Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


“Pembuatan Serbuk Talk Steril 10 g untuk Tiap Kemasan, Sebanyak 2
Kemasan”

Tanggal Percobaan :
Kelompok : B2-1
Anggota : 1. YAYAN IKA RACHMAWATI 122210101024
2. ELIVIA ROSA 122210101028
3. NANDA SURYANING ROHMA 122210101032
4. YASMIN 122210101034
5. MASULIATIN NASUCHA 122210101036.

Dosen Pembimbing : Budipratiwi W., S.farm., M.Sc., Apt.

LABORATORIUM FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
I. TUJUAN
- Memahami dan mampu melakukan sterilisasi sediaan dengan menggunakan
metode pemanasan kering.

II. TEORI DASAR


2.1 Sediaan Steril
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi – bagi yang
bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang termasuk sediaan ini antara
lain sediaan parental preparat untuk mata dan preparat irigasi (misalnya infus).
Sediaan parental merupakan jenis sediaan yang unik di antara bentuk sediaan obat
terbagi – bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membran mukosa ke
bagian tubuh yang paling efesien, yaitu membran kulit dan mukosa, maka sediaan ini
harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari bahan – bahan toksis lainnya, serta
harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi. Semua bahan dan proses yang terlibat
dalam pembuatan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua
jenis kontaminasi, apakah kontaminasi fisik, kimia atau mikrobiologis (Priyambodo,
B., 2007).
Produk steril yang banyak diproduksi di industri farmasi adalah dalam bentuk
larutan terbagi (ampul) dan bentuk serbuk padat siap untuk digunakan dengan
diencerkan terlebih dahulu dengan larutan pembawa (vial). Sediaan parental, bisa
diberikan dengan berbagai rute : intra vena (i.v), sub cutan (s.c), intradermal,
intramuskular (i.m), intra articular, dan intrathecal. Bentuk sediaan sangat
mempengaruhi cara (rute) pemberian. Sediaan bentuk suspensi, misalnya tidak akan
pernah diberikan secara intravena yang langsung masuk ke dalam pembuluh darah
karena adanya bahaya hambatan kapiler dari partikel yang tidak larut, meskipun
suspensi yang dibuat telah diberikan dengan ukuran partikel dari fase dispersi yang
dikontrol dengan hati – hati. Demikian pula obat yang diberikan secara intraspinal
(jaringan syaraf di otak), hanya bisa diberikan dengan larutan dengan kemurnian
paling tinggi, oleh karena sensivitas jaringan syaraf terhadap iritasi dan kontaminasi
(Priyambodo, B., 2007).
2.2 Sterilisasi
Metode-metode sterilisasi berdasarkan Ansel (1989), yakni:
2.2.1 Sterilisasi uap (lembab panas), yakni sterilisasi yang dilakukan dalam autoklaf
dan menggunakan uap air dengan tekanan.
2.2.2 Sterilisasi panas kering, yakni sterilisasi yang biasa dilakukan dengan oven
pensteril yang dirancang khusus untuk tujuan sterilisasi. Oven dapat
dipanaskan dengan gas atau listrik dan umumnya temperatur diatur secara
otomatis.
2.2.3 Sterilisasi dengan penyaringan, yakni sterilisasi yang tergantung pada
penghilangan mikroba secara fisik dengan adsorpsi pada media penyaring atau
dengan mekanispe penyaringan, digunakan untuk sterilisasi larutan yang tidak
tahan panas. Sediaan obat yang disterilkan dengan cara ini, diharuskan
menjalani pengesahan yang ketat dan memonitoring karena efek produk hasil
