Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

Ekstraksi Fenol dari Jahe


Disusun unntuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Teknologi Pengolahan Rempah-rempah yang diampu oleh Puji Rahmawati Nurcahyai,
S.TP., M.Si dan Siti Mujdalipah, S.TP., M.Si

Disusun oleh :
Dwinda Puspasari (1304582)
Nurlatifah (1307487)
Sarah Nastiti (1304575)
Shella Khaifa (1300163)
Winni Trinita M (1304693)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan yang membantu terlaksananya penulisan
makalah ini hingga bisa tersusun dengan baik.
Harapan kami semoga makalah ini disusun berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Oleh karena itu penyusun menyadari bawah banyak kekurangan dari penulisan
makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan begitu penyusun mengharapkan kritik
dan saran untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

1.2. Tujuan ........................................................................................................................... 2

1.3. Manfaat ......................................................................................................................... 2

BAB II ........................................................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................ 3

2.1. Ekstraksi dan Maserasi ....................................................................................................... 3

2.2. Jahe..................................................................................................................................... 4

BAB III.......................................................................................................................................... 8

METODE PENELITIAN .............................................................................................................. 8

3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................................................. 8

3.2. Alat dan Bahan ................................................................................................................... 8

3.3. Prosedur Kerja .................................................................................................................... 8

BAB IV ..................................................................................................................................... 9

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................. 9

4.1. Hasil ................................................................................................................................... 9

4.2.Pembahasan ......................................................................................................................... 9

BAB V......................................................................................................................................... 12

PENUTUP ................................................................................................................................... 12

5.1. Kesimpulan ...................................................................................................................... 12

iii
5.2. Saran................................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

LAMPIRAN ............................................................................................................................ 14

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya tanaman
rempah-rempah. Begitu eksotiknya rempah Nusantara, perusahaan persatuan dagang
Belanda untuk Hindia Timur atau VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie)
sekitar 400 tahun lampau datang untuk menguasainya. Salah satu jenis rempah yang
pemanfaatannya hingga sekarang tidak terbatas yaitu jahe.
Jahe merupakan salah satu jenis tanaman yang hidup sepanjang tahun. Tanaman
ini dapat tumbuh di berbagai wilayah, seperti Indonesia, India, Karibia, Cina, Afrika
Barat dan Asia Barat Daya. Adapun ciri-ciri atau karakteristik tanaman jahe yaitu
memiliki bau yang khas dan tajam serta terasa hangat bila dikonsumsi. Jahe
biasanya digunakan sebagai bumbu masakan, campuran jamu, atau bisa juga dibuat
untuk wedang jahe. Seiring dengan perkembangan zaman, cara pengolahan jahe pun
semakin berkembang dan beragam. Kini, jahe dapat digunakan sebagai campuran
berbagai jenis makanan olahan, misalnya permen jahe, dodol jahe, dan selai jahe.
Selain dapat diolah menjadi bermacam-macam jenis makanan, jahe ternyata
memiliki begitu banyak manfaat dan khasiat bagi kesehatan tubuh.
Jahe memiliki banyak kegunaan dan khasiat karena memiliki dua jenis senyawa
yang utama yaitu senyawa volatil dan non-volatil. Senyawa volatile biasa disebut
minyak atsiri merupakan komponen pemberi aroma yang khas pada jahe.
Sedangkan senyawa non-volatil biasa disebut oleoresin salah satu senyawa
kandungan jahe yang sering diambil, dan komponen pemberi rasa pedas dan pahit.
Fenol merupakan salah satu senyawa non-volatil, senyawa ini merupakan bagian
dari komponen oleoresin yakni yang berpengaruh dalam sifat pedas jahe selain itu
juga fenol merupakan senyawa antioksidan yang mempunyai khasiat untuk
kesehatan. Untuk mendapatkan komponen fenol dari jahe dapat dilakukan ekstraksi
dan maserasi. Ekstraksi merupakan proses penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair.

1
Berdasarkan hal tersebut maka kami melakukan penelitian mengenai ekstrasksi
fenol dengan cara ekstraksi dan maserasi.

1.2.Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini, yaitu untuk mengetahui metode ekstraksi
komponen fenol dari jahe yang optimal serta mendapat fenol dari jahe.

1.3.Manfaat
Mengetahui metode ekstraksi komponen fenol dari jahe yang optimal dan
mengetahui randemen komponen fenol yang dihasilkan dari jahe dengan jumlah
tertentu

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekstraksi dan Maserasi


Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Definisi lain menyebutkan
bahwa ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari tanaman obat, hewan dan
beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun
sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan
metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya.
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. (Harbone, 1987; Dirjen
POM, 1986, dalam Umi, 2009).
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara panas
dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin dengan cara
maserasi, perkolasi dan alat soxhlet.
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan
(kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan
maupun yang tidak tahan pemanasan.Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi
dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.Maserasi
dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan atau kamar (Depkes RI,2000 dalam Istiqomah, 2013).
Maserasi berasal dari bahasa latin Maceraceberarti mengairi dan melunakan.
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dasar dari maserasi
adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk
pada saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh.
Setelah selesai waktumaserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi
pada bagian dalam sel dengan masuk kedalam cairan, telah tercapai maka proses

3
difusi segera berakhir.Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan
pengocokan berulang-ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan
ekstraksi yang lebih cepat didalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama
maserasi menyebabkan turunannya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada
suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakinbesar
perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil
yang diperoleh (Voigh, 1994 dalam Istiqomah, 2013).
Kerugiannya adalah pengerjaanya lama dan penyarian kurang sempurna.Secara
teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada
keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut
setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya(Depkes RI, 2000;
Depkes RI, 1995, dalam Istiqomah, 2013).

2.2. Jahe
Sistematika tanaman rimpang jahe, yaitu :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Musales
Family : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : officinale
Tanaman jahe yang dapat tumbuh subur di sebagian besar wilayah
Indonesia mempunyai ciri-ciri pada akarnya tumbuh tunas yang kelak akan tumbuh
menjadi tanaman. Akar tanaman jahe berupa rimpang yang menggerombol. Batang
tanaman jahe berupa batang semu yang tumbuh tegak lurus, merupakan selubung
daun tanaman dan pelepah yang menutupi batang. Bagian luar batang agak licin
dan sedikit mengkilap berwarna hijau tua dengan dihiasi titik-titik berwarna putih.
Daun berbentuk lonjong dan lancip menyerupai daun rumput–rumputan besar. Pada
bagian atas, daun lebar dengan ujung yang agak lancip, bertangkai pendek,
berwarna hijau tua agak mengkilap, sementara bagian bawah berwarna hijau muda

4
dan berbulu halus. Panjang daun sekitar 5-25 cm dengan lebar 0,8-2,5 cm. Bunga
jahe berupa bulir yang berbentuk kincir, tidak berbulu, dengan panjang 5-7 cm dan
bergaris tengah 2-2,5 cm. Bulir itu menempel pada tangkai bulir yang keluar dari
akar rimpang dengan panjang 15-25 cm. Bunga terletak pada ketiak daun pelindung
dengan beberapa bentuk yakni panjang, bulat telur, lonjong, runcing, atau tumpul.
Jahe adalah salah satu tanaman rempah yang digunakan sebagai bumbu
masakan dan obat-obatan. Jahe pada umumnya mengandung banyak kadar air
dibandingkan dengan senyawa organik lainnya. Walaupun demikian jahe juga
mengandung pati, abu, minyak atsiri, damar, asam-asam organik seperti asam malat
dan asam oksalat, Vitamin A, B, dan C, serta senyawa-senyawa flavonoid dan
polifenol. Jahe (Zingiber officiale) merupakan salah satu temu-temuan dari suku
Zingiberaceae. Jahe secara luas digunakan sebagai bumbu untuk bermacam-macam
masakan seperti roti, acar, kue dan kembang gula. Selain itu jahe juga digunakan
untuk memberi cita rasa pada minuman seperti soft drink serta banyak digunakan
sebagai obat. Penggunaan jahe tersebut disebabkan karena sifat jahe yang dapat
memberikan rasa pedas, hangat dan bau harum. Halia atau jahe (Zingiber officnale
Roscoe) yang terhimpun di dalam famili Zingiberaceae merupakan herbal.
Didasarkan pada bentuk, warna dan aroma rimpang serta komposisi kimiawinya, di
Indonesia dikenal 3 tipe jahe, yaitu jahe putih besar, jahe putih kecil dan jahe
merah.
Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpang, jahe dibedakan menjadi
tiga jenis yaitu :
1. Jahe putih/kuning besar disebut juga jahe gajah atau jahe badak. Ditandai ukuran
rimpangnya besar dan gemuk, warna kuning muda atau kuning, berserat halus
dan sedikit. Beraroma tapi berasa kurang tajam. Dikonsumsi baik saat berumur
muda maupun tua, baik sebagai jahe segar maupun olahan. Pada umumnya
dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan dan minuman.
2. Jahe kuning kecil disebut juga jahe sunti atau jahe emprit. Jahe ini ditandai
ukuran rimpangnya termasuk katagori sedang, dengan bentuk agak pipih,
berwarna putih, berserat lembut, dan beraroma serta berasa tajam. Jahe ini selalu
dipanen setelah umur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari jahe

5
gajah, sehingga rasanya lebih pedas. Jahe ini cocok untuk ramuan obat- obatan,
atau diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
3. Jahe merah ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil, berwarna merah jingga,
berserat kasar, beraroma serta berasa tajam (pedas). Dipanen setelah tua dan
memiliki minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil sehingga jahe merah pada
umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan.
Kandungan Kimia. Rimpang jahe mengandung 2 komponen utama, yaitu:
1. Volatil oil (minyak menguap)
Biasa disebut minyak atsiri merupakan komponen pemberi aroma yang khas
pada jahe, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
Minyak atsiri merupakan salah satu dari dua komponen utama minyak jahe.
Jahe kering mengandung minyak atsiri 1-3%, sedangkan jahe segar yang tidak
dikuliti kandungan minyak atsiri lebih banyak dari jahe kering. Bagian tepi dari
umbi atau di bawah kulit pada jaringan epidermis jahe mengandung lebih
banyak minyak atsiri dari bagian tengah demikian pula dengan baunya.
Kandungan minyak atsiri juga ditentukan umur panen dan jenis jahe. Pada umur
panen muda, kandungan minyak atsirinya tinggi. Sedangkan pada umur tua,
kandungannyapun makin menyusut walau baunya semakin menyengat.
2. Non-volatil oil (minyak tidak menguap)
Biasa disebut oleoresin salah satu senyawa kandungan jahe yang sering
diambil, dan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Sifat pedas tergantung
dari umur panen, semakin tua umurnya semakin terasa pedas dan pahit.
Oleoresin merupakan minyak berwarna coklat tua dan mengandung minyak
atsiri 15-35% yang diekstraksi dari bubuk jahe. Kandungan oleoresin dapat
menentukan jenis jahe. Jahe rasa pedasnya tinggi, seperti jahe emprit,
mengandung oleoresin yang tinggi dan jenis jahe badak rasa. pedas kurang
karena kandungan oleoresin sedikit. Jenis pelarut yang digunakan, pengulitan
serta proses pengeringan dengan sinar matahari atau dengan mesin
mempengaruhi terhadap banyaknya oleoresin yang dihasilkan.
Salah satu komponen Non-volatil oil pada jahe yaitu Fenol. Fenol adalah
senyawa yang mempunyai sebuah cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus

6
hidroksil. Senyawa fenol pada bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi fenol
sederhana dan asam fenolat, turunan asam hidroksi sinamat dan flavonoid. Senyawa
fenol dapat bergabung dengan glukosida, protein, alkaloid dan terpenoid yang
terdapat dalam rongga sel. Senyawa fenol jahe merupakan bagian dari komponen
oleoresin yakni yang berpengaruh dalam sifat pedas jahe.
Menurut Tsai dkk (2005) senyawa yang berperan sebagai antioksidan dalam jahe
adalah substansi fenol. Negri (2005) menyatakan bahwa komponen aktif
hipoglisemik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan adalah terpenoid, alkaloid,
cumarin, flavonoid, dan capsaicin. Suhaj (2006) menyatakan bahwa antioksidan yang
berasal dari jahe (Zingiber officinale) adalah gingerol, shogaol, alanin, dan lain-lain.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka diduga jahe yang mengandung senyawa fenol
yang mempunyai kemampuan mereduksi sehingga juga mempunyai antioksidatif dan
aktivitas hipoglisemik. Komponen antioksidan mempunyai peranan yang penting
dalam kesehatan tubuh. Antioksidan juga banyak digunakan sebagai bahan tambahan
dalam makanan untuk mencegah kerusakan makanan.Berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa komponen fenol dari rempah-rempah mempunyai aktivitas
sebagai antioksidan. Oleh karena itu pengembangan metode ekstraksi komponen
fenol dari rempah-rempah sangat penting untuk pengembangan aplikasinya sebagai
antioksidan ataupun pengembangan produk olahannya.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian ekstraksi komponen fenol dari jahe dilakukan, pada :
Hari tanggal : Kamis, 14 Mei 2015 s.d Sabtu 16 Mei 2015
Waktu : pukul 07.00 s.d selesai
Tempat : Laboratorium Pendidikan Teknologi dan Agroindustri FPTK
UPI Lt.4 Gedung baru
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan ketika praktikum yaitu : Pisau, talenan, labu minyak,
erlenmeyer, loyang, oven, grinder, ayakan 50 mesh, rotary evaporator, kertas
saring, vacuum.
Bahan yang digunakan ketika praktikum, yaitu : Jahe 1,5 kg, Etanol 90% 100 ml.
3.3. Prosedur Kerja
1. Ekstraksi dilakukan pada bahan kering
2. Mencuci, mngkuliti, memotong rimpang jahe.
3. Mengeringkan jahe dengan menggunakan oven hingga kering.
4. Menghaluskan jahe kering dengan grinder sampai semua bahan lolos ayakan 50
mesh.
5. Memasukkan bubuk jahe yang diperoleh sebanyak 50 g ke dalam erlenmeyer
500 mL dan menambahkan etanol dengan konsentrasi 95% sebanyak 250 mL.
6. Melakukan pengocokka dalam shaker selama 1 jam untuk mencapai kondisi
homogen dan dimaserasi selama 36 jam.
7. Menyaring filtrat yang diperoleh dengan kertas whatman no 41.
8. Melakukan evaporasi dengan alat rotary evaporator pada suhu 400oC selama 1,5-
2 jam.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Setelah melakukan praktikum didapat :
1. Randemen jahe bubuk sebanyak 50 gram dari 1 kg jahe.
2. Randemen fenol sebanyak 4,5 ml, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

4.2.Pembahasan
Jahe memiliki komponen aktif hipoglisemik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
yaitu terpenoid, alkaloid, cumarin, flavonoid, dan capsaicin (Negri, 2005 dalam
Suryani, 2012). Suhaj (2006) dalam Suryani (2012) menyatakan bahwa antioksidan
yang berasal dari jahe (Zingiber officinale) adalah gingerol, shogaol, alanin, dan
lain-lain. Berdasarkan hal-hal tersebut maka diduga jahe yang mengandung senyawa
fenol yang mempunyai kemampuan mereduksi sehingga mempunyai antioksidatif
dan aktivitas hipoglisemik. Komponen antioksidan mempunyai peranan yang
penting dalam kesehatan tubuh. Antioksidan juga banyak digunakan sebagai bahan
tambahan dalam makanan untuk mencegah kerusakan makanan. Untuk
mendapatkan senyawa antioksidan tersebut dalam praktikum ini kami menggunakan
metode maserasi dan juga ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol.
Menurut Meloan (1999) dalam Kartika Sari (2012) ekstraksi dengan
menggunakan soxhlet ekstraksi menggunakan teknik maserasi merupakan teknik
ekstraksi yang mudah dan sederhana dengan hasil produk yang baik. Kelemahan
yang dimiliki adalah waktu ekstraksi yang lama dan hasil pengekstrak kurang
sempurna, bahan terekstrak haruslah stabil pada temperatur didih pelarut sangat

9
tidak cocok digunakan untuk bahan yang sensitif terhadap suhu tinggi, ekstraksi
berlangsung relatif lama karena adanya pendinginan oleh udara. Metode maserasi
yang dilakukan pada jahe adalah dengan melakukan perendaman pada jahe yang
telah dikeringkan. Senyawa fenolik yang terkandung di dalam jahe terkenal akan
sensitisitasnya dan juga tidak stabil. Ketidakstabilan ini akan menyebabkan
terdegradasinya kandungan fenolik dimana yang berpengaruh terhadap degradasi
tersebut adalah temperature (Vatai, 2009 dalamKartika Sari, 2012). Menurut Liyana
(2005) dalam (Kartika Sari 2012) menyatakan bahwa ada hubungan antara suhu dan
fenolik secara kuadratik, naiknya suhu menyebabkan peningkatan kadar fenolik
sampai pada suhu tertentu kemudian menurun seiring dengan peningkatan suhu
yang lebih tinggi hal ini disebabkan dekomposisi senyawa fenolik. Menurut
penelitian (Setyowati, 2013) dalam penelitiannya mengenai kurkumin bahwa
maserasi berpengaruh terhadap senyawa antioksidan yang ada di dalam rempah.
Dengan adanya maserasi ini akan meningkatkan senyawa antioksidan yang
terkandung di dalam bahan rempah. Dari penelitian tersebut kamipun
menyimpulkan bahwa maserasi berpengaruh terhadap senyawa fenol yang ada pada
jahe.
Penggunaan pelarut yang digunakan untuk menekstrak sangat mempengaruhi
kuantitas hasil dari ekstraksi dan aktivitas komponen fungsionalnya. Hasil analisis
yang digunakan oleh penelitian (Suryani, 2012) yang menggunakan pelarut yang
sama pada ekstraksi jahe menyatakan bahwa semakin besa rkonsentrasi etanol dan
semakin lama waktu ekstraksi kadar fenol ekstrak semakin besar. Semakin besar
konsentrasi etanol sampai 95% maka ekstrak yang diperoleh mempunyai kadar fenol
yang makin besar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Lee dkk. (2007)
dalamSuryani (2012) yang menyatakan bahwa penggunaan etanol sebagai media
pelarut komponen fenol dalam rimpang Curcuma aromatica menghasilkan ekstrak
dengan kadar fenol yang lebih tinggi dibanding ekstraksi dengan air saja.
Demikian pula semakin lama waktu perendaman bahan dalam pelarut, kadar
fenol ekstrak juga semakin tinggi. Hal ini karena semakin lama perendaman, proses
ekstraksi semakin efektif karena proses difusi pelarut ke dalam bahan semakin baik.
Menurut Escribano-Bailon dan Santos-Buelga (2003)dalamSuryani (2012) ekstraksi

10
komponen polifenol dari bahan alami dengan menggunakan pelarut dapat dibagi
dalam dua tahap yaitu tahap inisiasi dan tahap difusi. Dalam tahap inisiasi terjadi
proses penggelembungan partikel-partikel bahan karena proses absorbsi pelarut
sehingga komponen polifenol dalam sel-sel yang telah rusak akibat pemotongan
atau penggilingan bahan dapat terekstrak. Sedangkan dalam tahap difusi, pelarut
akan terdifusi ke bagian-bagian bahan yang lebih dalam dan komponen polifenol
seperti pigmen pewarna akan ikut terekstrak.

11
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Metode maserasi untuk mendapatkan komponen fenol dari jahe cukup optimal,
tetapi harus memperhatikan lama maserasi dan konsentrasi etanol yang
digunakan.
2. Maserasi selama 36 jam dengan konsentrasi etanol 95% merupakan yang paling
efektif.
3. Semakin lama waktu maserasi semakin banyak komponen fenol yang dihasilkan.
5.2. Saran
Agar fenol yang didapat randemennya lebih banyak, sebaiknya jumlah jahe yang
digunakan juga lebih banyak serta waktu maserasi juga ditingkatkan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Choirul. 2010. Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinalle) Kajian Dari
Ukuran Bahan, Pelarut, Waktu dan Suhu. Jurnal Petanian MAPETA Vol. XII
No.2 April 2010:72-144. ISSN : 1411-2817.
Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ektraksi Maserasi dan Sokletasi Terhadap
Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus). [skripsi] Prodi
Farmasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Kartika Sari, Denni. Dkk. 2012. Pengujian Kandungan Total Fenol
Kappahycusalvarezzi Dengan Metode Ekstraksi Ultrasonik DenganVariasi Suhu
Dan Waktu. Prosiding SNST 3. Semarang
Setyowati, Asri. Dkk. 2013. Peningkatan Kadar Kurkuminoid Dan Aktivitas
Antioksidan Minuman Instan Temulawak Dan Kunyit. Jurnal AGRITECH Vol. 33
No. 4 Yogyakarta.
Suryani, Lilis, Ch. 2012.OptimasiMetodeEkstraksiFenol Dari RimpangJaheEmprit
(ZingiberofficinalleVar. Rubrum). Jurnal Agrisains Vol. 3 No. 4.
Suryani, Ch.Lilis. 2012. Optimasi Metode Ekstraksi Fenol Dari Rimpang Jahe Emprit
(Zingiber Officinalle Var.Rubrum). Jurnal AgriSains Vol.3 No.4. ISSN : 2086–
7719.
Umi. 2009. Metode Ekstraksi. [online] tersedia pada :
https://fitokimiaumi.files.wordpress.com/2009/03/metode-ekstraksi.pdf
Widiyanti, Ratna. 2009. Analisis Kandungan Literatur. FK. UI.

13
LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai