Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN M DENGAN HERNIA

SCROTALIS SINISTRA IRREPONIBLE DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN UTAMA NYERI AKUT DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RSUD SETJONEGORO WONOSOBO

OLEH :

UNTUNG EDI PURWANTO

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2013

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Praktik Profesi Ners dengan judul “Asuhan keperawatan pada Tn
M dengan masalah keperawatan nyeri akut di Instalasi Gawat Darurat RSUD
KRT Setjonegoro Wonosobo”.

Telah disahkan pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 1 November 2012

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( Podo Yuwono Skep Ners.) ( Suparjono Skep Ners)

Ka Prodi S1 Keperawatan

(Herniyatun, M.Kep, Sp.Mat)

2
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Nyeri menurut The International Association for the study of Pain

( IASP ) merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak

menyenangkan berhbungan dengan kerusakan jaringan atau potensial akan

menyebabkan kerusakan jaringan.

Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional

yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau

menggambarkan adanya kerusakan ( Asosiasi Study Nyeri International )

ke serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat

yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan

durasi kurang dari 6 bulan.

B. Etiologi

Faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri :

Agen injuri ( biologi, kimia, fisik, psikologis )

Control nyeri :

1 Mengenali faktor penyebab

2 Mengenali lamanya obat ( onset ) sakit

3 Menggunakan metode pencegahan

4 Menggunakan metode pencegahan non analgesik untuk mengurangi

nyeri

3
5 Menggunakan analgesik sesuai kebuthan

6 Mencari bantuan tenaga kesehatan

7 Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan

8 Menggunakan sumber-sumber yang tersedia

9 Mengenali gejala-gejala nyeri

10 Mencatat pengalaman nyeri sebelumnya

11 Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol

Keterangan penilaian NOC :

1. Tidak dilakukan sama sekali

2. Jarang dilakukan

3. Kadang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan

NIC :

Pain Management

1. Kaji secara komprehensif tenteng nyeri meliputi lokasi, karakteristik

dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan

faktor-faktor presipitasi

2. Observasi isyarat-isyarat nonverbal dari ketidaknyamanan, khususnya

dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif

3. Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan

nyeri

4
4. Kaji latar belakang budaya pasien

5. Kaji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga dan nyeri kronis

6. Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah

digunakan

7. Beri dukungan terhadap pasien dan keluarga

8. Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon

pasien terhadap ketidaknyamanan ( ex : temperatur ruangan,

penyinaran dll )

9. Beerikan informasi tentang nyeri seperti : penyebab, berapa lama

terjadi dan tindakan pencegahan

10. Anjurkan pasien untuk mengontrol sendiri nyeri

11. Ajarkan penggunaan tekhnik nonfarmakologi ( ex : relaksasi, guided

imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas dingin, massase,

TENS, hipnotis,terapi bermain, terapi aktifitas, akupresure )

12. Berikan analgetik sesuai dengan anjuran

13. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri

14. Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien

15. Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup

16. Anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara

tepat

17. Beri tahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan

18. Informasikan kepada tim kesehatan lainnya atau anggota keluarga saat

tindakan nonfarmakologi dilakukan untuk pendekatan preventif

5
19. Monitor kenyamanan pasien terhadap managemen nyeri

20. Monitor perubahan nyeri dan bantu pasien mengidentifikasi faktor

presipitasi nyeri baik aktual dan potensial

21. Lakukan pengkajian terhadap pasien dengan nyaman dan lakukan

monitoring dari rencana yang dibuat

22. Turunkan dan hilangkan faktor yang dapat meningkatkan pengalaman

nyeri ( misal rasa takut, kelelahan, dan kurangnya pengetahuan )

23. Pertimbangkan keinginan pasien untuk berpartisipasi, dukungan dari

keluarga dekat dan kontraindikasi ketika strategi penurunan nyeri telah

dipilih

24. Lakukan tekhnik variasi untuk mengurangi nyeri ( farmakologi,

nonfarmakologi dan interpersonal )

25. Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri

Analgesik Administration :