penyaringan dapat sangat dipengaruhi oleh banyaknya mikroba dalam larutan
yang difiltrasi.
2.2.4 Sterilisasi gas, sterilisasi gas dilakukan pada senyawa-senyawa yang tidak
tahan terhadap panas dan uap dimana dapat disterilkan dengan cara
memaparkan gas etilen oksida atau protilen oksida. Gas-gas ini sangat mudah
terbakar bila tercampur dengan udara, tetapi dapat digunakan dengan aman bila
diencerkan dengan gas iner seperti karbondioksida, atau hidrokarbon
terfluorinasi yang tepat sesuai.
2.2.5 Sterilisasi dengan radiasi pengionan, yakni teknik-teknik yang disediakan
untuk sterilisasi beberapa jenis sediaan-sediaan farmasi dengan sinar gama dan
sinar-sinar katoda, tetapi penggunaan teknik-teknik ini terbatas karena
memerlukan peralatan yang sangat khusus dan pengaruh-pengaruh radiasi pada
produk-produk dan wadah-wadah.
2.2 Talk
Talk mengandung sedikit alumunium silikat yang merupakan bahan alam yang
terkadang mengandung beberapa mikroba seperti Chlostridium welchii, Chlostridium
tetani, dan Bacillus antrachis. Menurut Martindale, talk steril memilki beberapa fungsi
anatara lain sclerosant setelah terjadi drainase ganas pada efusi pleura dan
pneumotoraks spontan berulang. Mekanisme aksi terapetik talk yang dimasukkan ke
dalam rongga pleura diduga dapat mengurangi reaksi inflamasi dengan meningkatkan
kerja pleura, mengurangi celah yang ada dalam pleura dan menghindari reakumulasi
cairan pleura. Selain itu, talk untuk efusi pleura bekerja dengan mengeluarkan udara,
darah atau cairan lain dalam paru-paru, mengembangkan paru-paru dan mencegah
cairan atau udara kembali ke dalam paru-paru. Talk memiliki ukuran partikel yang
kecil sehingga mudah terpenetrasi ke dalam rongga pleura dan menghasilkan onset
yang cepat (Amin, et al, 2007).
2.3 Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan keadaan di mana cairan menumpuk di dalam rongga
pleura. Dalam keadaan normal, rongga pleura diisi cairan sebanyak 10-20 ml yang
berfungsi mempermudah pergerakan paru di rongga dada selama bernapas. Jumlah
cairan melebihi volum normal dapat disebabkan oleh kecepatan produksi cairan di
lapisan pleura parietal yang melebihi kecepatan penyerapan cairan oleh pembuluh
limfe dan pembuluh darah mikropleura viseral. Keadaan ini dapat mengancam jiwa
karena cairan yang menumpuk tersebut dapat menghambat pengembangan paru-paru
sehingga pertukaran udara terganggu. Banyak penyakit yang mungkin mendasari
terjadinya efusi pleura.
Umumnya pasien datang dengan gejala sesak napas, nyeri dada, batuk, dan
demam. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan abnormalitas seperti bunyi redup
pada perkusi, penurunan fremitus pada palpasi, dan penurunan bunyi napas pada
auskultasi paru bila cairan efusi sudah melebihi 300 ml. Foto toraks dapat digunakan
untuk mengkonfirmasi terjadinya efusi pleura (Khairani dkk., 2012).
2.4 Pleurodesis
Pleurodesis adalah penyatuan pleura viseralis dengan parietalis baik secara
kimiawi, mineral ataupun mekanik, secara permanen untuk mencegah akumulasi
cairan maupun udara dalam rongga pleura. Pleurodesis merupakan terapi simptomatis
jangka panjang serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan aktivitas
kehidupan sehari-hari, sehingga pleurodesis dapat dilakukan untuk terapi paliatif pada
penderita efusi pleura ganas. (Amin et al, 2007)

