Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
berkat dan rahmat-Nya, maka Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia Volume 8 Nomor 1
Tahun 2014 berhasil diterbitkan. Jurnal ini hadir dihadapan pembaca sebagai wadah
bagi penulisan hasil pemikiran dan penelitian di bidang pengembangan mutu
pendidikan khususnya pendidikan kimia.
Rasa terima kasih kami sampaikan kepada para penulis atas kontribusinya
yang berupa artikel terhadap penerbitan edisi ini. Kami berharap agar para peneliti,
akademisi, pengamat, praktisi dibidang pendidikan kimia dapat berpartisipasi
menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya yang dituangkan dalam bentuk
tulisan dan dimasukkan kedalam jurnal ini. Kontribusi penulis berupa saran atau solusi
yang komprehensif dan mendalam diharapkan dapat dikembangkan berdasarkan
pengamatan atau pengalaman hasil refleksi terhadap permasalahan dan kenyataan di
lapangan. Kita dapat secara bersama-sama mewujudkan peningkatan mutu dan
relevansi pendidikan melalui semangat pengabdian, rasa kepemilikan, dan tekad untuk
memajukan pendidikan di tanah air.
Ketua Penyunting
DAFTAR ISI
Sri Wardani*
ABSTRAK
ABSTRACT
PENDAHULUAN
adalah melalui perkuliahan berbasis aktivitas Pretes dilakukan secara tertulis dan lisan
laboratorium. yang mengutamakan pemahaman konsep
Aktivitas laboratorium merupakan dan penjelasan prosedur. Setiap kelompok
salah satu cara para ilmuwan menemukan terdiri dari 3-4 mahasiswa, pada umumnya
ilmu pengetahuan, eksperimen merupakan hanya 1-2 mahasiswa saja yang dapat
kegiatan laboratorium yang pada umumnya memberikan penjelasan dengan baik,
digunakan untuk membuktikan suatu teori meskipun mata kuliah praktikum diberikan
(verifikasi). Oleh karena itu eksperimen sesudah mata kuliah teori.
mempunyai peranan penting dalam pem- Perkuliahan elektrometri terkait
belajaran. Kegiatan eksperimen merupakan pemahaman konsep sebagaimana tercan-
aktifitas istimewa yang berfungsi untuk tum dalam kurikulum inti butir praktikum
melatih dan memperoleh umpan balik serta kimia analisis instrumen, yakni mampu
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. mengembangkan konsep kimia dengan
Eksperimen dapat digunakan memanfaatkan teknologi dan seni, serta
untuk mengembangkan kompetensi ranah menggunakan peralatan kimia dalam me-
psikomotorik, kognitif, dan afektif. Ranah ngembangkan konsep elektrometri. Kedua
psikomotorik meliputi keterampilan meran- butir kompetensi tersebut mengisyaratkan
cang, menentukan variabel, mengajukan bahwa pengembangan konsep dasar
pertanyaan, menentukan dan menggunakan elektrometri dalam rangka pembekalan
peralatan, serta melaksanakan prosedur kompetensi dasar elektroanalitik yang dapat
penggunaan alat dan melakukan observasi. dicapai melalui aktivitas laboratorium yang
Ranah kognitif diantaranya melalui kegiatan terencana dengan baik.
merumuskan masalah, menetapkan tujuan Aktivitas laboratorium yang
yang spesifik, memaparkan landasan teori terencana dengan baik harus mengacu
secara sekuensial dan sistematis, merumus- pada kemampuan dasar analitik yang harus
kan hipotesis, merumuskan prosedur yang dimiliki oleh mahasiswa calon guru.
benar, membuat prediksi, mengevaluasi Kemampuan dasar yang harus dimiliki
hasil observasi, membuat pembahasan dan berupa pemahaman konsep dasar elektro-
interpretasi, dan melaporkan hasil, serta analitik, tehnik analisis dan penerapan
menyimpulkan hasil eksperimen. Ranah analisis pada sampel. Selain itu dengan
afektif meliputi antara lain bekerja sama, pemahaman yang dimilikinya diharapkan
berbagi pengetahuan, berkomunikasi dan mahasiswa dapat menyelesaikan permasa-
menghargai pendapat orang lain. lahan terkait teknik analisis secara
Pelaksanaan Aktivitas laborato- elekrometri. Hasil field study yang dilakukan
rium kimia analitik yang berlangsung saat ini pada semester gasal 2009-2010 untuk mata
pada umumnya diawali dengan pretes, kuliah praktikum kimia analisis instrumen
praktikum sesuai prosedur, mencatat data menunjukan hasil pretes pemahaman
pengamatan dan melaporkan pada dosen, konsep teori elektrometri antara lain 80%
serta membuat laporan akhir praktikum. mendapat nilai di bawah 50 (skor 100),
Sri Wardani, Analisis Kelemahan Eksplanasi.... 1221
sedangkan 20% mendapat nilai antara 50- sama team (Lazear, 2004; Cacciatore dan
79. Kondisi ini disebabkan oleh pemahaman Sevian, 2009)
konsep teori elektroanalitik mahasiswa calon Hasil penelitian Prasetyo, et al.,
guru yang masih rendah. Komentar (2008) menunjukkan bahwa pada praktikum
mahasiswa mengenai alasan terjadinya elektrometri, perolehan skor mahasiswa
kondisi tersebut adalah karena sebelum adalah 70 (dari skor total 100) sebanyak
melihat alat dan melakukan praktikum, 35,31%. Kekurangmampuan mahasiswa
mereka masih salah dalam memahami dalam menjelaskan apa yang dilakukan dan
konsep. Diharapkan dengan melakukan gejala yang teramati, terjadi karena aktivitas
kegiatan praktikum di laboratorium akan laboratorium yang dilakukan selama ini
membuat mahasiswa menjadi lebih jelas masih bersifat verifikatif. Kondisi terkait
dalam memahami konsep. permasalahan kurang bermaknanya prakti-
Kebiasaan bekerja ilmiah, di- kum kimia termasuk kimia analitik, juga
laksanakan melalui aktivitasi laboratorium, dinyatakan oleh Adami (2006); Amara-
membuat ilmuwan memiliki kemampuan siriwardena, (2007); Kipnis dan Hofstein,
berpikir, sehingga mereka terampil dalam (2007).
memecahkan berbagai masalah, tidak Manusia di dalam kehidupannya
hanya masalah dalam bidangnya namun tidak dapat diputuskan dari akar kebudaya-
juga masalah di luar bidang dalam kehidu- annya, karena akar kebudayaan inilah yang
pannya. Laporan laboratorium Amerika sesungguhnya memberikan identitas
dalam NRC (2005) menyimpulkan bahwa eksistensinya sebagai manusia. Oleh karena
buku petunjuk praktikum sudah tidak efektif itu pengetahuan tentang kebudayaan yang
lagi untuk pengajaran sains. Aktivitas telah lampau, walaupun kebudayaan itu
laboratorium dapat membangun pemaham- telah punah, akan selalu memperkokoh
an konsep, keterampilan praktek dan identitas manusia sekarang (Suranto, 2009).
perbaikan metakognisi, merupakan cara Indonesia yang merupakan negara kepulau-
untuk mengembangkan kecerdasan intra- an terdiri dari berbagai budaya, antara lain
personal. Identifikasi tujuh tujuan pem- benda, tradisi dan nilai-nilai budaya jawa
belajaran dengan aktivitas laboratorium peninggalan nenek moyang yang masih ada
antara lain: membangun teori, membangun sampai sekarang. Benda dan tradisi yang
kompetensi dasar, dan membangun masih ada sampai sekarang adalah keris,
kemampuan berpikir kompleks merupakan batik, candi, rumah joglo, jamu, bahasa jawa
pengembangan kecerdasan logical- dan huruf jawa, tarian jawa dan gamelan.
mathematic. Dalam kerja empirik terdapat Nilai budaya jawa yang juga masih ada
alternatif dalam mengembangkan kecer- sampai sekarang misalnya, aja lali nalika
dasan interpersonal yakni membangun lara lapa artinya berjuang mencapai cita-
keterampilan praktek, membangun pema- cita, menanamkan setiakawan; aja metani
haman konsep, mengembangkan ilmu dan alaning liyan artinya menghargai orang lain;
pembelajarannya, serta membangun kerja aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa
1222 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014 Halaman 1219 - 1229
artinya belajar bisa merasakan rasa; narima bermacam kecerdasan. Ada delapan jenis
ing pandum artinya selalu bersyukur; rukun kecerdasan yang teridentifikasi, adapun
agawe santosa artinya menciptakan kerja delapan jenis kecerdasan tersebut adalah
sama yang baik; sugih tanpa bandha artinya kecerdasan linguistic, kecerdasan logical
membagi ilmu dengan teman; alon-alon mathematic, kecerdasan spatial-visual,
waton kelakon artinya walaupun pelan tetapi kecerdasan musical-rhythmic, kecerdasan
harus tercapai, ojo dumeh artinya jangan bodily-kinesthetic, kecerdasan interpersonal,
sombong (Purwadi, 2004). kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan
LPTK sebagai lembaga yang naturalist (Lazear, 2004).
mempersiapkan calon guru sains harus Kecerdasan interpersonal, meru-
membekali mahasiswanya sesuai standar pakan kecerdasan dalam berhubungan dan
kemampuan calon tenaga kependidikan memahami orang lain di luar dirinya.
yang meliputi aspek: kepribadian sebagai Kecerdasan tersebut menuntun individu
tenaga kependidikan, materi bidang untuk melihat berbagai fenomena dari sudut
spesialisasi, cara penyampaian, evaluasi pandang orang lain, agar dapat memahami
hasil belajar serta keprofesian (Depdiknas, bagaimana mereka melihat dan merasakan,
2002). Demikian juga calon guru sains harus sehingga terbentuk kemampuan yang bagus
memiliki bekal pengetahuan yang terin- dalam mengorganisasikan tim, menjalin
tegrasi antara kemampuan bidang studi dan kerjasama dengan orang lain ataupun
kemampuan mengajar sains (NRC, 1996). menjaga kesatuan dalam suatu kelompok.
Pada hakekatnya kemampuan Kemampuan tersebut ditunjang dengan
bidang studi dan kemampuan mengajar bahasa verbal dan nonverbal untuk mem-
sains berhubungan erat dengan multiple buka saluran komunikasi dengan orang lain.
intelligence seseorang. Multiple intelligence Kecerdasan interpersonal terdiri dari
merupakan kemampuan untuk memecahkan tahapan mengumpulkan dasar pengeta-
masalah dalam situasi budaya atau huan, tahap menerima masukan teman-
komunitas tertentu, yang terdiri dari delapan teman dan menyamakan dengan pendapat
macam kecerdasan. Meskipun demikian, sendiri, kemudian analisis informasi dan
jumlah tersebut bisa lebih atau kurang, tapi processing yaitu tahapan menghubungkan
jelas bukan hanya satu kapasitas mental. pendapat teman dengan pendapat sendiri
Kecerdasan menurutnya merupakan untuk menyamakan pemahaman konsep
kemampuan untuk menangkap situasi baru dalam kerja kelompok, serta tahapan ber-
serta kemampuan untuk belajar dari pikir tingkat tinggi dan penalaran merupakan
pengalaman masa lalu seseorang. tahap menyimpulkan dan mengembangkan
Kecerdasan bergantung pada hasil diskusi untuk mengembangkan
konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan penelitian dan mengidentifikasi pendapat
oleh kehidupan, lingkungan dan budaya dalam bentuk pertanyaan (Lazear, 2004).
dimana kita hidup dan mengembangkan diri. Kecerdasan intrapersonal, tergan-
Setiap manusia diciptakan dengan tung pada proses dasar yang memung-
Sri Wardani, Analisis Kelemahan Eksplanasi.... 1223
Jumlah
No Substansi kajian Gejala yang teramati dari mahasiswa Mahasiswa
(%)
63
Rerata 62
Nilai 61
60
59 Prosedur
Gejala
58 Konsep
57
56
55
Ka Kh dan Ksp Konduktrometri Rerata Total
Gambar 1. Rerata nilai eksplanasi aspek prosedur, gejala yang teramati, dan konsep dasar
Tabel 3. Hasil observasi budaya kerja kelas uji coba dan implementasi (%)
Kecerdasan Inter
Uji coba Implementasi
No Budaya kerja Intrapersonal yang
% %
terkembangkan
1 93 95 Nastiti ngati-ati Kecerdasan intrapersonal
2 81 100 Rukun agawe santosa Kecerdasan interpersonal
3 80 89 Alon-alon waton kelakon Kecerdasan intrapersonal
4 90 91 Sabar,tekun Kecerdasan intrapersonal
5 75 86 Ojo dumeh Kecerdasan interpersonal
6 80 94 Gotong royong Kecerdasan interpersonal
(Wardani, 2011)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar antara siswa
dengan pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan Structure Exercise Method
(SEM) berfasilitasi LKS dibandingkan dengan siswa yang hanya dengan pembelajaran TAI, dan
siswa tanpa model TAI dan SEM, serta manakah penerapan metode yang terbaik dari ketiga
perlakuan sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif metode yang lebih baik. Desain penelitian
ini adalah pretest and postest control group design. Sampel diambil dengan teknik cluster
random sampling. Berdasarkan hasil analisis diperoleh rata-rata hasil belajar kognitif kelas
eksperimen I sebesar 84,67, kelas eksperimen II sebesar 82,41, dan kelas kontrol sebesar
76,61. Hasil uji Anava menunjukkan perbedaan rata-rata yang signifikan antara ketiga kelas. Uji
pasca Anava Scheffe menunjukkan adanya perbedaan rata-rata yang signifikan antara masing-
masing kelas dan menunjukkan bahwa kelas eksperimen I merupakan kelas dengan hasil
belajar terbaik. Pengaruh penerapan model TAI dengan SEM sebesar 20,82%. Hasil belajar
afektif dan psikomotorik pada kelas TAI dan SEM menunjukkan hasil yang terbaik dari ketiga
kelas. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu pembelajaran TAI dengan SEM berfasilitasi LKS
menghasilkan hasil belajar terbaik.
Kata kunci: hasil belajar; structure exercise method, team assisted individualization
ABSTRACT
This study aimed to investigate the differences of learning outcomes between students
with learning Team Asissted Individualization (TAI) and Structure Exercise Method (SEM)
equipped with student worksheet, students with simply TAI learning, and students without TAI
and SEM models, and which the implementation of model is the best ones that can be used as
an alternative better model. Experimental design of this study is a pretest and posttest control
group design. Samples were taken with cluster random sampling technique. Based on the
analysis the average cognitive achievement test of experimental class I is 84.67, experimental
class II is 82.41, and control class is 76.61. The Anova test results showed the average
difference is significant between the three classes. Scheffe's post-ANOVA test showed the
average difference is significant between each class and demonstrated that the experimental
class I is the class with the best learning outcomes. The contribution of aplication of TAI and
SEM models is 20,82%. Affective and Psychomotor learning outcomes of TAI and SEM class
showed that it is the best result from three class. The conclusion of this study that learning TAI
and SEM equipped with student worksheet produce the best learning outcomes.
yang tidak maksimal. Salah satu faktor yang tifkan siswa dan membantu siswa dalam
mempunyai peranan yang sangat penting proses pembelajaran adalah penggunaan
adalah guru. Guru dituntut untuk dapat model pembelajaran Team Assisted Indi-
mendesain proses kegiatan pembelajaran vidualization (TAI). Model pembelajaran
yang inovatif, efektif dan interaktif sehingga Team Assisted Individualization merupakan
dapat menarik perhatian siswa, merangsang model pembelajaran yang menekankan
motivasi belajar siswa sehinga berdampak pada penerapan bimbingan antarteman
positif pada meningkatnya hasil belajar (Suyitno, 2011). Dalam hal ini siswa dibagi
siswa. menjadi beberapa kelompok secara
Pokok bahasan kelarutan dan hasil heterogen. Pada setiap kelompok ada salah
kali kelarutan merupakan materi kimia yang satu siswa yang memiliki kemampuan lebih
menuntut siswa untuk dapat menggabung- dari yang lain sebagai penanggung jawab
kan antara penguasaan konsep-konsep kelompok dan bertugas membimbing
kimia dan mengaplikasikannya dalam anggota kelompoknya yang masih kesulitan
perhitungan kimia, sehingga tidak jarang dalam memahami suatu materi (Slavin,
banyak siswa yang mengalami kesulitan 1984). Keyakinan akan keunggulan model
dalam mempelajari materi ini. Hasil pembelajaran Team Assisted Individuali-
observasi yang dilakukan di suatu SMA di zation diungkapkan Hooper dan Hannafin
Pekalongan, menunjukkan bahwa hasil dalam Yusuf, et al. (2012), bahwa
belajar kimia siswa kelas XI IPA pada pokok pembelajaran kooperatif atau berkelompok
bahasan kelarutan dan hasil kali masih erat hubungannya dengan pencapaian
belum maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan yang maksimal dari setiap
masih banyaknya siswa yang mendapatkan siswa pada kelompok yang heterogen,
nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal meskipun siswa dengan kemampuan baik
(KKM) yang ditetapkan yaitu 76. Dalam akan lebih baik dibanding siswa dengan
beberapa kasus guru menyadari bahwa kemampuan sedang ataupun rendah. Hal ini
proses penyampaian materi oleh guru didukung oleh hasil penelitian Awofala et al.
seringkali tidak dapat diterima baik oleh (2010) bahwa hasil belajar siswa dengan
siswa, namun yang disayangkan adalah model Team Assisted Individualization
ketika siswa belum memahami atau meningkat lebih baik daripada pembelajaran
menangkap materi yang disampaikan, siswa Framing strategy maupun konvensional.
enggan atau malas untuk bertanya, dengan Marijono (2006) dan Ariani, et al. (2008)
alasan malu atau takut untuk bertanya, juga memperoleh hasil temuan yang hampir
imbasnya selain pemahaman siswa sama bahwa prestasi belajar siswa
terhadap materi yang diajarkan menjadi mengalami peningkatan dengan pembelajar-
kurang, guru pun mengalami kesulitan an Team Assisted Individualization.
dalam mengukur tingkat pemahaman siswa. Selain penerapan model pembe-
Salah satu model pembelajaran lajaran TAI, untuk menambah tingkat
yang dapat digunakan untuk lebih mengak- pemahaman siswa dan tingkat kemandirian
1232 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1230 - 1240
siswa dalam mempelajari suatu materi, tanpa SEM dan LKS dan siswa yang tidak
penerapan model TAI dapat juga disertai diberi model pembelajaran TAI maupun
dengan penggunaan metode latihan ber- SEM berfasilitasi LKS pada pokok bahasan
struktur atau Structure Exercise Method kelarutan dan hasil kali kelarutan serta
yang difasilitasi dengan LKS. Metode latihan mengetahui besarnya kontribusi pengaruh
berstruktur atau Structure Exercise Method dari perbedaan perlakuan yang dilakukan.
dapat digunakan untuk meningkatkan
pemahaman siswa mengenai suatu materi METODE PENELITIAN
yang sedang dipelajari dengan adanya
Penelitian dilakukan di suatu SMA
pemberian latihan soal-soal berstruktur,
Negeri di Pekalongan pada materi kelarutan
yaitu penggunaan soal-soal yang dimulai
dan hasil kelarutan. Desain peelitian yang
dari soal dengan tingkat kesulitan rendah
digunakan adalah Pretest-Posttest Control
dan dilanjutkan ke soal dengan tingkat
Group Design. Populasi dalam penelitian ini
kesulitan yang lebih tinggi (Rusmansyah
adalah siswa kelas XI SMA tahun pelajaran
dan Irhasyuarna, 2002). Penelitian yang
2012/2013. Pengambilan sampel dilakukan
dilakukan Nugraha (2008) menunjukkan
dengan teknik cluster random sampling,
bahwa hasil belajar siswa mengalami
yaitu sampel diambil secara acak
peningkatan yang signifikan dengan metode
berdasarkan kelas-kelas tertentu (Sugiyono,
latihan berstruktur. Hal ini menguatkan
2010). Dalam penelitian ini diambil siswa-
bahwa metode latihan berstruktur dapat
siswa dari tiga kelas sebagai sampel dari
memberikan efek positif dalam pem-
keseluruhan tujuh kelas populasi. Peng-
belajaran.
gunaan model pembelajaran TAI dengan
Rumusan masalah dalam penelitian
SEM berfasilitasi LKS sebagai kelas
ini adalah apakah hasil belajar siswa yang
eksperimen I, model pembelajaran TAI
diberi model pembelajaran TAI dengan SEM
tanpa SEM dan LKS sebagai kelas
berfasilitasi LKS meningkat lebih baik
eksperimen II dan pembelajaran tanpa
daripada siswa yang hanya diberi model
model TAI, SEM dan LKS sebagai kelas
pembelajaran TAI tanpa SEM dan LKS dan
kontrol.
siswa yang tidak diberi model pembelajaran
Variabel bebas dalam penelitian ini
TAI maupun SEM berfasilitasi LKS pada
adalah model pembelajaran yang diguna-
pokok bahasan kelarutan dan hasil kali
kan. Variasi perlakuan pada kelompok
kelarutan serta berapakah kontribusi
eksperimen I adalah model pembelajaran
pengaruh dari perbedaan perlakuan yang
TAI dengan SEM berfasilitasi LKS, pada
dilakukan.
kelompok eksperimen II adalah model
Tujuan penelitian ini adalah untuk
pembelajaran TAI tanpa SEM dan LKS dan
mengetahui apakah hasil belajar siswa yang
pada kelompok kontrol adalah pembelajaran
diberi model pembelajaran TAI dengan SEM
tanpa model TAI dengan SEM dan LKS.
berfasilitasi LKS lebih baik daripada siswa
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
yang hanya diberi model pembelajaran TAI
Fanny Firman Syah, dkk, Pengaruh Model Team.... 1233
hasil belajar kimia siswa kelas XI suatu SMA Analisis selanjutnya adalah uji besarnya
Negeri di Pekalongan pada materi kelarutan kontribusi pengaruh dari perlakuan pada
dan hasil kali kelarutan. Variabel kontrol kelas eksperimen I dan II terhadap hasil
dalam penelitian ini adalah materi pelajaran, belajar kognitif siswa. Hasil belajar afektif,
kurikulum yang digunakan, dan jumlah jam psikomotor, dan hasil angket tanggapan
pelajaran. siswa dianalisis secara deskriptif. Kelas
Metode pengumpulan data dilaku- eksperimen I diterapkan model pembela-
kan dengan metode dokumentasi, metode jaran TAI dengan SEM berfasilitasi LKS,
tes, metode observasi, dan metode angket. kelas eksperimen II diterapkan model
Metode dokumenasi digunakan untuk pembelajaran TAI, dan kelas kontrol dengan
mendaftar nama, jumlah siswa, dan semua model pembelajaran konvensional.
data yang diperlukan dalam penelitian.