1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum

pemberian obat

2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi

3. Cek riwayat alergi

4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika

pemberian lebih dari satu

5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

6. Tentukan analgesik pilihan, rite pemberian dan dosis optimal

6
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM atau pengobatan nyeri secara

teratur

8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama

kali

9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

10. Evaluasi efektifitas analgesik dan gejala efek samping

C. Batasan Karakteristik

1. Laporan secara verbal atau non verbal

2. Fakta dari observasi

3. Posisi antalgik untuk menghindari nyeri

4. Gerakan melindungi

5. Tingkah laku berhati-hati

6. Muka topeng ( nyeri )

7. Gangguan tidur ( mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,

menyeringai )

8. Terfokus pada diri sendiri

9. Fokus menyempit ( penurunan persepsi waktu, kerusakan proses

berpikir, penurunan interaksi dengan orang lain dan lingkungan )

10. Tingkah laku distraksi contoh jalan-jalan menemui orang lain dan atau

aktivitas berulang-ulang

11. Respon autonom ( seperti berkeringat, perubahan tekanan

darah,perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil )

7
12. Perubahan otonom dalam tonus otot ( mungkin dalam rentang dari

lemah ke kaku )

13. Tingkah laku ekspresif ( contoh gelisah, merintih, menangis waspada,

iritabel, nafas panjang atau berkeluh kesah )

14. Perubahan dalam nafsu makan dan minum.

HERNIA

1. Definisi.

 Hernia adalah keluarnya isi rongga tubuh, biasanya abdomen lewat

suatu celah pada dinding yang mengelilinginya.

 Hernia adalah keluarnya jaringan, organ tubuh dari suatu ruangan

melalui suatu lubang atau suatu celah keluar di bawah rongga kulit

atau menuju rongga lainnya (yang terjadi secara congenital atau

akuisital).

 Hernia dapat terjadi karena adanya suatu daerah yang lemah yang

disebut Locus Minoris Resistantie (LMR).

Bagian-bagian dari hernia adalah sebagai berikut:

a) Kantong hernia.

b) Pada hernia abdominalis biasanya adalah peritoneum parietalis,

tetapi tidak semua hernia mempunyai kantong, seperti hernia

incisionalis, adipose, intersisialis.

c) Isi hernia.

8
d) Organ/ jaringan yang keluar melalui kantong hernia, biasanya

hernia abdominalis berupa usus.

e) Pintu hernia: bagian LMR yang dilalui kantong hernia.

f) Leher hernia: bagian tersempit kantong hernia yang sesuai pintu

hernia.

2. Klasifikasi.

a. Berdasar terjadinya:

1) Hernia bawaan atau kongenital.

2) Hernia dapatan atau akuisita.

b. Berdasar sifat hernia:

1) Hernia reponible yaitu bila isi hernia dapat dimasukkan kembali.

Usus keluar bila berdiri atau mengedan dan masuk lagi bila

berbaring atau didorong masuk. Tidak terdapat keluhan atau gejala

obstruktif.

2) Hernia ireponible yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat

dikembalikan ke dalam rongga, hal ini disebabkan perlengketan isi

usus pada peritonium kantong hernia. Tidak ada keluhan nyeri atau

tanda sumbatan usus.

c. Berdasarkan isinya:

1) Hernia adipose, isinya jaringan lemak.

2) Standing hernia, isinya kembali sebagian dari dinding kantong

hernia.

9
3) Hernia litter, hernia inkaserata/ strangulasi yang sebagian dinding

ususnya terjepit dalam cincin hernia.

d. Berdasar letaknya

1 ) Diafragma

2 ) Inguinal

3 ) Femoralis

4 ) Umbilikalis

5 ) Perineal

6 ) Ventral

7 ) Skrotalis

3. Patofisiologi

Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya

yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat. Dalam

hal hernia usus, hernia mungkin disertai dengan lemak peritonium,

sebagian dari kandung kemih, atau sebagian dari lambung, tergantung dari

lokasinya. Jika strutur yang menonjol dari organ tersebut dapat

dikembalikan ketempatnya semula dengan manipulasi, maka ia dinamakan

reducible hernia. Jika tidak maka namanya adalah irreducible atau

incarcerated hernia. Ketika aliran darah kedalam struktur yang menjalani

hernia menjadi terbendung, hernia dikatakan sebagai strangulated hernia.

10
4. Tanda dan Gejala.

a. Hernia reponible.

1) Pasien merasa tidak enak di tempat penonjolan.

