Tugas Khusus Pertamina Balongan Unit RCC PDF
Tugas Khusus Pertamina Balongan Unit RCC PDF
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Mempelajari proses pada unit Residue Catalytic Cracking (RCC)
1.3.2 Menghitung neraca massa dan neraca panas reaktor-regenerator dan
menganalisa pengaruh temperatur reactor,temperatur regenerator,udara
regenerator dan MCRT terhadap yield coke
1.4 Manfaat
Dapat mempelajari proses pada unit 15-Residue Catalytic Cracking (RCC)
dan dapat mengetahui hubungan pengaruh temperatur reactor,temperatur
regenerator,udara regenerator dan MCRT terhadap yield coke.
Unit ini dirancang berdasarkan blending komponen dari jenis feed tersebut
diatas, dengan pengecualian jumlah metal sesuai catatan di bawah ini.
Tabel 2.3 Parameter Feed
Property Quality
Specific Gravity 0,9184
Metal (Ni + V) weight (ppm) 22 (1)
MCR ( % weight) 5,6
Hydrogen ( % weight) 12,85
Nitrogen weight (ppm) 2350
B. Spesifikasi Produk
Unit memproduksi sweetened fuel gas yang dialirkan ke system refinery
fuel. LPG dan Gasoline yang dihasilkan dialirkan ke Merichem Treater Unit. LCO
Hydrotreater,sedangkan Decant oil dikirim ke blending fuel oil atau diekspor.
Berikut ini merupakan karakteristik dari produk yang dihasilkan oleh unit RCC.
Decant Oil
Flash Point : 70 min
Catalyst cont : 30 max
Viscosity 50°C : 150 max
CCR, % wt : 18 max
Ash cont, % wt : 0,10 max
Sediment : 0,15 max
Str Acid Nbr, mg KOH/gr : nil
Ttl Acid Nbr, mg KOH/gr : 3 max
Hot Filtration Test, % wt : 0,1 max
Sulphur Content, % wt : 4 max
Water by Dist, % vol : 1 max
B. Regenerator
C. Main Column
Pemisahan produk dilakukan dalam main fractionating column menjadi
fraksi-fraksi Decant Oil, Light Cycle Oil, Naptha, Unstabilized Gasoline dan wet
gas. Uap hydrocarbon panas dari reactor masuk ke main column pada 510-535°C
dan harus didinginkan ke 315-370°C sebelum dilakukan pemisahan. Pendinginan
uap dari reactor tersebut dilakukan dengan mengkontakannya dengan sejumlah
besar stream sirkulasi Main Column Bottom dirancang untuk me-desuperheat uap
hydrocarbon dari reactor, mengkondensasi produk bottok dan menghilangkan
entrained catalyst partikel.
Laju sirkulasi slurry oil umumnya berkisar 130-180% laju umpan atau 14,5
M3/jam per meter persegi diameter kolom. Sebagian sirkulasi dari MCB dilakukan
pada disc and donut tray, dari sini uap naik keseksi HCO dimana fraksinasi awal
dilakukan. Dari seksi HCO uap minyak naik keseksi LCO, sebagian LCO dikirim
ke sponge gas lalu membawanya kembali. Sebagian LCO yang lain dimasukkan
kedalam stripper untuk mengendalikan flash pointnya. Reflux pada Main Column
dipergunakan untuk mengendalikan temp overhead system dan heat balance kolom
serta menentukan EP gasoline.
E. Catalyst Cooler
Catalyst cooler berfungsi untuk mendinginkan katalis dari upper
regenerator ke lower regenerator dengan tujuan untuk mengatur temperature lower
regenerator.Unit RCC beroperasi dengan 2 buah back mix dan 2buah flow through
catalyst cooler.Media pendingin yang dipakai Catalyst cooler adalah Hot Boiling
Water (HBW) yang juga difungsikan sebagai boiler dan steam yang dihasilkan akan
dipanaskan kembali pada steam superheater.
2. Isomerasi
a. n-Olefin menjadi iso-olefin
1-CnH2n → trans-2-CnH2n
b. n-Paraffin menjadi iso-Paraffin
n-CnH2n → iso-CnH2n
3. Hydrogen transfer
a. Naphthene + Olefin → Aromatik + Paraffin
b. Cyclo aromatisasi
C6H12 + 3C5H10 → C6H6 + 3C5H12
c. Olefin menjadi paraffin dan aromatic
4C6H12 → 3C6H14 + C6H6
6. Dealkylasi
Iso-C3H7-C6H5 → C6H6 + C3H6
7. Dehydrogenasi
n-C8H18 → C8H16 + H2
8. Reaksi Kondensasi
CH = CH2 + R1CH = CHR2 → 2H2
Klasifikasi Umpan
A. Paraffin
Merupakan ikatan rantai hydrocarbon jenuh dengan rumus umum CnH2n+ 2
yang mempunyai tingkat kestabilan tinggi. Paraffin terdapat dalam bentuk ikatan
paraffin hydrocarbon rantai lurus (n-Paraffin) maupun cabang (iso-Paraffin). Pada
umumnya umpan RCC didominasi oleh paraffin dengan kandungan paraffin antara
50-60% dari total feed. Paraffin stocks mudah dilakukan perengkahan dan
normalnya jumlah yield terbesar dengan total liquid produk paling banyak adalah
gasoline dan paling sedikit fuel gas namun octane number rendah.
