Sejarah Dan Perkembangan Katalis
Sejarah Dan Perkembangan Katalis
Istilah katalisator berawal dari penelitian Berzelius pada tahun 1836 tentang proses
proses pemercepatan laju reaksi dan menjabarkannya sebagai akibat adanya gaya katalisis.
Sebutan “gaya” katalisis ternyata tidak terbukti, tetapi istilah katalisator tetap digunakan
untuk menyebuitkan pengaruh substansi tertentu yang ikut dalam proses tanpa mengalami
perubahan. Senyawa yang menurunkan laju reaksi biasa disebut sebagai katalisator negatif
atau inhibitor, yang saat ini lebih dikenal dengan istilah katalis.
Definisi katalis pertama kali dikemukakan oleh Ostwalsd sebagai suatu substansi yang
mengubah laju suatu reaksi kimia tanpa merubah besarnya energi yang menyertai reaksi
tersebut. Pada tahun 1902 Ostwald mendefinisikkan katalis sebagai substansi yang mengubah
laju reaksi tanpa terdapat sebagai produk pada akhir reaksi, dengan kata lain katalisator
mempengaruhi laju reaksi dan berperan sebagai reaktan sekaligus produk reaksi.
Selanjutnya pada tahun 1941, Bell menjelaskan substansi yang dapat disebut sebagai
katalis suatu reaksi adalah ketika sejumlah tertentu substansi ditambahkan maka akan
mengakibatkan laju reaksi bertambah dari laju pada keadaan stoikiometri biasa. Jika substansi
tersebut ditambahkan pada reaksi maka tidak mengganggu kesetimbangan.
Katalis merupakan suatu zat atau substansi yang dapat mempercepat reaksi (dan
mengarahkan atau mengendalikannya), tanpa terkonsumsi oleh reaksi, namun bukannya
tanpa bereaksi. Katalis bersifat mempengaruhi kecepatan reaksi, tanpa mengalami perubahan
secara kimiawi pada akhir reaksi. Peristiwa / fenomena / proses yang dilakukan oleh katalis
ini disebut katalisis.
Istilah negative catalyst (atau inhibitor) merujuk kepada zat yang berperan
menghambat atau memperlambat berlangsungnya reaksi.
Karena tetapan kesetimbangan reaksi (K) yang merupakan perbandingan antara tetapan
kecepatan reaksi ke kanan terhadap tetapan kecepatan reaksi ke kiri tidak mengalami
perubahan, maka katalis bersifat mempercepat reaksi dalam kedua arah. Artinya, katalis
yang mempercepat reaksi ke kanan juga akan mempercepat reaksi ke kiri (reaksi balik).
Contoh: logam baik digunakan sebagai katalis reaksi hidrogenasi dan sekaligus
dehidrogenasi.
12) Pada reaksi-reaksi tertentu, terdapat salah satu produk reaksi yang dapat berfungsi
sebagai katalis untuk reaksi yang bersangkutan. Zat atau produk reaksi ini disebut
autokatalis, sedangkan reaksinya biasa disebut reaksi autokatalitik. Contoh:
13) Katalis yang dapat menghambat atau memperlambat kecepatan reaksi disebut katalis
negatif (atau inhibitor). Contoh:
Walaupun katalis tidak secara permanen terlibat dalam reaksi kimia, namun ketika
katalis melakukan fungsinya, maka katalis mengalami perubahan baik secara kimiawi
maupun secara fisik yang sangat mempengaruhi kinerja. Oleh karena itu terdapat 3 parameter
utama dari kinerja katalis, yaitu:
1. Aktivitas, yaitu peran katalis yang berkaitan dengan kemampuannya mempercepat
reaksi,
2. Selektivitas atau spesifisitas, yaitu peran katalis yang berkaitan dengan
kemampuannya meningkatkan produk yang diinginkan,
3. Stabilitas atau lifetime, yaitu peran katalis yang berkaitan dengan kemampuannya
menahan hal-hal yang dapat mengarahkan terjadinya deaktivasi katalis.
Untuk setiap reaksi yang dikatalisisnya, katalis harus mempunyai aktivitas kimia,
selektivitas, dan stabilitas yang cukup tinggi. Peningkatan aktivitas tersebut memberikan
beberapa keuntungan, antara lain:
1. Kecepatan reaksi yang lebih tinggi untuk kondisi operasi yang sama.
2. Kecepatan reaksi yang sama, tetapi dengan throughput yang lebih tinggi atau ukuran
reaktor yang lebih kecil.
3. Kecepatan reaksi yang sama pada kondisi yang lebih lunak (berupa suhu atau tekanan
operasi yang lebih rendah), dengan yieldmeningkat, operasi menjadi lebih mudah,
deaktivasi berkurang, dan selektivitas yang lebih baik.