III. PRA FORMULASI


3.1 Tinjauan farmakologi
a. Efek utama : - mencegah iritasi
-digunakan sebagai pengobatan efusi pleura maligna dan non-
maligna ( Zulkifli dan Ina, 2007)
-pengobatan pneumotoraks
b. Efek samping : - menyebabkan iritasi pada pernafasan, penggunaan jangka
dapat menyebabkan pneumoconiosis.
- menyebabkan granuloma jika digunakan pada bagian tubuh
yang terluka.
- talk yang mengandung asbes dapat menyebabkan kanker
- pada penggunaan dosis tinggi dapat menyebabkan kanker.
c. Kontra indikasi : paru-paru yang tidak dapat re-expand, pasien yang alergi,
pasien yang hipersensitivitas pada talk.
3.2 Tinjauan sifat fisika kimia
a. Pemerian : serbuk hablur sangat halus, putih atau putih keabuan, berkilat,
mudah melekat pada kulit dan bebas butiran ( FI IV, 1995:
771 )
b. Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan etanol 96%, larut dalam
larutan asam dan alkalihidroksida. (HPE 6th ed, 2009: 729)
c. Stabilitas : - stabil pada pH 7-10 untuk 20% w/v disperse aqua.
- mengabsorbsi air dalam jumlah yang tidak signifikanpada
suhu 25ᴼC dan kelembapan relatif hingga 90%. (HPE 6th,
2009: 728)
d. Cara sterilisasi : - Sterilisasi panas kering pada suhu 160ᴼC tidak kurang dari 1
jam
- Sterilisasi dengan gas etilen oksida
- Sterilisasi dengan radiasi sinar gama
e. Inkompatibilitas : senyawa ammonium kuartener (HPE 6th, 2009: 728)
f. Cara penggunaan dan dosis
4 gram talk steril diuapkan dengan 20 ml NaCl 0,9 % dan 10 ml lignokain.
Talk dicampur dan diaduk dengan perlahan dalam keadaaan steril. Kemudian
dimasukkan ke dalam spuit 50 ml. Campuran tersebut kemudian disuntikkan atau
diinjeksikan ke dalam rongga dada menggunakan chest tube dengan syringe, kateter
dibilas dengan NaCl 0,9 % secukupnya. Pasien diminta untuk bernafas beberapa
kali agar serbuk talk tertarik ke rongga pleura (Amin dan Masna, 2007).
IV. FORMULASI
a. Permasalahan dan penyelesaian :
o Permasalahan : Metode sterilisasi berdasarkan pustaka adalah sterilisasi gas.
Gas yang digunakan merupakan gas etilen oksida . Gas ini mudah menguap
dan terbakar. Selain itu residu etilen oksida merupakan bahan yang toksik yang
harus dihilangkan dari bahan-bahan yang disterilkan setelah proses sterilisasi.
Juga perlu dilakukan perlindungan terhadap personel dari efek berbahaya gas
ini.
o Penyelesaian : dengan menggunakan pemanasan kering yang sesuai untuk
sediaan talk steril yaitu menggunakan oven dengan suhu 160ᴼC tidak kurang
dari 1 jam (HPE 6th, 2009: 729)
b. Formulasi yang akan dibuat :
R/ Talk 10 g
s. serbuk tabur dtd No II
c. Perhitungan berat dan volume:
Timbang talk sebanyak 10 gram x 2 = 20 gram
d. Cara sterilisasi bahan yang akan dibuat :
Menggunakan metode panas kering dengan oven pada suhu 180ᴼC tidak kurang dari
30 menit.

V. PELAKSANAAN
5.1 Penyiapan Alat
5.1.1 Alat yang digunakan dan cara sterilisasi
No Nama alat Jumlah Ukuran Sterilisasi Waktu
1 Kaca arloji 2 Ø 7cm Oven – 1800C 30 menit
2 Sendok porselen 1 Oven – 1800C 30 menit
3 Pinset 2 Oven – 1800C 30 menit
4 Batang pengaduk 1 Oven – 1800C 30 menit
5 Botol serbuk 2 Oven – 1800C 30 menit
Tutup botol
6 2 Otoklaf – 1150C 30 menit
Aluminium

5.2 Cara Kerja

Membuka pembuka lapisan luar alat yang disterilkan

Menyemprot pembungkus lapisan dalam dengan alkohol lalu diangin-


anginkan

Membuka lapisan pembungkus kedua

Meletakkan kaca arloji dalam neraca analitik

Menimbang 2 x 10 gram talk


Menggerus pelan-pelan dengan stamper

Memasukkan talk dalam wadah masing-masing (10g)

Sterilisasi dengan oven pada suhu 1800C selama 30 menit

Mengeluarkan dari oven, dinginkan, beri etiket, masuk box dan brosur

Sterilisasi sediaan
- Waktu pemanasan = 27 menit
- Waktu kesetimbangan = 20 menit
- Waktu pembinasaan = 30 menit
- Tambahan waktu untuk jaminan sterilitas = 10 menit
- Waktu pendinginan = 10 menit
Total waktu sterilisasi = 97 menit