B. Olefin
Merupakan ikatan rantai hydrocarbon tak jenuh dengan rumus umum CnH2n
yang bersifat kurang stabil sehinnga anggota-anggotanya dapat langsung bereaksi,
baik antar senyawa olefin itu sendiri maupun dengan senyawa lain seperti Chlorine,
Bromine, Hydrocarbon acid dan Sulfuric acid tanpa pertukaran atom hydrogen.
Olefin terdapat dalam bentuk ikatan Olefin rantai cabang (iso-Olefin, al : Ethylen,
Propylene, Butylene dst) maupun olefin rantai cabang (iso-Olefin, al : iso-Butylene,
C. Naphthene
Merupakan ikatan rantai hydrocarbon jenuh dengan rumus umum CnH2n
yang sama dengan olefin tetapi memiliki sifat-sifat yang jauh berbeda. Naphthene
merupakan senyawa hydrocarbon melingkar / tertutup dengan ikatan tunggal,
sedangkan olefin dengan rantai hydrocarbon terbuka dan ikatan ganda
(Cyclopentane, Cyclohexane, Methil-cyclohexane). Naphthene lebih disukai
sebagai umpan RCC karena dapat menghasilkan gasoline hasil perengkahan
naphthene mempunyai sifat lebih aromatic dan lebih berat disbanding hasil dari
perengkahan paraffin.
D. Aromatic
Merupakan rantai hydrocarbon tak jenuh dengan rumus umum CnH2n+6 atau
sering disebut dengan seri benzene yang memiliki sekurang-kurangnya satu cincin
ikatan rangkap Benzene (Benzene, Toluene, Aniline dll) dan bersifat sangat stabil
serta tidak dapat terengkah menjadi komponen yang lebih kecil. Aromatik kurang
disukai sebagian umpan RCC karena sebagian besar molekulnya tidak dapat
terengkah. Perengkahan aromatic pada dasarnya hanya akan memutuskan rantai
sampingnya saja sehingga akan menghasilkan fuel gas berlebihan. Beberapa
senyawa aromatic yang terdiri beberapa cincin (poly nuclear aromatic-PNA) dapat
secara terpadu membentuk “chicken wire” yang akan menempel pada catalyst
sebagai carbon residue (coke) dan sebagian akan menjadi produk slurry. Dibanding
dengan paraffin, perengkahan aromatic stock akan menghasilkan konversi yang
lebih rendah, yield gasoline lebih rendah dan sedikit liquid dengan Octane Number
lebih tinggi.
Pada tugas khusus kali ini akan mengamati dan mengevaluasi pengaruh
temperatur reaktor ,temperatur regenerator,udara regenerator dan MCRT terhadap
yield coke pada unit RCC PT Pertamina RU VI Balongan.Berikut ini akan diuraikan
alur-alur dalam penyelesaian masalah yang ada.
Permasalahan
Data Operasi
Perhitungan
Pembahasan
O2 membentuk CO2
𝑘𝑔 𝑚𝑜𝑙
Kapasitas flue gas ( ) x kadar CO2 di flue gas (%mol)xkoef reaksi
𝑗𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙 𝑂2 𝑘𝑔 𝑚𝑜𝑙
(𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2)=....... 𝑗𝑎𝑚
O2 membentuk H2O
𝑘𝑔 𝑚𝑜𝑙
Kapasitas flue gas ( )x kadar CO2 di flue gas (%mol)xkoef reaksi
𝑗𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙 𝑂2 𝑘𝑔 𝑚𝑜𝑙
(𝑚𝑜𝑙 𝐻2𝑂)=....... 𝑗𝑎𝑚
Total coke yang dibakar = jumlah coke dari C + jumlah coke dari H
Yield coke (%wt) = Total coke yang dibakar (kg/kg coke) x 100%
Kapasitas feed (kg/jam)
Kandungan H2 dalam coke(%wt)=Jumlah coke yg dibakar dari H x100%
Total coke yang dibakar
Perhitungan Panas Regenerator
Panas pembakaran (Hc) ditentukan berdasarkan tabel .Untuk panas
pembakaran coke berdasarkan suhu flue gas.
