Laporan Talk Steril
Laporan Talk Steril
Tanggal Percobaan :
Kelompok : B2-1
Anggota : 1. YAYAN IKA RACHMAWATI 122210101024
2. ELIVIA ROSA 122210101028
3. NANDA SURYANING ROHMA 122210101032
4. YASMIN 122210101034
5. MASULIATIN NASUCHA 122210101036.
LABORATORIUM FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
I. TUJUAN
- Memahami dan mampu melakukan sterilisasi sediaan dengan menggunakan
metode pemanasan kering.
V. PELAKSANAAN
5.1 Penyiapan Alat
5.1.1 Alat yang digunakan dan cara sterilisasi
No Nama alat Jumlah Ukuran Sterilisasi Waktu
1 Kaca arloji 2 Ø 7cm Oven – 1800C 30 menit
2 Sendok porselen 1 Oven – 1800C 30 menit
3 Pinset 2 Oven – 1800C 30 menit
4 Batang pengaduk 1 Oven – 1800C 30 menit
5 Botol serbuk 2 Oven – 1800C 30 menit
Tutup botol
6 2 Otoklaf – 1150C 30 menit
Aluminium
Mengeluarkan dari oven, dinginkan, beri etiket, masuk box dan brosur
Sterilisasi sediaan
- Waktu pemanasan = 27 menit
- Waktu kesetimbangan = 20 menit
- Waktu pembinasaan = 30 menit
- Tambahan waktu untuk jaminan sterilitas = 10 menit
- Waktu pendinginan = 10 menit
Total waktu sterilisasi = 97 menit
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini kami melakukan formulasikan dua kemasan talk steril dengan
berat masing-masing 10 gram. Menurut Martindale, talk steril memilki beberapa fungsi
anatara lain sclerosant setelah terjadi drainase ganas pada efusi pleura dan pneumotoraks
spontan berulang. Mekanisme aksi terapetik talk yang dimasukkan ke dalam rongga pleura
diduga dapat mengurangi reaksi inflamasi dengan meningkatkan kerja pleura, mengurangi
celah yang ada dalam pleura dan menghindari reakumulasi cairan pleura (Anonym, 2006).
Selain itu, talk untukefusi pleura bekerja dengan mengeluarkan udara, darah atau cairan lain
dalam paru-paru, mengembangkan paru-paru dan mencegah cairan atau udara kembali ke
dalam paru-paru. Talk memiliki ukuran partikel yang kecil sehingga mudah terpenetrasi ke
dalam rongga pleura dan menghasilkan onset yang cepat (Amin, et al, 2007).
Dalam pembuatan talk steril perlu dilakukan sterilisasi karena talk mengandung
sedikit alumunium silikat yang merupakan bahan alam yang terkadang mengandung beberapa
mikroba seperti Chlostridium welchii, Chlostridium tetani, dan Bacillus antrachis. Ketiga
jenis bakteri tersebut merupaka bakteri patogen yang merugikan jika tidak dihilangkan.
Sehingga dibutuhkan proses sterilisasi untuk menghilangkan ketiga bakteri tersebut.
Sterilisasi talk dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu sterilisasi gas, radiasi,
dan panas kering (HPE). Metode sterilisasi gas yaitu menggunakan gasa etilen oksdia. Prinsip
dari metode ini adalah terjadinya alkilasi gugus hidrogen pada sel mikroorganisme diganti
dengan gugus alkil sehingga mengganggu metabolisme bakteri dan selanjutnya dapat
menyebabkan kematian (lisis) pada bakteri, namun metode ini tidak dapat dilakukan karena
gas etilen oksida bersifat toksik, mudah terbakar apabila kontak dengan oksegen, dan dapat
menimbulkan efek sakit pada mata, saraf dan darah. Hal tersebut dapat membahayakan
praktikan.
Metode sterilisasi selanjutnya dapat menggunakan radiasi. Mekanisme metode ini
adalah terjadinya ionisasi molekul seluler yang vital pada bakteri (asam nukleat), enzim dan
protein. Serta reaksi radikal bebas pada cairan sel (-OH-) sehingga dapat memutus ikatan
phospodiester pada DNA bakteri.Metode ini tidak dapat dilakukan saat praktikum karena
butuh biaya tinggi dan harus ada perlindungan pada operator agar tidak terkena radiasi sinar
(Hadioetomo, 1985).