Metode tes digunakan untuk mendapatkan HASIL DAN PEMBAHASAN
data hasil belajar kognitif kimia siswa materi
Analisis data dilakukan pada nilai
kelarutan dan hasil kali kelarutan. Metode
pretest dan postest. Berdasarkan analisis
observasi ini digunakan untuk mengetahui
data pretest, rata-rata nilai pretest siswa
hasil belajar kimia siswa pada aspek afektif
pada masing-masing kelas sampel
dan psikomotor. Metode angket digunakan
mempunyai rata-rata nilai yang tidak
untuk memperoleh data tanggapan siswa
berbeda secara signifikan. Hal ini
terhadap pembelajaran.
menunjukkan bahwa sampel berangkat dari
Data penelitian hasil belajar kognitif
keadaan yang sama. Berdasarkan analisis
dianalisis dengan uji Anava untuk
data akhir (postest), rata-rata hasil tes hasil
mengetahui perbedaan hasil belajar antara
belajar siswa pada masing-masing kelas
kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan
eksperimen mempunyai perbedaan yang
kelas kontrol. Setelah diketahui adanya
signifikan. Rata-rata hasil belajar kelas
perbedaan pada ketiga kelas eksperimen,
eksperimen I lebih tinggi dibandingkan rata-
perhitungan dilanjutkan dengan uji pasca
rata hasil belajar kelas eksperimen II dan
Anava, yaitu uji Scheffe yang digunakan
kelas kontrol. Data rata-rata pretest, postest
untuk mengetahui adanya perbedaan yang
dan N-gain pretest-postest dapat dilihat
paling signifikan di antara ketiga kelas.
pada Tabel 1.
jaran. Keadaan seperti ini dapat ini siswa dapat lebih mudah mem-
menghilangkan kebosanan pada saat bandingkan dan menganalisis bebe-rapa
pembelajaran dan mengembangkan pola variasi-variasi soal sehingga lebih terlatih
pikir siswa menjadi lebih aktif dan kritis dalam mencari pemecahannya. Berbeda
dalam memecahkan suatu masalah (Slavin, dengan kelas eksperimen I, kelas ekspe-
1984). Perbedaan antara kelas eksperimen I rimen II hanya diskusi dan pembahasan soal
dan kelas eksperimen II pada penerapan secara acak tingkatannya setelah
metode latihan berstruktur atau SEM yang disampaikannya materi. Meskipun demikian
dilengkapi dengan adanya LKS berbasis bantuan siswa pandai juga memiliki andil
SEM. Pada kelas eksperimen I pembelajar- besar dalam kegiatan meng-assist siswa-
an model TAI akan dipadukan dengan siswa lain yang masih mengalami kesulitan,
metode latihan berstruktur (SEM) yang karena dapat dipastikan kemampuan siswa
dilengkapi dengan adanya LKS berbasis pandai baik di kelas eksperimen I maupun II
SEM sedangkan kelas eksperimen II tidak. dalam menjelaskan suatu masalah pun
Structure Exercise Method menekankan berbeda-beda. Hal ini jauh berbeda dengan
pada pemberian latihan-latihan soal dengan kelas kontrol, pada kelas kontrol penyam-
kualitas soal yang bertingkat (Rijani, 2011). paian pembelajaran berpusat pada guru
Kaitannya dengan pemberian soal-soal ber- (teacher center), walaupun sesekali guru
tingkat, Rijani (2011) berinisiatif menyusun memberi-kan umpan balik kepada siswa,
LKS berbasis SEM sebagai suplemen memberikan pertanyaan-pertanyaan pada
penunjangnya. LKS yang berisi ringkasan siswa. Kemampuan siswa dalam me-
materi disertai soal-soal yang dibuat nangkap suatu materi beragam, tentunya
bertingkat berdasarkan tingkatan atau level- tidak semua siswa dapat menangkap materi
level kesukaran tertentu. Pada kelas kontrol, yang disampaikan oleh guru dengan baik,
pembelajaran sepenuhnya dilaku-kan oleh akibatnya materi yang dapat diperoleh oleh
guru kimia pengampu kelas tersebut, siswa kurang maksimal karena informasi
dengan materi, waktu pem-belajaran, dan cenderung hanya bersumber dari guru.
materi tes yang sama dengan kelas Pada analisis deskriptif nilai afektif
eksperimen. Perbedaan terletak pada diperoleh skor rata-rata aspek afektif kelas
kegiatan praktikum dimana seluruh kegiatan eksperimen I sebesar 28,17, kelas
praktikum baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen II sebesar 27,57, dan kelas
ekperimen dilakukan dan dipandu oleh kontrol sebesar 26,65. Selain itu diketahui
peneliti langsung, dan tentunya didampingi banyaknya siswa yang memperoleh nilai
dengan guru. afektif tinggi dan sangat tinggi dari ketiga
Pada kelas eksperimen I kegiatan kelas, paling banyak ada di kelas
diskusi disertai dengan latihan-latihan soal eksperimen I dengan kriteria tinggi di-
berstruktur atau bertingkat, yakni dari soal- peroleh 13 siswa dan sangat tinggi 5 siswa,
soal yang mudah ke tingkat soal yang lebih kemudian di kelas eksperimen II kriteria
sulit. Melalui kegiatan pembelajaran seperti tinggi 14 siswa dan sangat tinggi 4 siswa
1236 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1230 - 1240
dan selanjutnya baru pada kelas kontrol mempunyai kemampuan lebih dapat
kriteria tinggi 12 siswa dan sangat tinggi 3 membimbing temannya (Saleh, 2012).
siswa. Artinya, jumlah siswa yang tuntas Berbeda dengan kelas kontrol selama
aspek afektif pada kelas eksperimen I pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali
sebesar 18 siswa, kelas eksperimen II kelarutan tidak ada pembelajaran diskusi di
sebesar 18 siswa dan pada kelas kontrol 15 dalamnya, pembelajaran diisi dengan
siswa. Berdasarkan hasil rata-rata skor materi, contoh soal dan dilanjutkan latihan
afektif tiap kelas dapat disimpulkan bahwa soal. Hal ini juga mengingat bahwa materi
kelas eksperimen I memperoleh hasil belajar kelarutan dan hasil kelarutan cenderung
afektif yang lebih baik daripada kelas lebih ke perhitungan yang menjadi perma-
eksperimen II dan kelas kontrol. Hal ini salahan siswa, sehingga dari guru lebih
berarti penerapan model pembelajaran TAI menekankan pada contoh-contoh soalnya,
dengan SEM berfasilitasi LKS tidak hanya dan karena hal ini menyebabkan pemberian
berpengaruh pada hasil belajar kognitif saja, materi yang dikaitkan dengan kehidupan
akan tetapi pada aspek afektif juga sehari-hari pun sangat sedikit. Pembelajaran
walaupun tidak begitu signifikan kelompok tidak hanya membantu siswa
perbedaannya. dalam berinteraksi satu sama lain, namun
Hasil analisis nilai afektif kelas secara tidak langsung dapat menumbuhkan
eksperimen I, eksperimen II dan kelas ide-ide alternatif serta menghasilkan suatu
kontrol untuk skor tiap aspeknya dapat pemecahan masalah melaui adanya diskusi
dilihat pada Gambar 1. Perbedaan yang (Pandey dan Kishore, 2003).
paling terlihat di antara ketiga kelas terdapat Pada aspek keenam dan kedelapan,
pada aspek kedua, keenam, ketujuh, dan yaitu aspek kecermatan dan kemandirian
kedelapan. Pada aspek kedua yaitu kelas eksperimen I lebih tinggi dibanding
bertanya, siswa kelas eksperimen I dan II kelas eksperimen II dan kelas kontrol. Hal ini
cenderung lebih aktif dalam bertanya disebabkan karena pada kelas eksperimen I
dibanding pada kelas kontrol. Hal ini siswa sudah terbiasa dihadapkan pada
disebabkan adanya pembelajaran yakni pembahasan soal-soal secara bertingkat
cara diskusi TAI lebih membuat rasa ingin melalui adanya penerapan metode latihan
tahu siswa ketika terdapat suatu masalah, berstruktur atau SEM, sehingga siswa pada
apalagi ketika pemberian materi yang ada kelas eksperimen I terlatih dalam
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, penyelesaian-penyelesaian soal-soal dan
rasa ingin tahu siswa bertambah sehingga lebih cermat dan lebih mandiri. Hal ini
semakin banyak siswa yang bertanya. Di sisi menunjukkan bahwa SEM memberikan
lain dengan adanya dorongan dari peneliti pengaruh positif pada siswa, sehingga siswa
agar mau bertanya dan tidak malu untuk menjadi terlatih dalam berfikir secara lebih
bertanya. Kerja kelompok dapat juga sistematis, logis, teliti, dan teratur (Nugraha,
bermanfaat untuk mengatasi atau mengu- 2008).
rangi kevakuman, karena siswa yang
Fanny Firman Syah, dkk, Pengaruh Model Team.... 1237
4,00
3,00
Rata-rata
2,00
1,00
0,00 Eksperimen I
1 2 3 4 5 6 7 8
Eksperimen II
Aspek yang dinilai Kontrol
Pada analisis deskriptif nilai dan sangat tinggi 6 siswa dan selanjutnya
psikomotorik diperoleh skor rata-rata aspek baru pada kelas kontrol kriteria tinggi 11
psikomotorik kelas eksperimen I sebesar siswa dan sangat tinggi 4 siswa. Artinya,
31,97, kelas eksperimen II sebesar 31,43, jumlah siswa yang tuntas aspek
dan kelas kontrol sebesar 31,39. Selain itu psikomotorik pada kelas eksperimen I
diketahui banyaknya siswa yang mem- sebesar 21 siswa, kelas eksperimen II
peroleh nilai afektif tinggi dan sangat tinggi sebesar 16 siswa dan pada kelas kontrol 15
dari ketiga kelas, paling banyak ada di kelas siswa. Berdasarkan hasil rata-rata skor
eksperimen I kriteria tinggi diperoleh 20 psikomotorik tiap kelas dapat disimpulkan
siswa dan sangat tinggi 1 siswa, kemudian bahwa kelas eksperimen I memperoleh hasil
di kelas eksperimen II kriteria tinggi 10 siswa belajar psikomotorik yang lebih baik
1238 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1230 - 1240
4,00
3,00
Rata-rata
2,00
1,00
0,00 Eks I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Eks II
Aspek yang dinilai Kontrol
Angket tanggapan siswa diberikan pembelajaran TAI dengan metode SEM dan
pada kelas eksperimen I dan kelas pemberian latihan soal dengan LKS
eksperimen II dengan butir pertanyaan membuat siswa tertantang untuk berusaha
angket yang disesuaikan dengan pem- menyelesaikan soal-soal dan sebagian
belajaran pada masing-masing kelas. Selain besar siswa menjawab sangat setuju.
itu, angket juga digunakan oleh peneliti Sedangkan pada kelas eksperimen II
sebagai refleksi pada penelitian yang telah dengan butir pernyataan dengan adanya
dilakukan. Butir pertanyaan pada angket model pembelajaran TAI membuat siswa
berjumlah 18 butir pertanyaan secara garis tertantang untuk berusaha menyelesaikan
besar digunakan untuk mengetahui soal-soal, sebagian besar siswa hanya
seberapa besar antusiasme siswa terhadap menjawab setuju. Hal ini dikarenakan
pembelajaran yang dilakukan, ketertarikan karena adanya penggunaan metode SEM
siswa, keterbantuan siswa, motivasi siswa dilengkapi dengan LKS berbasis SEM,
dalam pembelajaran serta tanggapan dimana siswa kelas eksperimen I lebih
tentang adanya kegiatan praktikum dalam terbiasa dengan latihan-latihan soal
pembelajaran kimia. Pada butir-butir soal berstruktur atau bertingkat, sehingga siswa
yang menyatakan antu-siasme siswa lebih merasa tertantang dalam belajar dan
terhadap pembelajaran, ketertarikan siswa, mengerjakan soal-soal yang ada, dan hal ini
keterbantuan siswa, motivasi siswa, dan merupakan hal positif yang menjadi poin
kegiatan praktikum, sebagian besar siswa plus dalam kegiatan pembelajaran di kelas
menjawab setuju di kedua kelas, yang eksperimen I.
artinya baik di kelas eksperimen I maupun
eksperimen II merasa tertarik, termotivasi SIMPULAN
dan terbantu dengan adanya penerapan
Hasil belajar siswa yang diberi
model pembelajaran yang dilakukan.
model pembelajaran Team Assisted
Ingatan, perhatian, minat, kecerdasan,
Individualization dengan Structure Exercise
motivasi, kemauan dan pikiran merupakan
Method berfasilitasi LKS lebih baik daripada
beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
siswa yang hanya diberi model pem-
belajar (Anni dan Rifai, 2012). Oleh karena
belajaran Team Assisted Individuali-zation
itu pembelajaran dengan variasi model dan
tanpa Structure Exercise Method dan LKS
metode ini perlu dikembangkan dalam
dan juga lebih baik dari siswa yang tidak
pembelajaran kimia, karena dapat ber-
diberi model pembelajaran Team Assisted
pengaruh positif terhadap pembelajaran dan
Individualization maupun Structure Exercise
hasil belajar siswa.
Method berfasilitasi LKS pada pokok
Perbedaan yang mengindikasikan
bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan.
adanya pengaruh dari pemberian SEM
dengan LKS terlihat pada butir pertanyaan
ke-lima. Pada kelas eksperimen I butir ke-
lima menyatakan dengan adanya model
1240 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1230 - 1240
ABSTRAK
Rendahnya hasil belajar kimia banyak disebabkan oleh proses pembelajaran yang tidak
memberikan kesempatan bagi siswa dalam memperoleh pengalaman belajar. Tujuan penelitian
ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa dengan pendekatan Project-Based Learning.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Class-Room Action Research). Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Fokus penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, observasi dan tes. Penelitian
dikatakan berhasil jika sekurang-kurangnya 23 dari 30 siswa mendapat nilai lebih dari 75. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan Project-Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar. Data penelitian ketuntasan hasil belajar ranah kognitif siklus I
sebanyak 23 dari 30 siswa tuntas, ranah afektif 23 dari 30 siswa tuntas dan ranah psikomotorik
sebesar 27 dari 30 siswa tuntas. Data penelitian ketuntasan hasil belajar ranah kognitif siklus II
sebanyak 26 dari 30 siswa tuntas, ranah afektif sebanyak 24 dari 30 siswa tuntas dan ranah
psikomotorik sebanyak 26 dari 30 siswa tuntas. Hal ini berarti indikator keberhasilan yang
dipatok telah tercapai pada siklus II. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa menerapkan
pendekatan Project-Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
ABSTRACT
The low learning outcome chemistry mainly caused by the learning process did not
provide the opportunity for students to gain learning experience. The purpose of this research
was to improve student learning outcomes with Project-Based Learning approach. This study
was a class action (Class-Room Action Research). This study was conducted in two cycles,
each cycle consisting of planning, action, observation, and reflection. The focus of this research
was improving student learning outcomes. The data collection techniques used were technical
documentation, observation and tests. Research was successful if at least 23 of the 30 students
scored more than 75. The results showed that the application of Project-Based Learning
approach can improve learning outcomes. Research data completeness cognitive learning
outcomes cycle I was 23 of the 30 students completed, affective domain was 23 of 30 students
completed and psychomotor domains was 27 of 30 students completed. Research data
completeness cognitive learning outcomes cycle II was 26 of 30 students completed, the
affective domain was 24 of the 30 students completed and psychomotor domains was 26 of the
30 students completed. This means that the indicator set had achieved success on the cycle II.
From the research, it was concluded that implementing Project-Based Learning approach could
improve student learning outcomes of chemistry.
17 siswa tuntas dari 30 siswa dengan rata- siswa (Wibowo, 2005). Pada pembelajaran
rata kelas sebesar 69,30. Rendahnya hasil proyek, terdapat keterampilan proses yang
belajar kimia siswa dapat disebabkan oleh teramati ketika pembuatan suatu produk
berbagai hal. Berdasarkan data observasi, ilmiah. Pembelajaran melalui pendekatan
pembelajaran cenderung dilakukan dengan keterampilan proses menyebabkan siswa
ceramah. Pembelajaran cenderung berlang- dapat menemukan fakta-fakta, konsep-
sung satu arah, artinya interaksi hanya konsep dan teori-teori dengan keterampilan
berpusat dari guru. Rendahnya interaksi proses dan sikap ilmiah siswa sendiri
guru dan siswa menjadikan suasana di (Soetarjo dan Soejitno, 1998).
kelas menjadi tidak kondusif dan cenderung Inti kegiatan pembelajaran proyek
membosankan. Siswa dihadap-kan pada adalah memberikan pengalaman secara
situasi yang kurang real (Herminarto, 2006). langsung kepada siswa sehingga siswa
Selain itu, pada proses pembelajaran yang dapat memaknai simbol-simbol, teori-teori
dijumpai di SMA tersebut, siswa hanya dan manfaat dari belajar kimia (Mulyani,
dituntut untuk dapat mengerjakan soal ujian. 2011). Hal ini perlu dilakukan mengingat
Permasalahan yang terjadi adalah simbol dan teori tersebut bersifat abstrak.
masih rendahnya hasil belajar yang dicapai. Ketertarikan terhadap sesuatu yang tidak
Hal ini disebabkan oleh proses pem- diketahui manfaatnya akan sangat kecil.
belajaran yang belum sesuai materi kimia Jika saja bukan karena nilai yang diberikan
(Hixson, et al. 2013). Materi kimia yang oleh guru, siswa tidak akan berminat belajar
mencapai tingkat sintesis, dibutuhkan high kimia. Perlu dilakukan arahan kepada siswa
order thinking dalam proses pem- agar dapat menggunakan ilmu kimia dalam
belajarannya (Anni, 2012). Padahal kehidupan sehari-hari, menemukan arti
pembelajaran konvensional (metode kimia dalam kehidupan nyata (Medine, et al.
ceramah, tanya jawab dan demonstrasi) 2010).
tidak menuntut sampai pada tingkat sintesis. Penelitian tindakan kelas sangat
Kegiatan praktikum cenderung ditekankan memerlukan kreativitas guru dalam
pada kemampuan aplikatif dengan men- menyampaikan materi. Penelitian dengan
contoh prosedur yang sudah ada tanpa penugasan proyek dapat mendukung pem-
mengetahui kenapa prosedurnya harus belajaran tindakan kelas (Elfanany, 2013).
seperti itu atau bagaimana dengan prosedur Penugasan proyek dapat dikembangkan
lain. Pendekatan yang paling ideal untuk dalam banyak hal, seperti penyampaian
memacu kemampuan sintesis adalah materi, lingkup kontekstual dan pembela-
dengan menggunakan pendekatan proyek jaran kooperatif (Rais, 2010). Penugasan
(Baker, et al. 2011). proyek menekankan suatu produk ilmiah,
Pembelajaran melalui proyek memi- memberikan pengertian kontekstual kepada
liki karakteristik yang kompleks, pem- siswa (Susanti, 2008). Proyek juga
belajaran akan sangat dipengaruhi oleh dilakukan dalam satu tim kerja ilmiah untuk
jenis tugas proyek yang diberikan pada memacu siswa dalam kerja kooperatif.
Didi Kurniadi, dkk, Upaya Meningkatkan Hasil.... 1243
II sebesar 26 dari 30 siswa tuntas KKM. sudah dapat dianggap berhasil jika
Hasil belajar kognitif meningkat dari dibandingkan dengan target ketercapaian
sebelum tindakan dilakukan, yaitu sebanyak 24 siswa tuntas (Mulyasa, 2004).
meningkat sebanyak 6 siswa pada siklus I Data ketercapaian siswa per indikator dapat
dan peningkatan sebanyak 9 siswa pada dilihat pada Gambar 1.
siklus II. Peningkatan hasil belajar kognitif
Gambar 2. Ketercapaian rata-rata nilai hasil belajar afektif siklus I dan II.
bahwa kegiatan dasar laboratorium dan sebanyak 26 dari 30 siswa tuntas KKM.
(melarutkan, menyaring, dan mengamati Jika dibandingkan dengan data siklus I, nilai
endapan dalam larutan) dapat dikuasai oleh psikomotorik siswa menurun. Hal ini dikare-
siswa (Widodo, 2009). nakan proyek pada siklus II cenderung lebih
Data hasil belajar psikomotorik kompleks dan membutuhkan kecermatan
siswa kelas IPA 1 pada siklus II memiliki lebih.
rata-rata sebesar 3,36 dengan kriteria Baik
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa (Baker, et al. 2011). Penelitian tindakan
indikator Keterampilan Dalam Menyaring kelas ini betujuan meningkatkan hasil
Larutan dan Melarutkan Garam Hasil Cucian belajar siswa SMA kelas XI materi kelarutan
merupakan hal yang sulit dilakukan oleh dan hasil kelarutan melalui pendekatan
siswa. Hal ini dapat dipahami bahwa Project-Based Learning, sehingga pada
keberhasilan proses permurnian garam akhir proses siklus II dihasilkan produk
dapur ditentukan pada proses ini. Proses ilmiah berupa garam dapur murni dan
penyaringan larutan tidak dapat berhasil makalah hasil proyek. Berdasarkan data
dengan sempurna jika prosedurnya salah psikomotrik, terjadi peningkatan hasil belajar
(Setyopratomo, 2003). Kebanyakan siswa pada tiap indikator. Semua hasil proyek
menyaring larutan dengan cara menuang tersebut di nilai dalam bentuk hasil belajar
larutan secara berlebihan pada kertas saring dalam ranah hasil belajar, yaitu ranah
sehingga terdapat banyak larutan yang psikomotor (Anni, 2012)
berceceran. Berdasarkan kegiatan pembelajaran
Pembelajaran dengan pendekatan siklus I, kegiatan pembelajaran berbasis
Project-Based Learning menekankan untuk proyek merupakan langkah dalam me-
dapat menghasilkan produk-produk ilmiah nyikapi ilmu sains untuk dapat berpikir kritis
Didi Kurniadi, dkk, Upaya Meningkatkan Hasil.... 1247
dan kreatif. Pembelajaran berbasis proyek efektitas pembelajaran, yaitu sebesar 50%
memberikan pengalaman yang lebih kepada (Ambarjaya, 2012).
siswa tentang materi kimia sehingga Masalah yang menjadi dasar
diharapakan pengalaman tersebut dapat penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang
masuk dalam ingatan jangka panjang (Eng- masih rendah dan didukung dari data
Tek, 2009). Efektifitas model pembelajaran observasi afektif pada tahun 2012.
dipengaruhi oleh pengalaman siswa selama Permasalahan yang terjadi disebabkan oleh
pembelajaran berlangsung (Ambarjaya, proses belajar yang belum memberikan
2012). kesempatan bagi siswa dalam mencapai
Berdasarkan kegiatan pembelajaran kemampuan berpikir tingkat tinggi.
siklus I dan II, kegiatan pembelajaran Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
berbasis proyek yang telah dilakukan dalam dilakukan dalam dalam penelitian adalah
penelitian ini memberikan pengalaman pada tingkat sinstesa dalam taksonomi
siswa pada proporsi Doing Real Thing Bloom. pembelajarannya (Anni, 2012).
(Ambarjaya, 2012) sehingga secara kualitas Penelitian yang telah dilakukan meng-
seharusnya siswa dapat menyerap materi gunakan pendekatan Project-Based
pembelajaran sekitar 90%. Pada penelitian Learning untuk menuntaskan hasil belajar
tindakan kelas yang telah dilakukan secara siswa.
keseluruhan tidak semua siswa berpar- Project-based learning memungkin-
tisipasi aktif dengan cara pengelompokan. kan siswa untuk memperoleh pengalaman
Hal ini menyebabkan tidak semua siswa belajar dalam tiap ranah (Mahanal, et al.
dapat melakukan kegiatan proyek secara 2009). Berdasarkan data peningkatan hasil
keseluruhan dan kejadian semacam ini belajar, ranah kognitif siswa meningkat
umum terjadi pada praktikum yang dengan dilaksanakannya pembelajaran
beranggotakan banyak siswa. berbasis proyek karena dalam pelaksanaan
Jika dilihat dari data proses pembelajaran proyek, siswa dituntut agar
pembelajaran, pengelompokan mempe- mampu menjawab pertanyaan terkait
ngaruhi hasil belajar. Pengelompokan dalam dengan proyek. Materi proyek dirancang
kegiatan proyek dimaksudkan agar siswa oleh guru pengampu agar relevan dengan
dapat bekerja dalam kelompok sehingga kurikulum. Pembelajaran berbasis proyek
kejadian tidak semua siswa dapat memberikan kesempatan bagi siswa agar
menempuh proses belajar secara mampu menyusun kegiatan pembelajaran
keseluruhan adalah hal yang tidak dapat yang terkait dengan materi ajar yang
dihindarkan. Meskipun tidak semua siswa diberikan (Klein, 2009). Penelitian yang
dapat bekerja lebih banyak dari teman telah dilakukan memberikan data pening-
sekelompoknya, setidaknya pengalaman katan hasil belajar yang mencapai indikator
pembelajaran tetap terjadi. Kegiatan keberhasilan.
semacam ini dikategorikan dalam Watching Pendekatan Project-Based Learning
a Demonstration pada piramida belajar memberikan kesempatan bagi siswa agar
1248 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1241 - 1249
belajar dari kehidupan sehari-hari Baker, E., Breana, T., Patricia, O., Margaret,
T. dan Lynne F, 2011, Project-based
(Herminarto, 2006). Proyek pemurnian
Learning Model: Relevant Learning for
garam dapur (Setyopratomo, 2003) yang the 21st Century, New York: Pacific
Education Institute.
dilakukan memberikan sikap positif bagi
siswa dan dinilai dalam instrumen afektif Elfanany, B., 2013, Penelitian Tindakan
Kelas, Yogyakarta: Araska.
siswa dan dapat dilihat pada Gambar 2.
Eng-Tek, O., 2009, The Effectiveness of
Pada siklus II, pencapaian siswa hasil Smart Schooling on Students
belajar sudah mencapai target keberhasilan. Attitudes Toward Science, Eurasia
Journal of Mathematics, Science dan
Technology Education, Vol 5, No 1,
SIMPULAN Hal: 35-45.
Herminarto, S., 2006, Implementasi
Data penelitian ketuntasan hasil Pembelajaran Berbasis Proyek pada
Bidang Kejuruan, Cakrawala
belajar ranah kognitif siklus I sebanyak 23 Pendidikan, Yogyakarta: LPM UNY.
dari 30 siswa tuntas KKM, ranah afektif 23 Hixson, N., Jason, R. dan Andy, W., 2012,
dari 30 siswa tuntas KKM dan ranah Extended Profesional Development in
Project-based Learning: Impact on
psikomotorik sebesar 27 dari 30 siswa 21st Century Skills Teaching and
tuntas KKM. Data penelitian ketuntasan Student Achivement, West Virgina:
Department of Education.
hasil belajar ranah kognitif siklus II sebanyak
Katharina, B., Torsten, W. dan Ingo, E.,
26 dari 30 siswa tuntas KKM, ranah afektif
2010, Open Experimentation on
sebanyak 24 dari 30 siswa tuntas KKM dan Phenomena of Chemical Reactions
Via The Learning Company Approach
ranah psikomotorik sebanyak 26 dari 30
in Early Secondary Chemistry
siswa tuntas KKM. Hal ini berarti indikator Education, Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology
keberhasilan yang dipatok telah tercapai
Education, Vol 6, No 3, Hal: 163-171
pada siklus II. Dari data penelitian,
Klein, J., 2009, Project-base Learning:
disimpulkan bahwa menerapkan pen- Inspiring Middle School Students to
dekatan Project-Based Learning dapat Engage in Deep and Active Learning,
New York City : Department of
meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Education.
Mahanal, S., Ericka, D., Corebimad dan Siti,
Z., 2009, Pengaruh Pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA Project Based Learning (PJBL) pada
Materi Ekosistem terhadap Sikap dan
Hasil Belajar Siswa SMAN 2 Malang,
__________, 2009, Prosedur Penelitian Jurnal Kependidikan Universitas
Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Negeri Malang, Vol 3, No 2, Hal: 1-13.
Rineka Cipta.
Mardapi, D., 2000, Azas Performance-
Ambarjaya, B., 2012, Psikologi Pendidikan Based Evaluation, Yogyakarta: UNY
dan Pengajaran, Jakarta: Center for Press.
Academic Publishing Service
Medine, B., Kadir, M. dan Nurcan, T., 2010,
Anni, C., 2004, Psikologi Belajar, Semarang: Research on the Effect of Certain
Unnes Press Variables Chosen and Technology-
Supported Project-Based Learning
Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian, Approach on 11th-grade Students’
Jakarta: Rineka Cipta. Attitudes Towards Computers,
Didi Kurniadi, dkk, Upaya Meningkatkan Hasil.... 1249
ABSTRAK
ABSTRACT
siswa?; serta (3) apa karakter siswa yang tersebut yang terdiri dari 5 kelas. Sampel
dapat dibangun setelah menggunakan rubrik dalam penelitian uji pemakaian skala besar
performance assessment dalam praktikum diambil dengan teknik purposive sampling
hidrolisis garam “uji larutan garam dalam sebanyak 2 kelas, yaitu kelas XI IPA 3 dan
air”? XI IPA 4 dimana guru yang mengajar kimia
Tujuan penelitian ini adalah untuk pada kedua kelas tersebut adalah sama.
mengetahui apakah inovasi rubrik Namun, pada uji coba skala kecil hanya 10
performance assessment yang telah dilaku- siswa yang digunakan sebagai sampel.
kan melalui penggunaan gambar dan tulisan Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
dapat digunakan sebagai panduan penilaian penggunaan rubrik performance assessment
kinerja siswa dalam praktikum hidrolisis pada praktikum hidolisis garam. Variabel
garam “uji larutan garam dalam air”, dan terikat dalam penelitian ini adalah hasil
untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa belajar siswa, yaitu psikomotorik, kognitif,
serta karakter siswa yang muncul setelah dan afektif. Variabel kontrol dalam penelitian
melakukan kegiatan praktikum hidrolisis ini adalah alokasi waktu dan materi
garam dengan dilengkapi rubrik perfor- pelajaran yang sama.
mance assessment. Responden diberikan perlakuan
pembelajaran praktikum dengan meng-
METODE PENELITIAN gunakan rubrik performance assessment
yang telah direvisi berdasarkan hasil pada
Penelitian ini dilaksanakan di suatu uji coba skala kecil. Hasil uji coba skala kecil
SMA Negeri di Semarang. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui keterlak-
menggunakan metode research and sanaan penggunaan inovasi rubrik
development, yang meliputi tiga langkah performance assessment dan mendapatkan
utama yaitu: analisis kebutuhan, masukan dari hasil pengamatan guna
perancangan dan pengembangan rubrik, memperbaiki kekurangan-kekurangan
dan validasi serta reliabilitas perangkat (Listyawati, 2012). Observer mengisi lembar
assessment yang meliputi uji coba, revisi observasi performance assessment dengan
dan validasi perangkat rubrik. Prosedur panduan rubrik performance assessment
penelitian yang digunakan dalam penelitian yang telah direvisi, kemudian dianalisis
ini mengacu pada tahap R&D Sugiyono menggunakan koefisien generalisabilitas
(2010) yang telah dijabarkan, antara lain yang dikembangkan oleh Thorndike dalam
menganalisis produk yang akan dikem- Susilaningsih (2011). Apabila diperoleh
bangkan, mengembangkan produk awal, harga reliabilitas yang tinggi dapat diartikan
validasi ahli, revisi, uji coba skala kecil, bahwa pemberian skor yang telah
revisi, uji pemakaian skala besar, dan dikukuhkan oleh masing-masing observer
produk telah teruji. adalah konsisten satu sama lain (Sutrisno,
Populasi dalam penelitian ini adalah 2012).
seluruh siswa kelas XI IPA SMA di sekolah
Nila Puspitasari, dkk, Pengembangan Rubrik Performance.... 1253
3,34 3,32
3,50
Nilai Rata-rata Tiap ASpek
2,75
3,00
2,50 1,96
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
1 2 3 4
Aspek Psikomotorik
Gambar 1. Nilai rata-rata masing-masing aspek kinerja (psikomotorik) siswa pada uji coba
skala kecil materi praktikum hidrolisis garam
Tabel 2. Tanggapan siswa pada uji coba skala kecil terhadap penggunaan rubrik performance
assessment
3,80 3,62
3,60 3,44
3,32
3,40 3,24
3,20
3,00
1 2 3 4
Aspek Psikomotorik
Gambar 2. Nilai rata-rata masing-masing aspek kinerja (psikomotorik) siswa kelas XI IPA 3
pada materi praktikum hidrolisis garam
3,57
Nilai Rata-rata Tiap
3,40 3,28
3,20
3,00
1 2 3 4
Aspek Psikomotorik
Gambar 3. Nilai rata-rata masing-masing aspek psikomotorik siswa kelas XI IPA 4 pada materi
praktikum hidrolisis garam
dan nilai terendah 80,69. Kriteria kinerja tinggi dalam menilai kinerja siswa tersebut
siswa kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 termasuk (Sudria dan Sya’aban, 2008.)
dalam kriteria tinggi. Kinerja siswa dapat Berdasarkan analisis data akhir,
terukur dengan tepat karena menggunakan rata-rata hasil tes hasil belajar siswa pada
panduan penilaian berupa rubrik uji pemakaian skala besar disajikan pada
performance assessment dengan reliabel Tabel 3.
Tabel 3. Nilai hasil belajar kognitif siswa pada uji pemakaian skala besar materi praktikum
hidrolisis garam
Penelitian
No Hasil Penelitian Skala Besar
XI IPA 3 XI IPA 4
1. Nilai terendah 63 67
2. Nilai tertinggi 90 93
3. Rata-rata nilai 80,95 81,46
. Kriteria Tuntas Tuntas
5. N-Gain 0.57 0.58
Tabel 3 menjelaskan bahwa tercapai dengan 33 siswa dari 37 siswa telah tuntas
ketuntasan belajar siswa. Indikator belajar sehingga uji pemakaian skala besar
keberhasilan untuk ketuntasan belajar yaitu ini telah berhasil karena keefektivan produk
tidak kurang dari 32 siswa telah mencapai ditentukan oleh hasil belajar kognitif siswa
KKM nilai kimia. Kelas XI IPA 3 dan XI IPA (Jannah: 2012).
4 dengan nilai rata-rata di atas nilai KKM Hasil belajar afektif siswa juga
Kimia yaitu 80,95 dan 81,46. Harga N-Gain menjadi aspek penilaian pada uji pemakaian
rata-rata sebesar 0,57 dan 0,58. Kelas XI skala besar ini. Nilai rata-rata afektif siswa
IPA 3 telah mencapai ketuntasan dengan 33 kelas XI IPA 3 dari keenam aspek tersebut
siswa dari 38 siswa telah tuntas belajar dan disajikan dalam Gambar 4 dan kelas XI IPA
kelas XI IPA 4 telah mencapai ketuntasan 4 disajikan dalam Gambar 5.
3.84
Rata-rata Nilai Tiap Aspek
2,0
1,0
0,0
1 2 3 4 5 6 Aspek Afektif
Gambar 4. Nilai rata-rata masing-masing aspek afektif siswa uji pemakaian skala besar kelas
XI IPA 3 materi praktikum hidrolisis garam
Nila Puspitasari, dkk, Pengembangan Rubrik Performance.... 1257
3.84 3.76
0
1 2 3 4 5 6
Aspek Afektif
Gambar 5. Nilai rata-rata masing-masing aspek afektif siswa uji pemakaian skala besar kelas
XI IPA 4 materi praktikum hidrolisis garam
Pada tahap skala besar di kelas XI penelitian ini telah berhasil karena
IPA 3 diperoleh 3 aspek dengan kriteria pencapaian hasil belajar kognitif dan
sangat baik dan 3 aspek dengan kriteria psikomotorik siswa diikuti dengan keenam
baik. Kelas XI IPA 4 diperoleh 5 aspek kemampuan afektif tersebut (Sukanti, 2011).
dengan kriteria sangat baik dan 1 aspek Data untuk tanggapan siswa
dengan kriteria baik. Nilai afektif terendah diperoleh setelah pembelajaran berakhir
kelas XI IPA 3 sebesar 75,00; nilai tertinggi untuk mengetahui pendapat siswa terhadap
100,00; dan nilai rata-rata 84,67. Nilai afektif pembelajaran praktikum hidrolisis garam
terendah kelas XI IPA 4 sebesar 75,00; nilai dilengkapi rubrik performance assessment.
tertinggi 100,00; dan nilai rata-rata 88,88. Kelas XI IPA 3 sebagian setuju yaitu 16
Siswa kelas XI IPA 3 maupun kelas XI IPA 4 siswa dari 38 siswa. Kelas XI IPA 4
memilki nilai afektif rata-rata dalam kriteria sebagian besar setuju yaitu 20 siswa dari 37
tinggi. Nilai afektif siswa yang dapat terlihat siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
setelah melakukan praktikum dengan siswa setuju dengan penerapan pem-
berpedoman rubrik performance assess- belajaran praktikum hidrolisis garam “uji
ment yaitu, kedisiplinan, kejujuran, larutan garam dalam air” dengan dilengkapi
kemandirian, rasa ingin tahu, bertanggung- rubrik performance assessment. Tanggapan
jawab, dan bekerjasama. Nilai afektif siswa siswa tersebut disajikan dalam Tabel 4.
yang terlihat tersebut menunjukkan
1258 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1250 - 1259
Tabel 4. Tanggapan siswa uji pemakaian skala besar terhadap penggunaan rubrik performance
assessment
materi praktikum hidrolisis garam “uji larutan Prasetya, H.A., 2012, Pengaruh Pendekatan
Brain-Based Teaching terhadap
garam dalam air” setelah melakukan
Hasil Belajar Siswa Materi Pokok
kegiatan praktikum dengan dilengkapi rubrik Koloid Kelas XI Semeter 2 SMA
Negeri 1 Mejobo, Skripsi,
performance assessment dapat mencapai
Semarang: FMIPA UNNES.
ketuntasan belajar, yaitu tidak kurang dari
Rustaman, N.Y., 2005, Srategi Belajar
32 siswa dari siswa di kelas mencapai nilai Mengajar Biologi, Malang:
Universitas Negeri Malang.