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini kami melakukan formulasikan dua kemasan talk steril dengan
berat masing-masing 10 gram. Menurut Martindale, talk steril memilki beberapa fungsi
anatara lain sclerosant setelah terjadi drainase ganas pada efusi pleura dan pneumotoraks
spontan berulang. Mekanisme aksi terapetik talk yang dimasukkan ke dalam rongga pleura
diduga dapat mengurangi reaksi inflamasi dengan meningkatkan kerja pleura, mengurangi
celah yang ada dalam pleura dan menghindari reakumulasi cairan pleura (Anonym, 2006).
Selain itu, talk untukefusi pleura bekerja dengan mengeluarkan udara, darah atau cairan lain
dalam paru-paru, mengembangkan paru-paru dan mencegah cairan atau udara kembali ke
dalam paru-paru. Talk memiliki ukuran partikel yang kecil sehingga mudah terpenetrasi ke
dalam rongga pleura dan menghasilkan onset yang cepat (Amin, et al, 2007).
Dalam pembuatan talk steril perlu dilakukan sterilisasi karena talk mengandung
sedikit alumunium silikat yang merupakan bahan alam yang terkadang mengandung beberapa
mikroba seperti Chlostridium welchii, Chlostridium tetani, dan Bacillus antrachis. Ketiga
jenis bakteri tersebut merupaka bakteri patogen yang merugikan jika tidak dihilangkan.
Sehingga dibutuhkan proses sterilisasi untuk menghilangkan ketiga bakteri tersebut.
Sterilisasi talk dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu sterilisasi gas, radiasi,
dan panas kering (HPE). Metode sterilisasi gas yaitu menggunakan gasa etilen oksdia. Prinsip
dari metode ini adalah terjadinya alkilasi gugus hidrogen pada sel mikroorganisme diganti
dengan gugus alkil sehingga mengganggu metabolisme bakteri dan selanjutnya dapat
menyebabkan kematian (lisis) pada bakteri, namun metode ini tidak dapat dilakukan karena
gas etilen oksida bersifat toksik, mudah terbakar apabila kontak dengan oksegen, dan dapat
menimbulkan efek sakit pada mata, saraf dan darah. Hal tersebut dapat membahayakan
praktikan.
Metode sterilisasi selanjutnya dapat menggunakan radiasi. Mekanisme metode ini
adalah terjadinya ionisasi molekul seluler yang vital pada bakteri (asam nukleat), enzim dan
protein. Serta reaksi radikal bebas pada cairan sel (-OH-) sehingga dapat memutus ikatan
phospodiester pada DNA bakteri.Metode ini tidak dapat dilakukan saat praktikum karena
butuh biaya tinggi dan harus ada perlindungan pada operator agar tidak terkena radiasi sinar
(Hadioetomo, 1985).
Metode yang dipilih pada praktikum pembuatan talk steril adalah metode sterilisasi
menggunakan panas kering karena talk stabil terhadap pemanasan. Sterilisasi dengan oven
tidak akan membuat talk rusak. Selain itu sterilisasi ini tidak mengandung uap air yang dapat
menetes pada talk yang dapat menyebabkan talk menjadi basah. Prinsipnya adalah protein
mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh
oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikroba mati. Kelebihan lainnya adalah
peralatannya yang murah. Sedangkan kekurangannya adalah memerlukan panas yang tinggi
dan waktu yang lebih lama.
Proses pembuatan sediaan talk steril ini diawali dengan menyemprot meja kerja
dengan alkohol dan mengusapnya searah. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
kontaminasi. Selanjutnya menyiapkan peralatan yang dibutuhkan. Alat yang sebelumnya telah
disterilisasikan pembungkus pertamanya dibuka dan di semprot dengan alkohol. Setelah itu
pembungkus kedua dibuka. Proses selanjutnya yaitu menimbang talk sebanyak 10 gram
mengguanakan kaca arloji. Spatula dilakukan untuk mengambil talk sedangan pinset dignakan
untuk menjepit kaca arloji agar dapt ditempelkan pada mulut botol. Semua alat yang
bersentuhan dengan sediaan tidak boleh tersentuh alngsung dengan tangan. Pada saat
praktikum, praktikan juga diwajibkan menggunakan sarung tangan dan masker untuk
mencegah kontaminasi yang disebabkan oleh manusia. Talk yang sudah ditimbang
dimasukkan dalam wadah. Wadah yang digunakan adalah botol dengan tutup logam untuk
menghindari lelehnya wadah mengingat proses sterilisasi yang digunakan adalah panas
kering (oven) yang dapat menyebabkan plastik meleleh.
Menurut cara pembuatannya talk steril ini merupakan produk yang disterilkan dalam
wadah akhir. Hal tersebut dikarenakan proses sterilisasi dilakukan setelah talk dimasukan ke
dalam wadah primernya. Temperatur yang digunakan adalah 180 ° C selama <1 jam. Sebelum
