Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN TEORI

A. Risiko jatuh
Risiko jatuh (risk for fall) merupakan diagnosa keperawatan berdasarkan North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA), yang didefinisikan sebagai
peningkatan kemungkinan terjadinya jatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik
(Wilkinson, 2005). Jatuh merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak sengaja
tergeletak di lantai, tanah atau tempat yang lebih rendah, hal tersebut tidak termasuk
orang yang sengaja berpindah posisi ketika tidur (WHO, 2007).
Jatuh seringkali dialami oleh para lanjut usia dan penyebabnya bisa multifaktor.
Banyak faktor berperan didalamnya, baik faktor intrinsik (dari dalam lanjut usia),
misalnya : gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekauan
sendi, dan sinkope-dizzines, maupun faktor ekstrinsik, misalnya : lantai yang licin dan
tidak rata, tersandung oleh benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya yang
kurang terang dsb.

B. Faktor risiko jatuh


Untuk lebih memahami faktor risiko jatuh, harus dimengerti betul bahwa stabilitas
badan itu ditentukan atau dibentuk oleh :
1. Sistem sensorik
Pada sistem ini yang berperan di dalamnya adalah penglihatan (visus) dan
pendengaran. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan
gangguan penglihatan. Begitupula semua penyakit pada teliga akan menimbulkan
gangguan pendengaran.
2. Sistem saraf pusat
Penyakit SSP seperti stroke dan parkinson hidrosefalus tekanan normal, sering
diderita oleh lanjut usia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga
berespon tidak baik terhadap input sensorik (Menurut Tinneti 1992 dalam buku
Keperawatan gerontik 2000)
3. Kognitif
Pada beberapa penelitian, dementia diasosiasikan dengan meningkatnya risiko
jatuh.
4. Muskuloskeletal
Faktor ini betul-betul berperan besar terjadinya jatuh terhadap lanjut usia (faktor
murni milik lanjut usia). Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan gaya
berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis,
misalnya :
a. Kekakuan jaringan penghubung
b. Berkurangnya massa otot
c. Perlambatan konduksi saraf
d. Penurunan visus atau lapang pandang.

Hal-hal tersebut menyebabkan :

a. Penurunan range of motion (ROM) sendi


b. Penurunan kekuatan otot, terutama ekstremitas
c. Perpanjangan waktu reaksi
d. Goyangan badan.

Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambatan bergerak, langkah yang


pendek-pendek, penurunan irama, kaki tidak dapt menapak dengan kuat dan
cenderung gampang goyah, susah atau terlambat mengantisipasi bila terjadi
gangguan, seperti terpeleset, tersandung, kejadian tiba-tiiba sehingga mudah jatuh.
Secara singkat faktor resiko jatuh pada lanjut usia itu dapat digolongkan dalam
dua golongan, yaitu:

a. Faktor intrinsik (faktor dari dalam tubuh lanjut usia sendiri).


1) Gangguan jantung dan sirkulasi darah
2) Gangguan sistem anggota gerak, misalnya kelemahan otot ekstremitas
bawah dan kekakuan sendi
3) Gangguan sistem susunan saraf, misalnya neuropati perifer
4) Gangguan penglihatan
5) Gangguan psikologis
6) Infeksi telinga
7) Gangguan adaptasi gelap
8) Pengaruh obat-obatan yang dipakai, misal : diazepam, antidepresi, dan
antihipertensi
9) Vertigo
10) Artritis lutut
11) Sinkope dan pusing
12) Penyakit-penyakit sistemik
b. Faktor ekstrinsik (faktor dari luar atau lingkungan)
1) Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi risiko jatuh adalah penerangan
yang tidak baik, lantai yang licin dan basah, tempat berpegangan yang
tidak kuat/tidak mudah dipegang, dan alat – alat atau perlengkapan rumah
yang tidak stabill
2) Latihan atau Aktivitas Fisik
Menurut WHO (2007) salah satu intervensi yang bisa digunakan untuk
memperbaiki faktor fisiologis yang menyebabkan kejadian jatuh adalah
program latihan fisik. Latihan fisik dapat didefinisikan sebagai sebuah
tipe aktivitas yang direncanakan, terstruktur dan berupa gerakan tubuh
yang berulang – ulang yang dilakukan untuk meningkatkan atau
mempertahankan satu atau lebih komponen kebugaran fisik.