2) Terdapat benjolan di salah satu lokasi abdomen (mis. Inguinal,

femoralis, dll). Benjolan timbul saat mengejan ketika BAB,

mengangkat beban berat ataupun aktifitas berat lainnya dan hilang

saat istirahat baring.

3) Kadang-kadang perut kembung.

4) Bila terjadi perekatan antara kantong hernia dengan isi hernia maka

tidak dapat dimasukkan kembali.

b. Hernia inkaserata.

 Adanya gambaran obstruksi usus: klien mengalami obstipasi,

muntah, tidak flatus, perut kembung, dehidrasi.

 Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa.

 Bila lelah terjadi strangulasi.

 Pasien mengalami nyeri hebat di daerah hernia, dimana nyeri

menetap karena rangsangan peritoneum. Pada pemeriksaan

lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan lagi

disertai nyeri tekan dan tergantung isi hernia.

 Dapat dijumpai tanda peritonitis, atau terjadi abses lokal,

merupakan keadaan gawat darurat dan perlu pertolongan

segera.

11
5. Pemeriksaan Penunjang

Selain pemeriksaan melalui Anamnesis dan jasmani untuk menegakkan

diagnosis perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium

dan pemeriksaan penunjang lain untuk menentukan kemungkinan lain

adanya obtruksi saluran cerna (usus).

a. Perkusi, bila isi gas akan terdengar suara timpani.

b. Auskultasi, terdengar suara usus, bila negatif kemungkinan omentum.

c. Diapanaskopi.

Menggunakan sinar kuat pada kamar gelap untuk melihat apakah

cairan atau tidak. Caranya dengan melihat scrotum yang disinari, bila

jernih berarti ada cairan/ hidrocele dan nilai diapanaskopi positif, bila

gelap berarti hernia dan nilai diapanaskopi negatif.

d. Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, fluoroskopi.

Lab darah: hematologi rutin, BUN, kreatinin, elektrolit darah

12
6. Pathway.
Mengejan saat BAB, angkat beban
berat, aktifitas berat

Hernia

Ireponible

Isi hernia tidak


dapat
dimasukkan lagi

Nyeri Akut
Pembedahan

Cemas

13
7. Penatalaksanaan

Hernia yang tidak inkerserata seringakali dapat diatasi dengan

membaringkan pasien dengan kaki diangkat atau berbaring didalam bak

yang berisi air hangat dan mendorong massa hernia dengan lembut kearah

rongga abdomen kembali.

Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat

resiko tinggi untuk terjadi inkrserasi. Suatu tindakan Herniorthaphy terdiri

atas tindakan menjepit defek didalam fascia.

8. Komplikasi

Terjadi bila isi hernia berupa usus dan pintunya sempit:

1. Perlekatan.

Bisa terjadi antara isi dengan isi atau isi dengan kantongnya, atau

kantong dengan jaringan ikat sekitarnya. Disebut juga hernia akreta.

2. Hernia ireponibilis.

Yaitu isi hernia tidak dapat dimasukkan lagi tanpa operasi. Terjadi bila

ada perlekatan hernia dengan jaringan sekitarnya.

3. Jepitan terhadap isi hernia sehingga vaskularisasinya terganggu

menyebabkan iskemia (hernia strangulasi).

4. Infeksi: menimbulkan nekrosis.

5. Obstipasi: gangguan defekasi karena adanya obstruksi. Perlu

dibedakan dengan istilah konstipasi.

14
9. Pengkajian

1. Anamnesis.

Gejala yang ditimbulkan hernia sangat bervariasi dan lebih

tergantung pada tekanan yang menekan isi hernia daripada ukuran

hernia, hernia yang besar bisa hanya menyebabkan penderita merasa

tidak enak. Sementara hernia yang kecil yang terjepit erat

menyebabkan rasa nyeri lokal dan proyeksi hebay serta nausea.

Apalagi hernia yang mengalami strangulasi akan menimbulkan gwjala

yang hebat dan progresif dan perlu pertolongan segera.

Pada awalnya (hernia yang baru terjadi) umumnya tidak

terdapat keluhan sakit. Kalaupun ada hanya rasa tidak enak, kecuali

pada hernia inkarserata yang menimbulkan rasa sakti yang hebat.

Selanjutnya gejala hernia berkaitan erat terutama dengan letak dan isi

hernia, misalnya:

Hernia femoralis yang berisi kandung kemih akan

menimbulkan kelainan kencing, seperti frekuensi, urgensi, disuria

terminal dan bahkan hematuria.

Hernia haitus oesophagus menimbulkan palpitasi dan rasa

sesak substernal oleh karena tekanan lambung.

Tekanan isi hernia yang berupa usus akan menimbulkan

obstruksi usus, bahkan meskipun hanya sebagian kecil usus saja yang

terjepit.

15
2. Inspeksi.

Dilakukan pada penderita baik dengan ileus maupun tidak.

Pasien disuruh berdiri dan mengejan, lihat apakah daerah lipat paha

ada benjolan atau tidak, lihat pula saat tidur. Hal ini untuk

membedakan dengan limphadenopathy dimana benjolan tetap ada

pada posisi tidur.

3. Palpasi.

Akan teraba benjolan abnormal yang dapat teraba adanya

fluktuasi, tegas atau keras, tergantung isi hernia dan tekanan. Isi

hernia yang berupa omentum, atau colon sigmoid, yang mengandung

feses akan teraba liat, sedang usus yang mengandung gas akan teraba

lembut dan dapat ditekan atau tegang tergantung derajat

incarcerasinya. Kecuali bila mengalami incarcerasi, masa hernia dapat

dalam posisi supinasi.

Benjolan yang dapat dilihat di atas lipat paha menunjukkan

hernia inguinalis, sedang di bawah lipat paha hernia femoralis. Palpasi

hernia inguinalis lateralis dapat dilakukan dengan 3 jari, sedang untuk

bagian medialis dapat dengan jari telunjuk melalu scrotum.

16
10. Manajemen Hernia.

1.Konservatif.

Bukan merupakan tindakan definitif.

a. Reposisi.

Memasukan isi hernia secara hati-hati, dilakukan dengan baik dan

tekanan lembut tapi pasti. Pada hernia reponible dilakukan tekanan

secara terus-menerus pada benjolan seperti dengan bantal pasir, pasien

tidur pada posisi supine antitrendernburg atau memakai korset.

Komlikasinya: perdarahan, jepitan dengan pintu dan isinya tidak

masuk cavum abdomen tapi masuk sela-sela jaringan, sehingga terjadi

hernia intersisialis. Hal ini terjadi bila pintu hernia terlalu kecil.

b. Suntikan.

Dengan cairan sklerotik, misalnya kinin atau bradikinin dengan

maksud supaya pintu hernia mengecil, bahkan jika mungkin

dihilangkan (ditutup). Hal ini setelah reposisi, harus hati-hati karena

bila isi hernia terjepit bisa menimbulkan incarserata.

c. Sabuk hernia.

Dilakukan bila pintu hernia masih kecil, bahayanya akan menimbulkan

incarserata bila pemasangannya tidak pas. Dapat menambah lebar

pintu hernia.

2. Terapi pembedahan.

a. Elektif: untuk hernia repinibilis.

b. 2 x 24 jam: untuk hernia ireponibilis (elektif terbatas).

17
c. Spoed/ cepat: hernia incarserata.

Tindakan konservatif dilakukan bila keadaan umum (KU) jelek, tapi hernia

masih bersifat reponibilis. Bila KU jelek dan hernianya incarserata, maska

harus dilakukan tindakan operatif tapi hanya bersifat paliatif (menghilangkan

ileus) dahulu, sedang penutupan hernia setelah KU baik. Hernia reponibilis

pada bayi dioperasi jia umur bayi lebih dari 6 bulan atau BB lebih dari 6 kg.

Tujuan operasi hernia:

a. Reposisi hernia (isi hernia).

b. Menutup pintu hernia (menghilangkan LMR).

c. Mencegah residif dengan memperkuat dinding perut.

Metode pembedahan antara lain:

a. Perbaiklan bassini.

Kantong indirek dibuka, diperiksa, diligasi. Bagian dasar inguinalis

diperkuat dengan menjahit fascia transversalis pada ligamentum

inguinalis di belakang funikulus.

b. Ligasi kantong hernia.

Merupakan tindakan pada hernia inguinalis pada bayi dan anak.

c. Perbaikan shoudice.