KKM Kimia, dan karakter siswa yang dapat
Sudria, I.B.N dan Siregar, M., 2009,
dibangun selama kegiatan praktikum
Pengembangan Rubrik Penilaian
hidrolisis garam “uji larutan garam dalam air” Keterampilan Dasar Praktikum dan
Mengajar Kimia Pada Jurusan
antara lain adalah kedisiplinan, kejujuran,
Pendidikan Kimia, Jurnal Pendidikan
kemandirian, rasa ingin tahu, dan Pengajaran, Vol 42, No 3, Hal
222-233.
bertanggungjawab, dan bekerjasama.
Sudria, I.B.N dan Sya’aban, S., 2008,
Pengembangan Rubrik Assessment
Performance Keterampilan Dasar
Kimia dalam Perkuliahan Kimia
DAFTAR PUSTAKA
Dasar, Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan, Vol 2,
Adiguzel, T., 2011, Use of Audio No 1, Hal 30-41.
Modification in Science Vocabulary Sugiyono, 2010, Metode Penelitian
Assessment, Eurasia Journal of Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Mathematics, Science & Technology Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Education, Vol 7, No 4, Hal 215-225. Alfabeta.
Jannah, M, Sugianto, dan Sarwi, 2012, Sukanti, 2011, Penilaian Afektif dalam
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Akuntansi, Jurnal
Pembelajaran Berorientasi Nilai Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol
Karakter Melalui Inkuiri Terbimbing 9, No 1, Hal 74-82.
Materi Cahaya pada Siswa Kelas
VIII Sekolah Menengah Pertama, Susilaningsih, E., 2011, Pengembangan
Journal of Innovative Science Model Evaluasi Praktikum Kimia di
Education, Vol 1, No 1, Hal 61-67. Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan, Disertasi,
Kishbaugh, T.L.S., Cessna, S., Horst, S.J., Yogyakarta: Program Pascasarjana
Leaman, L., Flanagan, T., Neufeld, UNY.
D.G. dan Siderhurst, M., 2012,
Measuring Beyond Content: A Sutrisno, 2012, Pembelajaran Fluida
Rubric Bank For Assessing Skills In Menggunakan Model Jigsaw dengan
Authentic Research Assignments In Peer Assessment untuk
The Sciences, Chem. Educ. Res. Meningkatkan Aktivitas, Sikap
Ilmiah, dan Prestasi Belajar Siswa
Listyawati, M., 2012, Pengembangan Kelas XI IPA, Journal of Innovative
Perangkat Pembelajaran IPA Science Education, Vol 1, No 1, Hal
Terpadu di SMP, Journal of 10-18.
Innovative Science Education, Vol 1,
No 1, Hal 68-76.
Pahlevi, M., 2012, Pengaruh Pendekatan
Aesop’s Berbantuan Guidance
Worksheet terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Materi Pokok
Hidrokarbon, Skripsi, Semarang:
FMIPA UNNES.
1260 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1260 - 1270
ABSTRAK
Praktikum merupakan salah satu kegiatan yang sangat berperan dalam meningkatkan
keberhasilan proses belajar mengajar. Pembelajaran berbasis praktikum dapat digunakan
sebagai alternatif pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk belajar secara aktif
merekonstruksi pemahaman konseptualnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan keterampilan laboratorium dan penguasaan kompetensi pada materi hidrokarbon
melalui pembelajaran berbasis praktikum bervisi SETS. Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah posttest only control design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X suatu SMA Negeri di Pekalongan. Sampel diambil dengan teknik cluster random
sampling, diperoleh X-5 sebagai kelas eksperimen 1 dan X-6 sebagai kelas eksperimen 2,
dengan masing-masing terdiri dari 30 siswa. Keterampilan laboratorium meningkat secara
signifikan dengan rata-rata praktikum 1, 2 dan 3 pada kelas eksperimen 1 masing-masing 25,
31 dan 32. Penguasaan kompetensi kognitif meningkat secara signifikan pada kelas
eksperimen 1 dengan rata-rata 86 dengan 26 dari 30 siswa mencapai ketuntasan. Penguasaan
kompetensi afektif dan psikomotorik meningkat secara signifikan pada kelas eksperimen 1
dengan rata-rata masing-masing 20 dan 17. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran berbasis praktikum bervisi SETS dapat meningkatkan keterampilan
laboratorium dan penguasaan kompetensi pada materi hidrokarbon siswa.
ABSTRACT
Practicum is one instrumental activity that is improving the success of the learning
process. Practicum-based learning can be used as an alternative learning which can encourage
students to learn actively reconstruct the conceptual understanding. This study aims to
determine the improvement of laboratory skills and mastery of competencies in hydrocarbon
materials through lab-based learning with SETS vision. The design used in this study is the
posttest only control design. The population in this study is a class X of an high school (SMA) in
Pekalongan. Samples were taken with a random cluster sampling technique, which the X-5 was
obtained as an experimental class 1 and X-6 as an experimental class 2, with each consisting of
30 students. Laboratory skills improved significantly by an average in Practicum 1, 2 and 3 in
the experimental class 1 respectively 25, 31 and 32. Mastery cognitive competence increased
significantly in the experimental class 1 with an average of 86 to 26 of the 30 students achieve
mastery. Affective and psychomotor competency mastery increased significantly in the
experimental class 1 with an average of respectively 20 and 17. Based on the results of this
study, it can be concluded that lab-based learning with SETS vision can improve laboratory
skills and mastery of student competencies in hydrocarbon material.
antar unsur SETS. SETS akan membimbing semester ganjil yang diperoleh bahwa
siswa berfikir aktif dan bertindak me- keduanya homogen.
mecahkan masalah lingkungan atau segala Variabel bebas dalam penelitian ini
sesuatu yang berhubungan dengan adalah metode pembelajaran yang
masyarakat (Binadja, 1999). dilaksanakan dengan variasi pembelajaran
Pembelajaran berbasis praktikum berbasis praktikum bervisi SETS dan
bervisi SETS dapat digunakan sebagai pembelajaran berbasis praktikum, sedang-
alternatif untuk mengembangkan keteram- kan variabel terikatnya yaitu keterampilan
pilan laboratorium dan penguasaan kom- laboratorium dan penguasaan kompetensi.
petensi siswa. Pembelajaran ini memberikan Metode pengumpulan data dilakukan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja di dengan metode dokumentasi, metode tes,
laboratorium dan mengaplikasikan sains lembar observasi dan angket. Instrumen
pada teknologi serta mengetahui dampak- yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nya terhadap ling-kungan dan masyarakat. soal postest penguasaan kompetensi
Rumusan masalah dalam penelitian kognitif, lembar observasi dan angket
ini adalah: Apakah penerapan pembelajaran tanggapan siswa. Data penelitian pengua-
berbasis praktikum bervisi SETS mem- saan kompetensi kognitif dianalisis secara
berikan peningkatan terhadap keterampilan statistik parametrik dihitung dengan uji t dan
laboratorium dan penguasaan kompetensi uji anava untuk mengetahui peningkatan
hidrokarbon siswa? Sehingga tujuan dari yang signifikan. Penguasaan kompetensi
penelitian ini adalah untuk mengetahui afektif, psikomotor, dan keterampilan
apakah penerapan pembelajaran berbasis laboratoriun siswa dianalisis menggunakan
praktikum bervisi SETS memberikan pening- uji anava untuk mengetahui peningkatan
katan terhadap keterampilan laboratorium rata-rata dari penilaian awal dan penilaian
dan penguasaan kompetensi siswa. akhir. Pada kelas eksperimen 1. diterapkan
pembelajaran berbasis praktikum bervisi
METODE PENELITIAN SETS dan kelas eksperimen 2 diterapkan
Eksperimen 1 Eksperimen 2
Aspek
P1 P2 P3 P1 P2 P3
Menyiapkan alat 2,5 3,4 3,5 2,5 3,3 3,4
Menyiapkan bahan 2,6 3,1 3,2 2,5 3,1 3,3
Menyiapkan format laporan sementara 2,7 3,0 3,1 2,7 3,0 3,2
Melaksanakan prosedur kerja 2,6 2,8 3,1 2,6 2,8 3,0
Menggunakan alat 1,8 3,0 3,2 1,9 3,0 3,1
Menggunakan bahan dengan tepat 2,4 3,2 3,3 2,4 3,2 3,3
Melakukan pengamatan 2,7 3,4 3,5 2,7 3,3 3,4
Membersihkan alat dan tempat praktikum 2,5 3,1 3,2 2,5 3,2 3,3
Merapikan alat 2,6 3,1 3,2 2,6 3,0 3,2
Membuat laporan sementara 2,5 3,2 3,4 2,5 3,2 3,3
melakukan pengamatan, keterampilan me- rimen diambil dua nilai, yaitu penilaian awal
ngumpulkan data serta keterampilan sebelum perlakuan dan penilaian akhir
membuat kesimpulan dalam laporan semen- selama perlakuan. Sebelum perlakuan
tara, hal ini sesuai dengan Tabel 1 (Adane dilakukan ketika guru kimia menggunakan
dan Admas, 2011). Pembelajaran berbasis metode ceramah. Sedangkan penilaian
praktikum dapat melatih siswa dalam akhir yaitu penilaian dilakukan ketika
melakukan keterampilan kerja laboratorium menggunakan pembelajaran berbasis prak-
serta meningkatkan keterampilan labora- tikum bervisi SETS pada kelas eksperimen
torium karena melalui praktikum siswa 1 dan pembelajaran berbasis praktikum
memperoleh pengalaman langsung dalam pada kelas eksperimen 2. Nilai rata-rata tiap
menggunakan alat-alat praktikum (Arifin, aspek penguasaan kompetensi afektif
1995; Romlah, 2009). disajikan pada Tabel 2.
Penilaian penguasaan kompetensi
afektif untuk masing-masing kelas ekspe-
nilai afektif pada penilaian awal dan Dalam pembelajaran praktikum bervisi
penilaian akhir, dan dapat disimpulkan ada SETS pada kelas eksperimen 1, siswa
peningkatan rata-rata nilai afektif siswa sangat antusias dalam mengikuti pembe-
kelas eksperimen 1. lajaran ketika mengaitkan materi dengan
Pada kelas eksperimen 2 uji anava unsur-unsur SETS, sehingga berdampak
satu jalur didapatkan harga F hitung lebih pula pada kedisiplinan, kerapian dan
besar dari Fkritis yang berarti ada perbedaan tanggung jawab seperti ditunjukkan pada
rata-rata nilai afektif pada penilaian awal Tabel 2 (Rahmiyati, 2008).
dan penilaian akhir. Uji lanjut pasca anava Penilaian penguasaan kompetensi
(metode scheffe), diperoleh harga Fhitung jauh psikomotorik untuk masing-masing kelas
lebih besar dari Fkritis. Hal ini berarti ada eksperimen diambil dua nilai, yaitu penilaian
perbedaan yang signifikan antara rata-rata awal sebelum perlakuan dan penilaian akhir
nilai afektif pada penilaian awal dan selama perlakuan. Sebelum perlakuan
penilaian akhir, atau dapat disimpulkan ada maksudnya penilaian dilakukan ketika guru
peningkatan rata-rata nilai afektif siswa kimia yang mengajar menggunakan metode
kelas eksperimen 2. ceramah. Sedangkan penilaian akhir
Pembelajaran praktikum yang dite- dilakukan ketika menggunakan pembelaja-
rapkan pada kedua kelas eksperimen dapat ran berbasis praktikum bervisi SETS pada
meningkatkan penguasaan kompetensi kelas eksperimen 1 dan pembelajaran
afektif siswa. Kegiatan praktikum dapat berbasis praktikum pada kelas eksperimen
meningkatkan kesiapan dan minat siswa 2. Nilai rata-rata penguasaan kompetensi
dalam belajar karena siswa mempersiapkan dalam satu kelas disajikan pada Gambar 1.
sebelumnya dan berhubungan langsung
dengan objek yang diamati (Hayat, 2010).
rata-rata skor psikomotorik pada penilaian tikum bervisi SETS dapat meningkatkan
awal dan penilaian akhir masing-masing penguasaan kompetensi psikomotorik
sebesar 14 dan 17. Setelah diuji meng- siswa. Adapun aspek-aspek psikomotorik
gunakan uji anava satu jalur didapatkan yang dinilai yaitu menulis, berbicara, dan
harga Fhitung lebih besar dari Ftabel yang bekerjasama. Rata-rata nilai psikomotorik
berarti ada perbedaan rata-rata nilai kedua kelas eksperimen sama-sama
psikomotorik pada penilaian awal dan meningkat dari penilaian awal ke penilaian
penilaian akhir. Uji dilanjutkan dengan uji akhir, tetapi pada penilaian akhir rata-rata
lanjut pasca anava (metode scheffe), nilai psikomotorik kelas eksperimen 1 lebih
diperoleh harga Fhitung jauh lebih besar dari tinggi dari kelas eksperimen 2.
Ftabel. Hal ini berarti ada perbedaan yang Tingginya rata-rata nilai psikomotorik
signifikan antara rata-rata nilai psikomotorik siswa pada kelas eksperimen 1 dikarenakan
pada penilaian awal dan penilaian akhir, dan pada pembelajaran yang diterapkan, yakni
dapat disimpulkan ada peningkatan rata-rata pembelajaran berbasis praktikum bervisi
nilai psikomotorik siswa kelas eksperimen 1. SETS, siswa aktif mengikuti kegiatan
Kelas eksperimen 2 rata-rata nilai praktikum dan diskusi mengenai keterkaitan
psikomotorik pada penilaian awal dan sains dengan lingkungan, teknologi dan
penilaian akhir masing-masing sebesar 14 masyarakat. Dalam kegiatan diskusi
dan 16. Uji anava satu jalur didapatkan mengenai unsur-unsur SETS materi
harga Fhitung lebih besar dari Ftabel yang hidrokarbon siswa dituntut aktif menulis hasil
berarti ada perbedaan rata-rata nilai diskusi, aktif bekerjasama dalam diskusi
psikomotorik pada penilaian awal dan kelompok dan berbicara saat mempresen-
penilaian akhir. Uji dilanjutkan dengan uji tasikan hasil diskusi kelompok.
lanjut pasca anava (metode scheffe), Berdasarkan analisis data diperoleh
diperoleh harga Fhitung jauh lebih besar dari adanya perbedaan rata-rata nilai kognitif
Ftabel. Hal ini berarti ada perbedaan yang dari kedua kelas eksperimen dengan tahun
signifikan antara rata-rata nilai psikomotorik lalu. Dari data postes diketahui bahwa rata-
pada penilaian awal dan penilaian akhir, rata nilai kognitif kelas eksperimen 1 lebih
atau dapat disimpulkan ada peningkatan tinggi dari kelas eksperimen 2 dan tahun lalu
rata-rata nilai psikomotorik siswa kelas yaitu masing-masing sebesar 86, 79 dan 70.
eksperimen 2. Rata-rata nilai penguasaan kompetensi
Perhitungan analisis data menunjuk- kognitif disajikan pada Gambar
kan bahwa pembelajaran berbasis prak-
Shinta Nur Baeti, dkk, Pembelajaran Berbasis Praktikum..... 1267
Hasil perhitungan uji rata-rata satu SETS memberikan hasil nilai kognitif dan
pihak kanan, uji ketuntasan rata-rata nilai ketuntasan klasikal yang paling baik karena
kognitif dan uji anava satu jalur menunjuk- dalam proses pembelajarannya siswa
kan bahwa ada perbedaan antara kelas melakukan kegiatan praktikum dan mengait-
eksperimen 1 dan eksperimen 2 serta kedua kan hasil praktikum ke dalam unsur-unsur
kelas eksperimen dengan kelas tahun lalu. SETS. Pembelajaran berbasis praktikum
Kelas eksperimen 1 lebih baik dari kelas bervisi SETS dapat meningkatkan minat
eksperimen 2 dan kelas tahun lalu, dan siswa dan membuat siswas lebih antusias
kelas eksperimen 2 lebih baik dari kelas dalam mengikuti pelajaran sehingga ber-
tahun lalu. Hal ini dikarenakan diterapkan- dampak pada kognitif siswa (Slish dan
nya pembelajaran yang berbeda, pada kelas Donald, 2005). Pembelajaran bervisi SETS
eksperimen 1 diterapkan pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan kognitif
berbasis praktikum bervisi SETS, kelas siswa yang ditandai dengan meningkatnya
eksperimen 2 diterapkan pembelajaran rata-rata nilai kognitif dan tingginya
berbasis praktikum sedangkan tahun lalu ketuntasan klasikal dalam satu kelas
hanya menggunakan metode ceramah. (Afriawan, et al., 2012; Mulyani, 2008).
Pembelajaran berbasis praktikum bervisi
1268 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1260 - 1270
Berdasarkan hasil tanggapan siswa terlihat dari jawaban siswa yang sebagian
diketahui bahwa siswa menyukai pem- besar menyatakan bahwa dengan kegiatan
belajaran dengan kegiatan praktikum. Pada praktikum dan pembelajaran SETS dapat
kelas eksperimen 1 yang diterapkan mempermudah dalam memahami materi
pembelajaran berbasis praktikum bervisi pelajaran, mengajak siswa aktif, dan
SETS, siswa sangat antusias untuk membangun kerjasama antar siswa.
mengikuti pembelajaran praktikum. Selain Tanggapan siswa kelompok eksperimen 1
itu siswa lebih termotivasi ketika dalam terhadap pembelajaran berbasis praktikum
proses pembelajaran mengaitkan materi bervisi SETS disajikan pada Tabel 4.
dengan lingkungan, teknologi dan masya-
rakat (Nuryanto dan Binadja, 2010). Hal ini
siswa (Sukaesih, 2011). Hasil tanggapan Arifin, M., 1995, Pengembangan Program
Pengajaran Bidang Studi Kimia,
siswa menyatakan bahwa kegiatan
Surabaya: Airlangga University
laboratorium dengan visi SETS dapat Press.
membantu siswa membantu memahami Binadja, A., 1999, Cakupan Pendidikan
materi pelajaran dan meningkatkan motivasi SETS untuk Bidang Sains dan Non
Sains, Makalah disajikan dalam
untuk giat belajar. Kegiatan laboratorium seminar lokakarya Pendidikan SETS
juga dapat meningkatkan kemampuan untuk bidang Sains dan Non Sains,
Kerjasama antara SEMEORECSAM
kognitif, memecahkan masalah, mengerja- dan UNNES Semarang 14 -15
kan tugas-tugas laboratorium dan juga Desember 1999.
ABSTRAK
ABSTRACT
This study aims to determine the effectiveness of the use of learning methods with
metacognitive strategies assisted Advance Organizer. Research design used was a pretest-
posttest control group. The effectiveness of the research will be presented with the classical
student learning completeness minimum 85%. The study population was all students of class X
in a school of Tengaran. Samples were X-5 class (the experimental class) and X-4 (grade
control) were taken with a cluster random sampling technique. Experimental class implements
metakogntif assisted learning strategies Advance Organizer while the control class is not apply
metacognitive strategies assisted Advance Organizer. The research instrument used is the
observation sheet affective and psychomotor, cognitive and achievement test sheet student
questionnaire responses. The data were taken from learning outcomes and student response.
Based on data analysis, it obtained that the average student learning outcomes for experimental
class was 78.32, and control class was 75.09, with classical cognitive mastery of learning
outcomes for experimental class was 88.23% and control class was 70.59%. The average of
experimental class students have a good response on learning that used metacognitive
strategies assisted Advance Organizer. It can be concluded that metacognitive strategies
assisted Advance Organizer effectively can improve the student learning outcomes in school.
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, dengan menggunakan data nilai pretest dan
materi yang diajarkan dan alokasi waktu posttest siswa kelas eksperimen dan kelas
pembelajaran. kontrol. Hasil belajar afektif dan psiko-
Metode pengumpulan data dilakukan motorik serta angket respon siswa dianalisis
dengan metode dokumentasi, metode tes, secara deskriptif. Keefektifan dari pene-
metode observasi dan metode angket. rapan strategi metakognitif dilihat dari
Metode dokumentasi digunakan untuk mem- ketuntasan belajar klasikal siswa dimana
peroleh data mengenai jumlah populasi, suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif
jumlah sampel, nama-nama siswa anggota jika ketuntasan belajar klasikal siswa
sampel dan nilai ulangan mid semester 1 minimal 85% (Mulyasa, 2007).
yang akan digunakan dalam analisis data
pada uji homogenitas populasi. Metode tes HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan untuk mengukur hasil belajar
pada aspek kognitif, afektif dan Analisis dilakukan pada data nilai
psikomotorik. Metode observasi digunakan pretest dan data nilai posttest siswa.
untuk mengumpulkan data dengan cara Berdasarkan hasil analisis data didapatkan
pengamatan dengan menggunakan hasil bahwa nilai rata-rata pretest siswa kelas
belajar ranah afektif dan psikomotorik eksperimen sebesar 31,70 sedangkan nilai
dengan menggunakan lembar observasi/ rata-rata pretest kelas kontrol sebesar
pengamatan selama pembelajaran berlang- 30,29. Berdasarkan uji kesamaan dua
sung. Metode angket digunakan untuk varians didapatkan hasil bahwa tidak ada
memperoleh data mengenai tanggapan perbedaan yang signifikan pada nilai pretest
siswa terhadap pembelajaran kimia dari kedua kelas sehingga dapat dikatakan
menggunakan strategi metakognitif berbantu bahwa sampel berangkat dari keadaan awal
Advance Organizer di akhir pembelajaran. yang sama atau kemampuan awal yang
Instrumen yang digunakan dalam penelitian sama. Hasil belajar kognitif siswa kelas
ini adalah silabus, RPP, bahan ajar, soal eksperimen setelah menerapkan strategi
pretest dan posttest hasil belajar kognitif, metakognitif berbantu Advance Organizer
lembar observasi dan angket respon siswa. sebesar 78,32 dengan ketuntasan belajar
Data penelitian hasil belajar siswa dianalisis klasikal sebesar 88,23% sedangkan kelas
dengan statistika parametrik dihitung kontrol sebesar 75,09 dengan ketuntasan
dengan uji t, uji F, uji ketuntasan belajar belajar klasikal sebesar 80,29%. Pada
untuk mengetahui keefektifan penggunaan penelitian ini ketuntasan belajar individu
strategi metakognitif berbantu Advance ditentukan berdasarkan KKM dari sekolah
Organizer terhadap peningkatan hasil be- yakni siswa dianggap tuntas secara individu
lajar aspek kognitif siswa kelas eksperimen. pada nilai minimal 75. Jika dibandingkan
Uji normalized-gain dan uji paired sample antara nilai pretest dan posttest dari kedua
test dihitung untuk mengetahui signifikansi kelas dapat dilihat bahwa kelas eksperimen
besarnya pe-ningkatan hasil belajar siswa dan kelas kontrol mengalami peningkatan
Zara Bunga Namira, dkk, Keefektifan Strategi Metakognitif.... 1275
nilai rata-rata. Nilai rata-rata pretest dan metakognitif, pembelajaran atau belajar
posttest siswa kelas eksperimen dan kelas tidak seharusnya terjadi dalam kekosongan
kontrol diuji dengan menggunakan uji pikiran. Guru juga perlu mengetahui
Normalized gain (N-gain) dan uji paired perbedaan individu dan bagaimana individu
sample test untuk mengetahui kelas yang tersebut menginteraksikan metakognitifnya
mengalami peningkatan hasil belajar lebih dengan berbagai komponen yang berkaitan
signifikan. Berdasarkan uji paired sample dengan proses pembelajaran (Veenman et
test diperoleh harga t hitung pada taraf al., 2006).
kepercayaan 95% adalah 5,55 yang berada Peningkatan hasil belajar siswa kelas
pada daerah penolakan dengan t kritis eksperimen disebabkan karena penerapan
sebesar 2,03. Hasil N-gain dari kelas strategi metakognitif dibantu dengan
eksperimen <g> sebesar 0,71 pada kategori Advance Organizer mampu membangkitkan
tinggi sedangkan kelas kontrol <g> sebesar minat dan motivasi belajar siswa di dalam
0,66 pada kategori sedang. Hasil uji kelas dan di luar kelas. Siswa menggunakan
normalized-gain dan uji paired sample test Advance Organizer sebagai media belajar.
menunjukkan peningkatan hasil belajar yang Dalam penelitian ini, Advance Organizer
diperoleh kelas eksperimen lebih signifikan memiliki fungsi yang hampir sama dengan
dibandingkan dengan peningkatan hasil LKS yakni sama-sama digunakan untuk
belajar yang diperoleh kelas kontrol. Kelas membantu siswa selama kegiatan belajar
eksperimen mencapai rata-rata hasil belajar mengajar di dalam kelas dan di luar kelas.
kognitif lebih baik daripada kelas kontrol Advance Organizer membuat siswa memiliki
karena selama pembelajaran di kelas aktivitas belajar selama di dalam kelas
eksperimen siswa dibimbing dengan strategi karena selama pembelajaran siswa di-
metakognitif yang diterapkan dengan bimbing untuk aktif mengungkapkan
bantuan Advance Organizer untuk mem- pemikiran, ide dan pengetahuan yang ingin
bangkitkan keaktifan siswa selama proses mereka kuasai. Selama di luar kelas, siswa
pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan Advance Organizer untuk
strategi metakognitif menitikberatkan pada membuat catatan dan mengumpulkan
aktivitas belajar siswa, membantu dan informasi sebanyak mungkin terkait dengan
membimbing siswa jika ada kesulitan serta materi yang ingin mereka pelajari dari
membantu siswa mengembangkan konsep berbagai sumber. Penggunaan Advance
diri apa yang dilakukan saat kegiatan belajar Organizer sebagai suatu alat dalam
kimia berlangsung. Rata-rata hasil belajar kegiatan belajar mengajar di dalam kelas
siswa yang menggunakan strategi mampu meningkatkan minat dan motivasi
metakognitif dalam pembelajaran meningkat siswa dalam mempelajari suatu materi
dibandingkan dengan pembelajaran yang (Shihusa dan Keraro, 2009). Bentuk
tidak menerapkan strategi metakognitif visualisasi nilai rata-rata hasil belajar kognitif
(Agustina dan Muyanratna, 2012). Sama siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
seperti yang diterapkan dalam pengetahuan dapat dilihat pada Gambar 1.
1276 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1271 - 1280
Gambar 1. Perbandingan hasil belajar kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol
Pengambilan data hasil belajar afektif meningkatnya aktivitas belajar siswa selama
siswa dilakukan dengan metode observasi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar
langsung. Penilaian dilakukan selama menggunakan strategi metakognitif berbantu
kegiatan belajar mengajar berlangsung oleh Advance Organizer. Sedangkan kemauan
observer yang dalam hal ini dilakukan oleh bertanya dan berpendapat siswa kelas
guru kimia dan teman sejawat. Hasil belajar eksperimen meningkat karena siswa kelas
afektif yang diamati terdiri dari delapan eksperimen dibiasakan untuk mengungkap-
aspek dan masing-masing aspek dianalisis kan ide dan pemikirannya pada Advance
secara deskriptif. Kedelapan aspek tersebut Organizer sehingga ketika guru me-
diantaranya kehadiran, konsentrasi dalam nyampaikan suatu informasi baru, siswa
pembelajaran, perhatian siswa selama yang metakognitifnya telah terkontrol lebih
diskusi, interaksi dengan guru, kelengkapan mudah mengungkapkan apa yang ingin
isi catatan dan Advance Organizer, disiplin mereka ungkapkan. Seseorang yang
mengerjakan tugas, kerjasama dalam mempelajari suatu informasi dari sumber
kelompok serta kemauan bertanya dan yang baru kemudian membuat ringkasan
berpendapat. Berdasarkan analisis data dari sumber tersebut akan memiliki skor tes
yang dilakukan terhadap nilai afektif siswa yang lebih baik daripada seseorang yang
selama proses pembelajaran berlangsung, mempelajari teks asli sebuah buku tanpa
didapatkan hasil bahwa pada aspek membuat catatan atau ringkasan (Bahri dan
keempat yakni interaksi dengan guru dan Apriana, 2008). Hal ini bisa membuktikan
pada aspek kedelapan yakni kemauan bahwa dengan adanya strategi metakognitif
bertanya dan berpendapat terlihat jelas berbantu Advance Organizer mampu
perbedaan yang besar dari nilai rata-rata meningkatkan aspek afektif yang dimiliki
aspek afektif siswa kelas eksperimen dan oleh siswa. Hasil rata-rata nilai afekif tiap
kelas kontrol. Interaksi siswa kelas aspek kelas eksperimen dan kontrol
eksperimen dengan guru meningkat seiring terdapat pada Gambar 2.
Zara Bunga Namira, dkk, Keefektifan Strategi Metakognitif.... 1277
Gambar 2. Perbandingan rata-rata nilai aspek afektif siswa kelas kontrol dan eksperimen
disiapkan oleh siswa. Visualiasi nilai hasil dapat dilihat pada Gambar 3.
rata-rata per aspek psikomotorik siswa
Gambar 3. Perbandingan rata-rata nilai aspek psikomotorik siswa kelas kontrol dan kelas
eksperimen
Pengambilan data respon siswa kelas. Respon baik yang ditunjukkan siswa
terhadap pembelajaran dengan meng- dengan diterapkannya strategi metakognitif
gunakan metode angket yang memuat 20 berbantu Advance Organizer disebabkan
indikator dengan kriteria sangat setuju, karena Advance Organizer menjadi sebuah
setuju, kurang setuju, tidak setuju dan media baru bagi siswa dalam belajar,
sangat tidak setuju. Hasil analisis khususnya pada saat siswa membuat
menunjukkan bahwa rata-rata siswa catatan mengenai informasi baru dari
memberikan tanggapan baik terhadap berbagai sumber, penyampaian ide dan
pembelajaran yang diterapkan. Hal ini bisa pendapat saat pembelajaran. Advance
dilihat dari indikator penyampaian tujuan Organizer dirancang untuk mengajarkan
pembelajaran, rasa ingin tahu siswa, informasi dan konsep verbal dan
kesesuaian metode dengan materi, aplikasi pembelajaran melalui diskusi dan
metode pada materi lain dan semangat presentasi. Masalah yang ditemui siswa
belajar siswa memperoleh respon yang selama pembelajaran, didiskusikan bersama
sangat baik. Sebanyak 50% siswa sangat guru untuk dapat mengetahui bagaimana
setuju dan 44% siswa setuju dengan permasalahan tersebut dapat diatasi secara
pernyataan bahwa strategi metakognitif tepat dan cepat. Refleksi yang dilakukan
berbantu Advance Organizer meningkatkan diakhir pembelajaran dengan strategi
rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran metakognitif berbantu Advance Organizer
kimia materi hidrokarbon. Sebanyak 17 membuat siswa terbiasa untuk memilih
siswa menyatakan sangat setuju dan strategi yang tepat bagi dirinya sehingga
sembilan siswa menyatakan setuju pada pembelajaran dapat berlangsung lebih
indikator yang menyatakan bahwa strategi bermakna bagi siswa. Melalui penggunaan
metakognitif berbantu Advance Organizer Advance Organizer, siswa memperoleh
membuat siswa lebih mudah belajar di luar manfaat tidak hanya dari belajar bermakna
Zara Bunga Namira, dkk, Keefektifan Strategi Metakognitif.... 1279
akan tetapi juga dari penguatan struktur butuhkan untuk dipelajari, apa saja masalah
kognitif mereka (Aziz, 2009). Hal ini di- yang ditemui selama pembelajaran dan
dukung dengan nilai posttest, nilai tugas dan bagaimana mengatasi permasalahan
sikap kedisplinan dalam mengerjakan tugas tersebut sehingga cara belajar pun lebih
siswa kelas eksperimen lebih baik daripada terfokus pada pemecahan masalah.
kelas kontrol. Pemecahan masalah dilakukan dengan
Peningkatan yang signifikan pada diskusi dalam kelompok kecil dan kelompok
hasil belajar siswa kelas eksperimen besar sehingga aktivitas belajar siswa kelas
disebabkan karena strategi metakognitif pun semakin meningkat.
yang diterapkan dengan bantuan Advance
Organizer berhasil meningkatkan kemam- SIMPULAN
puan metakognitif siswa. Pada prinsipnya
jika dikaitkan dengan proses belajar, Penggunaan strategi metakognitif
kemampuan metakognitif seseorang diguna- berbantu Advance Organizer terbukti efektif
kan dalam mengontrol proses belajar mulai terhadap peningkatan hasil belajar siswa
dari tahap perencanaan, pemilihan strategi suatu SMA di Tengaran kelas X-5 pada
yang tepat sesuai dengan masalah yang materi hidrokarbon. Penggunaan strategi
dihadapi kemudian merefleksi dan metakognitif berbantu Advance Organizer
memonitor kemajuan dalam belajar secara efektif meningkatkan hasil belajar siswa
bersamaan sebagai bentuk koreksi selama kelas eksperimen pada aspek kognitif,
memahami konsep dan menganalisis afektif dan psikomotorik secara signifikan.
strategi belajar yang dipilih. Pada
pembelajaran yang diterapkan di kelas
eksperimen siswa diajarkan untuk berlatih DAFTAR PUSTAKA
mengembangkan metakognitif yang telah
Agustina, L. dan Muyanratna, M., 2012,
dimiliki siswa dengan menerapkan strategi
Penerapan strategi metakognitif
metakognitif berbantu Advance Organizer. dalam meningkatkan kualitas belajar
siswa pada materi cahaya di kelas
Siswa kelas eksperimen dibiasakan untuk
VIII SMP Negeri 1 Mojokerto, Jurnal
merencanakan dan menyadari untuk apa Fisika, Vol 2, No 4, Hal 52-61.
harus belajar materi kimia, merencanakan Aziz, A., 2009, Model Advance Organizer
strategi yang tepat dalam mempelajari dan penerapannya dalam
pembelajaran, Jurnal Pendidikan
materi serta melakukan refleksi untuk Kimia, Vol 1, No 19, Hal 34-44.
memonitor bagaimana cara berpikir mereka Bahri, S. dan Apriana, E., 2008, Peran
sendiri. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan awal, strategi
metakognitif, dan metakognitif
kemampuan metakognitif siswa, maka terhadap pencapaian hasil belajar,
kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu. Vol 1
No 6, Hal 58-64.
pun akan perlahan meningkat karena
dengan strategi metakognitif siswa dibiasa- Dahar, R.W., 1996, Teori-teori belajar,
Jakarta: Erlangga.
kan untuk mengontrol apa saja yang mereka
1280 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1271 - 1280
Downing, K.J., 2009, Self eficiacy and Wachanga, S.W., 2013, Effects of Advance
metacognitive development, The Organizer teaching approach on
International Journal of Learning. Vol Secondary School students
4, No 16, Hal 21-32. achievement in Chemistry in Maara
District Kenya, Eurasia Journal of
Fajri, L., 2012, Upaya peningkatan proses Mathematics, Science and Technoloy
dan hasil belajar Kimia materi koloid Education, Vol 2, No 6, Hal 122-132.
melalui pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Teams Games Tournament) Warpala, I.W.S., 2009, Pendekatan
dilengkapi dengan teka-teki silang pembelajaran konvensional. Diunduh
bagi siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri di
2 Boyolali pada semester genap http://edukasi.kompasiaa.com/2009/1
tahun ajaran 2011/2012, Jurnal 2/20/pendekatan-pembelajaran-
Pendidikan Kimia, Vol 1, No 1, Hal konvensional/ tanggal 23 Januari
50-61. 2013
Maulana, 2008, Pendekatan metakognitif
sebagai alternatif pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan berpikir
kritis mahasiswa PGSD, Jurnal
Pendidikan Serambi Ilmu, Vol 2, No
10, Hal 25-36.
Mulyasa, E., 2007, Menjadi pendidik
profesional menciptakan
pembelajaran kreatif dan
menyenangkan, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Romli, M., 2009, Strategi membangun
metakognisi siswa SMA dalam
pemecahan masalah Matematika,
Skripsi, Madura: FKIP Universitas
Madura.
Shihusa, H. dan Keraro, F.N., 2009, Using
Advance Organizers to enhance
student’s motivation in learning
Biology, Eurasia Journal of
Mathematics, Science and Technoloy
Education, Vol 4, No 5, Hal 413-420.
Sugiyono, 2010, Statistika untuk penelitian,
Bandung: Alfabeta.
Susantini, E., 2010, Efektivitas perangkat
pembelajaran Biologi berbasis strategi
metakognitif ditinjau dari kemampuan
siswa dan kategori sekolah, Skripsi,
Surabaya: FMIPA Universitas Negeri
Surabaya.
Veenman, M.V.J., Bernadette, H.A.M.,
Wolters, W.H. dan Afflerbach, P,
2006, Metacognition and learning as
conceptual and methodological
considerations, Journal Springer
Science, Vol 3, No 4, Hal 210-211.
Nur Amalia Afiyanti, dkk, Keefektifan Inkuiri Terbimbing.... 1281
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan inkuiri terbimbing berorientasi green
chemistry terhadap keterampilan proses sains kelas XI suatu SMA di Semarang pada tahun
ajaran 2012/2013. Populasi bersifat normal dan homogen, sehingga pengambilan dua
kelompok sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Desain penelitian yaitu
posttest only control design. Keberhasilan penelitian dilihat dari ketuntasan belajar
pembelajaran yang menggunakan model inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry aspek
kognitif mencapai nilai KKM. Pada analisis tahap akhir, uji yang digunakan adalah uji t pihak kiri
dengan t hitung > t tabel (1,696). Hasil uji ketuntasan belajar untuk kelas eksperimen
didapatkan thitung sebesar 3,860 sedangkan kelas kontrol 0,914. Hal ini menyatakan bahwa
kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan kelas kontrol belum. Rata-rata
nilai aspek psikomotorik siswa pada kelas eksperimen adalah 82,6 yang termasuk dalam
kategori sangat baik dan kelas kontrol adalah 74 termasuk dalam kategori baik. Pada aspek
kepedulian lingkungan siswa, rata-rata nilai pada kelas eksperimen adalah 88,65 termasuk
dalam kategori sangat baik dan kelas kontrol adalah 81,7 termasuk dalam kategori baik.
Kesimpulan penelitian adalah bahwa inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry terbukti
efektif meningkatkan keterampilan proses sains.
ABSTRACT
This research aims to know the effectiveness of guided inquiry oriented green chemistry
for science process skills at XI school grade of SMA in Semarang on 2012/2013 period. The
population is normal and homogeneous, so to take two groups of samples using cluster random
sampling techniques. Design of this research is posttest only control design. The succes of this
research seen from cognitive aspect of student achievement reach KKM. At the final stage of
the analysis, the t test used was left-test with t count > t table (1.696). The student achievement
for experimental classes obtained t count of 3.860 while the control class 0,914. This suggests
that the experimental class has achieved mastery learning, while the control class not yet. The
average value of the psychomotor aspects of students in the experimental class was 82.6 which
is included in the excellent category and control class was 74 included in good category. In the
aspect of Students environmental concern, the average value of the experimental class was
88.65 included in the excellent category and class control was 81.7 included in good category.