bahan obat (talk dan botol) dimasukkan dalam oven, oven dipanaskan sesuai dengan suhu
yang diinginkan. Waktu pemanasan adalah waktu mencapai suhu sterilisasi 180 ° C. Waktu
pemanasan dibutuhkan waktu selama 27 menit. Sedangkan waktu kesetimbangan dibutuhkan
selama 20 menit. Waktu kesetimbangan adalah waktu untuk membuat suhu udara yang ada di
dalam sediaan sama dengan yang diluar dalam satu oven. Waktu pembinasaan selama 30
menit, waktu pembinasaan ini adalah waktu untuk membunuh mikroorganisme. Waktu
tambahan jaminan sterilisasi selama 10 menit, yaitu sekitar 50 % dari waktu kesetimbangan.
Kemudian oven dikecilkan suhunya untuk mendinginkan produk. Waktu pendinginan selama
10 menit, waktu ini sampai alat bisa dipegang. Jadi total waktu yang dibutuhkan pada proses
sterilisasi talk dengan oven adalah selama 97 menit dimana proses sterilisasi berlangsung
mulai pukul 11.17 s/d 12.57 WIB.
Menurut Hadioetomo, kondisi yang dibutuhkan untuk sterilisasi panas kering dengan
menggunakan oven steril adalah Suhu 170°C, waktu 1 jam; Suhu 160°C, waktu 2 jam; Suhu
150°C, waktu 2,5 jam; dan Suhu 140°C, waktu 3 jam
Pengguanaan talk steril pada pengobatan efusi pleuro (pleurodesis) adalah dengan melarutkan
3-10 gram bubuk talk steril dalam 100 mL NaCl 9%. Bubuk kemudian dimasukkan ke dalam
kolf NaCl 0,9% dikocok lalu dituang ke dalam mangkung steril. Kemudian cairan diaspirasi
dengan syringe. Syringe lalu dipasang pada chest tubeyang sebelumnya telah dipasang pada
pasien, kedua klem dibuka, larutan diinjeksikan melalui chest tube. Kemudian dibilas dengan
NaCl 0,9% (Amin, et al, 2007).
Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana terdapat gas dalam rongga pleura.
Dalam keadaan normal, rongga pleura tidak berisikan udara. Adanya oenumpukan cairan
dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh adanya peradangan. Apabila proses peradangan
ini disebabkan oleh kuman piogenik, maka akan terbentuk pus/nanah, sehingga terbentuk
epiema.
Klasifikasi Pneumotorak
1. Pneumotoraks spontan yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi tiba – tiba tanpa adanya
suatu penyebab. Terdapat dua jenis pneumotoraks, yaitu :
a) Pneumotoraks spontan primer (PSP), yaitu pneumotaks yang terjadi tanpa adanya
riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya, umumnya pada setiap individu
sehat, dewasa muda, tidak berhubungan dengan aktivitas fisik yang berat tetapi
justru terjadi saat istirahat dan sampai saat ini belum diketahui penyebabnya.
b) Pneumotoraks spontan sekunder (PSS), pneumotoraks yang terjadi akibat adanya
penyakit paru yang mendasarinya. Kelainan paru yang sering menyebabkan
terjadinya pneumotoraks spontan sekunder adalah: PPOK, asma, kelainan bullosa
(bullae), kelainan interstisial (fibrosis paru idiopatik, sarkoidosis,dsb.), atau infeksi.
Adanya keganasan dapat pula menyebabkan kerusakan yang mengakibatkan
hubungan langsung antara alvolus/bronkhus ke pleura.
2. Pneumotoraks traumatik merupakan pneumotoraks yang terjadi akibat suatu trauma,
baik trauma penetrasi mayupun bukan yang menyebabkan robeknya pleura, dinding
dada maupun paru. Pneumotoraks traumatik diperkirakan 40% dari semua kasus
pneumotoraks. Pneumotoraks traumati tidak harus disertai dengan fraktur iga maupun
luka penetrasi yang terbuka. Trauma tumpul atau kontusio pada dinding dada juga
dapat menimbulkan pneumotoraks. Beberapa penyebab trauma penetrasi pada dinding
dada adalah luka tusuk, luka tembak, akibat tusukan jarum maupun pada saat
dilakukan kanulasi vena sentral. Pneumotoraks traumatik berdasarkan kejadiannya
dibagi dua:
a) Pneumotoraks traumatik bukan iatrogenik: adalah pneumotoraks yang terjadi
karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada baik terbuka maupun
tertutup.
b) Pneumotoraks traumati iatrogenik: adalh pneumotoraks yang terjadi akibat
komplikasi tindakan medis. Pneumotoraks jenis inipun dibedakan menjadi dua,
yakni pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental dan artifisilal.
Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan dalam rongga pleura dan merupakan masalah
umum dalam medis. Akumulasi ini dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme termasuk
peningkatan permeabilitas membran pleura, peningkatan tekanan kapiler paru, penurunan