Fascia transversal dibagi secara longitudianl dan kedua lembaran

diimbrikasi pada ligamentum inguinal. Perbaikan diperkuat dengan

menjahit muskulus obligus internus dan conjoined tendon pada

opneurosisi obligustrenus, untuk hernia direk dan indirek.

18
11. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan sumber

informasi

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidra biologi

c. Cemas berhubungan dengan krisis situasional

12. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan agen

injury fisik ,jepitan isi hernia

Hasil yang diperkirakan : dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif klien

tentang ketidaknyamanan menurun seperti ditunjukkan skala nyeri.

Indikator objektif seperti meringis tidak ada/menurun.

a. Kaji dan catat nyeri

b. Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan

mengangkat benda yang berat.

c. Ajarkan bagaimana bila menggunakan dekker (bila diprogramkan).

d. Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum/kompres es yang

sering diprogramkan untuk membatasi edema dan mengendalikan

nyeri.

e. Berikan analgesik sesuai program.

2. Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan

adanya hernia dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka.

Hasil yang diperkirakan : setelah instruksi, pasien mengungkapkan

19
pengetahuan tentang tanda dan gejala komplikasi GI dan menjalankan

tindakan yang diprogramkan oleh pencegahan.

a. Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap,

mual dan muntah, demam dan distensi abdomen, yang dapat

memperberat awitan inkarserasi/strangulasi usus.

b. Dorong pasien untuk mengikuti regumen medis : penggunaan dekker

atau penyokong lainnya dan menghindari mengejan meregang,

konstipasi dan mengangkat benda yang berat.

c. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diit tinggi residu atau

menggunakan suplement diet serat untuk mencegah konstipasi,

anjurkan masukan cairan sedikitnya 2-3 l/hari untuk meningkatkan

konsistensi feses lunak.

d. Beritahu pasien mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan

mengangkat.

3. Cemas berhubungan dengan krisis situasional

Setelah dilakukan tindakan keperawatan :

-Pasien dapat mengontrol cemas

-Coping effective

-Tidak ada perubahan tingkah laku yang distruktive

Menurunkan cemas :

a. kaji perasaan cemas pasien.

b. Kaji penyebab cemas pasien

c. Monitor tanda kecemasan baik dari verbal dan non verbal

20
d. Dengarkan keluhan pasien ttg keadaannya

e. Dampingi pasien dan beri penjelasan sesuai yang dibutuhkan

f. Beri support mental

g. Conseling

h. Peningkatan koping

i. Kolaborasi pemberian medicasi untuk cemas pasien ( jika diperlukan )

21
BAB II

TINJAUAN KASUS

Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 30 Oktober 2012 Jam 17.30 WIB

Oleh : Untung Edi P.

Sumber data : Pasien dan Keluarga

A. PENGKAJIAN

1. Data biografi

Nama : Tn. R

Alamat : Kejajar

Agama : Islam

Pendidikan : -

Umur : 55 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Status : kawin

Triage : Hijau

Diagnosa Medis : Hernia Scrotalis Sinistra Irreponible

2. Primary survey
a. Airway
 Jalan nafas efektif
b. Breathing
 Pernafasan ada teratur

22
c. Circulation

 Nadi teraba kuat

3. Secundary survey / Pemeriksaan Fisik

1. Keluhan Utama

Klien mengatakan ada benjolan pada alat kelaminnya,benjolan

terasa sangat sakit,sakit dirasakan terus- menerus,rasa sakit

dirasakan seperti isi perutnya turun ke kantong kelaminnya dan

terjepit,klien mengatakan nyerinya berada pada skala 9 pada

rentang 1 sampai 10

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien datang ke IGD RSU Setjonegoro Wonosobo pada tanggal 7

Juni 2013, dengan membawa surat rujukan dari dokter umum

dengan keluhan ter dapat benjolan pada alat kelaminnya, benjolan

dirasakan sejak pukul 15.00 WIB pada saat klien sedang

mencangkul di sawah ,benjolan yang dirasakan sangat sakit dan

tidak dapat masuk kembali

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan sudah sekitar setahun merasakan ada benjolan

pada alat kelaminnya akan tetapi setiap kali benjolan keluar selalu

dapat masuk kembali dan tidak terasa sakit sehingga klien tidak

pernah memeriksakan kondisi tersebut, sejak pukul 15.00 WIB

benjolan kembali keluar akan tetapi tidak dapat masuk lagi dan

23
terasa sangat sakit maka klien berusaha mencari pertolonga dengan

memeriksakan ke dokter umum .

4. KU : sedang

GCS : E4M6V5 ( composmentis )

5. Respirasi

RR 20x/mnt,iramanya reguler, cuping hidung (-), retraksi dada(-).

6. Cardiovaskuler

Nadi 88 x/menit, irama dan kedalamannya rata

TD : 130/80 mmHg

7. Neurologi

Pupil : isokor, reflek cahaya baik, tak ada pelo, tak ada tremor

8. Integumen

Keringat dingin (+), kulit lembab, tak ada luka, muka tampak pucat

dan tampak menahan sakit yang hebat, Suhu 36 C

9. Muskuloskeletal

Dalam batas normal,klien tampak tidur miring sambil menekuk

kedua kakinya ke arah perut dan memegangi bagian yang sakit

10. Sensori

Fungsi penglihatan dan pendengaran dalam batas normal

11. Nutrisi

Klien makan terakhir sebelum mengalami keluhan ,klien tidak

mengalami mual maupun muntah

12. Sistem Perkemihan

24
Klien tidak mengalami keluhan dengan BAK nya

13. Sistem Gastrointestinal

Klien BAB terakhir pagi hari sebelum mengalami keluhan dan

setelah merasakan keluhan klien masih dapat flatus

14. Istirahat/ tidur

Belum dapat dikaji

15. Kebersihan Diri

Tidak dikaji

16. Aktivitas

Keluarga mengatakan sebelumnya klien beraktivitas seperti biasa

sebagai petani di sawah

17. Sistem Reproduksi

Terdapat hernia pada skrotum sinistra

B. PROGRAM TERAPI

Terapi yang masuk di IGD :

 Infus Asering 20 tpm

 Inj Ketorolac 30 mg

C. LABORATORIUM

Sampel terkirim jam 17.45 WIB

Hasil belum ada

25
D. ANALISA DATA
Tgl & Diagnosa Perencanaan
jam Keperawatan
Tujuan Renpra
30/10/ DS : Klien Setelah Pain management :
12 mengatakan dilakukan a. kaji pengalaman nyeri pasien
17.30 ada benjolan tindakan sebelumnya,gali pengalaman
WIB pada alat keperawatan klien tgg nyeri dan tindakan
kelaminnya,ben 1x60 menit apa yang dilakukan klien
jolan terasa diharapkan : untuk mengatasinya.
sangat
a. Skala b. Kaji intensitas, karakteristik,
sakit,sakit onset, durasi.
nyeri 7
dirasakan terus-
b. Pasien c. Kaji ketidaknyamanan,
menerus,rasa gambarkan pengaruh terhadap
dapat
sakit dirasakan kualitas istirahat, tidur, ADL.
mengontr
seperti isi d. Kaji penyebab dari nyeri
ol nyeri
perutnya turun e. Monitoring vital sign
c. Pasien
ke kantong f. Monitoring respon verbal/non
merasa
kelaminnya dan verbal
nyaman
terjepit,klien g. Beri kompres hangat pada
mengatakan perut bagian bawah
nyerinya h. Atur posisi yang senyaman
berada pada mungkin, lingkungan nyaman,
skala 9 pada kurangi stimulan.
rentang 1 Pain control :
sampai 10 i. Ajarkan teknik
relaksasi/distraksi
DO : Management terapi :
- Keringat j. Kolaborasi pemberian
dingin (+), kulit analgetik, antispasmodik
lembab, tak ada
luka, muka
tampak pucat
dan tampak
menahan sakit
yang hebat
- klien tampak
tidur miring
sambil
menekuk kedua
kakinya ke arah
perut dan
memegangi
bagian yang
sakit
TD : 130/80

26
mmHg, Nadi
88 x/menit,RR
20x/mnt,Suhu
36 C

DX :
Nyeri acute
berhubungan
dengan agen
injuri fisik :
tekanan/jepitan
isi hernia

E. IMPLEMENTASI

Tgl & jam IMPLEMENTASI


DX
30/10/12
17.30 a. Memberikan posisi yang nyaman
b. Mengukur vital sign
c. Mengkaji keluhan klien
d. Mengkaji pengalaman nyeri klien sebelumnya,menggali
pengalaman klien tentang nyeri dan tindakan apa yang
dilakukan klien untuk mengatasinya.
e. Mengkaji intensitas, karakteristik, onset, durasi.
f. Memonitor respon verbal/non verbal

