsang.
C. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli kandungan dengan keluhan terlambat haid
berapa minggu,terakir mendapat haid tanggal berapa, kapan mual
dan selalu muntah.
D. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit dahulu atau tidak.
E. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Sebelum hamil :
Selama hamil :
b) Pola eliminasi
Sebelum hamil :
Sesudah hamil :
c) Pola istirahat tidur
Sebelum hamil :
Sesudah hamil :
d) Pola aktivitas
Sebelum hamil :
Sesudah hamil :
e) Perilaku kesehatan sehari-hari
Penggunaan obat/jamu/rokok
Sebelum hamil :
Sesudah hamil :
f) Personal hygiene

F. Riwayat Haid
Menarche :
Siklus haid :
Lama haid :
Banyaknya :
Dismenorea :
HPHT :
UK :
TP :
G. Riwayat Perkawinan
Nikah :
Lama menikah :
Umur pertama kali nikah :
H. Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah menikah memakai atau tidak
menggunakan KB.
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum :
Kesadaran :
BB sebelum hamil :
BB saat ini :
TB :
LILA :
TD :
Nadi :
RR :
Suhu :
a. Inspeksi
Hiperemis tingkat satu pada inspeksi ditemukan keadaan
umum lemah, turgor kulit sedikit menurun, lidah kering,
dan mata cekung. Hiperemis tingklat dua ditemukan ibu
tampak lebih lemah dan aptis, turgor kulit lebih menurun,
lidah kering dan tampak kotor, aceton dapat tercium dalam
hawa pernafasan, badan kurus dan berat badan munurun,
kulit kering dan kadang - kadang ada icterus.
b. Palpasi
Dengan palpasi dapat mengetahui umur kehamilan dengan
melihat tinggi fundus uteri. Karena pada ibu hiperemis
gravidarum biasanya terjadi pada umur kehamilan satu
sampai empat bulan, dimana tinggi fundus uteri sekitar
setengah simphisis pusat
c. Auskultasi
Untuk memantau sudah terdengar detak jantung janin atau
belum dan gerakan anak.
d. Pemeriksaan tanda - tanda vital
Pada sekitar hiperemis tingkat satu akan ditemukan nadi
meningkat sekitar 100 x/menit, tekanan darah sistolik
menurun, suhu normal.
e. Pengukuran berat badan
Pada ibu hamil dengan masalah hiperemis gravidarum
pada umumnya terjadi penurunan BB

3.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah
yang berlebihan atau intake cairan kurang (00027)
a. Definisi
Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan.
b. Batasan karakteristik
- Perubahan status mental
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan tekanan nadi
- Penurunan volume nadi
- Penurunan turgor kulit
- Penurunan berat badan
- Peningkatan suhu tubuh
- Peningkatan frekuensi nadi
- Membran mukosa kering
c. Faktor yang berhubungan
- Asupan cairan yang tidak adekuat yang ditandai dengan mual
dan selalu muntah
- Kehilangan volume cairan aktif

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan nausea dan volume yang menetap
(00002)
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik
b. Batasan karakteristik
- Kurang minat pada makanan
- Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
- Membran mukosa pucat
- Tonus otot menurun
c. Faktor yang berhubungan
- Faktor biologis
- Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
- Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
- Ketidakmampuan menelan makanan
- Faktor psikologis

3.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah
yang berlebihan atau intake cairan kurang (00027)
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada ibu selama 1x 24
jam, mual dan muntah pasien berkurang
b. Intervensi keperawatan dan rasional
1. Pantau dan catat TTV setiap 2 jam atau sesering mungkin
sesuai keperluan sampai stabil. Kemudian pantau dan catat
TTV setiap 4 jam.
Rasional : Takikardia, dispnea, atau hipotensi dapat
mengindikasikan kekurangan volume cairan atau
ketidakseimbangan elektrolit
2. Ukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan
laporkan perubahan yang signifikan termasuk urine, feses,
muntahan, drainase luka, drainase nasogastrik, drainase slang
dada, dan haluaran yang lain.
Rasional : Haluaran urine yang rendah dan berat jenis urine
yang tinggi mengindikasikan hipovolemia
3. Mengkaji dan mendokumentasi turgor kulit, kondisi membran
mukosa, tanda-tanda vital dan berat jenis urine
Rasional : Pengkajian status cairan dan elektrolit yang akurat
menjadi dasar penyusunan rencana dan evaluasi intervensi

4. Menimbang berat badan setiap hari


Rasional : Upaya memperbaiki keseimbangan elektrolit dan
cairan dan dilakukan melalui pemberian terapi parenteral
sampai dalam menoleransi asupan normal
5. Memantau nilai laboratorium dan melaporkan nilai-nilai yang
tidak normal
Rasional : Keseimbangan cairan dan elektrolit harus di koreksi
untuk mencegah komplikasi yang berat, seperti asidosis
metabolik dan kematian janin dan ibu

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan nausea dan volume yang menetap (00002)
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam,kebutuhan
nutrisi ibu terpenuhidengan kriteria hasil pasien mengatakan
nafsu makan meningkat.
b. Intervensi keperawatan dan rasional
1. Kaji TTV klien
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien
2. Timbang dan catat berat badan pasien pada jam yang sama
setiap hari
Rasional : Untuk mendapatkan pembacaan yang paling
akurat
3. Pantau asupan dan haluaran pasien
Rasional : Karena berat badan dapat meningkat sebagai
akibat dari retensi cair
4. Kaji dan catat bising usus pasien satu kali setiap ergantian
tugas jaga
Rasional : Untuk memantau peningkatan dan penurunan
5. Auskultasi dan catat suara napas pasien setiap 4 jam
Rasional : Untuk memantau aspirasi
6. Untuk berkonsultasi dalam menyusun rencana pengaturan
menu yang memenuhi kebutuhan nutrisi selama hamil
Rasional : Nutrisi maternal yang adekuat sangat penting
untuk kesehatan ibu Memulai pemberian asupan oral
7. Mendiskusikan pentungnya nutrisi yang adekuat
Rasional : Mengatur janji dengan ahli diet dan
pertumbuhan serta perkembangan janinnya
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati Ratna. (2009).Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan


Patologis.Jakarta : Salemba Medika

Lowdermilk, Jensen Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.


Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Erlangga

Mochtar, Rustam (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta. Salemba Medika

NANDA. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC. Media


ihardy:Yogyakarta

NANDA NIC-NOC. 2013. Aplikasi Asuhan keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC Prawirohardjo Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan.
Jakarta : Trisada Printer
Tiran Denise. (2006). Seri Asuhan Kebidanan Mual dan Muntah Kehamilan.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai