Anda di halaman 1dari 105

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
berkat dan rahmat-Nya, maka Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia Volume 8 Nomor 1
Tahun 2014 berhasil diterbitkan. Jurnal ini hadir dihadapan pembaca sebagai wadah
bagi penulisan hasil pemikiran dan penelitian di bidang pengembangan mutu
pendidikan khususnya pendidikan kimia.

Rasa terima kasih kami sampaikan kepada para penulis atas kontribusinya
yang berupa artikel terhadap penerbitan edisi ini. Kami berharap agar para peneliti,
akademisi, pengamat, praktisi dibidang pendidikan kimia dapat berpartisipasi
menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya yang dituangkan dalam bentuk
tulisan dan dimasukkan kedalam jurnal ini. Kontribusi penulis berupa saran atau solusi
yang komprehensif dan mendalam diharapkan dapat dikembangkan berdasarkan
pengamatan atau pengalaman hasil refleksi terhadap permasalahan dan kenyataan di
lapangan. Kita dapat secara bersama-sama mewujudkan peningkatan mutu dan
relevansi pendidikan melalui semangat pengabdian, rasa kepemilikan, dan tekad untuk
memajukan pendidikan di tanah air.

Semoga kehairan jurnal ini dapat memacu pemikiran-pemikiran yang menggali


hingga ke akar permasalahan dan bermanfaat bagi semua pihak yang bergerak
dibidang pendidikan. Kritik dan saran bagi penyempurnaan penerbitan jurnal ini di
masa yang akan datang dapat disampaikan kepada Dewan Penyunting yang dengan
senang hati menerima dan menjadikannya sebagai masukan untuk meningkatkan
mutu jurnal.

Ketua Penyunting
DAFTAR ISI

Analisis Kelemahan Eksplanasi Mahasiswa Kaitannya dengan Budaya Kerja dan


Pengembangan Kecerdasan Inter-Intrapersonal Dalam Perkuliahan Elektrometri
Sri Wardani (1219 - 1229)

Pengaruh Model Team Assisted Individualization dengan Structure Exercise Method


Terhadap Hasil Belajar
Fanny Firman Syah*, Antonius Tri Widodo dan Sri Nurhayati (1230 - 1240)

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia dengan Pendekatan Project-Based Learning


Didi Kurniadi*, Kasmadi Imam Supardi dan Latifah (1241 - 1249)

Pengembangan Rubrik Performance Assessment pada Praktikum Hidrolisis Garam


Nila Puspitasari*, Sri Haryani dan Nuni Widiarti (1250 – 1259)

Pembelajaran Berbasis Praktikum Bervisi Sets untuk Meningkatkan Keterampilan


Laboratorium dan Penguasaan Kompetensi
Shinta Nur Baeti*, Achmad Binadja dan Endang Susilaningsih (1260 – 1270)

Keefektifan Strategi Metakognitif Berbantu Advance Organizer untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Kimia Siswa
Zara Bunga Namira*, Ersanghono Kusumo dan Agung Tri Prasetya (1271 - 1280)

Keefektifan Inkuiri Terbimbing Berorientasi Green Chemistry terhadap Keterampilan


Proses Sains
Nur Amalia Afiyanti*, Edy Cahyono dan Soeprodjo (1281 - 1288)

Keefektifan Pembelajaran Berorientasi Chemoentrepreneurship pada Pemahaman


Konsep dan Kemampuan Life Skill Siswa
Novita Nurmasari*, Supartono dan Sri Mantini Rahayu Sedyawati (1289 – 1299)

Penerapan Pembelajaran Group Investigation Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Koloid
Arinda Dian Wijayanti* dan Eko Budi Susatyo (1300 – 1308)

Implementasi Praktikum Aplikatif Berorientasi Chemoentrepreneurship Terhadap


Peningkatan Hasil Belajar Kimia
Fina Haziratul Qudsiyah*, Subiyanto Hadisaputro dan Woro Sumarni (1309–1318)
Sri Wardani, Analisis Kelemahan Eksplanasi.... 1219

ANALISIS KELEMAHAN EKSPLANASI MAHASISWA KAITANNYA


DENGAN BUDAYA KERJA DAN PENGEMBANGAN KECERDASAN
INTER-INTRAPERSONAL DALAM PERKULIAHAN ELEKTROMETRI

Sri Wardani*

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang


Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035
E-mail : menuksriwardani@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kelemahan mahasiswa


dalam mengekplanasi prosedur, gejala yang teramati, dan konsep-konsep dasar dalam
perkuliahan elektrometri berbasis aktivitas laboratorium yang dikaitkan dengan budaya kerja
dan pengembangan kecerdasan inter-intrapersonal. Penelitian ini menggunakan subyek 30
mahasiswa pendidikan kimia yang mengambil mata kuliah praktikum kimia analisis instrumen.
Data dikumpulkan melalui tes awal secara tertulis dan pertanyaan lisan pada saat mahasiswa
melaporkan data pengamatan. Rerata nilai untuk eksplanasi prosedur, gejala yang teramati,
serta konsep-konsep dasar berturut-turut adalah 60; 61 dan 59 (skor 100). Kegiatan praktikum
yang berlangsung sampai saat ini tidak memberi peluang pengembangan kemampuan inter-
intrapersonal mahasiswa seperti identifikasi informasi, mengelaborasi informasi, diskusi untuk
mengembangkan dan mengevaluasi prosedur, menyusun konsep baru dan membuat laporan.
Oleh sebab itu perlu diupayakan perkuliahan elektrometri berbasis aktivitas laboratorium yang
memberi kesempatan mahasiswa mengembangkan kecerdasan inter-intrapersonal yang
dikaitkan juga dengan budaya kerja orang jawa.

Kata kunci: aktivitas laboratorium, budaya kerja, elektrometri, inter-intrapersonal

ABSTRACT

This study aims to gain an overview of student weakness in explanation of procedures,


symptoms observed, and the basic concepts in the lecture of electrometry based laboratory
activities associated with the work culture and the development of inter-intrapersonal
intelligence. This study used 30 subjects, they are chemistry education students who take
courses in analytical chemistry lab instruments. Data were collected through preliminary tests in
writing and oral questions during student reported observational data. The mean value for the
explanation of the procedure, the symptoms observed, as well as the basic concepts are
respectively 60, 61 and 59 (score 100). Practicum that lasts to this day do not give opportunity
to develop inter-intrapersonal ability students such as information identification, information
elaborating, discussions to develop and evaluate procedures, formulate new concepts and
create reports. Therefore it is necessary to built the electrometry lecture-based lab activities that
give students the opportunity to develop inter-intrapersonal intelligence which is also associated
with the work culture of Java.

Keywords: electrometry, inter-intrapersonal, lab activity, work culture

PENDAHULUAN

Pembelajaran kimia sebagai (Depdiknas, 2003). Melalui kegiatan tersebut


bagian dari sains diharapkan menjadi peserta didik memperoleh pengalaman dan
wahana bagi mahasiswa untuk mempelajari menemukan sendiri produk sains. Salah
dirinya sendiri dan alam sekitarnya melalui satu cara untuk mendapatkan pengalaman
pemberian pengalaman secara langsung dan menemukan sendiri suatu produk sains
1220 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014 Halaman 1219 - 1229

adalah melalui perkuliahan berbasis aktivitas Pretes dilakukan secara tertulis dan lisan
laboratorium. yang mengutamakan pemahaman konsep
Aktivitas laboratorium merupakan dan penjelasan prosedur. Setiap kelompok
salah satu cara para ilmuwan menemukan terdiri dari 3-4 mahasiswa, pada umumnya
ilmu pengetahuan, eksperimen merupakan hanya 1-2 mahasiswa saja yang dapat
kegiatan laboratorium yang pada umumnya memberikan penjelasan dengan baik,
digunakan untuk membuktikan suatu teori meskipun mata kuliah praktikum diberikan
(verifikasi). Oleh karena itu eksperimen sesudah mata kuliah teori.
mempunyai peranan penting dalam pem- Perkuliahan elektrometri terkait
belajaran. Kegiatan eksperimen merupakan pemahaman konsep sebagaimana tercan-
aktifitas istimewa yang berfungsi untuk tum dalam kurikulum inti butir praktikum
melatih dan memperoleh umpan balik serta kimia analisis instrumen, yakni mampu
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. mengembangkan konsep kimia dengan
Eksperimen dapat digunakan memanfaatkan teknologi dan seni, serta
untuk mengembangkan kompetensi ranah menggunakan peralatan kimia dalam me-
psikomotorik, kognitif, dan afektif. Ranah ngembangkan konsep elektrometri. Kedua
psikomotorik meliputi keterampilan meran- butir kompetensi tersebut mengisyaratkan
cang, menentukan variabel, mengajukan bahwa pengembangan konsep dasar
pertanyaan, menentukan dan menggunakan elektrometri dalam rangka pembekalan
peralatan, serta melaksanakan prosedur kompetensi dasar elektroanalitik yang dapat
penggunaan alat dan melakukan observasi. dicapai melalui aktivitas laboratorium yang
Ranah kognitif diantaranya melalui kegiatan terencana dengan baik.
merumuskan masalah, menetapkan tujuan Aktivitas laboratorium yang
yang spesifik, memaparkan landasan teori terencana dengan baik harus mengacu
secara sekuensial dan sistematis, merumus- pada kemampuan dasar analitik yang harus
kan hipotesis, merumuskan prosedur yang dimiliki oleh mahasiswa calon guru.
benar, membuat prediksi, mengevaluasi Kemampuan dasar yang harus dimiliki
hasil observasi, membuat pembahasan dan berupa pemahaman konsep dasar elektro-
interpretasi, dan melaporkan hasil, serta analitik, tehnik analisis dan penerapan
menyimpulkan hasil eksperimen. Ranah analisis pada sampel. Selain itu dengan
afektif meliputi antara lain bekerja sama, pemahaman yang dimilikinya diharapkan
berbagi pengetahuan, berkomunikasi dan mahasiswa dapat menyelesaikan permasa-
menghargai pendapat orang lain. lahan terkait teknik analisis secara
Pelaksanaan Aktivitas laborato- elekrometri. Hasil field study yang dilakukan
rium kimia analitik yang berlangsung saat ini pada semester gasal 2009-2010 untuk mata
pada umumnya diawali dengan pretes, kuliah praktikum kimia analisis instrumen
praktikum sesuai prosedur, mencatat data menunjukan hasil pretes pemahaman
pengamatan dan melaporkan pada dosen, konsep teori elektrometri antara lain 80%
serta membuat laporan akhir praktikum. mendapat nilai di bawah 50 (skor 100),
Sri Wardani, Analisis Kelemahan Eksplanasi.... 1221

sedangkan 20% mendapat nilai antara 50- sama team (Lazear, 2004; Cacciatore dan
79. Kondisi ini disebabkan oleh pemahaman Sevian, 2009)
konsep teori elektroanalitik mahasiswa calon Hasil penelitian Prasetyo, et al.,
guru yang masih rendah. Komentar (2008) menunjukkan bahwa pada praktikum
mahasiswa mengenai alasan terjadinya elektrometri, perolehan skor mahasiswa
kondisi tersebut adalah karena sebelum adalah 70 (dari skor total 100) sebanyak
melihat alat dan melakukan praktikum, 35,31%. Kekurangmampuan mahasiswa
mereka masih salah dalam memahami dalam menjelaskan apa yang dilakukan dan
konsep. Diharapkan dengan melakukan gejala yang teramati, terjadi karena aktivitas
kegiatan praktikum di laboratorium akan laboratorium yang dilakukan selama ini
membuat mahasiswa menjadi lebih jelas masih bersifat verifikatif. Kondisi terkait
dalam memahami konsep. permasalahan kurang bermaknanya prakti-
Kebiasaan bekerja ilmiah, di- kum kimia termasuk kimia analitik, juga
laksanakan melalui aktivitasi laboratorium, dinyatakan oleh Adami (2006); Amara-
membuat ilmuwan memiliki kemampuan siriwardena, (2007); Kipnis dan Hofstein,
berpikir, sehingga mereka terampil dalam (2007).
memecahkan berbagai masalah, tidak Manusia di dalam kehidupannya
hanya masalah dalam bidangnya namun tidak dapat diputuskan dari akar kebudaya-
juga masalah di luar bidang dalam kehidu- annya, karena akar kebudayaan inilah yang
pannya. Laporan laboratorium Amerika sesungguhnya memberikan identitas
dalam NRC (2005) menyimpulkan bahwa eksistensinya sebagai manusia. Oleh karena
buku petunjuk praktikum sudah tidak efektif itu pengetahuan tentang kebudayaan yang
lagi untuk pengajaran sains. Aktivitas telah lampau, walaupun kebudayaan itu
laboratorium dapat membangun pemaham- telah punah, akan selalu memperkokoh
an konsep, keterampilan praktek dan identitas manusia sekarang (Suranto, 2009).
perbaikan metakognisi, merupakan cara Indonesia yang merupakan negara kepulau-
untuk mengembangkan kecerdasan intra- an terdiri dari berbagai budaya, antara lain
personal. Identifikasi tujuh tujuan pem- benda, tradisi dan nilai-nilai budaya jawa
belajaran dengan aktivitas laboratorium peninggalan nenek moyang yang masih ada
antara lain: membangun teori, membangun sampai sekarang. Benda dan tradisi yang
kompetensi dasar, dan membangun masih ada sampai sekarang adalah keris,
kemampuan berpikir kompleks merupakan batik, candi, rumah joglo, jamu, bahasa jawa
pengembangan kecerdasan logical- dan huruf jawa, tarian jawa dan gamelan.
mathematic. Dalam kerja empirik terdapat Nilai budaya jawa yang juga masih ada
alternatif dalam mengembangkan kecer- sampai sekarang misalnya, aja lali nalika
dasan interpersonal yakni membangun lara lapa artinya berjuang mencapai cita-
keterampilan praktek, membangun pema- cita, menanamkan setiakawan; aja metani
haman konsep, mengembangkan ilmu dan alaning liyan artinya menghargai orang lain;
pembelajarannya, serta membangun kerja aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa
1222 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014 Halaman 1219 - 1229

artinya belajar bisa merasakan rasa; narima bermacam kecerdasan. Ada delapan jenis
ing pandum artinya selalu bersyukur; rukun kecerdasan yang teridentifikasi, adapun
agawe santosa artinya menciptakan kerja delapan jenis kecerdasan tersebut adalah
sama yang baik; sugih tanpa bandha artinya kecerdasan linguistic, kecerdasan logical
membagi ilmu dengan teman; alon-alon mathematic, kecerdasan spatial-visual,
waton kelakon artinya walaupun pelan tetapi kecerdasan musical-rhythmic, kecerdasan
harus tercapai, ojo dumeh artinya jangan bodily-kinesthetic, kecerdasan interpersonal,
sombong (Purwadi, 2004). kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan
LPTK sebagai lembaga yang naturalist (Lazear, 2004).
mempersiapkan calon guru sains harus Kecerdasan interpersonal, meru-
membekali mahasiswanya sesuai standar pakan kecerdasan dalam berhubungan dan
kemampuan calon tenaga kependidikan memahami orang lain di luar dirinya.
yang meliputi aspek: kepribadian sebagai Kecerdasan tersebut menuntun individu
tenaga kependidikan, materi bidang untuk melihat berbagai fenomena dari sudut
spesialisasi, cara penyampaian, evaluasi pandang orang lain, agar dapat memahami
hasil belajar serta keprofesian (Depdiknas, bagaimana mereka melihat dan merasakan,
2002). Demikian juga calon guru sains harus sehingga terbentuk kemampuan yang bagus
memiliki bekal pengetahuan yang terin- dalam mengorganisasikan tim, menjalin
tegrasi antara kemampuan bidang studi dan kerjasama dengan orang lain ataupun
kemampuan mengajar sains (NRC, 1996). menjaga kesatuan dalam suatu kelompok.
Pada hakekatnya kemampuan Kemampuan tersebut ditunjang dengan
bidang studi dan kemampuan mengajar bahasa verbal dan nonverbal untuk mem-
sains berhubungan erat dengan multiple buka saluran komunikasi dengan orang lain.
intelligence seseorang. Multiple intelligence Kecerdasan interpersonal terdiri dari
merupakan kemampuan untuk memecahkan tahapan mengumpulkan dasar pengeta-
masalah dalam situasi budaya atau huan, tahap menerima masukan teman-
komunitas tertentu, yang terdiri dari delapan teman dan menyamakan dengan pendapat
macam kecerdasan. Meskipun demikian, sendiri, kemudian analisis informasi dan
jumlah tersebut bisa lebih atau kurang, tapi processing yaitu tahapan menghubungkan
jelas bukan hanya satu kapasitas mental. pendapat teman dengan pendapat sendiri
Kecerdasan menurutnya merupakan untuk menyamakan pemahaman konsep
kemampuan untuk menangkap situasi baru dalam kerja kelompok, serta tahapan ber-
serta kemampuan untuk belajar dari pikir tingkat tinggi dan penalaran merupakan
pengalaman masa lalu seseorang. tahap menyimpulkan dan mengembangkan
Kecerdasan bergantung pada hasil diskusi untuk mengembangkan
konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan penelitian dan mengidentifikasi pendapat
oleh kehidupan, lingkungan dan budaya dalam bentuk pertanyaan (Lazear, 2004).
dimana kita hidup dan mengembangkan diri. Kecerdasan intrapersonal, tergan-
Setiap manusia diciptakan dengan tung pada proses dasar yang memung-
Sri Wardani, Analisis Kelemahan Eksplanasi.... 1223

kinkan individu untuk mengklasifikasikan rapkan, hendaknya dilakukan pembenahan


dengan tepat perasaan-perasaan mereka, model pembelajaran, tidak hanya mene-
misalnya membedakan sakit dan senang kankan penguasaan konsep kimia, tetapi
dan bertingkah laku tepat sesuai keterampilan berpikir, meng-komunikasikan
pembedaan tersebut. Kecerdasan ini proses dan hasil belajar kimia dalam
memungkinkan individu untuk membangun pembelajaran kimia di sekolah lanjutan,
model mental mereka yang akurat, dan serta membekali calon guru kimia dengan
menggambarkan beberapa model untuk keterampilan laboratorium berpendekatan
membuat keputusan yang baik dalam hidup interintrapersonal dan inqury (Lazear, 2004;
mereka. Kecerdasan intrapersonal terdiri NSTA dan AETS, 1998; NRC, 2005).
dari tahapan mengumpulkan dasar Perkuliahan elektrometri berbasis
pengetahuan, melihat sumber informasi dari aktivitas laboratorium sangat sesuai untuk
buku dan internet agar dapat meng- mengembangkan kecerdasan inter-
hubungkan dengan permasalahan yang intrapersonal dan kecerdasan logical-
ada, kemudian tahapan analisis informasi mathematic (Lasear, 2004), karena melalui
dan processing yaitu tahapan pengembang- mata kuliah ini diharapkan calon guru
an penemuan untuk menjawab permasalah- mampu menggali kemampuan diri,
an yang ada serta tahapan berpikir tingkat merencanakan percobaan, serta meng-
tinggi dan penalaran yang merupakan tahap gunakan berbagai instrumen yang memang
transformasi konsep dasar menjadi diperlukan dalam salah satu langkah
pendapat sendiri dengan menyusun konsep pemecahan masalah (Amarasiriwardena,
baru dari proses pemecahan masalah dan 2007; Adami, 2006).
dapat menunjukan pemahaman konsep Penelitian ini bertujuan untuk
dengan cara membuat laporan (Lazear, memperoleh gambaran keterkaitan ekspla-
2004 ). nasi mahasiswa sebagai hasil belajar
Dengan pelaksanaan praktikum praktikum kimia analitik instrumen yang
seperti yang telah diuraikan sebelumnya, selama ini dilakukan dengan budaya kerja
yaitu model praktikum verifikasi, peluang dan pengembangan kemampuan inter-
mahasiswa mendapatkan latihan berupa intrapersonal. Hal ini dilakukan untuk
permasalahan yang menantang tidak bisa mengetahui budaya kerja yang dapat
dilakukan. Model praktikum verifikasi dikembangkan dan apakah ada hubungan-
bertujuan agar peserta didik siap meng- nya dengan indikator inter-intrapersonal
hadapi tugas dan tantangan dalam dunia yang dikembangkan pada perkuliahan
kerja yaitu mengajar berbasis aktivitas elektrometri berbasis aktivitas laboratorium.
laboratorium di sekolah.
Berdasarkan uraian di atas maka METODE PENELITIAN
diperlukan perubahan pola pembelajaran
Penelitian ini merupakan penelitian
kimia di LPTK. Untuk mengembangkan
deskriptif yang ditujukan untuk memperoleh
kecerdasan interintrapersonal yang diha-
1224 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014 Halaman 1219 - 1229

gambaran tentang keterkaitan eksplanasi instrumen, maupun praktikum kimia analitik


mahasiswa dalam memahami konsep- lainnya. Dari 30 mahasiswa praktikan, hanya
konsep dasar, prosedur dan gejala yang 7 mahasiswa yang mampu menjawab
teramati dengan budaya kerja dan dengan baik, atau yang sering terjadi dalam
kecerdasan inter-intrapersonal yang satu kelompok hanya 1 yang benar-benar
terkembangkan dalam perkuliahan kimia menjawab dengan baik. Soal-soal yang
analisis instrumen. Penelitian ini dilakukan diberikan secara keseluruhan meliputi
pada tahun ajaran 2010/2011 dengan prinsip dasar metode, manfaat komponen
melibatkan 30 mahasiswa yang mengontrak peralatan/ instrumen, serta maksud langkah
mata kuliah kimia analisis instrumen, dalam prosedur.
termasuk didalamnya pada materi elektro- Pada saat mahasiswa melaporkan
metri. Materi praktikum elektrometri meliputi hasil data pengamatan dan sewaktu
substansi kajian Penentuan Tetapan melakukan praktikum, peneliti menanyakan
Disosiasi Asam Lemah secara Potensio- secara lisan terkait konsep dasar praktikum,
metri, Penentuan Tetapan Hidrolisis (Kh) gejala yang teramati, dan data pengamatan
Garam Pb(NO3)2, dan Tetapan Hasil Kali yang dihasilkan. Hasil jawaban mahasiswa
Kelarutan (Ksp) Garam PbSO4 dan PbI2 yang menunjukkan kelemahan eksplanasi
serta Titrasi Konduktometri. mahasiswa dianalisis dan dihubungkan
Pengambilan data dilakukan dengan budaya kerja dan kemampuan inter-
dengan tes lisan, catatan lapangan untuk intrapersonal. Hasil analisis ditampilkan
menilai eksplanasi dan melalui angket/ pada Tabel 1.
kuisioner untuk budaya kerja yang terkait Kekurangmampuan mahasiswa
diolah dengan deskriptif presentasi. dalam menjelaskan apa yang dilakukan dan
Kelemahan eksplanasi mahasiswa dalam gejala yang teramati, terjadi karena aktivitas
menjawab dianalisis dan dikaitkan dengan laboratorium yang dilakukan selama ini
kecerdasan inter-intrapersonal dan budaya masih bersifat verifikatif. Kondisi terkait
kerja. permasalahan kurang bermaknanya
praktikum kimia termasuk kimia analitik, juga
HASIL DAN PEMBAHASAN dinyatakan oleh Adami (2006),
Amarasiriwardena (2007), Kipnis dan
Pelaksanaan praktikum diawali
Hofstein (2007).
dengan pretes yang dilakukan secara lisan.
Ashkenazi dan Weaver (2007)
Tes awal ini dimaksudkan untuk mengetahui
menyatakan bahwa pembelajaran berbasis
kesiapan mahasiswa dalam melaksanakan
riset meningkatkan pemahaman konsep
praktikum, khususnya pengetahuan tentang
mahasiswa. Adami (2006) melalui pembe-
prosedur. Pada umumnya mereka tidak
lajaran berbasis proyek yang dinamakan
mampu menjelaskan maksud langkah
TAP (Total Analytical Project) mampu
percobaan yang akan dilakukan, dan hal ini
meningkatkan motivasi siswa, menumbuh-
selalu terjadi pada praktikum kimia analisis
kan rasa tanggung jawab dan kemandirian,
Sri Wardani, Analisis Kelemahan Eksplanasi.... 1225

serta keterampilan berkomunikasi. Atmara- naan praktikum berbasis proyek, mahasiswa


siriwardena (2007) telah melakukan dilatih sebagai seorang analis sehingga
penelitian dalam praktikum kimia analitik lebih meningkatkan keterampilan maha-
yang dimaksudkan untuk memper-baiki siswa.
pelaksanaan praktikum yang selama ini
berlangsung, mereka memperbaiki pelaksa-

Tabel 1. Rangkuman kelemahan eksplanasi mahasiswa dalam praktikum kimia analisis


instrumen

Jumlah
No Substansi kajian Gejala yang teramati dari mahasiswa Mahasiswa
(%)

1 Penentuan tetapan a. Tidak bisa menjelaskan mengapa titrasi 60


disosiasi asam lemah potensiometri yang sedang dikerjakan
secara potensiometri semestinya tercapai pada pH>7
b. Hasil harga Ka yang diperoleh dengan 4 cara 50
masing-masing berbeda. Pada umumnya
mahasiswa tidak berusaha membahas cara
mana yang paling teliti, serta belum banyak
yang membandingkan dengan Ka dalam literatur
c. Kurang mampu menjelaskan mengenai 73
maksud tiap tahap langkah dalam prosedur
seperti:
1) Mengapa harus dicari titik ekivalen
2) Apa tujuan dibuat kurva titrasi
3) mengapa dicari pH pada setengah titik
ekivalen.
2 Penentuan tetapan a. Tidak mengetahui bahwa ada kesalahan data pH 47
hidrolisis (Kh) garam larutan Pb(NO3)2 , yakni yang disebabkan kurang
Pb(NO3)2 , dan tepat dalam membuat larutan
Tetapan Hasil kali b. Tidak mengetahui bahwa larutan Pb(NO3)2
kelarutan (Ksp) garam yang kurang tepat berakibat ketidaktepatan hasil 57
PbSO4 dan PbI2 Kh maupun Ksp
c. Tidak mengetahui mengapa daerah pH larutan 63
(Pb(NO3)2 semestinya lebih kecil dari 7
d. Tidak mengetahui mengapa pH PbSO4 dan PbI2 50
harus masuk dalam daerah pH Pb(NO3)2

3 Titrasi Konduktometri a. Tidak mengetahui kapan titik ekivalen tercapai, 57


karena tidak mampu memprediksi dari
konsentrasi larutan yang digunakan, sehingga
seringkali terjadi titrasi sudah berakhir meskipun
titik ekivalen belum tercapai.
b. Pembuatan grafik terkesan asal membuat, absis
dan ordinat tidak diberi nama dan skala kurang 67
diperhatikan sehingga hasil letak titik ekivalen
kurang tepat.
1226 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014 Halaman 1219 - 1229

63

Rerata 62
Nilai 61
60
59 Prosedur
Gejala
58 Konsep
57
56
55
Ka Kh dan Ksp Konduktrometri Rerata Total

Gambar 1. Rerata nilai eksplanasi aspek prosedur, gejala yang teramati, dan konsep dasar

Dengan pelaksanaan praktikum kan kecerdasan logical-mathematic dan


seperti yang telah diuraikan sebelumnya kecerdasan inter-intrapersonal mahasiswa
yaitu model praktikum verifikasi, peluang (Lazear, 2004; Purwadi, 2006).
mahasiswa mendapatkan latihan berupa Terkait pemecahan masalah
permasalahan yang menantang tidak bisa menurut Lazear dan Sevian praktikum
dilakukan, padahal seharusnya dibekalkan, dengan menggunakan prosedur sudah tidak
agar siap menghadapi tugas dan tantangan efektif, idealnya praktikum dapat mengem-
dalam dunia kerja yaitu mengajar berbasis bangkan kemampuan interper-sonal terdiri
aktivitas laboratorium di sekolah. dari tahapan mengumpulkan dasar
Aktivitas laboratorium dalam pengetahuan merupakan tahap menerima
proses belajar sains termasuk kimia, masukan teman-teman dan menyamakan
seharusnya dilakukan melalui tahapan dengan pendapat sendiri, kemudian analisis
eksplorasi dari pengalaman yang dimiliki- informasi dan prosesing yaitu tahapan
nya, mencari jurnal pendukung dan menghubungkan pendapat teman dengan
mengembangkannya, persiapan kerja untuk pendapat sendiri untuk menyamakan
kegiatan bekerja ilmiah. Kemudian dimulai pemahaman konsep dalam kerja kelompok,
aktivitas laboratorium dengan observasi data dan tahapan berpikir tingkat tinggi dan
primer dan atau sekunder dengan penalaran merupakan tahap menyimpulkan
melibatkan kemampuan dasar bekerja dan mengembangkan hasil diskusi untuk
ilmiah, sampai dengan menemukan mengembangkan penelitian dan mengidenti-
kesimpulan yang menjadi pengetahuan fikasi pendapat dalam bentuk pertanyaan
baru. Sehingga aktivitas laboratorium sangat (Lazear, 2004; Sevian, 2009).
mengembangkan infiltrasi budaya jawa Juga dapat mengembangkan
kearah yang positip dan juga mengembang- kecerdasan intrapersonal, kemampuan ini
Sri Wardani, Analisis Kelemahan Eksplanasi.... 1227
memungkinkan individu untuk membangun menjadi pendapat sendiri dengan
model mental mereka yang akurat, dan menyusun konsep baru dari proses
menggambarkan beberapa model untuk pemecahan masalah dan dapat menunjuk-
membuat keputusan yang baik dalam hidup an pemahaman konsep dengan cara
mereka. Kecerdasan intrapersonal terdiri membuat laporan (Lazear, 2004 ).
dari tahapan mengumpulkan dasar Dalam proses pengembangan
pengetahuan merupakan tahapan melihat kecerdasan inter-intrapersonal juga perlu
sumber informasi dari buku dan internet dikaitkan dengan budaya kerja orang jawa
agar dapat menghubungkan dengan yang lebih menghidupkan sikap kerja nastiti
permasalahan yang ada, kemudian tahapan ngati-ati, tekun-sabar dan dapat bekerja
analisis informasi dan prosesing yaitu sama/gotong royong dengan baik diperkuat
tahapan pengembangan penemuan untuk dengan pendapat mahasiswa dari hasil uji
menjawab permasalahan yang ada dan coba kelas besar dan kelas percobaan
tahapan berpikir tingkat tinggi dan penalaran sebagai berikut disajikan dalam Tabel 3.
merupakan tahap transformasi konsep dasar

Tabel 3. Hasil observasi budaya kerja kelas uji coba dan implementasi (%)
Kecerdasan Inter
Uji coba Implementasi
No Budaya kerja Intrapersonal yang
% %
terkembangkan
1 93 95 Nastiti ngati-ati Kecerdasan intrapersonal
2 81 100 Rukun agawe santosa Kecerdasan interpersonal
3 80 89 Alon-alon waton kelakon Kecerdasan intrapersonal
4 90 91 Sabar,tekun Kecerdasan intrapersonal
5 75 86 Ojo dumeh Kecerdasan interpersonal
6 80 94 Gotong royong Kecerdasan interpersonal

(Wardani, 2011)

Konsep dasar praktikum yang aktivitas laboratorium dengan pengem-


berhubungan dengan pemahaman konsep, bangan kecerdasan inter-intrapersonal,
merupakan kelemahan yang selama ini seperti identifikasi informasi, mengelaborasi
selalu muncul. Keadaan ini menyebabkan informasi, diskusi untuk mengembangkan
ketidaktahuan mahasiswa bahwa data dan mengevaluasi prosedur, menyusun
pengamatanya sangat menyimpang dan konsep baru dan membuat laporan. Model
mereka tidak mampu menjelaskan. ini juga dapat mengaktifkan budaya kerja
Kesalahan baru diketahui pada saat jawa yang sudah ada sejak lingkungan
melaporkan data hasil pengamatan. keluarganya.
Keadaan ini dapat diperbaiki dengan
penerapan model praktikum berbasis
1228 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014 Halaman 1219 - 1229

SIMPULAN Concepts: The Case Of Teaching


Solvent Miscibility, Chemistry
Kelemahan eksplanasi mahasiswa Education Research and Practice.
terkait prosedur, gejala yang teramati, dan
konsep-konsep dasar terjadi karena pola Cacciatore,K.L. dan Sevian, H., 2009,
pelaksanaan perkuliahan kimia analisis Incrementally Approaching an
instrumen yang belum mengembangkan Inquiry Lab. Curriculum: Can
model berbasis aktivitas laboratorium. Changing a Single Laboratory
Rerata nilai untuk eksplanasi prosedur, Experiment Improve Student
gejala yang teramati, serta konsep-konsep Performance in General
dasar berturut-turut adalah 60, 61 dan 59. Chemistry?, Chemical Education
Oleh karena itu perlu diupayakan suatu Research. Vol 86, No 4.
kegiatan perkuliahan analisis instrumen Depdiknas, 2003, Kurikulum 2004: Standar
berbasis aktivitas laboratorium yang selain Kompetensi Mata Pelajaran Kimia,
mengembangkan keterampilan dasar mela- Jakarta: Departemen Pendidikan
kukan praktikum dan pemahaman konsep Nasional.
juga mengembangkan kemampuan peme- Haryani, S., Prasetyo, A.T. dan Wardani,
cahan masalah, sehingga kecerdasan S., 2008, Pengembangan Panduan
inter-intrapersonal dan budaya kerja dapat Praktikum Untuk Meningkatkan
terkembangkan. Eksplanasi Mahasiswa Dalam
Praktikum Kimia Analisis Instrument,

DAFTAR PUSTAKA Prosiding Seminar Nasional Kimia


dan Pendidikan Kimia 2008.
Adami, G. A., 2006, New Project-Based Kipnis, M. dan Hofstein, A., 2007, The
Lab for Undergraduate Environmental Inquiry Laboratory As A Source For
and Analytical Cemistry, Journal of Development Of Metacognitive Skills.
Chemical Education, Vol 83, No 2. International Journal of Science and
Amarasiriwardena, D., 2007, Teaching Mathematics Education.
Analytical Atomic Spectroscopy Lazear, D., 2004, Higher-Order Thingking
Advances In An Environmental the Multipple Intelligences Way.
Chemistry Class Using A Project- Chicago: Zephir Press.
Based Laboratory Approach: NRC (National Research Council), 1996,
Investigation Of Lead And Arsenic National Science Education
Distributions In A Lead Arsenate Standard, Washington DC: National
Contaminated Apple Orchard, ABCS Academic Press.
of Teaching Analytical Science. National Science Teacher Association &
Ashkenazi, G. dan Weaver, G.C., 2007, Association for The Education of
Using Lecture Demonstrations to Teachers in Science, 1998, Standar
Promote The Refinement Of
Sri Wardani, Analisis Kelemahan Eksplanasi.... 1229

for Science Teacher Preparation, NY:


NSTA & AETS.
Purwadi, 2006, Babad Tanah Jawa:
Menelusuri Sejarah Kejayaan
Kehidupan Jawa Kuno,
Yogyakarta: Panji Pustaka.
Suranto, P., 2009, Gusti Ora Sare,
Yogyakarta: Penerbit Adiwacana.
Wardani, S., 2011, Potensi Budaya Jawa
dalam Meningkatkan Muliple
Intelligence Mahasiswa Calon Guru
Kimia. Proceeding Seminar Nasional
Kimia dan Pendidikan Kimia 2011.
1230 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1230 - 1240

PENGARUH MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION


DENGAN STRUCTURE EXERCISE METHOD
TERHADAP HASIL BELAJAR

Fanny Firman Syah*, Antonius Tri Widodo dan Sri Nurhayati


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035
E-mail : el_firman.new2010@ymail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar antara siswa
dengan pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan Structure Exercise Method
(SEM) berfasilitasi LKS dibandingkan dengan siswa yang hanya dengan pembelajaran TAI, dan
siswa tanpa model TAI dan SEM, serta manakah penerapan metode yang terbaik dari ketiga
perlakuan sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif metode yang lebih baik. Desain penelitian
ini adalah pretest and postest control group design. Sampel diambil dengan teknik cluster
random sampling. Berdasarkan hasil analisis diperoleh rata-rata hasil belajar kognitif kelas
eksperimen I sebesar 84,67, kelas eksperimen II sebesar 82,41, dan kelas kontrol sebesar
76,61. Hasil uji Anava menunjukkan perbedaan rata-rata yang signifikan antara ketiga kelas. Uji
pasca Anava Scheffe menunjukkan adanya perbedaan rata-rata yang signifikan antara masing-
masing kelas dan menunjukkan bahwa kelas eksperimen I merupakan kelas dengan hasil
belajar terbaik. Pengaruh penerapan model TAI dengan SEM sebesar 20,82%. Hasil belajar
afektif dan psikomotorik pada kelas TAI dan SEM menunjukkan hasil yang terbaik dari ketiga
kelas. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu pembelajaran TAI dengan SEM berfasilitasi LKS
menghasilkan hasil belajar terbaik.

Kata kunci: hasil belajar; structure exercise method, team assisted individualization

ABSTRACT

This study aimed to investigate the differences of learning outcomes between students
with learning Team Asissted Individualization (TAI) and Structure Exercise Method (SEM)
equipped with student worksheet, students with simply TAI learning, and students without TAI
and SEM models, and which the implementation of model is the best ones that can be used as
an alternative better model. Experimental design of this study is a pretest and posttest control
group design. Samples were taken with cluster random sampling technique. Based on the
analysis the average cognitive achievement test of experimental class I is 84.67, experimental
class II is 82.41, and control class is 76.61. The Anova test results showed the average
difference is significant between the three classes. Scheffe's post-ANOVA test showed the
average difference is significant between each class and demonstrated that the experimental
class I is the class with the best learning outcomes. The contribution of aplication of TAI and
SEM models is 20,82%. Affective and Psychomotor learning outcomes of TAI and SEM class
showed that it is the best result from three class. The conclusion of this study that learning TAI
and SEM equipped with student worksheet produce the best learning outcomes.

Keywords: learning outcomes, structure exercise method, team assisted individualization

PENDAHULUAN bersifat hitungan matematis. Dalam proses


pemahamannya, seringkali siswa mengala-
Pembelajaran kimia pada umumnya
mi kesulitan sehingga siswa menjadi malas
menuntut siswa untuk mempelajari konsep-
dan berdampak pada perolehan hasil belajar
konsep kimia maupun materi kimia yang
Fanny Firman Syah, dkk, Pengaruh Model Team.... 1231

yang tidak maksimal. Salah satu faktor yang tifkan siswa dan membantu siswa dalam
mempunyai peranan yang sangat penting proses pembelajaran adalah penggunaan
adalah guru. Guru dituntut untuk dapat model pembelajaran Team Assisted Indi-
mendesain proses kegiatan pembelajaran vidualization (TAI). Model pembelajaran
yang inovatif, efektif dan interaktif sehingga Team Assisted Individualization merupakan
dapat menarik perhatian siswa, merangsang model pembelajaran yang menekankan
motivasi belajar siswa sehinga berdampak pada penerapan bimbingan antarteman
positif pada meningkatnya hasil belajar (Suyitno, 2011). Dalam hal ini siswa dibagi
siswa. menjadi beberapa kelompok secara
Pokok bahasan kelarutan dan hasil heterogen. Pada setiap kelompok ada salah
kali kelarutan merupakan materi kimia yang satu siswa yang memiliki kemampuan lebih
menuntut siswa untuk dapat menggabung- dari yang lain sebagai penanggung jawab
kan antara penguasaan konsep-konsep kelompok dan bertugas membimbing
kimia dan mengaplikasikannya dalam anggota kelompoknya yang masih kesulitan
perhitungan kimia, sehingga tidak jarang dalam memahami suatu materi (Slavin,
banyak siswa yang mengalami kesulitan 1984). Keyakinan akan keunggulan model
dalam mempelajari materi ini. Hasil pembelajaran Team Assisted Individuali-
observasi yang dilakukan di suatu SMA di zation diungkapkan Hooper dan Hannafin
Pekalongan, menunjukkan bahwa hasil dalam Yusuf, et al. (2012), bahwa
belajar kimia siswa kelas XI IPA pada pokok pembelajaran kooperatif atau berkelompok
bahasan kelarutan dan hasil kali masih erat hubungannya dengan pencapaian
belum maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan yang maksimal dari setiap
masih banyaknya siswa yang mendapatkan siswa pada kelompok yang heterogen,
nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal meskipun siswa dengan kemampuan baik
(KKM) yang ditetapkan yaitu 76. Dalam akan lebih baik dibanding siswa dengan
beberapa kasus guru menyadari bahwa kemampuan sedang ataupun rendah. Hal ini
proses penyampaian materi oleh guru didukung oleh hasil penelitian Awofala et al.
seringkali tidak dapat diterima baik oleh (2010) bahwa hasil belajar siswa dengan
siswa, namun yang disayangkan adalah model Team Assisted Individualization
ketika siswa belum memahami atau meningkat lebih baik daripada pembelajaran
menangkap materi yang disampaikan, siswa Framing strategy maupun konvensional.
enggan atau malas untuk bertanya, dengan Marijono (2006) dan Ariani, et al. (2008)
alasan malu atau takut untuk bertanya, juga memperoleh hasil temuan yang hampir
imbasnya selain pemahaman siswa sama bahwa prestasi belajar siswa
terhadap materi yang diajarkan menjadi mengalami peningkatan dengan pembelajar-
kurang, guru pun mengalami kesulitan an Team Assisted Individualization.
dalam mengukur tingkat pemahaman siswa. Selain penerapan model pembe-
Salah satu model pembelajaran lajaran TAI, untuk menambah tingkat
yang dapat digunakan untuk lebih mengak- pemahaman siswa dan tingkat kemandirian
1232 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1230 - 1240

siswa dalam mempelajari suatu materi, tanpa SEM dan LKS dan siswa yang tidak
penerapan model TAI dapat juga disertai diberi model pembelajaran TAI maupun
dengan penggunaan metode latihan ber- SEM berfasilitasi LKS pada pokok bahasan
struktur atau Structure Exercise Method kelarutan dan hasil kali kelarutan serta
yang difasilitasi dengan LKS. Metode latihan mengetahui besarnya kontribusi pengaruh
berstruktur atau Structure Exercise Method dari perbedaan perlakuan yang dilakukan.
dapat digunakan untuk meningkatkan
pemahaman siswa mengenai suatu materi METODE PENELITIAN
yang sedang dipelajari dengan adanya
Penelitian dilakukan di suatu SMA
pemberian latihan soal-soal berstruktur,
Negeri di Pekalongan pada materi kelarutan
yaitu penggunaan soal-soal yang dimulai
dan hasil kelarutan. Desain peelitian yang
dari soal dengan tingkat kesulitan rendah
digunakan adalah Pretest-Posttest Control
dan dilanjutkan ke soal dengan tingkat
Group Design. Populasi dalam penelitian ini
kesulitan yang lebih tinggi (Rusmansyah
adalah siswa kelas XI SMA tahun pelajaran
dan Irhasyuarna, 2002). Penelitian yang
2012/2013. Pengambilan sampel dilakukan
dilakukan Nugraha (2008) menunjukkan
dengan teknik cluster random sampling,
bahwa hasil belajar siswa mengalami
yaitu sampel diambil secara acak
peningkatan yang signifikan dengan metode
berdasarkan kelas-kelas tertentu (Sugiyono,
latihan berstruktur. Hal ini menguatkan
2010). Dalam penelitian ini diambil siswa-
bahwa metode latihan berstruktur dapat
siswa dari tiga kelas sebagai sampel dari
memberikan efek positif dalam pem-
keseluruhan tujuh kelas populasi. Peng-
belajaran.
gunaan model pembelajaran TAI dengan
Rumusan masalah dalam penelitian
SEM berfasilitasi LKS sebagai kelas
ini adalah apakah hasil belajar siswa yang
eksperimen I, model pembelajaran TAI
diberi model pembelajaran TAI dengan SEM
tanpa SEM dan LKS sebagai kelas
berfasilitasi LKS meningkat lebih baik
eksperimen II dan pembelajaran tanpa
daripada siswa yang hanya diberi model
model TAI, SEM dan LKS sebagai kelas
pembelajaran TAI tanpa SEM dan LKS dan
kontrol.
siswa yang tidak diberi model pembelajaran
Variabel bebas dalam penelitian ini
TAI maupun SEM berfasilitasi LKS pada
adalah model pembelajaran yang diguna-
pokok bahasan kelarutan dan hasil kali
kan. Variasi perlakuan pada kelompok
kelarutan serta berapakah kontribusi
eksperimen I adalah model pembelajaran
pengaruh dari perbedaan perlakuan yang
TAI dengan SEM berfasilitasi LKS, pada
dilakukan.
kelompok eksperimen II adalah model
Tujuan penelitian ini adalah untuk
pembelajaran TAI tanpa SEM dan LKS dan
mengetahui apakah hasil belajar siswa yang
pada kelompok kontrol adalah pembelajaran
diberi model pembelajaran TAI dengan SEM
tanpa model TAI dengan SEM dan LKS.
berfasilitasi LKS lebih baik daripada siswa
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
yang hanya diberi model pembelajaran TAI
Fanny Firman Syah, dkk, Pengaruh Model Team.... 1233

hasil belajar kimia siswa kelas XI suatu SMA Analisis selanjutnya adalah uji besarnya
Negeri di Pekalongan pada materi kelarutan kontribusi pengaruh dari perlakuan pada
dan hasil kali kelarutan. Variabel kontrol kelas eksperimen I dan II terhadap hasil
dalam penelitian ini adalah materi pelajaran, belajar kognitif siswa. Hasil belajar afektif,
kurikulum yang digunakan, dan jumlah jam psikomotor, dan hasil angket tanggapan
pelajaran. siswa dianalisis secara deskriptif. Kelas
Metode pengumpulan data dilaku- eksperimen I diterapkan model pembela-
kan dengan metode dokumentasi, metode jaran TAI dengan SEM berfasilitasi LKS,
tes, metode observasi, dan metode angket. kelas eksperimen II diterapkan model
Metode dokumenasi digunakan untuk pembelajaran TAI, dan kelas kontrol dengan
mendaftar nama, jumlah siswa, dan semua model pembelajaran konvensional.
data yang diperlukan dalam penelitian.
Metode tes digunakan untuk mendapatkan HASIL DAN PEMBAHASAN
data hasil belajar kognitif kimia siswa materi
Analisis data dilakukan pada nilai
kelarutan dan hasil kali kelarutan. Metode
pretest dan postest. Berdasarkan analisis
observasi ini digunakan untuk mengetahui
data pretest, rata-rata nilai pretest siswa
hasil belajar kimia siswa pada aspek afektif
pada masing-masing kelas sampel
dan psikomotor. Metode angket digunakan
mempunyai rata-rata nilai yang tidak
untuk memperoleh data tanggapan siswa
berbeda secara signifikan. Hal ini
terhadap pembelajaran.
menunjukkan bahwa sampel berangkat dari
Data penelitian hasil belajar kognitif
keadaan yang sama. Berdasarkan analisis
dianalisis dengan uji Anava untuk
data akhir (postest), rata-rata hasil tes hasil
mengetahui perbedaan hasil belajar antara
belajar siswa pada masing-masing kelas
kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan
eksperimen mempunyai perbedaan yang
kelas kontrol. Setelah diketahui adanya
signifikan. Rata-rata hasil belajar kelas
perbedaan pada ketiga kelas eksperimen,
eksperimen I lebih tinggi dibandingkan rata-
perhitungan dilanjutkan dengan uji pasca
rata hasil belajar kelas eksperimen II dan
Anava, yaitu uji Scheffe yang digunakan
kelas kontrol. Data rata-rata pretest, postest
untuk mengetahui adanya perbedaan yang
dan N-gain pretest-postest dapat dilihat
paling signifikan di antara ketiga kelas.
pada Tabel 1.

Tabel 1. Ringkasan rata-rata pretest, postest dan N-Gain pretest-posttest

No Kelas Pretest, Postest N-Gain


1. Eksperimen I 51,43 84,67 0,68
2. Eksperimen II 50,23 82,41 0,65
3. Kontrol 51,89 76,61 0,51
1234 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1230 - 1240

dengan SEM berfasilitasi LKS memberikan


Berdasarkan hasil analisis data
hasil belajar kognitif lebih baik daripada
diperoleh beberapa fakta dalam penelitian
penerapan model TAI tanpa SEM dan LKS,
ini yaitu terdapat perbedaan hasil belajar
dan pembelajaran konvensional. Sedangkan
kognitif siswa kelas eksperimen I, kelas
untuk menentu-kan besarnya peningkatan
eksperimen II, dan kelas kontrol. Perbedaan
hasil belajar kognitif dengan melihat nilai N-
hasil belajar kognitif ini selanjutnya diuji
gain rata-rata tiap kelasnya. Pada hasil
menggunakan uji pasca Anava Scheffe
analisis diketahui bahwa hasil belajar
untuk mengetahui manakah yang memiliki
kognitif kelas eksperimen I meningkat lebih
perbedaan rata-rata hasil belajar kognitif
baik daripada kelas eksperimen II dan kelas
yang terbaik dari ketiga kelas dengan
kontrol, atau dengan kata lain kelas
membandingkan hasil belajar kognitif
eksperimen I merupakan kelas yang
antarkelasnya. Uji dilakukan pada kelas
memiliki peningkat-an hasil belajar kognitif
eksperimen I dengan kelas eksperimen II,
terbaik.
kelas eksperimen I dengan kelas kontrol,
Pada dasarnya penelitian ini
dan kelas eksperimen I dengan kelas
merupakan penggabungan dari penerapan
kontrol. Dari hasil perhitungan diperoleh
model pembelajaran TAI dan penggunaan
fakta bahwa terdapat perbedaan hasil
metode latihan berstruktur (SEM) dimana
belajar yang signifikan antara kelas
diperoleh fakta bahwa hasil belajar kognitif
eksperimen I dengan kelas kontrobl,
siswa lebih baik daripada kelas dengan
sedangkan kelas eksperimen I dengan
hanya menerapkan model TAI saja. Proses
eksperimen II dan eksperimen II dengan
pembelajaran kelas eksperimen I dan kelas
kelas kontrol tidak terlihat adanya
eksperimen II menggunakan model pembe-
perbedaan yang signifikan. Oleh karena itu
lajaran TAI. Pembelajaran TAI dapat
untuk menentukan kelas mana yang
meningkatkan interaksi antar siswa, serta
merupakan kelas terbaik dapat dilihat pada
hubungan yang saling menguntung-kan
analisis pengaruh antar variabel, yaitu
antar mereka (Rohendi, et al., 2010). Siswa
dengan membandingkan besarnya kontri-
yang pandai dapat lebih mengembangkan
busi pengaruh dari perbedaan treatment
keterampilannya dengan membantu ang-
yang dilakukan pada kelas eksperimen I dan
gota kelompok yang meng-alami kesulitan,
kelas eksperimen II. Hasil analisis pengaruh
dan anggota kelompok yang mengalami
antar variabel diperoleh penera-pan model
kesulitan juga akan terbantu dengan adanya
TAI dengan SEM berfasilitasi LKS (kelas
pemberian assist dari siswa yang pandai di
eksperimen I) memberikan kontribusi
dalam kelompoknya. Adanya kesempatan
pengaruh sebesar 20,82% sedangkan
siswa dalam berdiskusi, meng-eksplorasi diri
penerapan model TAI tanpa SEM dan LKS
dan melakukan aktivitas, selain dapat terjalin
memberikan kontribusi pengaruh sebesar
komunikasi yang baik antar siswa, juga
10,87%. Sehingga, dapat disimpulkan
siswa merasa menjadi lebih tertarik dan
bahwa penerapan model pembelajaran TAI
bersemangat dalam mengikuti pembela-
Fanny Firman Syah, dkk, Pengaruh Model Team.... 1235

jaran. Keadaan seperti ini dapat ini siswa dapat lebih mudah mem-
menghilangkan kebosanan pada saat bandingkan dan menganalisis bebe-rapa
pembelajaran dan mengembangkan pola variasi-variasi soal sehingga lebih terlatih
pikir siswa menjadi lebih aktif dan kritis dalam mencari pemecahannya. Berbeda
dalam memecahkan suatu masalah (Slavin, dengan kelas eksperimen I, kelas ekspe-
1984). Perbedaan antara kelas eksperimen I rimen II hanya diskusi dan pembahasan soal
dan kelas eksperimen II pada penerapan secara acak tingkatannya setelah
metode latihan berstruktur atau SEM yang disampaikannya materi. Meskipun demikian
dilengkapi dengan adanya LKS berbasis bantuan siswa pandai juga memiliki andil
SEM. Pada kelas eksperimen I pembelajar- besar dalam kegiatan meng-assist siswa-
an model TAI akan dipadukan dengan siswa lain yang masih mengalami kesulitan,
metode latihan berstruktur (SEM) yang karena dapat dipastikan kemampuan siswa
dilengkapi dengan adanya LKS berbasis pandai baik di kelas eksperimen I maupun II
SEM sedangkan kelas eksperimen II tidak. dalam menjelaskan suatu masalah pun
Structure Exercise Method menekankan berbeda-beda. Hal ini jauh berbeda dengan
pada pemberian latihan-latihan soal dengan kelas kontrol, pada kelas kontrol penyam-
kualitas soal yang bertingkat (Rijani, 2011). paian pembelajaran berpusat pada guru
Kaitannya dengan pemberian soal-soal ber- (teacher center), walaupun sesekali guru
tingkat, Rijani (2011) berinisiatif menyusun memberi-kan umpan balik kepada siswa,
LKS berbasis SEM sebagai suplemen memberikan pertanyaan-pertanyaan pada
penunjangnya. LKS yang berisi ringkasan siswa. Kemampuan siswa dalam me-
materi disertai soal-soal yang dibuat nangkap suatu materi beragam, tentunya
bertingkat berdasarkan tingkatan atau level- tidak semua siswa dapat menangkap materi
level kesukaran tertentu. Pada kelas kontrol, yang disampaikan oleh guru dengan baik,
pembelajaran sepenuhnya dilaku-kan oleh akibatnya materi yang dapat diperoleh oleh
guru kimia pengampu kelas tersebut, siswa kurang maksimal karena informasi
dengan materi, waktu pem-belajaran, dan cenderung hanya bersumber dari guru.
materi tes yang sama dengan kelas Pada analisis deskriptif nilai afektif
eksperimen. Perbedaan terletak pada diperoleh skor rata-rata aspek afektif kelas
kegiatan praktikum dimana seluruh kegiatan eksperimen I sebesar 28,17, kelas
praktikum baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen II sebesar 27,57, dan kelas
ekperimen dilakukan dan dipandu oleh kontrol sebesar 26,65. Selain itu diketahui
peneliti langsung, dan tentunya didampingi banyaknya siswa yang memperoleh nilai
dengan guru. afektif tinggi dan sangat tinggi dari ketiga
Pada kelas eksperimen I kegiatan kelas, paling banyak ada di kelas
diskusi disertai dengan latihan-latihan soal eksperimen I dengan kriteria tinggi di-
berstruktur atau bertingkat, yakni dari soal- peroleh 13 siswa dan sangat tinggi 5 siswa,
soal yang mudah ke tingkat soal yang lebih kemudian di kelas eksperimen II kriteria
sulit. Melalui kegiatan pembelajaran seperti tinggi 14 siswa dan sangat tinggi 4 siswa
1236 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1230 - 1240

dan selanjutnya baru pada kelas kontrol mempunyai kemampuan lebih dapat
kriteria tinggi 12 siswa dan sangat tinggi 3 membimbing temannya (Saleh, 2012).
siswa. Artinya, jumlah siswa yang tuntas Berbeda dengan kelas kontrol selama
aspek afektif pada kelas eksperimen I pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali
sebesar 18 siswa, kelas eksperimen II kelarutan tidak ada pembelajaran diskusi di
sebesar 18 siswa dan pada kelas kontrol 15 dalamnya, pembelajaran diisi dengan
siswa. Berdasarkan hasil rata-rata skor materi, contoh soal dan dilanjutkan latihan
afektif tiap kelas dapat disimpulkan bahwa soal. Hal ini juga mengingat bahwa materi
kelas eksperimen I memperoleh hasil belajar kelarutan dan hasil kelarutan cenderung
afektif yang lebih baik daripada kelas lebih ke perhitungan yang menjadi perma-
eksperimen II dan kelas kontrol. Hal ini salahan siswa, sehingga dari guru lebih
berarti penerapan model pembelajaran TAI menekankan pada contoh-contoh soalnya,
dengan SEM berfasilitasi LKS tidak hanya dan karena hal ini menyebabkan pemberian
berpengaruh pada hasil belajar kognitif saja, materi yang dikaitkan dengan kehidupan
akan tetapi pada aspek afektif juga sehari-hari pun sangat sedikit. Pembelajaran
walaupun tidak begitu signifikan kelompok tidak hanya membantu siswa
perbedaannya. dalam berinteraksi satu sama lain, namun
Hasil analisis nilai afektif kelas secara tidak langsung dapat menumbuhkan
eksperimen I, eksperimen II dan kelas ide-ide alternatif serta menghasilkan suatu
kontrol untuk skor tiap aspeknya dapat pemecahan masalah melaui adanya diskusi
dilihat pada Gambar 1. Perbedaan yang (Pandey dan Kishore, 2003).
paling terlihat di antara ketiga kelas terdapat Pada aspek keenam dan kedelapan,
pada aspek kedua, keenam, ketujuh, dan yaitu aspek kecermatan dan kemandirian
kedelapan. Pada aspek kedua yaitu kelas eksperimen I lebih tinggi dibanding
bertanya, siswa kelas eksperimen I dan II kelas eksperimen II dan kelas kontrol. Hal ini
cenderung lebih aktif dalam bertanya disebabkan karena pada kelas eksperimen I
dibanding pada kelas kontrol. Hal ini siswa sudah terbiasa dihadapkan pada
disebabkan adanya pembelajaran yakni pembahasan soal-soal secara bertingkat
cara diskusi TAI lebih membuat rasa ingin melalui adanya penerapan metode latihan
tahu siswa ketika terdapat suatu masalah, berstruktur atau SEM, sehingga siswa pada
apalagi ketika pemberian materi yang ada kelas eksperimen I terlatih dalam
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, penyelesaian-penyelesaian soal-soal dan
rasa ingin tahu siswa bertambah sehingga lebih cermat dan lebih mandiri. Hal ini
semakin banyak siswa yang bertanya. Di sisi menunjukkan bahwa SEM memberikan
lain dengan adanya dorongan dari peneliti pengaruh positif pada siswa, sehingga siswa
agar mau bertanya dan tidak malu untuk menjadi terlatih dalam berfikir secara lebih
bertanya. Kerja kelompok dapat juga sistematis, logis, teliti, dan teratur (Nugraha,
bermanfaat untuk mengatasi atau mengu- 2008).
rangi kevakuman, karena siswa yang
Fanny Firman Syah, dkk, Pengaruh Model Team.... 1237

Pada aspek ketujuh yaitu aspek saling berdiskusi dengan teman


penilaian siswa mengenai bekerjasama, sebangkunya ketika guru memberikan soal.
terlihat jelas bahwa kelas eksperimen I dan Namun demikian terjadi kesenjangan, yakni
II lebih tinggi dibandingkan dengan kelas ada beberapa siswa yang keduanya mampu
kontrol. Hal ini jelas dikarenakan pada kelas- duduk sebangku. Ada juga yang keduanya
kelas eksperimen sudah terbiasa dalam sama-sama tidak mampu dan justru perlu
bekerjasama dengan adanya perapan TAI, dibimbing. Ketidakmerataan ini juga
jadi bisa saling melengkapi antara siswa menimbulkan masalah, sehingga beberapa
yang pandai dengan siswa yang kurang siswa justru malah tertinggal. Dapat
pandai, sehingga lebih tercipta suasana disimpulkan bahwa pembelajaran diskusi
yang harmonis dalam bekerjasama. Pada kelompok dapat meningkatkan interaksi
kelas kontrol, walaupun dari awal kelas sosial antar siswa dalam membangun
kontrol tidak dikonsep dalam pembelajaran pengetahuan dan pemahamannya di dalam
berkelompok namun sebenarnya guru juga diskusi (Kupczynski, et al., 2012).
memberikan instruksi kepada siswa untuk

4,00

3,00
Rata-rata

2,00

1,00

0,00 Eksperimen I
1 2 3 4 5 6 7 8
Eksperimen II
Aspek yang dinilai Kontrol

Gambar 1. Grafik perbandingan skor rata-rata afektif

Pada analisis deskriptif nilai dan sangat tinggi 6 siswa dan selanjutnya
psikomotorik diperoleh skor rata-rata aspek baru pada kelas kontrol kriteria tinggi 11
psikomotorik kelas eksperimen I sebesar siswa dan sangat tinggi 4 siswa. Artinya,
31,97, kelas eksperimen II sebesar 31,43, jumlah siswa yang tuntas aspek
dan kelas kontrol sebesar 31,39. Selain itu psikomotorik pada kelas eksperimen I
diketahui banyaknya siswa yang mem- sebesar 21 siswa, kelas eksperimen II
peroleh nilai afektif tinggi dan sangat tinggi sebesar 16 siswa dan pada kelas kontrol 15
dari ketiga kelas, paling banyak ada di kelas siswa. Berdasarkan hasil rata-rata skor
eksperimen I kriteria tinggi diperoleh 20 psikomotorik tiap kelas dapat disimpulkan
siswa dan sangat tinggi 1 siswa, kemudian bahwa kelas eksperimen I memperoleh hasil
di kelas eksperimen II kriteria tinggi 10 siswa belajar psikomotorik yang lebih baik
1238 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1230 - 1240

daripada kelas eksperimen II dan kelas Hasil analisis psikomotorik ini


kontrol. Hal ini berarti penerapan model sangat bervariasi, namun terdapat hasil
pembelajaran TAI dengan SEM berfasilitasi perbedaan yang sangat mencolok yaitu
LKS juga berpengaruh positif pada aspek pada aspek kedua, yaitu aspek keteram-
psikomotorik siswa. pilan siswa dalam menggunakan alat
Hasil analisis nilai psikomotorik praktikum. Pada aspek ini siswa kelas
kelas eksperimen I, eksperimen II dan kelas kontrol memperoleh hasil yang lebih baik
kontrol untuk skor tiap aspeknya dapat dari kelas eksperimen I dan kelas
dilihat pada Gambar 2. pada hasil penelitian eksperimen II. Hal ini ternyata disebabkan
hasil belajar psikomotorik. Hasil analisis karena kelas ekperimen I dan II tidak pernah
psikomotorik untuk tiap aspeknya melaksanakan kegiatan praktikum
menunjukkan hasil yang bervariasi. Pada sebelumnya, dan berbeda dengan kelas
aspek keempat, lima dan enam dan kontrol yang sudah beberapa kali
sembilan kelompok eksperimen I menun- melaksanakan praktikum sebelum prak-
jukkan hasil yang lebih baik dari kelas tikum materi kelarutan dan hasil kali
eksperimen II dan kontrol. Pada aspek kelarutan. Hal ini terlihat sekali pada kelas
ketiga kelas eksperimen II lebih baik dan eksperimen I dan II belum terbiasa dalam
pada aspek dua, tujuh, dan delapan menggunakan alat-alat praktikum, sehingga
menunjukkan kelas kontrol lebih baik. keterampilan dalam penggunaan alat
Sedangkan pada aspek kesatu tidak dapat praktikum pun berbeda sekali dengan kelas
digunakan sebagai pengukuran, karena kontrol yang sudah terbiasa. Pengalaman
berdasar pada hasil kordinasi yang siswa dalam melaksanakan praktikum
dilakukan peneliti dan guru pengampu pada menjadi kunci dalam kegiatan belajar siswa
kegiatan praktikum alat dan bahan pada kegiatan praktikum itu sendiri
dipersiapkan oleh guru dan peneliti demi (Suprijono, 2011).
kelancaran kegiatan praktikum dan
keamanan bersama.

4,00

3,00
Rata-rata

2,00

1,00

0,00 Eks I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Eks II
Aspek yang dinilai Kontrol

Gambar 2. Grafik perbandingan skor rata-rata psikomotorik


Fanny Firman Syah, dkk, Pengaruh Model Team.... 1239

Angket tanggapan siswa diberikan pembelajaran TAI dengan metode SEM dan
pada kelas eksperimen I dan kelas pemberian latihan soal dengan LKS
eksperimen II dengan butir pertanyaan membuat siswa tertantang untuk berusaha
angket yang disesuaikan dengan pem- menyelesaikan soal-soal dan sebagian
belajaran pada masing-masing kelas. Selain besar siswa menjawab sangat setuju.
itu, angket juga digunakan oleh peneliti Sedangkan pada kelas eksperimen II
sebagai refleksi pada penelitian yang telah dengan butir pernyataan dengan adanya
dilakukan. Butir pertanyaan pada angket model pembelajaran TAI membuat siswa
berjumlah 18 butir pertanyaan secara garis tertantang untuk berusaha menyelesaikan
besar digunakan untuk mengetahui soal-soal, sebagian besar siswa hanya
seberapa besar antusiasme siswa terhadap menjawab setuju. Hal ini dikarenakan
pembelajaran yang dilakukan, ketertarikan karena adanya penggunaan metode SEM
siswa, keterbantuan siswa, motivasi siswa dilengkapi dengan LKS berbasis SEM,
dalam pembelajaran serta tanggapan dimana siswa kelas eksperimen I lebih
tentang adanya kegiatan praktikum dalam terbiasa dengan latihan-latihan soal
pembelajaran kimia. Pada butir-butir soal berstruktur atau bertingkat, sehingga siswa
yang menyatakan antu-siasme siswa lebih merasa tertantang dalam belajar dan
terhadap pembelajaran, ketertarikan siswa, mengerjakan soal-soal yang ada, dan hal ini
keterbantuan siswa, motivasi siswa, dan merupakan hal positif yang menjadi poin
kegiatan praktikum, sebagian besar siswa plus dalam kegiatan pembelajaran di kelas
menjawab setuju di kedua kelas, yang eksperimen I.
artinya baik di kelas eksperimen I maupun
eksperimen II merasa tertarik, termotivasi SIMPULAN
dan terbantu dengan adanya penerapan
Hasil belajar siswa yang diberi
model pembelajaran yang dilakukan.
model pembelajaran Team Assisted
Ingatan, perhatian, minat, kecerdasan,
Individualization dengan Structure Exercise
motivasi, kemauan dan pikiran merupakan
Method berfasilitasi LKS lebih baik daripada
beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
siswa yang hanya diberi model pem-
belajar (Anni dan Rifai, 2012). Oleh karena
belajaran Team Assisted Individuali-zation
itu pembelajaran dengan variasi model dan
tanpa Structure Exercise Method dan LKS
metode ini perlu dikembangkan dalam
dan juga lebih baik dari siswa yang tidak
pembelajaran kimia, karena dapat ber-
diberi model pembelajaran Team Assisted
pengaruh positif terhadap pembelajaran dan
Individualization maupun Structure Exercise
hasil belajar siswa.
Method berfasilitasi LKS pada pokok
Perbedaan yang mengindikasikan
bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan.
adanya pengaruh dari pemberian SEM
dengan LKS terlihat pada butir pertanyaan
ke-lima. Pada kelas eksperimen I butir ke-
lima menyatakan dengan adanya model
1240 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1230 - 1240

DAFTAR PUSTAKA Rohendi, D., Sutarno, H. dan Waryuman,


D.R., 2010, Penerapan Metode
Pembelajaran Team Assisted
Individualization untuk
Anni, C. T. dan Rifa’i, A., 2012, Psikologi
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Belajar, Semarang: UPT UNNES
pada Mata Pelajaran Teknologi
Press.
Informasi dan Komunikasi, Jurnal
Ariani, S. R. D., Mulyani, B. dan Pendidikan Teknologi Informasi dan
Yulianingrum, F., 2008, Penggunaan Komunikasi (PTIK), Vol 3, No 1, Hal
Metode Pembelajaran Kooperatif 33-37.
TAI (Team Assisted
Rusmansyah dan Irhasyuarna, Y., 2002,
Individualization) dilengkapi Modul
Penerapan Metode Latihan
dan Penilaian Portofolio untuk
Berstrukturdalam Meningkatkan
meningkatkan Prestasi belajar
Pemahaman Siswa terhadap
Penentuan DH Reaksi Siswa SMA
Konsep Persamaan Reaksi Kimia,
Kelas XI Semester I, Jurnal Varian
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
Pendidikan, Vol 20, No 1, Hal 59-69.
Vol 8, No 35, Hal 169-193.
Awofala, Adeneye, O.A. dan Nneji, L.M.,
Saleh. M., 2012, Pembelajaran Kooperatif
2010, Effect of Framing and Team
dengan Pendekatan Pendidikan
Assisted Individualized Instructional
Matematika Realistic (PMR), Jurnal
Strategies on Students’
Pendidikan Serambi Ilmu, Vol 13,
Achievement in Mathematics.
No 2, Hal 51-59.
Ibadan Journal of Educational
Studies, Vol 6, No 1, Hal 1-9. Slavin, R. E., 1984, Effects of Team
Assisted Individualization on the
Kupczynski, L., Mundy, M.A., Goswami, J.
Mathematics Achievement of
dan Meling, V., 2012, Cooperative
Academically Handicapped and
Learning in Distance Learning: a
Nonhadicapped Students, Journal of
Mixed Methods Study, International
Educational Psychology, Vol 76, No
Journal of Instruction, Vol 5, No 2,
5, Hal 813-819.
Hal 81-90.
Sugiyono, 2010, Statistika untuk Penelitian,
Marijono, 2006, Upaya untuk Peningkatan
Bandung: Alfabeta.
Pemahaman Mahasiswa melalui
Penerapan Belajar Kooperatif Model Suprijono, A., 2011, Cooperative Learning
Team Assisted Individualized (T.AI), Teori dan Aplikasi PAIKEM,
Jurnal Pancaran Pendidikan, Vol 19, Yogyakarta: Pustaka Belajar.
No 65, Hal 762-777.
Suyitno, A., 2011, Dasar-dasar dan Proses
Nugraha, A. W., 2008, Penerapan Metode Pembelajaran Matematika I,
Latihan Berstruktur dalam Semarang: Jurusan Matematika
Pengembangan Buku Ajar Kimia FMIPA UNNES.
Fisika 1, Jurnal Pendidikan
Yusuf, M.O., Gambari, I.A. dan Olumorin,
Matematika dan Sains, Vol 3, No 2,
C.U., 2012, Effectiveness of
Hal 125-131.
Computer-Supported Cooperative
Pandey, N.N. dan Kishore, K., 2003, Effect Learning Strategies in Learning
of Cooperative Learning on Physics, International Journal
Cognitive Achievement in Sciene, Social, Sciene, and Education, Vol
Journal of Science and Mathematics 2, No 2, Hal 94-109.
Education in S.E. Asia, Vol 26, No 2,
Hal 52-60.
Rijani, E.W., 2011, Implementasi Metode
Latihan Berjenjang untuk
Meningkatkan Kemampuan Siswa
Menyelesaikan Soal-Soal Hitungan
Pada Materi Stoikiometri di SMA, E-
Jurnal Dinas Pendidikan Kota
Surabaya, Vol 1, No 1, Hal 1-6.
Didi Kurniadi, dkk, Upaya Meningkatkan Hasil.... 1241

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA


DENGAN PENDEKATAN PROJECT-BASED LEARNING

Didi Kurniadi*, Kasmadi Imam Supardi dan Latifah


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035
E-mail : chemuter@gmail.com

ABSTRAK

Rendahnya hasil belajar kimia banyak disebabkan oleh proses pembelajaran yang tidak
memberikan kesempatan bagi siswa dalam memperoleh pengalaman belajar. Tujuan penelitian
ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa dengan pendekatan Project-Based Learning.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Class-Room Action Research). Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Fokus penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, observasi dan tes. Penelitian
dikatakan berhasil jika sekurang-kurangnya 23 dari 30 siswa mendapat nilai lebih dari 75. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan Project-Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar. Data penelitian ketuntasan hasil belajar ranah kognitif siklus I
sebanyak 23 dari 30 siswa tuntas, ranah afektif 23 dari 30 siswa tuntas dan ranah psikomotorik
sebesar 27 dari 30 siswa tuntas. Data penelitian ketuntasan hasil belajar ranah kognitif siklus II
sebanyak 26 dari 30 siswa tuntas, ranah afektif sebanyak 24 dari 30 siswa tuntas dan ranah
psikomotorik sebanyak 26 dari 30 siswa tuntas. Hal ini berarti indikator keberhasilan yang
dipatok telah tercapai pada siklus II. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa menerapkan
pendekatan Project-Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.

Kata Kunci : hasil belajar, pemurnian garam dapur; project-based learning

ABSTRACT

The low learning outcome chemistry mainly caused by the learning process did not
provide the opportunity for students to gain learning experience. The purpose of this research
was to improve student learning outcomes with Project-Based Learning approach. This study
was a class action (Class-Room Action Research). This study was conducted in two cycles,
each cycle consisting of planning, action, observation, and reflection. The focus of this research
was improving student learning outcomes. The data collection techniques used were technical
documentation, observation and tests. Research was successful if at least 23 of the 30 students
scored more than 75. The results showed that the application of Project-Based Learning
approach can improve learning outcomes. Research data completeness cognitive learning
outcomes cycle I was 23 of the 30 students completed, affective domain was 23 of 30 students
completed and psychomotor domains was 27 of 30 students completed. Research data
completeness cognitive learning outcomes cycle II was 26 of 30 students completed, the
affective domain was 24 of the 30 students completed and psychomotor domains was 26 of the
30 students completed. This means that the indicator set had achieved success on the cycle II.
From the research, it was concluded that implementing Project-Based Learning approach could
improve student learning outcomes of chemistry.

Keywords: learning outcome, project-based learning, purifying of table salt

hasil belajar kimia siswa masih tergolong


PENDAHULUAN
rendah. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan
Berdasarkan observasi yang telah
hasil belajar klasikal siswa yaitu sebanyak
dilakukan di suatu SMA di Banjarnegara,
1242 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1241 - 1249

17 siswa tuntas dari 30 siswa dengan rata- siswa (Wibowo, 2005). Pada pembelajaran
rata kelas sebesar 69,30. Rendahnya hasil proyek, terdapat keterampilan proses yang
belajar kimia siswa dapat disebabkan oleh teramati ketika pembuatan suatu produk
berbagai hal. Berdasarkan data observasi, ilmiah. Pembelajaran melalui pendekatan
pembelajaran cenderung dilakukan dengan keterampilan proses menyebabkan siswa
ceramah. Pembelajaran cenderung berlang- dapat menemukan fakta-fakta, konsep-
sung satu arah, artinya interaksi hanya konsep dan teori-teori dengan keterampilan
berpusat dari guru. Rendahnya interaksi proses dan sikap ilmiah siswa sendiri
guru dan siswa menjadikan suasana di (Soetarjo dan Soejitno, 1998).
kelas menjadi tidak kondusif dan cenderung Inti kegiatan pembelajaran proyek
membosankan. Siswa dihadap-kan pada adalah memberikan pengalaman secara
situasi yang kurang real (Herminarto, 2006). langsung kepada siswa sehingga siswa
Selain itu, pada proses pembelajaran yang dapat memaknai simbol-simbol, teori-teori
dijumpai di SMA tersebut, siswa hanya dan manfaat dari belajar kimia (Mulyani,
dituntut untuk dapat mengerjakan soal ujian. 2011). Hal ini perlu dilakukan mengingat
Permasalahan yang terjadi adalah simbol dan teori tersebut bersifat abstrak.
masih rendahnya hasil belajar yang dicapai. Ketertarikan terhadap sesuatu yang tidak
Hal ini disebabkan oleh proses pem- diketahui manfaatnya akan sangat kecil.
belajaran yang belum sesuai materi kimia Jika saja bukan karena nilai yang diberikan
(Hixson, et al. 2013). Materi kimia yang oleh guru, siswa tidak akan berminat belajar
mencapai tingkat sintesis, dibutuhkan high kimia. Perlu dilakukan arahan kepada siswa
order thinking dalam proses pem- agar dapat menggunakan ilmu kimia dalam
belajarannya (Anni, 2012). Padahal kehidupan sehari-hari, menemukan arti
pembelajaran konvensional (metode kimia dalam kehidupan nyata (Medine, et al.
ceramah, tanya jawab dan demonstrasi) 2010).
tidak menuntut sampai pada tingkat sintesis. Penelitian tindakan kelas sangat
Kegiatan praktikum cenderung ditekankan memerlukan kreativitas guru dalam
pada kemampuan aplikatif dengan men- menyampaikan materi. Penelitian dengan
contoh prosedur yang sudah ada tanpa penugasan proyek dapat mendukung pem-
mengetahui kenapa prosedurnya harus belajaran tindakan kelas (Elfanany, 2013).
seperti itu atau bagaimana dengan prosedur Penugasan proyek dapat dikembangkan
lain. Pendekatan yang paling ideal untuk dalam banyak hal, seperti penyampaian
memacu kemampuan sintesis adalah materi, lingkup kontekstual dan pembela-
dengan menggunakan pendekatan proyek jaran kooperatif (Rais, 2010). Penugasan
(Baker, et al. 2011). proyek menekankan suatu produk ilmiah,
Pembelajaran melalui proyek memi- memberikan pengertian kontekstual kepada
liki karakteristik yang kompleks, pem- siswa (Susanti, 2008). Proyek juga
belajaran akan sangat dipengaruhi oleh dilakukan dalam satu tim kerja ilmiah untuk
jenis tugas proyek yang diberikan pada memacu siswa dalam kerja kooperatif.
Didi Kurniadi, dkk, Upaya Meningkatkan Hasil.... 1243

Penelitian-penelitian tentang Project-Based tahap planning (perencanaan) dilakukan


Learning sudah banyak dilakukan, diantara- penyusunan tindakan, melalui tahap
nya adalah penelitian yang dilakukan observasi dan analisis data tahap awal
Katharina, et al. (2010) , menunjukan bahwa untuk menentukan tindakan yang akan
pembelajaran dengan proyek dapat dilakukan. Tahap acting (tindakan) dilakukan
meningkatkan sikap positif terhadap materi penerapan tindakan yang sebelumnya telah
ajar yang diberikan. Metode proyek akan direncanakan pada tahap planning. Tahap
dapat meningkatkan kontekstual sehingga observing (pengamatan) dilakukan selama
materi yang diberikan dianggap berguna proses tindakan dilakukan untuk mendapat-
dalam kehidupan nyata (Wasis, 2008). kan data nilai afektif dan psikomtorik. Tahap
Sikap positif pada materi ajar memberikan reflection dilakukan setelah satu siklus
pengaruh yang besar terhadap proses dilakukan, merefleksi berarti mengkaji
pembelajaran (Sanjaya, 2009). kembali pembelajaran yang telah dilakukan.
Rumusan masalah pada penelitian Uji instrumen meliputi uji validitas
ini adalah apakah pendekatan PBL (Project- dan uji reliabilitas (Sudjana, 2005). Uji
Based Learning) dapat meningkatkan hasil validitas butir soal instrumen kognitif dengan
belajar kimia siswa suatu SMA N di rumus r point biserial (Arikunto, 2009). Uji
Banjarnegara kelas IPA 1? Sedangkan tuju- reliabilitas butir soal instrumen kognitif
an penelitian ini adalah meningkatkan hasil dengan rumus KR21. Uji reliabilitas
belajar kimia SMA dengan pendekatan PBL instrumen lembar observasi menggunakan
(Project-Based Learning) berbasis bahan reliabilitas raters (Mardapi, 2000). Penelitian
sekitar. dilakukan dalam 2 siklus, pengambilan data
dilakukan dengan instrumen teruji dalam
METODE PENELITIAN bentuk tes ranah kognitif, lembar observasi
ranah afektif dan lembar observasi ranah
Penelitian dilakukan di suatu SMA
psikomotorik (Widodo, 2009). Data hasil
Negeri di Banjarnegara pada materi
penelitian di analisis dengan menggunakan
kelarutan dan hasil kelarutan. Subjek dalam
pencapaian hasil belajar klasikal. Penelitian
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA I
dianggap berhasil jika minimal 24 dari 30
SMA yang berjumlah 30 siswa. Fokus
siswa tuntas memenuhi KKM (>75)
penelitian ini adalah peningkatan hasil
(Mulyasa, 2004).
belajar (Arikunto, 2006). Desain penelitian
yang digunakan adalah desain Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilakukan
dengan menerapkan metode penelitian Berdasarkan data penelitian, hasil
tindakan kelas, yaitu planning-acting- belajar kognitif sebelum penelitian adalah
observing-reflecting (Ristata, 2007) yang sebesar 17 dari 30 siswa tuntas KKM dan
berulang pada tiap siklus pada siswa kelas data pada siklus I adalah 23 dari 30 siswa
XI IPA 1 tahun ajaran 2012/2013. Pada tuntas KKM, data hasil belajar kognitif siklus
1244 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1241 - 1249

II sebesar 26 dari 30 siswa tuntas KKM. sudah dapat dianggap berhasil jika
Hasil belajar kognitif meningkat dari dibandingkan dengan target ketercapaian
sebelum tindakan dilakukan, yaitu sebanyak 24 siswa tuntas (Mulyasa, 2004).
meningkat sebanyak 6 siswa pada siklus I Data ketercapaian siswa per indikator dapat
dan peningkatan sebanyak 9 siswa pada dilihat pada Gambar 1.
siklus II. Peningkatan hasil belajar kognitif

Gambar 1. Ketercapaian hasil belajar kognitif per indikator siklus I dan II

Gambar 1 indikator 1 menjelaskan pengendapan zat ini memiliki laju yang


kesetimbangan dalam larutan jenuh atau sama. Proses kesetimbangan ini merupakan
larutan garam yang sukar larut merupakan proses kasat mata, sehingga diperlukan
indikator dengan ketercapaian terkecil. Hal pemahaman pada tingkat yang lebih tinggi
ini menunjukan bahwa perngertian kesetim- (Wasis, 2008). Indikator 1-6 sudah dapat
bangan jenuh merupakan hal yang sulit dikatakan memenuhi target pada siklus II
dipahami oleh siswa. Proses kesetimbangan dengan melihat ketercapaian rata-rata 24
jenuh merupakan proses yang sulit dari 30 siswa tuntas (Mulyasa, 2004).
dimengerti terutama proses laju pelarutan Berdasarkan data penelitian, ketun-
dan pengendapan yang setimbang. Proses tasan hasil belajar afektif yang diperoleh
pelarutan suatu zat tidak terhenti karena adalah 23 dari 30 siswa tuntas pada siklus I
larutan menjadi jenuh, tetapi zat tetap dan 24 dari 30 siswa pada siklus II. Data
melarut dalam larutan jenuh dan pada waktu ketercapaian indikator tiap siklus dapat
yang sama sejumlah zat mengendap dalam dilihat pada Gambar 2.
larutan itu. Proses pelarutan zat dan
Didi Kurniadi, dkk, Upaya Meningkatkan Hasil.... 1245

Gambar 2. Ketercapaian rata-rata nilai hasil belajar afektif siklus I dan II.

Ketuntasan hasil belajar afektif efektif jika dilakukan di ruang kelas.


dapat dilihat dari kriteria skor lebih dari 3 Pembelajaran akan lebih tertib dan mudah
dengan kategori baik. Berdasarkan data dikontrol jika dilakukan di laboratorium yang
yang diperoleh pada siklus I, indikator 5, 6, sudah lengkap peralatannya (Mulyani,
7, 8, dan 9 masih kurang dari 3. Hal ini 2011).
menunjukan indikator tersebut masih belum Hasil belajar psikomotorik memiliki
baik dan diperbaiki pada siklus II. Pembe- ketuntasan yang paling besar dibandingkan
nahan proses pembelajaran dilakukan dengan aspek afektif dan kognitif. Aspek
dengan cara kontrol pada tiap pengumpulan psikomotor yang dilakukan pada siklus 1
tugas dan tertib saat pembelajaran merupakan kegiatan dasar dalam kegiatan
berlangsung. Dari data siklus II, semua laboratorium dan merupakan persiapan
indikator ketercapaian sudah masuk dalam pada proyek inti pemurnian garam dapur.
kategori baik. Pelaksanaan kegiatan pem- Hasil belajar psikomotor menghasilkan
belajaran proyek lebih efektif dilaksanakan ketuntasan 27 dari 30 siswa mampu
di laboratorium (Miswanto, 2011). Pem- memenuhi kriteria ketuntasan minimal dan
belajaran proyek yang menggunakan alat- rata-rata siswa mendapat nilai 3,57 dengan
alat laboratorium, ternyata tidak terlalu kriteria sangat baik. Data ini menunjukan
1246 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1241 - 1249

bahwa kegiatan dasar laboratorium dan sebanyak 26 dari 30 siswa tuntas KKM.
(melarutkan, menyaring, dan mengamati Jika dibandingkan dengan data siklus I, nilai
endapan dalam larutan) dapat dikuasai oleh psikomotorik siswa menurun. Hal ini dikare-
siswa (Widodo, 2009). nakan proyek pada siklus II cenderung lebih
Data hasil belajar psikomotorik kompleks dan membutuhkan kecermatan
siswa kelas IPA 1 pada siklus II memiliki lebih.
rata-rata sebesar 3,36 dengan kriteria Baik

Gambar 3. Rata-rata nilai psikomotor per indikator aspek psikomotorik siklus II

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa (Baker, et al. 2011). Penelitian tindakan
indikator Keterampilan Dalam Menyaring kelas ini betujuan meningkatkan hasil
Larutan dan Melarutkan Garam Hasil Cucian belajar siswa SMA kelas XI materi kelarutan
merupakan hal yang sulit dilakukan oleh dan hasil kelarutan melalui pendekatan
siswa. Hal ini dapat dipahami bahwa Project-Based Learning, sehingga pada
keberhasilan proses permurnian garam akhir proses siklus II dihasilkan produk
dapur ditentukan pada proses ini. Proses ilmiah berupa garam dapur murni dan
penyaringan larutan tidak dapat berhasil makalah hasil proyek. Berdasarkan data
dengan sempurna jika prosedurnya salah psikomotrik, terjadi peningkatan hasil belajar
(Setyopratomo, 2003). Kebanyakan siswa pada tiap indikator. Semua hasil proyek
menyaring larutan dengan cara menuang tersebut di nilai dalam bentuk hasil belajar
larutan secara berlebihan pada kertas saring dalam ranah hasil belajar, yaitu ranah
sehingga terdapat banyak larutan yang psikomotor (Anni, 2012)
berceceran. Berdasarkan kegiatan pembelajaran
Pembelajaran dengan pendekatan siklus I, kegiatan pembelajaran berbasis
Project-Based Learning menekankan untuk proyek merupakan langkah dalam me-
dapat menghasilkan produk-produk ilmiah nyikapi ilmu sains untuk dapat berpikir kritis
Didi Kurniadi, dkk, Upaya Meningkatkan Hasil.... 1247

dan kreatif. Pembelajaran berbasis proyek efektitas pembelajaran, yaitu sebesar 50%
memberikan pengalaman yang lebih kepada (Ambarjaya, 2012).
siswa tentang materi kimia sehingga Masalah yang menjadi dasar
diharapakan pengalaman tersebut dapat penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang
masuk dalam ingatan jangka panjang (Eng- masih rendah dan didukung dari data
Tek, 2009). Efektifitas model pembelajaran observasi afektif pada tahun 2012.
dipengaruhi oleh pengalaman siswa selama Permasalahan yang terjadi disebabkan oleh
pembelajaran berlangsung (Ambarjaya, proses belajar yang belum memberikan
2012). kesempatan bagi siswa dalam mencapai
Berdasarkan kegiatan pembelajaran kemampuan berpikir tingkat tinggi.
siklus I dan II, kegiatan pembelajaran Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
berbasis proyek yang telah dilakukan dalam dilakukan dalam dalam penelitian adalah
penelitian ini memberikan pengalaman pada tingkat sinstesa dalam taksonomi
siswa pada proporsi Doing Real Thing Bloom. pembelajarannya (Anni, 2012).
(Ambarjaya, 2012) sehingga secara kualitas Penelitian yang telah dilakukan meng-
seharusnya siswa dapat menyerap materi gunakan pendekatan Project-Based
pembelajaran sekitar 90%. Pada penelitian Learning untuk menuntaskan hasil belajar
tindakan kelas yang telah dilakukan secara siswa.
keseluruhan tidak semua siswa berpar- Project-based learning memungkin-
tisipasi aktif dengan cara pengelompokan. kan siswa untuk memperoleh pengalaman
Hal ini menyebabkan tidak semua siswa belajar dalam tiap ranah (Mahanal, et al.
dapat melakukan kegiatan proyek secara 2009). Berdasarkan data peningkatan hasil
keseluruhan dan kejadian semacam ini belajar, ranah kognitif siswa meningkat
umum terjadi pada praktikum yang dengan dilaksanakannya pembelajaran
beranggotakan banyak siswa. berbasis proyek karena dalam pelaksanaan
Jika dilihat dari data proses pembelajaran proyek, siswa dituntut agar
pembelajaran, pengelompokan mempe- mampu menjawab pertanyaan terkait
ngaruhi hasil belajar. Pengelompokan dalam dengan proyek. Materi proyek dirancang
kegiatan proyek dimaksudkan agar siswa oleh guru pengampu agar relevan dengan
dapat bekerja dalam kelompok sehingga kurikulum. Pembelajaran berbasis proyek
kejadian tidak semua siswa dapat memberikan kesempatan bagi siswa agar
menempuh proses belajar secara mampu menyusun kegiatan pembelajaran
keseluruhan adalah hal yang tidak dapat yang terkait dengan materi ajar yang
dihindarkan. Meskipun tidak semua siswa diberikan (Klein, 2009). Penelitian yang
dapat bekerja lebih banyak dari teman telah dilakukan memberikan data pening-
sekelompoknya, setidaknya pengalaman katan hasil belajar yang mencapai indikator
pembelajaran tetap terjadi. Kegiatan keberhasilan.
semacam ini dikategorikan dalam Watching Pendekatan Project-Based Learning
a Demonstration pada piramida belajar memberikan kesempatan bagi siswa agar
1248 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1241 - 1249

belajar dari kehidupan sehari-hari Baker, E., Breana, T., Patricia, O., Margaret,
T. dan Lynne F, 2011, Project-based
(Herminarto, 2006). Proyek pemurnian
Learning Model: Relevant Learning for
garam dapur (Setyopratomo, 2003) yang the 21st Century, New York: Pacific
Education Institute.
dilakukan memberikan sikap positif bagi
siswa dan dinilai dalam instrumen afektif Elfanany, B., 2013, Penelitian Tindakan
Kelas, Yogyakarta: Araska.
siswa dan dapat dilihat pada Gambar 2.
Eng-Tek, O., 2009, The Effectiveness of
Pada siklus II, pencapaian siswa hasil Smart Schooling on Students
belajar sudah mencapai target keberhasilan. Attitudes Toward Science, Eurasia
Journal of Mathematics, Science dan
Technology Education, Vol 5, No 1,
SIMPULAN Hal: 35-45.
Herminarto, S., 2006, Implementasi
Data penelitian ketuntasan hasil Pembelajaran Berbasis Proyek pada
Bidang Kejuruan, Cakrawala
belajar ranah kognitif siklus I sebanyak 23 Pendidikan, Yogyakarta: LPM UNY.
dari 30 siswa tuntas KKM, ranah afektif 23 Hixson, N., Jason, R. dan Andy, W., 2012,
dari 30 siswa tuntas KKM dan ranah Extended Profesional Development in
Project-based Learning: Impact on
psikomotorik sebesar 27 dari 30 siswa 21st Century Skills Teaching and
tuntas KKM. Data penelitian ketuntasan Student Achivement, West Virgina:
Department of Education.
hasil belajar ranah kognitif siklus II sebanyak
Katharina, B., Torsten, W. dan Ingo, E.,
26 dari 30 siswa tuntas KKM, ranah afektif
2010, Open Experimentation on
sebanyak 24 dari 30 siswa tuntas KKM dan Phenomena of Chemical Reactions
Via The Learning Company Approach
ranah psikomotorik sebanyak 26 dari 30
in Early Secondary Chemistry
siswa tuntas KKM. Hal ini berarti indikator Education, Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology
keberhasilan yang dipatok telah tercapai
Education, Vol 6, No 3, Hal: 163-171
pada siklus II. Dari data penelitian,
Klein, J., 2009, Project-base Learning:
disimpulkan bahwa menerapkan pen- Inspiring Middle School Students to
dekatan Project-Based Learning dapat Engage in Deep and Active Learning,
New York City : Department of
meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Education.
Mahanal, S., Ericka, D., Corebimad dan Siti,
Z., 2009, Pengaruh Pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA Project Based Learning (PJBL) pada
Materi Ekosistem terhadap Sikap dan
Hasil Belajar Siswa SMAN 2 Malang,
__________, 2009, Prosedur Penelitian Jurnal Kependidikan Universitas
Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Negeri Malang, Vol 3, No 2, Hal: 1-13.
Rineka Cipta.
Mardapi, D., 2000, Azas Performance-
Ambarjaya, B., 2012, Psikologi Pendidikan Based Evaluation, Yogyakarta: UNY
dan Pengajaran, Jakarta: Center for Press.
Academic Publishing Service
Medine, B., Kadir, M. dan Nurcan, T., 2010,
Anni, C., 2004, Psikologi Belajar, Semarang: Research on the Effect of Certain
Unnes Press Variables Chosen and Technology-
Supported Project-Based Learning
Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian, Approach on 11th-grade Students’
Jakarta: Rineka Cipta. Attitudes Towards Computers,
Didi Kurniadi, dkk, Upaya Meningkatkan Hasil.... 1249

Eurasia Journal Of Mathematics, Setyopratomo, P., 2003, Studi Eksperimen-


Science & Technology Education, Vol tal Pemurnian Garam NaCl dengan
3, No 1, Hal: 1-13. Cara Rekristalisasi, Jurnal Teknik
Kimia Universitas Surabaya,Vol 1, No
Miswanto, 2011, Penerapan model 2, Hal:17-28.
Pembelajaran Berbasis Proyek pada
Materi Program Linier Siswa Kelas x Soetarjo dan Soejitno, P., 1998, Proses
SMK Negeri 1 Singosari, Jurnal Belajar Mengajar dengan Metode
Penelitian dan Pemikiran Pendidikan, Pendekatan Keterampilan Proses,
STAIN Tulungagung, Vol 1, No 1, Hal: Surabaya: SIC.
61-68.
Sudjana, 2005, Metode Statistika, Bandung:
Mulyani, S. 2011, Perbedaan Penggunaan Tarsito.
Strategi Pembelajaran Kontekstual
dengan Strategi Pembelajaran Susanti, E., 2008, Pembelajaran Project-
Berbasis Proyek Terhadap Hasil Based Learning untuk Pembelajaran
Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Tugu Kimia Koloid di SMA, Jurnal Mipa
Utara 11 Pagi Jakarta Utara, Skripsi, Universitas Negeri Medan, Vol 3, No
Jakarta: PGSD Universitas 2, Hal:106-112.
Muhammad Prof, Dr Hamka. Wasis, P., 2008, Penerapan Metode
Mulyasa, E., 2004, Kurikulum Berbasis Pembelajaran Berbasis Proyek untuk
Kompetensi Konsep, Karakteristi, Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Implementasi dan Inovasi, Bandung: Praktik Industri Pada Prodi S-1 PTB,
PT. Remaja Rosda Karya. Jurnal Penelitian Kependidikan
Universitas Negeri Malang, Vol 1, No
Rais, M., 2010, Model Project Based- 1, Hal: 204-215.
Learning Sebagai Upaya
Meningkatkan Prestasi Akademik Wibowo, A., 2005, Pengaruh Pendekatan
Mahasiswa, Jurnal Pendidikan dan Project Based Learning (PBL)
Pengajaran Universitas Negeri terhadap Hasil Belajar serta Sikap
Makassar, Vol 43, No 3, Hal: 246-252. terhadap Ekosistem Sungai Peserta
Didik Kelas X SMA Negeri 9 Malang,
Ristata, R., 2007, Penelitian Tindakan Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
Kelas, Jakarta: Universitas Terbuk Universitas Negeri Malang, Vol 3, No
2, Hal:106-112.
Sanjaya, W., 2009, Strategi Pembelajaran:
Berorientasi Standar Proses Widodo, A., 2009, Pengembangan
Pendidikan, Jakarta : Prenada Media assesmen pembelajaran pendidikan
Group. kimia, Semarang: LP3 UNNES.
1250 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1250 - 1259

PENGEMBANGAN RUBRIK PERFORMANCE ASSESSMENT


PADA PRAKTIKUM HIDROLISIS GARAM

Nila Puspitasari*, Sri Haryani dan Nuni Widiarti


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035
E-mail : poerry_purple@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menghasilkan inovasi rubrik performance assessment


praktikum materi hidrolisis garam. Rubrik dikonsultasikan dan divalidasi oleh ahli, kemudian
dilakukan revisi dan dujicobakan. Hasil uji coba dianalisis, direvisi kemudian dilakukan uji
pemakaian. Penelitian dilaksanakan di suatu SMA N di Semarang, dengan sampel diambil
secara purposive sample. Uji skala kecil dilakukan pada 10 siswa dan uji skala besar dilakukan
pada seluruh siswa kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa validitas
inovasi rubrik performance assessment oleh para ahli adalah 86,46%. Penggunaan Inovasi
rubrik performance assessment pada praktikum hidrolisis garam “uji larutan garam dalam air”
telah tercapai kesepahaman antara observer dan siswa dengan harga koefisien
generalisabilitas 0,711 dan 0,744. Dampak penggunaan rubrik performance assessment ini
adalah hasil belajar kognitif siswa mencapai ketuntasan belajar. Pada kelas XI IPA 3 terdapat
33 siswa dari 38 siswa telah mencapai KKM, sedangkan kelas XI IPA 4 terdapat 33 siswa dari
37 siswa. Karakter siswa dapat dibangun selama kegiatan praktikum, antara lain kedisiplinan,
kejujuran, kemandirian, rasa ingin tahu, bertanggungjawab, dan bekerjasama. Dari hasil
penelitian disimpulkan bahwa inovasi performance assessment praktikum hidrolisis garam “uji
larutan garam dalam air” dapat digunakan sebagai panduan penilaian kinerja siswa dan dapat
meningkatkan pemahaman konsep serta menumbuhkan karakter siswa.

Kata kunci : hidrolisis garam, inovasi, rubrik performace assessment

ABSTRACT

This research aims to produce innovation of performance assessment rubric on


practicum salt hydrolysis material. The rubric was being consulted and validated by experts,
then it was being revised and tested. The trial result was being analyzed and revised, then
usage test was given. The research was conducted at SMA in Semarang using purposive
sampling technique. A small scale was given to ten students and large scales were given to the
students in class XI IPA 3 and XI IPA 4. The results showed that the validity of innovation of
performance assessment rubric by experts was 86.46%. Implementation innovation of
performance assessment rubric on practicum salt hydrolysis "test salt solution in water", the
agreement has been reached between the observer and the student with the value of
generalizability coefficient are 0.711 and 0.744. The impact of the use of performance
assessment rubric is that the cognitive learning outcomes of the students can achieve mastery
learning. In class XI IPA 3, there are 33 students from 38 students achieve KKM and in class XI
IPA 4 there are 33 students from 37 students achieve values KKM. Student’s characters can
also be developed during lab activities, such as discipline, honesty, independence, curiosity,
responsibility, and cooperation. Based on the results, innovation of performance assessment
research practicum salt hydrolysis "test salt solution in water" could be used as a guide to the
performance assessment (psychomotor) of the students and increase understanding of the
concept and fosters student’s character.

Keywords : innovation, performance assessment rubric, salt hydrolisis


Nila Puspitasari, dkk, Pengembangan Rubrik Performance.... 1251

PENDAHULUAN guru belum memiliki rubrik performance


assessment dan kesulitan dalam menilai
Kegiatan praktikum kimia meru- psikomotorik (keterampilan kinerja) siswa.
pakan bagian integral dari pembelajaran Rubrik performance assessment yang akan
kimia. Praktikum dapat digunakan untuk digunakan disosialisasikan terlebih dahulu
lebih memahami teori dan mengembangkan kepada siswa untuk membangun persa-
keterampilan dasar. Keterampilan dikem- maan persepsi antara observer dan siswa.
bangkan melalui latihan-latihan meng- Efektivitas pelaksanaan assessment
gunakan alat, mengobservasi, mengukur menuntut pihak yang dinilai (siswa) dan
dan kegiatan lainnya (Rustaman, 2005). penilai (guru) mempunyai kesamaan
Berdasarkan wawancara dan observasi persepsi terhadap kriteria penilaian. Tanpa
yang telah dilakukan di suatu SMA di kota ketersediaan rubrik penilaian skill dan
Semarang, masalah yang selama ini terjadi produk yang valid, praktikum kurang
adalah siswa belum mampu melakukan didasarkan pada penggunaan data yang
praktikum secara mandiri dan kurang sesuai dan berkualitas (Sudria dan
memahami apa yang sebenarnya mereka Sya’aban, 2008). Selama ini, rubrik hanya
lakukan dalam kegiatan praktikum sehingga dibuat dalam kalimat-kalimat panjang yang
guru hanya cenderung menilai hasil membutuhkan pemahaman lama apabila
akhirnya atau hanya nilai kognitifnya saja. digunakan sebagai panduan penilaian.
Guru diberikan keleluasaan dalam Padahal menurut Kishbaugh, et al., (2012),
memilih dan menentukan metode yang tepat rubrik yang dilengkapi dengan gambar dapat
digunakan dalam pelaksanaan proses memudahkan dalam menunjukkan kom-
pembelajaran serta penilaiannya (asses- petensi atau sub keterampilan yang dinilai.
ment). Menurut Adiguzel (2011), peng- Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
gunaan assesment meningkat seiring untuk menghasilkan rubrik performace
dengan kepentingan untuk mengetahui dan assessment praktikum hidrolisis garam “uji
meningkatkan kemajuan akademik siswa. larutan garam dalam air” yang dibuat
Namun, selama ini masih terdapat kendala dengan cara inovasi melalui penggunaan
dalam menilai keterampilan kinerja siswa gambar dan tulisan untuk setiap aspek yang
dalam praktikum. Keberhasilan keterampilan dinilai, sehingga diharapkan dapat lebih
dasar sangat tergantung dari kualitas memudahkan dalam menilai kinerja siswa.
program latihan dan assesmentnya (Sudria Rumusan masalah dalam penelitian
dan Siregar, 2009). Oleh karena itu, ini, (1) apakah inovasi rubrik performance
diperlukan performance assessment yang assessment yang telah dilakukan melalui
dilengkapi dengan rubrik. penggunaan gambar dan tulisan dapat
Hasil observasi dan wawancara di digunakan sebagai panduan penilaian
suatu SMA di Semarang menunjukkan kinerja siswa dalam kegiatan praktikum
bahwa sekolah tersebut merupakan sekolah hidrolisis garam “uji larutan garam dalam
yang tepat untuk diadakan penelitian karena air”?; (2) bagaimana hasil belajar kognitif
1252 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1250 - 1259

siswa?; serta (3) apa karakter siswa yang tersebut yang terdiri dari 5 kelas. Sampel
dapat dibangun setelah menggunakan rubrik dalam penelitian uji pemakaian skala besar
performance assessment dalam praktikum diambil dengan teknik purposive sampling
hidrolisis garam “uji larutan garam dalam sebanyak 2 kelas, yaitu kelas XI IPA 3 dan
air”? XI IPA 4 dimana guru yang mengajar kimia
Tujuan penelitian ini adalah untuk pada kedua kelas tersebut adalah sama.
mengetahui apakah inovasi rubrik Namun, pada uji coba skala kecil hanya 10
performance assessment yang telah dilaku- siswa yang digunakan sebagai sampel.
kan melalui penggunaan gambar dan tulisan Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
dapat digunakan sebagai panduan penilaian penggunaan rubrik performance assessment
kinerja siswa dalam praktikum hidrolisis pada praktikum hidolisis garam. Variabel
garam “uji larutan garam dalam air”, dan terikat dalam penelitian ini adalah hasil
untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa belajar siswa, yaitu psikomotorik, kognitif,
serta karakter siswa yang muncul setelah dan afektif. Variabel kontrol dalam penelitian
melakukan kegiatan praktikum hidrolisis ini adalah alokasi waktu dan materi
garam dengan dilengkapi rubrik perfor- pelajaran yang sama.
mance assessment. Responden diberikan perlakuan
pembelajaran praktikum dengan meng-
METODE PENELITIAN gunakan rubrik performance assessment
yang telah direvisi berdasarkan hasil pada
Penelitian ini dilaksanakan di suatu uji coba skala kecil. Hasil uji coba skala kecil
SMA Negeri di Semarang. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui keterlak-
menggunakan metode research and sanaan penggunaan inovasi rubrik
development, yang meliputi tiga langkah performance assessment dan mendapatkan
utama yaitu: analisis kebutuhan, masukan dari hasil pengamatan guna
perancangan dan pengembangan rubrik, memperbaiki kekurangan-kekurangan
dan validasi serta reliabilitas perangkat (Listyawati, 2012). Observer mengisi lembar
assessment yang meliputi uji coba, revisi observasi performance assessment dengan
dan validasi perangkat rubrik. Prosedur panduan rubrik performance assessment
penelitian yang digunakan dalam penelitian yang telah direvisi, kemudian dianalisis
ini mengacu pada tahap R&D Sugiyono menggunakan koefisien generalisabilitas
(2010) yang telah dijabarkan, antara lain yang dikembangkan oleh Thorndike dalam
menganalisis produk yang akan dikem- Susilaningsih (2011). Apabila diperoleh
bangkan, mengembangkan produk awal, harga reliabilitas yang tinggi dapat diartikan
validasi ahli, revisi, uji coba skala kecil, bahwa pemberian skor yang telah
revisi, uji pemakaian skala besar, dan dikukuhkan oleh masing-masing observer
produk telah teruji. adalah konsisten satu sama lain (Sutrisno,
Populasi dalam penelitian ini adalah 2012).
seluruh siswa kelas XI IPA SMA di sekolah
Nila Puspitasari, dkk, Pengembangan Rubrik Performance.... 1253

Aspek psikomotorik (kinerja) siswa HASIL DAN PEMBAHASAN


yang dinilai dalam penelitian ini adalah
persiapan praktikum, keterampilan mela- Penilaian rubrik performance
kukan percobaan, kegiatan setelah assessment dilakukan oleh 3 dosen Kimia
praktikum dan membuat laporan sementara. FMIPA UNNES. Penilaian rubrik perfor-
Keefektifan rubrik performance assessment mance assessment meliputi 3 komponen
dapat ditentukan dari ketuntasan hasil penilaian, yaitu kelayakan isi, kebahasaan,
belajar kognitif siswa secara klasikal. dan penyajian. Tiga komponen tersebut
Menurut Mulyasa dalam Prasetya (2012), terbagi dalam 8 aspek, yaitu indikator
ketuntasan klasikal dapat tercapai apabila observasi harus sudah sesuai tujuan,
tidak kurang dari 32 siswa dari jumlah siswa bahasa yang digunakan komunikatif, tata
di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan. bahasa yang digunakan benar, format
Pembelajaran praktikum menggunakan instrumen mudah dibaca, gambar instrumen
rubrik ini juga bertujuan mengetahui karakter mudah dipahami, pedoman pengisian
yang muncul dalam diri siswa. Data instrumen jelas, kriteria penskoran jelas dan
penelitian hasil belajar kognitif dianalisis uji mudah dipahami, serta rubrik penskoran
normalitas, normalized-gain, dan uji ketun- jelas dan mudah dipahami. Penilaian rubrik
tasan. Hasil belajar afektif, psikomotorik, dan performance assessment disajikan pada
tanggapan siswa dianalisis menggunakan Tabel 1.
presentase (Pahlevi, 2004).

Tabel 1. Penilaian dosen terhadap kelayakan rubrik


Penilai Persentase Kelayakan Kriteria
Validator I 90,63 % Sangat Layak
Validator II 93,75 % Sangat Layak
Validator III 75,00 % Layak
Rata-rata 86,46 % Sangat Layak

Berdasarkan Tabel 1 diketahui Keterlaksanaan penerapan produk


bahwa validasi oleh dosen dalam dapat dilihat dari analisis data koefisien
pengembangan produk berupa rubrik generalisabilitas yang diperoleh dari lembar
performance assessment materi praktikum observasi kinerja (psikomotorik) pada uji
hidrolisis garam “uji larutan garam dalam air” coba skala kecil dengan berpedoman pada
diperoleh rata-rata penilaian oleh dosen inovasi rubrik performance assessment
mencapai 86,46 % termasuk kriteria sangat menghasilkan harga reliabilitas antar penilai
layak. Hasil tersebut menunjukkan rubrik (r) sebesar 0,417 dalam kategori sedang.
yang telah dikembangkan sudah valid Reliabilitas kategori sedang mengakibatkan
sehingga mudah dan layak digunakan nilai kinerja (psikomotorik) siswa belum
dalam pembelajaran praktikum (Sudria dan dapat dinilai dengan mudah meskipun telah
Sya’aban, 2008). berpedoman dengan rubrik performance
1254 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1250 - 1259

assessment yang dikembangkan, sehingga membuat laporan sementara, dan (4)


perlu dilakukan revisi pada rubrik yang telah kegiatan setelah praktikum. Dari keempat
dibuat dan uji pelaksanaan lebih lanjut aspek terdapat rata-rata nilai 2 aspek
dalam skala besar (Susilaningsih, 2011). dengan kriteria baik dan 2 aspek dengan
Penilaian kinerja (psikomotorik) terdiri kriteria cukup. Rata-rata nilai keempat aspek
dari 4 aspek, yaitu (1) persiapan praktikum, disajikan pada Gambar 1.
(2) keterampilan melakukan praktikum, (3)

3,34 3,32
3,50
Nilai Rata-rata Tiap ASpek

2,75
3,00
2,50 1,96
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
1 2 3 4
Aspek Psikomotorik

Gambar 1. Nilai rata-rata masing-masing aspek kinerja (psikomotorik) siswa pada uji coba
skala kecil materi praktikum hidrolisis garam

Tanggapan siswa terhadap peng- mengikuti pembelajaran praktikum


gunaan rubrik performance assessment hidrolisisis “uji larutan garam dalam air”
disajikan pada Tabel 2. Hasil tanggapan dengan dilengkapi rubrik performance
siswa dianalisis sehingga diperoleh hasil assessment. Hasil tersebut juga mendu-
sebagian besar siswa yaitu 7 dari 10 siswa kung penggunaan rubrik tersebut pada uji
setuju dengan penggunaan rubrik pemakaian skala besar setelah dilakukan
performance assessment. Hal ini mem- revisi
buktikan bahwa siswa antusias dan tertarik
.

Tabel 2. Tanggapan siswa pada uji coba skala kecil terhadap penggunaan rubrik performance
assessment

Kriteria Tanggapan Jumlah Siswa


Sangat Setuju 1
Setuju 7
Tidak Setuju 1
Sangat Tidak Setuju 1
Jumlah Siswa 10
Nila Puspitasari, dkk, Pengembangan Rubrik Performance.... 1255

Penilaian kinerja (psikomotorik) observer dan siswa tentang aspek-aspek


selama praktikum terdiri dari 4 aspek, yaitu sasaran keterampilan dalam praktikum yang
(1) persiapan praktikum, (2) keterampilan terdapat dalam rubrik sehingga membantu
melakukan praktikum, (3) membuat laporan memudahkan penilaian kinerja (psiko-
sementara, dan (4) kegiatan setelah motorik) siswa (Susilaningsih, 2011).
praktikum. Nilai keempat aspek tersebut Hasil kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4
diperoleh dari rata-rata nilai dari 4 observer. dari keempat aspek terdapat 3 aspek
Reliabilitas untuk kelas XI IPA 3 diperoleh dengan kriteria baik dan 1 aspek dengan
sebesar 0,711 sedangkan kelas XI IPA 4 kriteria sangat baik. Nilai rata-rata masing-
sebesar 0,744. Reliabilitas dari kedua kelas masing aspek kinerja (psikomotorik) siswa
tersebut sudah tinggi, yaitu tidak kurang dari kelas XI IPA 3 disajikan pada Gambar 2 dan
0,7. Hal ini menunjukkan telah tercipta kelas XI IPA 4 disajikan pada Gambar 3.
kesepahaman persepsi yang tinggi antara
Nilai Rata-rata Tiap ASpek

3,80 3,62
3,60 3,44
3,32
3,40 3,24
3,20
3,00
1 2 3 4
Aspek Psikomotorik

Gambar 2. Nilai rata-rata masing-masing aspek kinerja (psikomotorik) siswa kelas XI IPA 3
pada materi praktikum hidrolisis garam

3,57
Nilai Rata-rata Tiap

3,60 3,50 3,50


ASpek

3,40 3,28

3,20

3,00
1 2 3 4
Aspek Psikomotorik

Gambar 3. Nilai rata-rata masing-masing aspek psikomotorik siswa kelas XI IPA 4 pada materi
praktikum hidrolisis garam

Rata-rata nilai kinerja (psiko- terendah 76,81; sedangkan rata-rata nilai


motorik) siswa kelas XI IPA 3, yaitu 83,32 kinerja (psikomotorik) siswa kelas XI IPA 4
dengan nilai tertinggi 94,01 dan nilai adalah 84,73 dengan nilai tertinggi 94,62
1256 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1250 - 1259

dan nilai terendah 80,69. Kriteria kinerja tinggi dalam menilai kinerja siswa tersebut
siswa kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 termasuk (Sudria dan Sya’aban, 2008.)
dalam kriteria tinggi. Kinerja siswa dapat Berdasarkan analisis data akhir,
terukur dengan tepat karena menggunakan rata-rata hasil tes hasil belajar siswa pada
panduan penilaian berupa rubrik uji pemakaian skala besar disajikan pada
performance assessment dengan reliabel Tabel 3.

Tabel 3. Nilai hasil belajar kognitif siswa pada uji pemakaian skala besar materi praktikum
hidrolisis garam

Penelitian
No Hasil Penelitian Skala Besar
XI IPA 3 XI IPA 4
1. Nilai terendah 63 67
2. Nilai tertinggi 90 93
3. Rata-rata nilai 80,95 81,46
. Kriteria Tuntas Tuntas
5. N-Gain 0.57 0.58

Tabel 3 menjelaskan bahwa tercapai dengan 33 siswa dari 37 siswa telah tuntas
ketuntasan belajar siswa. Indikator belajar sehingga uji pemakaian skala besar
keberhasilan untuk ketuntasan belajar yaitu ini telah berhasil karena keefektivan produk
tidak kurang dari 32 siswa telah mencapai ditentukan oleh hasil belajar kognitif siswa
KKM nilai kimia. Kelas XI IPA 3 dan XI IPA (Jannah: 2012).
4 dengan nilai rata-rata di atas nilai KKM Hasil belajar afektif siswa juga
Kimia yaitu 80,95 dan 81,46. Harga N-Gain menjadi aspek penilaian pada uji pemakaian
rata-rata sebesar 0,57 dan 0,58. Kelas XI skala besar ini. Nilai rata-rata afektif siswa
IPA 3 telah mencapai ketuntasan dengan 33 kelas XI IPA 3 dari keenam aspek tersebut
siswa dari 38 siswa telah tuntas belajar dan disajikan dalam Gambar 4 dan kelas XI IPA
kelas XI IPA 4 telah mencapai ketuntasan 4 disajikan dalam Gambar 5.

3.84
Rata-rata Nilai Tiap Aspek

4,0 3.61 3.76


3.37 3.40
3.18
3,0

2,0

1,0

0,0
1 2 3 4 5 6 Aspek Afektif

Gambar 4. Nilai rata-rata masing-masing aspek afektif siswa uji pemakaian skala besar kelas
XI IPA 3 materi praktikum hidrolisis garam
Nila Puspitasari, dkk, Pengembangan Rubrik Performance.... 1257

3.84 3.76

Rata-rata Nilai Tiap Aspek


4 623.3 3.62 3.68
3.38
3

0
1 2 3 4 5 6
Aspek Afektif

Gambar 5. Nilai rata-rata masing-masing aspek afektif siswa uji pemakaian skala besar kelas
XI IPA 4 materi praktikum hidrolisis garam

Pada tahap skala besar di kelas XI penelitian ini telah berhasil karena
IPA 3 diperoleh 3 aspek dengan kriteria pencapaian hasil belajar kognitif dan
sangat baik dan 3 aspek dengan kriteria psikomotorik siswa diikuti dengan keenam
baik. Kelas XI IPA 4 diperoleh 5 aspek kemampuan afektif tersebut (Sukanti, 2011).
dengan kriteria sangat baik dan 1 aspek Data untuk tanggapan siswa
dengan kriteria baik. Nilai afektif terendah diperoleh setelah pembelajaran berakhir
kelas XI IPA 3 sebesar 75,00; nilai tertinggi untuk mengetahui pendapat siswa terhadap
100,00; dan nilai rata-rata 84,67. Nilai afektif pembelajaran praktikum hidrolisis garam
terendah kelas XI IPA 4 sebesar 75,00; nilai dilengkapi rubrik performance assessment.
tertinggi 100,00; dan nilai rata-rata 88,88. Kelas XI IPA 3 sebagian setuju yaitu 16
Siswa kelas XI IPA 3 maupun kelas XI IPA 4 siswa dari 38 siswa. Kelas XI IPA 4
memilki nilai afektif rata-rata dalam kriteria sebagian besar setuju yaitu 20 siswa dari 37
tinggi. Nilai afektif siswa yang dapat terlihat siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
setelah melakukan praktikum dengan siswa setuju dengan penerapan pem-
berpedoman rubrik performance assess- belajaran praktikum hidrolisis garam “uji
ment yaitu, kedisiplinan, kejujuran, larutan garam dalam air” dengan dilengkapi
kemandirian, rasa ingin tahu, bertanggung- rubrik performance assessment. Tanggapan
jawab, dan bekerjasama. Nilai afektif siswa siswa tersebut disajikan dalam Tabel 4.
yang terlihat tersebut menunjukkan
1258 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1250 - 1259

Tabel 4. Tanggapan siswa uji pemakaian skala besar terhadap penggunaan rubrik performance
assessment

Kriteria Tanggapan XI IPA 3 XI IPA 4


Sangat Setuju 13 9
Setuju 16 20
Tidak Setuju 9 8
Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah Siswa 38 37

Tanggapan tentang penggunaan yang tinggi antara observer dan siswa


rubrik performance assessment dalam tentang aspek-aspek sasaran keterampilan
praktikum hidrolisis garam “uji larutan garam dalam praktikum yang terdapat dalam rubrik
dalam air” juga diperoleh dari guru tersebut. Dampak dari penggunaan rubrik
pengampu kelas yang digunakan dalam juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa
penelitian ini. Hasil analisis deskriptif dari karena apabila telah mampu memaham
angket yang telah diisi menunjukkan bahwa rubrik tersebut maka materi praktikum juga
guru setuju dengan penggunaan rubrik. Hal semakin mudah untuk dipahami. Pening-
ini dikarenakan guru beranggapan berda- katan hasil belajar terbukti dengan
sarkan penelitian yang telah dilakukan, tercapainya indikator keberhasilan ketun-
rubrik dapat menarik minat belajar siswa, tasan belajar dan aspek psikomotorik serta
mendorong aktivitas belajar siswa, siswa afektif siswa juga dapat terukur. Penelitian
dapat lebih mudah memahami materi yang ini menunjukkan bahwa guru dan siswa juga
diajarkan. Penggunaan rubrik tersebut juga setuju dengan penggunaan rubrik
dapat membantu dalam penilaian kinerja performance assessment dalam materi
(psikomotorik) siswa dan dapat melatih praktikum hidrolisis garam “uji larutan garam
keterampilan kinerja siswa dalam praktikum. dalam air”.
Jadi, rubrik performace assessment sangat
tepat digunakan dalam praktikum hidrolisis SIMPULAN
garam “uji larutan garam dalam air”.
Berdasarkan penelitian yang Inovasi dalam rubrik performance
dilakukan, telah tercipta inovasi rubrik assessment telah memenuhi 3 komponen
performance assessment dalam materi penilaian, yaitu kelayakan isi, kebahasaan,
praktikum hidrolisis garam “uji larutan garam dan penyajian dengan rata-rata penilaian
dalam air” yang valid dan reliabilitas tinggi ahli sebesar 86,46% termasuk kriteria
sehingga memudahkan penilaian kinerja sangat layak. Rubrik juga dapat digunakan
(psikomotorik) siswa dan lebih menjamin sebagai panduan penilaian kinerja
ketepatan penilaian sasaran (Sudria dan (psikomotorik) siswa dalam kegiatan
Siregar, 2009). Rubrik yang diinovasi dapat praktikum hidrolisis garam “uji larutan garam
memudahkan pemahaman observer dan dalam air” dengan harga koefisien
siswa dalam memahami rubrik tersebut generalisabilitas tinggi yaitu, 0,711 dan
sehingga tercipta kesepahaman persepsi 0,744. Hasil belajar kognitif siswa pada
Nila Puspitasari, dkk, Pengembangan Rubrik Performance.... 1259

materi praktikum hidrolisis garam “uji larutan Prasetya, H.A., 2012, Pengaruh Pendekatan
Brain-Based Teaching terhadap
garam dalam air” setelah melakukan
Hasil Belajar Siswa Materi Pokok
kegiatan praktikum dengan dilengkapi rubrik Koloid Kelas XI Semeter 2 SMA
Negeri 1 Mejobo, Skripsi,
performance assessment dapat mencapai
Semarang: FMIPA UNNES.
ketuntasan belajar, yaitu tidak kurang dari
Rustaman, N.Y., 2005, Srategi Belajar
32 siswa dari siswa di kelas mencapai nilai Mengajar Biologi, Malang:
Universitas Negeri Malang.
KKM Kimia, dan karakter siswa yang dapat
Sudria, I.B.N dan Siregar, M., 2009,
dibangun selama kegiatan praktikum
Pengembangan Rubrik Penilaian
hidrolisis garam “uji larutan garam dalam air” Keterampilan Dasar Praktikum dan
Mengajar Kimia Pada Jurusan
antara lain adalah kedisiplinan, kejujuran,
Pendidikan Kimia, Jurnal Pendidikan
kemandirian, rasa ingin tahu, dan Pengajaran, Vol 42, No 3, Hal
222-233.
bertanggungjawab, dan bekerjasama.
Sudria, I.B.N dan Sya’aban, S., 2008,
Pengembangan Rubrik Assessment
Performance Keterampilan Dasar
Kimia dalam Perkuliahan Kimia
DAFTAR PUSTAKA
Dasar, Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan, Vol 2,
Adiguzel, T., 2011, Use of Audio No 1, Hal 30-41.
Modification in Science Vocabulary Sugiyono, 2010, Metode Penelitian
Assessment, Eurasia Journal of Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Mathematics, Science & Technology Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Education, Vol 7, No 4, Hal 215-225. Alfabeta.
Jannah, M, Sugianto, dan Sarwi, 2012, Sukanti, 2011, Penilaian Afektif dalam
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Akuntansi, Jurnal
Pembelajaran Berorientasi Nilai Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol
Karakter Melalui Inkuiri Terbimbing 9, No 1, Hal 74-82.
Materi Cahaya pada Siswa Kelas
VIII Sekolah Menengah Pertama, Susilaningsih, E., 2011, Pengembangan
Journal of Innovative Science Model Evaluasi Praktikum Kimia di
Education, Vol 1, No 1, Hal 61-67. Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan, Disertasi,
Kishbaugh, T.L.S., Cessna, S., Horst, S.J., Yogyakarta: Program Pascasarjana
Leaman, L., Flanagan, T., Neufeld, UNY.
D.G. dan Siderhurst, M., 2012,
Measuring Beyond Content: A Sutrisno, 2012, Pembelajaran Fluida
Rubric Bank For Assessing Skills In Menggunakan Model Jigsaw dengan
Authentic Research Assignments In Peer Assessment untuk
The Sciences, Chem. Educ. Res. Meningkatkan Aktivitas, Sikap
Ilmiah, dan Prestasi Belajar Siswa
Listyawati, M., 2012, Pengembangan Kelas XI IPA, Journal of Innovative
Perangkat Pembelajaran IPA Science Education, Vol 1, No 1, Hal
Terpadu di SMP, Journal of 10-18.
Innovative Science Education, Vol 1,
No 1, Hal 68-76.
Pahlevi, M., 2012, Pengaruh Pendekatan
Aesop’s Berbantuan Guidance
Worksheet terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Materi Pokok
Hidrokarbon, Skripsi, Semarang:
FMIPA UNNES.
1260 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1260 - 1270

PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM BERVISI SETS


UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN LABORATORIUM
DAN PENGUASAAN KOMPETENSI

Shinta Nur Baeti*, Achmad Binadja dan Endang Susilaningsih


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035
E-mail: shinta_enbhe@yahoo.com

ABSTRAK

Praktikum merupakan salah satu kegiatan yang sangat berperan dalam meningkatkan
keberhasilan proses belajar mengajar. Pembelajaran berbasis praktikum dapat digunakan
sebagai alternatif pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk belajar secara aktif
merekonstruksi pemahaman konseptualnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan keterampilan laboratorium dan penguasaan kompetensi pada materi hidrokarbon
melalui pembelajaran berbasis praktikum bervisi SETS. Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah posttest only control design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X suatu SMA Negeri di Pekalongan. Sampel diambil dengan teknik cluster random
sampling, diperoleh X-5 sebagai kelas eksperimen 1 dan X-6 sebagai kelas eksperimen 2,
dengan masing-masing terdiri dari 30 siswa. Keterampilan laboratorium meningkat secara
signifikan dengan rata-rata praktikum 1, 2 dan 3 pada kelas eksperimen 1 masing-masing 25,
31 dan 32. Penguasaan kompetensi kognitif meningkat secara signifikan pada kelas
eksperimen 1 dengan rata-rata 86 dengan 26 dari 30 siswa mencapai ketuntasan. Penguasaan
kompetensi afektif dan psikomotorik meningkat secara signifikan pada kelas eksperimen 1
dengan rata-rata masing-masing 20 dan 17. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran berbasis praktikum bervisi SETS dapat meningkatkan keterampilan
laboratorium dan penguasaan kompetensi pada materi hidrokarbon siswa.

Kata kunci: keterampilan laboratorium, pembelajaran berbasis praktikum, penguasaan


kompetensi, SETS

ABSTRACT

Practicum is one instrumental activity that is improving the success of the learning
process. Practicum-based learning can be used as an alternative learning which can encourage
students to learn actively reconstruct the conceptual understanding. This study aims to
determine the improvement of laboratory skills and mastery of competencies in hydrocarbon
materials through lab-based learning with SETS vision. The design used in this study is the
posttest only control design. The population in this study is a class X of an high school (SMA) in
Pekalongan. Samples were taken with a random cluster sampling technique, which the X-5 was
obtained as an experimental class 1 and X-6 as an experimental class 2, with each consisting of
30 students. Laboratory skills improved significantly by an average in Practicum 1, 2 and 3 in
the experimental class 1 respectively 25, 31 and 32. Mastery cognitive competence increased
significantly in the experimental class 1 with an average of 86 to 26 of the 30 students achieve
mastery. Affective and psychomotor competency mastery increased significantly in the
experimental class 1 with an average of respectively 20 and 17. Based on the results of this
study, it can be concluded that lab-based learning with SETS vision can improve laboratory
skills and mastery of student competencies in hydrocarbon material.

Keywords: laboratory skills, lab-based learning, mastery of competencies, SETS


Shinta Nur Baeti, dkk, Pembelajaran Berbasis Praktikum..... 1261

PENDAHULUAN untuk dilaksanakan praktikum. Namun,


kegiatan praktikum untuk mata pelajaran
Kegiatan praktikum merupakan salah kimia jarang dilaksanakan karena keter-
satu kegiatan yang sangat berperan dalam batasan waktu. Kegiatan praktikum di
meningkatkan keberhasilan proses belajar laboratorium sebenarnya dapat dilakukan
mengajar. Pembelajaran berbasis praktikum bersamaan dengan pembelajaran konsep.
dapat digunakan sebagai alternatif Kurangnya kegiatan praktikum mengakibat-
pembelajaran yang dapat mendorong siswa kan keterampilan laboratorium siswa
untuk belajar secara aktif merekonstruksi cenderung rendah. Pengalaman belajar
pemahaman konseptualnya (Duda, 2010). yang diberikan guru lebih ditekankan pada
Rustaman, et al., (2005) mengemukakan kegiatan ceramah dan latihan soal,
bahwa dalam pendidikan sains kegiatan sehingga hanya aspek kognitif saja yang
laboratorium (praktikum) merupakan bagian dinilai. Padahal aspek afektif dan psikomotor
integral dari kegiatan belajar mengajar. Hal penting untuk penilaian siswa selama
ini menunjukkan betapa pentingnya peranan proses pembelajaran. Perilaku-perilaku
praktikum untuk mencapai tujuan pendidikan kognitif, afektif, dan psikomotor yang
IPA. Selain itu Rustaman, et al., (2005) ditampilkan oleh siswa selanjutnya disebut
mengemukakan empat alasan mengenai dengan kompetensi. Lynn dan Nixon (1985)
pentingnya kegiatan praktikum sains, yaitu menyatakan bahwa kompetensi atau
(1) dapat membangkitkan motivasi belajar kemampuan terdiri dari pengalaman dan
siswa; (2) mengembangkan keterampilan pemahaman tentang fakta dan konsep,
dasar melakukan eksperimen; (3) menjadi peningkatan keahlian, selain itu juga
wahana belajar pendekatan ilmiah; serta (4) mengajarkan perilaku dan sikap.
menunjang materi pelajaran. Kebermaknaan suatu pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi yang dapat tercermin dalam pengaplikasian sains
telah dilakukan di suatu SMA Negeri di untuk teknologi serta dampaknya pada
Pekalongan, diperoleh data penguasaan lingkungan dan masyarakat. Sains memiliki
kompetensi kognitif siswa pada materi nilai-nilai yang dikandungnya, sikap dan
pokok hidrokarbon masih rendah. Hal ini keterkaitan sains, lingkungan, teknologi, dan
ditunjukkan dengan ketuntasan klasikal nilai masyarakat (salingtemas). Pembelajaran
ulangan harian siswa pada materi sains yang efektif harus memperhatikan dua
hidrokarbon tahun pelajaran 2011/2012 hal, yaitu hakekat bagaimana siswa belajar
belum mencapai 70%, dengan kriteria dan hakekat materi yang diajarkan. Hakekat
ketuntasan minimal (KKM) 75. Sekolah sains yang meliputi sains sebagai konten,
tersebut memiliki fasilitas yang cukup proses, sikap, nilai, dan salingtemas harus
memadai seperti perpustakaan, ruang tercakup dalam proses pembelajaran
multimedia, dan laboratorium kimia. (Romlah, 2009). Perlunya menggunakan
Peralatan dan bahan-bahan kimia di pembelajaran model SETS yaitu, siswa
laboratorium cukup lengkap dan memadai diharapkan memahami implikasi hubungan
1262 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1260 - 1270

antar unsur SETS. SETS akan membimbing semester ganjil yang diperoleh bahwa
siswa berfikir aktif dan bertindak me- keduanya homogen.
mecahkan masalah lingkungan atau segala Variabel bebas dalam penelitian ini
sesuatu yang berhubungan dengan adalah metode pembelajaran yang
masyarakat (Binadja, 1999). dilaksanakan dengan variasi pembelajaran
Pembelajaran berbasis praktikum berbasis praktikum bervisi SETS dan
bervisi SETS dapat digunakan sebagai pembelajaran berbasis praktikum, sedang-
alternatif untuk mengembangkan keteram- kan variabel terikatnya yaitu keterampilan
pilan laboratorium dan penguasaan kom- laboratorium dan penguasaan kompetensi.
petensi siswa. Pembelajaran ini memberikan Metode pengumpulan data dilakukan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja di dengan metode dokumentasi, metode tes,
laboratorium dan mengaplikasikan sains lembar observasi dan angket. Instrumen
pada teknologi serta mengetahui dampak- yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nya terhadap ling-kungan dan masyarakat. soal postest penguasaan kompetensi
Rumusan masalah dalam penelitian kognitif, lembar observasi dan angket
ini adalah: Apakah penerapan pembelajaran tanggapan siswa. Data penelitian pengua-
berbasis praktikum bervisi SETS mem- saan kompetensi kognitif dianalisis secara
berikan peningkatan terhadap keterampilan statistik parametrik dihitung dengan uji t dan
laboratorium dan penguasaan kompetensi uji anava untuk mengetahui peningkatan
hidrokarbon siswa? Sehingga tujuan dari yang signifikan. Penguasaan kompetensi
penelitian ini adalah untuk mengetahui afektif, psikomotor, dan keterampilan
apakah penerapan pembelajaran berbasis laboratoriun siswa dianalisis menggunakan
praktikum bervisi SETS memberikan pening- uji anava untuk mengetahui peningkatan
katan terhadap keterampilan laboratorium rata-rata dari penilaian awal dan penilaian
dan penguasaan kompetensi siswa. akhir. Pada kelas eksperimen 1. diterapkan
pembelajaran berbasis praktikum bervisi
METODE PENELITIAN SETS dan kelas eksperimen 2 diterapkan

Penelitian ini dilakukan di suatu pembelajaran berbasis praktikum.

SMA Negeri di Pekalongan pada materi


HASIL DAN PEMBAHASAN
hidrokarbon. Desain penelitian yang dipakai
yaitu posttest only control design. Populasi Observasi pada keterampilan labora-
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-1 torium dilakukan saat siswa melakukan
sampai X-8 tahun pelajaran 2012/2013. kegiatan praktikum, yakni dari praktikum
Kelas X-5 merupakan kelas eksperimen 1 pertama, kedua dan ketiga. Nilai rata-rata
dan kelas X-6 merupakan kelas eksperimen tiap aspek keterampilan laboratorium kedua
2 yang diambil dengan teknik cluster kelas eksperimen disajikan pada Tabel 1.
random sampling dengan pertimbangan
hasil uji homogenitas terhadap nilai mid
Shinta Nur Baeti, dkk, Pembelajaran Berbasis Praktikum..... 1263

Tabel 1. Rata-rata tiap aspek nilai keterampilan laboratorium

Eksperimen 1 Eksperimen 2
Aspek
P1 P2 P3 P1 P2 P3
Menyiapkan alat 2,5 3,4 3,5 2,5 3,3 3,4
Menyiapkan bahan 2,6 3,1 3,2 2,5 3,1 3,3
Menyiapkan format laporan sementara 2,7 3,0 3,1 2,7 3,0 3,2
Melaksanakan prosedur kerja 2,6 2,8 3,1 2,6 2,8 3,0
Menggunakan alat 1,8 3,0 3,2 1,9 3,0 3,1
Menggunakan bahan dengan tepat 2,4 3,2 3,3 2,4 3,2 3,3
Melakukan pengamatan 2,7 3,4 3,5 2,7 3,3 3,4
Membersihkan alat dan tempat praktikum 2,5 3,1 3,2 2,5 3,2 3,3
Merapikan alat 2,6 3,1 3,2 2,6 3,0 3,2
Membuat laporan sementara 2,5 3,2 3,4 2,5 3,2 3,3

Nilai keterampilan laboratorium dalam langkah-langkah kerja dalam praktikum


satu kelas untuk kelas eksperimen 1 dan untuk kelas eksperimen 1 sama dengan
eksperimen 2 pada praktikum pertama, kelas eksperimen 2.
kedua dan ketiga masing-masing sebesar Pada kelas eksperimen 1 dan
25, 31 dan 32. Hasil analisis data nilai eksperimen 2, setelah dianalisis mengguna-
keterampilan laboratorium menggunakan uji kan uji anava satu jalur diperoleh hasil
anava satu jalur untuk kelas eksperimen 1 bahwa rata-rata nilai keterampilan
dan eksperimen 2 pada praktikum pertama, laboratorium dari praktikum pertama hingga
kedua dan ketiga diperoleh harga Fhitung praktikum ketiga terdapat perbedaan. Uji
kurang dari Ftabel. Hal ini berarti rata-rata pasca anava menghasilkan rata-rata nilai
keterampilan laboratorium kelas eksperimen keterampilan laboratorium yang berbeda
1 dengan kelas eksperimen 2 pada signifikan yaitu rata-rata nilai keterampilan
praktikum pertama, kedua dan ketiga tidak laboratorium yang pertama dengan kedua
terdapat perbedaan. Hal ini disebabkan serta rata-rata nilai keterampilan labora-
karena praktikum yang diberikan dan torium yang pertama dengan ketiga.
Jika diurutkan rata-rata nilai keteram- sebagian siswa belum dapat menggunakan
pilan laboratorium dari paling tinggi hingga alat-alat praktikum dengan benar. Pada
paling rendah yaitu perolehan nilai pada praktikum kedua dan ketiga terjadi
praktikum ketiga, praktikum kedua dan peningkatan keterampilan laboratorium pada
praktikum pertama. kelas eksperimen 1 maupun kelas ekspe-
Nilai rata-rata keterampilan labora- rimen 2. Peningkatan ini terjadi karena
torium pada kedua kelas eksperimen pada siswa sudah memiliki pengalaman me-
praktikum pertama masih tergolong rendah, lakukan kegiatan praktikum pada praktikum
hal ini dikarenakan siswa pada kedua kelas pertama. Pembelajaran berbasis praktikum
eksperimen baru pernah melakukan dapat meningkatkan keterampilan labora-
kegiatan praktikum. Sebagian besar siswa torium siswa, seperti keterampilan
belum mengenal alat-alat serta bahan- menggunakan alat dan bahan, keterampilan
bahan praktikum. Saat kegiatan praktikum, melakukan prosedur kerja, keterampilan
1264 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1260 - 1270

melakukan pengamatan, keterampilan me- rimen diambil dua nilai, yaitu penilaian awal
ngumpulkan data serta keterampilan sebelum perlakuan dan penilaian akhir
membuat kesimpulan dalam laporan semen- selama perlakuan. Sebelum perlakuan
tara, hal ini sesuai dengan Tabel 1 (Adane dilakukan ketika guru kimia menggunakan
dan Admas, 2011). Pembelajaran berbasis metode ceramah. Sedangkan penilaian
praktikum dapat melatih siswa dalam akhir yaitu penilaian dilakukan ketika
melakukan keterampilan kerja laboratorium menggunakan pembelajaran berbasis prak-
serta meningkatkan keterampilan labora- tikum bervisi SETS pada kelas eksperimen
torium karena melalui praktikum siswa 1 dan pembelajaran berbasis praktikum
memperoleh pengalaman langsung dalam pada kelas eksperimen 2. Nilai rata-rata tiap
menggunakan alat-alat praktikum (Arifin, aspek penguasaan kompetensi afektif
1995; Romlah, 2009). disajikan pada Tabel 2.
Penilaian penguasaan kompetensi
afektif untuk masing-masing kelas ekspe-

Tabel 2. Nilai rata-rata tiap aspek penguasaan kompetensi afektif


Eksperimen 1 Eksperimen 2
Aspek
Nilai awal Nilai akhir Nilai awal Nilai akhir
Minat 3,3 3,7 3,2 3,6
Kesiapan 2,5 3,1 2,5 2,9
Sikap 2,7 3,3 2,7 3,0
Kedisiplinan 2,7 3,2 2,7 3,1
Kerapian 2,6 3,1 2,6 2,9
Tanggung jawab 2,8 3,4 2,8 3,5

Nilai penguasaan kompetensi afektif afektif kelas eksperimen 1 dengan


dalam satu kelas untuk kelas eksperimen 1 eksperimen 2 pada penilaian akhir. Pengua-
dan eksperimen 2 pada penilaian awal saan kompetensi afektif kelas eksperimen 1
sebesar 17 dan penilaian akhir masing- lebih baik dari kelas eksperimen 2.
masing sebesar 19 dan 20. Uji anava satu Peningkatan penguasaan kompe-
jalur, diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada tensi afektif dilihat dari rata-rata nilai kedua
perbedaan rata-rata afektif pada penilaian kelas eksperimen pada penilaian awal dan
awal antara kelas eksperimen 1 dan ekspe- penilaian akhir. Pada kelas eksperimen 1
rimen 2. Pada penilaian akhir dilakukan uji setelah diuji menggunakan uji anava satu
anava satu jalur, diperoleh kesimpulan jalur didapatkan harga Fhitung lebih besar dari
bahwa ada perbedaan rata-rata afektif pada Fkritis yang berarti ada perbedaan rata-rata
penilaian akhir antara kelas eksperimen 1 nilai afektif pada penilaian awal dan
dan eksperimen 2. Hasil uji lanjut pasca penilaian akhir. Uji lanjut pasca anava
anava didapatkan Fhitung lebih besar dari (metode scheffe) diperoleh harga Fhitung jauh
Fkritis, sehingga dapat disimpulkan bahwa lebih besar dari Fkritis. Hal ini berarti ada
ada perbedaan yang signifikan rata-rata perbedaan yang signifikan antara rata-rata
Shinta Nur Baeti, dkk, Pembelajaran Berbasis Praktikum..... 1265

nilai afektif pada penilaian awal dan Dalam pembelajaran praktikum bervisi
penilaian akhir, dan dapat disimpulkan ada SETS pada kelas eksperimen 1, siswa
peningkatan rata-rata nilai afektif siswa sangat antusias dalam mengikuti pembe-
kelas eksperimen 1. lajaran ketika mengaitkan materi dengan
Pada kelas eksperimen 2 uji anava unsur-unsur SETS, sehingga berdampak
satu jalur didapatkan harga F hitung lebih pula pada kedisiplinan, kerapian dan
besar dari Fkritis yang berarti ada perbedaan tanggung jawab seperti ditunjukkan pada
rata-rata nilai afektif pada penilaian awal Tabel 2 (Rahmiyati, 2008).
dan penilaian akhir. Uji lanjut pasca anava Penilaian penguasaan kompetensi
(metode scheffe), diperoleh harga Fhitung jauh psikomotorik untuk masing-masing kelas
lebih besar dari Fkritis. Hal ini berarti ada eksperimen diambil dua nilai, yaitu penilaian
perbedaan yang signifikan antara rata-rata awal sebelum perlakuan dan penilaian akhir
nilai afektif pada penilaian awal dan selama perlakuan. Sebelum perlakuan
penilaian akhir, atau dapat disimpulkan ada maksudnya penilaian dilakukan ketika guru
peningkatan rata-rata nilai afektif siswa kimia yang mengajar menggunakan metode
kelas eksperimen 2. ceramah. Sedangkan penilaian akhir
Pembelajaran praktikum yang dite- dilakukan ketika menggunakan pembelaja-
rapkan pada kedua kelas eksperimen dapat ran berbasis praktikum bervisi SETS pada
meningkatkan penguasaan kompetensi kelas eksperimen 1 dan pembelajaran
afektif siswa. Kegiatan praktikum dapat berbasis praktikum pada kelas eksperimen
meningkatkan kesiapan dan minat siswa 2. Nilai rata-rata penguasaan kompetensi
dalam belajar karena siswa mempersiapkan dalam satu kelas disajikan pada Gambar 1.
sebelumnya dan berhubungan langsung
dengan objek yang diamati (Hayat, 2010).

Gambar 1. Grafik rata-rata nilai psikomotorik

Peningkatan penguasaan kompetensi kelas eksperimen pada penilaian awal dan


psikomotorik dilihat dari rata-rata nilai kedua penilaian akhir. Pada kelas eksperimen 1
1266 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1260 - 1270

rata-rata skor psikomotorik pada penilaian tikum bervisi SETS dapat meningkatkan
awal dan penilaian akhir masing-masing penguasaan kompetensi psikomotorik
sebesar 14 dan 17. Setelah diuji meng- siswa. Adapun aspek-aspek psikomotorik
gunakan uji anava satu jalur didapatkan yang dinilai yaitu menulis, berbicara, dan
harga Fhitung lebih besar dari Ftabel yang bekerjasama. Rata-rata nilai psikomotorik
berarti ada perbedaan rata-rata nilai kedua kelas eksperimen sama-sama
psikomotorik pada penilaian awal dan meningkat dari penilaian awal ke penilaian
penilaian akhir. Uji dilanjutkan dengan uji akhir, tetapi pada penilaian akhir rata-rata
lanjut pasca anava (metode scheffe), nilai psikomotorik kelas eksperimen 1 lebih
diperoleh harga Fhitung jauh lebih besar dari tinggi dari kelas eksperimen 2.
Ftabel. Hal ini berarti ada perbedaan yang Tingginya rata-rata nilai psikomotorik
signifikan antara rata-rata nilai psikomotorik siswa pada kelas eksperimen 1 dikarenakan
pada penilaian awal dan penilaian akhir, dan pada pembelajaran yang diterapkan, yakni
dapat disimpulkan ada peningkatan rata-rata pembelajaran berbasis praktikum bervisi
nilai psikomotorik siswa kelas eksperimen 1. SETS, siswa aktif mengikuti kegiatan
Kelas eksperimen 2 rata-rata nilai praktikum dan diskusi mengenai keterkaitan
psikomotorik pada penilaian awal dan sains dengan lingkungan, teknologi dan
penilaian akhir masing-masing sebesar 14 masyarakat. Dalam kegiatan diskusi
dan 16. Uji anava satu jalur didapatkan mengenai unsur-unsur SETS materi
harga Fhitung lebih besar dari Ftabel yang hidrokarbon siswa dituntut aktif menulis hasil
berarti ada perbedaan rata-rata nilai diskusi, aktif bekerjasama dalam diskusi
psikomotorik pada penilaian awal dan kelompok dan berbicara saat mempresen-
penilaian akhir. Uji dilanjutkan dengan uji tasikan hasil diskusi kelompok.
lanjut pasca anava (metode scheffe), Berdasarkan analisis data diperoleh
diperoleh harga Fhitung jauh lebih besar dari adanya perbedaan rata-rata nilai kognitif
Ftabel. Hal ini berarti ada perbedaan yang dari kedua kelas eksperimen dengan tahun
signifikan antara rata-rata nilai psikomotorik lalu. Dari data postes diketahui bahwa rata-
pada penilaian awal dan penilaian akhir, rata nilai kognitif kelas eksperimen 1 lebih
atau dapat disimpulkan ada peningkatan tinggi dari kelas eksperimen 2 dan tahun lalu
rata-rata nilai psikomotorik siswa kelas yaitu masing-masing sebesar 86, 79 dan 70.
eksperimen 2. Rata-rata nilai penguasaan kompetensi
Perhitungan analisis data menunjuk- kognitif disajikan pada Gambar
kan bahwa pembelajaran berbasis prak-
Shinta Nur Baeti, dkk, Pembelajaran Berbasis Praktikum..... 1267

Gambar 2. Grafik rata-rata nilai kognitif

Hasil perhitungan ketuntasan klasikal mencapai ketuntasan klasikal. Data


diperoleh kelas eksperimen 1 mencapai ketuntasan masing-masing kelas disajikan
ketuntasan klasikal sedangkan kelas pada Tabel 3.
eksperimen 2 dan kelas tahun lalu belum

Tabel 3. Data ketuntasan klasikal


Jumlah siswa Jumlah siswa Jumlah siswa
Kelas
keseluruhan tuntas tidak tuntas
Eksperimen 1 30 26 4
Eksperimen 2 30 22 8
Tahun Lalu 30 16 14

Hasil perhitungan uji rata-rata satu SETS memberikan hasil nilai kognitif dan
pihak kanan, uji ketuntasan rata-rata nilai ketuntasan klasikal yang paling baik karena
kognitif dan uji anava satu jalur menunjuk- dalam proses pembelajarannya siswa
kan bahwa ada perbedaan antara kelas melakukan kegiatan praktikum dan mengait-
eksperimen 1 dan eksperimen 2 serta kedua kan hasil praktikum ke dalam unsur-unsur
kelas eksperimen dengan kelas tahun lalu. SETS. Pembelajaran berbasis praktikum
Kelas eksperimen 1 lebih baik dari kelas bervisi SETS dapat meningkatkan minat
eksperimen 2 dan kelas tahun lalu, dan siswa dan membuat siswas lebih antusias
kelas eksperimen 2 lebih baik dari kelas dalam mengikuti pelajaran sehingga ber-
tahun lalu. Hal ini dikarenakan diterapkan- dampak pada kognitif siswa (Slish dan
nya pembelajaran yang berbeda, pada kelas Donald, 2005). Pembelajaran bervisi SETS
eksperimen 1 diterapkan pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan kognitif
berbasis praktikum bervisi SETS, kelas siswa yang ditandai dengan meningkatnya
eksperimen 2 diterapkan pembelajaran rata-rata nilai kognitif dan tingginya
berbasis praktikum sedangkan tahun lalu ketuntasan klasikal dalam satu kelas
hanya menggunakan metode ceramah. (Afriawan, et al., 2012; Mulyani, 2008).
Pembelajaran berbasis praktikum bervisi
1268 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1260 - 1270

Berdasarkan hasil tanggapan siswa terlihat dari jawaban siswa yang sebagian
diketahui bahwa siswa menyukai pem- besar menyatakan bahwa dengan kegiatan
belajaran dengan kegiatan praktikum. Pada praktikum dan pembelajaran SETS dapat
kelas eksperimen 1 yang diterapkan mempermudah dalam memahami materi
pembelajaran berbasis praktikum bervisi pelajaran, mengajak siswa aktif, dan
SETS, siswa sangat antusias untuk membangun kerjasama antar siswa.
mengikuti pembelajaran praktikum. Selain Tanggapan siswa kelompok eksperimen 1
itu siswa lebih termotivasi ketika dalam terhadap pembelajaran berbasis praktikum
proses pembelajaran mengaitkan materi bervisi SETS disajikan pada Tabel 4.
dengan lingkungan, teknologi dan masya-
rakat (Nuryanto dan Binadja, 2010). Hal ini

Tabel 4. Hasil Angket Tanggapan Siswa


No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya merasa tertarik dan senang dengan
4 25 1
pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum 0
siswa siswa siswa
bervisi SETS materi hidrokarbon
2. Saya lebih mudah memahami materi pelajaran
yang disampaikan oleh guru dengan 6 20 4
0
menggunakan pembelajaran berbasis siswa siswa siswa
praktikum bervisi SETS
3. Saya dapat meningkatkan kemampuan saya
4 23 3
untuk mengingat suatu konsep melalui 0
siswa siswa siswa
pembelajaran berbasis praktikum bervisi SETS
4. Saya lebih mudah dalam menyelesaikan soal 5 22 3
0
hidrokarbon siswa siswa siswa
5. Saya bersemangat melakukan kegiatan 6 23 1
0
praktikum pada materi hidrokarbon siswa siswa siswa
6. Saya tidak segan bertanya kepada guru jika 7
20 3 0
ada pelajaran yang tidak jelas siswa
7. Saya lebih mudah memahami materi setelah
6 23 1
melakukan praktikum yang sesuai dengan 0
siswa siswa siswa
materi
8. Saya bersemangat mengerjakan soal latihan di 5 20 5 1
kelas dan di rumah yang diberikan oleh guru siswa siswa siswa siswa
9. Pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum 6 24
0 0
bervisi SETS sesuai untuk materi hidrokarbon siswa siswa
10. Saya termotivasi untuk lebih giat belajar
5 20 4 1
karena mengikuti pelajaran kimia dengan
siswa siswa siswa siswa
pembelajaran berbasis praktikum bervisi SETS

Hasil analisis angket mengenai belajaran berbasis praktikum memberi


tanggapan siswa terhadap pembelajaran kesempatan siswa untuk belajar aktif. Siswa
berbasis praktikum menyatakan bahwa dapat bereksplorasi melalui kegiatan yang
pembelajaran lebih menarik, meningkatkan relevan untuk memperoleh pengalaman dan
minat belajar, dan membantu memahami konsep baru. Pembelajaran berbasis
konsep yang diajarkan. Siswa senang dan praktikum menjadikan proses pembelajaran
tertarik dengan pembelajaran, karena pem- menjadi lebih hidup dan bermakna bagi
Shinta Nur Baeti, dkk, Pembelajaran Berbasis Praktikum..... 1269

siswa (Sukaesih, 2011). Hasil tanggapan Arifin, M., 1995, Pengembangan Program
Pengajaran Bidang Studi Kimia,
siswa menyatakan bahwa kegiatan
Surabaya: Airlangga University
laboratorium dengan visi SETS dapat Press.
membantu siswa membantu memahami Binadja, A., 1999, Cakupan Pendidikan
materi pelajaran dan meningkatkan motivasi SETS untuk Bidang Sains dan Non
Sains, Makalah disajikan dalam
untuk giat belajar. Kegiatan laboratorium seminar lokakarya Pendidikan SETS
juga dapat meningkatkan kemampuan untuk bidang Sains dan Non Sains,
Kerjasama antara SEMEORECSAM
kognitif, memecahkan masalah, mengerja- dan UNNES Semarang 14 -15
kan tugas-tugas laboratorium dan juga Desember 1999.

kemampuan untuk melakukan observasi Duda, H. J., 2010, Pembelajaran Berbasis


Praktikum dan Asesmennya pada
(Hofstein, 2004). Sistem Ekskresi untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Kelas XI, VOX Edukasi,
Vol 1, No 2, Hal: 29-39.
SIMPULAN
Hayat, M. S., 2010, Pembelajaran Berbasis
Praktikum pada Konsep Invertebrata
Penerapan pembelajaran berbasis untuk Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan
praktikum bervisi SETS dapat meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa, Tesis: UPI
keterampilan laboratorium dan penguasaan Bandung.

kompetensi hidrokarbon siswa. Penerapan Hofstein, 2004, The Laboratory in Chemistry


Education: Thirty Years of
pembelajaran tersebut dapat meningkatkan Experience with Developments,
keterampilan laboratorium dan penguasaan Implementation, and Research,
Journal Research and Practice, Vol
kompetensi hidrokarbon siswa secara 5, No 3, Hal: 247-264.
signifikan.
Lynn, V. C. dan Nixon, J. E, 1985, Physical
Education: Teacher Education, New
York: John Wiley and Sons, Inc.

DAFTAR PUSTAKA Mulyani, 2008, Pengaruh Pembelajaran


Kimia Dengan Pendekatan SETS
menggunakan Media CD
Adane, L. dan Admas, A., 2011, Relevance Pembelajaran Terhadap Hasil
and Safety of Chemistry Laboratory Belajar Kimia Siswa SMA Negeri 14
Experiments from Students Semarang, Skripsi. Jurusan Kimia
Perspective: A Case Study at Jimma FMIPA UNNES
University, Southwestern Ethiopia. Nuryanto dan Binadja, A., 2010, Efektivitas
Department of Chemistry, Jimma Pembelajaran Kimia dengan
University, Southwstern Ethiopia, Pendekatan Salingtemas ditinjau
Journal Educational Research, Vol dari Minat dan Hasil Belajar Siswa,
2, No 12, Hal: 1749-1758. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol
Afriawan, M., Binadja, A. dan Latifah, 2012, 4, No 1, Hal: 552-556.
Pengaruh Penerapan Pendekatan Rahmiyati, S., 2008, Keefektifan
Savi Bervisi Sets Pada Pencapaian Pemanfaatan Laboratorium di
Kompetensi Terkait Reaksi Redoks, Madrasah Aliyah Yogyakarta, Jurnal
Unnes Science Education Journal, Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,
Vol 1, No 2, Hal : 2252-6617. Vol 11, No 1, Hal: 84-95.
1270 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1260 - 1270

Romlah, O., 2009, Peranan Praktikum


dalam Mengembangkan
Keterampilan Proses dan Kerja
Laboratorium, Makalah disampaikan
pada pertemuan MGMP Biologi
Kabupaten Garut, 3 Februari 2009.
Rustaman, N., Dirdjosoemarto, S., Yudianto,
S. A., Achmad, Y., Subekti, R.,
Rochiantaniawati, D., dan Nurjhani,
M., 2005, Strategi Belajar Mengajar
Biologi, Malang: UM PRESS.
Slish, J. dan Donald, E., 2005, Assesment of
the Use of the Jigsaw Method and
Active Learning in Major
Introductory Biology, Journal of
Science Education, Vol 31, No 4,
Hal: 566-682.
Sukaesih, S., 2011, Analisis Sikap Ilmiah
dan Tanggapan Siswa Terhadap
Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Praktikum, Jurnal
penelitian pendidikan, Vol 28, No 1,
Hal: 77-85.
Zara Bunga Namira, dkk, Keefektifan Strategi Metakognitif.... 1271

KEEFEKTIFAN STRATEGI METAKOGNITIF BERBANTU


ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR KIMIA SISWA

Zara Bunga Namira*, Ersanghono Kusumo dan Agung Tri Prasetya


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035
E-mail: namirazara@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode


pembelajaran dengan strategi metakognitif berbantu Advance Organizer. Desain penelitan yang
digunakan adalah pretest-posttest control group design. Keefektifan penelitian akan ditunjukkan
dengan ketuntasan belajar klasikal siswa minimal 85%. Populasi penelitian adalah seluruh
siswa kelas X suatu SMA di Tengaran. Sampel penelitian adalah kelas X-5 (kelas eksperimen)
dan X-4 (kelas kontrol) yang diambil dengan teknik Cluster Random Sampling. Kelas
eksperimen menerapkan pembelajaran dengan strategi metakogntif berbantu Advance
Organizer sedangkan kelas kontrol tidak menerapkan strategi metakognitif berbantu Advance
Organizer. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi afektif dan
psikomotorik, tes hasil belajar kognitif dan lembar angket respon siswa. Data hasil penelitian
diambil dari hasil belajar dan respon siswa. Berdasarkan analisis data diperoleh rata-rata hasil
belajar kognitif siswa kelas eksperimen sebesar 78,32 dan kelas kontrol sebesar 75,09 dengan
ketuntasan belajar klasikal kognitif kelas eksperimen sebesar 88,23% dan kelas kontrol sebesar
70,59%. Siswa kelas eksperimen rata-rata memiliki respon baik terhadap penggunaan strategi
metakognitif berbantu Advance Organizer pada pembelajaran yang diterapakan. Kesimpulan
yang dapat diambil yakni strategi metakognitif berbantu Advance Organizer terbukti efektif
terhadap peningkatan hasil belajar siswa di sekolah.

Kata kunci: advance organizer, hasil belajar, strategi metakognitif

ABSTRACT

This study aims to determine the effectiveness of the use of learning methods with
metacognitive strategies assisted Advance Organizer. Research design used was a pretest-
posttest control group. The effectiveness of the research will be presented with the classical
student learning completeness minimum 85%. The study population was all students of class X
in a school of Tengaran. Samples were X-5 class (the experimental class) and X-4 (grade
control) were taken with a cluster random sampling technique. Experimental class implements
metakogntif assisted learning strategies Advance Organizer while the control class is not apply
metacognitive strategies assisted Advance Organizer. The research instrument used is the
observation sheet affective and psychomotor, cognitive and achievement test sheet student
questionnaire responses. The data were taken from learning outcomes and student response.
Based on data analysis, it obtained that the average student learning outcomes for experimental
class was 78.32, and control class was 75.09, with classical cognitive mastery of learning
outcomes for experimental class was 88.23% and control class was 70.59%. The average of
experimental class students have a good response on learning that used metacognitive
strategies assisted Advance Organizer. It can be concluded that metacognitive strategies
assisted Advance Organizer effectively can improve the student learning outcomes in school.

Keywords: advance organizer, learning outcomes, strategy metacognitive


1272 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1271 - 1280

PENDAHULUAN ngan pengetahuan sebelumnya, atau meng-


aplikasikannya dalam situasi kehidupan
Pemerintah melalui berbagai program nyata (Warpala, 2009). Implementasi aspek-
selalu berusaha memajukan pendidikan di aspek pelaksanaan pembelajaran itu harus
Indonesia, mulai dari wajib belajar 9 tahun selalu diupayakan agar tidak semata-mata
sampai diberlakukannya perubahan kuri- mengacu pada kepentingan transfer
kulum. Penerapan kurikulum yang baru informasi saja tetapi mengacu pada
disesuaikan dengan kebutuhan siswa kecakapan berpikir tingkat tinggi (Susantini,
diharapkan mampu meningkatkan kualitas 2010)
lulusan dan kualitas pendidikan di Salah satu mata pelajaran yang tidak
Indonesia. Tugas seorang guru bukan bisa diajarkan dengan hanya satu sumber
hanya menyampaikan materi yang ada di informasi saja adalah kimia. Oleh sebab itu
buku teks melainkan juga berupaya sampai saat ini kimia dianggap sebagai
menjadikan pembelajaran menjadi sesuatu mata pelajaran yang sulit dan mem-
yang bermakna bagi siswa. Keberhasilan bosankan bagi siswa karena selain banyak
proses belajar mengajar merupakan hal rumus yang harus dihafal, juga terdapat
utama yang didambakan dalam melaksana- beberapa materi yang membutuhkan
kan pendidikan sekolah. Komponen utama visualiasasi dengan bantuan media lain,
dalam kegiatan belajar mengajar adalah tidak hanya sekedar ceramah. Anggapan
siswa dan guru, dalam hal ini siswa menjadi tersebut menyebabkan siswa memberikan
subjek belajar. Oleh karena itu, paradigma respon yang kurang positif terhadap
pembelajaran yang berpusat pada guru pembelajaran kimia yang akhirnya juga
hendaknya diubah menjadi pembelajaran mempengaruhi ketuntasan belajar siswa.
yang berpusat pada siswa (Fajri, 2012). Ada banyak penelitian yang dilakukan terkait
Kenyataan yang ditemui di suatu SMA di dengan pemilihan metode, strategi,
Tengaran, hasil observasi menunjukkan pendekatan dan teknik pembelajaran yang
bahwa sebagian besar guru khususnya dapat membantu siswa meningkatkan hasil
pada mata pelajaran kimia hanya belajar. Salah satu strategi menjadikan
mentransfer pengetahuan atau informasi informasi yang mudah diingat dan dipahami
yang ada di buku. Siswa cenderung pasif di adalah strategi metakognitif.
dalam kelas dalam menerima pelajaran, Pembelajaran dengan strategi meta-
lebih banyak diam, mendengar, mencatat, kognitif merupakan pembelajaran yang
menghafal kemudian bosan dan tidak menanamkan kesadaran bagaimana meran-
bersungguh-sungguh mengikuti proses cang, memonitor serta mengontrol tentang
pembelajaran. Pembelajaran konvensional apa yang mereka ketahui, apa yang
menekankan pada resitasi konten, tanpa diperlukan untuk mengerjakan dan bagai-
memberikan waktu yang cukup kepada mana melakukannya (Maulana, 2008).
siswa untuk merefleksi materi-materi yang Strategi metakognitif dilakukan dalam tiga
dipresentasikan, menghubungkannya de- tahap, yakni tahap proses sadar belajar,
Zara Bunga Namira, dkk, Keefektifan Strategi Metakognitif.... 1273

tahap merencanakan belajar, tahap ajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan


monitoring dan refleksi belajar (Romli, untuk mengetahui keefektifan strategi
2009). Metakognitif dapat dinilai dengan metakognitif berbantu Advance Organizer
menggunakan kuesioner untuk melaporkan terhadap peningkatan hasil belajar siswa
persepsi dan kemampuan memecahkan pada materi hidrokarbon.
masalah siswa (Downing, 2009).
Strategi metakognitif melalui multi- METODE PENELITIAN
strategi dan dikombinasikan dalam sebuah
jurnal belajar lebih berpotensi untuk Penelitian ini dilakukan di suatu SMA
meningkatkan hasil belajar siswa terutama di Tengaran Kabupaten Semarang yakni
dalam aspek kognitif. Penelitian ini siswa kelas X pada mata pelajaran kimia
menggunakan strategi metakognitif dengan dan materi hidrokarbon. Desain penelitian
bantuan Advance Organizer. Istilah Advance yang dipakai yaitu pretest-posttest control
Organizer diartikan sebagai kesadaran group design yaitu desain penelitian dengan
siswa terhadap struktur pengetahuan yang melihat perbedaan pretest maupun posttest
telah dimilikinya sehingga informasi baru antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dikaitkan dengan pengetahuan (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian
sebelumnya (Dahar, 1996). Saat ini ini adalah siswa kelas X-1 sampai X-9 suatu
Advance Organizer dianggap sebagai alat SMA di Tengaran tahun pelajaran 2012/
yang dapat dipakai untuk memberikan suatu 2013. Kelas X-5 merupakan kelas ekspe-
bahan pendahuluan terhadap apa yang rimen sedangkan kelas X-4 merupakan
dipelajari untuk membantu siswa meng- kelas kontrol yang diambil dengan
organisasi, mengingat, dan mengaitkan menggunakan teknik cluster random
dengan pengetahuan sebelumnya terhadap sampling. Variabel dalam penelitian ini ada
pengetahuan baru yang akan dipelajari tiga, yakni variabel bebas, variabel kontrol
(Wachanga, 2013). Advance Organizer dan variabel terikat. Variabel bebas dalam
dapat meningkatkan pemahaman siswa penelitian ini yaitu strategi pembelajaran.
tentang berbagai macam materi pelajaran Variasi perlakuan pada kelas eksperimen
dan lebih berguna untuk mengajarkan isi adalah dengan menggunakan strategi
pelajaran yang telah mempunyai struktur metakognitif berbantu Advance Organizer
kognitif relevan yang ada dalam diri siswa sedangkan pada kelas kontrol tanpa
(Dahar, 1996). menggunakan strategi metakognitif berbantu
Berdasarkan uraian diatas maka Advance Organizer atau menerapkan pem-
permasalahan yang dihadapi dalam belajaran ceramah. Variabel terikat pada
penelitian ini adalah apakah strategi penelitian ini yaitu hasil belajar siswa SMA N
metakognitif berbantu Advance Organizer 1 Tengaran yang dinyatakan dengan hasil
efektif terhadap peningkatan hasil belajar belajar tes kognitif, penilaian aspek afektif
siswa di suatu SMA di Tengaran pada dan aspek psikomotorik sedangkan variabel
materi pokok hidrokarbon kelas X tahun kontrol dalam penelitian ini yaitu Rencana
1274 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1271 - 1280

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, dengan menggunakan data nilai pretest dan
materi yang diajarkan dan alokasi waktu posttest siswa kelas eksperimen dan kelas
pembelajaran. kontrol. Hasil belajar afektif dan psiko-
Metode pengumpulan data dilakukan motorik serta angket respon siswa dianalisis
dengan metode dokumentasi, metode tes, secara deskriptif. Keefektifan dari pene-
metode observasi dan metode angket. rapan strategi metakognitif dilihat dari
Metode dokumentasi digunakan untuk mem- ketuntasan belajar klasikal siswa dimana
peroleh data mengenai jumlah populasi, suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif
jumlah sampel, nama-nama siswa anggota jika ketuntasan belajar klasikal siswa
sampel dan nilai ulangan mid semester 1 minimal 85% (Mulyasa, 2007).
yang akan digunakan dalam analisis data
pada uji homogenitas populasi. Metode tes HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan untuk mengukur hasil belajar
pada aspek kognitif, afektif dan Analisis dilakukan pada data nilai
psikomotorik. Metode observasi digunakan pretest dan data nilai posttest siswa.
untuk mengumpulkan data dengan cara Berdasarkan hasil analisis data didapatkan
pengamatan dengan menggunakan hasil bahwa nilai rata-rata pretest siswa kelas
belajar ranah afektif dan psikomotorik eksperimen sebesar 31,70 sedangkan nilai
dengan menggunakan lembar observasi/ rata-rata pretest kelas kontrol sebesar
pengamatan selama pembelajaran berlang- 30,29. Berdasarkan uji kesamaan dua
sung. Metode angket digunakan untuk varians didapatkan hasil bahwa tidak ada
memperoleh data mengenai tanggapan perbedaan yang signifikan pada nilai pretest
siswa terhadap pembelajaran kimia dari kedua kelas sehingga dapat dikatakan
menggunakan strategi metakognitif berbantu bahwa sampel berangkat dari keadaan awal
Advance Organizer di akhir pembelajaran. yang sama atau kemampuan awal yang
Instrumen yang digunakan dalam penelitian sama. Hasil belajar kognitif siswa kelas
ini adalah silabus, RPP, bahan ajar, soal eksperimen setelah menerapkan strategi
pretest dan posttest hasil belajar kognitif, metakognitif berbantu Advance Organizer
lembar observasi dan angket respon siswa. sebesar 78,32 dengan ketuntasan belajar
Data penelitian hasil belajar siswa dianalisis klasikal sebesar 88,23% sedangkan kelas
dengan statistika parametrik dihitung kontrol sebesar 75,09 dengan ketuntasan
dengan uji t, uji F, uji ketuntasan belajar belajar klasikal sebesar 80,29%. Pada
untuk mengetahui keefektifan penggunaan penelitian ini ketuntasan belajar individu
strategi metakognitif berbantu Advance ditentukan berdasarkan KKM dari sekolah
Organizer terhadap peningkatan hasil be- yakni siswa dianggap tuntas secara individu
lajar aspek kognitif siswa kelas eksperimen. pada nilai minimal 75. Jika dibandingkan
Uji normalized-gain dan uji paired sample antara nilai pretest dan posttest dari kedua
test dihitung untuk mengetahui signifikansi kelas dapat dilihat bahwa kelas eksperimen
besarnya pe-ningkatan hasil belajar siswa dan kelas kontrol mengalami peningkatan
Zara Bunga Namira, dkk, Keefektifan Strategi Metakognitif.... 1275

nilai rata-rata. Nilai rata-rata pretest dan metakognitif, pembelajaran atau belajar
posttest siswa kelas eksperimen dan kelas tidak seharusnya terjadi dalam kekosongan
kontrol diuji dengan menggunakan uji pikiran. Guru juga perlu mengetahui
Normalized gain (N-gain) dan uji paired perbedaan individu dan bagaimana individu
sample test untuk mengetahui kelas yang tersebut menginteraksikan metakognitifnya
mengalami peningkatan hasil belajar lebih dengan berbagai komponen yang berkaitan
signifikan. Berdasarkan uji paired sample dengan proses pembelajaran (Veenman et
test diperoleh harga t hitung pada taraf al., 2006).
kepercayaan 95% adalah 5,55 yang berada Peningkatan hasil belajar siswa kelas
pada daerah penolakan dengan t kritis eksperimen disebabkan karena penerapan
sebesar 2,03. Hasil N-gain dari kelas strategi metakognitif dibantu dengan
eksperimen <g> sebesar 0,71 pada kategori Advance Organizer mampu membangkitkan
tinggi sedangkan kelas kontrol <g> sebesar minat dan motivasi belajar siswa di dalam
0,66 pada kategori sedang. Hasil uji kelas dan di luar kelas. Siswa menggunakan
normalized-gain dan uji paired sample test Advance Organizer sebagai media belajar.
menunjukkan peningkatan hasil belajar yang Dalam penelitian ini, Advance Organizer
diperoleh kelas eksperimen lebih signifikan memiliki fungsi yang hampir sama dengan
dibandingkan dengan peningkatan hasil LKS yakni sama-sama digunakan untuk
belajar yang diperoleh kelas kontrol. Kelas membantu siswa selama kegiatan belajar
eksperimen mencapai rata-rata hasil belajar mengajar di dalam kelas dan di luar kelas.
kognitif lebih baik daripada kelas kontrol Advance Organizer membuat siswa memiliki
karena selama pembelajaran di kelas aktivitas belajar selama di dalam kelas
eksperimen siswa dibimbing dengan strategi karena selama pembelajaran siswa di-
metakognitif yang diterapkan dengan bimbing untuk aktif mengungkapkan
bantuan Advance Organizer untuk mem- pemikiran, ide dan pengetahuan yang ingin
bangkitkan keaktifan siswa selama proses mereka kuasai. Selama di luar kelas, siswa
pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan Advance Organizer untuk
strategi metakognitif menitikberatkan pada membuat catatan dan mengumpulkan
aktivitas belajar siswa, membantu dan informasi sebanyak mungkin terkait dengan
membimbing siswa jika ada kesulitan serta materi yang ingin mereka pelajari dari
membantu siswa mengembangkan konsep berbagai sumber. Penggunaan Advance
diri apa yang dilakukan saat kegiatan belajar Organizer sebagai suatu alat dalam
kimia berlangsung. Rata-rata hasil belajar kegiatan belajar mengajar di dalam kelas
siswa yang menggunakan strategi mampu meningkatkan minat dan motivasi
metakognitif dalam pembelajaran meningkat siswa dalam mempelajari suatu materi
dibandingkan dengan pembelajaran yang (Shihusa dan Keraro, 2009). Bentuk
tidak menerapkan strategi metakognitif visualisasi nilai rata-rata hasil belajar kognitif
(Agustina dan Muyanratna, 2012). Sama siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
seperti yang diterapkan dalam pengetahuan dapat dilihat pada Gambar 1.
1276 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1271 - 1280

Gambar 1. Perbandingan hasil belajar kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol

Pengambilan data hasil belajar afektif meningkatnya aktivitas belajar siswa selama
siswa dilakukan dengan metode observasi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar
langsung. Penilaian dilakukan selama menggunakan strategi metakognitif berbantu
kegiatan belajar mengajar berlangsung oleh Advance Organizer. Sedangkan kemauan
observer yang dalam hal ini dilakukan oleh bertanya dan berpendapat siswa kelas
guru kimia dan teman sejawat. Hasil belajar eksperimen meningkat karena siswa kelas
afektif yang diamati terdiri dari delapan eksperimen dibiasakan untuk mengungkap-
aspek dan masing-masing aspek dianalisis kan ide dan pemikirannya pada Advance
secara deskriptif. Kedelapan aspek tersebut Organizer sehingga ketika guru me-
diantaranya kehadiran, konsentrasi dalam nyampaikan suatu informasi baru, siswa
pembelajaran, perhatian siswa selama yang metakognitifnya telah terkontrol lebih
diskusi, interaksi dengan guru, kelengkapan mudah mengungkapkan apa yang ingin
isi catatan dan Advance Organizer, disiplin mereka ungkapkan. Seseorang yang
mengerjakan tugas, kerjasama dalam mempelajari suatu informasi dari sumber
kelompok serta kemauan bertanya dan yang baru kemudian membuat ringkasan
berpendapat. Berdasarkan analisis data dari sumber tersebut akan memiliki skor tes
yang dilakukan terhadap nilai afektif siswa yang lebih baik daripada seseorang yang
selama proses pembelajaran berlangsung, mempelajari teks asli sebuah buku tanpa
didapatkan hasil bahwa pada aspek membuat catatan atau ringkasan (Bahri dan
keempat yakni interaksi dengan guru dan Apriana, 2008). Hal ini bisa membuktikan
pada aspek kedelapan yakni kemauan bahwa dengan adanya strategi metakognitif
bertanya dan berpendapat terlihat jelas berbantu Advance Organizer mampu
perbedaan yang besar dari nilai rata-rata meningkatkan aspek afektif yang dimiliki
aspek afektif siswa kelas eksperimen dan oleh siswa. Hasil rata-rata nilai afekif tiap
kelas kontrol. Interaksi siswa kelas aspek kelas eksperimen dan kontrol
eksperimen dengan guru meningkat seiring terdapat pada Gambar 2.
Zara Bunga Namira, dkk, Keefektifan Strategi Metakognitif.... 1277

Gambar 2. Perbandingan rata-rata nilai aspek afektif siswa kelas kontrol dan eksperimen

Penilaian aspek psikomotorik siswa berkategori baik dan 11 siswa berkategori


kelas eksperimen dan kelas kontrol cukup. Hal ini disebabkan karena sebelum
dilakukan dengan menggunakan lembar berlangsungnya kegiatan praktikum, siswa
observasi pada saat praktikum. Berdasarkan kelas eksperimen telah dibimbing untuk
hasil analisis data didapatkan bahwa dari mempersiapkan pengetahuan awal yang
pelaksanaan dua kali kegiatan praktikum, mendukung materi praktikum yang dituliskan
kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata dalam Advance Organizer. Pengetahuan
sebesar 80,19 sedangkan kelas kontrol awal yang dimiliki siswa setelah dibimbing
memperoleh nilai rata-rata sebesar 72,15. dengan strategi metakognitif terkait dengan
Penilaian aspek psikomotorik siswa meliputi materi praktikum membantu siswa kelas
delapan indikator, yaitu kemampuan siswa eksperimen dalam melakukan kegiatan
dalam diskusi kelompok, keterampilan siswa praktikum. Waktu yang diberikan untuk
dalam menyampaikan hasil diskusi, melaksanakan praktikum tidak terbuang
persiapan alat dan bahan, keterampilan percuma karena siswa memahami materi
menggunakan alat, penggunaan prosedur sehingga pembelajaran dapat berlangsung
praktikum, mengamati hasil percobaan, efektif. Siswa kelas eksperimen yang telah
keterampilan bekerjasama dalam kelompok mempersiapkan diri dengan pengetahuan
dan keterampilan berkomunikasi sosial. awal lebih mudah memahami, mengolah
Hasil analisis data menunjukkan bahwa 26 dan menganalisis data hasil praktikum.
siswa di kelas eksperimen memiliki nilai Mempelajari suatu materi sebelum materi
psikomotorik pada kategori baik dan tujuh tersebut diajarkan oleh guru akan membuat
siswa kelas eksperimen memiliki nilai siswa mengingat informasi dengan lebih
berkategori sangat baik dan hanya satu baik dan lebih lama karena konsep baru
siswa memiliki nilai berkategori cukup. Kelas yang disampaikan digabungkan dengan
kontrol hanya memiliki 23 siswa dengan nilai struktur kognitif yang sebelumnya telah
1278 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1271 - 1280

disiapkan oleh siswa. Visualiasi nilai hasil dapat dilihat pada Gambar 3.
rata-rata per aspek psikomotorik siswa

Gambar 3. Perbandingan rata-rata nilai aspek psikomotorik siswa kelas kontrol dan kelas
eksperimen

Pengambilan data respon siswa kelas. Respon baik yang ditunjukkan siswa
terhadap pembelajaran dengan meng- dengan diterapkannya strategi metakognitif
gunakan metode angket yang memuat 20 berbantu Advance Organizer disebabkan
indikator dengan kriteria sangat setuju, karena Advance Organizer menjadi sebuah
setuju, kurang setuju, tidak setuju dan media baru bagi siswa dalam belajar,
sangat tidak setuju. Hasil analisis khususnya pada saat siswa membuat
menunjukkan bahwa rata-rata siswa catatan mengenai informasi baru dari
memberikan tanggapan baik terhadap berbagai sumber, penyampaian ide dan
pembelajaran yang diterapkan. Hal ini bisa pendapat saat pembelajaran. Advance
dilihat dari indikator penyampaian tujuan Organizer dirancang untuk mengajarkan
pembelajaran, rasa ingin tahu siswa, informasi dan konsep verbal dan
kesesuaian metode dengan materi, aplikasi pembelajaran melalui diskusi dan
metode pada materi lain dan semangat presentasi. Masalah yang ditemui siswa
belajar siswa memperoleh respon yang selama pembelajaran, didiskusikan bersama
sangat baik. Sebanyak 50% siswa sangat guru untuk dapat mengetahui bagaimana
setuju dan 44% siswa setuju dengan permasalahan tersebut dapat diatasi secara
pernyataan bahwa strategi metakognitif tepat dan cepat. Refleksi yang dilakukan
berbantu Advance Organizer meningkatkan diakhir pembelajaran dengan strategi
rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran metakognitif berbantu Advance Organizer
kimia materi hidrokarbon. Sebanyak 17 membuat siswa terbiasa untuk memilih
siswa menyatakan sangat setuju dan strategi yang tepat bagi dirinya sehingga
sembilan siswa menyatakan setuju pada pembelajaran dapat berlangsung lebih
indikator yang menyatakan bahwa strategi bermakna bagi siswa. Melalui penggunaan
metakognitif berbantu Advance Organizer Advance Organizer, siswa memperoleh
membuat siswa lebih mudah belajar di luar manfaat tidak hanya dari belajar bermakna
Zara Bunga Namira, dkk, Keefektifan Strategi Metakognitif.... 1279

akan tetapi juga dari penguatan struktur butuhkan untuk dipelajari, apa saja masalah
kognitif mereka (Aziz, 2009). Hal ini di- yang ditemui selama pembelajaran dan
dukung dengan nilai posttest, nilai tugas dan bagaimana mengatasi permasalahan
sikap kedisplinan dalam mengerjakan tugas tersebut sehingga cara belajar pun lebih
siswa kelas eksperimen lebih baik daripada terfokus pada pemecahan masalah.
kelas kontrol. Pemecahan masalah dilakukan dengan
Peningkatan yang signifikan pada diskusi dalam kelompok kecil dan kelompok
hasil belajar siswa kelas eksperimen besar sehingga aktivitas belajar siswa kelas
disebabkan karena strategi metakognitif pun semakin meningkat.
yang diterapkan dengan bantuan Advance
Organizer berhasil meningkatkan kemam- SIMPULAN
puan metakognitif siswa. Pada prinsipnya
jika dikaitkan dengan proses belajar, Penggunaan strategi metakognitif
kemampuan metakognitif seseorang diguna- berbantu Advance Organizer terbukti efektif
kan dalam mengontrol proses belajar mulai terhadap peningkatan hasil belajar siswa
dari tahap perencanaan, pemilihan strategi suatu SMA di Tengaran kelas X-5 pada
yang tepat sesuai dengan masalah yang materi hidrokarbon. Penggunaan strategi
dihadapi kemudian merefleksi dan metakognitif berbantu Advance Organizer
memonitor kemajuan dalam belajar secara efektif meningkatkan hasil belajar siswa
bersamaan sebagai bentuk koreksi selama kelas eksperimen pada aspek kognitif,
memahami konsep dan menganalisis afektif dan psikomotorik secara signifikan.
strategi belajar yang dipilih. Pada
pembelajaran yang diterapkan di kelas
eksperimen siswa diajarkan untuk berlatih DAFTAR PUSTAKA
mengembangkan metakognitif yang telah
Agustina, L. dan Muyanratna, M., 2012,
dimiliki siswa dengan menerapkan strategi
Penerapan strategi metakognitif
metakognitif berbantu Advance Organizer. dalam meningkatkan kualitas belajar
siswa pada materi cahaya di kelas
Siswa kelas eksperimen dibiasakan untuk
VIII SMP Negeri 1 Mojokerto, Jurnal
merencanakan dan menyadari untuk apa Fisika, Vol 2, No 4, Hal 52-61.
harus belajar materi kimia, merencanakan Aziz, A., 2009, Model Advance Organizer
strategi yang tepat dalam mempelajari dan penerapannya dalam
pembelajaran, Jurnal Pendidikan
materi serta melakukan refleksi untuk Kimia, Vol 1, No 19, Hal 34-44.
memonitor bagaimana cara berpikir mereka Bahri, S. dan Apriana, E., 2008, Peran
sendiri. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan awal, strategi
metakognitif, dan metakognitif
kemampuan metakognitif siswa, maka terhadap pencapaian hasil belajar,
kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu. Vol 1
No 6, Hal 58-64.
pun akan perlahan meningkat karena
dengan strategi metakognitif siswa dibiasa- Dahar, R.W., 1996, Teori-teori belajar,
Jakarta: Erlangga.
kan untuk mengontrol apa saja yang mereka
1280 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1271 - 1280

Downing, K.J., 2009, Self eficiacy and Wachanga, S.W., 2013, Effects of Advance
metacognitive development, The Organizer teaching approach on
International Journal of Learning. Vol Secondary School students
4, No 16, Hal 21-32. achievement in Chemistry in Maara
District Kenya, Eurasia Journal of
Fajri, L., 2012, Upaya peningkatan proses Mathematics, Science and Technoloy
dan hasil belajar Kimia materi koloid Education, Vol 2, No 6, Hal 122-132.
melalui pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Teams Games Tournament) Warpala, I.W.S., 2009, Pendekatan
dilengkapi dengan teka-teki silang pembelajaran konvensional. Diunduh
bagi siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri di
2 Boyolali pada semester genap http://edukasi.kompasiaa.com/2009/1
tahun ajaran 2011/2012, Jurnal 2/20/pendekatan-pembelajaran-
Pendidikan Kimia, Vol 1, No 1, Hal konvensional/ tanggal 23 Januari
50-61. 2013
Maulana, 2008, Pendekatan metakognitif
sebagai alternatif pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan berpikir
kritis mahasiswa PGSD, Jurnal
Pendidikan Serambi Ilmu, Vol 2, No
10, Hal 25-36.
Mulyasa, E., 2007, Menjadi pendidik
profesional menciptakan
pembelajaran kreatif dan
menyenangkan, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Romli, M., 2009, Strategi membangun
metakognisi siswa SMA dalam
pemecahan masalah Matematika,
Skripsi, Madura: FKIP Universitas
Madura.
Shihusa, H. dan Keraro, F.N., 2009, Using
Advance Organizers to enhance
student’s motivation in learning
Biology, Eurasia Journal of
Mathematics, Science and Technoloy
Education, Vol 4, No 5, Hal 413-420.
Sugiyono, 2010, Statistika untuk penelitian,
Bandung: Alfabeta.
Susantini, E., 2010, Efektivitas perangkat
pembelajaran Biologi berbasis strategi
metakognitif ditinjau dari kemampuan
siswa dan kategori sekolah, Skripsi,
Surabaya: FMIPA Universitas Negeri
Surabaya.
Veenman, M.V.J., Bernadette, H.A.M.,
Wolters, W.H. dan Afflerbach, P,
2006, Metacognition and learning as
conceptual and methodological
considerations, Journal Springer
Science, Vol 3, No 4, Hal 210-211.
Nur Amalia Afiyanti, dkk, Keefektifan Inkuiri Terbimbing.... 1281

KEEFEKTIFAN INKUIRI TERBIMBING


BERORIENTASI GREEN CHEMISTRY
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS

Nur Amalia Afiyanti*, Edy Cahyono dan Soeprodjo


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035
E-mail: amalia.afiyanti@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan inkuiri terbimbing berorientasi green
chemistry terhadap keterampilan proses sains kelas XI suatu SMA di Semarang pada tahun
ajaran 2012/2013. Populasi bersifat normal dan homogen, sehingga pengambilan dua
kelompok sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Desain penelitian yaitu
posttest only control design. Keberhasilan penelitian dilihat dari ketuntasan belajar
pembelajaran yang menggunakan model inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry aspek
kognitif mencapai nilai KKM. Pada analisis tahap akhir, uji yang digunakan adalah uji t pihak kiri
dengan t hitung > t tabel (1,696). Hasil uji ketuntasan belajar untuk kelas eksperimen
didapatkan thitung sebesar 3,860 sedangkan kelas kontrol 0,914. Hal ini menyatakan bahwa
kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan kelas kontrol belum. Rata-rata
nilai aspek psikomotorik siswa pada kelas eksperimen adalah 82,6 yang termasuk dalam
kategori sangat baik dan kelas kontrol adalah 74 termasuk dalam kategori baik. Pada aspek
kepedulian lingkungan siswa, rata-rata nilai pada kelas eksperimen adalah 88,65 termasuk
dalam kategori sangat baik dan kelas kontrol adalah 81,7 termasuk dalam kategori baik.
Kesimpulan penelitian adalah bahwa inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry terbukti
efektif meningkatkan keterampilan proses sains.

Kata kunci: green chemistry, inkuiri terbimbing, keterampilan proses sains

ABSTRACT

This research aims to know the effectiveness of guided inquiry oriented green chemistry
for science process skills at XI school grade of SMA in Semarang on 2012/2013 period. The
population is normal and homogeneous, so to take two groups of samples using cluster random
sampling techniques. Design of this research is posttest only control design. The succes of this
research seen from cognitive aspect of student achievement reach KKM. At the final stage of
the analysis, the t test used was left-test with t count > t table (1.696). The student achievement
for experimental classes obtained t count of 3.860 while the control class 0,914. This suggests
that the experimental class has achieved mastery learning, while the control class not yet. The
average value of the psychomotor aspects of students in the experimental class was 82.6 which
is included in the excellent category and control class was 74 included in good category. In the
aspect of Students environmental concern, the average value of the experimental class was
88.65 included in the excellent category and class control was 81.7 included in good category.
The conclusion was that the research-oriented guided inquiry of green chemistry proved
effectively increase the science process skills.

Keywords: green chemistry, guided inquiry, science process skills

belajaran lebih bersifat teacher-centered,


PENDAHULUAN
yakni guru menyampaikan kimia sebagai
Kurangnya keterlibatan siswa dalam produk dan siswa menghafal informasi
menemukan suatu konsep dalam pem- faktualnya. Pembelajaran seperti itu akan
belajaran membuktikan bahwa pem- menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa
1282 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1281 - 1288

mengenai proses maupun sikap dan konsep mengarah pada pertumbuhan dan pengem-
kimia yang mereka peroleh. Akibatnya, rasa bangan sejumlah keterampilan tertentu
ingin tahu siswa akan konsep menjadi (Wardani, 2008). Keterampilan proses sains
kurang. Siswa hanya menghafalkan pe- merupakan perangkat keterampilan kom-
ngetahuan atau konsep tetapi tidak me- pleks yang digunakan ilmuan dalam mela-
ngetahui proses, sehingga keterampilan kukan penyelidikan ilmiah. Keteram-pilan
proses sains masih kurang dan ketuntasan proses merupakan pengetahuan prosedural
belajarnya pun masih rendah. Salah satu yang dapat dikembangkan pada peserta
model pembelajaran yang melibatkan didik sejak dini secara bertahap (Rustaman,
keaktifan siswa untuk menemukan konsep- 1992). Keterampilan proses adalah keteram-
nya sendiri adalah dengan model inkuiri pilan fisik dan mental terkait dengan
terbimbing (guided inquiry). Pembelajaran kemampuan-kemampuan mendasar yang
inquiry diterapkan dalam mata pelajaran IPA dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam
dan dirancang untuk melibatkan siswa suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan
dalam berpikir sebab akibat dan untuk berhasil menemukan sesuatu yang baru.
mengajukan pertanyaan sehingga siswa Dengan mengembangkan keterampilan-
lebih komunikatif (Lisnawati, 2007). Pem- keterampilan memproses perolehan, siswa
belajaran berbasis inkuiri melibatkan proses- mampu menemukan dan mengembangkan
proses mental, yaitu merumuskan masalah, sendiri fakta dan konsep serta menumbuh-
membuat hipotesis, mendesain eksperimen, kan dan mengembangkan sikap yang
melakukan eksperimen, mengumpulkan dituntut (Semiawan, 1992). Keterampilan ini
data, dan menganalisis data serta menarik juga berkaitan dengan kreatifitas dan ber-
kesimpulan (Roestiyah, 2001). Inquiry ada- pikir kritis. Faktor penting untuk perkem-
lah proses mendefinisikan dan menyelidiki bangan sebuah negara dapat diketahui
masalah-masalah, me-rumuskan hipotesis, melalui siapa bisa berpikir kreatif dan
merancang eks-perimen, menemukan data, berpikir kritis (Karsi dan Sahin, 2009).
dan meng-gambarkan kesimpulan tentang Green chemistry bukanlah environ-
masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut, mental science tetapi bagian ilmu kimia
dikemukakan bahwa esensi dari pengajaran yang mencari dan berkreasi untuk mem-
inkuiri adalah menata lingkungan atau berikan solusi bagi penciptaan teknologi
suasana belajar yang berfokus pada siswa yang aman bagi manusia dan lingkungan-
dengan memberikan bimbingan secukupnya nya (Ilyas, 2010). Green chemistry adalah
dalam menemukan konsep-konsep dan bagian dari produk dan proses kimia yang
prinsip-prinsip ilmiah (Widowati, 2007). ramah lingkungan meliputi semua aspek
Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan dan jenis dari proses kimia yang
inkuiri dengan masalah dikemukakan guru mengurangi efek negatif bagi kesehatan
atau bersumber dari buku teks kemudian manusia dan lingkungan sekitar (Kusuma, et
siswa bekerja untuk menemukan jawaban al, 2009). Pembelajaran kimia berorientasi
terhadap masalah tersebut di bawah green chemistry bertujuan agar siswa me-
bimbingan intensif guru (Amri, 2010). Siswa miliki karakter peduli lingkungan, khususnya
yang menggunakan metode berbasis inkuiri dalam penanganan masalah lingkungan,
pada kelas eksperimen menunjukkan pe- membentuk perilaku agar dapat berparti-
ningkatan keterampilan proses sains sipasi dalam pemeliharaan lingkungan.
sebesar 2% (Brickman, et al., 2009). Peng-kajian terhadap fenomena dan dam-
Keterampilan proses merupakan pak perubahan lingkungan perlu dilakukan
suatu pendekatan belajar mengajar yang melalui pendidikan formal (Setyo, 2011).
Nur Amalia Afiyanti, dkk, Keefektifan Inkuiri Terbimbing.... 1283

Rumusan masalah dalam penelitian instrumen yang digunakan berupa silabus,


ini yaitu efektifkah pembelajaran model rencana pelaksanaan pembelajaran, soal
inkuiri terbimbing berorientasi green posttest, lembar observasi kepedulian ter-
chemistry terhadap keterampilan proses hadap lingkungan, lembar observasi psiko-
sains dan kepedulian lingkungan siswa motorik dan angket. Data penelitian posttest
suatu SMA di Semarang pada materi dianalisis secara statistik parametrik yaitu
kelarutan dan hasil kali kelarutan? Penelitian dihitung dengan uji t dan uji ketuntasan
ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan klasikal sedangkan kepedulian lingkungan,
pembelajaran model inkuiri terbimbing ber- psikomotor dan hasil angket tanggapan
orientasi green chemistry terhadap keteram- siswa dianalisis secara deskriptif.
pilan proses sains dan kepedulian lingkung-
an siswa suatu SMA di Semarang pada HASIL DAN PEMBAHASAN
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Kelas eksperimen pada penelitian
METODE PENELITIAN ini menggunakan model inkuiri terbimbing
berorientasi green chemistry sedangkan
Penelitian ini dilakukan di suatu SMA pembelajaran pada kelas kontrol meng-
di Semarang pada materi kelarutan dan gunakan model pembelajaran seperti yang
hasil kali kelarutan. Desain penelitian ini biasa digunakan guru mitra yaitu meng-
yaitu posttest only control design. Populasi gunakan metode ceramah dan diskusi.
yang digunakan dalam penelitian adalah Analisis hasil belajar kognitif secara
siswa XI IPA SMA tahun pelajaran statistika meliputi uji normalitas, uji kesama-
2012/2013. Kelas XI IA 2 sebagai kelas an dua varians, uji keefektifan, uji ketunta-
eksperimen dan kelas XI IA 3 sebagai kelas san belajar, dan uji estimasi rata-rata hasil
kontrol yang diambil dengan teknik cluster belajar. Hasil uji normalitas data posttes
random sampling. Variabel bebas dalam kedua kelas berdistribusi normal. Uji kesa-
penelitian ini adalah model pembelajaran. maan dua varians, kedua kelas memiliki
Kelompok eksperimen menggunakan model varians yang tidak berbeda (homogen).
pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi Perhitungan uji keefektifan menggunakan uji
green chemistry sedangkan kelompok kon- t, pada kelas eksperimen diperoleh t hitung =
trol menggunakan model pembelajaran kon- 3,8601 sedangkan ttabel = 1,696. Besarnya
vensional. Variabel terikat dalam pene-litian thitung> ttabel dan thitung berada di daerah
ini yaitu keterampilan proses sains dan penerimaan H, sedangkan untuk kelas
kepedulian lingkungan siswa SMA tahun kontrol thitung 0,914 dan thitung berada
ajaran 2012/2013. Keberhasilan di dalam didaerah penolakan H. Jadi, ada perbedaan
penelitian ini dilihat dari ketuntasan belajar yang signifikan antara hasil belajar kimia
pembelajaran yang menggunakan model kelas eksperimen dengan kelas kontrol atau
inkuiri terbimbing berorientasi green chemis- hasil belajar kimia kelas eksperimen lebih
try dari aspek kognitif mencapai nilai KKM baik dari pada kelas kontrol. Hasil
yaitu 72, aspek psikomotorik dan kepedulian perhitungan uji ketuntasan belajar, diperoleh
terhadap lingkungan setiap siswa mencapai hasil ketuntasan belajar pada kelas
nilai 65 dengan ketuntasan klasikal sebesar eksperimen adalah 87,5% yang berarti
85% (Mulyasa, 2002). bahwa kelas eksperimen telah mencapai
Metode pengumpulan data dilaku- ketuntasan belajar klasikal sedangkan hasil
kan dengan metode dokumentasi, tes, ketuntasan belajar kelas kontrol adalah
lembar observasi dan angket. Bentuk 71,9% yang berarti bahwa kelas kontrol
1284 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1281 - 1288

belum mencapai ketuntasan belajar klasikal dengan materi kelarutan dan hasil kali
karena kurang dari 85%. Hal ini dikarenakan kelarutan. Untuk aspek ini rata-rata nilai
kelas eksperimen menggunakan inkuiri kelas eksperimen 3,38 dan kelas kontrol 2,8
terbimbing sehingga siswa dapat belajar yang termasuk dalam kriteria tinggi. Siswa
menemukan pengetahuan atau konsep, dengan keterampilan proses sains tinggi
guru hanya memberi pengarahan dan cenderung melaksanakan percobaan sesuai
bimbingan jika diperlukan siswa (Djamarah, dengan metode ilmiah yang baku, siswa
2002). Siswa dengan keterampilan proses memiliki bekal keterampilan untuk melaku-
sains yang tinggi lebih mudah dalam kan percobaan, siswa tidak mengalami
memahami materi yang diajarkan dan hambatan yang berarti dalam pelaksanaan
berdampak pada kognitif siswa (Rahayu, percobaan. Hal ini berdampak pada
2011). Berdasarkan uji estimasi rata-rata psikomotorik siswa, yakni siswa dengan
hasil belajar, dapat diprediksikan bahwa keterampilan proses sains tinggi cenderung
rata-rata yang mungkin dicapai kelas memiliki prestasi belajar yang lebih baik
eksperimen berkisar antara 74,8 sampai daripada siswa dengan keterampilan proses
81,4 sedangkan pada kelas kontrol rata-rata sains rendah (Nur, 2011). Aspek yang ketiga
hasil belajarnya berkisar 70,7 sampai 76,6. yaitu membuat laporan sementara. Aspek ini
Hasil estimasi rata-rata hasil belajar ini hanya terbagi menjadi dua aspek yaitu
menunjukkan bahwa prediksi rata-rata hasil membuat laporan sementara hasil analisis
belajar yang dicapai kelas eksperimen lebih dan merevisi kesalahan hasil analisis. Untuk
tinggi daripada rata-rata hasil belajar yang kelas eksperimen rata-ratanya sebesar 2,68
dicapai kelas kontrol. sedangkan kelas kontrol 2,7. Kelas
Penilaian ranah psikomotorik meng- eksperimen memiliki rata-rata yang lebih
gunakan lembar observasi atau lembar rendah dari kelas kontrol dikarenakan kelas
pengamatan yang dilakukan oleh observer. eksperimen mencari sendiri susunan
Penilaian ini dilaksanakan ketika siswa laporan yang sistematis, sedangkan untuk
melaksanakan praktikum. Penilaian psiko- kelas kontrol susunan laporan diberikan oleh
motorik terdiri dari empat aspek. Aspek yang guru sehingga lebih sistematis. Susunan
pertama yaitu kegiatan persiapan. Kegiatan laporan hasil siswa kelas eksperimen
persiapan ini dibagi menjadi 3 sub aspek kurang sistematis, maka guru memberikan
yaitu menyiapkan alat, menyiapkan zat/ arahan terhadap siswa. Untuk aspek yang
larutan kerja, dan menyiapkan format terakhir yaitu kegiatan setelah praktikum,
laporan sementara. Untuk kelas eksperimen aspek ini dibagi menjadi tiga sub aspek yaitu
maupun kelas kontrol rata-rata nilai aspek membuang sisa praktikum ke tempat yang
kegiatan persiapan ini termasuk kriteria disediakan, kebersihan, dan pengembalian
sangat tinggi, tetapi terdapat perbedaan alat yang sudah dibersihkan. Dalam aspek
rata-rata nilai yaitu kelas ekperimen 3,6 ini kelas eksperimen memiliki rata-rata 3,63,
sedangkan kelas kontrol 3,5. Aspek yang sedangkan kelas kontrol memiliki rata rata
kedua yaitu keterampilan proses sains. 3,57. Hasil nilai rata-rata psikomotorik kelas
Aspek ini terbagi menjadi 11 sub aspek eksperimen dan kelas control ditampilkan
yang sesuai dengan sub-sub indikator pada Gambar 1.
keterampilan proses sains serta disesuaikan
Nur Amalia Afiyanti, dkk, Keefektifan Inkuiri Terbimbing.... 1285

Nilai Rata-Rata
3
2
Kelas Eksperimen
1
Kelas Kontrol
0
1 2 3 4
Aspek Psikomotorik

Gambar 1. Hasil nilai rata-rata psikomotorik kelas eksperimen dan kelas kontrol

Keterangan: Aspek Psikomotorik


1: Kegiatan Persiapan 3: Laporan Sementara
2: Keterampilan Proses Sains 4: Kegiatan Setelah Praktikum

Karakter peduli lingkungan merupakan sikap terdapat perbedaan pada rata-rata nilai
dan tindakan yang selalu berupaya aspek kepedulian terhadap lingkungan.
mencegah kerusakan lingkungan alam di Rata-rata nilai pada kelas eksperimen 88,65
sekitarnya dan mengembangkan upaya- yang termasuk dalam kategori sangat baik
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam dan kelas kontrol 81,7 yang termasuk
yang terjadi. Penilaian ranah ini dilakukan dalam kategori baik. Adapun perbedaan
pada saat proses pembelajaran di kelas dan rata-rata hasil analisis aspek kepedulian
pada saat praktikum di laboratorium. Peni- siswa terhadap lingkungan kelas ekspe-
laian dilakukan oleh observer. Untuk kelas rimen dan kelas kontrol disajikan pada
eksperimen dan kelas kontrol setiap siswa Gambar 2.
telah mencapai nilai lebih dari 65 tetapi

2,8
2,7
Nilai Rata-Rata

2,6
2,5
2,4 Kelas Eksperimen
2,3
Kelas Kontrol
2,2
2,1
1 2
Aspek Kepedulian Terhadap Lingkungan

Gambar 2. Hasil nilai rata-rata nilai kepedulian lingkungan terhadap lingkungan kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Keterangan: Aspek Kepedulian Terhadap Lingkungan
1: Kepedulian Lingkungan Saat di Kelas
2: Kepedulian Lingkungan Saat Praktikum

Perbedaan rata-rata nilai posttest, psiko- lebih baik pada kelas eksperimen daripada
motorik dan kepedulian terhadap lingkungan kelas kontrol. Inkuiri terbimbing meng-
1286 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1281 - 1288

hasilkan efek yang cukup signifikan antara terhadap pertanyaan pembelajaran inkuiri
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terbimbing berorientasi green chemistry da-
(Bilgin, 2009). Berdasarkan hal tersebut, pat meningkatkan kemampuan untuk mengi-
dapat dikatakan bahwa penggunaan inkuiri ngat suatu konsep pembelajaran. Hasil ini
terbimbing berorientasi green chemistry didukung dengan nilai posttest hasil belajar
dalam pelajaran kimia efektif terhadap hasil kelas eksperimen yang meningkat dan lebih
postes, psikomotorik dan kepedulian siswa tinggi dari pada kelas kontrol. Siswa memilih
terhadap lingkungan. 66% sangat setuju, 31% setuju, dan 3%
Berdasarkan hasil analisis angket tidak setuju mengenai pernyataan pem-
tanggapan siswa dalam penelitian ini dapat belajaran inkuiri terbimbing berorientasi
disimpulkan pada kelas eksperimen siswa green chemistry membuka wawasan
menyukai pembelajaran menggunakan mengenai fenomena kelarutan dan hasil kali
inkuiri terbimbing berorientasi green kelarutan dalam kehidupan sehari-hari.
chemstry. Angket ini memiliki tingkatan Pernyataan tentang lebih mudah dalam
respon mulai dari sangat setuju, setuju, menyelesaikan soal-soal latihan materi
kurang setuju, dan tidak setuju. Hasil angket kelarutan dan hasil kali kelarutan mendapat
menyatakan bahwa 63% sangat setuju, 38% respon 59% sangat setuju, 31% setuju dan
setuju, dan 0% tidak setuju dengan per- 9% tidak setuju. Siswa menyatakan 72%
tanyaan berkaitan dengan ketertarikan pada sangat setuju, dan 28% setuju terhadap
materi kimia kelarutan dan hasil kali pertanyaan Pelaksanaan pembelajaran
kelarutan yang dipelajari. Siswa menyatakan inkuiri terbimbing berorientasi green
53% sangat setuju, 41% setuju, dan 6% chemistry membuat mereka lebih tertarik
tidak setuju dengan pernyataan untuk memperdalam kimia lebih lanjut.
pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi Siswa menyatakan 69% sangat setuju dan
green chemistry dapat membuat mereka 31% setuju dengan pernyataan
lebih mudah memahami materi kelarutan Pelaksanaan pembelajaran inkuiri
dan hasil kali kelarutan. Pernyataan rasa terbimbing berorientasi green chemistry
ingin tahu meningkat, mendapat respon membuatnya lebih peduli lagi terhadap
56% sangat setuju, 31% setuju, dan 13% lingkungan sekitar. Adapun hasil analisis
tidak setuju. Siswa menyatakan 41% sangat respon siswa terhadap pembelajaran
setuju, 53% setuju, dan 6% tidak setuju disajikan dengan Gambar 3.
Nur Amalia Afiyanti, dkk, Keefektifan Inkuiri Terbimbing.... 1287

80%
70%
60%
% Pendapat Siswa

Sangat Setuju
50%
Setuju
40% Kurang Setuju
30% Tidak Setuju
20%

10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 Pernyataan

Gambar 3. Hasil analisis respon siswa terhadap pembelajaran


Keterangan:
Pernyataan
1. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry
sangat menarik dan menyenangkan
2. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry
dapat membuat saya lebih mudah memahami materi kelarutan dan hasil kali
kelarutan
3. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry
dapat meningkatkan rasa ingin tahu saya
4. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry
dapat meningkatkan kemampuan saya untuk mengingat suatu konsep
pembelajaran
5. Pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry membuka
wawasan saya mengenai fenomena kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam
kehidupan sehari-hari
6. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry
membuat saya lebih mudah dalam menyelesaikan soal-soal latihan materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan
7. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry
membuat saya lebih tertarik untuk memperdalam kimia lebih lanjut
8. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry
membuat saya lebih peduli lagi terhadap lingkungan sekitar saya

SIMPULAN sional sebesar 73,18. Nilai aspek psiko-


motorik yang didalamnya sudah mencakup
Pembelajaran model inkuiri ter- keterampilan proses sains untuk kelas eks-
bimbing berorientasi green chemistry efektif perimen dan kelas kontrol setiap siswa telah
terhadap keterampilan proses sains dan mencapai nilai lebih dari 65 tetapi terdapat
kepedulian lingkungan. Nilai posttest kelas perbedaan pada rata-ratanya. Rata-rata nilai
eksperimen yang menerapkan model inkuiri pada kelas eksperimen 82,6 yang termasuk
terbimbing berorientasi green chemistry dalam kategori sangat baik dan kelas kontrol
sebesar 77,50 sedangkan kelas kontrol 74 yang termasuk dalam kategori baik. Nilai
yang menggunakan pembelajaran konven- aspek kepedulian terhadap lingkungan
1288 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1281 - 1288

untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol Lisnawati, L., 2007, Hubungan Antara
Keterampilan Proses Sains
setiap siswa telah mencapai nilai lebih dari
Dengan Sikap Ilmiah Siswa
65 tetapi terdapat perbedaan pada rata-rata. Melalui Pembelajaran Inkuiri
Terstruktur, Skripsi, Jakarta: UIN
Rata-rata nilai pada kelas eksperimen 88,65
Syarif Hidayatullah.
yang termasuk dalam kategori sangat baik
Mulyasa, 2002, Kurikulum Berbasis
dan kelas kontrol 81,7 yang termasuk dalam Kompetensi, Bandung: Rosda-
karya.
kategori baik.
Nur, M., 2011, Modul Keterampilan Proses
Sains, Surabaya: Pusat
DAFTAR PUSTAKA Matematika dan Sains Sekolah
(PSMS) Universitas Negeri
Amri, S., 2010, Proses Pembelajaran Kreatif Surabaya.
dan Inovatif Dalam Kelas, Jakarta :
Rahayu, E., Susanto, dan Yulianti, 2011,
Prestasi Pustaka.
Pembelajaran sains dengan
Bilgin, I., 2009, The Effect Of Guided Inqury keterampilan proses untuk
Instruction Incorporating A meningkatkan hasil belajar dan
Cooperative Leaning Approach On kemampuan berpikir kreatif siswa,
University Students Achievement Jurnal Pendidikan Fisika
Of Acid And Bases Concepts And Indonesia, Vol 2, No 7, Hal: 106-
Attitude Toward Guided Inquiry 110.
Insruction, Journal Of Science
Roestiyah, 2001, Strategi Belajar Mengajar,
Research and Essay, Vol 4, No 10,
Hal: 1-3. Jakarta: Rineka Cipta

Brickman, P., Gormally, Armstrong, dan Rustaman, N., 1992, Pengembangan dan
Validasi Alat Ukur Keterampilan
Hallar, 2009, Effect Of Inquiry
Proses Sains Pada Pendidikan
Based Learning On Students
Dasar 9 Tahun Sebagai Persiapan
Science Literacy Skill And
Confidence, Journal Of teaching Pelaksanaan Kurikulum 1994,
and Learning Vol 2, No 3, Hal : 1- Laporan Penelitian, Bandung :
22. FPMIPA IKIP.
Semiawan, C., 1992, Pendekatan
Djamarah, S., 2002, Strategi Belajar
Keterampilan Proses, Jakarta:
Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta.
Gramedia.
Ilyas, W., 2010, Sama atau Bedakah Green
Chemistry Dan Enviromental Setyo, A., 2011, Pembelajaran Bermakna
Chemistry Itu? diunduh dari Berpendekatan SETS pada
Pelajaran Biologi untuk
http://greenchemistryindonesia.blo
Menumbuhkan Kepedulian
gspot.com/ pada tanggal 30
terhadap Lingkungan, Jurnal
Desember 2012.
Bioma Vol 1, No 2, Hal: 2-3.
Karsi dan Sahin, 2009, Developing
Worksheet Based On Science Wardani, S., 2008, Pengembangan
Process Skills: factors affecting Keterampilan Proses Sains dalam
solubility, Journal Of Science Pembelajaran Kromatografi Lapis
Learning and Teaching Vol 1, No Tipis Melalui Praktikum Skala
Mikro, Jurnal Inovasi Pendidikan
10, Hal: 1-12.
Kimia, Vol 2, No 2, Hal:1-5.
Kusuma, E., Sukirno, dan Kurniati, 2009,
Penggunaan Pendekatan Chemo- Widowati, A., 2007, Penerapan Pendekatan
Entrepreneurship Berorientasi Inquiry dalam Pembelajaran Sains
sebagai Upaya Pengembangan
Green Chemistry Untuk
Cara Berpikir Divergen, Jurnal
Meningkatkan Kemampuan Life
Ilmiah Pembelajaran Vol 1, No 3,
Skill Siswa SMA, Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia Vol 1, No 3, Hal: Hal:1-8.
2-4.
Novita Nurmasari, dkk, Keefektifan Pembelajaran Berorientasi.... 1289

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI


CHEMOENTREPRENEURSHIP PADA PEMAHAMAN KONSEP
DAN KEMAMPUAN LIFE SKILL SISWA

Novita Nurmasari*, Supartono dan Sri Mantini Rahayu Sedyawati


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035
E-mail: novita.kimia25@gmail.com

ABSTRAK

Studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMA N di Semarang kelas X tahun
ajaran 2012/2013 memperoleh data ketuntasan klasikal siswa pada mata pelajaran kimia
kurang dari 85% dan kemampuan life skill siswa rendah yaitu sebesar 61%. Penelitian ini
menerapkan pembelajaran berorientasi Chemoentrepreneurship (CEP) pada materi minyak
bumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran berorientasi CEP
pada pemahaman konsep dan kemampuan life skill siswa SMA kelas X. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X di salah satu SMA N di Semarang. Desain yang digunakan
adalah posttest only control design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster
random sampling, kelas X-3 sebagai kelas eksperimen dan X-2 sebagai kelas kontrol. Hasil
ketuntasan belajar menunjukkan bahwa kelas eksperimen mencapai ketuntasan belajar klasikal
sebesar 88,89%, sedangkan kelas kontrol hanya sebesar 78,95%. Rata-rata pemahaman
konsep siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol yaitu masing-masing sebesar
80,11 dan 74,32. Kemampuan life skill siswa meningkat dari 61% menjadi 84%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran berorientasi CEP memberikan keefektifan yang signifikan
pada pemahaman konsep dan kemampuan life skill siswa SMA kelas X.

Kata kunci: chemoentrepreneurship, life skill, pemahaman konsep

ABSTRACT

Preliminary study has performed in a high school in Semarang within grade X of the
school year 2012/2013, obtained the classical completeness students on chemistry subject less
than 85% and the ability of students' life skill was lower, equal to 61%. This study applied the
learning-oriented Chemoentrepreneurship (CEP) in petroleum subject. This study aimed to
determine the effectiveness of the learning-oriented CEP in understanding the concepts and life
skills of high school students’ grade X. The population in this study were class X students of
high school in Semarang. The design used is a posttest only control design. The sample was
taken by random cluster sampling technique, the class X-3 as the experimental class and the
class X-2 as a control class. The results of completeness study showed that experimental class
achieved mastery of classical study at 88.89%, while the control class was only 78.95%. The
average of students’ concept understanding in experimental class was better than the control
class respectively 80.11 and 74.32. The ability of student life skill increased from 61% to 84.
The results showed that the learning-oriented CEP provided significant effectiveness in
understanding the concepts and life skills of class X high school students.

Keywords: chemoentrepreneurship, concept understands, life skill

PENDAHULUAN dengan negara-negara maju. Sistem


pendidikan di Indonesia berada di posisi
Salah satu masalah di bidang terbawah bersama Meksiko dan Brasil
pendidikan adalah masih rendahnya mutu berdasarkan tabel liga global yang
pendidikan di Indonesia bila dibandingkan diterbitkan oleh Firma Pendidikan Pearson
1290 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1289-1299

(BBC Indonesia, 2012). Masalah rendahnya dengan penekanan pada pokok


mutu pendidikan ini berimplikasi langsung keterampilan yang terkait dengan pemikiran
terhadap mutu lulusan. kritis dan pemecahan masalah, manajemen
Menurut data Badan Pusat Statistik diri, keterampilan berkomunikasi, dan
(2012), tingkat pengangguran terbuka (TPT) keterampilan antarpersonal (Rahmawati dan
untuk pendidikan menengah masih tetap Yonata, 2012). Pendidikan kecakapan hidup
menempati posisi tertinggi. Tingkat dapat menghantarkan manusia-manusia
pengangguran terbuka pada bulan Februari Indonesia memasuki era globalisasi dengan
2012 lulusan SMA mencapai 10,34%. kemampuan kompetitif yang tinggi. Life skill
Masalah banyaknya pengangguran lulusan harus diajarkan sejak duduk dibangku
SMA merupakan fenomena rendahnya mutu sekolah agar peserta didik lebih terlatih
lulusan. Kemampuan akademis lulusan untuk melatih kemampuan life skill yang
SMA dipengaruhi oleh beberapa faktor, mereka miliki (Yulianingrum dan Rahayu,
antara lain mutu lembaga sekolah, terutama 2013).
guru, peralatan, buku, dan sarana Setelah dilakukan survey tentang life
pendukung maupun proses pengajaran dari skill yang dibutuhkan, diperoleh 10 indikator
setiap sekolah (Asmorowati, 2009). yang akan diamati dalam penelitian ini.
Hasil observasi dan wawancara di Indikator ini diambil dari hasil survey tentang
salah satu SMA di Semarang menunjukkan kecakapan hidup terbanyak yang
bahwa pemahaman siswa kelas X terhadap dibutuhkan oleh siswa. Indikator ini meliputi
pelajaran kimia masih rendah, banyak siswa (1) sadar sebagai makhluk tuhan, (2)
yang tidak mencapai batas Kriteria percaya diri, (3) kecakapan menggali dan
Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai rata-rata menemukan informasi, (4) kecakapan
kelas hanya 67,44 dengan ketuntasan mengolah informasi, (5) kecakapan ber-
klasikal sebesar 57,89%. Pembelajaran komunikasi, (6) bekerjasama, (7) tanggung-
yang dilakukan di sekolah tersebut masih jawab, (8) merumuskan masalah, (9)
didominasi oleh ceramah, pemberian tugas membuat hipotesis, dan (10) membuat
dan latihan soal. Siswa kurang diberi kesimpulan.
kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam Pembelajaran harus lebih melibat-
proses pembelajaran, hal ini menyebabkan kan siswa dalam proses belajar mengajar
siswa belum dapat mengembangkan potensi dan memberi kesempatan siswa untuk
yang ada pada dirinya secara optimal dan mengembangkan kemampuan life skill yang
kemampuan life skill siswa rendah. Setelah nantinya dibutuhkan untuk mengatasi
disebarkan angket, diperoleh informasi masalah yang dihadapi dalam hidupnya.
bahwa kemampuan life skill siswa hanya Pembelajaran kimia dapat menggunakan
mencapai 61%. Hal ini menunjukan bahwa pendekatan CEP untuk menciptakan
kemampuan life skill siswa masih rendah. suasana belajar yang lebih mengaktifkan
Life skill meliputi kombinasi dari siswa dan memberikan kesempatan siswa
pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan,
Novita Nurmasari, dkk, Keefektifan Pembelajaran Berorientasi.... 1291

untuk mengembangkan kemampuan life pendekatan CEP, sedangkan kelas kontrol


skill. menggunakan pendekatan yang biasa
Konsep pendekatan CEP adalah dilakukan selama ini yaitu pem-belajaran
suatu pendekatan pembelajaran kimia yang yang didominasi oleh ceramah, latihan soal
dikaitkan dengan obyek nyata sehingga dan penugasan. Variabel terikat dalam
selain mendidik, dengan pendekatan CEP penelitian ini yaitu pemahaman konsep dan
ini memungkingkan siswa dapat mempela- kemampuan life skill siswa.
jari proses pengolahan suatu bahan menjadi Metode pengumpulan data dilaku-
produk yang bermanfaat, benilai ekonomi kan dengan metode dokumentasi, tes,
tinggi dan menumbuhkan semangat berwira- observasi dan angket. Tes digunakan untuk
usaha (Supartono, 2006). mengukur pemahaman konsep siswa.
Rumusan masalah dalam penelitian Observasi digunakan untuk menilai
ini adalah: bagaimana keefektifan pem- kemampuan life skill siswa. Angket digu-
belajaran berorientasi CEP pada pemaham- nakan sebagai data awal untuk mengetahui
an konsep dan kemampuan life skill siswa kemampuan life skill siswa. Bentuk
SMA kelas X? Penelitian ini bertujuan untuk instrumen yang digunakan berupa silabus,
mengetahui keefektifan pembelajaran bero- rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
rientasi CEP pada pemahaman konsep dan tes pemahaman konsep (posttest), lembar
kemampuan life skill siswa SMA kelas X. observasi, dan angket. Tes pemahaman
konsep sebelum digunakan perlu dianalisis
METODE PENELITIAN dengan uji validitas, reliabilitas, daya
pembeda, dan taraf kesukaran. Lembar
Penelitian ini merupakan penelitian observasi digunakan untuk penilaian life skill
eksperimen yang dilakukan salah satu di yang sebelumnya telah divalidasi oleh
SMA Negeri di Semarang pada materi dosen pembimbing dan telah diuji cobakan.
minyak bumi. Desain penelitian ini yaitu Hasil uji coba tersebut kemudian dihitung
posttest only control design. Populasi dalam reliabilitasnya. Instrumen observasi dika-
penelitian adalah siswa kelas X tahun takan reliabel jika rhitung yang didapatkan
pelajaran 2012/2013. Kelas X-3 merupakan lebih dari atau sama dengan 0,7 (Mardapi,
kelas eksperimen dan X-2 merupakan kelas 2012).
kontrol yang diambil melalui teknik cluster Data penelitian pemahaman konsep
random sampling dengan pertimbangan dianalisis secara statistik parametrik dihitung
bahwa hasil uji normalitas dan uji dengan uji perbedaan rata-rata satu pihak
homogenitas terhadap nilai ulangan akhir kanan untuk mengetahui apakah hasil
semester ganjil diperoleh bahwa keduanya pemahaman konsep kelas eksperimen lebih
berdistribusi normal dan homogen. Variabel baik dari kelas kontrol, uji ketuntasan belajar
bebas dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan klasikal kedua
pendekatan pembelajaran. Kelas ekspe- kelas. Ketuntasan belajar individu dapat
rimen menggunakan pembelajaran dengan dilihat dari data hasil belajar siswa dan
1292 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1289-1299

dikatakan tuntas jika hasil belajarnya terlihat lebih percaya diri dan kemampuan
mendapat nilai lebih besar dari 70. Lembar life skiil lebih berkembang.
observasi kemampuan life skill, dan angket Pembelajaran yang dilakukan di kelas
dalam penelitian ini dianalisis secara kontrol menggunakan metode ceramah,
deskriptif. latihan soal dan penugasan. Pembelajaran
pada kelas kontrol hanya berpusat pada
HASIL DAN PEMBAHASAN guru (teacher centered), siswa cenderung
pasif karena hanya mendengarkan pen-
Pembelajaran yang dilakukan di kelas jelasan dari guru. Hal ini membuat siswa
eksperimen menggunakan metode diskusi merasa bosan, dan mengantuk. Beberapa
berorientasi CEP. Penerapan metode siswa kurang memperhatikan penjelasan
diskusi ini dilakukan untuk lebih me- dan mereka sibuk berbicara dengan teman
ngembangkan kemampuan life skill siswa. sendiri. Pembelajaran dengan metode
Siswa terlihat kurang aktif terhadap kegiatan ceramah kurang efektif jika diterapkan untuk
diskusi kelompok pada pertemuan pertama. mengajari matari minyak bumi karena materi
Beberapa siswa ada yang ramai sendiri, minyak bumi bersifat hafalan. Materi minyak
siswa juga belum berani mengemukakan bumi lebih baik diajarkan dengan
pendapatnya. Siswa harus ditunjuk untuk mengaitkan materi dalam kehidupan sehari-
maju mempresentasikan hasil diskusi. Hal hari atau menggunakan media untuk
ini menunjukkan bahwa kemampuan life skiil memudahkan memahami materi tersebut
siswa belum berkembang. Siswa terlihat (Wicaksana, 2013).
antusias dan aktif berdiskusi saat diskusi Kemampuan life skill siswa selama
berlangsung pada pertemuan selanjutnya, proses pembelajaran diukur dengan
hal ini ditandai dengan siswa bertanya observasi yang dilakukan oleh tiga observer/
kepada teman sekelompok, serta mencari pengamat. Observer ini mengamati kegiatan
dari berbagai sumber untuk bahan siswa selama pembelajaran di dalam kelas
berdiskusi. Beberapa kelompok ada yang dan kegiatan praktikum di laboratorium. Nilai
maju tanpa ditunjuk. Hal ini terlihat bahwa rata-rata kemampuan life skill kelas
eksperimen disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata kemampuan life skill siswa kelas eksperimen

Indikator/aspek Rata-rata Kategori


Sadar Sebagai Mahkluk Tuhan 4 Sangat Tinggi
Percaya diri 3 Tinggi
Kecakapan menggali dan mencari informasi 3,3 Tinggi
Kecakapan mengolah informasi 3,1 Tinggi
Kecakapan berkomunikasi 3,6 Sangat Tinggi
Kerjasama 3,4 Tinggi
Tanggung jawab 3,5 Sangat Tinggi
Kecakapan merumuskan masalah 3,1 Tinggi
Kecakapan membuat hipotesis 2,9 Tinggi
Kecakapan membuat kesimpulan 3,5 Sangat Tinggi
Novita Nurmasari, dkk, Keefektifan Pembelajaran Berorientasi.... 1293

Kemampuan life skill yang dikem- setelah kegiatan praktikum, menggunakan


bangkan di kelas selama diskusi kecakapan sesuai fungsinya. Aspek yang
berlangsung diantaranya kecakapan individu dapat dikembangkan selama kegiatan di
(personal skill) yaitu sadar sebagai makhluk dalam kelas dan di laboratorium adalah
Tuhan dan percaya diri, kecakapan berpikir percaya diri, kecakapan berkomunikasi
rasional (thinking skill) yaitu kecakapan secara lisan dan tulisan, kecakapan
menggali dan mengolah informasi, ke- berkomunikasi dalam kelompok, tanggung
cakapan sosial (social skill) meliputi bekerja jawab menyelesaikan tugas.
sama, tanggung jawab, kecakapan ber- Terjadi peningkatan kemampuan life
komunikasi, dan kecakapan akademik skill siswa kelas eksperimen sebelum dan
(academic skill) meliputi kecakapan sesudah diajar dengan menggunakan
merumuskan masalah, kecakapan membuat pendekatan CEP. Kemampuan life skill
hipotesis, dan kecakapan membuat siswa sebelum diajar dengan pendekatan
kesimpulan. CEP hanya mencapai 61%. Hasil ini
Penilaian semua indikator tersebut diperoleh dari angket yang disebarkan
dilakukan didalam kelas dan di laboratorium. sebelum pembelajaran berlangsung. Hasil
Penilaian didalam kelas dilakukan pada saat analisis deskriptif menunjukkan bahwa 15
siswa melakukan diskusi kelompok. Diskusi siswa memiliki nilai dengan kategori sangat
kelompok dapat mengembangkan indikator baik dengan persentase sebesar 41,67%,
life skill sadar sebagai Makhluk Tuhan, dan 21 siswa dengan persentase sebesar
kecakapan menggali dan mencari informasi, 58,33% memiliki kategori nilai baik.
kecakapan mengolah informasi, kecakapan Kemampuan life skill siswa setelah diajar
merumuskan masalah, kecakapan membuat dengan menggunakan pendekatan CEP
hipotesis, dan kecakapan membuat mencapai persentase sebesar 84%.
kesimpulan. Disimpulkan bahwa pembelajaran ber-
Indikator yang dinilai selama ke- orientasi CEP efektif pada kemampuan life
giatan praktikum di laboratorium adalah skill karena kemampuan life skill siswa
aspek kerjasama dalam menyiapkan alat meningkat (Mursiti, et al., 2008). Besarnya
dan bahan praktikum, pembagian kerja Peningkatan kemampuan life skill kelas
kelompok, pemberian bantuan kepada eksperimen untuk masing-masing indikator
teman satu kelompok, tanggung jawab dapat dilihat pada Gambar 1.
1294 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1289-1299

Gambar 1. Peningkatan kemampuan life skill kelas eksperimen


Keterangan:
1) Sadar Sebagai Mahkluk Tuhan
2) Percaya diri
3) Kecakapan menggali dan mencari informasi
4) Kecakapan mengolah informasi
5) Kecakapan berkomunikasi
6) Kerjasama
7) Tanggung jawab
8) Kecakapan merumuskan masalah
9) Kecakapan membuat hipotesis
10) Kecakapan membuat kesimpulan

Aspek sadar sebagai makhluk keberanian siswa maju mempresentasikan


Tuhan mengalami peningkatan dari 74% hasil diskusi tanpa ditunjuk oleh guru.
menjadi 100%. Aspek ini tergolong sangat Aspek kecakapan berpikir rasional
tinggi karena semua siswa pada kelas yang diukur dalam penelitian ini adalah
eksperimen menyadari bahwa dirinya kecakapan menggali informasi dan
adalah makhluk ciptaan Tuhan, sehingga kecakapan mengolah informasi. Kecakapan
mensyukuri nikmat Tuhan dan tidak menggali dan menemukan informasi
merusak ciptaan Tuhan. mengalami peningkatan dari 61% menjadi
Aspek percaya diri mengalami 83%. Peningkatan ini terjadi karena
peningkatan dari 62% menjadi 76%. penerapan pembelajaran dengan pen-
Percaya diri adalah rasa percaya bahwa ia dekatan CEP dapat lebih mengaktifkan
sanggup dan mampu untuk mencapai siswa. Pembelajaran yang mengaktifkan
prestasi tertentu. Kurang percaya diri tidak siswa dapat meningkatkan keterampilan
akan menunjang tercapainya prestasi yang berpikir siswa daripada pembelajaran yang
tinggi, dan berarti juga meragukan menggunakan metode ceramah dan hafalan
kemampuan diri sendiri (Yulianto, 2006). (Snyder dan Snyder, 2008).
Kepercayaan diri siswa terlihat dari Peningkatan kecakapan berpikir
secara rasional terlihat dari siswa dapat
Novita Nurmasari, dkk, Keefektifan Pembelajaran Berorientasi.... 1295

mencari bahan/materi dari berbagai sumber. untuk membuat laporan praktikum dengan
Siswa tidak hanya mencari dari buku paket benar dan mempresentasikan hasil
SMA tetapi mereka juga mencari dari praktikum di depan kelas. Kecakapan
internet atau sumber lain yang lebih relevan. berkomunikasi dalam kelompok tergolong
Kecakapan mengolah informasi mengalami sangat tinggi karena siswa dapat mem-
peningkatan dari 57% menjadi 77%. Siswa berikan minimal satu ide dalam kelompok-
mampu mengolah informasi, hal ini ditandai nya dan dapat mengumpulkan tugas tepat
dengan beberapa siswa mampu men- waktu. Keterampilan sosial sangat penting
jelaskan materi minyak bumi dengan benar untuk untuk berinteraksi dan beradaptasi
di depan kelas. Kecakapan berfikir rasional dalam lingkungan. Selain itu, mampu
penting karena memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan orang lain adalah kunci
secara efektif menangani sosial, ilmiah, dan sukses untuk pengalaman yang memper-
masalah praktis (Shakirova, 2007). kaya kehidupan (Chen, 2006).
Indikator kecakapan sosial yang Aspek kerjasama mengalami
diukur pada penelitian ini adalah kecakapan peningkatan dari 61% menjadi 85%, dengan
berkomunikasi, kerjasama, dan tanggung nilai rata-rata yang tergolong dalam kategori
jawab. Indikator kecakapan sosial ini dibagi tinggi. Siswa mampu bekerja sama dengan
lagi dalam beberapa aspek meliputi teman satu kelompok untuk mempersiapkan
kecakapan berkomunikasi secara lisan dan alat dan bahan yang digunakan dalam
tulisan, berkomunikasi dalam kelompok, praktikum. Siswa juga mampu membagi
kerjasama dalam menyiapkan alat dan kerja kelompok dan memberikan bantuan
bahan praktikum, pembagian kerja kepada teman satu kelompoknya ketika ia
kelompok, pemberian bantuan kepada sedang sibuk atau tidak selama kegiatan
teman kelompok, tanggung jawab setelah praktikum (Kadarwati, et al., 2010).
praktikum, menggunakan alat sesuai Aspek tanggung jawab mengalami
dengan fungsinya, dan tanggung jawab peningkatan sebesar 29% dari 59% menjadi
menyelesaikan tugas. Kecakapan sosial 88%, dengan nilai rata-rata yang tergolong
adalah kecakapan seseorang untuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar 3,5.
berkomunikasi dengan manusia lainnya. Masing-masing kelompok dapat membersih-
Kecakapan sosial diperlukan agar mampu, kan dan mengembalikan alat ke tempat
sanggup, terampil menjalankan kehidupan- semula. Siswa dapat menyelesaikan tugas
nya, yaitu dapat menjaga kelangsungan dengan tepat waktu. Siswa juga dapat
hidup dan perkembangannya. menggunakan alat sesuai fungsinya dengan
Kecakapan berkomunikasi siswa baik misalnya untuk memanaskan dengan
secara lisan dan tulisan mengalami pembakar spirtus digunakan digunakan
peningkatan sebesar 28%, dengan nilai beaker glass pyrex.
rata-rata dalam kategori sangat tinggi yaitu Kecakapan merumuskan masalah
sebesar 3,6. Kecakapan berkomunikasi dan kecakapan membuat hipotesis
secara tulisan terlihat dari siswa mampu dikembangkan dengan memberikan sebuah
1296 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1289-1299

permasalahan kepada siswa mengenai rata, tidak ada bintik-bintik berwarna putih,
materi minyak bumi. Kecakapan merumus- sumbu harus bisa dibakar, warna yang
kan masalah mengalami peningkatan yaitu dihasilkan dan kemasan lilin juga harus
sebesar 55% menjadi 76%. Kecakapan menarik sehingga dapat dijadikan peluang
membuat hipotesis juga mengalami bisnis penjualan lilin aromaterapi. Balsem
peningkatan sebesar 20% yaitu dari 54% yang baik dan dapat dijual adalah balsem
menjadi 74%. Siswa dilatih untuk yang tidak terlalu keras dan memiliki khasiat
menyimpulkan materi yang didiskusikan menghilangkan pegal-pegal. Siswa sudah
pada akhir pembelajaran. Kecakapan dapat membuat semir sepatu, lilin
membuat kesimpulan siswa meningkat dari aromaterapi, dan balsem yang dapat dijual
56% menjadi 87%, hal ini terlihat dari siswa dan dijadikan peluang usaha dengan
yang dapat membuat kesimpulan sendiri. mempertimbangkan laba yang diperoleh.
Hasil praktikum menunjukkan bahwa Pemahaman konsep siswa kelas
siswa sudah dapat membuat semir sepatu eksperimen dan kelas kontrol dapat
yang baik dan layak dijual. Semir sepatu diketahui dengan hasil posttest yang
yang layak dijual dan dapat dijadikan dilaksanakan diakhir pembelajaran. Rata-
peluang usaha adalah semir sepatu yang rata hasil pemahaman konsep siswa kelas
berwarna hitam pekat, teksturnya rata, dan eksperimen adalah 80,11 dengan nilai
tidak terlalu keras. Siswa sudah dapat tertinggi 96 dan nilai terendah 56. Rata-rata
membuat lilin yang berkreasi dan dapat hasil pemahaman konsep kelas kontrol
memancarkan aroma terapi saat dibakar adalah 74,32 dengan nilai tertinggi 92 dan
dalam praktikum pembuatan lilin nilai terendah 52. Hasil nilai rata-rata
aromaterapi. Lilin aromaterapi yang layak posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
dijual adalah lilin yang dapat memancarkan dapat lihat pada Gambar 2.
aroma terapi ketika dibakar, tekstrurnya

Gambar 2. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kontrol

Rata-rata hasil pemahaman konsep rata-rata posttest kelas eksperimen lebih


kelas eksperimen dan kelas kontrol tinggi daripada kelas kontrol yaitu masing-
mempunyai perbedaan yang signifikan. Nilai masing sebesar 80,11 dan 74,32.
Novita Nurmasari, dkk, Keefektifan Pembelajaran Berorientasi.... 1297

Perbedaan nilai rata-rata ini disebabkan kelompok kontrol belum mencapai


siswa pada kelas eksperimen dan kelas ketuntasan klasikal.
kontrol diberi perlakuan yang berbeda. Penerapan pembelajaran berorien-
Kelas eksperimen pembelajaran mengguna- tasi CEP pada materi minyak bumi
kan pendekatan CEP, sedangkan kelas memberikan keefektifan yang signifikan
kontrol menggunakan CEP metode pada pemahaman konsep dan kemampuan
ceramah. Hasil penelitian ini menunjukkan life skill siswa kelas X. Hal ini ditunjukkan
bahwa pembelajaran dengan pendekatan dengan dengan proporsi ketuntasan belajar
dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas yang diajar dengan pendekatan
siswa (Supartono, et al., 2009). pembelajaran berorientasi CEP telah
Hasil analisis dengan menggunakan memenuhi proporsi ketuntasan belajar
uji kesamaan dua varians diperoleh F hitung klasikal lebih dari 85% yaitu sebesar 88,89%
(1,07) kurang dari Fkritis (1,94) dengan dengan siswa yang tuntas sebanyak 32
derajat kebebasan pembilang sebesar 35 siswa. Rata-rata hasil pemahaman konsep
dan derajat kebebasan penyebut sebesar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas
37, sehingga dapat disimpulkan bahwa kontrol yaitu masing-masing sebesar 80,11
kedua kelompok memiliki varians yang untuk kelas eksperimen dan 74,32 untuk
sama. kelas kontrol. Kemampuan life skill siswa
Hasil analisis uji perbedaan dua juga meningkat dari 61% menjadi 84%.
rata-rata satu pihak kanan diperoleh harga Pembelajaran berorientasi CEP ini
thitung sebesar 2,87 sedangkan harga tkritis memberikan keefektifan yang signifikan
sebesar 1,99 dengan derajat kebebasan pada pemahaman konsep dan kemampuan
sebesar 72, sehingga dapat disimpulkan life skill siswa karena siswa lebih termotivasi
bahwa kelompok eksperimen lebih baik dari dan lebih tertarik mempelajari kimia.
kelompok kontrol karena thitung lebih besar Pembuatan semir sepatu, lilin aromaterapi,
dari tkritis. Salah satu indikator untuk dan balsem ini juga dapat memberikan
menyatakan pembelajaran efektif adalah pengalaman bagi siswa dalam membuat
apabila proporsi ketuntasan belajar kelas suatu produk dengan nilai daya jual yang
eksperimen telah memenuhi ketuntasan tinggi, selain itu pembelajaran berorientasi
klasikal lebih besar dari 85%. Hasil CEP juga dapat meningkatkan jiwa
ketuntasan klasikal menunjukkan bahwa berwirausaha siswa (Sumarti, 2008).
ketuntasan klasikal pada kelas eksperimen Beberapa hal yang perlu diperhati-
sebesar 88,89% dengan siswa yang tuntas kan untuk melaksanakan pem-belajaran
sebanyak 32 siswa dan kelas kontrol berorientasi CEP dalam penelitian ini
sebesar 78,95% dengan siswa yang tuntas diantaranya adalah (1) perlu persiapan yang
sebanyak 30 siswa. Hal ini menunjukkan lebih matang untuk melakukan praktikum ini,
bahwa kelompok eksperimen telah salah satunya adalah mempersiapkan
mencapai ketuntasan klasikal, sedangkan bahan-bahan yang di-gunakan, karena
bahan-bahan yang dipakai dalam penelitian
1298 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1289-1299

ini tidak tersedia di laboratorium sekolah, (2) BBC Indonesia, 2012, Sistem Pendidikan
Indonesia Terendah di Dunia,
waktu yang di-perlukan untuk menerapkan
Tersedia di http://Sistem Pendidikan
pendekatan tersebut lebih lama Indonesia Terendah di Dunia -
KOMPAS.com.html tanggal 1 Maret
dibandingkan dengan pembelajaran secara
2013.
konvensial, oleh karena itu guru harus
Chen, K. 2006, Social Skills Intervention For
mampu menguasai materi dan tahapan- Students With Emotional/Behavioral
Disorders: A Literature Review From
tahapan dalam penelitian, (3) perlu
The American Perspective,
persiapan dalam membuat RPP berorientasi Education Research and Reviews,
1(3): 143-149.
CEP agar pembelajaran dapat terlaksana
Kadarwati, S., Saputro, S.H. dan Priatmoko,
dengan baik.
S., 2010, Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Kimia Fisika 5 Dengan
Pendekatan Chemo-
SIMPULAN
Entrepreneurship Melalui Kegiatan
Lesson Study. Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia, Vol 1, No 4, Hal:
Hasil Penelitian menunjukkan
531-543.
bahwa penerapan pembelajaran ber-
Mardapi, D., 2012, Pengukuran Penilaian
orientasi CEP memberikan keefektifan yang dan Evaluasi Pendidikan,
Yogyakarta: Nuha Medika.
signifikan pada pemahaman konsep dan
kemampuan life skill siswa kelas X-3 suatu Mulyasa, E., 2007, Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, Bandung:
SMA N di Semarang. Proporsi ketuntasan Remaja Rosdakarya.
klasikal kelas X-3, telah memenuhi proporsi Mursiti, S., Wahyukaeni, T. dan Sudarmin,
ketuntasan klasikal sebesar 88,89%. Rata- 2008, Pembelajaran dengan
Pendekatan Chemo-
rata pemahaman konsep kelas eksperimen Entrepreneurship dan Penggunaan
sebesar 80,11 lebih baik daripada kelas Game Simulation sebagai Media
Chemo-Edutainment untuk
kontrol yaitu sebesar 74,32. Kemampuan Meningkatkan Hasil Belajar,
life skill siswa meningkat dari 61% menjadi Kreativitas, dan Life Skill, Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 2, No
84%. 2, Hal: 278-280.
Rahmawati, A. dan Yonata, B., 2012,
Keterampilan Sosial Siswa Pada
Materi Reaksi Reduksi Oksidasi
DAFTAR PUSTAKA melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT)
Asmorowati, D.S., 2009, Pembelajaran SMA Negeri 9 Surabaya, Unesa
Kimia Hidrokarbon Menggunakan Journal of Chemical Education, Vol
Kolaborasi Konstruktif dan Inkuiri 1, No 1, Hal: 47-55.
Berorientasi
Chemoentrepreneurship (CEP) Shakirova, D.M., 2007, Technology for the
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Shaping of College Students’ and
dan Minat Berwirausaha Siswa, Upper-Grade Students’ Critical
Skripsi, Semarang: Jurusan Kimia Thinking, Russian Education dan
FMIPA UNNES. Society, Vol 9, No 49, Hal: 42-52.

Badan Pusat Statistik, 2012, Data strategis


BPS, Jakarta: CV. Nasional Indah.
Novita Nurmasari, dkk, Keefektifan Pembelajaran Berorientasi.... 1299

Snyder, L.G. dan Snyder, M. J., 2008, Wicaksana, G.A., Nurhayati, N. dan
Teaching Critical Thinking and Cahyono, E., 2013, Efektivitas
Problem Solving Skills, The Delta Pi Media Pembelajaran E-Learning
Epsilon Journal, Vol 2, No 50, Hal: Berbasis Chemo-Edutainment
90-99. terhadap Hasil Belajar Materi
Hidrokarbon dan Minyak Bumi
Sumarti, S.S., 2008, Peningkatan Jiwa
Siswa Kelas X, Chemistry in
Kewirausahaan Mahasiswa Calon
Education, Vol 1, No 2, Hal: 1-10.
Guru Kimia dengan Pembelajaran
Praktikum Kimia Dasar Berorientasi Yulianingrum dan Rahayu, Y.S., 2013,
Chemo-Entrepreneurship, Jurnal Penerapan Pembelajaran IPA
Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 2, No Terpadu Tipe Webbed Berorientasi
2, Hal: 305-311. Kecakapan Hidup (Life Skill) Pada
Tema Suara Kelas VII SMP Al-Amal
upartono, Saptorini, dan Asmorowati, D,S.,
Surabaya, Jurnal Pendidikan Sains
2009, Pembelajaran Kimia
e-Pensa, Vol 1, No 1, Hal: 1-7.
Menggunakan Kolaborasi
Konstruktif dan Inkuiri Berorientasi Yulianto, F. dan Nashori , H.F., 2006,
Chemo-Entrepreneurship, Jurnal Kepercayaan Diri dan Prestasi Atlet
Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 2, No Tae Kwon Do Daerah Istimewa
3, Hal: 476-483. Yogyakarta, Jurnal Psikologi
Universitas Diponegoro, Vol 1, No 3,
Supartono, 2006, Peningkatan Kreativitas
Hal: 55-62.
Peserta Didik Melalui Pembelajaran
Kimia dengan Pendekatan
Chemoentrepreneurship (CEP),
Proposal Research Grant – Program
Hibah A2, Semarang: Jurusan Kimia
FMIPA UNNES.
1300 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1300-1308

PENERAPAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION


BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR KOLOID

Arinda Dian Wijayanti* dan Eko Budi Susatyo


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035
E-mail: ndarinda.dian@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran Group


Investigation berbasis Inkuiri Terbimbing berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar kimia
kompetensi Sistem Koloid dan bagaimana tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran
yang diterapkan. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling, diperoleh
kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontol. Pengambilan
data menggunakan teknik tes, observasi, angket, dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan rerata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol
berdasarkan pada uji satu pihak kanan kedua nilai posttest yaitu dengan thitung sebesar 6,89
lebih dari ttabel sebesar 2,00. Hasil analisis pengaruh antar variabel diperoleh besarnya koefisien
determinasi adalah 73,38%, berarti bahwa pembelajaran Group Investigation berbasis Inkuiri
Terbimbing berkontribusi meningkatkan hasil belajar kognitif siswa sebesar 73,38%. Pada
penilaian afektif dan psikomotor, rata-rata nilai hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari
kelas kontrol. Analisis angket tanggapan guru dan siswa juga menunjukkan bahwa
pembelajaran Group Investigation berbasis Inkuiri Terbimbing memperoleh tanggapan yang
baik. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran Group Investigation
berbasis Inkuiri Terbimbing berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI
kompetensi terkait sistem koloid dan memperoleh tanggapan yang baik dari guru dan siswa.

Kata kunci: group investigation, hasil belajar, inkuiri terbimbing

ABSTRACT

This study aims to determine whether the implementation of inquiry-based learning Group
Investigation Guided influential in improving learning outcomes of chemistry in competence of
Colloid Systems and how the responses of teachers and students towards applied learning.
Sampling used cluster random sampling technique, obtained class XI IPA 1 as the experimental
class and the XI IPA 4 as control class. Retrieval of data used techniques: tests, observations,
questionnaires, and documentation. The results showed that the average grade of experimental
class was higher than the control class based on the test of the right hand, with both of the
posttest score of tcount 6.89 over ttable of 2.00. The results of the analysis of the magnitude of the
effect between variables obtained coefficient of determination 73.38%, mean that the inquiry-
based learning Group Investigation Guided contributed to increasing students' cognitive learning
outcomes of 73.38%. On Affective and psychomotor assessment, the average grades of the
experimental class learning better than classroom control. Analysis of the questionnaire
responses of teachers and students also indicated that inquiry-based learning Group
Investigation Guided obtained a good response. This study concluded that the implementation
of inquiry-based learning Group Investigation Guided influenced in improving learning outcomes
chemistry class XI student with competencies related colloidal systems and obtained good
response from teachers and students.

Kata kunci: group investigation, learning outcomes, inquiry-guided


Arinda Dian Wijayanti, dkk, Penerapan Pembelajaran Group.... 1301

PENDAHULUAN puan yang berbeda bekerjasama dalam


kelompok-kelompok kecil untuk mencapai
Proses pembelajaran hingga saat tujuan bersama (Akinbobola, 2006). Salah
ini, kebanyakan belum memberikan akses satu model pembelajaran kooperatif adalah
bagi siswa untuk berkembang secara Group Investigation. Group Investigation
mandiri melalui penemuan dan proses merupakan model pembelajaran kooperatif
berpikirnya. Hal ini salah satunya disebab- yang melibatkan kelompok kecil yang
kan proses pembelajaran yang didominasi memungkinkan siswa bekerja menggunakan
oleh pembelajaran konvensional. Pada penemuan kooperatif, perencanaan, proyek,
pembelajaran ini suasana kelas cenderung diskusi kelompok, dan kemudian mempre-
teacher centered sehingga siswa menjadi sentasikan penemuan mereka kepada kelas.
kurang aktif. Pembelajaran pada materi Istikomah, Istikomah, et al., (2009) dalam
pokok koloid di salah satu SMA N di penelitiannya, Group Investigation melatih
Magelang cenderung di sampaikan dengan siswa untuk tekun, bersikap ingin tahu
metode ceramah dan hanya disampaikan dalam mencari informasi dan jujur dalam
teorinya saja serta belum diadakan mengolah data, terbuka dalam menerima
percobaan atau praktikum sehingga siswa pendapat orang lain dan teliti memproses
menjadi kurang aktif. Materi koloid informasi. Group Investigation melatih siswa
merupakan salah satu materi kimia yang untuk bekerjasama dengan baik sehingga
sebagian besar aplikasinya paling dekat terjadi interaksi sosial dan efektif dalam
dengan kehidupan sehari-hari, tetapi belum menyelesaikan permasalahan yang sulit
banyak siswa yang menyadari akan hal dalam kelompok (Tsoi, 2004).
tersebut. Hal ini dikarenakan pemahaman Indrawati dalam Trianto (2007)
konsep oleh siswa masih belum maksimal. menyatakan bahwa pembelajaran pada
Kebanyakan siswa hanya menghafal teori. umumnya akan lebih efektif bila diseleng-
Menghafal teori boleh, tetapi belum cukup garakan melalui model-model pemrosesan
sekedar itu saja. Siswa juga harus informasi yang menekankan pada bagai-
menemukan dan memahami konsepnya mana seseorang berpikir dan bagaimana
agar mengetahui aplikasi materi yang dampaknya terhadap cara-cara mengolah
sedang di pelajari, sehingga tidak hanya informasi. Salah satu yang termasuk dalam
sekedar menghafal teori-teorinya saja. model pemrosesan informasi adalah
Pengembangan pembelajaran yang pembelajaran inkuiri terbimbing. Inkuiri
diperlukan saat ini adalah pembelajaran terbimbing yaitu metode inkuiri dimana guru
yang inovatif dan kreatif yang memberikan membimbing siswa melakukan kegiatan
pengembangan daya nalar dan kreatifitas dengan memberi pertanyaan awal dan
siswa. Salah satunya adalah dengan meng- mengarahkan pada suatu diskusi. Melalui
gunakan metode pembelajaran kooperatif. inkuiri terbimbing siswa dilibatkan secara
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajar- aktif dalam kegiatan pembelajaran, yakni
an dimana siswa dengan tingkat kemam- dengan melakukan percobaan untuk
1302 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1300-1308

menentukan konsep tentang materi pada penelitian ini menggunakan teknik


pembelajaran. Proses pembelajaran dengan cluster random sampling, yaitu dengan
inkuiri terbimbing memungkinkan siswa mengambil dua kelas secara acak dengan
dapat bekerja secara kelompok (Zawadzki, syarat populasi berdistribusi normal dan
2010). Inkuiri terbimbing dapat meningkat- homogenitasnya sama. Instrumen yang
kan partisipasi siswa dalam mempelajari digunakan pada penelitian ini soal pretest
materi melalui proses penemuan dalam dan posttest, sedangkan untuk lembar
kelompok kecil sehingga pembelajaran lebih observasi digunakan untuk mengukur hasil
bermakna dan membantu siswa dalam belajar psikomotorik dan afektif.
menemukan konsep materi (Bilgin, 2009). Variabel bebas dalam penelitian ini
Rumusan masalah dalam penelitian yaitu metode pembelajaran. Sedangkan
ini adalah apakah penerapan pembelajaran variasi perlakuan adalah kelas eksperimen
Group Investigation berbasis Inkuiri diterapkan pembelajaran group investigation
Terbimbing berpengaruh dalam meningkat- berbasis inkuiri terbimbing dan kelas kontrol
kan hasil belajar kimia kompetensi Sistem diterapkan pembelajaran ceramah,
Koloid siswa kelas XI suatu SMAN di praktikum dan diskusi. Variabel terikat yaitu
Magelang dan bagaimana tanggapan guru hasil belajar siswa kompetensi terkait sistem
dan siswa terhadap penerapan pem- koloid siswa kelas XI Salah satu SMA N di
belajaran Group Investigation berbasis Magelang serta tanggapan guru dan siswa
Inkuiri Terbimbing? Penelitian ini bertujuan terhadap pembelajaran yang diterapkan.
untuk mengetahui pengaruh penerapan Metode pengumpulan data yang digunakan
pembelajaran Group Investigation berbasis pada penelitian ini yaitu metode
Inkuiri Terbimbing dalam meningkatan hasil dokumentasi, metode tes, metode
belajar kimia kompetensi Sistem Koloid observasi, dan metode angket. Instrumen
siswa kelas XI suatu SMAN di Magelang yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dan untuk mengetahui tanggapan guru dan soal pretest dan posttest hasil belajar
siswa terhadap penerapan pembelajaran kognitif, lembar observasi afektif dan
Group Investigation berbasis Inkuiri psikomotorik serta angket tanggapan guru
Terbimbing. dan siswa. Data penelitian hasil belajar
kognitif dianalisis secara statistik parametrik
METODE PENELITIAN dihitung dengan uji kesamaan dua varians,
uji perbedaan rata-rata satu pihak kanan, uji
Penelitian ini dilaksanakan di Salah
ketuntasan hasil belajar, uji t, analisis
satu SMA N di Magelang pada kompetensi
terhadap pengaruh variabel, penentuan
terkait Sistem Koloid. Penelitian ini
koefisisen determinasi dan uji peningkatan
menggunakan yaitu Pretest-Posttest Control
hasil belajar digunakan untuk mengetahui
Group Design. Populasi penelitian ini adalah
peningkatan belajar setelah diberi perlakuan
seluruh siswa kelas XI IPA salah satu SMA
yang berbeda. Hasil belajar afektif,
Negeri di Magelang. Pengambilan sampel
Arinda Dian Wijayanti, dkk, Penerapan Pembelajaran Group.... 1303

psikomotorik, dan angket tanggapan guru koloid yaitu sebesar 73,38%. Berdasarkan
dan siswa dianalisis secara deskriptif. data penilaian kognitif siswa, penerapan
pembelajaran group investigation dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN meningkatkan hasil belajar kognitif siswa
(Oh dan Shin, 2005). Hasil uji peningkatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar dari kelas eksperimen 0,76
hasil belajar kognitif kelas ekperimen lebih dalam kategori tinggi dan kelas kontrol 0,61
baik daripada kelas kontrol. Hal ini yang dikategorikan sedang. Pembelajaran
didasarkan pada hasil perhitungan uji satu group investigation berbasis inkuiri terbim-
pihak kanan nilai postes diperoleh thitung bing ini menjadikan rasa ingin tahu siswa
sebesar 6,89 lebih dari ttabel sebesar 2,00 meningkat sehingga siswa lebih aktif dan
yang berarti bahwa rerata hasil belajar bersungguh-sungguh dalam mengikuti
kognitif kelas eksperimen lebih baik dari pelajaran serta selama proses pembelajaran
kelas kontrol. Pada kelas eksperimen 100% siswa mengalami proses inkuiri yang
siswa sudah mencapai ketuntasan belajar, membuat siswa menemukan konsep materi
sedangkan untuk kelas kontrol hanya 72% yang sedang dipelajari melalui kegiatan
siswa yang mencapai ketuntasan belajar. investigasi sehingga siswa lebih menguasai
Hasil perhitungan analisis pengaruh antar konsep. Hal ini karena siswa akan lebih
variabel diperoleh koefisien korelasi biserial mudah menemukan dan memahami konsep
hasil belajar kognitif siswa (rb) sebesar 0,86 melalui pemikiran aktif dan pemecahan
dengan kriteria sangat tinggi. Harga masalah yakni tidak sekedar mengingat
koefisien korelasi biserial yang diperoleh melainkan membangun pengetahuan se-
bertanda positif sehingga menunjukkan hingga pembelajaran menjadi bermakna dan
adanya pengaruh pembelajaran group meningkatkan hasil belajar (Indiarti, 2011).
investigation berbasis inkuiri terbimbing Penilaian psikomotorik siswa ada
terhadap peningkatan hasil belajar kognitif dua yaitu hasil belajar psikomotorik siswa
siswa pada materi pokok sistem koloid. selama kegiatan praktikum dan hasil belajar
Perhitungan pengaruh antar variabel psikomotorik siswa dalam kegiatan pem-
menghasilkan koefisien determinasi hasil belajaran dikelas. Nilai rata-rata
belajar kognitif siswa sebesar 73,38%, psikomotorik kegiatan praktikum kelas
berarti besarnya kontribusi pembelajaran eksperimen adalah 84 dan kelas kontrol 78.
group investigation berbasis inkuiri Hasil rata-rata nilai psikomotorik kegiatan
terbimbing terhadap peningkatan hasil praktikum tiap aspek kelas eksperimen dan
belajar kognitif siswa pada materi pokok kelas kontrol terdapat pada Gambar 1.
1304 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1300-1308

Keterangan Aspek Penilaian:


1 = persiapan alat dan bahan
2 = keterampilan memakai alat
3 = penguasaan prosedur
praktikum
4 = kerjasama kelompok
5 = mengamati hasil praktikum
6 = kemampuan deskripsi hasil
7 = kebersihan (alat dan tempat
8 = pembuatan laporan

Gambar 1. Penilaian psikomotorik (kegiatan praktikum) kelas eksperimen dan kelas kontrol

Pada aspek 1 dan aspek 2 yaitu diberikan. Hal tersebut menjadikan siswa
aspek persiapan alat dan bahan dan pada kelas eksperimen lebih mandiri dan
ketrampilan memakai alat pada kelas terampil dalam mempersiapkan dan
eksperimen mempunyai rata-rata skor memakai bahan dan alat untuk praktikum.
dengan kategori sangat tinggi sedangkan Nilai rata-rata psikomotorik untuk
pada kelas kontrol mempunyai rata-rata skor pembelajaran di kelas pada kelas eks-
dengan kategori tinggi. Hal ini di karenakan perimen adalah 85 lebih tinggi dibandingkan
dalam pembelajaran group investigation kelas kontrol dengan rata-rata nilai 78. Hasil
berbasis inkuiri terbimbing yang diterapkan rata-rata nilai psikomotorik pembelajaran di
pada kelas eksperimen mengharuskan kelas tiap aspek kelas eksperimen dan kelas
siswa untuk merencanakan proses penemu- kontrol terdapat pada Gambar 2.
an konsep sendiri dari permasalahan yang

Keterangan Aspek Penilaian:


1 = kecakapan mengajukan
pertanyaan
2 = kecakapan berkomunikasi
lisan
3 = kemampuan menyelesaikan
soal
4 = menggali informasi melalui
alat atau sumber belajar lain
5 = ketrampilan melaksanakan
diskusi

Gambar 2. Penilaian psikomotorik (pembelajaran di kelas) kelas eksperimen dan kelas kontrol
Arinda Dian Wijayanti, dkk, Penerapan Pembelajaran Group.... 1305

Pada aspek 4 dan 5 yaitu menggali gagasan yang mereka miliki. Metode
informasi melalui alat atau sumber belajar pembelajaran group investigation juga dapat
lain dan ketrampilan melaksanakan diskusi meningkatkan aktifitas dan semangat siswa
pada kelas eksperimen menunjukkan dalam proses pembelajaran (Rahmi, 2012).
perbedaan yang cukup menonjol di- Hasil analisis deskriptif nilai afektif,
bandingkan kelas kontrol. Hal ini di- kelas eksperimen memperoleh rata-rata nilai
karenakan dengan pembelajaran group 81 yang termasuk kategori baik, dan pada
investigation berbasis inkuiri terbimbing kelas kontrol 79 yang termasuk kategori
siswa dituntut untuk lebih aktif dalam sedang. Hasil rata-rata nilai afektif tiap
mencari sumber belajarnya sendiri dan juga aspek kelas eksperimen dan kelas kontrol
selama proses diskusi berlangsung siswa terdapat pada Gambar 3.
lebih berani menyampaikan gagasan-

Keterangan Aspek Penilaian:


1 = kehadiran di kelas
2 = perhatian dalam mengikuti
pelajaran
3 = kejujuran
4 = keseriusan dan ketepatan
waktu menyerahkan tugas
5 = kerja sama
6 = kerapihan dan kelengkapan
buku catatan
7 = menghargai pendapat
teman
8 = keberanian siswa
mengerjakan tugas di
depan kelas
9 = sopan santun dalam
berkomunikasi
10 = sikap dan tingkah laku
terhadap guru

Gambar 3. Penilaian afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol

Hasil analisis afektif siswa mengungkapkan gagasan yang dimiliki.


menunjukkan terdapat beberapa aspek yang Pembelajaran group investigation ini mem-
berbeda antara kelas eksperimen dengan buat peserta didik menjadi lebih aktif dalam
kelas kontrol, misalnya pada aspek mengikuti kegiatan belajar mengajar (Hasan,
keberanian siswa mengerjakan tugas di 2009). Penerapan Pembelajaran dengan
depan kelas dan sopan santun dalam inkuiri terbimbing dapat me-ningkatkan hasil
berkomunikasi. Hal ini dikarenakan pem- belajar afektif siswa (Douglas dan Chiu,
belajaran pada kelas eksperimen yaitu 2009).
pembelajaran group investigation berbasis Tanggapan guru dan siswa terhadap
inkuiri terbimbing, siswa menjadi lebih aktif pembelajaran yang telah dilakukan di kelas
selama proses pembelajaran dan ingin eksperimen diukur dengan angket. Angket
1306 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1300-1308

memiliki tingkatan respon mulai dari sangat karena lebih menyenangkan, menarik, dan
setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak membuat siswa lebih mudah memahami
setuju. Angket ini digunakan untuk me- konsep materi, hal ini dapat dilihat dari rasa
ngetahui pendapat siswa terhadap pem- ingin tahu siswa yang meningkat dalam
belajaran group investigation berbasis inkuiri pembelajaran serta peningkatan minat dan
terbimbing. Hasil analisis angket tanggapan motivasi siswa untuk giat belajar baik
siswa dalam penelitian ini dapat disimpulkan individu maupun kelompok. Metode Inkuiri
bahwa pada kelas eksperimen siswa terbimbing terbukti mampu meningkatkan
menyukai pembelajaran group investigation respons positif siswa dalam mengikuti
berbasis inkuiri terbimbing. Hasil analisis pelajaran (Soesanti, 2005). Hasil angket
angket menunjukkan siswa pada kelas tanggapan siswa terhadap pembelajaran
ekperimen menyukai pembelajaran group group investigation berbasis inkuiri
investigation berbasis inkuiri terbimbing terbimbing disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran


SS S KS TS
No Pertanyaan
(%) (%) (%) (%)
1. Saya selalu hadir di kelas selama pembelajaran 86,67 13,33 0 0
berlangsung
2. Saya masuk kelas tepat waktu 33,33 66,67 0 0
3. Saya memperhatikan setiap penjelasan yang diberikan 30,00 70,00 0 0
oleh guru
4. Saya bersemangat mengikuti pelajaran kimia tentang 43,33 50,00 6,67 0
sistem koloid
5. Saya berani mengungkapkan gagasan/pendapat di 10,00 73,33 13,33 3,33
depan kelas
6. Saya sering memberikan jawaban atas pertanyaan 26,67 66,67 6,67 0
yang diberikan oleh guru
7. Saya mengerjakan setiap latihan yang diberikan oleh 36,67 60,00 3,33 0
guru
8. Saya dapat memahami materi sistem koloid dengan 50,00 50,00 0 0
lebih mudah setelah pembelajaran group investigation
berbasis inkuiri terbimbing
9. Saya tidak mengalami kesulitan selama mempelajari 36,67 60,00 3,33 0
materi sistem koloid
10. Saya berbagi tugas dengan anggota kelompok yang 10,00 70,00 16,67 3,33
lain dalam menyelesaikan tugas
11 Saya berdiskusi dengan teman dalam menyelesaikan 36,67 53,33 10,00 0
tugas kelompok
12. Saya membantu teman apabila teman satu kelompok 56,67 43,33 0 0
apabila mengalami kesulitan

Hasil analisis angket tanggapan an yang terdapat dalam angket. Hasil angket
guru dalam penelitian ini dapat disimpulkan tanggapan guru menunjukkan bahwa
bahwa guru memberikan tanggapan yang pembelajaran group investigation berbasis
positif terhadap pembelajaran group inkuiri terbimbing mampu meningkatkan
investigation berbasis inkuiri terbimbing. Hal partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran
ini ditunjukkan dengan tanggapan positif dan meningkatkan penguasaan konsep
terhadap masing-masing indikator pertanya- siswa terhadap materi yang sedang
Arinda Dian Wijayanti, dkk, Penerapan Pembelajaran Group.... 1307

dipelajari. Inkuiri terbimbing berhasil konsep siswa (Bilgin, 2009). Hasil angket
meningkatkan partisipasi siswa dalam tanggapan guru terhadap pembelajaran
mempelajari materi menambah penguasaan disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil angket tanggapan guru terhadap pembelajaran

SS S KS TS
No. Pertanyaan
(%) (%) (%) (%)
1 Saya mengetahui pembelajaran group 0 0 100 0
investigation berbasis inkuiri terbimbing
2 Saya merasa pembelajaran group investigation 50 50 0 0
berbasis inkuiri terbimbing tepat diterapkan pada
materi sistem koloid
3 Saya merasa pembelajaran group investigation 0 100 0 0
berbasis inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran.

4 Saya merasa pembelajaran group investigation 0 100 0 0


berbasis inkuiri terbimbing pada materi sistem
koloid meningkatkan penguasaan konsep siswa.
5 Saya merasa pembelajaran group investigation 50 50 0 0
berbasis inkuiri terbimbing meningkatkan rasa
ingin tahu dan partisipasi siswa dalam pelajaran.
6 Saya merasa pembelajaran group investigation 50 50 0 0
berbasis inkuiri terbimbing efektif dalam
mengatasi kesulitan siswa memahami materi
pelajaran

memperoleh tanggapan yang baik dari guru


SIMPULAN dan siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa DAFTAR PUSTAKA


rerata hasil belajar kelas eksperimen lebih
Akinbobola, A.O., 2006, Effects of
tinggi daripada kelas control. Berdasarkan
Cooperative and Competitive
pada uji satu pihak kanan kedua nilai Learning Strategies on Academic
Performance of Students in Physics,
posttest yaitu dengan thitung sebesar 6,89
Journal Result in Eduation, Vol 1, No
lebih dari ttabel sebesar 2,00. Hasil analisis 3, Hal: 1-5.
pengaruh antar variabel diperoleh besarnya Bilgin, I., 2009, The Effects of Guided Inquiry
Instruction Incorporating A
koefisien determinasi adalah 73,38%, berarti
Cooperative Learning Approach on
bahwa pembelajaran Group Investigation University Students’ Toward Guided
Inquiry Instruction, Scientific Research
berbasis Inkuiri Terbimbing berkontribusi
and Essay, Vol 4, No 10, Hal:1-9.
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa
Douglas, E.P. dan Chiu, C., 2009, Use of
sebesar 73,38%. Penerapan pembelajaran Guided Inquiry as an Active Learning
Technique in Engineering,
Group Investigation berbasis Inkuiri
Proceedings of the Research in
Terbimbing terbukti berpengaruh dalam Engineering Education Symposium,
Vol 2, No 6, Hal: 1-6.
meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas
XI kompetensi terkait sistem koloid dan
1308 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1300-1308

Hasan, S., 2009, Model Cooperative Soesanti, N., 2005, Pengaruh Model
Learning Tipe Group Investigation Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Inkuiri Tidak Terbimbing terhadap
pada Mata Pelajaran Perawatan dan Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada
Perbaikan Sistem Refrigerasi, Jurnal Konsep Struktur Tumbuhan, diunduh
Pendidikan Teknik Mesin, Vol 1, No 3, di
Hal:1-10. http://www.pagesyourfavourite.com/pp
supi/-abstrakipa2005.html, diakses
Indiarti, 2011, Penerapan Model
tanggal 24 Juli 2013.
Pembelajran Berdasarkan Masalah
pada Pelajaran IPA Materi Zat Aditif Trianto, 2007, Model Pembelajaran Terpadu
Makanan dan Kaitannya dengan Dalam Teori dan Praktik, Jakarta:
Kesehatan di Kelas VII SMP Negeri 2 Prestasi Pustaka.
Malang, PENSA E-Jurnal, Vol 1, No 2,
Tsoi, M. F., 2004, Using Group Investigation
Hal: 2-5.
for Chemistry in Teacher Education,
Istikomah, S., Hendratto, S., dan Bambang, Asia-Pacific Forum on Science
2010, Penggunaan Model Learning and Teaching, Vol 1, No 5,
Pembelajaran Group Investigation Hal: 1-12.
untuk menumbuhkan sikap ilmiah
Zawadzki, R., 2010, Is process-oriented
siswa, Jurnal Pendidikan Fisika
guided-inquiry learning (POGIL)
Indonesia, Vol 3, No 6, Hal:40-43.
suitable as a teaching method in
Oh, P. S dan Shin, M. K., 2005, Student Thailand’s higher education?, As. J.
Reflection on Implementation of Education dan Learning, Vol 1, No 2,
Group Investigation in Korean Hal:66-74.
Secondary Classroom, Research
International Journal of Science and
Mathematic Education, Vol 2, No 3,
Hal:327-349.
Rahmi, W., 2012, Penggunaan Model
“Group Investigation” untuk
Meningkatkan Minat Beajar Siswa
Kelas VIII Di MTs Muhammadiyah
Pekanbaru, Jurnal Pendidikan
Indonesia, Vol 1, No 4, Hal:1-12.
Fina Haziratul Qudsiyah, dkk, Implementasi Praktikum Aplikatif.... 1309

IMPLEMENTASI PRAKTIKUM APLIKATIF


BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP
TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA

Fina Haziratul Qudsiyah*, Subiyanto Hadisaputro dan Woro Sumarni


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035
E-mail: fina_hq@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh implementasi praktikum
aplikatif berorientasi CEP terhadap peningkatan hasil belajar kimia materi pokok koloid siswa
kelas XI SMA. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA pada salah satu SMA
Negeri di Magelang pada tahun pelajaran 2012/2013. Desain yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Pretest–Posttest Control Group Design. Teknik sampling yang digunakan yaitu
purposive sampling, sehingga diperoleh kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen
menggunakan metode praktikum aplikatif berorientasi CEP dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas
kontrol menggunakan metode praktikum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
implementasi praktikum aplikatif berorientasi CEP terhadap peningkatan hasil belajar kimia
siswa. Besarnya pengaruh implementasi praktikum aplikatif berorientasi CEP terhadap
peningkatan hasil belajar kimia siswa yaitu 63,64%. Peningkatan hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai N-Gain sebesar 0,84 lebih besar dari
kelas kontrol dengan nilai N-Gain sebesar 0,51 yang termasuk dalam kategori sedang.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh implementasi
praktikum aplikatif berorientasi CEP terhadap peningkatan hasil belajar kimia siswa di salah
satu SMA di Magelang.

Kata kunci: chemoentrepreneurship, hasil belajar, metode praktikum aplikatif

ABSTRACT

This study aims to investigate the influence of applied practical implementation of


Chemoentrepreneurship (CEP) oriented towards improvement learning outcomes on colloid
chemistry subject of class XI high school students. The population of this study were all Science
students of class XI of the high schools in Magelang, 2012-2013 school year. The design used
in this study was pretest-posttest control group design. The sampling technique used was
purposive sampling, obtained Science XI-3 as experimental class used practical methods
applicable CEP oriented and Science class XI-2 as the control class. The results showed that
there was an influence of applied practical implementation of CEP oriented towards thew
improvement of student learning outcomes chemistry. The magnitude of the effect of applied
practical implementation of CEP oriented towards improvement of student learning outcomes
chemistry was 63.64%. The improvement of student learning outcomes in the experimental
class in the high category with N-Gain value of 0.84 was greater than the control class with N-
Gain value of 0.51 was included in the medium category. Based on the results, it can be
concluded that there are significant influence of practical implementation of CEP applicative
oriented toward chemistry learning outcome of students in one high school in Magelang.

Keywords: applicative experiment method, chemoentrepreneurship, learning outcomes

PENDAHULUAN hasil bahwa pembelajaran kimia yang


dilakukan cenderung text book oriented, dan
Observasi awal yang dilakukan di kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari
suatu SMA Negeri di Magelang memberikan sehingga terjadi kesulitan dalam memahami
1310 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1309-1318

konsep materi yang diajarkan. Sementara itu (Tobin, 1990). Cara praktikum mutlak
metode dan model pembelajaran yang diperlukan karena salah satu tujuan
digunakan oleh guru juga kurang bervariasi pembelajaran kimia adalah agar siswa
sehingga motivasi belajar dan kreativitas memiliki keterampilan dalam melakukan
siswa menjadi kurang. Motivasi siswa yang kegiatan laboratorium untuk memahami
kurang tersebut membuat pembelajaran konsep-konsep kimia serta menumbuhkan
yang dilakukan tidak bermakna dan hasil minat dan sikap ilmiah (Depdiknas, 1999).
belajar yang diperoleh siswa menjadi tidak Pembelajaran menggunakan prak-
maksimal. Kondisi seperti inilah yang tikum aplikatif, memungkinkan siswa untuk
menjadi salah satu faktor penyebab kualitas berproses dalam menemukan konsep
Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia sendiri, sehingga materi yang dipelajari
rendah. dapat diidentifikasi, dianalisis dan disintesis,
Solusi dalam memperoleh pembelaja- diuji kebenarannya dan disimpulkan menjadi
ran yang bermakna diperlukan suatu suatu konsep. Penggunaan praktikum apli-
metode pembelajaran yang dapat mening- katif menjadikan siswa termotivasi untuk
katkan hasil belajar siswa. Salah satu belajar, kreatif, berpikir logis serta sistematis
metode yang dapat digunakan adalah dan dapat melatih siswa untuk berpikir
praktikum aplikatif berorientasi Chemoentre- ilmiah. Kegiatan pembelajaran dengan
preneurship (CEP). Solusi dalam memper- metode praktikum aplikatif akan lebih
oleh pembelajaran yang bermakna di- menarik dan menyenangkan jika dikaitkan
perlukan suatu metode pembelajaran yang dengan obyek nyata dan bisa menghasilkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. suatu produk dari praktikum yang dilakukan.
Salah satu metode yang dapat digunakan Konsep CEP adalah suatu pendekat-
adalah praktikum aplikatif berorientasi CEP. an pembelajaran kimia yang kontekstual
Kegiatan praktikum di laboratorium merupa- yaitu pendekatan pembelajaran kimia yang
kan kegiatan siswa yang dilakukan secara dikaitkan dengan obyek nyata. Tujuannya
kooperatif dalam kelompok kecil untuk adalah untuk memotivasi siswa agar
menginvestigasi fenomena dengan instruksi mempunyai semangat berwirausaha. Melalui
khusus dan salah satu cara untuk pendekatan ini pengajaran kimia akan lebih
mempelajari lingkungan. Kegiatan praktikum menyenangkan dan memberi kesempatan
mempunyai potensi untuk membangun pada peserta didik untuk mengoptimalkan
hubungan sosial serta sikap yang positif dan potensinya agar menghasilkan produk.
dapat menunjang perkembangan kognitif Apabila peserta didik sudah terbiasa dengan
(Hofstein, 2004). Dibandingkan dengan kondisi belajar yang demikian, tidak me-
kegiatan di kelas, kegiatan praktikum nutup kemungkinan akan memotivasi
berpeluang lebih banyak untuk membangun mereka untuk berwirausaha (Supartono,
interaksi sosial antar siswa dan antar siswa 2006).
dengan guru sehingga menciptakan Pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan pembelajaran yang positif CEP merupakan pendekatan pembelajaran
Fina Haziratul Qudsiyah, dkk, Implementasi Praktikum Aplikatif.... 1311

kimia yang dikaitkan dengan obyek nyata. Metode pengumpulan data dilakukan
Penerapan pembelajaran dengan pende- dengan metode dokumentasi, metode tes,
katan CEP ini diterapkan dengan harapan lembar observasi dan angket. Metode
siswa akan menjadi lebih paham terhadap dokumentasi digunakan untuk penentuan
materi pelajaran kimia. Praktikum kimia sampel. Instrumen yang digunakan dalam
aplikatif berbasis CEP bisa dikatakan penelitian ini adalah silabus, RPP, soal
menarik karena siswa bisa belajar untuk pretes dan postes, lembar observasi dan
mengaplikasikan teori-teori yang dipelajari- angket tanggapan siswa. Data penelitian
nya dalam kehidupan sehari-hari dan juga hasil belajar kognitif dianalisis secara
bisa menumbuhkan motivasi berwirausaha. statistik parametrik dihitung dengan uji t, uji
perbedaan rata-rata, pengaruh antar
METODE PENELITIAN variabel, penentuan koefisien determinasi,
uji normalized gain, dan uji ketuntasan hasil
Penelitian ini dilakukan di suatu SMA belajar. Sedangkan hasil belajar afektif,
Negeri di Magelang pada materi kimia psikomotor, dan hasil angket tanggapan
koloid. Desain penelitian yang dipakai yaitu siswa dianalisis secara deskriptif. Kelas
Pretest–Posttest Control Group Design yang eksperimen diterapkan metode praktikum
merupakan desain eksperimen dengan aplikatif berorientasi CEP dan kelas kontrol
melihat perbedaan pretes maupun postes diterapkan metode praktikum.
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa HASIL DAN PEMBAHASAN
kelas XI IPA suatu SMA Negeri di Magelang
tahun pelajaran 2012/2013. Kelas XI IPA 3 Penelitian dilaksanakan di suatu SMA
merupakan kelas eksperimen dan kelas XI- Negeri di Magelang yaitu kelas XI IPA 3
IPA 2 merupakan kelas kontrol yang diambil sebagai kelompok eksperimen dan kelas XI
peneliti dengan teknik purposive sampling IPA 2 sebagai kelompok kontrol. Hasil
dengan pertimbangan dari guru mata belajar kognitif diperoleh dari nilai pretes
pelajaran kimia di sekolah tersebut dan nilai dan postes yang disajikan dalam Tabel 1.
ujian akhir semester ganjil yang tidak jauh
berbeda.

Tabel 1. Nilai pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol


Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
Pretest 40 30 83 67 62,50 47,96
Posttest 60 77 90 100 81,50 91,70

Hasil belajar kognitif setelah diberikan menerapkan metode praktikum aplikatif


perlakuan yang berbeda diperoleh rata-rata berorientasi CEP sebesar 91,70 sedangkan
nilai postes kelas eksperimen yang kelas kontrol yang menggunakan metode
1312 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1309-1318

praktikum sebesar 81,5. Penelitian ini yang berkaitan dengan materi sehingga
menunjukkan pencapaian rata-rata hasil siswa menjadi kurang tertarik untuk belajar
belajar kelas eksperimen yang mengguna- dan lebih sulit memahami materi. Oleh
kan metode praktikum aplikatif berorientasi karena itu, rata-rata postes hasil belajar
CEP lebih tinggi dari pada kelas kontrol kognitif siswa kelas kontrol lebih rendah dari
yang menggunakan metode praktikum pada kelas eksperimen.
sehingga dapat dikatakan perlakuan dengan Perhitungan uji t satu pihak kanan
metode praktikum aplikatif berorientasi CEP diperoleh thitung sebesar 6,10 sedangkan ttabel
meningkatkan hasil belajar kognitif (Mursiti, sebesar 2,01. Jadi thitung lebih dari ttabel yang
et al., 2008). menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar
Penyebab kemampuan kognitif kelas kognitif kelompok eksperimen tidak sama
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan rata-rata hasil belajar kimia
yaitu pada proses pembelajaran kelas kelompok kontrol dengan rata-rata hasil
eksperimen siswa lebih tertarik dalam belajar kognitif kelas eksperimen lebih baik
pembelajaran dan lebih mudah memahami dari pada kelas kontrol (Supartono, et al.,
materi karena dikaitkan dengan kehidupan 2009). Analisis korelasi antar variabel
sehari-hari (Mansor dan Othman, 2011). digunakan rumus koefisien korelasi biserial
Perlakuan ini yang membuat siswa mudah (rb). Analisis ini bertujuan untuk menentukan
dalam mengerjakan soal kognitif. Walaupun ada tidaknya korelasi penerapan metode
pada kelas kontrol juga diterapkan metode praktikum aplikatif berorientasi CEP pada
praktikum tetapi praktikum yang dilakukan materi koloid terhadap hasil belajar siswa.
tidak dikaitkan dengan kehidupan sehari- Hasil analisis pengaruh antar variabel dari
hari dan tidak menciptakan suatu produk hasil belajar siswa disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis pengaruh antar variabel dari hasil belajar kognitif
Data Sy P Q Z rb Kriteria
Postes 8,01 0,49 0,51 0,02 0,798 Kuat

Perhitungan analisis korelasi antar kontribusi pengaruh antar variabel mengha-


variabel menghasilkan koefisien korelasi silkan koefisien determinasi hasil belajar
biserial hasil belajar (rb) sebesar 0,798. sebesar 63,64%. Uji Normalized-Gain
Harga koefisien korelasi biserial yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan
diperoleh bertanda positif sehingga rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
menunjukkan adanya korelasi yang dan kontrol. Pada Tabel 3 menunjukkan
sebanding antara penerapan metode bahwa peningkatan hasil belajar kelas
praktikum aplikatif berorientasi CEP pada eksperimen termasuk dalam kategori tinggi
materi koloid terhadap hasil belajar siswa sedangkan kelas kontrol termasuk dalam
(Supartono et al., 2009). Perhitungan kategori sedang (Morgil, et al., 2009).
Fina Haziratul Qudsiyah, dkk, Implementasi Praktikum Aplikatif.... 1313

Tabel 3. Kategori peningkatan hasil belajar kognitif


Kelas Rata-rata pretes Rata-rata postes Gain g Kategori
Eksperimen 47,96 91,70 0,84 Tinggi
Kontrol 62,50 81,50 0,51 Sedang

Implementasi praktikum aplikatif ber- adanya selisih rata-rata hasil pretes dan
orientasi CEP pada materi koloid dapat postes hasil belajar dan harga N-Gain yang
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa ditunjukkan pada Gambar 1 (Morgil, et al.,
(Haniatun, 2007). Hal ini ditunjukkan dengan 2009).

Gambar 1. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa

Berdasarkan hasil perhitungan uji Perbandingan hasil belajar ranah


ketuntasan belajar, diperoleh hasil bahwa afektif pada kelompok eksperimen yang
ketuntasan belajar pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran dengan
adalah 100% dan kelas kontrol 85,71%, metode praktikum aplikatif berorientasi CEP
dapat dikatakan kedua kelas telah mencapai dan kelompok kontrol yang menggunakan
ketuntasan belajar karena hasilnya lebih dari metode praktikum setelah penelitian dimuat
85% (Mulyasa, 2007). pada Gambar 2.

Keterangan Aspek Penilaian:


1 = kehadiran
2 = perhatian dalam mengikuti pelajaran
3 = kejujuran
4 = tanggungjawab
5 = kerajinan membawa buku referensi
6 = partisipasi dalam kegiatan diskusi
7 = kelengkapan dan kerapian catatan
8 = menghargai pendapat teman
9 = sopan santun dalam berkomunikasi
10 = sikap dan tingkah laku terhadap guru

Gambar 2. Rerata nilai ranah afektif kelompok eksperimen dan kontrol


1314 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1309-1318

Hasil tersebut menunjukkan bahwa berkomunikasi. Rerata afektif kelompok


hasil belajar afektif kelompok eksperimen eksperimen lebih baik daripada kelompok
lebih baik daripada hasil belajar afektif kontrol karena metode yang diterapkan
kelompok kontrol (Morgil, et al., 2009). pada kelas eksperimen yaitu praktikum
Rerata hasil belajar afektif kelompok aplikatif berorientasi CEP menarik untuk
eksperimen yaitu 5 yang termasuk dalam siswa sehingga menjadikan mereka rajin
kategori sangat tinggi. Aspek yang termasuk untuk mengikuti pelajaran dan mem-
dalam kategori sangat baik yaitu kehadiran, perhatikan serta menjadikan siswa lebih aktif
perhatian dalam mengikuti pelajaran, dalam kegiatan pembelajaran (Supartono, et
menghargai pendapat teman, sopan santun al., 2009).
dalam berkomunikasi, sikap dan tingkah Perbandingan hasil belajar ranah
laku terhadap guru. Sedangkan pada psikomotorik pada kelompok eksperimen
kelompok kontrol hanya ada 2 aspek yang dan kelompok kontrol dimuat pada
termasuk dalam kategori sangat tinggi, yaitu Gambar 3.
kehadiran dan sopan santun dalam

Keterangan Aspek Penilaian:


1 = persiapan alat dan bahan
2 = ketrampilan menggunakan alat
3 = ketepatan prosedur praktikum
4 = kerjasama
5 = mengamati hasil praktikum
6 = kebersihan alat dan ruang
7 = menyampaikan hasil praktikum
8 = pembuatan laporan

Gambar 3. Rerata nilai psikomotorik kelompok eksperimen dan kontrol

Rata-rata skor semua indikator dalam Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen
kemampuan psikomotor antara kelas menggunakan metode pembelajaran prak-
eksperimen dengan kontrol menunjukkan tikum aplikatif berorientasi CEP. Metode
adanya pengaruh positif terhadap tersebut dikaitkan dengan kehidupan sehari-
penggunaan pembelajaran dengan metode hari yang pada akhirnya akan menghasilkan
praktikum aplikatif berorientasi CEP pada produk yang bermanfaat dan bernilai
kelas eksperimen dan metode praktikum ekonomis sehingga siswa akan cenderung
pada kelas kontrol. Pada semua aspek lebih tertarik mengikuti pelajaran (Mursiti et
terlihat kelas eksperimen memiliki rata-rata al., 2008). Ketertarikan siswa tersebut
psikomotorik yang lebih tinggi dibandingkan ditunjukkan dengan melakukan praktikum
dengan kelas kontrol (Urena et al., 2011).
Fina Haziratul Qudsiyah, dkk, Implementasi Praktikum Aplikatif.... 1315

secara sungguh-sungguh dan semua siswa menyatakan sangat setuju dan 53%
ikut berpartisipasi aktif dalam praktikum. menyatakan setuju. Metode pembelajaran
Tanggapan siswa terhadap pem- praktikum aplikatif berorientasi CEP yang
belajaran yang telah dilakukan di kelas diterapkan pada kelas eksperimen meru-
eksperimen diukur dengan angket tertutup. pakan metode yang menarik bagi siswa
Angket tertutup memiliki tingkatan respon sehingga siswa selalu hadir di kelas dan
mulai dari sangat setuju, setuju, tidak setuju, dengan antusias mengikuti pembelajaran
dan sangat tidak setuju. Hal ini dilakukan yang berlangsung (Kusuma, et al., 2009).
supaya pendapat siswa yang diberikan apa Hasil ini didukung dengan rata-rata skor
adanya sesuai kenyataan selama proses afektif siswa, yaitu aspek kehadiran kelas
pembelajaran. Hasil analisis angket eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan
tanggapan siswa dapat dilihat di Tabel 4. kelas kontrol. Begitu juga rata-rata skor
Hasil angket menyatakan bahwa afektif aspek perhatian dalam mengikuti
hampir di semua indikator, siswa memilih pelajaran kelas eksperimen lebih tinggi
kategori sangat setuju dan setuju. dengan kategori sangat tinggi dibandingkan
Tanggapan siswa terhadap indikator dengan kelas kontrol dengan kategori tinggi.
keadaan siswa selama pelajaran yaitu 47%

Tabel 4. Hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran

SS S KS TS
No. Indikator
% % % %
1. Keadaan siswa selama pembelajaran 47 53 0 0
2. Keadaan Akademik 34 59 7 1
3. Keadaan Sosial 35 58 6 1

Tanggapan siswa dari indikator didukung dengan nilai postes hasil belajar
keadaan akademik yaitu 34% siswa kognitif kelas eksperimen yang meningkat
menyatakan sangat setuju, 59% menya- dan lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
takan setuju, 7% meyatakan tidak setuju, Pada indikator keadaan sosial, ada
dan 1% menyatakan tidak setuju. Hasil 35% siswa menyatakan sangat setuju, 58%
angket menunjukkan lebih banyak yang setuju, 6% kurang setuju, dan 1% tidak
menyatakan sangat setuju dan setuju setuju. Sama dengan indikator sebelumnya,
dibandingkan yang menyatakan kurang siswa lebih banyak yang menyatakan
setuju dan tidak setuju. Hal tersebut sangat setuju dan setuju dibandingkan yang
dikarenakan metode praktikum aplikatif menyatakan kurang setuju dan tidak setuju.
berorientasi CEP dikaitkan dengan Pada pembelajaran dengan metode
kehidupan sehari-hari, sehingga membuat praktikum aplikatif berorientasi CEP, siswa
siswa lebih mudah untuk mempelajari materi dituntut melakukan kerjasama yang baik
koloid (Kusuma dan Siadi, 2010). Hasil ini antar anggota kelompok pada kegiatan
1316 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1309-1318

praktikum dan kerja kelompok. Adanya katan hasil belajar kimia materi koloid siswa
kerjasama antar anggota kelompok tersebut kelas XI pada suatu SMA di Magelang.
akan melatih kemampuan bersosialisasi
siswa dengan orang lain menjadi lebih baik
(Morgil, et al., 2009). Hasil analisis angket DAFTAR PUSTAKA
tanggapan siswa pada kelas eksperimen
dalam penelitian ini dapat disimpulkan Depdiknas, 1999, Garis-garis besar program
pengajaran Sekolah Menengah
bahwa siswa menyukai pembelajaran
Umum 1994 Suplemen 1999, Jakarta.
menggunakan metode praktikum aplikatif
Haniatun, 2007, Peningkatan hasil belajar
berorientasi CEP. Siswa juga dapat siswa melalui model pembelajaran
kooperatif students teams achieve-
memahami materi koloid dengan lebih baik,
ment divisions (STAD) berorientasi
sehingga hasil belajarnya lebih maksimal chemoentrepreneurship (CEP) meng-
gunakan praktikum aplikatif berbasis
(Mursiti, et al., 2008).
life skill, Skripsi, Semarang: FMIPA
Universitas Negeri Semarang
Hofstein, A., 2004, The laboratory in
chemistry education: thirty years of
SIMPULAN
experience with developments,
implementation, and research, Journal
of Chemistry Education, Vol 3, No 5,
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Hal: 247-264.
dilakukan, maka dapat diambil simpulan
Kusuma, E. dan K. Siadi, 2010, Pengem-
yaitu implementasi praktikum aplikatif bangan bahan ajar kimia berorientasi
chemoentrepreneurship untuk me-
berorientasi CEP pada materi koloid
ningkatkan hasil belajar dan life skill
berpengaruh terhadap peningkatan hasil mahasiswa, Jurnal Inovasi Pendidikan
Kimia, Vol 1, No 4, Hal: 544-551.
belajar kognitif kimia siswa di suatub SMA
Negeri di Magelang dengan kontribusi Kusuma, E., Sukirno, dan Kurniati, I., 2009,
Penggunaan pendekatan chemoen-
sebesar 63,64% dan implementasi trepreneurship berorientasi green
praktikum aplikatif berorientasi CEP pada chemistry untuk meningkatkan
kemampuan life skill siswa SMA,
materi koloid mendapat tanggapan yang Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol
baik dari siswa. Selain hasil belajar kognitif, 1, No 3, Hal: 366-372.

implementasi aplikatif berorientasi CEP juga Mansor, M. dan Othman, N., 2011,
Consulting based entrepreneurship
berpengaruh positif terhadap hasil belajar education in Malaysian higher
afektif dan psikomotorik. Hal tersebut education institutions, Journal of
International Conference on Social
ditunjukkan dengan rata-rata skor hasil Science and Humanity, Vol 5, Hal:
belajar afektif dan psikomotorik kelas 351-355.

eksperimen lebih baik dibandingkan dengan Morgil, I., Seyhan, H.G., dan Secken N.,
2009, Investigating the effects of
kelas kontrol. Secara umum dapat project-oriented chemistry experi-
disimpulkan bahwa implementasi praktikum ments on some affective and cognitive
field components, Journal of Turkhis
aplikatif berorientasi CEP pada pem- Science Education, Vol 1, No 6, Hal:
belajaran berpengaruh terhadap pening- 89-107.
Fina Haziratul Qudsiyah, dkk, Implementasi Praktikum Aplikatif.... 1317

Mulyasa, 2007, Kurikulum tingkat satuan Supartono, 2006, Peningkatan kreativitas


pendidikan, Bandung: Remaja peserta didik melalui pembelajaran
Rosdakarya kimia dengan pendekatan
chemoentrpreuneurship (CEP),
Mursiti, S., Wahyukaeni, T. dan Sudarmin,
Usulan Research Grant-Program
2008, Pembelajaran dengan
Hibah A2, Semarang: Jurusan Kimia
pendekatan chemoentrepreneurship
FMIPA UNNES.
dan penggunaan game simulation
sebagai media chemoedutainment Tobin, K.G., 1990, Research on science
untuk meningkatkan hasil belajar, laboratory activities: in pursuit of
kreativitas, dan life skill, Jurnal Inovasi better questions and answers to
Pendidikan Kimia, Vol 2, No 2, Hal: improve learning, Journal of School
274-280. Science and Mathematics, Hal: 403-
418.
Supartono, Wijayati, N., dan Sari, A.H.,
2009, Kajian prestasi belajar siswa Urena, S. S., Cooper, M. M., Gatlin, T. A.
SMA dengan metode student teams dan Bhattacharyya, G., 2011,
achievement divisions melalui Students’ experience in a general
pendekatan chemoentrepreneurship, chemistry cooperative problem based
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol laboratory, Journal of Chemistry
1, No 3, Hal: 337-344. Education Research and Practice,
Hal: 434–442.
Supartono, Saptorini, dan Asmorowati, D.S.,
2009, Pembelajaran kimia
menggunakan kolaborasi konstruktif
dan inkuiri berorientasi chemoentre-
preneurship, Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia, Vol 2, No 3, Hal:
476-483.
1318 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1309-1318

Anda mungkin juga menyukai