Pain control :
17.40 g. Mengajarkan teknik relaksasi dengan tarik nafas dalam
melalui hidung dan mengeluarkan pelan - pelan melalui mulut
h. Menganjurkan pada klien untuk memperbanyak istighfar dan
ikhlas dalam menerima sakitnya
17.55 Management terapi :
i. Melaksanakan tindakan kolaborasi dengan memasang infus
18.45 Asering 20 tpm dan memberikan injeksi analgesik ketorolac
30 mg IV
j. Mengantar klien ke ruang bugenville

27
F. CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl , jam & EVALUASI Nama &
DX paraf
1 2 3
30/10/12 S : Klien mengatakan masih terasa sakit tetapi klien Amanah
18.35 WIB sudah mulai dapat sedikit mengontrol nyerinya
I Skala nyeri 8

O : - Klien tidur masih dengan posisi miring dengan


kedua kaki ditekuk dan sambil memegangi
bagian yang sakit
- klien sedikit lebih tenang

A : Masalah nyeri belum teratasi

P : - Monitor TTV.
- Pemberian analgetik secara terprogram
- Konsul dokter spesialis bedah
- Foto BNO 2 posisi
- Klien dipuasakan

28
BAB III

PEMBAHASAN

Kasus pada Tn M 50Th yaitu pasien dengan diagnosa medis Hernia

Scrotalis Irreponible, dengan keadaan umum sedang datang ke IGD jam

17.30 WIB dengan keluhan sejak jam 15.00 WIB saat klien sedang

mencangkul di sawah keluar benjolan dari daerah alat

kelaminnya,benjolan keluar dan tidak dapat masuk lagi serta tarasa sangat

sakit, klien sebelumnya sejak satu tahun yang lalu sudah pernah

mengalami hal yang sama akan tetapi benjolan keluar dan dapat masuk

lagi serta tidak terasa sakit. Masalah keperawatan yang muncul adalah

nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik : tekanan atau jepitan isi

hernia sehingga intervensi pada masalah Tn M adalah mengatasi nyeri

pada Tn M atau membantu Tn M dalam mengontrol nyerinya.Teknih

untuk mengatasi nyeri pada Tn M dengan menggunakan tekhnik relaksai

serta dengan menggunakan pendekatan spiritual yaitu mengajarkan pada

Tn M untuk lebih ikhlas dalam menerima sakitnya serta menyerahkan

sepenuhnya kesembuhan pada dirinya kepada Allah SWT

Pada kasus Tn M ada data aktual yang tidak dilakukan

implementasi oleh penulis yaitu kurang pengetahuan pada klien dan

keluarga tentang penyakit klien yaitu hernia sebab klien sudah mengalami

hal tersebut sejak lama akan tetapi klien tidak memeriksakan diri ke dokter

dan tetap melakukan aktifitasnya sehari-hari sebagai petani ( sebagai

29
pekerja berat )yang mana pekerjaannnya justru akan memperburuk

kondisinya dan baru periksa ke dokter pada saat penyakitnya sudah parah

dan sudah terjepit.Penulis tidak mengangkat hal ini dikarenakan masalah

yang sekarang dihadapi klien adalah rasa nyerinya dan kecemasannya

terhadap program pengobatan yang akan dijalaninya yaitu operasi jadi

pemberian penkes atau konseling tentang perawatan pada klien dengan

hernia reponible agar tidak menjadi irreponible sudah tidak prioritas lagi

karena ada yang lebih prioritas yaitu penanganan nyei yang dirasakan

klien dan kecemasan yang dialami klen terkait dengan prosedur operasi

yang akan di jalani oleh klien,yang yang lebih penting lagi adalah penkes

pada klien post operasi hernia.

30
DAFTAR PUSTAKA

M. Arief. 1998. DkkKapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus


FK UI. Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.

Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart. Penerjemah Joko Setyono.


2002. Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Salemba Media. Edisi I.

Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar UI. FK UI.

Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8. Vol 3, Jakarta:EGC


Nanda.2005.Definisi dan Klasifikasi,Jakarta : Prima Medika

31

Anda mungkin juga menyukai