Dengan membandingkan kecepatan reaksi tanpa dan dengan katalis CuO-MgO pada suhu
600 K, diperoleh:
Keterangan gambar:
Ea1 ≡ energi aktivasi reaksi tanpa katalis
(complex atau intermediatesyang mempunyai energi potensial yang tinggi
mengakibatkan kecepatan reaksi yang rendah)
Ea2 ≡ energi aktivasi reaksi dengan katalis
(barrier energy yang lebih rendah dibandingkan dengan reaksi tanpa katalis
mengakibatkan kecepatan reaksi yang makin tinggi)
ΔHr ≡panas reaksi = H reaktan – H produk reaksi
Penurunan energi aktivasi reaksi disebabkan oleh terjadinya pembentukan alur atau
mekanisme reaksi yang berbeda (yakni antara reaksi tanpa katalis dan reaksi dengan katalis).
Bahkan, untuk suatu jenis reaksi yang sama, alur atau mekanisme reaksi yang terbentuk
akibat penggunaan suatu katalis tertentu akan berbeda dengan alur atau mekanisme reaksi
yang terbentuk akibat penggunaan katalis yang lain. Dengan demikian, katalis hanya bersifat
memberikan alternatif. Berdasarkan teori keadaan-transisi(atau teori kompleks aktif), katalis
mampu menurunkan hambatan energi potensial (potential energy barrier)yang harus dilalui
olehreaktan-reaktan untuk membentuk produk-produk reaksi.
Contoh :
O2(g) + 2SO2(g) → 2 SO3(g) (energi aktivasi tinggi)
Setelah ditambahkan gas NO yang bertindak sebagai katalis, tahap-tahap reaksi menjadi :
Dengan adanya katalis ini, energi aktivasi menjadi lebih rendah, sehingga persentase partikel
yang mempunyai energi lebih besar dari energi aktivasi.
V. JENIS-JENIS KATALIS
1. Katalis Homogen
Pengertian Katalis Homogen
Katalis homogen adalah katalis yang mempunyai fase sama dengan reaktan
atau produk. Pada umumnya berupa fase cair, dengan katalis dan reaktan berada
dalam larutan. Penggunaan katalis homogen ini mempunyai keunggulan, yaitu:
memiliki aktivitas dan selektivitas yang tinggi, tidak mudah teracuni oleh keberadaan
pengotor, mudah dioperasikan, mudah dimodifikasi, mudah untuk dipelajari.
Keuntungan dan Kelemahan dari Penggunaan Katalis Homogen
Reaksi katalisis jenis ini terjadi sangat spesifik dan dapat menghasilkan
selektivitas yang tinggi dan biasanya dapat dilakukan pada kondisi operasi yang tidak
terlalu sulit. Walaupun secara operasional reaksi katalisis ini lebih mudah dan lebih
tidak membutuhkan energi, namun katalis homogen ini jarang digunakan dalam
industri. Hal tersebut dikarenakan penggunaan katalis homogen memiliki beberapa
kelemahan diantaranya, yaitu: mencemari lingkungan karena tidak dapat digunakan
kembali. Selain itu, katalis homogen juga umumnya hanya digunakan pada skala
laboratorium ataupun industri bahan kimia tertentu, sulit dilakukan secara komersil,
karena operasi pada fase cair dibatasi pada kondisi suhu dan tekanan, sehingga
peralatan lebih kompleks dan diperlukan peralatan tambahan untuk memurnikan
produk dari katalis homogen. Karena alasan-alasan tersebut, katalisis homogen
terbatas penggunaannya di industri, biasanya dalam pembuatan zat kimia khusus,
obat-obatan, dan makanan, kecuali pada produksi asam asetat, proses alkilasi olefin,
dan hidroformilasi. Contoh dari katalis homogen yang biasanya banyak digunakan
dalam produksi biodiesel, seperti basa (NaOH, KOH), asam (HCl, H2SO4).
Reaksi tersebut merupakan proses primer dalam pelarutan ester, tantomerisasi ketonel,
dan inversi sukrosa. Sedangkan, katalis basa bronsted merupakan transfer ion
hidrogen dari substrat ke basa :
Reaksi tersebut merupakan tahap primer dalam isomerasi dan halogenasi senyawa
organik, dan dalam reaksi claisen dan adol.
dengan:
A ≡ reaktan (substrat),
P ≡ produk reaksi,
E ≡ enzim,
AE ≡ zat antara (intermediet) yang merupakan molekul enzim yang terikat
pada reaktan
Neraca massa katalis: [E0] = [E] + [AE]atau: [E] = [E0] – [AE] .... (3)
dengan:
[E0] ≡ konsentrasi enzim mula-mula
[AE] ≡ konsentrasi enzim yang berikatan dengan reaktan A pada saat t
[E] ≡ konsentrasi enzim bebas pada saat
Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi
ester yang diinginkan dan membuangasam lemak bebas. Setelah melewati proses ini, tidak
seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel
(solar) dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus
Proses pembuatan biodiesel selama ini dengan alkohol dengan minyak
tumbuhan menggunakan katalis homogen berupa NaOH atau KOH. Namun
proses pembuatan biodiesel secara konvesional memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya terbentuknya produk samping berupa sabun,
rumitnya pemisahan produk biodiesel yang dihasilkan dengan katalis,.
2. Katalis Heterogen
Katalis heterogen adalah katalis yang fasenya tidak sama dengan reaktan atau
produk. Pada umumnya fase katalis berupa padatan dan fase reaksi berupa gas.
Penggunaan katalis ini mempunyai keunggulan, yaitu mudah dipisahkan dari
campuran reaksi dengan cara filtrasi, tahan dan stabil terhadap suhu relatif tinggi,
ramah lingkungan, tidak bersifat korosif, dapat digunakan berulangkali dalam jangka
waktu yang lama, mudah disiapkan dalam bentuk pallet katalis padat, dan
konstruksinya sederhana. Selain itu, katalis heterogen dapat meningkatkan kemurnian
hasil karena reaksi samping dapat dieliminasi. Hingga tahun 1980-an: sekitar 90%
katalis yang digunakan di dalam proses industri kimia berupa katalis heterogen.
Mayoritas dari katalis heterogen ini didasari pada silika, terutam sejak
beberapa riset menunjukkan keuntungan dari penggunaan silika, antara lain:
a) Kestabilan yang baik,
b) Luas permukaan yang lebih besar,
c) Mudah dan murah,
d) Kemudahan gugus organik dalam menjangkar ke permukaan, untuk
menyediakan pusat katalitis (Gupta et al, 2008)
Contoh-contoh dari katalis heterogen adalah zeolit, CaO, MgO, dan resin penukar ion.
Mekanisme katalis heterogen melalui lima langkah, yaitu: transport reaktan ke katalis,
interaksi reaktan-raktan dengan katalis (adsorpsi), reaksi dari spesi-spesi yang
teradsorpsi menghasilkan prodduk-produk reaksi, deadsorpsi produk dari katalis,
transport produk menjauhi katalis.
Contoh:
Katalis padat Fe untuk Proses Haber pada pembuatan amonia:
N2(g) + 3 H2(g) ↔2 NH3(g)
Katalis padat Fe2O3-BiO2 untuk oksidasi amonia pada pembuatan asam nitrat:
4 NH3(g) + 5 O2(g) ↔4 NO(g) + 6 H2O(g)
Katalis padat Ni pada hidrogenasi hidrokarbon:
R1CH=CHR2(l) + H2(g) →R1CH2CH2R2(l)
(minyak tak jenuh) (lemak jenuh)
Katalis arang (C) pada pembuatan asam khlorida:
H2(g) + Cl2(g) →2 HCl (g)
1. Reaktan terbawa oleh aliran gas pembawa sampai kepermukaan luar partikel
katalis.
2. Difusi reaktan dari permukaan luar masuk melalui pori dalam partikel katalis.
3. Reaktan diadsorpsi pada sisi aktif katalis sehingga menimbulkan energi
adsorpsi
5. Produk didesorpsi dari katalis keluar melalui pori bagian partikel katalis.
1. Keinertan
N2(g) +3H2(g) →
Pada suhu kamar, reaksi berlangsung lambat. Untuk mempercepat laju
reaksi, ke dalam zat pereaksi ditambahkan katalis.
Gambar 1. Bagan Sintesis Amonia
Proses sintesis amonia menggunakan katalis ini ditemukan oleh ahli kimia
Jerman, Fritz Haber pada 1905 sehingga proses ini dikenal dengan nama
Proses Haber. Katalis yang digunakan adalah logam besi yang merupakan
katalis heterogen. Katalis dapat dibuat lebih aktif dengan menambahkan
aluminium oksida dan kalium oksida.
Di Indonesia, terdapat beberapa perusahaan milik pemerintah
(Bahan Usaha Milik Negara/ BUMN) yang memproduksi amonia untuk
digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk. Perusahaan-
perusahaan tersebut di antaranya, PT Pupuk Kujang di Cikampek, Jawa
Barat; PT Pupuk Iskandar Muda di Nanggroe Aceh Darussalam; PT Pupuk
Sriwijaya di Palembang, Sumatera Selatan; PT Pupuk Kalimantan Timur di
Bontang, Kalimantan Timur; PT Petrokimia di Gresik, Jawa Timur.
2. Industri Otomotif
Gas buang mesin merupakan salah satu polusi udara yang paling
besar. Oleh karena itu digunakanlah catalytic converter yang merupakan
alat yang digunakan sebagai kontrol
emisigas buang yang diletakkan setelah exhaust manifold pada sistem pe
mbuangan kendaraan bermotor (Husselbee, 1985).Katalis automotive (con
verter) ini pertama kali didesain pada tahun 1975 di US yang bertujuan
untuk mengurangi polusi udara dengan cara mengkonversi gas
karbonmonoksida (CO), nitrogen oksida (NO x) dan hidrokarbon (HC) yang
merupakan gas buang dari reaksi pembakaran bahan bakar yang tidak
sempurna pada kendaraan bermotor (Shelef, 2000).
Gas karbonmonoksida (CO), nitrogen oksida (NOx) dan kidrokarbon (
HC) yang merupakan gas buang dari kendaraan pada saat pembakaran
yang sangat merugikan manusia.Terbuangnya gas CO yang dapat
mengurangi kadar oksigen dalam lingkungan sehingga bila terhirup
manusia menyebabkan kadar oksigen di dalam darah berkurang.Hal ini
disebabkan karena gas CO akan lebih mudah bereaksi dengan hemoglobin
(Hb) yang mengakibatkan kemampuan darah untuk mentransfer oksigen
berkurang. Selain gas CO, gas lain yang juga merupakan hasil
pembuangan pada proses pembakaran adalah gas HC. Gas HC dapat
menyebabkan iritasi mata, batuk, rasa mengantuk dan bercak kulit.
Sedangkan gas NOx dapat mengganggu sistem pernafasan dan merusak
paru-paru. NOx juga dapat bereaksi dengan air membentuk hujan asam
dan sangat berbahaya bagi lingkungan (Hardianto, 1998).
Katalis yang digunakan pada alat ini ialah logam-logam mulia,
seperti Platinum (Pt), Rhodium (Rh), dan Palladium (Pd). Logam-logam
mulia tersebut mempunyai aktifitas spesifik yang tinggi sehingga
menghasilkan konversi yang besar (Shelef, 2000). Palladium berfungsi
sebagai katalis reaksi oksidasi, rhodium digunakan sebagai katalis rekasi
reduksi dan platina dapat melakukan kedua reaksi tersebut (oksidasi dan
reduksi). Logam lain yang terkadang digunakan walaupun secara terbatas
adalah cerium, besi, mangan, tembaga dan nikel. Digunakan secara
terbatas karena memiliki produk sampingan yang juga cukup berbahaya.
Nikel dilarang di uni eropa karena reaksinya dengan CO menghasilkan
nikel tetrakarbonil. Sedangkan tembaga dilarang di amerika utara karena
menghasilkan senyawa dioksin.
Ada beberapa tahapan pada catalytic converter,
a) Tahap awal dari proses yang terjadi pada Catalytic Converter adalah
reaksi reduksi.
Catalytic converter menggunakan platina dan rhodium sebagai
katalis logam pada reaksi reduksi. Ketika gas NO x (NO atau NO2)
masuk ke dalam catalytic converter, katalis logam akan
mengadsorpsi dan menyimpan atom Nitrogen dan membebaskan
oksigen dalam bentuk gas Oksigen (O2). Atom Nitrogen yang
tersimpan akan bereaksi dengan atom nitrogen lainnya yang
teradsorpsi pada katalis membentuk gas Nitrogen (N2). Reaksi yang
terjadia dalah sebagai berikut:
3. Industri Kimia
Salah satu katalis heterogen yang paling terkenal yaitu katalis Zeolit. Katalis ini telah
banyak digunakan dalam bidang industri kimia baik sebagai penukar ion, dan pemisahan gas.
Hal ini dikarenakan katalis zeolit dapat mengkatalisa beberapa reaksi seperti crakcing,
isomerisasi dan sintesa hidrokarbon. Peran dan aktivitas zeolit dalam mengkatalisa sangat
ditentukan oleh jumlah dan situs asam yang terdapat pada permukaan. Karena kekuatan asam
zeolit alam berada pada daerah yang lebar maka selektivitas katalis menjadi rendah. Dengan
demikian perlu dilakukan penyeragaman kekuatan asam katalis yang dapat dilakukan dengan
cara dealuminasi parsial.
Katalis zeolit dapat digunakan dengan beberapa metoda.Metoda yang paling sering
digunakan untuk mendistribusikan logam Ni dalam zeolit dilakukan dengan cara impregnasi
dan ion exchange. Pada metoda ion exchange, cara memasukkan kation ke dalam kerangka
zeolit dilakukan melalui pertukaran antara kation alkali atau alkali tanah dengan larutan
garam logam prekursor. Bila ion exchange berlangsung pada zeolit alam, maka dengan cara
menukarkan logam alkali atau alkali tanah dengan ion Ni 2+ dan reaksi ini berlangsung pada
temperature 180o
4. Industri Minyak
Minyak mentah juga dapat diproses melalui metode cracking. Dalam
metode ini, senyawa hidrokarbon rantai panjang diubah menjadi senyawa
hidrokarbon rantai pendek dengan pemanasan untuk memutuskan ikatan
karbon-karbon. Hidrokarbon akan merengkah jika dipanaskan jika temperaturnya
melebihi 350-400 oC dengan atau tanpa bantuan katalis. Parafin adalah hidrokarbon yang
paling mudah merengkah, disusul dengan senyawa-senyawa naftena. Sedangkan senyawa
aromatik sangat sukar merengkah. Proses perengkahan yang terjadi hanya karena
pemanasan dinamakan perengkahan termal (thermal cracking). Untuk menghemat
penggunaan panas, maka digunakan katalis dan proses ini dinamakan
catalytic cracking. Senyawa yang biasa digunakan sebagai katalis yaitu
zeolit (senyawa kompleks aluminosilikat) dan suhu reaksi adalah sekitar
500˚C (lebih rendah daripada tidak menggunakan katalis). Karena
campuran menunjukkan sifat seperti liquid (padahal campuran terdiri dari
senyawa gas dan padatan) maka dikenal sebagai fluid catalytic cracking.
Reaksi ini adalah contoh dari reaksi katalisis heterogen (katalis yang
memiliki perbedaan fasa dengan reaktan). Ketika reaksi telah selesai
dilakukan, produk akan dihasilkan dan dipisahkan dengan distilasi.
Mekanisme :
Pembentukan karbokation baru dan pemutusan ikatan C-C dari molekul didasarkan pada
kestabilan hiperkonjugasi yang mungkin dalam molekul
Karbokation yang terbentuk bersifat sangat reaktif dan dapat menyerang parafin atau naften
menghasilkan karbokation baru.
RCH2-CH=CH2 + (CH3)3CH -----> (CH3)3C + RCH2-CH2-CH3
Senyawa aromatik tersubtitusi alkil dapat bereaksi dalam beberapa mekanisme , salah satunya
pemutusan rantai
3. Perpindahan hidrogen (hidrogen shift) dan perpindahan metil (methyl shift) dari
karbokation dapat terjadi membentuk produk isomer.
5. Industri polimer
Polimerisasi Ziegler-Natta merupakan metode sintetis polimer dengan monomer yang memiliki ikatan
rangkap, termasuk jenis polimerisasi adisi, metode ini sesuai dengan namanya, ditemukan oleh dua
ilmuawan yaitu Ziegler dan Natta. Polimerisasi Ziegler-Natta menggunakan sistem katalis dan ko-katalis
dalam reaksi polimerisasinya. Katalis ini merupakan senyawa komplek dari golongan I – III dengan
halida dan turunan logam transisi golongan IV – VII.
Katalis Ziegler-Natta biasanya adalah senyawa TiCl3 sebagai ko-katalis yang digunakan adalah TiCl3
dan Al(C2H5)2Cl atau TiCl4 dengan Al(C2H5)3. Reaksi antara katalis dan ko-katalis ini akan
menghasilkan suatu komplek yang selanjutnya akan bereaksi dengan molekul propilena. Pada proses
pengakhiran, polimerisasi Ziegler-Natta dilakukan dengan menambahkan molekul Hidrogen akan
memutuskan pertumbuhan rantai polimer.
Polietilena
Polipropilena
Kopolimer etilena dan 1-alkena
Polibutena-1
Polimetilpentena
Polisikloolefin
Polibutadiena
Poliisoprena
Poli-alfa-olefin amorf (APAO)
Poliasetilena.
Asam sulfat merupakan bahan kimia yang banyak digunakan sebagai bahan baku dan bahan
penolong dalam berbagai industri, sehingga perkembangan pemakaiannya dapat merupakan
indikator bagi perkembangan perindustrian di suatu negara.
Pembuatan H2SO4dengan proses kontak
Pada tahun 1831 seorang ahli kimia berkebangsaan Inggris, Philips telah berhasil mensintesis
belerang menjadi H2SO4 sebagai katalis digunakan V2O5
Reaksi yang terjadi :
3. Biokatalis
Biokatalis atau yang biasa disebut dengan enzim merupakan senyawa protein
berukuran koloid. Enzim biasa dijumpai dalam sistem biokimia dan makhluk hidup. Setiap
enzim mempunyai suhu optimum (suhu operasi ketika aktivitasnya mencapai maksimum).
Peningkatan suhu di atas suhu optimumnya akan mengakibatkan kerusakan enzim (denaturasi
protein).
Enzim atau biokatalis memiliki keunggulan sifat (aktivitas tinggi, selektivitas dan
spesifitas) sehingga dapat dapat membantu proses–proses kimia kompleks pada kondisi lunak
dan ramah lingkungan. Kelemahannya antara lain sangat mahal, sering tidak stabil, mudah
terhambat, tidak dapat diperoleh kembali setelah dipakai. Contohnya: enzim-enzim dalam
sistem pencernaan tubuh manusia dan enzim-enzim dalam tumbuhan. Salah satu Biokatalis
yang telah dilaporkan penggunaanya adalah Enzim lipase (Triacylglycerol Acllydrolases).
Enzim lipase atau enzim pemecah lemak dipakai dalam reaksi pembuatan biodiesel. Enzim itu
dapat mengatalisis, menghidrolisis, serta mensintesis bentuk ester dari gliserol dan asam
lemak rantai panjang seperti halnya minyak goreng dan jelantah.
1. Oksidoreduktase adalah jenis enzim yang berfungsi pada reaksi Redoks (reaksi reduksi
dan
oksidasi
)
2. Transferase adalah jenis enzim yang mengatalisis reaksi pemindahan atau transfer suatu
gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain.
3. Hidrolase adalah jenis enzim yang berfungsi sebagai katalis pada reaksi hidrolisis
berbagai ikatan, baik pemecahan ester, glikosida, peptide, dll.
4. Liase adalah jenis enzim yang berfungsi sebagai katalis dalam reaksi pemutusan berbagai
ikatan kimiabaik melalui reaksi hidrolisisa maupun reaksi oksidasi
5. Isomerase adalah jenis enzim yang berfungsi sebagai katalis pada reaksi perubahan
intramolekuler atau isomerisasi sebuah molekul tunggal.
6. Ligase adalah jenis enzim yang menjadi katalisator dalam reaksi penggabungan dua
molekul dengan ikatan kovalen.
Peranan dari enzim sangat banyak dalam kehidupan manusia terutama dalam tubuh
manusia.Biasanya nama enzim sangat spesifik karena dikaitkan dengan jenis substrat yang
diuraikan.Peranan dari enzim beserta golongan dan jenisnya dapat dilihat pada table dibawah
ini.
KOMPONEN-KOMPONEN KATALIS
Katalis dibentuk dari komponen-komponen yang dapat menunjang sifat katalis yang
diharapkan, seperti aktif, selektif, panjang usia (stabil terhadap gangguan fisika, kimia,
termal, dan mekanik), dan murah.
Khusus untuk katalis heterogen, pada kondisi tertentu dibutuhkan sifat-sifat lain
seperti: konduktivitas termal yang tinggi serta kemampuan menghasilkan distribusi aliran
yang merata dan pressure drop yang rendah di sepanjang unggun (bed). Untuk memenuhi
sifat-sifat tersebut di atas, pada umumnya katalis padat dibentuk dari tiga komponen utama
sebagai berikut :
Penyangga katalis memiliki berbagai fungsi. Namun fungsi utama dari penyangga
adalah untuk menyediakan luas permukaan yang besar bagi inti aktif. Contohnya adalah
platina yang merupakan katalis logam pada berbagai proses katalisis akan memiliki
aktivitas yang tinggi apabila luas permukaan platinumnya ditingkatkan dengan bahan
penyangga.
Fungsi lain dari penyangga adalah sebagai permukaan yang stabil dimana inti
aktif terdispersi sedemikian rupa sehingga sintering (penggumpalan/ pertumbuhan
kristal) dapat dikurangi. Dengan demikian penyangga harus tahan terhadap pertumbuhan
kristal dikarenakan panas, yang artunya harus memiliki titik lebur yang tinggi atau
minimal lebih tinggi daripada titik lebur inti aktif. Senyawa oksida yang memiliki titik
lebur tinggi sehingga biasa digunakan sebagai penyangga diperlihatkan pada tabel
berikut:
Support
�-Al2O3
SiO2
Karbon Aktif
Tanah Liat Diatom
SiO2- AlO3
Promotor
Pada kebanyakan industri, katalis yang digunakan mengandung promotor dan
umumnya berupa promotor kimia. Promotor kimia digunakan dalm jumlah kecil dan
promotor tersebut mempengaruhi kimia permukaan. Fungsi promotor dapat
meningkatkan aktivitas, selektivitas, dan kestabilan katalis. Promotor yang digunakan
dalam jumlah yang relatif sedikit pada katalis. Bahan yang digunkan sebagai promotor
diantaranya CaO dan K2O. Selain itu, fungsi promotor pada komponen aktif ialah
sebagai elektronik, morfologi, poisoning. Sedangkan, fungsi pada penyangga ialah
struktural, inhibisi aktivitas, promosi aktivitas.