The conclusion was that the research-oriented guided inquiry of green chemistry proved
effectively increase the science process skills.
mengenai proses maupun sikap dan konsep mengarah pada pertumbuhan dan pengem-
kimia yang mereka peroleh. Akibatnya, rasa bangan sejumlah keterampilan tertentu
ingin tahu siswa akan konsep menjadi (Wardani, 2008). Keterampilan proses sains
kurang. Siswa hanya menghafalkan pe- merupakan perangkat keterampilan kom-
ngetahuan atau konsep tetapi tidak me- pleks yang digunakan ilmuan dalam mela-
ngetahui proses, sehingga keterampilan kukan penyelidikan ilmiah. Keteram-pilan
proses sains masih kurang dan ketuntasan proses merupakan pengetahuan prosedural
belajarnya pun masih rendah. Salah satu yang dapat dikembangkan pada peserta
model pembelajaran yang melibatkan didik sejak dini secara bertahap (Rustaman,
keaktifan siswa untuk menemukan konsep- 1992). Keterampilan proses adalah keteram-
nya sendiri adalah dengan model inkuiri pilan fisik dan mental terkait dengan
terbimbing (guided inquiry). Pembelajaran kemampuan-kemampuan mendasar yang
inquiry diterapkan dalam mata pelajaran IPA dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam
dan dirancang untuk melibatkan siswa suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan
dalam berpikir sebab akibat dan untuk berhasil menemukan sesuatu yang baru.
mengajukan pertanyaan sehingga siswa Dengan mengembangkan keterampilan-
lebih komunikatif (Lisnawati, 2007). Pem- keterampilan memproses perolehan, siswa
belajaran berbasis inkuiri melibatkan proses- mampu menemukan dan mengembangkan
proses mental, yaitu merumuskan masalah, sendiri fakta dan konsep serta menumbuh-
membuat hipotesis, mendesain eksperimen, kan dan mengembangkan sikap yang
melakukan eksperimen, mengumpulkan dituntut (Semiawan, 1992). Keterampilan ini
data, dan menganalisis data serta menarik juga berkaitan dengan kreatifitas dan ber-
kesimpulan (Roestiyah, 2001). Inquiry ada- pikir kritis. Faktor penting untuk perkem-
lah proses mendefinisikan dan menyelidiki bangan sebuah negara dapat diketahui
masalah-masalah, me-rumuskan hipotesis, melalui siapa bisa berpikir kreatif dan
merancang eks-perimen, menemukan data, berpikir kritis (Karsi dan Sahin, 2009).
dan meng-gambarkan kesimpulan tentang Green chemistry bukanlah environ-
masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut, mental science tetapi bagian ilmu kimia
dikemukakan bahwa esensi dari pengajaran yang mencari dan berkreasi untuk mem-
inkuiri adalah menata lingkungan atau berikan solusi bagi penciptaan teknologi
suasana belajar yang berfokus pada siswa yang aman bagi manusia dan lingkungan-
dengan memberikan bimbingan secukupnya nya (Ilyas, 2010). Green chemistry adalah
dalam menemukan konsep-konsep dan bagian dari produk dan proses kimia yang
prinsip-prinsip ilmiah (Widowati, 2007). ramah lingkungan meliputi semua aspek
Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan dan jenis dari proses kimia yang
inkuiri dengan masalah dikemukakan guru mengurangi efek negatif bagi kesehatan
atau bersumber dari buku teks kemudian manusia dan lingkungan sekitar (Kusuma, et
siswa bekerja untuk menemukan jawaban al, 2009). Pembelajaran kimia berorientasi
terhadap masalah tersebut di bawah green chemistry bertujuan agar siswa me-
bimbingan intensif guru (Amri, 2010). Siswa miliki karakter peduli lingkungan, khususnya
yang menggunakan metode berbasis inkuiri dalam penanganan masalah lingkungan,
pada kelas eksperimen menunjukkan pe- membentuk perilaku agar dapat berparti-
ningkatan keterampilan proses sains sipasi dalam pemeliharaan lingkungan.
sebesar 2% (Brickman, et al., 2009). Peng-kajian terhadap fenomena dan dam-
Keterampilan proses merupakan pak perubahan lingkungan perlu dilakukan
suatu pendekatan belajar mengajar yang melalui pendidikan formal (Setyo, 2011).
Nur Amalia Afiyanti, dkk, Keefektifan Inkuiri Terbimbing.... 1283
belum mencapai ketuntasan belajar klasikal dengan materi kelarutan dan hasil kali
karena kurang dari 85%. Hal ini dikarenakan kelarutan. Untuk aspek ini rata-rata nilai
kelas eksperimen menggunakan inkuiri kelas eksperimen 3,38 dan kelas kontrol 2,8
terbimbing sehingga siswa dapat belajar yang termasuk dalam kriteria tinggi. Siswa
menemukan pengetahuan atau konsep, dengan keterampilan proses sains tinggi
guru hanya memberi pengarahan dan cenderung melaksanakan percobaan sesuai
bimbingan jika diperlukan siswa (Djamarah, dengan metode ilmiah yang baku, siswa
2002). Siswa dengan keterampilan proses memiliki bekal keterampilan untuk melaku-
sains yang tinggi lebih mudah dalam kan percobaan, siswa tidak mengalami
memahami materi yang diajarkan dan hambatan yang berarti dalam pelaksanaan
berdampak pada kognitif siswa (Rahayu, percobaan. Hal ini berdampak pada
2011). Berdasarkan uji estimasi rata-rata psikomotorik siswa, yakni siswa dengan
hasil belajar, dapat diprediksikan bahwa keterampilan proses sains tinggi cenderung
rata-rata yang mungkin dicapai kelas memiliki prestasi belajar yang lebih baik
eksperimen berkisar antara 74,8 sampai daripada siswa dengan keterampilan proses
81,4 sedangkan pada kelas kontrol rata-rata sains rendah (Nur, 2011). Aspek yang ketiga
hasil belajarnya berkisar 70,7 sampai 76,6. yaitu membuat laporan sementara. Aspek ini
Hasil estimasi rata-rata hasil belajar ini hanya terbagi menjadi dua aspek yaitu
menunjukkan bahwa prediksi rata-rata hasil membuat laporan sementara hasil analisis
belajar yang dicapai kelas eksperimen lebih dan merevisi kesalahan hasil analisis. Untuk
tinggi daripada rata-rata hasil belajar yang kelas eksperimen rata-ratanya sebesar 2,68
dicapai kelas kontrol. sedangkan kelas kontrol 2,7. Kelas
Penilaian ranah psikomotorik meng- eksperimen memiliki rata-rata yang lebih
gunakan lembar observasi atau lembar rendah dari kelas kontrol dikarenakan kelas
pengamatan yang dilakukan oleh observer. eksperimen mencari sendiri susunan
Penilaian ini dilaksanakan ketika siswa laporan yang sistematis, sedangkan untuk
melaksanakan praktikum. Penilaian psiko- kelas kontrol susunan laporan diberikan oleh
motorik terdiri dari empat aspek. Aspek yang guru sehingga lebih sistematis. Susunan
pertama yaitu kegiatan persiapan. Kegiatan laporan hasil siswa kelas eksperimen
persiapan ini dibagi menjadi 3 sub aspek kurang sistematis, maka guru memberikan
yaitu menyiapkan alat, menyiapkan zat/ arahan terhadap siswa. Untuk aspek yang
larutan kerja, dan menyiapkan format terakhir yaitu kegiatan setelah praktikum,
laporan sementara. Untuk kelas eksperimen aspek ini dibagi menjadi tiga sub aspek yaitu
maupun kelas kontrol rata-rata nilai aspek membuang sisa praktikum ke tempat yang
kegiatan persiapan ini termasuk kriteria disediakan, kebersihan, dan pengembalian
sangat tinggi, tetapi terdapat perbedaan alat yang sudah dibersihkan. Dalam aspek
rata-rata nilai yaitu kelas ekperimen 3,6 ini kelas eksperimen memiliki rata-rata 3,63,
sedangkan kelas kontrol 3,5. Aspek yang sedangkan kelas kontrol memiliki rata rata
kedua yaitu keterampilan proses sains. 3,57. Hasil nilai rata-rata psikomotorik kelas
Aspek ini terbagi menjadi 11 sub aspek eksperimen dan kelas control ditampilkan
yang sesuai dengan sub-sub indikator pada Gambar 1.
keterampilan proses sains serta disesuaikan
Nur Amalia Afiyanti, dkk, Keefektifan Inkuiri Terbimbing.... 1285
Nilai Rata-Rata
3
2
Kelas Eksperimen
1
Kelas Kontrol
0
1 2 3 4
Aspek Psikomotorik
Gambar 1. Hasil nilai rata-rata psikomotorik kelas eksperimen dan kelas kontrol
Karakter peduli lingkungan merupakan sikap terdapat perbedaan pada rata-rata nilai
dan tindakan yang selalu berupaya aspek kepedulian terhadap lingkungan.
mencegah kerusakan lingkungan alam di Rata-rata nilai pada kelas eksperimen 88,65
sekitarnya dan mengembangkan upaya- yang termasuk dalam kategori sangat baik
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam dan kelas kontrol 81,7 yang termasuk
yang terjadi. Penilaian ranah ini dilakukan dalam kategori baik. Adapun perbedaan
pada saat proses pembelajaran di kelas dan rata-rata hasil analisis aspek kepedulian
pada saat praktikum di laboratorium. Peni- siswa terhadap lingkungan kelas ekspe-
laian dilakukan oleh observer. Untuk kelas rimen dan kelas kontrol disajikan pada
eksperimen dan kelas kontrol setiap siswa Gambar 2.
telah mencapai nilai lebih dari 65 tetapi
2,8
2,7
Nilai Rata-Rata
2,6
2,5
2,4 Kelas Eksperimen
2,3
Kelas Kontrol
2,2
2,1
1 2
Aspek Kepedulian Terhadap Lingkungan
Gambar 2. Hasil nilai rata-rata nilai kepedulian lingkungan terhadap lingkungan kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Keterangan: Aspek Kepedulian Terhadap Lingkungan
1: Kepedulian Lingkungan Saat di Kelas
2: Kepedulian Lingkungan Saat Praktikum
Perbedaan rata-rata nilai posttest, psiko- lebih baik pada kelas eksperimen daripada
motorik dan kepedulian terhadap lingkungan kelas kontrol. Inkuiri terbimbing meng-
1286 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1281 - 1288
hasilkan efek yang cukup signifikan antara terhadap pertanyaan pembelajaran inkuiri
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terbimbing berorientasi green chemistry da-
(Bilgin, 2009). Berdasarkan hal tersebut, pat meningkatkan kemampuan untuk mengi-
dapat dikatakan bahwa penggunaan inkuiri ngat suatu konsep pembelajaran. Hasil ini
terbimbing berorientasi green chemistry didukung dengan nilai posttest hasil belajar
dalam pelajaran kimia efektif terhadap hasil kelas eksperimen yang meningkat dan lebih
postes, psikomotorik dan kepedulian siswa tinggi dari pada kelas kontrol. Siswa memilih
terhadap lingkungan. 66% sangat setuju, 31% setuju, dan 3%
Berdasarkan hasil analisis angket tidak setuju mengenai pernyataan pem-
tanggapan siswa dalam penelitian ini dapat belajaran inkuiri terbimbing berorientasi
disimpulkan pada kelas eksperimen siswa green chemistry membuka wawasan
menyukai pembelajaran menggunakan mengenai fenomena kelarutan dan hasil kali
inkuiri terbimbing berorientasi green kelarutan dalam kehidupan sehari-hari.
chemstry. Angket ini memiliki tingkatan Pernyataan tentang lebih mudah dalam
respon mulai dari sangat setuju, setuju, menyelesaikan soal-soal latihan materi
kurang setuju, dan tidak setuju. Hasil angket kelarutan dan hasil kali kelarutan mendapat
menyatakan bahwa 63% sangat setuju, 38% respon 59% sangat setuju, 31% setuju dan
setuju, dan 0% tidak setuju dengan per- 9% tidak setuju. Siswa menyatakan 72%
tanyaan berkaitan dengan ketertarikan pada sangat setuju, dan 28% setuju terhadap
materi kimia kelarutan dan hasil kali pertanyaan Pelaksanaan pembelajaran
kelarutan yang dipelajari. Siswa menyatakan inkuiri terbimbing berorientasi green
53% sangat setuju, 41% setuju, dan 6% chemistry membuat mereka lebih tertarik
tidak setuju dengan pernyataan untuk memperdalam kimia lebih lanjut.
pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi Siswa menyatakan 69% sangat setuju dan
green chemistry dapat membuat mereka 31% setuju dengan pernyataan
lebih mudah memahami materi kelarutan Pelaksanaan pembelajaran inkuiri
dan hasil kali kelarutan. Pernyataan rasa terbimbing berorientasi green chemistry
ingin tahu meningkat, mendapat respon membuatnya lebih peduli lagi terhadap
56% sangat setuju, 31% setuju, dan 13% lingkungan sekitar. Adapun hasil analisis
tidak setuju. Siswa menyatakan 41% sangat respon siswa terhadap pembelajaran
setuju, 53% setuju, dan 6% tidak setuju disajikan dengan Gambar 3.
Nur Amalia Afiyanti, dkk, Keefektifan Inkuiri Terbimbing.... 1287
80%
70%
60%
% Pendapat Siswa
Sangat Setuju
50%
Setuju
40% Kurang Setuju
30% Tidak Setuju
20%
10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 Pernyataan
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol Lisnawati, L., 2007, Hubungan Antara
Keterampilan Proses Sains
setiap siswa telah mencapai nilai lebih dari
Dengan Sikap Ilmiah Siswa
65 tetapi terdapat perbedaan pada rata-rata. Melalui Pembelajaran Inkuiri
Terstruktur, Skripsi, Jakarta: UIN
Rata-rata nilai pada kelas eksperimen 88,65
Syarif Hidayatullah.
yang termasuk dalam kategori sangat baik
Mulyasa, 2002, Kurikulum Berbasis
dan kelas kontrol 81,7 yang termasuk dalam Kompetensi, Bandung: Rosda-
karya.
kategori baik.
Nur, M., 2011, Modul Keterampilan Proses
Sains, Surabaya: Pusat
DAFTAR PUSTAKA Matematika dan Sains Sekolah
(PSMS) Universitas Negeri
Amri, S., 2010, Proses Pembelajaran Kreatif Surabaya.
dan Inovatif Dalam Kelas, Jakarta :
Rahayu, E., Susanto, dan Yulianti, 2011,
Prestasi Pustaka.
Pembelajaran sains dengan
Bilgin, I., 2009, The Effect Of Guided Inqury keterampilan proses untuk
Instruction Incorporating A meningkatkan hasil belajar dan
Cooperative Leaning Approach On kemampuan berpikir kreatif siswa,
University Students Achievement Jurnal Pendidikan Fisika
Of Acid And Bases Concepts And Indonesia, Vol 2, No 7, Hal: 106-
Attitude Toward Guided Inquiry 110.
Insruction, Journal Of Science
Roestiyah, 2001, Strategi Belajar Mengajar,
Research and Essay, Vol 4, No 10,
Hal: 1-3. Jakarta: Rineka Cipta
Brickman, P., Gormally, Armstrong, dan Rustaman, N., 1992, Pengembangan dan
Validasi Alat Ukur Keterampilan
Hallar, 2009, Effect Of Inquiry
Proses Sains Pada Pendidikan
Based Learning On Students
Dasar 9 Tahun Sebagai Persiapan
Science Literacy Skill And
Confidence, Journal Of teaching Pelaksanaan Kurikulum 1994,
and Learning Vol 2, No 3, Hal : 1- Laporan Penelitian, Bandung :
22. FPMIPA IKIP.
Semiawan, C., 1992, Pendekatan
Djamarah, S., 2002, Strategi Belajar
Keterampilan Proses, Jakarta:
Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta.
Gramedia.
Ilyas, W., 2010, Sama atau Bedakah Green
Chemistry Dan Enviromental Setyo, A., 2011, Pembelajaran Bermakna
Chemistry Itu? diunduh dari Berpendekatan SETS pada
Pelajaran Biologi untuk
http://greenchemistryindonesia.blo
Menumbuhkan Kepedulian
gspot.com/ pada tanggal 30
terhadap Lingkungan, Jurnal
Desember 2012.
Bioma Vol 1, No 2, Hal: 2-3.
Karsi dan Sahin, 2009, Developing
Worksheet Based On Science Wardani, S., 2008, Pengembangan
Process Skills: factors affecting Keterampilan Proses Sains dalam
solubility, Journal Of Science Pembelajaran Kromatografi Lapis
Learning and Teaching Vol 1, No Tipis Melalui Praktikum Skala
Mikro, Jurnal Inovasi Pendidikan
10, Hal: 1-12.
Kimia, Vol 2, No 2, Hal:1-5.
Kusuma, E., Sukirno, dan Kurniati, 2009,
Penggunaan Pendekatan Chemo- Widowati, A., 2007, Penerapan Pendekatan
Entrepreneurship Berorientasi Inquiry dalam Pembelajaran Sains
sebagai Upaya Pengembangan
Green Chemistry Untuk
Cara Berpikir Divergen, Jurnal
Meningkatkan Kemampuan Life
Ilmiah Pembelajaran Vol 1, No 3,
Skill Siswa SMA, Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia Vol 1, No 3, Hal: Hal:1-8.
2-4.
Novita Nurmasari, dkk, Keefektifan Pembelajaran Berorientasi.... 1289
ABSTRAK
Studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMA N di Semarang kelas X tahun
ajaran 2012/2013 memperoleh data ketuntasan klasikal siswa pada mata pelajaran kimia
kurang dari 85% dan kemampuan life skill siswa rendah yaitu sebesar 61%. Penelitian ini
menerapkan pembelajaran berorientasi Chemoentrepreneurship (CEP) pada materi minyak
bumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran berorientasi CEP
pada pemahaman konsep dan kemampuan life skill siswa SMA kelas X. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X di salah satu SMA N di Semarang. Desain yang digunakan
adalah posttest only control design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster
random sampling, kelas X-3 sebagai kelas eksperimen dan X-2 sebagai kelas kontrol. Hasil
ketuntasan belajar menunjukkan bahwa kelas eksperimen mencapai ketuntasan belajar klasikal
sebesar 88,89%, sedangkan kelas kontrol hanya sebesar 78,95%. Rata-rata pemahaman
konsep siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol yaitu masing-masing sebesar
80,11 dan 74,32. Kemampuan life skill siswa meningkat dari 61% menjadi 84%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran berorientasi CEP memberikan keefektifan yang signifikan
pada pemahaman konsep dan kemampuan life skill siswa SMA kelas X.
ABSTRACT
Preliminary study has performed in a high school in Semarang within grade X of the
school year 2012/2013, obtained the classical completeness students on chemistry subject less
than 85% and the ability of students' life skill was lower, equal to 61%. This study applied the
learning-oriented Chemoentrepreneurship (CEP) in petroleum subject. This study aimed to
determine the effectiveness of the learning-oriented CEP in understanding the concepts and life
skills of high school students’ grade X. The population in this study were class X students of
high school in Semarang. The design used is a posttest only control design. The sample was
taken by random cluster sampling technique, the class X-3 as the experimental class and the
class X-2 as a control class. The results of completeness study showed that experimental class
achieved mastery of classical study at 88.89%, while the control class was only 78.95%. The
average of students’ concept understanding in experimental class was better than the control
class respectively 80.11 and 74.32. The ability of student life skill increased from 61% to 84.