tekanan negatif intrapleural, penurunan tekanan onkotik, dan terhambatnya aliran limfatik
(Maskell dan Burland, 2003).
Rongga pleura dalam keadaan normal berisi sekitar 10 – 20 ml cairan yang berfungsi
sebagai pelicin agar paru dapat bergerak dengan leluasa saat bernapas. Akumulasi cairan
melebihi volume normal dan menimbulkan gangguan jika cairan yang diproduksi oleh pleura
parietal dan viseral tidak mampu diserap oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah
mikropleura viseral atau sebaliknya (Syaruddin et al., 2003).
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan dalam rongga pleura dan merupakan masalah
umum dalam medis. Akumulasi ini dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme termasuk
peningkatan permeabilitas membran pleura, peningkatan tekanan kapiler paru, penurunan
tekanan negatif intrapleural, penurunan tekanan onkotik, dan terhambatnya aliran limfatik
(Maskell dan Burland, 2003).
Rongga pleura dalam keadaan normal berisi sekitar 10 – 20 ml cairan yang berfungsi
sebagai pelicin agar paru dapat bergerak dengan leluasa saat bernapas. Akumulasi cairan
melebihi volume normal dan menimbulkan gangguan jika cairan yang diproduksi oleh pleura
parietal dan viseral tidak mampu diserap oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah
mikropleura viseral atau sebaliknya (Syaruddin et al., 2003).
Talk Steril
Salah satu obat yang dapat digunakan dalam terapi efusi pleura adalah talk. Talk steril
powder adalah agen sclerosing ditujukan untuk administrasi intrapleural disediakan dalam
penggunaan tunggal 100 mL botol kaca berwarna coklat, ditutup dengan abu-abu, 20 mm
stopper dan ditutupi dengan flip sebuah segel tertutup. Setiap botol berisi minimal 5,0 g Talk
USP (Ultra 2000 Talk), baik putih atau abu-abu terang, bebas asbes dan brucite bebas bedak
ukuran partikel dikendalikan. Komposisi bedak adalah ≥ 95% bedak sebagai terhidrasi
magnesium silikat. Rumus empiris talkum adalah Mg3 Si4 010 (OH)2 dengan berat molekul
379,3. Mengandung mineral alami termasuk klorit (aluminium terhidrasi dan magnesium
silikat.), dolomit (kalsium dan magnesium karbonat), kalsit (kalsium karbonat) dan kuarsa.
Talk praktis tidak larut dalam air dan dalam larutan encer asam dan alkali hidroksida dan
inkompatibilitas dengan amonium kwartner. Talk merupakan material yang stabil dan dapat
disterilisasikan dengan sterilisasi panas kering pada suhu 1600C tidak kurang dari 1 jam. Bisa
juga disterilkan dengan gas etilen oksida atau radiasi sinar gama. Penyimpanan talk yang
benar adalah dalam tempat tertutup, kering dan sejuk. (Rowe et al., 2009)
Terapi talk yang ditujukan langsung ke rongga pleura diduga merupakan hasil dari
induksi reakasi inflamasi. Reaksi ini menyebabkan adanya pengaruh dari visceral ke pleura
parietal, menghilangkan penumpukan cairan dalam rongga pleura dan mencegah reakumulasi
cairan pleura. Jumlah talk yang diserap secara sistemik setelah pemberian intrapleural belum
dapat diteliti secara cukup. Adanya paparan talk secara sistemik dapat dipengaruhi oleh
integritas dari plera visceral (FDA, 2012).
Talk merupakan bahan alam yang tidak dapat dimetabolisme oleh tubuh. Karena hal
ini, maka setelah pemberian talk harus dilakukan pengeluaran kembali dari talk yang telah
diinjeksikan. Dalam pembuatan talk steril perlu dilakukan sterilisasi karena talk mengandung
sedikit alumunium silikat yang merupakan bahan alam yang terkadang mengandung beberapa
mikroba seperti Chlostridium welchii, Chlostridium tetani, dan Bacillus antrachis. Ketiga
jenis bakteri tersebut merupaka bakteri patogen yang merugikan jika tidak dihilangkan.
Sehingga dibutuhkan proses sterilisasi untuk menghilangkan ketiga bakteri tersebut. Talk
dalam hal ini harus steril, karena sediaan ini ditujukan langsung menuju rongga pleura dengan
rute administrasi intrapleura.
Terdapat efek samping dari penggunaan talk steril apabila ia masuk kedalam sistemik,
yakni hipertensi akibat tidak dapat dikeluarkannya dari pembuluh darah, pendarahan bahkan
menyebabkan kematian. Apabila ia masuk dalam rute oral, akan mengakibatkan mual, bahkan
muntah darah.
Talc dikategorikan sebagai karsinogenik (karena biasanya mengandung asbes).
Meskipun talk bukan asbestos, tapi mineral ini diambil dari tempat yang sama dengan mineral
asbestos. Partikel talk juga akan menyebabkan tumor apabila digunakan dalam jangka yang
cukup lama.

