Makalah Fungi (-)
Makalah Fungi (-)
MAKALAH
DISUSUN UNTUK MEMENUHI MATAKULIAH MIKROBIOLOGI
Yang dibimbing oleh Dr. Endang Suarsini, M.Ked
Disusun oleh:
Kelompok 4 / Offering A
1. AdekLarasati S (160341606007)
2. Agrintya Indah M (160341606041)
3. MamikRizkiatul L (160341606051)
4. NovelaMemiasih (160341606093)
5. Racy Rizki Abdillah (160341606056)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Ciri Morfologi,
Peranan Dan Makanan Yang Terkontaminasi Oleh Jamur” dengan baik dan tepat waktu.
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembimbing,
penuntun serta panutan menuju ke jalan yang benar. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas matakuliah Mikrobiologi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan selesai tanpa dorongan,
bimbingan serta masukan dari berbagai pihak, maka dari itu pada kesempatan kali ini kami
mengucapkan terimakasih kepada Dr. Endang Suarsini, M.Ked. selaku dosen pengampu
matakuliah Mikrobiologi yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini,
kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan materil, moral dan spiritual, seluruh
teman seperjuangan Pendidikan Biologi Offering A angkatan 2016 yang ikut memberi saran
maupun masukan dalam penyempurnaan makalah ini.
Dalam penyususnan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Disamping itu kami berharap agar hasil dari tugas ini nantinya
dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya kalangan pendidik.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.2.2 Mastigomycota
Mastigomycota merupakan divisi kedua dari kingdom fungi.
Mastigomycotamerupakan organisme uniseluler namun sebagian besar memiliki myselia
coenocytic (satu sel dengan banyak inti). Mastigomycotamenghasilkan sel yang motil dengan
flagela pada siklus hidupnya. Reproduksi aseksualya dengan menggunakan dengan
menggunakan spora yang motil atau yang disebut dengan zoospore. Berkebalikan dengan
phagotrophic yang memperoleh nutrisi dengan memakan, nutrisi pada Mastigomycota
diperoleh dengan cara mengabsorsi. Divisi Mastigomycota meliputi 4 kelas antara lain
Chytridiomycetes, Hyphochytridiomycetes, Plasmodiophoromycetes, Oomycetes(Ronald,
1984).
Chytridiomycetesberbeda dengan semua jenis fungi lain dilihat dari reproduksinya
dengan zoospore yang mana merupakan spora motil dengan flagela posterior tunggal
(uniflagelata) dengan tipe whiplash. Anggota dari ordo Cytridiale adalah Chytrids.
Kebanyakan Chytrid adalah parasit pada fungi, alga, dan tumbuhan. Seperti Olpidium
brassacae yang menginveksi akar dari tumbuhan tembakau. Kelas yang lain adalah
Hyphochytridiomycetes. Hyphochytridiomycetes hanya terdiri dari 15 spesies saja yang
diketahui, menghasilkan uniflagelata spora dengan tipe tinsel. Kelas berikutnya adalah
Plasmodiophoromycetesyang diketahui sebagai endoparasit dan parasit obligat pada fungi
lain, alaga, dan tumbuhan. Plasmodiophoromycetesmenyebabkan pembesaran yang abnormal
pada hostnya yang disebut dengan hypertrophy dan pembelahan yang abnormal yang disebut
dengan hyperplasia. Kebanyak spesies dari Plasmodiophoromycetes merupakan parasit pada
tumbuhan (Ronald, 1984).
Oomycota diketahui sebagai kapang air, bereprosuksi dengan menggunakan zoopsora
yang memiliki flagela. Tipe dari zoosporanya dalah memiliki dua flagela, yang satu adalah
tipe whiplash dan yang satunya adalah tipe tinsel. Spora dari Oomycotamemiliki dinding
yang tebal. Beberapa spesies dari Perenosporales merupakan patugen pada tumbuhan
(Ronald, 1984). Berikut merupakan gambar dariTipe zoospora pada Divisi Mastigomycota:
2.2.3 Amastigomycota
Sel vegetatif dari Amastigomycota yang merupakan divisi ketiga dari fungi, mungkin
berubah dari sel tunggal menjadi miselia yang mungkin coenocytic atau memiliki septa
(dinding pemisah antar sel dengan miselia). Tidak seperti Gymnomycota dan
Mastigomycota,Amastigomycota tidak menghasilkan sel yang motil. Ada 4 subdivisi pada
Amastigomycota antara lain Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina, dan
Deuteromycetes(Ronald, 1984).
Zygomycotina
Zygomycotinamemiliki miselia yang soenocytic dan memiliki karakteristik dari
zygospore, spora seksual terbentuk pada zygosperangium serta memiliki holdfast. Spesies
dari Zygomycotinaada yang digunakan dalam industri makan, contohnya adalah Rhizopus
oryzae yang digunakan pada pembuatan tempe. Zygomycotinabiasnya memiliki sekat pada
hifa dan tersusun teratur (Volk & Wheeler, 1988). Berikut merupakan gambar morfologi
Zygomycotinayang ada pada roti:
Ascomycotina
Ascomycotina atau fungi kantung, biasanya membentuk satu atau lebih (delapan)
spora seksual didalam sel yang menyerupai kantung yang disebut dengan askus. Spora
aseksual yang diproduksi Ascomycotinaseringkali berupa mikrokonidia bersel tunggal.
Mikrokonidia mungkin diproduksi dari rantai panjang yang menjalar dari hifa aerial yang
disebut konidiofor atau sebagai mikrosleurospora. Ascomycotinamenghasilkan septa teratur
yang membagi miselium menjadi sejumlah besar sel individual. Akan tetapi, setiap septa
memiliki lubang yang memungkinkan mengalirkan sitoplasma dan bahan nukleus antara sel-
sel secara bebas. Banyak Ascomycotina yang hidup sebagi khamir yang paling dikenal adalah
Saccaromyces pada industri roti dan minuman (Volk & Wheeler, 1988). Berikut merupakan
gambar contoh spesies dari Ascomycotinayaitu Aspergilus sp. :
Gambar 10: Aspergilus sp. (kanan) pengamatan mengguanakan mikroskop perbesaran 40x10, (kiri)
bagian tubuh Aspergilus sp.(ijem.in)
Basidiomycotina
Basidiomycotinamembentuk basidiospora seksualnya secara eksternal pada sel
berbentuk gada yang disebut dengan basidia. Reproduksi aseksual mungkin erjadi dengan
cara pertunasan melalui mikrokonidia atau dengan fragmentasi dari filamen hifa. Biasanya
memiliki hifa yang bersepta. Sedikit penyakit yang menyerang manusia disebabkan oleh
Basidiomycotina, walaupun beberapa spesies dariBasidiomycotinamenyebabkan penyakit
pada tumbuhan. Yang termasuk dalam Basidiomycotinaantara lain adalah jamur merang
(Volk & Wheeler, 1988). Berikut merupakan gambar struktur tubuhBasidiomycotina:
Deuteromycetes
Deuteromycetesatau fungi infecti, membentuk kelompok besar fungi yang status
seksualnya belum pernah ditunjukkan. Sementara telah diamati bahwa anggota dari
Deuteromycetesmemproduksi spora seksual apabila dicampur dengan tipe yang tepat.
Deuteromycetesmenghasilkan mikrokonidia ataupun makrokonidia, maupun klamidospora,
actrospora dan blastospora. Deuteromycetesbanyak yang menginfeksi manusia (Volk &
Wheeler, 1988). Berikut merupakan gambar Deuteromycetes:
c. Sebagai Dekomposer
Beberapa jamur mempunyai kemampuan menguraikan selulosa yang terdapat dalam
jaringan tumbuhan yang telah mati, misalnya limbah pertanian (jerami padi, ampas tebu,
pelepah pisang) menjadi senyawa yang lebih sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh
organisme lain. Selulosa tersebut merupakan polisakarida yang apabila diproses lebih lanjut
dapat menghasilkan etanol (Haryadi, 2013).Jamur telah diketahui merupakan agen
dekomposisi bahan organik khususnya selulosa. Kadarmoidheen et al. (2012) menggunakan
jamur Trichoderma viride, Aspergillus niger dan Fusarium oxysporum untuk mendegradasi
limbah selulosa. Dari hasil degradasi limbah, jamur Trichoderma viride menunjukkan
kemampuan paling tinggi kemudian Aspergillus niger dan terakhir Fusarium oxysporum.
Jamur Helminthosporium sp mempunyai kemampuan lebih tinggi dalam proses sakarifikasi
jerami dibandingkan Cladosporium sp. Beberapa jamur selulolitik juga telah dikembangkan
untuk menghasilkan enzim selulase yang banyak dibutuhkan oleh industri. Enzim selulase
memiliki beberapa aplikasi komersial seperti malting, pengolahan kayu, persiapan pembuatan
kain drill dari jaringan tanaman dan proses penghilangan tinta dari kertas cetak. Enzim
selulase dihasilkan oleh jamur Chaetomium, Aspergillus, Penicillium, Fusarium,
Myrothesium dan Trichoderma (Kadarmoidheen, 2012).
Entjang. Indan. 2003. Mikrobiologi & Parasitologi. PT.Citra Aditya bakti. Bandung.
Gandjar, Indrawati, Wellyzar, S, Ariyanti, O. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Haryadi, H. 2013. Analisa Kadar Alkohol Hasil Fermentasi Ketan dengan Metode
Kromatografi Gas dan Uji Aktifitas Saccharomyces Cereviceae Secara Mikroskopis.
Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi
Hendry, Muchtar. Kamsina dan Three, A. Indah. 2011. Pengaruh Kondisi Lingkungan
Terhadap Pertumbuhan Jamur. Jurnal Industri : Balai Riset dan Industri Padang.
Neil, C dan Jane, R. 2005. Biologi Seventh Edition: Fungi. Pearson Education Inc.
Rihlah.2010. Mikrobiologi Terapan Untuk Pangan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Sumarsih, S. 2003. Mikrobiologi Dasar. Diktat Kuliah. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian UPN ”Veteran” Yogyakarta.
Volk and Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima. Penerbit Djambatan. ISBN: 979-
428-074-7.