Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS JURNAL

STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


Predicting Fluid Responsiveness by Passive Leg Raising: A Systematic Review and
Meta-analysis of 23 Clinical Trials

Disusun oleh :
Widyatun I4B017
Wiwig Useno I4B017
Endah Yani I4B017
Suharjo I4B017
Stevanna Evi I4B017
Purwatiningsih I4B017

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PENDIDIKAN PROFESI NERS
PURWOKERTO
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu kasus kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera adalah syok.
Syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan sebagai tidak adekuatnya transpor
oksigen ke jaringan yang disebabkan oleh gangguan hemodinamik. Gangguan
hemodinamik tersebut dapat berupa penurunan tahanan vaskuler sistemik, berkurangnya
darah balik, penurunan pengisian ventrikel, dan sangat kecilnya curah jantung. Berdasarkan
bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme terjadinya, syok dapat dikelompokkan
menjadi empat macam yaitu syok hipovolemik, syok distributif, syok obstruktif, dan syok
kardiogenik (Hardisman, 2013).
Syok hipovolemik yang disebabkan oleh terjadinya kehilangan darah secara akut
(syok hemoragik) sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di
negara-negara dengan mobilitas penduduk yang tinggi. Salah satu penyebab terjadinya syok
hemoragik tersebut diantaranya adalah cedera akibat kecelakaan. Menurut World Health
Organization (WHO) cedera akibat kecelakaan setiap tahunnya menyebabkan terjadinya 5
juta kematian diseluruh dunia. Angka kematian pada pasien trauma yang mengalami syok
hipovolemik di rumah sakit dengan tingkat pelayanan yang lengkap mencapai 6%.
Sedangkan angka kematian akibat trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit
dengan peralatan yang kurang memadai mencapai 36% (Diantoro, 2014).
Dalam penanganan syok hipovolemik, ventilasi tekanan positif yang berlebihan dapat
mengurangi aliran balik vena, mengurangi cardiac output, dan memperburuk keadaan syok.
Walaupun oksigenasi dan ventilasi penting, kelebihan ventilasi tekanan positif dapat
merugikan bagi pasien yang menderita syok hipovolemik (Kolecki dkk, 2014). Pemberian
cairan merupakan salah satu hal yang paling umum yang dikelola setiap hari di unit
perawatan rumah sakit dan Intensive Care Unit (ICU), dan itu adalah prinsip inti untuk
mengelola pasien dengan syok hipovolemik (Yildiz, 2013; Annane, 2013).
Apabila syok hipovolemik berkepanjangan tanpa penanganan yang baik maka
mekanisme kompensasi akan gagal mempertahankan curah jantung dan isi sekuncup yang
adekuat sehingga menimbulkan gangguan sirkulasi/perfusi jaringan, hipotensi, dan
kegagalan organ. Pada keadaan ini kondisi pasien sangat buruk dan tingkat mortalitas sangat
tinggi. Apabila syok hipovolemik tidak ditangani segera akan menimbulkan kerusakan
permanen dan bahkan kematian. Perlu pemahaman yang baik mengenai syok dan
penanganannya guna menghindari kerusakan organ lebih lanjut (Danusantoso, 2014).
Perawat memiliki peran penting dalam membantu pasien mencapai kondisi yang lebih
baik. Posisi PLR atau mengangkat kaki merupakan suatu intrevensi yang bertujuan untuk
memperbaiki kesadaran pasien dan meningkatakan tekanan darah pada pasien yang
mengalami syok hipovolemik. PLR effektif sebagai responsif cairan terhadap status
hemodinamik pada pasien hipovolemia karena adanya peningkatan cardiac output dan
menunjukan bahwa PLR sangat effektif sebagai parameter responsif cairan terhadap tekanan
darah sistol. Dengan adanya peningkatan dari cardiac output akan menyebabkan
peningkatan pada tekanan sistol. Hal ini dipertegas oleh Sherwood, (2010) bahwa tekanan
darah sangat dipengaruhi oleh factor-faktor fisiologis utama yaitu : a). pengembalian darah
melalui vena/ jumlah darah yang kembali ke jantung melalui vena. Dengan posisi PLR yang
meninggikan kedua exremitas bawah setinggi 45 derajad memindahkan darah sebesar 300-
500 ml ke intrathorak (jantung) sehingga akan menambah volume darah jantung. Hal ini
menyebabkan peningkatan ventikel pada fase sistol, sehingga terjadi peningkatan.
Salah satu terapi non farmakologi yang dapat digunakan pada pasien syok
hipovolemik adalah posisi PLR atau mengangkat kaki. PLR effektif sebagai responsif cairan
terhadap status hemodinamik pada pasien hipovolemia karena adanya peningkatan cardiac
output dan menunjukan bahwa PLR sangat effektif sebagai parameter responsif cairan
terhadap tekanan darah sistol sehinga terjadi peningkatan.Terapi ini dapat diterapkan di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto untuk pasien syok hipovolemik untuk
meningkatkan kesadaran dan tekanan darah.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa Ners dan perawat mengetahui pengaruh intervensi posisi PLR atau
mengangkat kaki pasif pada pasien syok hipovolemik.

2. Tujuan Khusus .
a. Mahasiswa mengetahui tujuan dan manfaat intervensi posisi PLR atau mengangkat
kaki pasif pada pasien syok hipovolemik.
b. Mahasiswa mengetahui pengaruh intervensi intervensi posisi PLR atau mengangkat
kaki pasif pada pasien syok hipovolemik.
BAB II

RESUM JURNAL

1. Latar Belakang

Pemberian cairan yang tidak perlu dalam pengobatan syok dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas, sedangkan penggunaan cairan yang selektif namun tepat waktu
terbukti bermanfaat. Pentingnya terapi cairan yaitu untuk mencegah aliran darah yang tidak
adekuat dan kelebihan cairan. Namun demikian, prediksi yang akurat kapan, kepada siapa
dan berapa banyak cairan yang diberikan masih belum pasti, karena hanya separuh pasien
kritis yang berefek kalau terapi cairan dapat peningkatan curah jantung yang disebut
responsifitas cairan. Parameter dinamis yang diinduksi ventilator seperti variasi volume
stroke dan variasi tekanan nadi telah terbukti akurat dalam memprediksi responsivitas
fluida, namun beberapa persyaratan membatasi penggunaannya pada pasien yang sakit
parah seperti irama jantung yang teratur dan ventilasi mekanik yang dikendalikan dengan
volume tidal> 8 ml / kg. Untuk keberhasilan memprediksi responsivitas cairan, perubahan
preload perlu dilakukan tindakan yang tepat untuk pengukuran selanjutnya.
Perubahan parameter fisiologis seperti curah jantung atau turunan seperti tekanan
nadi. Mengangkat kaki pasif dapat mempengaruhi kenaikan preload biventrikular yang
cepat namun reversibel melalui peningkatan pemberian cairan melalui vena. Oleh karena itu
mengangkat kaki dapat digunakan sebagai cara memprediksi responsivitas cairan dan
menunjukkan akurasi diagnostik yang baik. Teknik pengukuran langsung berefek pada
curah jantung. Dalam jurnal ini akan dibahas tentang mengangkat kaki pasif dan
responsifitas cairan untuk memberi gambaran umum mengenai perkiraan nilai mengangkat
kaki pada berbagai setting klinis dan kelompok pasien.
2. Metode

Tantangan fluida digunakan sebagai unit statistik karena beberapa tantangan cairan
digunakan pada beberapa pasien. Analisis karakteristik pasien dilakukan dengan
menggunakan statistik SPSS dengan nilai mean ± standard deviation. Untuk meta-analisis
kami menggunakan model HSROC, metode meta-regresi hirarkis yang menggabungkan
sensitivitas dan spesifisitas dan mempertimbangkan kemungkinan korelasi antara keduanya.
Model mengasumsikan bahwa ada rongga ringkasan ROC yang mendasari hasil studi. Dari
model berikut estimasi untuk kurva ini: akurasi (dalam hal rasio odds diagnostik, DOR),
ambang di mana tes diasumsikan bekerja dan bentuk kurva. Bentuk kurva memberikan
informasi tentang bagaimana akurasi bervariasi saat ambang batas bervariasi. Dari perkiraan
ini, dimungkinkan untuk mendapatkan sensitivitas, spesifitas dan AUROC rata-rata dengan
interval kepercayaan 95% (CI 95%) dengan menggunakan SAS dan untuk kemudahan
interpretasi yang akan kami hadirkan ini Heterogenitas diselidiki dengan menggunakan
kuadran-I dengan sumber potensial heterogenitas yang dinilai dengan menambahkannya
sebagai kovariat ke model HSROC. Kovariat ditambahkan ke model HSROC diasumsikan
untuk menjelaskan variasi dalam akurasi sebenarnya (keseimbangan antara sensitivitas dan
spesifisitas), di ambang di mana tes beroperasi, atau pada bentuk kurva. Nilai p ≤ 0,05 antara
subkelompok dianggap signifikan secara statistik.
3. Hasil

Penelitian mengidentifikasi 274 artikel dengan 51 publikasi bahasa Inggris lengkap


yang menjelaskan PLR dalam konteks respon fluida dimana 28 penelitian dikecualikan
karena kinerja diagnostik PLR tidak dapat ditentukan atau tidak diselidiki dalam kombinasi
dengan cairan. Semua artikel yang dikecualikan dapat diakses dan dipesan dengan alasan
penolakan di bidang Elektronik. File tambahan Akhirnya, total 23 penelitian disertakan
dalam analisis ini.
4. Karakteristik studi

Kualitas studi yang disertakan dinilai oleh QUADAS-2 yang tersedia dalam
Electronic Supplemental Files. Secara keseluruhan, 1.034 terapi fluida diberikan dengan
indikasi yang paling sering terjadi sebagai kegagalan peredaran darah dalam pengaturan
sepsis, sementara dua penelitian menggunakan beberapa tantangan cairan pada beberapa
pasien. PLR atau mengangkat kaki pasif dilakukan dengan anggota tubuh bagian bawah
diangkat secara lurus ke sudut 45º, sebagian besar dilakukan dari posisi awal semi-
recumbent. Berbagai jenis cairan diberikan, yaitu garam, koloid atau gelatin, namun selalu
500 ml dengan waktu infus antara 10 dan 30 menit. Semua penelitian dilakukan secara
prospektif di Unit Perawatan Intensif (Intensive Care Unit / ICU) kecuali satu studi yang
dilakukan di Departemen Anestesiologi dan Obstetri, satu studi di Departemen Darurat, dan
satu studi ICU retrospektif dengan menggunakan tinjauan bagan elektronik.
5. Karakteristik pasien

Karakteristik pasien secara keseluruhan, 1.013 pasien dengan usia rata-rata 59 ± 9


tahun termasuk yang sebagian besar berada dalam irama sinus dengan curah jantung rata-
rata 5,5 ± 1,2 L / menit. Sebagian besar pasien dianggap menderita perfusi jaringan yang
tidak memadai berdasarkan parameter hemodinamik seperti tekanan darah sistolik di bawah
90 mmHg dalam kombinasi dengan beberapa gambaran klinis seperti penurunan produksi
urin, ekstremitas dingin dan bintik-bintik kulit. Lebih dari setengah (56%) pasien
memerlukan vasopressor, sejalan dengan tingginya fraksi pasien yang menderita sepsis
(57%).
6. Teknik pengukuran dan parameter

Empat metode digunakan sebagai teknik pengukuran utama untuk tindakan fluida
sebagai standar emas yang dikombinasikan dengan PLR atau mengangkat kaki pasif:
esofageal Doppler, echocardiography transthoracic, analisis kontur pulsa yang dikalibrasi
dan bioreaktansi. Semua metode primer mengukur parameter aliran dan hasilnya yaitu curah
jantung atau indeks jantung turun, volume stroke (indeks) atau aorta aliran darah. Sebagai
nilai cutoff untuk membedakan responden pasien yang diberikan cairan umumnya
meningkat 15%, menghasilkan 53 ± 12% pasien yang menanggapi tindakan pemberian
cairan.
7. Kinerja diagnostik global PLR

Tujuh belas penelitian (74%) terjadi di Prancis, dan tidak ada perbedaan dalam kinerja
diagnostik PLR dibandingkan enam penelitian lainnya (p = 0,10). Ketika penelitian dibagi
dalam penelitian yang lebih tua (sampai 2010) vs. yang lebih baru (dari 2011), tidak ada
perbedaan dalam kinerja diagnostik (p = 0,73). Kuadran I sebesar 50,9% untuk sensitivitas
dan 35,3% untuk spesifisitas.
Perbandingan subkelompok Performa diagnostik PLR serupa pada pasien pernapasan
spontan dan pasien dengan ventilasi mekanis yang dikendalikan (p = 0,10). Selanjutnya,
tidak ada perbedaan yang signifikan ketika PLR dilakukan dari posisi awal supine dan posisi
semi-recumbent (p = 0,33). Bila diberikan cairan salin dibandingkan dengan jenis cairan
lainnya, tidak ada efek pada kinerja diagnostik PLR yang terlihat (p = 0,36). Tidak ada
perbandingan antara ritme jantung reguler dan aritmia yang dapat dilakukan karena sebagian
besar pasien dalam penelitian disertakan dalam ritme sinus. Teknik pengukuran utama yang
mendapatkan parameter aliran sebagai hasil menunjukkan tidak ada perbedaan dalam
kinerja diagnostik. Perubahan parameter yang dilakukan PLR menunjukkan sensitivitas
85% (95% CI, 78% -90%) dan spesifisitas 92% (95% CI, 87% -94%). Penggunaan
perubahan tekanan nadi pada PLR menunjukkan sensitivitas 58% (95% CI, 44% -71%) dan
spesifisitas 83% (95% CI, 68% -92%). Perubahan tekanan nadi pada PLR menunjukkan
kinerja diagnostik yang lebih rendah dibandingkan dengan perubahan parameter aliran PLR
(p <0,001).
Penelitian yang dilakukan menemukan 23 penelitian dengan total gabungan 1.013
pasien klinis yang beragam. Nilai prediktif global PLR kuat dengan sensitivitas gabungan
86%, spesifisitas 92% dan rangkuman AUROC sebesar 0,95. Kinerja diagnostik PLR tidak
terpengaruh oleh mode ventilasi, jenis fluida yang digunakan, posisi awal PLR, atau teknik
yang mengukur perubahan aliran yang diinduksi oleh PLR. Namun, perubahan tekanan nadi
pada PLR lebih rendah dalam memprediksi responsivitas fluida dibandingkan dengan
perubahan parameter aliran darah. Penelitian ini menunjukkan bahwa PLR adalah prediktor
responsif cairan yang dapat digunakan dalam berbagai setting klinis selama efek PLR dinilai
dengan pengukuran langsung curah jantung. Peningkatan pasif kaki 45º yang dilipat pada
awalnya digunakan oleh dokter untuk menilai kompresi akar saraf lumbar dan panjang otot
hamstring. Sudah pada tahun 1965, Thomas dan Shillingford menunjukkan efek PLR pada
curah jantung.
Sejak 1982 PLR telah dijelaskan kemudian dikeluarkan dari pedoman resusitasi
kardiopulmoner. Pertama untuk mendokumentasikan kegunaan PLR untuk memprediksi
responsifitas fluida, PLR juga dilakukan pada pasien kritis yang ternyata menjadi responden
dengan prevalensi pengamatan 53%. Meskipun tindakan PLR dapat menambah preload
jantung dalam satu menit, tetapi kenaikan vena kembali tidak dapat diprediksi. Jumlah
volume yang dilaporkan 'autotransfusi' oleh PLR berkisar antara 250-350 ml. Bila
menggunakan posisi awal semi-recumbent, PLR dapat mentransfer volume darah lebih
besar dibandingkanke posisi awal terlentang, karena tidak hanya darah vena dari kaki tapi
juga dari kompartemen splanchnic besar dimobilisasi. efek PLR tidak hanya bergantung
pada jumlah volume darah yang dibutuhkan, namun berdasarkan faktor lain dan juga
ditunjukkan oleh berbagai tanggapan volume stroke. Status volume pusat, norepinephrine,
dan propofol telah menunjukkan pengaruh tingkat ketergantungan preload, dan selanjutnya
efek PLR. Tidak ada perbedaan dalam kinerja diagnostik PLR yang terlihat pada pasien
bernapas secara spontan dibandingkan dengan pasien dengan ventilasi mekanis yang
dikontrol.
Parameter dinamis yang diinduksi ventilator mekanis seperti variasi tekanan nadi dan
variasi volume stroke telah terbukti sebagai prediktor responsif fluida dalam pengaturan
pernapasan spontan, sehingga perubahan yang dilakukan PLR dalam curah jantung atau
volume stroke dapat digunakan sebagai pengganti pada pasien yang mengalami syok.
populasi. aritmia tidak berpengaruh pada kinerja diagnostik PLR, karena efek PLR diukur
pada beberapa detak jantung dan beberapa napas yang mungkin meniadakan efek distorsi
potensial dari aritmia dan pernapasan spontan. Namun, berbeda dengan laporan
sebelumnya, tidak ada kesimpulan yang dapat ditarik dari analisis meta ini karena hanya
sebagian kecil pasien yang mengalami aritmia dalam 23 penelitian yang disertakan.
Meskipun Trof et al. menunjukkan bahwa pemuatan cairan menggunakan koloid
menghasilkan respons jantung lebih besar setelah 90 menit, jenis cairan yang digunakan
untuk tantangan volume tidak mempengaruhi kinerja diagnostik PLR. pemberian infus
antara 10 dan 30 menit setelah efek pada parameter hasil diukur.
Respon cepat dan teknik pengukuran langsung curah jantung atau turunannya
diperlukan untuk menilai efek PLR. Meskipun PLR menginduksi peningkatan preload
jantung dengan efek maksimum sekitar satu menit, efeknya tidak berlanjut dan hilang
sepenuhnya saat kaki dikembalikan ke posisi horisontal. Dengan demikian, efek
hemodinamik PLR harus dinilai dalam kerangka waktu 30-90 detik dengan metode respon
cepat. Perubahan tekanan pulpa pada PLR memiliki kinerja diagnostik yang lebih rendah
daripada perubahan curah jantung. Ini dapat dijelaskan bahwa PLR biasanya tidak
menunjukkan efek pada tekanan darah dan denyut jantung melalui penyeimbang
peningkatan preload jantung dan dilatasi arteri perifer. Namun, ketika baroreseptor arteri
distimulasi, misalnya melalui rasa sakit, kepatuhan arteri dapat berubah sehingga
menyebabkan tekanan nadi tidak akurat untuk mencerminkan volume stroke. Oleh karena
itu penting untuk menghindari rangsangan simpatis yang disebabkan rasa sakit. yang dapat
mengakibatkan interpretasi yang keliru terhadap efek hemodinamik dari PLR.
PLR tidak dapat diimplementasikan di setiap setting klinis dan peraturan khusus harus
diikuti saat melakukan PLR. Pada pasien setelah operasi kaki bawah atau pinggul atau
beberapa operasi ginekologi dan urologi, PLR tidak mungkin dilakukan. Selain itu, PLR
dapat sulit dilakukan selama operasi karena dapat mengganggu prosedur yang sedang
berlangsung. Selanjutnya, PLR harus dihindari pada pasien trauma kepala karena dapat
meningkatkan tekanan intrakranial. Selain itu, menjaga dada pada posisi horisontal, dan
tidak rendah, dapat mengurangi risiko inhalasi lambung. Perhatian harus diberikan untuk
menjaga transduser tekanan, bila digunakan pada tingkat jantung selama manuver PLR.
Karena PLR dapat mengganggu teknik pengukuran yang digunakan, terutama
ekokardiografi atau Doppler esofagus.
8. Beberapa keterbatasan

Tidak ada definisi tentang responsivitas fluida yang tersedia sampai saat ini.
Penggunaan nilai cutoff yang berbeda serta teknik pengukuran dan parameter hasil yang
berbeda untuk menentukan responsivitas fluida menciptakan heterogenitas dalam penelitian
gabungan. Jumlah 23 studi yang disertakan terkadang menyebabkan subkelompok kecil
yang melarang analisis lebih lanjut. Oleh karena itu percobaan spesifik diperlukan jika nilai
prediktif PLR ditunjukkan pada populasi pasien tertentu. Karena pada penelitian ini hanya
memasukkan penelitian yang dilakukan pada orang dewasa. Namun, literatur baru-baru ini
menunjukkan bahwa PLR mungkin merupakan prediktor yang berguna untuk respons cairan
pada anak-anak juga. Penelitian tentang hasil penggunaan PLR untuk memperbaiki fluida
di ICU sangat penting, namun sayangnya masih kurang.
9. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PLR adalah tindakan yang dapat digunakan
untuk memprediksi responsivitas cairan di berbagai setting klinis, asalkan efek PLR
ditentukan oleh teknik pengukuran cepat dan pengukuran langsung curah jantung. PLR
dapat dianggap sebagai pengganti tindakan cairan klasik tanpa risiko kelebihan cairan.
BAB III

PEMBAHASAN

1. Pembahasan jurnal
Salah satu kondisi yang memerlukan tindakan segera di IGD adalah syok
hipovolemik. Secara patofisiologi syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan
sebagai kondisi tidak adekuatnya transport oksigen ke jaringan atau perfusi yang
diakibatkan oleh gangguan hemodinamik. Gangguan hemodinamik tersebut dapat berupa
penurunan tahanan vaskuler sitemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan
pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung. Syok hipovolemik merupakan syok
yang terjadi akaibat berkurangnya volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi
akibat perdarahan hebat (hemoragik), trauma yang menyebabkan perpindahan cairan
(ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab
seperti luka bakar dan diare berat. Kasus-kasus syok hipovolemik yang paing sering
ditemukan disebabkan oleh perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan
syok hemoragik. Kondisi syok terutama hipovolemik sangat berkaitan dengan sistem jantng
dan sirkulasi (Guyton, 2013).
Curah jantung mempunyai peranan penting sebagai salah satu faktor untuk memenuhi
kebutuhan oksigenasi atau perfusi kejaringan sebagai tujuan dari fungsi kardiovaskuler.
Kecukupan perfusi jaringan ditentukan oleh kemampuan fungsi sirkulasi menghantarkan
oksigen ke jaringan yang disebut sebagai oxygen delivery (DO2), dan curah jantung adalah
faktor utama yang menentukan DO2. Gangguan pada faktor-faktor yang mepengaruhi curah
jantung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi dan berujung kepada syok.
Misalnya kehilangan volume plasma hebat akan mengurangi preload dan dapat
mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik, gangguan kontraktilitas dapat mengakibatkan
terjadinya syok kardiogenik, dan gangguan resistensi vaskuler sitemik dapat berujung pada
syok distributif. (Hardisman, 2013).
Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi mengembalikan tanda-tanda vital dan
hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal. Selanjutnya kondisi tersebut
dipertahankan dan dijaga agar tetap pada kondisi stabil. Penatalaksanaan utama syok
hipovolemik yaitu terapi cairan sebagai pengganti cairan tubuh atau darah yang hilang.
Pasien syok sangat memerlukan pemantauan ketat terhadap tanda-tanda klinis serta status
hemodinamik dan status intravascular. Karena bantuan sirkulasi dan medikasi pada pasien
gawat darurat diberikan berdasarkan ketepatan menilai status volume intravascular pasien.
Fluid responsiveness dapat diartikan apakah pasien dapat mempertahankan homeostasis
sirkulasinya dengan pemberian cairan saja ataukah harus mendapat obat-obatan inotropik
dan vasopresor (Kolecki, 2013). Pemantauan hemodinamik dapat dilakukan dengan dengan
menggunakan parameter invasif dan noninvasif. Parameter hemodinamik invasif dengan
menggunakan tekanan arteri sistemik, CVP (central venous pressure), tekanan arteri
pulmonalis, tekanan atrium kiri dan cardiac output, sedangkan noninvasif meliputi
mengukur tekanan darah dengan sphygmaromanometer, evaluasi heart rate, auskultasi
bunyi jantung dan suara paru, pengkajian pernafasan, capillary refill time, saturasi oksigen,
mengukur urin output dan echoocardiografi (Manoach, 2012).
Pengawasan teknik yang tepat pada penatalaksanaan rehidrasi dengan parameter
hemodinamik non-invasif pada pasien hipovolemia meliputi passive leg raising/ PLR,
echocardiografi, saturasi oksigen / pulse oximetri, capillary refill time, pengukuran urin
output, inspeksi suhu, warna, tektur, dan turgor kulit, auskultasi suara paru dan bunyi
jantung dan pola pernafasan. Parameter hemodinamik noninvasif yang saat ini dilakukan
adalah passive leg raising (PLR). PLR adalah suatu tehnik reversible yang meningkatkan
volume darah di jantung dengan cara meninggikan ekstremitas bawah setinggi 45
derajat (Marik. P, 2011). Tujuan dari PLR adalah untuk meningkatkan preload atau stroke
volume. Posisi PLR tersebut membuat adanya perubahan hemodinamik (tekanan darah,
heart rate dan MAP) sesudah PLR sebagai tanda untuk memprediksi respon cairan pada
pasien dengan hipovolemia dengan cepat. Manfaat dari PLR adalah untuk meningkatkan
stroke volume dan cardiac output sebanyak 12% yang dapat terlihat dari adanya peningkatan
tekanan darah dan penurunan heart rate (Mezel, 2007). Hal ini ini juga telah dipertegas oleh
(Marik, 2011) dalam penelitiannya berjudul “Fluid Resvonsiveness By Passive Leg
Raising”, di Amerika’s hospital, meengatakan bahwa adanya kenaikan dari cardiac output
10-15%.
BAB IV

IMPLIKASI KEPERAWATAN DAN APLIKABILITAS

1. Pengaplikasian hasil jurnal


Pengaplikasian PLR di IGD pada tiga pasien yang mengalami syok hipovolemik
cukup memberikan pengaruh pada tekanan darah dan kondisi kesadarannya. Awalnya
pasien kondisi tidak sadar
Pasien Kondisi sebelum PLR Kondisi sesudah PLR
1 TD TD
Kondisi tidak sadar Bisa membuka mata, CM
2 TD TD
Penurunan kesadaran Compos mentis
3 TD TD
Penurunan kesadaran Compos mentis

Berdasarkan tabel, secara umum pasien yang mengalami syok hipovolemik


mengalami penurunan tekanan darah dan dalam kondisi penurunan kesadaran. Setelah
mendapat terapi sesuai protokol untuk penanganan syok, pasien diberikan posisi PLR 450
selama 2 jam. Setelah 2 jam, pasien bisa membuka mata dan mengalami peningkatan
kesadaran sampai compos mentis, serta mengalami peningkatan tekanan darah.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Caille et al (2008) menunjukan bahwa PLR
effektif sebagai responsif cairan terhadap status hemodinamik pada pasien hipovolemia
karena adanya peningkatan cardiac output dan menunjukan bahwa PLR sangat effektif
sebagai parameter responsif cairan terhadap tekanan darah sistol. Dengan adanya
peningkatan dari cardiac output akan menyebabkan peningkatan pada tekanan sistol. Hal ini
dipertegas oleh Sherwood, (2010) bahwa tekanan darah sangat dipengaruhi oleh factor-
faktor fisiologis utama yaitu : a). pengembalian darah melalui vena/ jumlah darah yang
kembali ke jantung melalui vena. Dengan posisi PLR yang meninggikan kedua exremitas
bawah setinggi 45 derajad memindahkan darah sebesar 300-500 ml ke intrathorak (jantung)
sehingga akan menambah volume darah jantung. Hal ini menyebabkan peningkatan ventikel
pada fase sistol, sehingga terjadi peningkatan. b). Frekuensi dan kekuatan kontraksi, artinya
bila frekuensi dan kekuatan kontraksi meningkat (dalam batas normal), cardiac output akan
meningkat pula dan ini menyebabkan tekanan sistol meningkat.c). Resistensi perifer. d).
Elasisitas arteri besar. e). Visikositas darah. f) Perdarahan dan hormon.
2. Implikasi keperaawatan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka:
1. Perawat diharapkan dapat mengetahui tindakan pemberian posisi PLR bagi pasien syok
untuk menilai responsivitas cairan setelah diberikan resusitasi.
2. Rumah sakit dapat membuat SOP tentang penerapan tindakan pemberian posisi PLR
yang pelaksanaannya bisa kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
3. Melanjutkan penelitian mengenai PLR sebagai parameter menilai responsivitas cairan
pada pasien syok.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