𝒌𝒌𝒂𝒍
Panas Pembakaran (Hc) untuk C menjadi CO ( )
𝒋𝒂𝒎
𝑘𝑜𝑒𝑓 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝐶 𝑘𝑔 𝑚𝑜𝑙
x O2 membentuk CO ( )x ∆Hc (C CO)
𝑘𝑜𝑒𝑓 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑂2 𝑗𝑎𝑚
𝒌𝒌𝒂𝒍
Panas pembakaran (Hc) untuk C menjadi CO2 ( )
𝒋𝒂𝒎
𝑘𝑔 𝑚𝑜𝑙
(O2 membentuk CO2 ( ) x ∆Hc (C CO2)
𝑗𝑎𝑚
𝒌𝒌𝒂𝒍
Total panas pembakaran coke ( )
𝒋𝒂𝒎
𝒌𝒌𝒂𝒍
Panas pembakaran (belum dikoreksi) ( 𝒌𝒈 𝒄𝒐𝒌𝒆 )
Udara (5)
Gambar 3.3 Diagram Alir Neraca Panas di Regenerator
-∆H2-∆H3-∆H5-∆H8 = ∆H1+ ∆H4 + ∆H6 + ∆H7
Temperatur referensi adalah temperatur regenerator,sehingga
∆H1-∆H4 = 0,maka persamaan
∆H2 = ∆H8 -∆H3-∆H5-∆H6-∆H7
Gambar 4.1 Grafik udara kering versus relatif humidity dan temperatur
Sumber : FCC Handbook,page 181
Sehingga jumlah mol udara kering dan H2O dalam udara pembakaran dapat
dihitung sebagai berikut :
A. Menghitung udara basah
1 𝐾𝑔 𝑚𝑜𝑙 𝑘𝑔 𝑘𝑔
Flow (Nm3/jam) x 22,4 𝑁𝑚3 x 28,37 𝑘𝑔 𝑚𝑜𝑙 =...... 𝑗𝑎𝑚
1 𝐾𝑔 𝑚𝑜𝑙 𝑘𝑔 𝑘𝑔
351000 Nm3/jam x 22,4 𝑁𝑚3 x 28,37 𝑘𝑔 𝑚𝑜𝑙 = 444547,7 𝑗𝑎𝑚
O2 membentuk CO2
𝑘𝑔 𝑚𝑜𝑙
Kapasitas flue gas ( ) x kadar CO2 di flue gas (%mol)xkoef reaksi
𝑗𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙 𝑂2 𝑘𝑔 𝑚𝑜𝑙
(𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2)=....... 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑔 𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙 𝑂2 𝑘𝑔 𝑚𝑜𝑙
15136,4 x 14,73 % mol x 1𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 = 2229,6
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
O2 membentuk H2O
3159,7 kgmol/jam–(0+446,52 kg mol/jam+2229,6 kgmol/jam)= 483,58 kmol/jam
H2 yang dibakar di regenerator
𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑘𝑔 𝑚𝑜𝑙
O2 yang membentuk H2O x 2𝑚𝑜𝑙 𝑂2 = ..... 𝑗𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑘𝑔 𝑚𝑜𝑙
483,58 kmol/jam x 2 𝑚𝑜𝑙 𝑂2 = 967,16 𝑗𝑎𝑚
Total coke yang dibakar = jumlah coke dari C + jumlah coke dari H
= (3122,6 x 12) + (967,16 x 2)
= 39405,5 kg/jam = 39,4055 Ton/jam
Yield coke (%wt) = Total coke yang dibakar (kg/kg coke) x 100%
Kapasitas feed (kg/jam)
= 39,405 kg/jam x 100% = 9,7 %
404,06
Udara (5)
Gambar 4.3 Diagram Alir Neraca Panas di Regenerator
6
MCRT
0
9,26 9,38 9,59 9,66 9,7 9,87 10,02
Yield Coke
9,6
9,4
9,2
9
8,8
349,53 351,82 354,39 357,85 373,74 385,44 393,51
Udara Regenerator
9,6
9,4
9,2
9
8,8
719,7 720,5 723,9 725,8 727,8 735,7 735,7
Temperature lower regenerator
9,6
9,4
9,2
9
8,8
524,3 524,5 524,9 525,1 528 536,5 536,5
Temperatur Reaktor
5.1 Kesimpulan
1. Proses cracking merupakan teknologi proses yang berfungsi untuk merengkah
atau memotong rantai hidrokarbon yang panjang menjadi rantai hidrokarbon
yang lebih pendek.
2. Proses penting yang terjadi pada Residu Catalyst Cracking adalah : Cracking,
Isomerasi,Transfer hidrogen,Transfer alkil group, Cyclisasi olefin menjadi
napthene,Daelkylasi, Dehidrogenisasi, Reaksi kondensasi.
3. Energi unit RCC sebagian berasal dari panas pembakaran coke didalam
Regenerator dan panas produk yang keluar dimanfaatkan untuk memanaskan
feed dengan menggunakan Heat Exchanger.
4. Kenaikan yield coke dipengaruhi oleh kenaikan MCRT,Temperatur
Reaktor,Temperatur Lower Regenerator dan Udara ke Regenerator.
5.2 Saran
Untuk perhitungan heat balance, diperlukan data data aktual untuk
menunjang hasil perhitungan yang komprehensif.