PEMBUATAN KATALIS
b) Impregnasi Rendam
Pada metode ini penyangga dicelupkan dalam suatu larutan
senyawa logam. Larutan diaduk selama beberapa waktu tertentu,
disaring dan hasilnya dikeringkan. Sedangkan cairan induknya
dapat dimanfaatkan kembali. Cara ini sering digunakan pada jenis
prekursor yang berinteraksi dengan penyangga. Secara industri,
proses ini lebih mahal karena produktivitas tendah dan sistem daur
ulang cairan induknya cukup rumit.
DEAKTIVASI KATALIS
Seiring dengan berlangsungnya proses, katalis dapat mengalami perubahan sifat kimia
dan fisika secara reversibel maupun ireversibel yang mengarah kepada terjadinya penurunan
(atau kehilangan) aktivitasnya. Semua katalis akan mengalami penurunan (atau kehilangan)
aktivitasnya sepanjang waktu penggunaan (time on stream, TOS). Peristiwa inilah yang
dinamakan deaktivasi. Deaktivasi reversibel bersifat sementara, sehingga katalis dapat
diaktifkan kembali dan diregenerasi; sedangkan deaktivasi ireversibel bersifat permanen,
sehingga harus dilakukan penggantian katalis baru.
Proses deaktivasi dapat berlangsung: sangat cepat, seperti pada katalis-katalis perengkahan
(cracking) hidrokarbon, atau sangat lambat, seperti pada katalis besi promoted untuk reaksi
sintesis amonia, yang dapat digunakan selama beberapa tahun tanpa kehilangan aktivitas
secara berarti (signifikan).
Deaktivasi katalis dapat mempengaruhi kinerja reaktor. Penurunan jumlah active sites katalis
dapat menurunkan aktivitas katalitiknya. Katalis yang telah terdeaktivasi harus diregenerasi
atau bahkan diganti secara periodik. Dengan mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan
deaktivasi, bagaimana deaktivasi dapat mempengaruhi performa katalis, bagaimana
mencegah terjadinya deaktivasi, serta bagaimana meregenerasi katalis yang telah
terdeaktivasi, maka persoalan deaktivasi ini dapat diminimasi.
A. FOULING (PENGERAKAN)
Deaktivasi katalis akibat pengerakan pada umumnya berlangsung cepat.
Pengerakan terjadi jika ada zat-zat dalam reaktor (bisa reaktan, produk, atau
intermediet) terdeposit di atas permukaan katalis dan menutup pori-pori (atau active
sites) katalis secara fisik. Karbon (coke/kokas) merupakan bentuk kerak yang paling
umum, dan proses pembentukannya dinamakan coking. Misalnya, pembentukan
coke(C) pada reaksi perengkahan hidrokarbon dengan katalis silika-alumina:
C10H22 →C5H12+ C4H10+ C(s)
Bentuk coke yang terbentuk bergantung kepada jenis katalis, suhu, dan tekanan
parsial senyawa-senyawa karbonnya. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
meminimasi coking:
mengoperasikan reaktor dengan waktu tinggal yang singkat
menambahkan hidrogen ke dalam aliranproses, untuk mengkonversi karbon
(fase gas) menjadi metana
meminimasi suhu upstreamdari unggun (bed) katalis, karena karbon (fase gas)
kurang mudah terbentuk pada suhu rendah.
B. POISONING (PERACUNAN)
Deaktivasi katalis akibat peracunan pada umumnya berlangsung lambat.
Peracunan disebabkan oleh adsorpsi kimia (chemisorption) zat-zat dalam aliran
proses. Zat-zat ini kemudian menutup atau memodifikasi active sites pada katalis.
Racun dapat menyebabkan perubahan morfologi permukaan katalis, baik melalui
rekonstruksi permukaan maupun relaksasi permukaan atau memodifikasi ikatan antara
katalis logam dengan support-nya. Zat yang bisa menjadi racun pada umumnya adalah
pengotor (impurity) dalam aliran umpan, namun produk dari reaksi yang diinginkan
pun bisa berperan sebagai racun. Ada 3 jenis utama racun, yaitu:
1. Molekul-molekul dengan heteroatom yang reaktif (misal: sulfur)
2. Molekul-molekul dengan ikatan kompleks antar atom (misal: hidrokarbon tak
jenuh)
3. Senyawa-senyawa logam atau ion-ion logam (misal: Hg, Pd, Bi, Sn, Cu, Fe)
dengan:
KA ≡ konstanta kesetimbangan adsorpsi reaktan A
KP ≡ konstanta kesetimbangan adsorpsi racun P
pA ≡ tekanan parsial reaktan A
pP ≡ tekanan parsial racun P
Aktivitas katalis yang tersisasebanding dengan fraksi permukaan katalis yang tidak
tertutupi oleh racun (yaitu sebesar 1-θP). Ikatan antara racun dengan katalis(atau
supportkatalis) dapat berlangsung lemah atau kuat. Jika ikatannya kuat, peracunan
akan mengakibatkan terjadinya deaktivasi yang ireversibel. Namun jika ikatannya
sangat lemah, deaktivasi katalis yang teramati dapat dibalikkan dengan cara
mengeliminasi (menghilangkan) pengotor (racun) dari aliran umpan.
Jika produk reaksi dapat berperan sebagai racun,maka reaktor harus dioperasikan
pada tingkat konversi yang rendah, dan/atau memisahkan produk tersebut secara
selektif pada tahap intermediet (untuk jenis reaktor multitahap).
C. SINTERING
Deaktivasi katalis akibatsinteringdisebabkan olehpertumbuhan atau
aglomerasi kristal yang akan mengubah struktur kimia katalis atau support-nya.
Structural rearrangementyang teramati selama sintering mengakibatkan penurunan
luas permukaan katalis, dan karenanya mengakibatkan penurunan banyaknya active
sites katalis secara ireversibel.
Pada umumnya sinteringberlangsung jikasuhu lokal katalis melampaui
sepertiga hingga setengah dari suhu leleh (melting-point, Tm)-nya. Batas atas suhu
(yaitu ½ Tm) diterapkan pada kondisi ”kering”, sedangkan batas bawah suhu (yaitu
1/3 Tm) diterapkan jika ada steam/kukus/uap dalam aliran proses. Hal ini dikarenakan
steam memudahkan terjadinya reorganisasi beberapa logam, alumina, dan silika.
Berikut adalah daftar beberapa katalis logam dengan suhu sintering-nya.
Keterangan:
B. Deaktivasi seri, yaitu jika salah satu produk yang terbentuk dari sistem reaksi
seriberperan sebagai racun katalis (P)
A→B→P
Kecepatan deaktivasinya:
C. Deaktivasi samping (side by side), yaitu jika salah satu produk yang terbentuk dari
sistem reaksi paralel (non-competitive atau side by side)berperan sebagai racun
katalis(P)
A →B dan C → P
Kecepatan deaktivasinya:
D. Deaktivasi independent, yaitu jika deaktivasi bukan disebabkan oleh racun melainkan
oleh suhu atau tekanan tinggi. Deaktivasi ini mengakibatkan katalis mengalami
perubahan struktur atau perubahan komposisi kimiawinya.
Kecepatan deaktivasinya:
REGENERASI KATALIS
Aktivitas katalis yang telah terdeaktivasi dapat dipulihkan kembali, secara parsial
maupun sempurna, melalui treatment kimia. Proses regenerasi yang berlangsung lambat
dapat disebabkan oleh meningkatnya batasan termodinamika atau tahanan difusi akibat
menutupnya pori-pori katalis. Peningkatan tahanan difusi ini akan menurunkan effectiveness
factorkatalis. Meskipun kecepatan desorpsi pada umumnya meningkat pada suhu tinggi,
namun pengontakan katalis dengan aliran gas bersuhu tinggi untuk jangka waktu lama dapat
memicu terjadinya sintering dan hilangnya aktivitas katalis secara ireversibel. Deaktivasi
katalis karena peracunan dan pengerakan akan berlangsung ireversibel, jika zat-zat penyebab
deaktivasi tersebut tidak dapat digasifikasi pada suhu di bawah suhu sintering-nya.
1. Untuk katalis yang teracuni oleh sulfur, ikatan logam-sulfur biasanya diputuskan
dengan menambahkan steam. Contohnya, pada katalis logam nikel:
Ni-S + H2O →NiO + H2S … (i)
Kesetimbangan reaksi (ii) yang menggeser H2S dicapai pada suhu yang sangat
tinggi (>700oC). Artinya, sintering katalis menjadi persoalan (karena suhu
sinteringNi ≈500oC). Selain itu, SO2 biasanya merupakan racun untuk beberapa
katalis. Jika sinteringatau peracunan oleh SO2 menghalangi treatmentregenerasi
dengan steam, maka sulfur yang terdeposit pada katalis Ni biasanya dipisahkan
dengan cara melewatkan aliran gas yang bebas-sulfur pada katalis, pada suhu-
sedang, selama periode waktu tertentu.
C + O2 →CO2............. (iii)
C + 2 H2 →CH4........... (v)
Unsur-unsur transisi beserta senyawanya banyak digunakan sebagai katalis, misalnya: Pt, Ni,
Fe, HgSO4, V2O5, dan MnO2.