PLR atau mengangkat kaki pasif dapat membantu meningkatkan pemulihan kesadaran
dan peningkatan tekanan darah pada pasien syok hipovolemik. PLR atau mengangkat kaki
pasif dilakukan dengan anggota tubuh bagian bawah diangkat secara lurus ke sudut 45º,
sebagian besar dilakukan dari posisi awal semi-recumbent. Mengangkat kaki pasif dapat
mempengaruhi kenaikan preload biventrikular yang cepat namun reversibel melalui
peningkatan pemberian cairan melalui vena. Oleh karena itu mengangkat kaki dapat
digunakan sebagai cara memprediksi responsivitas cairan dan menunjukkan akurasi
diagnostik yang baik. Teknik pengukuran ini langsung berefek pada curah jantung, tekanan
darah dan tingkat kesadaran

B. Saran

PLR atau posisi mengangkat kaki pasif dapat dijadikan salah satu intervensi
keperawatan non farmakologi untuk memperbaiki tingkat kesadaran dan peningkatan tekana
darah pada pasien yang mengalami syok hipovolemik yang sebelumnya di berikan
intrevensi secara farmakologi. Posisi PLR juga dapat menjadi tembahan skill perawat
sehingga bisa lebih meningkatkan kemampuan dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Annane D, Siami S, Jaber S, Martin C, Elatrous S, Declère AD, Preiser JC, et al (2013). Effect
of fluid resuscitation with colloids vs crystalloids on mortality in critically ill patients
presenting with hypovolemic shock: The cristal randomized trial. JAMA, 310(17):
1809.

Caille. , V. Jabout., J. Bellard. , G. Charron. , C. Jardin. , J. (2008). Hemodynamic effects 0f


passive leg raising: an echocardiographic study in patients with shock. Intensive care
Med (2008) 34:1239-1245. DOI 10. 1007/s00134-008-1067-y

Diantoro DG (2014). Syok hipovolemik.


http://www.scribd.com/mobile/doc/217057551?width=602#fullscreen. Diakses
November 2017.

Guyton A, Hall J. Circulatory Shock and Physiology of Its Treatment (Chapter 24). Textbook
of Medical Physiology. 12th ed. Philadelphia, Pensylvania: Saunders; 2010. p. 273-84

Hardisman. 2013. Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik: Update dan
Penyegar. Jurnal kesehatan Andalas

Kolecki P, Menckhoff CR, Dire DJ, Talavera F, Kazzi AA, Halamka JD, et al. Hypovolemic
Shock Treatment & Management 2013: Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/760145- treatment

Manoach, Weingart and Charchaflieh. (2012). The Evolation and current use of
Invasive hemodynamic monitoring for predicting volume responsiveness. Journal of
Clinical Anesthesia (2012),24,242-250.doi : 10.1016/j.jilinane. 2011.11.007.

Marik, P. Monnet, X, Teboul, ( 2011). Hemodynamic parameters to guide fluid therapy. Marik
et al. Annal of intensive care (2011), 1:1. http ://www.
Annal intensivecare.com/content/ 1/1/1

Sherwood, L. 2010. Human Physiology: From Cells to Systems. 7th Ed. Canada: Yolanda
Cossio

Yildiz F (2013). Fluid replacement in treatment of hypovolemia and shock: Cystalloids and
colloids. Archives Medical Review Journal, 22(3): 347-61
Danusantoso MM, Pudjiadi AH, Djer MM, Widodo DP, Kaban RK, Andriastuti M (2014).
Pengukuran indeks syok untuk deteksi dini syok hipovolemik pada anak dengan
takikardi: Telaah terhadap perubahan indeks isi sekuncup. Sari Pediatri, 15(5): 319-20.

Anda mungkin juga menyukai