Metode yang dipilih pada praktikum pembuatan talk steril adalah metode sterilisasi
menggunakan panas kering karena talk stabil terhadap pemanasan. Sterilisasi dengan oven
tidak akan membuat talk rusak. Selain itu sterilisasi ini tidak mengandung uap air yang dapat
menetes pada talk yang dapat menyebabkan talk menjadi basah. Prinsipnya adalah protein
mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh
oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikroba mati. Kelebihan lainnya adalah
peralatannya yang murah. Sedangkan kekurangannya adalah memerlukan panas yang tinggi
dan waktu yang lebih lama.
Proses pembuatan sediaan talk steril ini diawali dengan menyemprot meja kerja
dengan alkohol dan mengusapnya searah. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
kontaminasi. Selanjutnya menyiapkan peralatan yang dibutuhkan. Alat yang sebelumnya telah
disterilisasikan pembungkus pertamanya dibuka dan di semprot dengan alkohol. Setelah itu
pembungkus kedua dibuka. Proses selanjutnya yaitu menimbang talk sebanyak 10 gram
mengguanakan kaca arloji. Spatula dilakukan untuk mengambil talk sedangan pinset dignakan
untuk menjepit kaca arloji agar dapt ditempelkan pada mulut botol. Semua alat yang
bersentuhan dengan sediaan tidak boleh tersentuh alngsung dengan tangan. Pada saat
praktikum, praktikan juga diwajibkan menggunakan sarung tangan dan masker untuk
mencegah kontaminasi yang disebabkan oleh manusia. Talk yang sudah ditimbang
dimasukkan dalam wadah. Wadah yang digunakan adalah botol dengan tutup logam untuk
menghindari lelehnya wadah mengingat proses sterilisasi yang digunakan adalah panas
kering (oven) yang dapat menyebabkan plastik meleleh.
Menurut cara pembuatannya talk steril ini merupakan produk yang disterilkan dalam
wadah akhir. Hal tersebut dikarenakan proses sterilisasi dilakukan setelah talk dimasukan ke
dalam wadah primernya. Temperatur yang digunakan adalah 180 ° C selama <1 jam. Sebelum
bahan obat (talk dan botol) dimasukkan dalam oven, oven dipanaskan sesuai dengan suhu
yang diinginkan. Waktu pemanasan adalah waktu mencapai suhu sterilisasi 180 ° C. Waktu
pemanasan dibutuhkan waktu selama 27 menit. Sedangkan waktu kesetimbangan dibutuhkan
selama 20 menit. Waktu kesetimbangan adalah waktu untuk membuat suhu udara yang ada di
dalam sediaan sama dengan yang diluar dalam satu oven. Waktu pembinasaan selama 30
menit, waktu pembinasaan ini adalah waktu untuk membunuh mikroorganisme. Waktu
tambahan jaminan sterilisasi selama 10 menit, yaitu sekitar 50 % dari waktu kesetimbangan.
Kemudian oven dikecilkan suhunya untuk mendinginkan produk. Waktu pendinginan selama
10 menit, waktu ini sampai alat bisa dipegang. Jadi total waktu yang dibutuhkan pada proses
sterilisasi talk dengan oven adalah selama 97 menit dimana proses sterilisasi berlangsung
mulai pukul 11.17 s/d 12.57 WIB.
Menurut Hadioetomo, kondisi yang dibutuhkan untuk sterilisasi panas kering dengan
menggunakan oven steril adalah Suhu 170°C, waktu 1 jam; Suhu 160°C, waktu 2 jam; Suhu
150°C, waktu 2,5 jam; dan Suhu 140°C, waktu 3 jam
Pengguanaan talk steril pada pengobatan efusi pleuro (pleurodesis) adalah dengan melarutkan
3-10 gram bubuk talk steril dalam 100 mL NaCl 9%. Bubuk kemudian dimasukkan ke dalam
kolf NaCl 0,9% dikocok lalu dituang ke dalam mangkung steril. Kemudian cairan diaspirasi
dengan syringe. Syringe lalu dipasang pada chest tubeyang sebelumnya telah dipasang pada
pasien, kedua klem dibuka, larutan diinjeksikan melalui chest tube. Kemudian dibilas dengan
NaCl 0,9% (Amin, et al, 2007).
Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana terdapat gas dalam rongga pleura.
Dalam keadaan normal, rongga pleura tidak berisikan udara. Adanya oenumpukan cairan
dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh adanya peradangan. Apabila proses peradangan
ini disebabkan oleh kuman piogenik, maka akan terbentuk pus/nanah, sehingga terbentuk
epiema.
Klasifikasi Pneumotorak
1. Pneumotoraks spontan yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi tiba – tiba tanpa adanya
suatu penyebab. Terdapat dua jenis pneumotoraks, yaitu :
a) Pneumotoraks spontan primer (PSP), yaitu pneumotaks yang terjadi tanpa adanya
riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya, umumnya pada setiap individu
sehat, dewasa muda, tidak berhubungan dengan aktivitas fisik yang berat tetapi
justru terjadi saat istirahat dan sampai saat ini belum diketahui penyebabnya.
b) Pneumotoraks spontan sekunder (PSS), pneumotoraks yang terjadi akibat adanya
penyakit paru yang mendasarinya. Kelainan paru yang sering menyebabkan
terjadinya pneumotoraks spontan sekunder adalah: PPOK, asma, kelainan bullosa
(bullae), kelainan interstisial (fibrosis paru idiopatik, sarkoidosis,dsb.), atau infeksi.
Adanya keganasan dapat pula menyebabkan kerusakan yang mengakibatkan
hubungan langsung antara alvolus/bronkhus ke pleura.
2. Pneumotoraks traumatik merupakan pneumotoraks yang terjadi akibat suatu trauma,
baik trauma penetrasi mayupun bukan yang menyebabkan robeknya pleura, dinding
dada maupun paru. Pneumotoraks traumatik diperkirakan 40% dari semua kasus
pneumotoraks. Pneumotoraks traumati tidak harus disertai dengan fraktur iga maupun
luka penetrasi yang terbuka. Trauma tumpul atau kontusio pada dinding dada juga
dapat menimbulkan pneumotoraks. Beberapa penyebab trauma penetrasi pada dinding
dada adalah luka tusuk, luka tembak, akibat tusukan jarum maupun pada saat
dilakukan kanulasi vena sentral. Pneumotoraks traumatik berdasarkan kejadiannya
dibagi dua:
a) Pneumotoraks traumatik bukan iatrogenik: adalah pneumotoraks yang terjadi
karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada baik terbuka maupun
tertutup.
b) Pneumotoraks traumati iatrogenik: adalh pneumotoraks yang terjadi akibat
komplikasi tindakan medis. Pneumotoraks jenis inipun dibedakan menjadi dua,
yakni pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental dan artifisilal.
Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan dalam rongga pleura dan merupakan masalah
umum dalam medis. Akumulasi ini dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme termasuk
peningkatan permeabilitas membran pleura, peningkatan tekanan kapiler paru, penurunan
tekanan negatif intrapleural, penurunan tekanan onkotik, dan terhambatnya aliran limfatik
(Maskell dan Burland, 2003).
Rongga pleura dalam keadaan normal berisi sekitar 10 – 20 ml cairan yang berfungsi
sebagai pelicin agar paru dapat bergerak dengan leluasa saat bernapas. Akumulasi cairan
melebihi volume normal dan menimbulkan gangguan jika cairan yang diproduksi oleh pleura
parietal dan viseral tidak mampu diserap oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah
mikropleura viseral atau sebaliknya (Syaruddin et al., 2003).
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan dalam rongga pleura dan merupakan masalah
umum dalam medis. Akumulasi ini dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme termasuk
peningkatan permeabilitas membran pleura, peningkatan tekanan kapiler paru, penurunan
tekanan negatif intrapleural, penurunan tekanan onkotik, dan terhambatnya aliran limfatik
(Maskell dan Burland, 2003).
Rongga pleura dalam keadaan normal berisi sekitar 10 – 20 ml cairan yang berfungsi
sebagai pelicin agar paru dapat bergerak dengan leluasa saat bernapas. Akumulasi cairan
melebihi volume normal dan menimbulkan gangguan jika cairan yang diproduksi oleh pleura
parietal dan viseral tidak mampu diserap oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah
mikropleura viseral atau sebaliknya (Syaruddin et al., 2003).