The results showed that the learning-oriented CEP provided significant effectiveness in
understanding the concepts and life skills of class X high school students.
dikatakan tuntas jika hasil belajarnya terlihat lebih percaya diri dan kemampuan
mendapat nilai lebih besar dari 70. Lembar life skiil lebih berkembang.
observasi kemampuan life skill, dan angket Pembelajaran yang dilakukan di kelas
dalam penelitian ini dianalisis secara kontrol menggunakan metode ceramah,
deskriptif. latihan soal dan penugasan. Pembelajaran
pada kelas kontrol hanya berpusat pada
HASIL DAN PEMBAHASAN guru (teacher centered), siswa cenderung
pasif karena hanya mendengarkan pen-
Pembelajaran yang dilakukan di kelas jelasan dari guru. Hal ini membuat siswa
eksperimen menggunakan metode diskusi merasa bosan, dan mengantuk. Beberapa
berorientasi CEP. Penerapan metode siswa kurang memperhatikan penjelasan
diskusi ini dilakukan untuk lebih me- dan mereka sibuk berbicara dengan teman
ngembangkan kemampuan life skill siswa. sendiri. Pembelajaran dengan metode
Siswa terlihat kurang aktif terhadap kegiatan ceramah kurang efektif jika diterapkan untuk
diskusi kelompok pada pertemuan pertama. mengajari matari minyak bumi karena materi
Beberapa siswa ada yang ramai sendiri, minyak bumi bersifat hafalan. Materi minyak
siswa juga belum berani mengemukakan bumi lebih baik diajarkan dengan
pendapatnya. Siswa harus ditunjuk untuk mengaitkan materi dalam kehidupan sehari-
maju mempresentasikan hasil diskusi. Hal hari atau menggunakan media untuk
ini menunjukkan bahwa kemampuan life skiil memudahkan memahami materi tersebut
siswa belum berkembang. Siswa terlihat (Wicaksana, 2013).
antusias dan aktif berdiskusi saat diskusi Kemampuan life skill siswa selama
berlangsung pada pertemuan selanjutnya, proses pembelajaran diukur dengan
hal ini ditandai dengan siswa bertanya observasi yang dilakukan oleh tiga observer/
kepada teman sekelompok, serta mencari pengamat. Observer ini mengamati kegiatan
dari berbagai sumber untuk bahan siswa selama pembelajaran di dalam kelas
berdiskusi. Beberapa kelompok ada yang dan kegiatan praktikum di laboratorium. Nilai
maju tanpa ditunjuk. Hal ini terlihat bahwa rata-rata kemampuan life skill kelas
eksperimen disajikan pada Tabel 1.
mencari bahan/materi dari berbagai sumber. untuk membuat laporan praktikum dengan
Siswa tidak hanya mencari dari buku paket benar dan mempresentasikan hasil
SMA tetapi mereka juga mencari dari praktikum di depan kelas. Kecakapan
internet atau sumber lain yang lebih relevan. berkomunikasi dalam kelompok tergolong
Kecakapan mengolah informasi mengalami sangat tinggi karena siswa dapat mem-
peningkatan dari 57% menjadi 77%. Siswa berikan minimal satu ide dalam kelompok-
mampu mengolah informasi, hal ini ditandai nya dan dapat mengumpulkan tugas tepat
dengan beberapa siswa mampu men- waktu. Keterampilan sosial sangat penting
jelaskan materi minyak bumi dengan benar untuk untuk berinteraksi dan beradaptasi
di depan kelas. Kecakapan berfikir rasional dalam lingkungan. Selain itu, mampu
penting karena memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan orang lain adalah kunci
secara efektif menangani sosial, ilmiah, dan sukses untuk pengalaman yang memper-
masalah praktis (Shakirova, 2007). kaya kehidupan (Chen, 2006).
Indikator kecakapan sosial yang Aspek kerjasama mengalami
diukur pada penelitian ini adalah kecakapan peningkatan dari 61% menjadi 85%, dengan
berkomunikasi, kerjasama, dan tanggung nilai rata-rata yang tergolong dalam kategori
jawab. Indikator kecakapan sosial ini dibagi tinggi. Siswa mampu bekerja sama dengan
lagi dalam beberapa aspek meliputi teman satu kelompok untuk mempersiapkan
kecakapan berkomunikasi secara lisan dan alat dan bahan yang digunakan dalam
tulisan, berkomunikasi dalam kelompok, praktikum. Siswa juga mampu membagi
kerjasama dalam menyiapkan alat dan kerja kelompok dan memberikan bantuan
bahan praktikum, pembagian kerja kepada teman satu kelompoknya ketika ia
kelompok, pemberian bantuan kepada sedang sibuk atau tidak selama kegiatan
teman kelompok, tanggung jawab setelah praktikum (Kadarwati, et al., 2010).
praktikum, menggunakan alat sesuai Aspek tanggung jawab mengalami
dengan fungsinya, dan tanggung jawab peningkatan sebesar 29% dari 59% menjadi
menyelesaikan tugas. Kecakapan sosial 88%, dengan nilai rata-rata yang tergolong
adalah kecakapan seseorang untuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar 3,5.
berkomunikasi dengan manusia lainnya. Masing-masing kelompok dapat membersih-
Kecakapan sosial diperlukan agar mampu, kan dan mengembalikan alat ke tempat
sanggup, terampil menjalankan kehidupan- semula. Siswa dapat menyelesaikan tugas
nya, yaitu dapat menjaga kelangsungan dengan tepat waktu. Siswa juga dapat
hidup dan perkembangannya. menggunakan alat sesuai fungsinya dengan
Kecakapan berkomunikasi siswa baik misalnya untuk memanaskan dengan
secara lisan dan tulisan mengalami pembakar spirtus digunakan digunakan
peningkatan sebesar 28%, dengan nilai beaker glass pyrex.
rata-rata dalam kategori sangat tinggi yaitu Kecakapan merumuskan masalah
sebesar 3,6. Kecakapan berkomunikasi dan kecakapan membuat hipotesis
secara tulisan terlihat dari siswa mampu dikembangkan dengan memberikan sebuah
1296 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1289-1299
permasalahan kepada siswa mengenai rata, tidak ada bintik-bintik berwarna putih,
materi minyak bumi. Kecakapan merumus- sumbu harus bisa dibakar, warna yang
kan masalah mengalami peningkatan yaitu dihasilkan dan kemasan lilin juga harus
sebesar 55% menjadi 76%. Kecakapan menarik sehingga dapat dijadikan peluang
membuat hipotesis juga mengalami bisnis penjualan lilin aromaterapi. Balsem
peningkatan sebesar 20% yaitu dari 54% yang baik dan dapat dijual adalah balsem
menjadi 74%. Siswa dilatih untuk yang tidak terlalu keras dan memiliki khasiat
menyimpulkan materi yang didiskusikan menghilangkan pegal-pegal. Siswa sudah
pada akhir pembelajaran. Kecakapan dapat membuat semir sepatu, lilin
membuat kesimpulan siswa meningkat dari aromaterapi, dan balsem yang dapat dijual
56% menjadi 87%, hal ini terlihat dari siswa dan dijadikan peluang usaha dengan
yang dapat membuat kesimpulan sendiri. mempertimbangkan laba yang diperoleh.
Hasil praktikum menunjukkan bahwa Pemahaman konsep siswa kelas
siswa sudah dapat membuat semir sepatu eksperimen dan kelas kontrol dapat
yang baik dan layak dijual. Semir sepatu diketahui dengan hasil posttest yang
yang layak dijual dan dapat dijadikan dilaksanakan diakhir pembelajaran. Rata-
peluang usaha adalah semir sepatu yang rata hasil pemahaman konsep siswa kelas
berwarna hitam pekat, teksturnya rata, dan eksperimen adalah 80,11 dengan nilai
tidak terlalu keras. Siswa sudah dapat tertinggi 96 dan nilai terendah 56. Rata-rata
membuat lilin yang berkreasi dan dapat hasil pemahaman konsep kelas kontrol
memancarkan aroma terapi saat dibakar adalah 74,32 dengan nilai tertinggi 92 dan
dalam praktikum pembuatan lilin nilai terendah 52. Hasil nilai rata-rata
aromaterapi. Lilin aromaterapi yang layak posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
dijual adalah lilin yang dapat memancarkan dapat lihat pada Gambar 2.
aroma terapi ketika dibakar, tekstrurnya
ini tidak tersedia di laboratorium sekolah, (2) BBC Indonesia, 2012, Sistem Pendidikan
Indonesia Terendah di Dunia,
waktu yang di-perlukan untuk menerapkan
Tersedia di http://Sistem Pendidikan
pendekatan tersebut lebih lama Indonesia Terendah di Dunia -
KOMPAS.com.html tanggal 1 Maret
dibandingkan dengan pembelajaran secara
2013.
konvensial, oleh karena itu guru harus
Chen, K. 2006, Social Skills Intervention For
mampu menguasai materi dan tahapan- Students With Emotional/Behavioral
Disorders: A Literature Review From
tahapan dalam penelitian, (3) perlu
The American Perspective,
persiapan dalam membuat RPP berorientasi Education Research and Reviews,
1(3): 143-149.
CEP agar pembelajaran dapat terlaksana
Kadarwati, S., Saputro, S.H. dan Priatmoko,
dengan baik.
S., 2010, Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Kimia Fisika 5 Dengan
Pendekatan Chemo-
SIMPULAN
Entrepreneurship Melalui Kegiatan
Lesson Study. Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia, Vol 1, No 4, Hal:
Hasil Penelitian menunjukkan
531-543.
bahwa penerapan pembelajaran ber-
Mardapi, D., 2012, Pengukuran Penilaian
orientasi CEP memberikan keefektifan yang dan Evaluasi Pendidikan,
Yogyakarta: Nuha Medika.
signifikan pada pemahaman konsep dan
kemampuan life skill siswa kelas X-3 suatu Mulyasa, E., 2007, Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, Bandung:
SMA N di Semarang. Proporsi ketuntasan Remaja Rosdakarya.
klasikal kelas X-3, telah memenuhi proporsi Mursiti, S., Wahyukaeni, T. dan Sudarmin,
ketuntasan klasikal sebesar 88,89%. Rata- 2008, Pembelajaran dengan
Pendekatan Chemo-
rata pemahaman konsep kelas eksperimen Entrepreneurship dan Penggunaan
sebesar 80,11 lebih baik daripada kelas Game Simulation sebagai Media
Chemo-Edutainment untuk
kontrol yaitu sebesar 74,32. Kemampuan Meningkatkan Hasil Belajar,
life skill siswa meningkat dari 61% menjadi Kreativitas, dan Life Skill, Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 2, No
84%. 2, Hal: 278-280.
Rahmawati, A. dan Yonata, B., 2012,
Keterampilan Sosial Siswa Pada
Materi Reaksi Reduksi Oksidasi
DAFTAR PUSTAKA melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT)
Asmorowati, D.S., 2009, Pembelajaran SMA Negeri 9 Surabaya, Unesa
Kimia Hidrokarbon Menggunakan Journal of Chemical Education, Vol
Kolaborasi Konstruktif dan Inkuiri 1, No 1, Hal: 47-55.
Berorientasi
Chemoentrepreneurship (CEP) Shakirova, D.M., 2007, Technology for the
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Shaping of College Students’ and
dan Minat Berwirausaha Siswa, Upper-Grade Students’ Critical
Skripsi, Semarang: Jurusan Kimia Thinking, Russian Education dan
FMIPA UNNES. Society, Vol 9, No 49, Hal: 42-52.
Snyder, L.G. dan Snyder, M. J., 2008, Wicaksana, G.A., Nurhayati, N. dan
Teaching Critical Thinking and Cahyono, E., 2013, Efektivitas
Problem Solving Skills, The Delta Pi Media Pembelajaran E-Learning
Epsilon Journal, Vol 2, No 50, Hal: Berbasis Chemo-Edutainment
90-99. terhadap Hasil Belajar Materi
Hidrokarbon dan Minyak Bumi
Sumarti, S.S., 2008, Peningkatan Jiwa
Siswa Kelas X, Chemistry in
Kewirausahaan Mahasiswa Calon
Education, Vol 1, No 2, Hal: 1-10.
Guru Kimia dengan Pembelajaran
Praktikum Kimia Dasar Berorientasi Yulianingrum dan Rahayu, Y.S., 2013,
Chemo-Entrepreneurship, Jurnal Penerapan Pembelajaran IPA
Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 2, No Terpadu Tipe Webbed Berorientasi
2, Hal: 305-311. Kecakapan Hidup (Life Skill) Pada
Tema Suara Kelas VII SMP Al-Amal
upartono, Saptorini, dan Asmorowati, D,S.,
Surabaya, Jurnal Pendidikan Sains
2009, Pembelajaran Kimia
e-Pensa, Vol 1, No 1, Hal: 1-7.
Menggunakan Kolaborasi
Konstruktif dan Inkuiri Berorientasi Yulianto, F. dan Nashori , H.F., 2006,
Chemo-Entrepreneurship, Jurnal Kepercayaan Diri dan Prestasi Atlet
Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 2, No Tae Kwon Do Daerah Istimewa
3, Hal: 476-483. Yogyakarta, Jurnal Psikologi
Universitas Diponegoro, Vol 1, No 3,
Supartono, 2006, Peningkatan Kreativitas
Hal: 55-62.
Peserta Didik Melalui Pembelajaran
Kimia dengan Pendekatan
Chemoentrepreneurship (CEP),
Proposal Research Grant – Program
Hibah A2, Semarang: Jurusan Kimia
FMIPA UNNES.
1300 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1300-1308
ABSTRAK
ABSTRACT
This study aims to determine whether the implementation of inquiry-based learning Group
Investigation Guided influential in improving learning outcomes of chemistry in competence of
Colloid Systems and how the responses of teachers and students towards applied learning.
Sampling used cluster random sampling technique, obtained class XI IPA 1 as the experimental
class and the XI IPA 4 as control class. Retrieval of data used techniques: tests, observations,
questionnaires, and documentation. The results showed that the average grade of experimental
class was higher than the control class based on the test of the right hand, with both of the
posttest score of tcount 6.89 over ttable of 2.00. The results of the analysis of the magnitude of the
effect between variables obtained coefficient of determination 73.38%, mean that the inquiry-
based learning Group Investigation Guided contributed to increasing students' cognitive learning
outcomes of 73.38%. On Affective and psychomotor assessment, the average grades of the
experimental class learning better than classroom control. Analysis of the questionnaire
responses of teachers and students also indicated that inquiry-based learning Group
Investigation Guided obtained a good response. This study concluded that the implementation
of inquiry-based learning Group Investigation Guided influenced in improving learning outcomes
chemistry class XI student with competencies related colloidal systems and obtained good
response from teachers and students.
psikomotorik, dan angket tanggapan guru koloid yaitu sebesar 73,38%. Berdasarkan
dan siswa dianalisis secara deskriptif. data penilaian kognitif siswa, penerapan
pembelajaran group investigation dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN meningkatkan hasil belajar kognitif siswa
(Oh dan Shin, 2005). Hasil uji peningkatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar dari kelas eksperimen 0,76
hasil belajar kognitif kelas ekperimen lebih dalam kategori tinggi dan kelas kontrol 0,61
baik daripada kelas kontrol. Hal ini yang dikategorikan sedang. Pembelajaran
didasarkan pada hasil perhitungan uji satu group investigation berbasis inkuiri terbim-
pihak kanan nilai postes diperoleh thitung bing ini menjadikan rasa ingin tahu siswa
sebesar 6,89 lebih dari ttabel sebesar 2,00 meningkat sehingga siswa lebih aktif dan
yang berarti bahwa rerata hasil belajar bersungguh-sungguh dalam mengikuti
kognitif kelas eksperimen lebih baik dari pelajaran serta selama proses pembelajaran
kelas kontrol. Pada kelas eksperimen 100% siswa mengalami proses inkuiri yang
siswa sudah mencapai ketuntasan belajar, membuat siswa menemukan konsep materi
sedangkan untuk kelas kontrol hanya 72% yang sedang dipelajari melalui kegiatan
siswa yang mencapai ketuntasan belajar. investigasi sehingga siswa lebih menguasai
Hasil perhitungan analisis pengaruh antar konsep. Hal ini karena siswa akan lebih
variabel diperoleh koefisien korelasi biserial mudah menemukan dan memahami konsep
hasil belajar kognitif siswa (rb) sebesar 0,86 melalui pemikiran aktif dan pemecahan
dengan kriteria sangat tinggi. Harga masalah yakni tidak sekedar mengingat
koefisien korelasi biserial yang diperoleh melainkan membangun pengetahuan se-
bertanda positif sehingga menunjukkan hingga pembelajaran menjadi bermakna dan
adanya pengaruh pembelajaran group meningkatkan hasil belajar (Indiarti, 2011).
investigation berbasis inkuiri terbimbing Penilaian psikomotorik siswa ada
terhadap peningkatan hasil belajar kognitif dua yaitu hasil belajar psikomotorik siswa
siswa pada materi pokok sistem koloid. selama kegiatan praktikum dan hasil belajar
Perhitungan pengaruh antar variabel psikomotorik siswa dalam kegiatan pem-
menghasilkan koefisien determinasi hasil belajaran dikelas. Nilai rata-rata
belajar kognitif siswa sebesar 73,38%, psikomotorik kegiatan praktikum kelas
berarti besarnya kontribusi pembelajaran eksperimen adalah 84 dan kelas kontrol 78.
group investigation berbasis inkuiri Hasil rata-rata nilai psikomotorik kegiatan
terbimbing terhadap peningkatan hasil praktikum tiap aspek kelas eksperimen dan
belajar kognitif siswa pada materi pokok kelas kontrol terdapat pada Gambar 1.
1304 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1300-1308
Gambar 1. Penilaian psikomotorik (kegiatan praktikum) kelas eksperimen dan kelas kontrol
Pada aspek 1 dan aspek 2 yaitu diberikan. Hal tersebut menjadikan siswa
aspek persiapan alat dan bahan dan pada kelas eksperimen lebih mandiri dan
ketrampilan memakai alat pada kelas terampil dalam mempersiapkan dan
eksperimen mempunyai rata-rata skor memakai bahan dan alat untuk praktikum.
dengan kategori sangat tinggi sedangkan Nilai rata-rata psikomotorik untuk
pada kelas kontrol mempunyai rata-rata skor pembelajaran di kelas pada kelas eks-
dengan kategori tinggi. Hal ini di karenakan perimen adalah 85 lebih tinggi dibandingkan
dalam pembelajaran group investigation kelas kontrol dengan rata-rata nilai 78. Hasil
berbasis inkuiri terbimbing yang diterapkan rata-rata nilai psikomotorik pembelajaran di
pada kelas eksperimen mengharuskan kelas tiap aspek kelas eksperimen dan kelas
siswa untuk merencanakan proses penemu- kontrol terdapat pada Gambar 2.
an konsep sendiri dari permasalahan yang
Gambar 2. Penilaian psikomotorik (pembelajaran di kelas) kelas eksperimen dan kelas kontrol
Arinda Dian Wijayanti, dkk, Penerapan Pembelajaran Group.... 1305
Pada aspek 4 dan 5 yaitu menggali gagasan yang mereka miliki. Metode
informasi melalui alat atau sumber belajar pembelajaran group investigation juga dapat
lain dan ketrampilan melaksanakan diskusi meningkatkan aktifitas dan semangat siswa
pada kelas eksperimen menunjukkan dalam proses pembelajaran (Rahmi, 2012).
perbedaan yang cukup menonjol di- Hasil analisis deskriptif nilai afektif,
bandingkan kelas kontrol. Hal ini di- kelas eksperimen memperoleh rata-rata nilai
karenakan dengan pembelajaran group 81 yang termasuk kategori baik, dan pada
investigation berbasis inkuiri terbimbing kelas kontrol 79 yang termasuk kategori
siswa dituntut untuk lebih aktif dalam sedang. Hasil rata-rata nilai afektif tiap
mencari sumber belajarnya sendiri dan juga aspek kelas eksperimen dan kelas kontrol
selama proses diskusi berlangsung siswa terdapat pada Gambar 3.
lebih berani menyampaikan gagasan-
memiliki tingkatan respon mulai dari sangat karena lebih menyenangkan, menarik, dan
setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak membuat siswa lebih mudah memahami
setuju. Angket ini digunakan untuk me- konsep materi, hal ini dapat dilihat dari rasa
ngetahui pendapat siswa terhadap pem- ingin tahu siswa yang meningkat dalam
belajaran group investigation berbasis inkuiri pembelajaran serta peningkatan minat dan
terbimbing. Hasil analisis angket tanggapan motivasi siswa untuk giat belajar baik
siswa dalam penelitian ini dapat disimpulkan individu maupun kelompok. Metode Inkuiri
bahwa pada kelas eksperimen siswa terbimbing terbukti mampu meningkatkan
menyukai pembelajaran group investigation respons positif siswa dalam mengikuti
berbasis inkuiri terbimbing. Hasil analisis pelajaran (Soesanti, 2005). Hasil angket
angket menunjukkan siswa pada kelas tanggapan siswa terhadap pembelajaran
ekperimen menyukai pembelajaran group group investigation berbasis inkuiri
investigation berbasis inkuiri terbimbing terbimbing disajikan pada Tabel 1.
Hasil analisis angket tanggapan an yang terdapat dalam angket. Hasil angket
guru dalam penelitian ini dapat disimpulkan tanggapan guru menunjukkan bahwa
bahwa guru memberikan tanggapan yang pembelajaran group investigation berbasis
positif terhadap pembelajaran group inkuiri terbimbing mampu meningkatkan
investigation berbasis inkuiri terbimbing. Hal partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran
ini ditunjukkan dengan tanggapan positif dan meningkatkan penguasaan konsep
terhadap masing-masing indikator pertanya- siswa terhadap materi yang sedang
Arinda Dian Wijayanti, dkk, Penerapan Pembelajaran Group.... 1307
dipelajari. Inkuiri terbimbing berhasil konsep siswa (Bilgin, 2009). Hasil angket
meningkatkan partisipasi siswa dalam tanggapan guru terhadap pembelajaran
mempelajari materi menambah penguasaan disajikan dalam Tabel 2.
SS S KS TS
No. Pertanyaan
(%) (%) (%) (%)
1 Saya mengetahui pembelajaran group 0 0 100 0
investigation berbasis inkuiri terbimbing
2 Saya merasa pembelajaran group investigation 50 50 0 0
berbasis inkuiri terbimbing tepat diterapkan pada
materi sistem koloid
3 Saya merasa pembelajaran group investigation 0 100 0 0
berbasis inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran.
Hasan, S., 2009, Model Cooperative Soesanti, N., 2005, Pengaruh Model
Learning Tipe Group Investigation Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Inkuiri Tidak Terbimbing terhadap
pada Mata Pelajaran Perawatan dan Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada
Perbaikan Sistem Refrigerasi, Jurnal Konsep Struktur Tumbuhan, diunduh
Pendidikan Teknik Mesin, Vol 1, No 3, di
Hal:1-10. http://www.pagesyourfavourite.com/pp
supi/-abstrakipa2005.html, diakses
Indiarti, 2011, Penerapan Model
tanggal 24 Juli 2013.
Pembelajran Berdasarkan Masalah
pada Pelajaran IPA Materi Zat Aditif Trianto, 2007, Model Pembelajaran Terpadu
Makanan dan Kaitannya dengan Dalam Teori dan Praktik, Jakarta:
Kesehatan di Kelas VII SMP Negeri 2 Prestasi Pustaka.
Malang, PENSA E-Jurnal, Vol 1, No 2,
Tsoi, M. F., 2004, Using Group Investigation
Hal: 2-5.
for Chemistry in Teacher Education,
Istikomah, S., Hendratto, S., dan Bambang, Asia-Pacific Forum on Science
2010, Penggunaan Model Learning and Teaching, Vol 1, No 5,
Pembelajaran Group Investigation Hal: 1-12.
untuk menumbuhkan sikap ilmiah
Zawadzki, R., 2010, Is process-oriented
siswa, Jurnal Pendidikan Fisika
guided-inquiry learning (POGIL)
Indonesia, Vol 3, No 6, Hal:40-43.
suitable as a teaching method in
Oh, P. S dan Shin, M. K., 2005, Student Thailand’s higher education?, As. J.
Reflection on Implementation of Education dan Learning, Vol 1, No 2,
Group Investigation in Korean Hal:66-74.
Secondary Classroom, Research
International Journal of Science and
Mathematic Education, Vol 2, No 3,
Hal:327-349.
Rahmi, W., 2012, Penggunaan Model
“Group Investigation” untuk
Meningkatkan Minat Beajar Siswa
Kelas VIII Di MTs Muhammadiyah
Pekanbaru, Jurnal Pendidikan
Indonesia, Vol 1, No 4, Hal:1-12.
Fina Haziratul Qudsiyah, dkk, Implementasi Praktikum Aplikatif.... 1309
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh implementasi praktikum
aplikatif berorientasi CEP terhadap peningkatan hasil belajar kimia materi pokok koloid siswa
kelas XI SMA. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA pada salah satu SMA
Negeri di Magelang pada tahun pelajaran 2012/2013. Desain yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Pretest–Posttest Control Group Design. Teknik sampling yang digunakan yaitu
purposive sampling, sehingga diperoleh kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen
menggunakan metode praktikum aplikatif berorientasi CEP dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas
kontrol menggunakan metode praktikum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
implementasi praktikum aplikatif berorientasi CEP terhadap peningkatan hasil belajar kimia
siswa. Besarnya pengaruh implementasi praktikum aplikatif berorientasi CEP terhadap
peningkatan hasil belajar kimia siswa yaitu 63,64%. Peningkatan hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai N-Gain sebesar 0,84 lebih besar dari
kelas kontrol dengan nilai N-Gain sebesar 0,51 yang termasuk dalam kategori sedang.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh implementasi
praktikum aplikatif berorientasi CEP terhadap peningkatan hasil belajar kimia siswa di salah
satu SMA di Magelang.
ABSTRACT
konsep materi yang diajarkan. Sementara itu (Tobin, 1990). Cara praktikum mutlak
metode dan model pembelajaran yang diperlukan karena salah satu tujuan
digunakan oleh guru juga kurang bervariasi pembelajaran kimia adalah agar siswa
sehingga motivasi belajar dan kreativitas memiliki keterampilan dalam melakukan
siswa menjadi kurang. Motivasi siswa yang kegiatan laboratorium untuk memahami
kurang tersebut membuat pembelajaran konsep-konsep kimia serta menumbuhkan
yang dilakukan tidak bermakna dan hasil minat dan sikap ilmiah (Depdiknas, 1999).
belajar yang diperoleh siswa menjadi tidak Pembelajaran menggunakan prak-
maksimal. Kondisi seperti inilah yang tikum aplikatif, memungkinkan siswa untuk
menjadi salah satu faktor penyebab kualitas berproses dalam menemukan konsep
Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia sendiri, sehingga materi yang dipelajari
rendah. dapat diidentifikasi, dianalisis dan disintesis,
Solusi dalam memperoleh pembelaja- diuji kebenarannya dan disimpulkan menjadi
ran yang bermakna diperlukan suatu suatu konsep. Penggunaan praktikum apli-
metode pembelajaran yang dapat mening- katif menjadikan siswa termotivasi untuk
katkan hasil belajar siswa. Salah satu belajar, kreatif, berpikir logis serta sistematis
metode yang dapat digunakan adalah dan dapat melatih siswa untuk berpikir
praktikum aplikatif berorientasi Chemoentre- ilmiah. Kegiatan pembelajaran dengan
preneurship (CEP). Solusi dalam memper- metode praktikum aplikatif akan lebih
oleh pembelajaran yang bermakna di- menarik dan menyenangkan jika dikaitkan
perlukan suatu metode pembelajaran yang dengan obyek nyata dan bisa menghasilkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. suatu produk dari praktikum yang dilakukan.
Salah satu metode yang dapat digunakan Konsep CEP adalah suatu pendekat-
adalah praktikum aplikatif berorientasi CEP. an pembelajaran kimia yang kontekstual
Kegiatan praktikum di laboratorium merupa- yaitu pendekatan pembelajaran kimia yang
kan kegiatan siswa yang dilakukan secara dikaitkan dengan obyek nyata. Tujuannya
kooperatif dalam kelompok kecil untuk adalah untuk memotivasi siswa agar
menginvestigasi fenomena dengan instruksi mempunyai semangat berwirausaha. Melalui
khusus dan salah satu cara untuk pendekatan ini pengajaran kimia akan lebih
mempelajari lingkungan. Kegiatan praktikum menyenangkan dan memberi kesempatan
mempunyai potensi untuk membangun pada peserta didik untuk mengoptimalkan
hubungan sosial serta sikap yang positif dan potensinya agar menghasilkan produk.
dapat menunjang perkembangan kognitif Apabila peserta didik sudah terbiasa dengan
(Hofstein, 2004). Dibandingkan dengan kondisi belajar yang demikian, tidak me-
kegiatan di kelas, kegiatan praktikum nutup kemungkinan akan memotivasi
berpeluang lebih banyak untuk membangun mereka untuk berwirausaha (Supartono,
interaksi sosial antar siswa dan antar siswa 2006).
dengan guru sehingga menciptakan Pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan pembelajaran yang positif CEP merupakan pendekatan pembelajaran
Fina Haziratul Qudsiyah, dkk, Implementasi Praktikum Aplikatif.... 1311
kimia yang dikaitkan dengan obyek nyata. Metode pengumpulan data dilakukan
Penerapan pembelajaran dengan pende- dengan metode dokumentasi, metode tes,
katan CEP ini diterapkan dengan harapan lembar observasi dan angket. Metode
siswa akan menjadi lebih paham terhadap dokumentasi digunakan untuk penentuan
materi pelajaran kimia. Praktikum kimia sampel. Instrumen yang digunakan dalam
aplikatif berbasis CEP bisa dikatakan penelitian ini adalah silabus, RPP, soal
menarik karena siswa bisa belajar untuk pretes dan postes, lembar observasi dan
mengaplikasikan teori-teori yang dipelajari- angket tanggapan siswa. Data penelitian
nya dalam kehidupan sehari-hari dan juga hasil belajar kognitif dianalisis secara
bisa menumbuhkan motivasi berwirausaha. statistik parametrik dihitung dengan uji t, uji
perbedaan rata-rata, pengaruh antar
METODE PENELITIAN variabel, penentuan koefisien determinasi,
uji normalized gain, dan uji ketuntasan hasil
Penelitian ini dilakukan di suatu SMA belajar. Sedangkan hasil belajar afektif,
Negeri di Magelang pada materi kimia psikomotor, dan hasil angket tanggapan
koloid. Desain penelitian yang dipakai yaitu siswa dianalisis secara deskriptif. Kelas
Pretest–Posttest Control Group Design yang eksperimen diterapkan metode praktikum
merupakan desain eksperimen dengan aplikatif berorientasi CEP dan kelas kontrol
melihat perbedaan pretes maupun postes diterapkan metode praktikum.
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa HASIL DAN PEMBAHASAN
kelas XI IPA suatu SMA Negeri di Magelang
tahun pelajaran 2012/2013. Kelas XI IPA 3 Penelitian dilaksanakan di suatu SMA
merupakan kelas eksperimen dan kelas XI- Negeri di Magelang yaitu kelas XI IPA 3
IPA 2 merupakan kelas kontrol yang diambil sebagai kelompok eksperimen dan kelas XI
peneliti dengan teknik purposive sampling IPA 2 sebagai kelompok kontrol. Hasil
dengan pertimbangan dari guru mata belajar kognitif diperoleh dari nilai pretes
pelajaran kimia di sekolah tersebut dan nilai dan postes yang disajikan dalam Tabel 1.
ujian akhir semester ganjil yang tidak jauh
berbeda.
praktikum sebesar 81,5. Penelitian ini yang berkaitan dengan materi sehingga
menunjukkan pencapaian rata-rata hasil siswa menjadi kurang tertarik untuk belajar
belajar kelas eksperimen yang mengguna- dan lebih sulit memahami materi. Oleh
kan metode praktikum aplikatif berorientasi karena itu, rata-rata postes hasil belajar
CEP lebih tinggi dari pada kelas kontrol kognitif siswa kelas kontrol lebih rendah dari
yang menggunakan metode praktikum pada kelas eksperimen.
sehingga dapat dikatakan perlakuan dengan Perhitungan uji t satu pihak kanan
metode praktikum aplikatif berorientasi CEP diperoleh thitung sebesar 6,10 sedangkan ttabel
meningkatkan hasil belajar kognitif (Mursiti, sebesar 2,01. Jadi thitung lebih dari ttabel yang
et al., 2008). menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar
Penyebab kemampuan kognitif kelas kognitif kelompok eksperimen tidak sama
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan rata-rata hasil belajar kimia
yaitu pada proses pembelajaran kelas kelompok kontrol dengan rata-rata hasil
eksperimen siswa lebih tertarik dalam belajar kognitif kelas eksperimen lebih baik
pembelajaran dan lebih mudah memahami dari pada kelas kontrol (Supartono, et al.,
materi karena dikaitkan dengan kehidupan 2009). Analisis korelasi antar variabel
sehari-hari (Mansor dan Othman, 2011). digunakan rumus koefisien korelasi biserial
Perlakuan ini yang membuat siswa mudah (rb). Analisis ini bertujuan untuk menentukan
dalam mengerjakan soal kognitif. Walaupun ada tidaknya korelasi penerapan metode
pada kelas kontrol juga diterapkan metode praktikum aplikatif berorientasi CEP pada
praktikum tetapi praktikum yang dilakukan materi koloid terhadap hasil belajar siswa.
tidak dikaitkan dengan kehidupan sehari- Hasil analisis pengaruh antar variabel dari
hari dan tidak menciptakan suatu produk hasil belajar siswa disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisis pengaruh antar variabel dari hasil belajar kognitif
Data Sy P Q Z rb Kriteria
Postes 8,01 0,49 0,51 0,02 0,798 Kuat
Implementasi praktikum aplikatif ber- adanya selisih rata-rata hasil pretes dan
orientasi CEP pada materi koloid dapat postes hasil belajar dan harga N-Gain yang
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa ditunjukkan pada Gambar 1 (Morgil, et al.,
(Haniatun, 2007). Hal ini ditunjukkan dengan 2009).
Rata-rata skor semua indikator dalam Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen
kemampuan psikomotor antara kelas menggunakan metode pembelajaran prak-
eksperimen dengan kontrol menunjukkan tikum aplikatif berorientasi CEP. Metode
adanya pengaruh positif terhadap tersebut dikaitkan dengan kehidupan sehari-
penggunaan pembelajaran dengan metode hari yang pada akhirnya akan menghasilkan
praktikum aplikatif berorientasi CEP pada produk yang bermanfaat dan bernilai
kelas eksperimen dan metode praktikum ekonomis sehingga siswa akan cenderung
pada kelas kontrol. Pada semua aspek lebih tertarik mengikuti pelajaran (Mursiti et
terlihat kelas eksperimen memiliki rata-rata al., 2008). Ketertarikan siswa tersebut
psikomotorik yang lebih tinggi dibandingkan ditunjukkan dengan melakukan praktikum
dengan kelas kontrol (Urena et al., 2011).
Fina Haziratul Qudsiyah, dkk, Implementasi Praktikum Aplikatif.... 1315
secara sungguh-sungguh dan semua siswa menyatakan sangat setuju dan 53%
ikut berpartisipasi aktif dalam praktikum. menyatakan setuju. Metode pembelajaran
Tanggapan siswa terhadap pem- praktikum aplikatif berorientasi CEP yang
belajaran yang telah dilakukan di kelas diterapkan pada kelas eksperimen meru-
eksperimen diukur dengan angket tertutup. pakan metode yang menarik bagi siswa
Angket tertutup memiliki tingkatan respon sehingga siswa selalu hadir di kelas dan
mulai dari sangat setuju, setuju, tidak setuju, dengan antusias mengikuti pembelajaran
dan sangat tidak setuju. Hal ini dilakukan yang berlangsung (Kusuma, et al., 2009).
supaya pendapat siswa yang diberikan apa Hasil ini didukung dengan rata-rata skor
adanya sesuai kenyataan selama proses afektif siswa, yaitu aspek kehadiran kelas
pembelajaran. Hasil analisis angket eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan
tanggapan siswa dapat dilihat di Tabel 4. kelas kontrol. Begitu juga rata-rata skor
Hasil angket menyatakan bahwa afektif aspek perhatian dalam mengikuti
hampir di semua indikator, siswa memilih pelajaran kelas eksperimen lebih tinggi
kategori sangat setuju dan setuju. dengan kategori sangat tinggi dibandingkan
Tanggapan siswa terhadap indikator dengan kelas kontrol dengan kategori tinggi.
keadaan siswa selama pelajaran yaitu 47%
SS S KS TS
No. Indikator
% % % %
1. Keadaan siswa selama pembelajaran 47 53 0 0
2. Keadaan Akademik 34 59 7 1
3. Keadaan Sosial 35 58 6 1
Tanggapan siswa dari indikator didukung dengan nilai postes hasil belajar
keadaan akademik yaitu 34% siswa kognitif kelas eksperimen yang meningkat
menyatakan sangat setuju, 59% menya- dan lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
takan setuju, 7% meyatakan tidak setuju, Pada indikator keadaan sosial, ada
dan 1% menyatakan tidak setuju. Hasil 35% siswa menyatakan sangat setuju, 58%
angket menunjukkan lebih banyak yang setuju, 6% kurang setuju, dan 1% tidak
menyatakan sangat setuju dan setuju setuju. Sama dengan indikator sebelumnya,
dibandingkan yang menyatakan kurang siswa lebih banyak yang menyatakan
setuju dan tidak setuju. Hal tersebut sangat setuju dan setuju dibandingkan yang
dikarenakan metode praktikum aplikatif menyatakan kurang setuju dan tidak setuju.
berorientasi CEP dikaitkan dengan Pada pembelajaran dengan metode
kehidupan sehari-hari, sehingga membuat praktikum aplikatif berorientasi CEP, siswa
siswa lebih mudah untuk mempelajari materi dituntut melakukan kerjasama yang baik
koloid (Kusuma dan Siadi, 2010). Hasil ini antar anggota kelompok pada kegiatan
1316 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1309-1318
praktikum dan kerja kelompok. Adanya katan hasil belajar kimia materi koloid siswa
kerjasama antar anggota kelompok tersebut kelas XI pada suatu SMA di Magelang.
akan melatih kemampuan bersosialisasi
siswa dengan orang lain menjadi lebih baik
(Morgil, et al., 2009). Hasil analisis angket DAFTAR PUSTAKA
tanggapan siswa pada kelas eksperimen
dalam penelitian ini dapat disimpulkan Depdiknas, 1999, Garis-garis besar program
pengajaran Sekolah Menengah
bahwa siswa menyukai pembelajaran
Umum 1994 Suplemen 1999, Jakarta.
menggunakan metode praktikum aplikatif
Haniatun, 2007, Peningkatan hasil belajar
berorientasi CEP. Siswa juga dapat siswa melalui model pembelajaran
kooperatif students teams achieve-
memahami materi koloid dengan lebih baik,
ment divisions (STAD) berorientasi
sehingga hasil belajarnya lebih maksimal chemoentrepreneurship (CEP) meng-
gunakan praktikum aplikatif berbasis
(Mursiti, et al., 2008).
life skill, Skripsi, Semarang: FMIPA
Universitas Negeri Semarang
Hofstein, A., 2004, The laboratory in
chemistry education: thirty years of
SIMPULAN
experience with developments,
implementation, and research, Journal
of Chemistry Education, Vol 3, No 5,
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Hal: 247-264.
dilakukan, maka dapat diambil simpulan
Kusuma, E. dan K. Siadi, 2010, Pengem-
yaitu implementasi praktikum aplikatif bangan bahan ajar kimia berorientasi
chemoentrepreneurship untuk me-
berorientasi CEP pada materi koloid
ningkatkan hasil belajar dan life skill
berpengaruh terhadap peningkatan hasil mahasiswa, Jurnal Inovasi Pendidikan
Kimia, Vol 1, No 4, Hal: 544-551.
belajar kognitif kimia siswa di suatub SMA
Negeri di Magelang dengan kontribusi Kusuma, E., Sukirno, dan Kurniati, I., 2009,
Penggunaan pendekatan chemoen-
sebesar 63,64% dan implementasi trepreneurship berorientasi green
praktikum aplikatif berorientasi CEP pada chemistry untuk meningkatkan
kemampuan life skill siswa SMA,
materi koloid mendapat tanggapan yang Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol
baik dari siswa. Selain hasil belajar kognitif, 1, No 3, Hal: 366-372.
implementasi aplikatif berorientasi CEP juga Mansor, M. dan Othman, N., 2011,
Consulting based entrepreneurship
berpengaruh positif terhadap hasil belajar education in Malaysian higher
afektif dan psikomotorik. Hal tersebut education institutions, Journal of
International Conference on Social
ditunjukkan dengan rata-rata skor hasil Science and Humanity, Vol 5, Hal:
belajar afektif dan psikomotorik kelas 351-355.
eksperimen lebih baik dibandingkan dengan Morgil, I., Seyhan, H.G., dan Secken N.,
2009, Investigating the effects of
kelas kontrol. Secara umum dapat project-oriented chemistry experi-
disimpulkan bahwa implementasi praktikum ments on some affective and cognitive
field components, Journal of Turkhis
aplikatif berorientasi CEP pada pem- Science Education, Vol 1, No 6, Hal:
belajaran berpengaruh terhadap pening- 89-107.
Fina Haziratul Qudsiyah, dkk, Implementasi Praktikum Aplikatif.... 1317