C. Komplikasi
1. Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertarinya
jaringan otot, robeknya arteri atau vena
2. Patah tulang
3. Hematoma
4. Disabilitas atau kecacatan
5. Meninggal

Oleh karena itu, lanjut usia harus dicegah agar tidak jatuh dengan cara
mengidentifikasi faktor risiko, menilai, dan mengawasi keseimbangan dan gaya
berjalan, mengatur serta mengatasi faktor situasional. Pada prinsipnya mencegah
terjadinya jatuh pada lanjut usia sangat penting dan lebih utama daripada mengobati
akibatnya.
D. Pencegahan jatuh pada lansia
Menurut Tinetti (1992), yang dikutip dari Darmojo (2004), ada 3 usaha pokok untuk
pencegahan jatuh yaitu :
1. Identifikasi faktor resiko
Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor
instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assessment keadaan sensorik, neurologis,
muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering menyebabkan jatuh. Keadaan
lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus
dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai
rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat,
peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapat bergerser sendiri)
sebaiknya diganti, peralatan rumah ini sebaiknya diletakkan sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu jalan/tempat aktivitas lanjut usia. Kamar mandi
dibuat tidak licin sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah
dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.
2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)
Setiap lanjut usia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam
melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Bila goyangan badan pada saat
berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi
medis. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah
kakinya menapak dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat
kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah
penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi
bila terdapat kelainan/penurunan.
3. Mengatur/ mengatasi faktor situasional
Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita lanjut usia dapat
dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut usia secara periodik. Faktor
situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan
lingkungan , faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai
dengan kondisi kesehatan lanjut usia. Aktifitas tersebut tidak boleh melampaui
batasan yang diperbolehgkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik.
Maka di anjurkan lanjut usia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat
melelahkan atau berisiko tinggi untuk terjadinya jatuh.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bersifat individual, artinya berbeda untuk tiap kasus karena
perbedaan faktor-faktor yang bekerjasama mengakibatkan jatuh. Bila penyebab
merupakan penyakit akut penangananya menjadi lebih mudah, lebih sederhana, dan
langsung bisa menghilangkan penyebab jatuh secara efektif. Tetapi lebih banyak
pasien jatuh karena kondisi kronik, multifaktorial sehingga diperlukan terapi
gabungan antara obat, rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasaan
lanjut usia itu. Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh
ulangan, misalnya pembatasan bepergian/aktivitas fisik, penggunaan alat bantu gerak.

Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan penurunan


fungsional terapi difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot
sehingga memperbaiki fungsionalnya. Sering terjadi kesalahan, terapi rehabilitasi
hanya diberikan sesaat sewaktu penderita mengalami jatuh. Padahal terapi ini
diperlukan secara terus-menerus sampai terjadi peningkatan kekuatan otot dan status
fungsional.

Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan difokuskan


untuk mengatasi penyebab/faktor yang mendasarinya. Penderita dimasukkan dalam
progam gait training dan pemberian alat bantu berjalan. Biasanya progam rehabilitasi
ini dipimpin oleh fisioterapis.

Penderita dengan dizziness syndrom, terapi ditujukan pada penyakit


kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan obat-obat yang menyebabkan hipotensi
postural seperti beta bloker, diuretic dan antidepresan. Terapi yang tidak boleh
dilupakan adalah memperbaiki lingkungan rumah/tempat kegiatan lanjut usia seperti
tersebut di pencegahan jatuh (Darmojo, 2004).
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, wahjudi. 2000. Keperawatan gerontik. EGC : Jakarta

Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai