Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 4, No.

2, 2010 30

Aldehid dan Keton


Muhamad Iqbal*
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Halu Oleo, Kendari Sulawesi Tenggara.

Abstract
Senyawa organik merupakan senyawa turunan hidrokarbon, karena senyawa ini
hanya terdiri dari hidrogen dan karbon, namun senyawa organik juga mengandung unsur
nitrogen, sulfur, fosfor, dan oksigen. Senyawa organik digolongkan berdasarkan gugus
fungsi. Gugus fungsi ini penting untuk diidentifikasi karena gugus fungsi penentu sifat atau
karakteristik suatu senyawa baik dari segi kereaktifan dan struktur. Gugus fungsi tersebut
diantaranya alkohol, eter, keton, aldehid, asam karboksilat, ester, dll. Identifikasi gugus
fungsi dapat dilakukan dengan berbagai metode tergantung gugus fungsi yang akan
diidentifikasi.
Dikehidupan sehari- hari, sangat banyak kegunaan dari unsur- unsur maupun
senyawa- senyawa dalam ilmu kimia. Kegunaannya itu bisa terdapat dalam ilmu
kedokteran, industri, kosmetik, bahkan dalam makanan. Setiap unsur dan senyawa dalam
kimia, memiliki kegunaan tersendiri, seperti kegunaan dalam senyawa aldehid. Aldehid
dapat digunakan sebagai bahan pengawet biologi, sebagai desinfektan, pencegahan
pertumbuhan mikroba dan jamur, sabun, pasta gigi, bahkan pembuatan vaksin.
Aldehid dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa, tetapi pada umumnya
aldehid lebih reaktif dibanding keton. Kimiawan memanfaatkan kemudahan oksidasi
aldehid dengan mengembangkan beberapa uji untuk mendeteksi gugus fungsi ini.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dilakukan percobaan
mengidentifikasi senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Benedict dan uji
Fehling.

Kata kunci: Senyawa Organik, Aldehid, Keton,Fehling,Benedict.

Pendahuluan karbaldehida. Aldehida aromatik sering mempunyai


Senyawa organik adalah golongan besar senyawa nama umum. Dalam sistem IUPAC, keton diberi
kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali akhiran –on. Penomoran dilakukan sehingga gugus
karbida, karbonat, dan oksida karbon. Di antara karbonil mendapat nomor kecil. Biasanya keton
beberapa golongan senyawa organik adalah senyawa diberi nama dengan menambahkan kata keton setelah
alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus nama-nama gugus alkil atau aril yang melekat pada
fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawa yang gugus
mengandung paling tidak satu cincin benzene; senyawa karbonil
heterosiklik yang mencakup atom-atom non karbon (Hart, 1990).
dalam struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai
panjang gugus berulang (Cahyono dan Agung, 2012).
Gugus karbonil adalah gugus yang dimiliki oleh Kereaktifan senyawa karbonil terhadap
golongan senyawa aldehida, keton, asam karboksilat, substitusi pada atom C karbonil dapat disebabkan
ester dan turunan lainnya. Aldehida mempunyai paling oleh kebasaan gugus perginya, Selain dipengaruhi
sedikit satu atom hidrogen melekat pada gugus karbonil. oleh kebasaan gugus perginya, kereaktifan senyawa
Gugus lainnya dapat berupa gugus hidrogen, alkil atau karbonil terhadap substitusi juga dipengaruhi oleh
aril. Pada keton, atom karbon karbonil dihubungkan struktur asil halidanya, terutama oleh atom karbon
dengan dua atom karbon lain. Dalam sistem IUPAC, yang bermuatan positif dari asil halidanya. Adanya
aldehida diberi akhiran –al. Karena aldehida telah lama gugus penarik elektron atau pendorong elektron akan
dikenal, nama-nama umum masih sering digunakan. mempengaruhi terbentuknya atom karbon dari
Nama-nama tersebut dicantumkan dibawah nama karbonil yang bermuatan positif (Suzana dkk., 2010).
IUPAC-nya. Bentuk aldehida siklik, digunakan awalan –
Aldehida adalah suatu senyawa yang Metode Penelitian
mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada Bahan
sebuah atau dua buah atom hidrogen. Aldehid memiliki Bahan berupa Bahan yang digunakan pada praktikum
sifat lebih reaktif daripada alkohol, dapat mengalami ini yaitu, pereaksi Benedict, pereaksi Fehling A dan
reaksi adisi, dapat mengalami reaksi oksidasi, aldehid Fehling B, aseton, formalin dan glukosa dan air.
dapat dioksidasi menjadi asam, dapat mengalami reaksi
polimerisasi. Karakteristik dari aldehid ini adalah Alat
berwujud gas pada suhu kamar dengan bau tidak enak, Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, tabung
berwujud cair pada suhu kamar dengan bau sedap, reaksi, pipet tetes, gegep, rak tabung, gelas kimia dan
senyawa polar sehinggan titik didihnya tinggi dan tidak electromantle.
berwarna. Struktur aldehid yaitu mengandung unsur C,
H, dan O dengan rumus R-CHO, dimana R adalah alkil Hasil dan pembahasan
dan –CHO adalah Gugus fungsi aldehida. Keton adalah
suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus
karbonil terikat pada dua gugus alkil. Keton ini bersifat Aldehid dan keton memiliki gugus fungsi
polar karena gugus karbonilnya polar dan keton lebih karbonil (-C=O), yaitu atom karbon yang berikatan
mudah menguap daripada alkohol dan asam karboksilat. rangkap dua dengan oksigen. Pada keton, terdapat 2
Karakteristik dari keton ini adalah berupa cairan tak atom karbon lain yang terikat pada gugus karbonil.
berwarna, umumnya larut dalam air, mempunyai titik
Karbon yang terikat pada gugus karbonil dapat
didih yang relatif lebih tinggi daripada senyawa non
polar dan dapat direduksi oleh gas H2 menghasilkan merupakan rantai alifatik (bukan merupakan bagian dari
alkohol sekundernya. Struktur dari keton yaitu cincin aromatik) atau aromatik (merupakan bagian dari
mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CO- cincin aromatik). Aldehid dan keton sama-sama
R’, dimana R adalah alkil dan -CO- adalah gugus mengalami reaksi yang disebut adisi nukleofilik. Sifat-
fungsi keton (karbonil) (Pauling, 1999).
sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton
Beberapa perbedaan antara aldehid dan keton
pada sifat dan struktur yang mempengaruhinya, yaitu tidak mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen,
Aldehid sangat mudah untuk beroksidasi, sedangkan maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada
keton mengalami kesukaran dalam beroksidasi, Aldehid alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan
biasanya lebih reaktif dari keton, terhadap suau reagen dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang
yang sama. Hal ini disebabkan karena atom karbonil
relatif kuat antara molekulnya, bagian positif dari
dari aldehid kurang dilindungi dibandingkan dengan
keton, begitu pula aldehid lebih mudah dioksidasi dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif dari
keton, Aldehid kalau teroksidasi akan menghasilkan yang lain.
asam karboksilat dengan jumlah atom yang sama tetapi
Percobaan yang dilakukan pada praktikum ini
untuk keton tidak, dikarenakan pada keton sering
mengalami pemutus nan ikatan yang menghasilkan 2 yaitu uji pereaksi fehling dan pereaksi Benedict pada
ikatan asam karboksilat dengan jumlah atom karbon dari beberapa senyawa yaitu : formaldehid, aseton dan
keton mula-mula (akibat putusnya ikatan karbon), keton glukosa. Uji Fehling dan Benedict ini bertujuan untuk
siklik menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah membedakan   senyawa   yang   merupakan   senyawa
atom karbon yang sama banyak. Jadi perbedaan
kereaktifan antara aldehid dan keton melalui oksidator aldehid   dan   senyawa   keton. Aldehid yang paling
dapat digunakan untuk membedakan kedua senyawa sederhana, yakni formaldehid (H2C=O) mempunyai
tersebut (Fessenden, 1992). kecenderungan untuk berpolimerisasi. Keton biasanya
kurang reaktif dibandingkan aldehid. Keton yang paling
sederhana adalah aseton, suatu cairan yang berbau sedap
yang digunakan terutama sebagai pelarut untuk senyawa
organik dan pembersih cat kuku. Glukosa termasuk
senyawa aldehid, hal ini dibuktikan dari strukturnya
yang mengandung gugus karbonil dan salah satunya
gugusnya terikat hidrogen.
Perlakuan pertama yang dilakukan yaitu, uji
pereaksi Fehling. Reagen fehling merupakan campuran
dari larutan CuSO4 dan larutan alkali dari garam
tartrat. Campuran ini berwarna biru yang mengandung
kompleks ion Cu2+ dalam suasana alkalis.
Pengompleksan ion tembaga (II) dengan ion tartrat
dapat mencegah terjadinya endapan tembaga (II)
hidroksida. Aldehid merupakan reduktor kuat sehingga larutan aseton mengalami penguapan, tidak adanya
dapat mereduksi oksidator lemah. Pada umumnya endapan yang terbentuk dan tidak mengalami
senyawa keton tak mudah dioksidasi dan aldehid mudah perubahan warna. Sedangkan untuk glukosa dan
untuk dioksidasi. Aldehid dapat bereaksi atau
memberikan uji positif terhadap penambahan larutan formaldehid (formalin), terjadi reaksi yang ditandai
fehling A dan B dimana dihasilkannya endapan merah dengan terjadinya perubahan warna. Pereaksi Benedict
bata Cu2O setelah dilakukan pemanasan. Ketika formalin ditambahkan dengan formalin warnanya berubah
dan glukosa direaksikan dengan larutan fehling dan menjadi hijau toska, sedangkan pereaksi Benedict
dipanaskan, terjadi perubahan warna, yakni pada formalin ditambahkan dengan Glukosa warnanya berubah
akan menghasilkan wana hijau dan glukosa akan
menghasilkan endapan dan warna berubah menjadi merah menjadi hijau daun dan terbentuknya endapan. Namun
bata. Hal yang menyebabkan dihasilkannya endapan pada perlakuan ini tidak menunjukan perubahan pada
merah bata ini karena ini berasal dari Fehling yang reaksi formalin, glukosa, dan aseton. Hal ini
memiliki ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam disebabkan oleh volume yang ditambahakan untuk
suasana basa akan diendapkan berwarna merah bata mereaksikan larutan tidak sebanding, sehingga pada
(Cu2O). Adapun pada reaksi antara keton dan reagen
fehling, keton sukar teroksidasi oleh larutan Fehling. Hal uji benedict dengan menggunakan larutan glukosa
ini disebabkan karena senyawa keton tidak mempunyai maupun formalin tidak terjadi perubahan.
atom H yang menempel pada atom karbon karbonil. Senyawa aseton tidak menunjukkan reaksi
Jadi senyawa keton tidak memberikan tes yang positif
terhadap larutan fehling. apapun baik dalam uji fehling maupun benedict. Hal
ini tidak lain disebabkan karena pereaksi fehling yang
Pengamatan selanjutnya adalah uji pereaksi
terdiri dari kompleks Cu2+ dengan ion tartrat adalah
Benedict. Larutan Benedict mengandung ion-ion tembaga
(II) yang membentuk kompleks dengan ion-ion sitrat larutan basa. Jika pereaksi ini bereaksi dengan aldehid
dalam larutan natrium karbonat. Pengompleksan ion-ion maka terbentuk endapan merah bata. Reaksi dengan
tembaga (II) dapat mencegah terbentuknya sebuah fehling mengubah ikatan C–H menjadi ikatan C–O,
endapan yaitu endapan tembaga (II) karbonat yang maka aldehid teroksidasi menghasilkan asam
berwarna merah bata. Aldehid mereduksi ion tembaga (II)
karboksilat dengan jumlah atom karbon yang sama.
menjadi tembaga (I) oksida. Karena larutan bersifat basa,
maka aldehid dengan sendirinya teroksidasi menjadi Karena keton tidak mempunyai hidrogen yang
sebuah garam dari asam karboksilat yang sesuai. menempel pada gugus atom karbonilnya, maka keton
tidak dapat teroksidasi atau bereaksi dengan pereaksi
Pengamatan pada uji benedict, secara teori jika
ini.
benedict dipanaskan bersama larutan aldehid akan terjadi
oksidasi menjadi asam karboksilat. Benedict akan
mengalami reduksi menjadi Cu2O yang mengendap pada KESIMPULAN
bagian bawah tabung karena larutan benedict terdiri atas
larutan tembaga sulfat (CuSO4), Natrium karbonat Berdasarkan hasil pengamatan yang
(Na2SO3 ), dan Natrium sitrat. Pada pencampuran diperoleh, maka dapat disimpulkan :
pereaksi benedict dengan formalin larutan tidak 1. Senyawa aldehid dan keton dapat dilihat atas
mengalami pembentukan endapan setelah dipanaskan. perbedaan gugus yang terikat pada gugus karbonil.
Hal ini bertentangan dengan teori karena bila dipanaskan Dimana aldehid cukup mudah teroksidasi sedangkan
bersama senyawa aldehid akan terjadi oksidasi menjadi keton sukar untuk dioksidasi. Hal ini disebabkan
asam karboksilat, sedang pereaksi benedict akan karena pada aldehid terdapat atom H yang menempel
mengalami reduksi Cu2O yang mengendap pada bagian pada gugus karbonilnya.
bawah tabung reaksi. Ketika pencampuran dengan 2. Senyawa aldehid dengan pereaksi Benedict
glukosa terjadi perubahan warna menjadi merah dan akan membentuk endapan cermin perak. Sedangkan
terdapat endapan merah bata pada larutan tersebut. uji pereaksi fehling pada aldehid akan menghasilkan
Namun dalam pengamatan ini tidak terjadi reaksi, hal ini endapan merah bata. Keton tidak bereaksi dengan
disebabkan oleh kesalahn kami dalam melakukan pereaksi fehling maupun benedict.
pencampuran. Sedangkan pada pencampuran dengan
aseton, larutan tidak terjadi reaksi karena aseton tidak
bisa teroksidasi dengan pereaksi benedict. DAFTAR PUSTAKA
Perlakuan uji benedict, menurut teori aseton tidak Apituley, D. 2009. “Pengaruh Penggunaan Formalin
beraksi dengan pereaksi benedict yang ditandai dengan Terhadap Kerusakan Protein Daging Ikan Tuna
(Thunus sp)”. Jurnal Agritech. 29 (1). Hart, H. 1990. Kimia Organik edisi keenam. Erlangga :
Jakarta.

Cahyono,A.D., Agung,R.T. 2012. ”Pemanfaatan Fly Ash


Batubara Sebaga Adsorben dalam Penyisihan Pauling, Mary. 1999. Pengantar Kimia Organik I.
COD dari Limbah Cair Domestik Rumah Susun Diwantara : Bandung.
Wonorejo Surabaya”. Jurnal ilmiah teknik
Lingkungan. 4(2).
Suzana, Budiati, T. 2010. “ Pengaruh Gugus Nitro
dengan Posis Para (p) pada Sintesis N-(4-
Fessenden, Ralp, J., Fessenden, Joan, S. 1986. Kimia Nitrobenzoil) tiourea” . Majalah Farmasi
Organik, Jilid I. Erlangga : Jakarta. Airlangga. 8 (1).

Anda mungkin juga menyukai