Anda di halaman 1dari 3

Kisah Anggur Sang Penguasa

Suatu ketika Nuh bin Maryam,


penguasa dan qodhi diwilayah Maru
di turkmenistan, hendak menikahkan
putrinya yang cantik, cerdas, dan
anggun.Maka berdatanganlah para
pembesar dan putra2 bangsawan
melamarnya dgn menawarkan mas
kawin yang banyak. Namun sang
putri terlihat enggan menerima
pinangan-pinangan itu. Hal itu
membuah sang Ayah bingung, dan ia
pun tak mau memilihkan calonuntuk
putrinya, karena akan mengecewakan yang lainnya. Hingga suatu ketika ia
benengok kebun anggur-nya, yang sejak 2 bulan lalu, dijaga oleh Mubarok
seorang budak dari india. Nuh berkata"Hai Mubarok, ambilkan aku
setangkai anggur"Lalu mubarok memberikan anggur tesebut, tapi ketika
dimakan rasanya masam.Lalu Nuh meminta dipetikkan lagi, ternyata
kembali dapat yang masam.
Nuh bertanya"Subhanallah, sudah 2 bulan kau tinggal di kebun ini, tapi
belum bisa mengerti juga mana anggur yang manis atau asam". Mubarok
menjawab"...
Hamba belum pernah merasakannya tuan, jadi belum mengerti"
"Kenapa kau tidak mencobanya" tanya Nuh. Mubarok menjawab"Karena
tuan hanya menyuruh hamba mengurusnya, dan tidak menyuruh
memakannya, maka hamba tidak akan berkhianat" Rupanya Mubarok
bukan sekedar seorang budak, namun seorang yang ahli ibadah dan taat
pada Allah.Singkat kisah Nuh menjodohkan Mubarok kepada Putrinya.
Masya Allah.... Sang putri cantik itu menerima sang budak jadi suaminya,
padahal pangeran-pangeran tampan telah ia tinggalkan. Dan dari mereka
lahirlah Abdullah bin Mubarok seorang Ulama Besar dikalangan Tabiin.

Hikmah:
.͡Memilih suami/istri itu utamakan taqwanya, jangan menolaknya
karena tidak ganteng dan tidak kaya.
.͡Menjaga Amanah dan menjauhi yang syubhat-haram, Allah ganti
dengan yang lebih baik
.͡Generasi terbaik lahir dari teladan orang tuanya.
Pengorbanan Ibu
Awalnya aku malu mempunyai ibu sepertinya. Warna kulit yang
gelap dan wajah yang pas-pasan. Ibu sangat berbeda dengan ayah,
kulit yang putih, tubuh yang gagah dan wajah yang lumayan tampan
menurutku. Aku tak mengerti kenapa ayah memilih ibu sebagai
pendamping hidupnya. Aku tidak menyalahi takdir-Nya, cuman aku
heran dengan semua ini. Ayahku berasal dari kota sedangkan ibu
sebagai anak desa yang tidak mempunyai apa-apa. Pendidikannya
pun hanya tamatan Sekolah Dasar saja. Setiap aku bertanya kepada
ayah kenapa dulu memilih ibu, beliau berkata, Itu sudah takdir,
mungkin ini yang terbaik untuk kita semua.

Ayah memiliki usaha yang lumayan sukses di kota, setiap seminggu


sekali ayah pulang untuk menjenguk kami di desa, bahkan selalu
membelikan apa saja yang kami minta, sehingga kami makin bangga
pada beliau. Aku anak ke empat dari lima bersaudara. Kehidupan
keluargaku tergolong paling kaya di desa. Ketika masih banyak
rumah yang terbuat dari bilik, maka rumah kami sudah terbuat dari
tembok. Bahkan pertama kali ada televisi, keluarga kamilah pelopor
adanya televisi di desa. Aku masih ingat pertama kali ada di
rumahku, semua orang berduyun-duyun kerumah untuk menonton
televisi bersama-sama. Sampai-sampai ayah menyediakan tempat
untuk warga yang ingin nonton televisi.

Kemewahan materi tidak selalu identik dengan kebahagiaan. Itulah yang


akhirnya aku rasakan. Ketika itu aku masih SMA, disinilah ketabahan ibu
semakin terlihat di mataku. Bagaimana tidak, ayah menikah lagi dengan
seorang gadis yang berasal dari kota. Dia sangat cantik dibandingkan
denganmu Sum, dia namanya Ayuni, kata salah satu pamanku yang ikut
bekerja dengan ayah kepada ibu ketika bertanya tentang istri baru ayah.
Secara tidak sengaja aku mendengar perbincangan mereka. Apa yang ibu
katakan sangat mengagumkan, Dari dulu aku sudah siap jika ini terjadi
mas, mungkin ini cobaan supaya aku semakin tabah.Tapi waktu itu aku
masih tidak terlalu mengerti kenapa ibu berkata seperti itu. Banyak orang
khususnya perempuan di desaku yang tidak ingin dimadu, bahkan yang
lebih ekstrim lagi mereka lebih baik bercerai dari pada harus dimadu
walaupun sudah mempunyai anak.
Keluargaku menjadi pembicaraan di desa khususnya di kalangan ibu-ibu.
Pantas saja Sumiati dimadu, mungkin saja wanita itu lebih cantik
dibandingkan dia. Kalau aku seperti itu, aku langsung minta cerai demi
harga diri. Hatiku perih mendengar perkataan seperti itu. Mereka tidak
tahu betapa cantik dan baiknya hati ibu Ingin rasanya aku menampar
orang yang berkata seperti itu, namun aku masih punya perasaan. Aku
langsung berlari kerumah mencari penyejuk hati dan aku melihat ibu
sedang bersujud diatas sajadahnya...
Ayah mulai jarang pulang, yang tadinya seminggu sekali sekarang sebulan
bahkan pernah dua bulan tidak pulang. Tetapi ayah tetap mengirimkan
uang untuk kami semua, bahkan jumlahnya lebih dari cukup. Kebanggaan
pada ayah mulai berkurang tapi aku masih tetap menghormatinya.
Kekagumanku pada ibu semakin bertambah, ibu selalu terlihat tabah dalam
menghadapi cobaan. Itu terlihat di wajahnya yang teduh. Kini aku bangga
padamu Bu, aku juga tidak malu lagi mempunyai ibu sepertimu. Aku ingin
perlihatkan pada dunia bahwa engkau adalah ibuku agar semua tahu betapa
indahnya akhlakmu, batinku berkata. Setiap kali adikku menanyakan
tentang ayah, ibu pun menceritakan yang sebenarnya tanpa menjelekan
sedikit pun tentang ayah. Satu lagi poin untuk mengagumimu yaitu
kejujuran.

Bulan berganti tahun, kami sudah mulai besar, bahkan


kakakku sudah menikah semua, tinggal aku dan adik
yang tinggal bersama ibu. Kerutan di wajah ibu pun
sudah mulai terlihat. Kini aku sudah memasuki
bangku kuliah dan berada di semester dua. Aku di
terima di perguruan tinggi negeri dan ambil jurusan
manajemen sesuai dengan cita-citaku. Aku tinggal di
kota, sebulan sekali pulang ke desa untuk melepas
rinduku pada keluarga. Ibu membuka warung di depan
rumah untuk menghidupi kami karena hampir satu
tahun ayah tidak mengirimkan uang. Untuk membantu
ibu, aku berjualan pakaian yang di tawarkan pada
teman-teman disamping kesibukan kuliah. Hasilnya
pun lumayan untuk meringankan beban ibu.

Ayah terserang stroke dan harus di rawat dirumah


sakit sedangkan usahanya kini sudah bangkrut. Istri
mudanya kabur entah kemana bersama anak hasil
perkawinannya dengan ayah. Kini ibu yang selalu
berada di samping ayah. Dengan kesabarannya, ibu
merawat ayah dengan ikhlas. ketika ayah
membutuhkan sesuatu, ibu selalu siap siaga untuk
membantunya. Tanpa berbicara pun, sudah terlihat ada
rasa penyesalan di wajah ayah. Kini ku tahu betapa
mulianya hatimu ibu. Apakah aku sanggup seperti itu?

Kini aku sudah mempunyai dua anak, Muhammad Fahri dan Zakiya Azzahra namanya. Aku menikah dengan
seorang lelaki yang amat sholeh menurutku. Dia yang selalu membimbingku dalam segala hal terutama dalam
masalah agama. Dia merupakan figur seorang ayah yang baik untuk anak-anak. Jika kesabaranku sedang di coba
dengan kenakalan anak-anak, maka dia selalu mengingatkan untuk selalu menahan amarah. Oh ya.. yang sangat
mengagumkan, kini aku sudah memakai penutup aurat, ini juga atas hidayahNya yang sangat tak terhingga selain
bimbingan suami. Aku teringat ketika meminta izin untuk menikah pada orang tua terutama pada ibu. Bukan berapa
gaji calon suamiku yang ditanyakan, tetapi yang pertama kali di tanya oleh ibu adalah apakah solatnya sudah benar
atau belum. Awalnya aku tak mengerti tentang itu. Ibu menjelaskan bahwa orang yang tidak pernah meninggalkan
solat dalam keadaan apapun itulah yang seharusnya aku cari Insya Allah akhlaknya juga akan baik karena dia
merasa Allah selalu mengawasinya. Pendapat yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya. Jawaban yang sangat luar
biasa yang terucap dari seorang yang hanya tamatan sekolah dasar. Kenangan-kenangan manis bersamamu akan
selalu aku ingat bu. Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu dan meluaskan kuburanmu begitupun dengan ayah.
Ibu meninggal seminggu setelah ayah tiada, ketika itu ibu berada di sampingku. Sebelum meninggal ada pesan yang
masih teringat di benakku. Jaga adikmu baik-baik, dan yang paling penting jangan pernah kau tinggalkan Allah
karena Allah akan meninggalkanmu. Sebelum meneruskan kata-katanya, ibu mengucapkan dua kalimah sahadat dan
orang yang sangat aku hormati pun menghembuskan napas terakhirnya. Ibu telah tiada tetapi jasa-jasanya akan
selalu teringat dalam kalbuku. Engkau mengajarkan aku tentang sebuah kesabaran. Engkau adalah sosok ibu yang
terbaik di mataku meski engkau bukan ibu kandungku.

Anda mungkin juga menyukai