Talk Steril
Salah satu obat yang dapat digunakan dalam terapi efusi pleura adalah talk. Talk steril
powder adalah agen sclerosing ditujukan untuk administrasi intrapleural disediakan dalam
penggunaan tunggal 100 mL botol kaca berwarna coklat, ditutup dengan abu-abu, 20 mm
stopper dan ditutupi dengan flip sebuah segel tertutup. Setiap botol berisi minimal 5,0 g Talk
USP (Ultra 2000 Talk), baik putih atau abu-abu terang, bebas asbes dan brucite bebas bedak
ukuran partikel dikendalikan. Komposisi bedak adalah ≥ 95% bedak sebagai terhidrasi
magnesium silikat. Rumus empiris talkum adalah Mg3 Si4 010 (OH)2 dengan berat molekul
379,3. Mengandung mineral alami termasuk klorit (aluminium terhidrasi dan magnesium
silikat.), dolomit (kalsium dan magnesium karbonat), kalsit (kalsium karbonat) dan kuarsa.
Talk praktis tidak larut dalam air dan dalam larutan encer asam dan alkali hidroksida dan
inkompatibilitas dengan amonium kwartner. Talk merupakan material yang stabil dan dapat
disterilisasikan dengan sterilisasi panas kering pada suhu 1600C tidak kurang dari 1 jam. Bisa
juga disterilkan dengan gas etilen oksida atau radiasi sinar gama. Penyimpanan talk yang
benar adalah dalam tempat tertutup, kering dan sejuk. (Rowe et al., 2009)
Terapi talk yang ditujukan langsung ke rongga pleura diduga merupakan hasil dari
induksi reakasi inflamasi. Reaksi ini menyebabkan adanya pengaruh dari visceral ke pleura
parietal, menghilangkan penumpukan cairan dalam rongga pleura dan mencegah reakumulasi
cairan pleura. Jumlah talk yang diserap secara sistemik setelah pemberian intrapleural belum
dapat diteliti secara cukup. Adanya paparan talk secara sistemik dapat dipengaruhi oleh
integritas dari plera visceral (FDA, 2012).
Talk merupakan bahan alam yang tidak dapat dimetabolisme oleh tubuh. Karena hal
ini, maka setelah pemberian talk harus dilakukan pengeluaran kembali dari talk yang telah
diinjeksikan. Dalam pembuatan talk steril perlu dilakukan sterilisasi karena talk mengandung
sedikit alumunium silikat yang merupakan bahan alam yang terkadang mengandung beberapa
mikroba seperti Chlostridium welchii, Chlostridium tetani, dan Bacillus antrachis. Ketiga
jenis bakteri tersebut merupaka bakteri patogen yang merugikan jika tidak dihilangkan.
Sehingga dibutuhkan proses sterilisasi untuk menghilangkan ketiga bakteri tersebut. Talk
dalam hal ini harus steril, karena sediaan ini ditujukan langsung menuju rongga pleura dengan
rute administrasi intrapleura.
Terdapat efek samping dari penggunaan talk steril apabila ia masuk kedalam sistemik,
yakni hipertensi akibat tidak dapat dikeluarkannya dari pembuluh darah, pendarahan bahkan
menyebabkan kematian. Apabila ia masuk dalam rute oral, akan mengakibatkan mual, bahkan
muntah darah.
Talc dikategorikan sebagai karsinogenik (karena biasanya mengandung asbes).
Meskipun talk bukan asbestos, tapi mineral ini diambil dari tempat yang sama dengan mineral
asbestos. Partikel talk juga akan menyebabkan tumor apabila digunakan dalam jangka yang
cukup lama.
VII. KESIMPULAN
7.1 Selain menggunakan metode sterilisasi gas, sterilisasi talk juga dapat
menggunakan metode sterilisasi panas kering yaitu dengan oven bersuhu 180°C
selama 30 menit.
7.2 Prinsip metode panas kering adalah protein mikroba pertama-tama akan
mengalami dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari
udara sehingga menyebabkan mikroba mati.
7.3 Talk harus disterilkan karena talk mengandung sedikit alumunium silikat yang
merupakan bahan alam yang terkadang mengandung beberapa mikroba seperti
Chlostridium welchii, Chlostridium tetani, dan Bacillus antrachis.
DAFTAR PUSTAKA