VII. KESIMPULAN
7.1 Selain menggunakan metode sterilisasi gas, sterilisasi talk juga dapat
menggunakan metode sterilisasi panas kering yaitu dengan oven bersuhu 180°C
selama 30 menit.
7.2 Prinsip metode panas kering adalah protein mikroba pertama-tama akan
mengalami dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari
udara sehingga menyebabkan mikroba mati.
7.3 Talk harus disterilkan karena talk mengandung sedikit alumunium silikat yang
merupakan bahan alam yang terkadang mengandung beberapa mikroba seperti
Chlostridium welchii, Chlostridium tetani, dan Bacillus antrachis.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2006. Sterile talc powder. Woburn : Bryan corporation.


American Pharmaceutical Association. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients,
6th edition. London : The Pharmaceutical Press.
Amin, Zulfakmi dan Masna. Ina. 2007. Indikasi dan Prosedur Pleurodesis. Volume 57, No.
4.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehaan RI.
Hadioetomo, R. S..1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. PT. Jakarta : Gramedia.
Khairani, L. 2012. Management Gangrene Fournier. Nusa Tenggara Barat: Fakultas
KedokteranUniversitas Mataram.
Maskell N.A, Burland R.J.A., 2008. BTS Guidelines for The Investigation of a Unilateral
Pleural Effusion in Aadults. Thorax. 58:ii6-ii7
Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.
Syahruddin E., Hudoyo A., Arief N., Efusi Pleura Ganas Pada Kanker ParuJurnal Respirasi
Indonesia. 32:142.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, sixth.
ed. Pharrmaceutical Press, London
LAMPIRAN

Menstrelisisasi meja dengan Menimbang 10 g talk Memindahkan talk


alkohol dengan pinset

Memindahkan talk ke Sterilisasi dengan


botol metode panas kering

Anda mungkin juga menyukai