1. Patogenesis
terlambat datang ke UGD . waktu timbul keluhan hingga penderita sampai ke UGD
merupakan waktu saat bermanfaat. Oleh sebab itu maka sangat penting bagi seorang
support-BLS) ataupun sampai dengan bantuan bantuan hidup lanjut (advanced cardiac
life support-ACLS).
SKA merupakan salah satu bentk manifestasi klinik dari penyaki jantung koroner
(PJK). Salah satu akibat dari proses aterotrombosis selain strok iskemik serta
dengan proses yang sangat kompleks dan multifaktor serta sering berkait. Proses
terbentuknya trombus ini sudah mulai terjadi pada usia muda, yang diawali
terbentuknya sel busa, kemudian pada usia antara 10 sampai 20 tahun berubah
menjadi bercak perlemakan dan pada usia 40 sampai 50 tahun bercak perlemakan ini
beberapa bahan seperti makrofag yang mengandung foam cells, lipit ekstraselular
masif dan plak fibrosa yang mengandung sel otot polos dan kolagen. Perkembangan
pembentuk sel busa dan fatty streaks, pembentuk fibrous cups, dan lesi lebih lanjut,
dan proses pecahnya plak aterosklerotik yang tidak stabil. Banyak sekali penelitian
2. Pengertian
koroner akut berkembang selama 10 tahun terakhir dan telah digunaka secara luas.
Hal ini berkaitan dengan patofisiologi secara umum tang diketahui hubungannya
dengan kebanyakan angina tidak stabil dan infark miokard. Angina tidak stabil, infark
Istilah Sindrom Koroner Akut (SKA) hanya digunakan saat ini untuk
salah satu sindrom yang terdiri dari bebrapa penyakit koroner yaitu, angina tak stabil
(unstabel angina), infark miokard non-elevasi ST, infark miokard dengan elevasi ST ,
maupun angina pektoris pasca infark ataupun paska tindakan intervensi koroner
pekutan. Alasan rasional menyatukan semua penyakit itu dalam satu sindrom adalah
karena mekanisme patofisiologi yang sama. Semua disebabkan oleh terlepasnya plak
menimbulkan stenosis berta atau oklusi pada ateri koroner dengan atau tanpa emboli.
Sedangak an perbedaaan antara angina tak stabil, infark Non-elevasi ST dan dengan
elevasi ST adalah jenis trombus yang menyertainya. Angina tak stabil dengan trombus
mural, Non-elevasi ST dengan trombus inkompleks/nonklusif, sedangkan pada elevasi
Sindrom koroner akut adalah setatu keadaan arurat medis dan membutuhkan
masuk ke rumah sakit segera. Sindrom koroner akut (SKA) merupakan keaddan
darurat jantung dengan maniferstasi klinik rasa tidak enak badan didada atau gejala
3. Diagnostik
secara cepat dan tepat dn didasarkan pada tiga kriteria, yaitu gejala klinis nyeri dada
janting. Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala kardinal pasien SKA. Seorang
dokter harus mammpu mengenal nyeri dada dan mampu membedakan dengan nyeri
dada lainya karena gela ini merupakan penanda awal dalam pengelolaan pasien SKA.
terkejut, udara dingin, waktu dari suatu siklus harian (pagi hari) dan hari dari
juga meningkat
c. Palliatif : pada nyeri angina terkontrol dengan nitrat, tetapi pada akut
f. Severitas : pada nyeri angina lam nyeri atara 10-20 menit, berulang.
Sedangkan nyeri pada akut nyeri lebih dari 30 menit terus menerus.
Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin,dan lemas.
Unstabel angiana : gejala angina tidak stabil adala sama dengan angina stabil,
kriteria berikut :
Pada beberapa pasien beberapa pasien dapat ditemkan tanda-tanda vertikel kiri
akut. Gejala tidak tipikal seperti rasa lelah yang tidak jelas, nafas pendek, rasa tidak
nyaman di epigastrium atau mual dan muntah dapat terjadi, terutama pada wanita,
penderita diabetes dan pasien lanjut usia. Kecurigaan harus lebih bersar pada pasien
dengan faktor risiko kardiovaskular multipel dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan
2. Elektrocardiograf
Perubahan EKG lainnya termasuk bundle branch block (BBB) dan aritma
jantung, terutama Sustained VT. Serial EKG harus dibuat jika ditemukan adanya
perubahan segmen ST. Namun EKG yang normal pun tidak tidak menyingkirkan
menggambarkan kelainana yang terjadi dan ini dilakukan secara serial untuk evaluasi
b. Angina pektoris tidak sabil : depresi segmen ST dengan atau tanpa inversi
dijumpai gelombang Q.
c. Infark miokard non-Q : depresi segmen ST, inversi gelombang T
3. Laboratorium/pertanda biokimia
baik dari CK-MB. Kadar serum creatinine kinase (CK) dengan fraksi MB
kedua penanda tersebut adalah relatif rendahnya spesifikasi dan sensitivitas saat
awal (<6 jam) setelah onset serangan. Risiko yang lebih buruk pada pasien tanpa
segmen ST elevasi lebuh besar pada pasien dengan penngkatan nilai CKMB.
Enzim jantung antara lain : CK dan CK-MB biasanya meningkat 6 sampai 10 jam
normal setelah 48 sampa 72 jam. Di samping CK, CK-MB aktivitas LDH muncul
dan turun lebih lambat melampaui kadar normal dalam 36 sampai 48 jam setelah
sengan IMA, yang mencapai puncaknya 4 sampai 7 jam hari dan kembali normal
Pengujian laboratorium lain yang bisa terlihat dalah jumlah sel darah putih
yang meningkat dan tingkat sedimetasi eritrosit berubah dalam tingkat elektrolit
Secara singkat untuk membedakan angina tak stabil, Akut NSTEMI dan
Akut STEMI dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
NSTEMI Lebih berat dan lama (> 30 Deprese segment Meningkat minimal
menit) tidak hilang dengan ST, inversi 2 kali nilai batas
nitrat, perlu opium. gelombang T atas normal
STEMI Lebih berat dan lama (> 30 Hiperakut T, elevasi Meningkat minimal
menit) tidak hilang dengan segment T, 2 kali batas atas
nitrat, perlu opium. Gelombang Q, normal
Inversi gelombang
T
Keturunan
Diabetes Jenis kelamin
Kenaikan kadar homosistein, proetein Usia
C-reaktif dan fibrinogen
Konsumsi alkohol yang berlebihan
Riwayat adanya penyakit jantung
dalam keluarga
Makanan berlemak tinggi dan
berkabohidrat tinggi
Hiperlipoproteinemia
Hipertensi
Obesitas
Status postmenopousal
Banyak duduk dan tidak bergerak
Rokok
Stres
IKP primer adalah terapi reperfusi yang lebih disarankan dibandingkan dengan
fibrinolisis apabila dilakukan oleh tim yang berpengalaman dalam 120 menit dari
waktu kontak medis pertama. IKP primer diindikasikan untuk pasien dengan gagal
jantung akut yang berat atau syok kardiogenik, kecuali apabiala diperkirakan bahwa
pemberian IKP akan tertunda lama dan bila pasien datang dengan awitan gejala yang
telah lama. Stenting lebih disarankan dibandingkan angioplasti balon untuk IKP
primer. Tidak disarankan untuk melakukan IKP secara rutin pada arteri yang lebih
tersumbat total lebih dari 24 jam setelah awitan gejala pada pasien stabil tanpa gejala
iskemia, baik yang telah maupun yang belum diberikan fibrinolisis. Bila pasien tidak
memiliki indikasi kontra terhadapterapi antiplatelet dual (dual antiplatelet therapy-
DAPT) dan kemungkinan dapat patuh terhadap pengobatan drug-eluting stents (DES)
lebih disarankan dari pada bare metal stants (BMS)
Terapi Fibrinolitik
a. Waktu sejak awitan gejala (kurang dari 12 jam atau lebih dari 12 jam dengan
tanda dan gejala iskemik)
b. Risiko fibrinolisis dan indikasi kontra fibrinolisis
c. Waktu yang dibutuhkan untuk pemindahan kepusat kesehatan yang mampu
melakukan IKP ( <120 menit)
Langka 2 : Tentukan pilihan yang lebih baik atara vibrinolisis atau strategi invasif
untuk kasus tersebut Bila pasien >3 jam sejak, serangan dan IKP dapat dilakukan
dengan penundaan, tidak ada preferensi untuk strategi tertentu.
a. Pasien datang lebih dari 3 jam setelah awitan gejala dan terdapat halangan untuk
strategi invasif
b. Strategi invasif tidak dapat dilakukan
Cath-lab sedang/tidak dapat dipakai
Kesulitan untuk mendapat akses vaskular
Tidak dapat mencapai laboratorium/pusat kesehatan yang mampu melakukan
IKP dalam waktu <120 menit
c. Halangan untuk strategi infasif
Transportasi bermasalah
Waktu antara Door-to-balloon dan Door-balloon lebih dari 90 menit
Strok hemoragik atau strok yang menyebabkan Transien Ischaemic Attack (TIA) dalam 6 bulan
belum diketahui dengan awitan kapanpun terakhir
Kerusakan system saraf sentral dan neoplasma Kehamilan atau dalam 1 minggu post partum
Perdarahaan saluran cerna dalam 1 bulan terakhir Tempat tusukan yang tidak dapat dikompresi
endokarditis
Streotokinase (Sk) 1,5 jura U dalam 100 ML Heparin i.v. selama 24- Sebelum SK atau
Dextrose 5% atau larutan 48 jam anistreplase
salin 0,9%cdalam waktu
30-60 menit
Terapi antikoagulan
4. Tatalaksana di ICU
a. Pasang monitor 24 jam
b. Tirah baring
c. Pemberian oksigen 3-4 liter/menit
d. Pemberian nitrat : sebagai vasodilator koroner untuk mengurangi gejala nyeri
dada, menurunkan tekanan darah pada hipertensi dan vasodilator pada edema
paru. Preparat nitral oral sublingual isosorbid nitrat 5 mg dapat di ulang tiap 5
menit sampai 3 kali untuk mengatasi nyeri dada. Bila nyeri belum berkurang
dapat diberikan nitrogliserin drip intravena secara titrasi sesuai respon tekanan
dara, dimulai dengan dosis 5-10 mikrogram/menit dan dosis dapat ditingkatkan
5-20 mikrogram/menit sampai respons nyeri berkurang atau mean arterial
pressure (MAP) menurun 10% pada normotensi dan 30% pada hipertensi, tetapi
tekanan darah sistolik harus > 90 mmHg.
7. Komplikasi
1. Kardiogenik syok
2. Arryhmia : A-V Blok
3. Gagal jantung
4. Ruptur chorda
Bentuk ST :